Analisis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN

KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS

SAWIT SEBERANGKECAMATAN SAWIT SEBERANG

KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

OLEH :

RURY SASWITA

NIM :111000100

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN

KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS

SAWIT SEBERANGKECAMATAN SAWIT SEBERANG

KABUPATEN LANGKAT

Skripsi ini Diajukan Sebagai

Salah Satu SyaratUntuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

RURY SASWITA

NIM :111000100

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS SAWIT SEBERANG KECAMATAN SAWIT

SEBERANG KABUPATEN LANGKAT” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Mei 2015


(4)

(5)

ABSTRAK

Pelayanan kesehatan dalam bentuk upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan menjadi sangat penting terutama untuk mendukung diberlakukannya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sejak 1 Januari 2014. Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan milik Pemerintah yang merupakan ujung tombak Dinas Kesehatan dalam memberikan pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan program JKN di Puskesmas Sawit Seberang, apa saja faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan program JKN di Puskesmas Sawit Seberang.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.Menggunakan metode wawancara mendalam kepada delapan informan yang terdiri dari Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, Kepala Puskesmas Sawit Seberang, beberapa tenaga kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang, pasien pengguna JKN dan non JKN.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan dalam era JKN tidak berbeda dengan sebelum JKN, sumber daya manusia dalam pelayanan kesehatan masih kurang secara kualitas dan kuantitas khususnya kualitas administratif, sarana dan prasarana belum lengkap, keuangan sudah ada, kebijakan sudah jelas, komitmen setiap stakeholder sudah jelas dan masyarakat Sawit Seberang masih belum puas dengan pelayanan kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang.

Penelitian ini menyarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat harus menjalin kerjasama dengan BPJS kesehatan dalam meningkatkan kemampuan administrasi, Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat harus segera memenuhi kebutuhan kekurangan dokter umum, dokter gigi dan ruangan laboratorium, Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat harus memantau kinerja Puskesmas Sawit Seberang, perlu ada kerjasama dari Puskesmas Sawit Seberang dengan BPJS untuk mensosialisasikan masalah rujukan JKN, Puskesmas Sawit Seberang harus dispilin dan tegas dalam menjalankan tugas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat.


(6)

ABSTRACT

Health service as the attempt to make people and each individual healthy becomes very important in supporting JKN (National Health Security) program which has been conducted by BPJS (Social Security Provider) since January 1, 2014. Puskesmas is one of the government health facilities which functions as the spearhead of the Health Service in providing JKN. The objective of the research was to explain the implementation of JKN program at Sawit Seberang Puskesmas and the supporting and inhibiting factors of the implementation of JKN program at Sawit Seberang Puskesmas.

The research used qualitative approach by using in-depth interviews with eight informants that consisted of the Head of Health Service department of Langkat District Health Service, the Head of Sawit Seberang Puskesmas, several health care providers at Sawit Seberang Puskesmas, and patients with JKN and non JKN.

The result of the research showed that health service in the JKN era was still similar to that of the previous one, human resources in health service were not adequate qualitatively and quantitatively, especially the administrative quality, facility and infrastructure were not complete, financial was sufficient, the policy was transparent, the commitment of the stakeholders was clear, and people still not satisfied with the health service at Sawit Seberang Puskesmas.

It is recommended that the management of Langkat District Health Service increase the collaboration with health BPJS in order to improve administrative quality, Langkat District Health Service increase the accommodate the needs of a shortage of general doctor, dentist and a laboratory room, Langkat District Health Service increase monitor the performance at Sawit Seberang Puskesmas, it is also recommended that the management of Sawit Seberang Puskesmas collaborate with BPJS in socializing the people about the problem of reference, Sawit Seberang Puskesmas be disciplined and firmly in the line of task as the spearhead of health service to the community.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT serta shalawat beriring salam bagi Nabi Muhammad SAW, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.Banyak pengalaman yang penulis peroleh dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan juga dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Juanita, SE., M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(8)

4. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan kritik dan saran serta motivasi kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.

5. Bapak dr. Fauzi, SKM selaku Dosen Penguji II yang juga telah banyak memberikan kritik dan saran serta motivasi kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Eddy Syahrial, M.S selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama penulis menjalani perkuliahan di FKM USU.

7. Seluruh staf pengajar FKM USU serta dosen peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat yang telah memberikan izin kepada penulis melakukan penelitian dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Kepala Puskesmas Sawit Seberang beserta seluruh staf yang telah meluangkan waktu memberikan informasi yang dibutuhkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

10.Sembah sujud penulis kepada kedua orang tua terkasih dan teristimewa Ayahanda Hasyim AR. Dan Ibunda Siti Suharni yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, cinta, perhatian, dukungan baik moril, spiritual dan juga materi. You’re My Wonderful Spirit and You’re The Best I Ever Had In My Live. Terkhusus juga untuk Abangda Zean Novan Rio Hasan, S.Pd dan Kakak ipar Lidya Risfika, Amd serta adik M. Fauzan Azhima terima kasih untuk dukungan, doa dan motivasinya kepada penulis.


(9)

11.Teristimewa kepada Nurcahyanto, Amd yang selalu memotivasi dan menguatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

12.Sahabat-sahabatku : Utet, Aya, Erizka, Mita, Dita, Awil, Asih, Hastri, Debi, Widia, Aa’, Ita, Berkah dan Bayu terima kasih selalu menemani, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, serta motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini. 13.Teman-teman di peminatan AKK : Yuni, Wilda, Riri, Yohana, dll terima kasih

telah banyak menemani dan membantu selama di peminatan AKK.

14.Teman-teman angkatan tahun 2011 di FKM USU dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2015 Penulis,


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rury Saswita

Tempat Lahir : Lingkungan IV Fraksionasi Sawit Seberang Tanggal Lahir : 19 April 1994

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Nama Ayah : Hasyim AR.

Suku Bangsa Ayah : Jawa

Nama Ibu : Siti Suharni

Suku Bangsa Ibu : Jawa

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1999-2005 : Madrasah Ibtidaiyah TPI Sawit Seberang 2. Tahun 2005-2008 : SMP Swasta Yapeksi PTPN II Sawit Seberang 3. Tahun 2008-2011 : SMA Swasta YPP PTPN II Sawit Seberang 4. Tahun 2011-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan 5. Lama Studi di FKM USU : 3 Tahun 8 Bulan


(11)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi………..

Halaman Persetujuan...

Abstrak ………..

Abstrack……….

Kata Pengantar ………..

Riwayat Hidup………...

Daftar Isi ...

Daftar Tabel ………..

Daftar Gambar ...

Daftar Istilah………..

Daftar Lampiran ... BAB I PENDAHULUAN ... 1.1Latar Belakang ... 1.2Perumusan Masalah ... 1.3Tujuan Penelitian ... 1.4Manfaat Penelitian ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 2.1 Asuransi (Insurance)………..

2.1.1 Pengertian Asuransi ………. 2.1.2 Unsur-Unsur Asuransi……….. 2.1.3 Asuransi Komersial dan Asuransi Sosial………. 2.2 Asuransi Kesehatan... 2.2.1 Aspek Manajemen Asuransi Sosial... 2.3Sistem Jaminan Sosial Nasional ... 2.3.1 Pengertian Jaminan Sosial ... 2.3.2 Fungsi Jaminan Sosial ... 2.4 Jaminan Kesehatan Nasional ………... 2.4.1Pengertian Jaminan Kesehatan... 2.4.2Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional ... 2.4.3 Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional... 2.4.4 Prinsip-Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional ………. 2.4.5 Program Jaminan Kesehatan Nasional ………...

2.4.5.1 Kepersertaan ………..

2.4.5.2 Pembiayaan ………... 2.4.6 Beberapa Kebijakan Terkait dengan Jaminan Kesehatan

Nasional………...

2.5 Fasilitas Kesehatan ………. 2.6 Puskesmas ………...

gertian Puskesmas ………..

i ii iii iv v viii ix xii xiv xv xvi 1 1 8 8 8 10 10 10 10 10 11 12 14 14 15 17 17 17 17 18 20 20 22 23 25 26


(12)

2.6.2 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas ………... 2.6.3 Tujuan Puskesmas ……….... 2.6.4 Fungsi Puskesmas ……… 2.6.5 Peran Puskesmas ………..

2.7 Pelayanan Kesehatan ………..

2.7.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan ………... 2.7.2 Pelayanan Kesehatan dalam era Jaminan Kesehatan Nasional...

2.8 Kerangka Pikir ………

BAB III METODE PENELITIAN ... 3.1 Jenis Penelitian ... 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 3.3 Informan ... 3.4 Metode Pengumpulan Data ... 3.5 Instrumen Pengambilan Data ...

3.6 Triangulasi……...………

3.7 Metode Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN………...………

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian………..………. 4.1.1 Gambaran Geografis di Kecamatan Sawit Seberang……… 4.1.2 Gambaran Kependudukan di Kecamatan Sawit Seberang……… 4.1.3 Gambaran Penduduk Menurut Suku Bangsa di Kecamatan

Sawit Seberang………

4.1.4 Gambaran Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Sawit Seberang…. 4.1.5 Gambaran Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang…... 4.1.6 Cakupan Pelayanan Kesehatan Puskesmas Sawit Seberang

Tahun 2013………..

4.2 Karakteristik Informan………. 4.3 Verbatim Wawancara Pelaksanaan Program JKN di Puskesmas

Sawit Seberang Tahun 2015……… 4.3.1 Pernyataan Informan tentang Pelayanan Kesehatan dalam Era

JKN………..

4.3.2 Pernyataan Informan tentang Kebijakan Mengenai JKN………. 4.3.3 Pernyataan Informan tentang Sistem Pembiayaan Pelayanan

Kesehatan dalam Era JKN………... 4.3.4 Pernyataan Informan tentang Jumlah Tenaga Kesehatan

(Kualitas dan Kuantitas) dalam Era JKN……… 4.3.5 Pernyataan Informan tentang Sarana dan Prasarana Puskesmas

dalam Era JKN………. 4.3.6 Pernyataan Informan tentang Hambatan Internal dan Eksternal

yang Dihadapi oleh Puskesmas………... 4.3.7 Pernyataan Informan tentang Strategi yang Dilakukan dalam

Menghadapi Hambatan Internal dan Eksternal……….. 4.3.8 Pernyataan Informan tentang Saran untuk Peningkatan

Pelayanan Kesehatan dalam Era JKN di Puskesmas Sawit

27 28 29 32 33 33 34 36 39 39 39 39 40 40 40 41 42 42 42 43 44 44 45 46 51 52 52 53 54 55 56 57 58


(13)

Seberang……….. 4.3.9 Pernyataan Informan (Pasien) tentang Petugas Kesehatan yang

Memberikan Pengetahuan Mekanisme JKN……….. 4.3.10 Pernyataan Informan (Pasien) tentang Kepuasan Terhadap

Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang Sebelum dan Setelah Era JKN………

BAB V PEMBAHASAN………...

5.1 Masukan (input)………...

5.1.1 Kebijakan………..…

5.1.2 Tenaga Kesehatan……….

5.1.3 Pendanaan………..…...

5.1.4 Sarana Kesehatan………..…

5.2 Proses (process)………... 5.3 Keluaran (output)……….

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……….

6.1 Kesimpulan………..………

6.2 Saran………...………..

DAFTAR PUSTAKA………...………....

LAMPIRAN

60 60

61 63 63 63 66 69 70 73 74 77 77 79 81


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Sawit Seberang Berdasarkan Desa/Kelurahan Tahun 2013………..43 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Sawit Seberang Berdasarkan Desa/Kelurahan Tahun 2011………..43 Tabel 4.3 Persentase Penduduk Menurut Suku Bangsa di Kecamatan Sawit

Seberang Tahun 2011……….44

Tabel 4.4 Distribusi Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Sawit Seberang Tahun

2013………44

Tabel 4.5 Distribusi Fasilitas Kesehatan yang Bekerjasama dengan BPJS di Kecamatan Sawit Seberang………45 Tabel 4.6 Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang Tahun

2013………45

Tabel 4.7 Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita Menurut Kecamatan Sawit Seberang Tahun 2013………46 Tabel 4.8 Jumlah Kematian Ibu Maternal Menurut Kecamatan Sawit

Seberang Tahun 2013……….46

Tabel 4.9 Jumlah Kasus TB Paru dan Kematian Akibat TB Paru di Puskesmas Sawit Seberang Tahun 2013………46 Tabel 4.10 Cakupan Kunjungan Neonatus dan Bayi yang di Tangani Puskesmas Sawit Seberang Tahun 2013………47 Tabel 4.11 Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan Gizi Kecamatan Sawit Seberang Tahun 2013………...47 Tabel 4.12 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1,K4), Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan dan Nifas Puskesmas Sawit Seberang Tahun

2013………47

Tabel 4.13 Jumlah PUS, Peserta KB, Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kecamatan dan Puskesmas Sawit Seberang Tahun 2013…...48 Tabel 4.14 Persentase Cakupan Imunisasi Bayi Menurut Kecamatan Sawit

Seberang Tahun 2013……….48

Tabel 4.15 Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe1, Fe3 Menurut Kecamatan Sawit Seberang Tahun 2013………48


(15)

Tabel 4.16 Jumlah Wanita Usia Subur Dengan Status Imunisasi TT Menurut Desadi Kecamatan Sawit Seberang Tahun 2013………..49 Tabel 4.17 Jumlah Ibu Hamil dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi

Ditangani Menurut Kecamatan Sawit Seberang………49 Tabel 4.18 Jumlah Bayi yang Diberikan ASI Eksklusif Puskesmas Sawit

Seberang Tahun 2013……….49

Tabel 4.19 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Puskesmas Sawit

Seberang Tahun 2013……….50

Tabel 4.20 Jumlah Posyandu Berdasarkan Kecamatan Sawit Seberang Tahun

2013………50

Tabel 4.21 Karakteristik Informan………...51 Tabel 4.22 Matriks Pernyataan Informan tentang Pelayanan Kesehatan dalam

Era JKN………..52

Tabel 4.23 Matriks Pernyataan Informan tentang Kebijakan Mengenai JKN.53 Tabel 4.24 Matriks Pernyataan Informan tentang Sistem Pembiayaan Pelayanan Kesehatan dalam era JKN……….54 Table 4.25 Matriks Pernyataan tentang Jumlah Tenaga Kesehatan (Kualitas dan Kuantitas) dalam era JKN………...55 Tabel 4.26 Matriks Pernyataan Informan tentang Sarana dan Prasarana

Puskesmas dalam era JKN……….56 Tabel 4.27 Matriks Pernyataan Informan tentang Hambatan Internal dan

Eksternal yang Dihadapi oleh Puskesmas………..57 Tabel 4.28 Matriks Pernyataan Informan tentang Strategi yang Dilakukan dalam Menghadapi Hambatan Internal dan Eksternal…………...58 Tabel 4.29 Matriks Pernyataan Informan tentang Saran untuk Peningkatan Pelayanan Kesehatan dalam era JKN di Puskesmas Sawit

Seberang……….60

Tabel 4.30 Matriks Pernyataan Informan (Pasien) tentang Petugas Kesehatan yang Memberikan Pengetahuan Mekanisme JKN……….60 Tabel 4.31 Matriks Pernyataan Informan (Pasien) tentang Kepuasan Terhadap Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang Sebelum dan


(16)

DAFTAR GAMBAR


(17)

DAFTAR ISTILAH

Singkatan : Singkatan dari

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BGM : Bawah Garis Merah

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama JKN : Jaminan Kesehatan Nasional

JPKM : Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

PBI : Penerima Bantuan Iuran

Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan Perpres : Peraturan Presiden

POA : Plan of Action

POLRI : Polisi Republik Indonesia SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional SKN : Sistem Kesehatan Nasional TNI : Tentara Nasional Indonesia UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat UKP : Upaya Kesehatan Perorangan

UUD : Undang-Undang Dasar


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari FKM USU

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas Sawit


(19)

ABSTRAK

Pelayanan kesehatan dalam bentuk upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan menjadi sangat penting terutama untuk mendukung diberlakukannya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sejak 1 Januari 2014. Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan milik Pemerintah yang merupakan ujung tombak Dinas Kesehatan dalam memberikan pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan program JKN di Puskesmas Sawit Seberang, apa saja faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan program JKN di Puskesmas Sawit Seberang.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.Menggunakan metode wawancara mendalam kepada delapan informan yang terdiri dari Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, Kepala Puskesmas Sawit Seberang, beberapa tenaga kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang, pasien pengguna JKN dan non JKN.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan dalam era JKN tidak berbeda dengan sebelum JKN, sumber daya manusia dalam pelayanan kesehatan masih kurang secara kualitas dan kuantitas khususnya kualitas administratif, sarana dan prasarana belum lengkap, keuangan sudah ada, kebijakan sudah jelas, komitmen setiap stakeholder sudah jelas dan masyarakat Sawit Seberang masih belum puas dengan pelayanan kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang.

Penelitian ini menyarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat harus menjalin kerjasama dengan BPJS kesehatan dalam meningkatkan kemampuan administrasi, Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat harus segera memenuhi kebutuhan kekurangan dokter umum, dokter gigi dan ruangan laboratorium, Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat harus memantau kinerja Puskesmas Sawit Seberang, perlu ada kerjasama dari Puskesmas Sawit Seberang dengan BPJS untuk mensosialisasikan masalah rujukan JKN, Puskesmas Sawit Seberang harus dispilin dan tegas dalam menjalankan tugas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat.


(20)

ABSTRACT

Health service as the attempt to make people and each individual healthy becomes very important in supporting JKN (National Health Security) program which has been conducted by BPJS (Social Security Provider) since January 1, 2014. Puskesmas is one of the government health facilities which functions as the spearhead of the Health Service in providing JKN. The objective of the research was to explain the implementation of JKN program at Sawit Seberang Puskesmas and the supporting and inhibiting factors of the implementation of JKN program at Sawit Seberang Puskesmas.

The research used qualitative approach by using in-depth interviews with eight informants that consisted of the Head of Health Service department of Langkat District Health Service, the Head of Sawit Seberang Puskesmas, several health care providers at Sawit Seberang Puskesmas, and patients with JKN and non JKN.

The result of the research showed that health service in the JKN era was still similar to that of the previous one, human resources in health service were not adequate qualitatively and quantitatively, especially the administrative quality, facility and infrastructure were not complete, financial was sufficient, the policy was transparent, the commitment of the stakeholders was clear, and people still not satisfied with the health service at Sawit Seberang Puskesmas.

It is recommended that the management of Langkat District Health Service increase the collaboration with health BPJS in order to improve administrative quality, Langkat District Health Service increase the accommodate the needs of a shortage of general doctor, dentist and a laboratory room, Langkat District Health Service increase monitor the performance at Sawit Seberang Puskesmas, it is also recommended that the management of Sawit Seberang Puskesmas collaborate with BPJS in socializing the people about the problem of reference, Sawit Seberang Puskesmas be disciplined and firmly in the line of task as the spearhead of health service to the community.


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kesejahteraan suatu bangsa di samping ekonomi dan sosial. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 pasal 28 H ayat 1, yang menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selain itu Undang-Undang (UU) Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan juga menjelaskan dengan tegas hak dan kewajiban pemerintah maupun masyarakat yang berkenaan dengan pemenuhan akan kesehatan.

Pembangunan kesehatan adalah sebagai salah satu upaya pembangunan nasional untuk tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dalam tujuan nasional. Selaras dengan tujuan pembangunan kesehatan tersebut adalah terdapatnya kemampuan masyarakat untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Untuk itu, perlu ditingkatkan upaya untuk semakin meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang memiliki mutu yang baik serta biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

Pelaksanaan pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan pembangunan


(22)

penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan (Kemenkes RI, 2011).

Masyarakat saat ini juga telah menyadari bahwa kesehatan merupakan salah satu kebutuhan mereka, bukan lagi barang mewah seperti yang diperlakukan selama ini. Masyarakat menginginkan agar ketika mereka membutuhkan pelayanan kesehatan, mereka mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya tersebut serta tidak tergantung kepada kemampuannya untuk membayar. Namun, hingga saat ini masih terjadi ketimpangan dalam akses pelayanan kesehatan ditengah masyarakat (Thabrany, 2011).

Salah satu hambatan utama bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan adalah ketidakmampuan masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan terutama keterbatasan biaya. Hal tersebut dikarenakan masih rendahnya pendapatan masyarakat dan diperparah dengan kenaikan biaya pelayanan kesehatan terutama alat-alat kesehatan dan obat-obatan. Apabila tidak dilakukan pengendalian biaya akan semakin mempersulit masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan (Info Askes, 2010).

Upaya yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan asuransi/jaminan kesehatan. Asuransi/jaminan kesehatan adalah suatu sistem pembiayaan yang memberikan perlindungan atau jaminan dalam mengatasi risiko dan ketidakpastian gangguan kesehatan serta implikasi biaya yang diakibatkan. Manfaat yang diperoleh adalah kompensasi untuk mengatasi kerugian akibat peristiwa sakit tersebut baik kerugian akibat perawatan dan pengobatan di


(23)

pelayanan kesehatan maupun kerugian akibat hilangnya waktu kerja (Murtika, 2004).

Berdasarkan hal tersebut, pemerintah dituntut untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Untuk memastikan pelayanan kesehatan tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat pemerintah melalui kebijakannya membentuk sebuah sistem jaminan kesehatan nasional ataupun asuransi kesehatan nasional yang terus menerus berkembang sampai sekarang.

Secara resmi jaminan kesehatan di Indonesia dimulai pada tahun 1968 meskipun sejak tahun 1947 sudah ada rencana untuk menyelenggarakan kebijakan yang serupa. Baru pada tahun 1968 pemerintah mengeluarkan kebijakan jaminan kesehatan itupun masih terbatas pada pegawai negeri yang sekarang dikelola PT. Askes. Sedangkan untuk masyarakat luas yang kurang mampu upaya pemerintah sudah dimulai sejak awal tahun 1970-an melalui program dana sehat di puskesmas. Kemudian pada tahun 1992 secara resmi muncullah jaminan kesehatan bagi tenaga kerja yang dikelola PT. Jamsostek. Kemudian pada tahun 1992 sejalan dengan UU kesehatan, pemerintah menerapkan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) atau lebih dikenal dengan Askeskin. Kemudian berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat/Jamkesmas (2008-2013). Dan kemudian berubah lagi menjadi Jaminan Kesehatan Nasional (2014-sekarang). Kesemuanya memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai upaya untuk menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan


(24)

bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang merupakan masa transisi sampai dengan terlaksananya jaminan sosial sesuai UU SJSN (Thabrany, 2011).

Berdasarkan UUD 1945 pasal 28 H ayat (3) dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Pasal 34 ayat (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Untuk melaksanakan amanat UUD tersebut, pemerintah telah menetapkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN. SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial dimana jaminan sosial merupakan suatu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jaminan kesehatan merupakan salah satu jaminan sosial yang harus dilaksanakan agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Namun, implementasinya sampai saat ini masih dalam tahap persiapan menuju terwujudnya universal coverage seperti yang diamanatkan tersebut.

UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) juga menetapkan, Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Secara operasional, pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah


(25)

Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional) .

JKN adalah program pemerintah untuk masyarakat/rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar seluruh rakyat Indonesia dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera (Naskah Akademik SJSN). JKN mulai diterapkan pemerintah Indonesia sejak tanggal 1 Januari 2014. Sehingga penyelenggaraan program tersebut masih perlu diperhatikan pelaksanaannya oleh semua pihak.

Pelaksanaan JKN ini menuntut penyedia pelayanan kesehatan termasuk puskesmas harus memiliki standar yang terukur sebagai penyedia pelayanan kesehatan. Puskesmas harus melalui proses kredensialing dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga kapasitas puskesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan sesuai dengan standar (Kemenkes RI, 2013).

Saat ini jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 9188 puskesmas. Investasi yang sudah dikeluarkan untuk pembangunan puskesmas sudah sangat besar mengingat puskesmas sudah sejak lama dikembangkan di Indonesia, maka sudah sangat tepat pula pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas juga merupakan perpanjangan tangan pemerintah langsung ke daerah-daerah yang ada di Indonesia (Kemenkes RI, 2012).

Berbagai penelitian telah banyak dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan JKN, penelitian tersebut menggambarkan kondisi pelaksanaan JKN di kota Medan. Hasil Penelitian Roni (2014) menunjukkan bahwa sumber daya manusia


(26)

dan sarana dan prasarana Dinas Kesehatan Kota Medan tergolong siap secara kuantitas dan kualitas dalam implementasi kebijakan JKN di puskesmas, tetapi masih kurang siap dalam hal kemampuan administrasi dan pendukung administrasi.

Hasil penelitian Anggi (2014) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang menonjol dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN saat ini yang diberikan oleh Puskesmas Belawan dengan sebelum diberlakukannya Program JKN, hanya saja sedikit perbedaan terletak pada sistem pembiayaan.

Puskesmas Sawit Seberang merupakan salah satu puskesmas yang berada di Kabupaten Langkat, Puskesmas Sawit Seberang terletak di Kecamatan Sawit Seberang. Puskesmas ini merupakan puskesmas non rawat inap yang buka 24 jam. Sebagaimana puskesmas pada umumnya, sebelum dan saat era JKN seperti sekarang ini Puskesmas Sawit Seberang juga menjalankan kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). Namun, pada kenyataannya kegiatan UKM dan UKP di puskesmas ini masih belum maksimal.

Dalam era JKN seperti sekarang, masyarakat lebih memilih pengobatan ke dokter praktek yang ada di sekitar puskesmas. Mereka lebih memilih membayar ke dokter-dokter praktek daripada memanfaatkan JKN-nya di puskesmas. Hal ini dapat dilihat dari kunjungan pasien rawat jalan peserta JKN ke Puskesmas Sawit Seberang yang hanya 5-10 orang perharinya sedangkan ke pelayanan kesehatan swasta pasien rawat jalan peserta JKN mencapai 15-20 orang perharinya. Keadaan


(27)

ini terjadi karena ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang.

Masyarakat Sawit Seberang sebagian besar merupakan masyarakat kelas menengah ke atas walaupun masih ada sebagian kecil masyarakat menengah ke bawah. Masyarakat Sawit Seberang umumnya sudah memahami tentang pentingnya kesehatan bagi dirinya. Maka dari itu masyarakat Sawit Seberang menginginkan pelayanan kesehatan yang maksimal bagi kesehatan mereka. Dari beberapa wawancara yang dilakukan pada saat survey pendahuluan, masyarakat masih belum puas dengan pelayanan kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang. Maka dari itu mereka terkadang lebih memilih pelayanan kesehatan di praktek-praktek dokter yang ada di Sawit Seberang dengan alasan lebih cepat mendapatkan pertolongan kesehatan walaupun harus membayar.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Sawit Seberang bahwa selama pelaksanaan JKN yang dilaksanakan mulai 1 Januari 2014 lalu, Puskesmas Sawit Seberang menghadapi kendala dalam pelaksanaannya antara lain adalah dokter yang jarang ditempat, tidak adanya dokter gigi, masih kurangnya ketersediaan obat yang sesuai dengan paket pengobatan, masih banyak masyarakat dan tenaga kesehatan di puskesmas yang belum memahami penerapan sistem JKN karena sosialisasinya yang masih kurang. Selain itu sistem pencatatan dan pelaporan yang tidak didukung dengan peningkatan skill dan ketersediaan fasilitas dan masih kurangnya koordinasi dari BPJS kesehatan. Kemungkinan hal-hal tersebut yang membuat masyarakat enggan memanfaatkan JKN di Puskesmas Sawit Seberang.


(28)

JKN dilaksanakan dengan harapan tercovernya jaminan kesehatan seluruh masyarakat Indonesia yang sebelumnya tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan kemudian pada akhirnya mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal. Namun, dalam pelaksanaannya masih banyak permasalahan yang terjadi di lapangan. Untuk itu, peneliti mempertimbangkan perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis mengenai pelaksanaan JKN di Puskesmas Sawit Seberang tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu bagaimana pelaksanaan program JKN di Puskesmas Sawit Seberang, apa saja faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan program JKN di Puskesmas Sawit Seberang.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan program JKN di Puskesmas Sawit Seberang, apa saja faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan program JKN di Puskesmas Sawit Seberang tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam rangka mewujudkan pembangunan kesehatan terutama dalam era JKN.

2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Sawit Seberang dalam rangka meningkatkan kualitas SDM kesehatan dalam menghadapi pelaksanaan JKN.


(29)

3. Sebagai masukan bagi Puskesmas Sawit Seberang dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan agar lebih aktif, dan juga agar mampu mengimplementasikan program JKN dengan maksimal.

4. Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang lebih lanjut.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuransi (Insurance) 2.1.1 Pengertian Asuransi

Asuransi menurut UU tentang usaha perasuransian adalah “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul akibat suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan (UU RI No. 2 Tahun 1992).

2.1.2 Unsur-Unsur Asuransi

Menurut Muninjaya (2004) ada beberapa unsur asuransi, antara lain sebagai berikut :

1. Ada perjanjian

2. Ada pembelian perlindungan

3. Ada pembayaran premi oleh masyarakat 2.1.3 Asuransi Komersial dan Asuransi Sosial

Asuransi komersial adalah asuransi yang dikelola oleh perusahaan swasta atas keikutsertaan masyarakat secara sukarela. Bentuk program yang dilayani


(31)

tergantung pada kebutuhan dan kemampuan tertanggung yang ditentukan dalam perjanjian. Dalam bidang asuransi kesehatan, seseorang dapat mengikuti suatu program yang biayanya akan dibebankan atau dibayar kembali oleh perusahaan. Besarnya pertanggungan sesuai dengan pilihan tertanggung dan premi yang dibayar tertanggung setiap bulan atau setiap tahunnya. Untuk menjadi anggota tertanggung seseorang harus memenuhi persyaratan tertentu (Darmawi, 2000).

Asuransi sosial adalah asuransi yang dikelola oleh pemerintah atau instansi atau badan yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai pengelola asuransi (Kemenkes, 2014). Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas resiko sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN No. 40 Tahun 2004).

2.2 Asuransi Kesehatan

Salah satu masalah yang perlu diantisipasi adalah pembiayaan kesehatan di masa depan. Beberapa alasan dapat dikemukakan, antara lain pertimbangan aspek pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan demand masyarakat, teknologi kedokteran serta pertumbuhan “industri” kedokteran sendiri, di mana peranan swasta akan semakin berat, sementara subsidi pemerintah semakin menurun, sehingga kenaikan biaya pelayanan kesehatan pasti akan menjadi beban yang semakin berat bagi sebagian besar masyarakat (Sulastomo, 2000).

Asuransi kesehatan merupakan pilihan satu-satunya dalam pengembangan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Alasannya, biaya kesehatan di masa depan akan mencapai jumlah yang besar. Dengan demikian, biaya kesehatan tidak


(32)

akan mungkin dibebankan kepada pemerintah/perusahaan saja, tetapi juga harus diorganisir berdasarkan kegotong-royongan masyarakat dan pemerintah. Masyarakat yang kuat dan sehat harus membantu yang lemah atau sakit (Sulastomo, 2000).

Asuransi kesehatan adalah suatu mekanisme pengalihan risiko (sakit) dari risiko perorangan menjadi risiko kelompok. Dengan cara mengalihkan risiko individu menjadi risiko kelompok, beban ekonomi yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih ringan tetapi mengandung kepastian karena memperoleh jaminan (Muninjaya, 2004). Yang termasuk biaya kesehatan ada tiga, yaitu :

1. Pemeliharaan kesehatan 2. Perawatan

3. Pengobatan

2.2.1 Aspek Manajemen Asuransi Kesehatan

Belajar dari sejarah perkembangan sistem asuransi kesehatan di Indonesia dan pengalaman negara lain, pemerintah Indonesia merekomendasikan pengelolaan asuransi kesehatan menggunakan konsep Managed Care (MC). Konsep ini merupakan alternatif terbaik untuk menyeimbangkan antara aspek pelayanan, aspek pembiayaannya dengan aspek kualitas pelayanan kesehatan sesuai dengan prosedur yang baku. Ada beberapa konsep Managed Care :

a. Tripartite Model

Yang dimaksud dengan tripartite (tiga pihak) adalah pihak perusahaan asuransi (insurance company) sebagai pengelola dana, pihak pemberi jasa


(33)

pelayanan kesehatan (health provider) dan pihak peserta (consumer). Ketiga pihak harus saling bekerja sama terutama dalam hal pengawasan pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada peserta sehingga dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

b. Prepaid Capitation

Adalah suatu sistem pembiayaan kesehatan yang dilakukan di muka berdasarkan kapita atau jiwa yand diikutsertakan. Hal ini berbeda dengan “fee for service”, pembiayaan kesehatan diberikan berdasarkan penggunaan

fasilitas/jasa. Jika seseorang memperoleh pelayanan kesehatan melebihi nilai uang yang dibayarkan kepada pihak asuransi, kelebihan tersebut akan menjadi risiko pemberi pelayanan kesehatan (health provider). Sebaliknya jika biaya pelayanan yang diterima lebih kecil dari nilai uang yang telah dibayarkan, kelebihan tersebut akan menjadi insentif kepada pemberi pelayanan kesehatan. c. Pelayanan Menyeluruh (Comprehensive)

Bentuk pelayanan asuransi ini meliputi semua jenis pelayanan kesehatan mulai dari yang bersifat preventif, promotif, kuratif sampai yang bersifat

rehabilitatif. Di dalam pelaksanaannya, ada jaminan untuk pelayanan rawat jalan tingkat pertama, pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan, dan pelayanan rawat inap serta pelayanan obat.

d. Konsep Wilayah (Dokter Keluarga/Puskesmas)

Peserta asuransi dikelompokkan dalam suatu wilayah tertentu. Pelayanan kesehatan dasar diberikan oleh dokter umum atau dokter keluarga dengan sistem pembiayaan prepaid capitation (prospective payment). Ada wilayah


(34)

kerja dikontrak dengan jaringan pelayanannya yang dinamakan purchasing health. Mereka dibayar dengan sistem kapitasi.

e. Sistem Paket (Budget System)

Adalah sistem pembiayaan yang dilakukan di fasilitas pelayanan rujukan dengan cara menggabungkan beberapa jenis pelayanan atau tindakan medis tertentu dengan tarif paket yang sudah diterapkan sebelumnya. Sistem seperti ini ditempuh untuk menghindari pemanfaatan pelayanan yang berlebihan (over utilization).

f. Konsep Rujukan

Konsep ini diterapkan dengan surat pernyataan rujukan dari institusi pemberi pelayanan kesehatan dasar (misalnya : puskesmas) ke pemberi pelayanan kesehatan rujukan.

2.3 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial dimana jaminan sosial merupakan suatu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak (UU No. 40 Tahun 2004).

2.3.1 Pengertian Jaminan Sosial

Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat untuk masyarakat melalui seperangkat kebijaksanaan publik terhadap tekanan-tekanan ekonomi sosial bahwa jika tidak diadakan sistem jaminan sosial akan menimbulkan hilangnya sebagian pendapatan sebagai akibat sakit, persalinan, kecelakaan kerja, sementara tidak bekerja, cacat, hari tua dan kematian dini,


(35)

perawatan medis termasuk pemberian subsidi bagi anggota keluarga yang membutuhkan (Soekamto, dkk., 2006).

Pengertian jaminan sosial tersebut masih bersifat universal sehingga dalam implementasinya harus disesuaikan dengan berbagai pendekatan yang berlaku di setiap negara (Soekamto, dkk., 2006). Menurut Purwoko (1999), pengertian jaminan sosial sangat beragam. Dilihat dari pendekatan asuransi sosial, maka berarti jaminan sosial sebagai teknik atau metode penanganan risiko hubungan industrial yang berbasis pada hukum bilangan besar (law of large numbers). Dari sisi bantuan sosial, maka jaminan sosial berarti sebagai dukungan pendapatan bagi komunitas kurang beruntung untuk keperluan konsumsi. Karena itu, maka jaminan sosial berarti sebagai :

a. Salah satu faktor ekonomi seperti konsumsi, tabungan dan subsidi atau koneksi untuk redistribusi pendapatan;

b. Instrument negara untuk redistribusi risiko sosial-ekonomi melalui tes kebutuhan (means-test application), yaitu tes apa yang telah dimiliki peserta baik berupa rekening tabungan maupun kekayaan ril;

c. Program pengentasan kemiskinan yang ditindak-lanjuti dengan pemberdayaan komunitas; dan

d. Sistem perlindungan dasar untuk penanggulangan hilangnya sebagian pendapatan pekerja sebagai konsekuensi risiko industrial (Soekamto, dkk., 2006).

2.3.2 Fungsi Jaminan Sosial


(36)

1. Bantuan/pelayanan sosial

Sistem ini didanai dari sumber pajak oleh negara atau sumbangan dari pihak yang mempunyai status ekonomi yang kuat.

2. Tabungan wajib

Setiap orang diwajibkan menabung untuk dirinya sendiri (provident fund) sebagaimana dilaksanakan dalam Jaminan Hari Tua, Jamsostek atau sebagian jaminan pensiun Taspen.

3. Asuransi sosial

Dimana setiap orang mengiur/berkontribusi atau membayar premi yang sifatnya wajib. Bisa juga premi/iuran dibayarkan oleh pihak lain atau oleh pemerintah bagi mereka yang miskin. Sistem asuransi sosial ini paling baik, dana yang terkumpul memadai, tahan lama, dan paling banyak digunakan di dunia (Soekamto, dkk., 2006).

Sebagai sistem perlindungan dasar untuk masyarakat pekerja termasuk masyarakat luas yang mengalami musibah atau kemalangan baik yang disebabkan karena peristiwa hubungan industrial atau di luar hubungan industrial seperti kemiskinan. Manfaat jaminan sosial mencakup :

a. Santunan tunai untuk dukungan pendapatan pencari nafkah utama; b. Kompensasi finansial untuk korban kasus kecelakaan kerja dan

kematian dini;

c. Manfaat pelayanan kesehatan dan pemberian alat bantu (Soekamto, dkk., 2006).


(37)

2.4 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2.4.1 Pengertian Jaminan Kesehatan

Definisi jaminan kesehatan dalam bahasa Indonesia mempunyai beberapa pengertian karena kata jaminan dapat berasal dari guarantee atau warranty dan dapat berasal dari terjemahan bahasa Inggris insurance atau asuransi. “Jaminan

kesehatan adalah sebuah sistem yang memungkinkan seseorang terbebas dari beban biaya berobat yang relatif mahal yang menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar hidup lain (makan, sekolah, bekerja dan bersosialisasi)” (Soekamto, dkk., 2006).

2.4.2 Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari SJSN. SJSN ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak (Kemenkes, 2014).

2.4.3 Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan (Kemenkes, 2014).


(38)

Manfaat JKN mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis (Kemenkes, 2014).

2.4.4 Prinsip-Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional JKN mengacu pada prinsip-prinsip SJSN berikut : 1. Prinsip Kegotongroyongan

Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu dan peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi.Hal ini terwujud karena kepersertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Prinsip Nirlaba

Pengelolaan dana amanat oleh BPJS adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas. Prinsip-prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.


(39)

3. Prinsip Portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Prinsip Kepersertaan Bersifat Wajib

Kepersertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya SJSN dapat mencakup seluruh rakyat.

5. Prinsip Dana Amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

6. Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial

Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta (Kemenkes, 2014).


(40)

2.4.5 Program Jaminan Kesehatan Nasional 2.4.5.1 Kepersertaan

Dalam kebijakan program JKN yang menjadi peserta memiliki ketentuan tersendiri. Peserta dalam program ini adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta tersebut meliputi : PBI JKN dan bukan PBI JKN dengan rincian sebagai berikut :

1. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

2. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang yang tidak mampu yang terdiri atas :

a) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu : 1. Pegawai Negeri Sipil;

2. Anggota TNI; 3. Anggota Polri; 4. Pejabat Negara;

5. Pegawai Pemerintahan Non Pegawai Negeri; 6. Pegawai Swasta; dan

7. Pekerja yang tidak termasuk urutan 1 sampai dengan 6 yang menerima upah

b) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu : 1. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri


(41)

2. Pekerja yang yang tidak termasuk nomor 1 yang bukan penerima upah

3. Pekerja sebagaimana dimaksud nomor 1 dan nomor 2, termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

c) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya, yaitu : 1. Investor;

2. Pemberi kerja; 3. Penerima pensiun; 4. Veteran;

5. Perintis kemerdekaan; dan

6. Bukan pekerja yang tidak termasuk urutan 1 sampai 5 yang mampu membayar iuran.

d) Penerima pensiun terdiri atas :

1. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;

2. Anggota TNI dan anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun; 3. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;

4. Penerima pensiun selain nomor 1, nomor 2, nomor 3; dan

5. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada poin 1 sampai dengan 4 yang mendapat hak pensiun.

Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah, meliputi : 1. Istri atau suami yang sah dari peserta; dan


(42)

2. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta, dengan kriteria : tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri; dan belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

Sebagai sebuah program, jaminan kesehatan juga mengatur hak dan kewajiban bagi pesertanya, adapun hak peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak mendapatkan :

1. Identitas peserta

2. Manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Selain hak setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan juga memiliki kewajiban :

1. Membayar iuran

2. Melaporkan data kepersertaannya kepada BPJS Kesehatan dengan menunjukkan identitas peserta pada saat pindah domisili dan atau pindah kerja.

2.4.5.2 Pembiayaan

Dalam program JKN menggunakan sistem iuran sebagai sumber pembiayaannya. Berdasarkan Perpres Nomor 12 Tahun 2013 Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan.

Program ini menghendaki agar setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya sudah ditetapkan berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja


(43)

penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI). Setiap pemberi kerja diwajibkan untuk memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawab pemberi kerja, serta membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Pemerintah juga mengatur sanksi bila ada keterlambatan pembayaran iuran JKN dengan mengenakan denda administratif sebesar 2 % (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja.

Sedangkan untuk peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN juga dapat dilakukan diawal.

BPJS kesehatan selaku penanggung jawab pemanfaatan pembiayaan menghitung kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran JKN sesuai dengan gaji atau upah peserta. Bila terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada pemberi kerja dan/atau peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran iuran bulan berikutnya.

2.4.6 Beberapa Kebijakan Terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional Mengenai pelayanan kesehatan pada JKN diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013. Penjelasan bahwa peserta JKN berhak mendapatkan pelayanan promotif dan preventif tertera dalam Peraturan Menteri


(44)

Kesehatan No. 71 Tahun 2013 ini pada pasal 13 yang bertuliskan bahwa “Setiap peserta berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan.”

Manfaat Jaminan Kesehatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan pasal 21 yaitu “Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan: penyuluhan kesehatan perorangan; imunisasi dasar; keluarga berencana; dan skrining kesehatan.” Kemudian pasal 22 menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan tingkat

pertama meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup : 1. Administrasi pelayanan;

2. Pelayanan promotif dan preventif;

3. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif; 5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

6. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;

7. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama; dan 8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.

Selain itu, pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi JKN pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik Pemerintah Daerah diatur dalam Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2014. Tertera pada pasal 12, bahwa dana kapitasi JKN di FKTP dimanfaatkan seluruhnya untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operational pelayanan kesehatan. Jasa pelayanan kesehatan


(45)

sebagaimana dimaksud meliputi jasa pelayanan kesehatan perorangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan non kesehatan.

Jasa pelayanan kesehatan di FKTP atau puskesmas ditetapkan sekurang-kurangnya 60% dari total penerimaan dana kapitasi JKN, dan sisanya dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan yang meliputi biaya obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya.

Dalam menyelenggarakan JKN, BPJS membuat Peraturan BPJS No. 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan JKN yang menjelaskan kepesertaan, iuran kepesertaan jaminan kesehatan, penyelenggara pelayanan, peningkatan mutu dan penambahan manfaat jaminan kesehatan, kompensasi, kendali mutu dan kendali biaya, serta pelaporan dan utilization review.

2.5 Fasilitas Kesehatan

Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik (tingkat pertama) meliputi perawatan rawat jalan dan rawat inap. Fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah :

1) Rawat jalan tingkat pertama a. Puskesmas atau yang setara;


(46)

b. Praktik dokter; c. Praktik dokter gigi;

d. Klinik pratama atau yang termasuk fasilitas kesehatan tingkat pertama milik TNI/POLRI; dan

e. Rumah sakit kelas D pratama atau yang setara. 2) Rawat inap tingkat pertama

Fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan fasilitas rawat inap (BPJS : Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan).

2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut adalah upaya pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan dan rawat inap di ruang perawatan khusus.

2.6 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 2.6.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Permenkes No. 75 Tahun 2014, puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.


(47)

Puskesmas dibangun untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh dan terpadu bagi seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah kerjanya. Program kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas merupakan program pokok (public health essential) yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah untuk melindungi penduduknya, termasuk mengembangkan program khusus untuk penduduk miskin (Muninjaya, 2004).

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif

(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia (Permenkes No. 75 Tahun 2014).

2.6.2 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Sebagaimana tertera di Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi :

1. Paradigma sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. Pertanggungjawaban Wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.


(48)

3. Kemandirian Masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, dan masyarakat.

4. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

5. Teknologi Tepat Guna

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

6. Keterpaduan dan Kesinambungan

Puskesmas mengintergrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaran UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor agar melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen puskesmas.

2.6.3 Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas adalah :

1. Masyarakat memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat;

2. Masyarakat mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu; 3. Masyarakat hidup dalam lingkungan sehat; dan


(49)

4. Masyarakat memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Permenkes No. 75 Tahun 2014). 2.6.4 Fungsi Puskesmas

Menurut Permenkes No. 75 Tahun 2014, puskesmas menyelenggarakan fungsi :

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas berwenang untuk:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait;

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat;

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas; g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan; dan


(50)

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.

2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas berwenang untuk :

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu;

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif;

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat;

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;

f. Melaksanakan rekam medis;

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan;

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan;

i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan.


(51)

Menurut Trihono (2005) ada tiga fungsi puskesmas yaitu : 1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambugan. Pelayanan


(52)

kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas, diantara lain :

a. UKP adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

b. UKM adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengantujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat disebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

2.6.5 Peran Puskesmas

Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait


(53)

upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Permenkes No. 75 Tahun 2014).

2.7 Pelayanan Kesehatan

2.7.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan

Menurut Levey dan Loomba dalam Lubis (2009) pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang akan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Pelayanan kesehatan sebagai produk jasa memiliki keunikan dengan ciri utama, yakni :

1. Adanya sifat ketidakpastian (uncertainity) terkait waktu, tempat urgensi dan biaya.

2. Adanya ketidakseimbangan informasi (asymmetry of information) antara

provider dengan pengguna jasa.

3. Adanya manfaat atau risiko kerugian bagi orang lain (Ilyas, 2006).

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang meliputi kuratif (pengobatan), preventif

(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).

Pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia terintegrasi dalam sebuah sistem kesehatan yang bernama Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dalam SKN


(54)

tersebut terdapat berbagai sub sistem yang saling terintegrasi. Pelayanan kesehatan termasuk ke dalam sub sistem upaya kesehatan. Upaya kesehatan dalam SKN khususnya SKN 2012 adalah segala upaya kesehatan dan pengelolaan upaya kesehatan yang terpadu, berkesinambungan, paripurna dan berkualitas, meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan, yang diselenggarakan guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

2.7.2 Pelayanan Kesehatan dalam Jaminan Kesehatan Nasional

Dalam Jaminan Kesehatan Nasional ada 2 (dua) jenis pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, yaitu berupa pelayanan kesehatan yang bersifat medis serta akomodasi dan fasilitas pendukung medis seperti ambulans (manfaat non medis). Berdasarkan Permenkes RI No. 71 tahun 2013 dinyatakan bahwa setiap peserta dalam JKN berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan.

Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah melalui BPJS Kesehatan berjenjang dana terdiri atas :

1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Pelayanan kesehatan tingkat pertama bagi peserta diselenggarakan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan non spesialistik yang meliputi :


(55)

a. Administrasi pelayanan;

b. Pelayanan promotif dan preventif;

c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif; e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

f. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;

g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama; dan h. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.

Secara spesifik pelayanan kesehatan dasar yang diberikan meliputi : 1. Kasus medis yang dapat diselesaikan secara tuntas di pelayanan

kesehatan tingkat pertama;

2. Kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan rujukan;

3. Kasus medis rujuk balik;

4. Pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan pelayanan kesehatan gigi tingkat pertama;

5. Pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita oleh bidan atau dokter; dan

6. Rehabilitasi medik dasar.

2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut, meliputi : a. Pelayanan kesehatan tingak kedua (spesialistik); dan b. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (subspesialistik).


(56)

Pelayanan kesehatan rujukan meliputi : 1. Administrasi pelayanan;

2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis;

3. Tindakan medis spesialistik baik bedah maupun non bedah sesuai dengan indikasi medis;

4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

5. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis; 6. Rehabilitasi medis;

7. Pelayanan darah;

8. Pelayanan kedokteran forensik klinik;

9. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di fasilitas kesehatan; 10.Perawatan inap non intensif;

11.Perawatan inap di ruang intensif. 2.8 Kerangka Pikir

Kerangka pikir ini bertujuan untuk melihat bagaimana pelaksanaan program JKN di Puskesmas Sawit Seberang melalui indikator masukan (input), proses (process) dan keluaran (output). Adapun alur penelitian ini dapat dilihat dari gambar berikut :

Masukan : 1. Kebijakan

2. Tenaga Kesehatan 3. Pendanaan

4. Sarana Kesehatan

Proses : Pelaksanaan Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM) dan Upaya

Kesehatan

Keluaran : 1. Meningkatnya

Pemanfaatan

Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang oleh Pasien Pengguna JKN


(57)

Gambar 2.1 Kerangka fikir

Berdasarkan gambar di atas, dapat dirumuskan definisi fokus penelitian sebagai berikut :

1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program JKN di Puskesmas Sawit Seberang, meliputi :

a. Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak. Dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu.

b. Tenaga kesehatan adalah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang kesehatan, seperti : dokter, dokter gigi, sarjana kesehatan masyarakat, perawat dan bidan yang dapat melaksanakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang. c. Pendanaan adalah adanya materi dalam bentuk uang yang digunakan

untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang. d. Sarana kesehatan termasuk didalamnya yakni : ruangan, media, alat

kesehatan dan lain–lain untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang.

2. Proses (process) adalah kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan dalam UKM dan UKP di Puskesmas Sawit Seberang.

3. Keluaran (output) adalah hasil dari suatu pelaksanaan pelayanan UKM dan UKP sehingga diharapkan meningkatnya pemanfaatan pelayanan


(58)

kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang oleh pasien JKN dan meningkatnya jumlah masyarakat yang tercover JKN.


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap informan agar diketahui secara jelas dan lebih mendalam tentang pelaksanaan program JKN di Puskesmas Sawit Seberang. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, data tersebut merupakan data pasti yang merupakan nilai dibalik data yang tampak (Sugiyono, 2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena masih rendahnya cakupan pemanfaatan dan implementasi program JKN di wilayah kerja Puskesmas Sawit Seberang tersebut. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2015 (mulai dari survey penelitian sampai penyajian hasil penelitian).

3.3 Informan

Informan dalam penelitian ini diambil secara purposive (bertujuan), yaitu : 1. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten

Langkat

2. Kepala Puskesmas Sawit Seberang


(60)

5. Perawat di Puskesmas Sawit Seberang 6. Apoteker di Puskesmas Sawit Seberang

7. Pasien pengguna JKN di wilayah kerja Puskesmas Sawit Seberang 8. Pasien non JKN di wilayah kerja Puskesmas Sawit Seberang 3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.

1. Data primer dihimpun melalui wawancara baku terbuka dengan probing

(pendalaman pertanyaan) dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan untuk diajukan kepada informan. Pedoman tersebut digunakan untuk memudahkan wawancara, penggalian data dan informasi (Moleong, 2005).

2. Data sekunder diperoleh dari dokumen Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, seperti daftar peserta JKN yang terdaftar di Kabupaten Langkat tahun 2014. Profil Puskesmas Sawit Seberang dan Profil Kesehatan Kabupaten Langkat.

3.5 Instrument Pengambilan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis dan alat perekam (voice recorder).

3.6 Triangulasi

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yaitu mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama,


(61)

yakni dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2012)

3.7 Metode Analisa Data

Analisis data kualitatif dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data, interpretasi data dan dibuat matriks untuk mempermudah dalam melihat data secara lebih sistematis (Miles dana Huberman dalam Herdiansyah, 2012).


(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Geografis di Kecamatan Sawit Seberang

Kecamatan Sawit Seberang merupakan salah satu kecamatan dari 23 kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat dengan ibu kota kecamatan adalah Kelurahan Sawit Seberang. Secara geografis Kecamatan Sawit Seberang memiliki luas wilayah sebesar 209,10 km² dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sei Lepan dan Kabupaten Langkat

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batang Serangan 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Babalan

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Padang Tualang

Kecamatan Sawit Seberang merupakan daerah rendah yang sebagian tanahnya berbukit dan sedang. Kecamatan Sawit Seberang sendiri dipengaruhi oleh 2 (dua) musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Secara administrasi Kecamatan Sawit Seberang terdiri atas 7 desa dengan 47 dusun, dengan Desa Sawit Hulu sebagai desa yang memiliki wilayah yang paling luas dibandingkan kecamatan yang lain. Secara umum luas wilayah Kecamatan Sawit Seberang berdasarkan desa dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(63)

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Sawit Seberang Berdasarkan Desa/Kelurahan Tahun 2013

No. Desa / Kelurahan Luas Wilayah

(km²) Jumlah Dusun 1 2 3 4 5 6 7 Sawit Seberang Mekar Sawit Alur Gadung Sawit Hulu Simpang III Sei Tasik Litur Alur Melati 8,47 13,36 16,00 75,60 29,72 42,24 23,70 6 7 6 11 5 7 5

Jumlah 209,10 47

Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Sawit Seberang (2013)

4.1.2 Gambaran Kependudukan di Kecamatan Sawit Seberang

Berdasarkan data statistik Kecamatan Sawit Seberang tahun 2011 jumlah penduduk yang tersebar di 7 desa/kelurahan adalah 8945 rumah tangga dengan jumlah jiwa sebanyak 32.621 jiwa, yang terdiri atas 17.641 perempuan dan 14.980 laki-laki. Dengan tingkat kepadatan penduduk 121 jiwa/km² dengan rata-rata 4 jiwa per rumah tangga. Dari data statistik tersebut Desa Mekar Sawit merupakan desa dengan penduduk paling banyak dan Desa Alur Melati dengan penduduk paling sedikit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Sawit Seberang Berdasarkan Desa/Kelurahan Tahun 2011

No. Desa / Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga Kepadatan Penduduk per km² Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga 1 2 3 4 5 6 7 Sawit Seberang Mekar Sawit Alur Gadung Sawit Hulu Simpang III Sei Tasik Litur Alur Melati 4.679 8.807 4.327 4.722 2.461 5.813 1.812 1.314 2.533 1.136 1.203 718 1.616 425 407 511 189 50 60 118 57 4 4 4 4 4 4 4

Jumlah 32.621 8.945 121 4


(64)

4.1.3 Gambaran Penduduk Menurut Suku Bangsa di Kecamatan Sawit Seberang

Berdasarkan data jumlah penduduk per desa/kelurahan dapat ditambahkan bahwa penduduk asli Kecamatan Sawit Seberang adalah suku Jawa dan sebagian kecil adalah pendatang dari luar daerah, dengan perincian persentase sebagai berikut :

Tabel 4.3 Persentase Penduduk Menurut Suku Bangsa di Kecamatan Sawit Seberang Tahun 2011

Desa / Kelurahan

Melayu Karo Simalungun + Tapanuli

Madura Jawa Lain nya Jumlah Sawit Seberang Mekar Sawit Alur Gadung Sawit Hulu Simpang III Sei Tasik Litur Alur Melati 1,42 1,42 1,60 6,40 6,42 0,10 0,10 2,09 2,09 4,18 4,23 4,16 1,06 1,06 4,99 4,99 23,08 0,48 0,49 13,85 13,85 2,22 2,22 3,52 0,00 0,00 0,45 0,45 86,01 86,01 64,80 86,96 86,94 82,08 82,08 3,26 3,26 2,84 1,93 1,98 2,46 2,46 100 100 100 100 100 100 100 Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Sawit Seberang (2013)

4.1.4 Gambaran Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Sawit Seberang

Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Sawit Seberang masi tergolong kurang, karena di Kecamatan Sawit Seberang tidak mempunyai rumah sakit, jadi setiap keadaan emergency selalu dirujuk ke rumah sakit terdekat yang jaraknya kira-kira 20 km. Secara lebih rinci mengenai gambaran fasilitas kesehatan dapat dijelaskan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4 Distribusi Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Sawit Seberang Tahun 2013

No. Fasilitas Kesehatan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7

Puskesmas Non Rawat Inap Puskesmas Pembantu Posyandu

Balai Pengobatan/Klinik Apotek

Praktek Dokter Umum Pos K3 1 5 8 1 6 2 3


(1)

Panduan untuk Tenaga Kesehatan (Apoteker) Puskesmas Sawit Seberang

I. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Tanggal Wawancara : II. Daftar Pertanyaan

1. Seperti Bapak/Ibu ketahui bahwa per tanggal 1 Januari 2014 telah diberlakukan program JKN untuk seluruh masyarakat Indonesia. Menurut Bapak/Ibu bagaimana pelayanan kesehatan sebelum dan setelah berlakunya program JKN?

2. Kebijakan apa saja yang Bapak/Ibu ketahui mengenai program JKN? 3. Bagaimana sistem pembiayaan untuk pelayanan kesehatan sebelum dan

setelah berlakunya JKN?

4. Bagaimana Pendapat Bapak/Ibu mengenai jumlah tenaga kesehatan di Pukesmas Sawit Seberang? Apakah sudah cukup dari segi kualitas dan kuantitas?

5. Apakah sarana dan prasarana di Puskesmas Sawit Seberang sudah cukup untuk menjalankan program JKN secara maksimal?

6. Dalam menjalankan program JKN di Puskesmas Sawit Seberang, apa saja hambatan baik internal maupun eksternal yang dihadapi oleh Puskesmas Sawit Seberang?

7. Sebagai apoteker strategi apa yang dilakukan dalam menangani kendala-kendala tersebut?

8. Apa saran Bapak/Ibu untuk peningkatan pelayanan kesehatan dalam era JKN sekarang ini ?


(2)

Panduan untuk Pengguna JKN di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit Seberang I. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Tanggal Wawancara : II. Daftar Pertanyaan

1. Seperti Bapak/Ibu ketahui bahwa per tanggal 1 Januari 2014 telah diberlakukan program JKN untuk seluruh masyarakat Indonesia. Menurut Bapak/Ibu bagaimana pelayanan kesehatan sebelum dan setelah berlakunya program JKN?

2. Apakah selama memberikan pelayanan kesehatan, petugas kesehatan ada memberikan pengetahuan tentang mekanisme JKN?

3. Apakah Bapak/Ibu puas dengan pelayanan kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang sebelum dan setelah era JKN? Apa saran Bapak/Ibu untuk Puskesmas Sawit Seberang?


(3)

Panduan untuk Pasien non JKN di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit Seberang

I. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Tanggal Wawancara : II. Daftar Pertanyaan

1. Seperti Bapak/Ibu ketahui bahwa per tanggal 1 Januari 2014 telah diberlakukan program JKN untuk seluruh masyarakat Indonesia. Menurut Bapak/Ibu bagaimana pelayanan kesehatan sebelum dan setelah berlakunya program JKN?

2. Apakah selama memberikan pelayanan kesehatan, petugas kesehatan ada memberikan pengetahuan tentang mekanisme JKN?

3. Apakah Bapak/Ibu puas dengan pelayanan kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang sebelum dan setelah era JKN? Apa saran Bapak/Ibu untuk Puskesmas Sawit Seberang?


(4)

(5)

(6)