PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI PISANG AMBON (Musa paradisiaca) DI KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

(1)

ABSTRAK

PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI

PISANG AMBON (Musa paradisiaca) DI KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

Edy Suyanto1, Hurip Santoso2, Rabiatul Adawiyah2

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) besarnya pendapatan petani pisang ambon. ( 2 ) tingkat kesejahteraan petani pisang ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dengan metode acak sederhana (simple random sampling). Responden dalam penelitian ini adalah 40 petani pisang ambon. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) besarnya pendapatan rumah tangga petani pisang ambon sebesar Rp 38.918.059,95 per tahun dengan rincian Rp 29.945.659,95 per tahun atau 76,95% dari usahatani pisang ambon, Rp 7.088.400,95 per tahun atau 18,21% dari usahatani selain pisang ambon dan sisanya dari luar usahatani yaitu sebesar Rp 1.578.000,00 per tahun atau 4,05%, dari jasa ojek pisang, Rp 276.000,00 per tahun atau 0,71%, dari buruh bangunan dan memproduksi tempe yaitu sebesar Rp 30.000,00 per tahun atau 0,08%. (2) berdasarkan kriteria BPS tahun 2007 rumah tangga petani pisang ambon di Desa Padang Cermin Padang Cermin Kabupaten Pesawaran masuk kedalam kategori sejahtera sebesar 37 petani atau 92,50%, dan sebanyak 3 petani pisang ambon (7,50%) dalam kategori belum sejahtera.

Kata kunci: Pisang, Petani pisang, Pendapatan Petani, Pendapatan usahatani, Tingkat Kesejahteraan

Keterangan:

1MahasiswaProgram Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung


(2)

ABSTRACT

INCOME AND WELFARE LEVEL OF BANANA FARMERS (MUSA PARADISIACA) AT PADANG CERMIN SUBDISTRICT

PESAWARAN REGENCY By

Edy Suyanto1, Hurip Santoso2, Rabiatul Adawiyah2

The purpose of this study was to determine (1) the amount of income of banana farmers and (2) the level of banana farmers’welfare. This research was conducted in Padang Cermin Village of Padang Cermin Sub-district, Pesawaran Regency. Respondents in this study were 40 banana farmers chosen by using simple random method . Data analysis used in this study is a quantitative and qualitative descriptive analysis. The results showed that (1) the amount of income of banana farmers in Padang Cermin village was Rp 38,918,059.00 per year consisting of Rp 29,945,659.95 per year (76.95%) from the banana farming, Rp7,088,400.95 per year or (18.21%) from farming other than banana, and the rest was from activities outside of farming, namely: Rp1,578,000.00 per year or (4.05%) from banana delivery service, Rp276,000.00 per year or (0.71%) from construction work, and Rp 30,000.00 per year or (0.08%) from producing fermented soybean. (2) Based on the criteria of Central Bureau of Statistics (BPS), as many as 37 banana farmer household respondents or (92.50%) in Padang Cermin village regency were categorized as prosperous and 3 banana farmers or (7.50%) were categorized as less

prosperous.

Key Words: Bananas, Banana farmers, Farmers’Income, Farming Income, Welfare Level

1Scholar of Economic Department, Faculty of Agriculture, the University of Lampung 2Lecturers of Economic Department, Faculty of Agriculture, the University of Lampung


(3)

PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN

PETANI PISANG AMBON (

Musa paradisiaca

)

DI KECAMATAN PADANG CERMIN

KABUPATEN PESAWARAN

Oleh EDY SUYANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 16 November 1989 sebagai anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Bapak M. Kasman (Alm) dan Ibu Yatini.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 1 Enggal

Bandarlampung pada tahun 2002, pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 1 Bandarlampung pada tahun 2005, dan pendidikan sekolah menengah atas SMA Arjuna Bandarlampung pada tahun 2009. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2009 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Rumah Pisang Desa Hanau Berak Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Pada tahun yang sama penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Way Suluh Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Lampung Barat. Selama kuliah, penulis pernah menjadi Asisten Dosen mata kuliah Pengembangan Masyarakat pada semester genap tahun ajaran 2011/2012.


(7)

SANWACANA

Bismillahhirrohmanirrohim

Alahamdulillahirobil ‘alamin,segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat dan penerus-penerus-Nya.

Skripsi yang berjudul“Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani Pisang Ambon (Musa paradisiaca) di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten

Pesawaran”, adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Lampung. Dalam hal ini, telah banyak pihal yang memberikan sumbahsih, bantuan, nasihat serta saran yang membangun. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Ir. Hurip Santoso., M.S., sebagai Pembimbing Pertama, atas segala arahan, kritik dan saran selama penyusunan skripsi, serta bimbingannya selama penulis menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah.

2. Ir. Rabiatul Adawiyah., M.Si., sebagai Pembimbing Kedua, atas masukan, arahan dan nasihatnya selama penyusunan skripsi, serta bimbingannya selama penulis menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah.


(8)

3. Dr. Ir. Zainal Abidin., M.E.S., sebagai Dosen Penguji Skripsi, atas bimbingan, masukan, arahan dan nasihat yang telah diberikan. 4. Ir. Suarno Sadar, selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak

membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dari awal hingga akhir selesainya penyusunan skripsi.

5. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria., M.S., selaku Dekan Fakultas Petanian Universitas Lampung.

6. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi., M.S., selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis Fakultas Petanian Universitas Lampung. 7. Seluruh Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis yang

telah memberikan ilmu dan pelajaran yang bermanfaat kepada penulis. 8. Seluruh karyawan di Jurusan Agribisnis, Mba Iin, Mba Iyi, Mas Bukhori,

Mas Boim, dan Mas Kardi, atas semua bantuan yang telah diberikan.

9. Keluargaku tercinta: ayah M. Kasman (Alm), ibu Yatini, dan ketiga kakak ku Mas No’, Mas Man, Mas Min, serta keempat adikku Maryanto, Budianto, Dewi Anjani dan Bambang Irawan yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, perhatian dan dukungan kepada penulis.

10. Keluarga keduaku tercinta, Bapak Prof. Dr. Ir. H. Harris Hasyim., M.A., (Alm), Ibu Ir. Idalina Harris, M.S., dan semua saudaraku di rumah Pahoman yang telah memberikan kasih sayang, perhatian dan dukungan kepada penulis.

11. Sahabat dan kerabat Agribisnis 2009, Rama, Wayan, Saut, Bakti, Queen, Yunica, Dedeh, Tasya, Erzia, Loni, Sayida, Ongki, Syani, Rinaldi, Yesica, Peni, Rani, Atika, Adriez, Dwi Ari, Meyka, Memei, Firjen, Rendi, Maftuha,


(9)

Khoirunnisa, Novi, serta kanda yunda, adinda Agribisnis 07,08, 010, dan 011 yang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa

memberikan pengertian, canda tawa, dorongan, semangat, saran, motivasi, bantuan, do’a dan kebersamaan kita selama ini.

12. Semua pihak yang telah membantu demi terselesainya skripsi ini.

Semoga Allah SWT, memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah Diberikan dan memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirkata, penulis mohon maaf jika ada kesalahn kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, 23 Juni 2014 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xiv

1. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Tanaman Pisang ... 8

2. Pisang Ambon ... 10

3. Konsep Usahatani... 11

4. Teori Pedapatan Petani... 11

5. Kesejahteraan Petani... 13

B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 16

C. Kerangka Pemikiran ... 18

III. METODE PENELITIAN... 24

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... 24

1. Konsep Dasar ... 24

2. Definisi Operasional Variabel... 27

B. Lokasi Penelitian, dan Waktu Penelitian ... 30


(11)

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 31

E. Metode Analisis Data ... 32

1. Pendapatan Petani ... 32

2. Tingkat Kesejahteraan Petani... ... 33

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN... 38

A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran... 38

1. Keadaan Geografis ... 38

2. Keadaan Topografi dan Iklim ... 39

B. Keadaan Umum Desa Padang Cermin ... 40

1. Keadaan Geografis ... 40

2. Potensi Pertanian ... 41

3. Potensi Peternakan ... 42

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43

A. Karakteristik Petani ... 43

1. Umur Petani ... 43

2. Pendidikan Petani ... 44

3. Lama Berusahatani Pisang Ambon ... 45

4. Jumlah Anggota Keluarga Petani ... ... 45

5. Luas Lahan dan Status Kepemilikan ... 46

B. Keragaan Usahatani Pisang Ambon di Daerah Penelitian ... 47

C. Biaya Usahatani Pisang Ambon ... 53

1. Biaya Produksi ... 53

2. Biaya Tenaga Kerja Petani ... 56

3. Biaya Penyusutan Alat-alat Pertanian ... 57

D. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Pisang Ambon ... 59

E. Kontribusi Pendapatan Usahatani di Luar Kegiatan Budidaya ... 61

1. Sumber-sumber Pendapatan Petani ... 61

2. Pendapatan dan Kontribusinya terhadap Total Pendapatan Petani... 63

F. Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga Petani... 64

1. Indikator Badan Pusat Statistik (BPS) ... 64

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 77


(12)

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA... 78


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung menurut daerah,

tahun 2007-2012 ... 2 2. Jumlah penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Provinsi

Lampung, 2005-2011... 3 3. Produksi buah pisang menurut kabupaten/kota di Provinsi

Lampung, tahun 2008-2012 ... 4 4. Luas panen, dan produksi buah pisang di Kabupaten Pesawaran

tahun 2010-2011 ... 5 5. Definisi Variabel Kesejahteraan ... 28 6. Indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik

dan Susenas 2007 disertai variabel, kelas dan skor... 34 7. Sebaran penduduk Kabupaten Pesawaran berdasarkan kelompok

umur tahun 2012 ... 39 8. Sebaran petani berdasarkan kelompok umur di Desa Padang

Cermin tahun 2013... 43 9. Sebaran petani berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Padang

Cermin tahun 2013... 44 10. Sebaran petani berdasarkan pengalaman dalam berusahatani

di Desa Padang Cermin tahun 2013... 45 11. Sebaran petani berdasarkan jumlah anggota keluarga di

Desa Padang Cermin tahun 2013... 46 12. Luas lahan garapan petani di Desa Padang Cermin tahun 2013.. 47


(14)

13. Rata-rata penggunaan pupuk petani pada usahatani pisang

ambon di Desa Padang Cermin tahun 2013 (Rp/tahun)... 54 14. Rata-rata penggunaan pestisida oleh petani di Desa

Padang Cermin tahun 2013(Rp/tahun)... 55 15. Rata-rata penggunaan tenaga kerja dan biaya tenaga kerja

pada usahatani pisang ambon di Desa Padang Cermin tahun

2013(HOK/tahun)... 56 16. Penyusutan alat-alat pertanian pada usahatani pisang ambon

di Desa Padang Cermin tahun 2013 (Rp/tahun)... 58 17. Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani pisang

ambon di Desa Padang Cermin tahun 2013 (Rp/tahun)... 59 18. Rata-rata pendapatan petani melalui aktivitas usahatani

dan selain usahatani di Desa Padang Cermin tahun

2013... 61 19. Rata-rata pendapatan petani melalui aktivitas luar usahatani

di Desa Padang Cermin tahun 2013... 62 20. Rata-rata kontribusi sumber pendapatan rumah tangga petani

pisang ambon di Desa Padang Cermin tahun 2013... 63 21. Skor perolehan untuk indikator kependudukan rumah tangga

petani pisang ambon di Desa Padang Cermin tahun 2013... 64 22. Skor perolehan untuk indikator kesehatan dan gizi rumah

tangga petani pisang ambon di Desa Padang Cermin tahun

2013... 65 23. Skor perolehan untuk indikator pendidikan rumah tangga

petani pisang ambon di Desa Padang Cermin tahun 2013... 67 24. Skor perolehan untuk indikator ketenagakerjaan rumah

tangga Petani pisang ambon di Desa Padang Cermin tahun

2013... 68 25. Skor perolehan untuk indikator pola konsumsi rumah tangga

petani pisang ambon di Desa Padang Cermin tahun 2013... 69 26. Skor perolehan untuk indikator perumahan dan lingkungan

rumah tangga petani pisang ambon di Desa Padang Cermin


(15)

27. Skor perolehan untuk indikator sosial dan lain-lain rumah tangga petani pisang ambon di Desa Padang Cermin

tahun 2013 ... 71 28. Skor perolehan untuk 7 indikator rumah tangga petani

pisang ambon di Desa Padang Cermin tahun 2013... 72 29. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani pisang ambon di

Desa Padang Cermin tahun 2013... 73 30. Keragaan pengeluaran pangan dan non pangan petani per bulan,

tahun 2013... 75 31. Identitas petani pisang ambon di Desa Padang Cermin

Kabupaten Pesawaran ... 83 32. Lahan Petani Pisang Ambon di Desa Padang Cermin... 84 33. Rata-rata nilai penyusutan peralatan petani pisang ambon

di Desa Padang Cermin... 85 34. Rata-rata penggunaan pupuk oleh petani pisang ambon di

Desa Padang Cermin ... 88 35. Rata-rata penggunaan pestisida oleh petani pisang ambon

di Desa Padang Cermin ... 90 36. Rata-rata Penggunaan TK dan Biaya TK Petani pisang

ambon di Desa Padang Cermin ... 93 37. Rata-rata Penerimaan Usahatani Pisang ambon di Desa

Padang Cermin ... 102 38. Pendapatan usahatani non pisang ambon di Desa Padang

Cermin... 104 39. Rata-rata penghasilan petani non pisang ambon di Desa Padang

Cermin... 105 40. Pendapatan petani pertanian di Desa Padang Cermin... 106 41. Pendapatan petani non pertanian di Desa Padang Cermin ... 107 42. Rata-rata penghasilan petani diluar usahatani di Desa Padang

Cermin.,... 108 43. Rata-rata biaya transportasi petani pisang ambon di Desa


(16)

44. Rekapitulasi pendapatan usahatani pisang ambon di Desa

Padang Cermin ... 112 45. Rekapitulasi pendapatan rumah tangga petani pisang ambon

di Desa Padang Cermin ... 115 46. Rincian skor tujuh indikator pendapatan dan tingkat

kesejahteraan petani pisang ambon di Desa Padang Cermin.... 116 47. Rekapitulasi skor tujuh indikator pendapatan dan tingkat

kesejahteraan petani pisang ambon di Desa Padang Cermin.... 118 48. Kriteria penilaian pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani

pisang ambon di Desa Padang Cermin ... 119 49. Pengeluaran pangan di Desa Padang Cermin, tahun 2013... 120 50. Pengeluaran non pangan di Desa Padang Cermin, tahun 2013.. 130


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani pisang ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan

Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, tahun 2013... 24


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menopang kehidupan masyarakat Indonesia karena berperan dalam pembangunan nasional. Hal ini terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia pangan, penyumbang devisa negara melalui ekspor dan sebagainya (Soekartawi, 1994). Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mayoritas perekonomiannya bertumpu pada sektor pertanian. Pada tahun 2012, sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 60% dari total PDRB Provinsi Lampung. Hal ini membuktikan bahwa penduduk Provinsi Lampung banyak yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini (BPS, 2012). Kemampuan sektor pertanian untuk memberikan kontribusi secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga tani tergantung pada tingkat pendapatan usahatani dan surplus yang dihasilkan oleh sektor itu sendiri. Dengan demikian, tingkat pendapatan usahatani, disamping merupakan penentu utama kesejahteraan rumah tangga tani, juga muncul sebagai salah satu faktor penting yang

mengkondisikan pertumbuhan ekonomi.

Angka kemiskinan di Provinsi Lampung setiap tahunnya terus mengalami penurunan. Hingga akhir tahun 2012 tercatat sebanyak 1.219,00 jiwa (15,65%)


(19)

2

dari seluruh penduduk Provinsi Lampung yang berjumlah 7.608.405 jiwa yang merupakan penduduk miskin (BPS, 2012). Jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung menurut daerah tahun 2007-2012 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah penduduk miskin menurut desa dan kota di Provinsi Lampung tahun 2007-2012.

Tahun Jumlah penduduk miskin (jiwa)

Kota Persentase (%) Desa Persentase (%) Kota+Desa

2007 366,00 19,65 1.295,70 18,65 1.661,70 2008 365,60 19,63 1.226,00 17,64 1.591,60 2009 349,30 18,75 1.209,00 17,40 1.558,30 2010 301,70 16,20 1.178,20 16,70 1.479,90 2011 241,94 12,99 1.056,77 15,21 1.298,71 2012 237,90 12,77 981,10 14,12 1.219,00

Jumlah 1.862,44 100,00 6.946,77 100,00 8.809,21

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2013

Tabel 1 dapat dilihat bahwa kemiskinan di Provinsi Lampung masih didominasi oleh penduduk yang tinggal di pedesaan. Penduduk di pedesaan mayoritas bermatapencaharian dan menggantungkan hidupnya sebagai petani, dan ciri masyarakat petani sangat dekat dengan kemiskinan. Kenyataan di atas

menunjukkan bahwa rumah tangga yang banyak hidup dalam kemiskinan adalah rumah tangga yang pekerjaannya adalah sebagai petani. Jumlah penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2005-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.


(20)

3

Tabel 2. Jumlah penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2005-2011.

Kabupaten Penduduk Miskin (Ribu)

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Lampung Barat 96,8 96,2 96,7 86,1 79,5 71,8 67,9 Tanggamus 167,3 181,0 188,2 179,3 174,9 98,0 92,7 Lampung Selatan 329,2 364,5 371,8 351,2 222,5 187,9 177,7 Lampung Timur 248,4 256,2 261,9 228,4 206,3 200,4 189,5 Lampung Tengah 228,2 252,7 263,0 242,0 230,7 197,7 187,0 Lampung Utara 182,5 181,2 185,3 182,9 171,0 164,7 155,8 Way Kanan 108,0 94,6 96,8 84,1 79,2 76,6 72,5 Tulangbawang 122,0 106,1 103,6 90,9 86,8 43,0 40,7

Pesawaran - - - - 100,9 81,5 77,1

Pringsewu - - - - - 45,4 43,0

Mesuji - - - - - 16,2 15,3

Tulangbawang Barat - - - - - 19,1 18,1 Bandarlampung 81,2 89,9 78,8 130,9 123,9 128,6 121,0 Metro 8,6 15,5 15,5 22,1 21,2 20,1 19,0

Lampung 1.572,2 1.637,9 1.661,6 1.597,9 1.496,9 1.351,0 1.277,3

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2006-2012

Tabel 2 dapat dilihat bahwa kemiskinan di Kabupaten Pesawaran tergolong tinggi, sekitar 6,03% dari persentase penduduk miskin Provinsi Lampung pada tahun 2012 namun dibeberapa tahun sempat mengalami penurunan.

Tanaman hortikultura merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan. Salah satunya jenis tanaman hortikultura yang berpotensial untuk dikembangkan adalah komoditas buah-buahan yang mempunyai pengaruh yang besar untuk memberikan kontribusi dalam upaya pemulihan ekonomi daerah. Komoditi buah-buahan di Indonesia banyak menopang kehidupan keluarga petani. Di Indonesia, pisang menduduki tempat pertama diantara berbagai jenis buah-buahan baik dari segi sebaran, luas lahan pertanaman, maupun dari segi produksinya (BPS, 2012).


(21)

4

Total produksi pisang terbesar Indonesia terjadi pada tahun 2012 sekitar 5.133.456 ton dan Provinsi Lampung menyumbang 696.840 ton (13,58%) dari produksi pisang nasional dan menduduki urutan ke-4 dari sepuluh sentra pisang terbesar di Indonesia. Namun demikian, secara umum produktivitas pisang yang

dikembangkan masyarakat masih cukup rendah. Hal ini dikarenakan pisang ditanam di lahan pekarangan (hampir 70% produksi pisang berasal dari

pekarangan), varietasnya beragam yang berdampak terhadap kualitas, dan kurang memperhatikan nilai komersialnya (Departemen Pertanian, 2005). Produksi buah pisang menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi buah pisang menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2008-2012.

No Kabupaten Produksi (Ton)

2008 2009 2010 2011 2012

1 Pesawaran 3.135,751 2.875,845 2.632,89 2.483,01 4.169,58

2 Lampung Selatan 1.242,020 2.325,288 1.162,92 1.993,79 1.994,16 3 Lampung Timur 1.150,723 1.038,614 1.853,39 1.121,07 1.534,91

4 Way Kanan 233,276 75,643 153,557 77,44 56,873

5 Tanggamus 193,157 193,522 187,96 145,04 87,499

6 Lampung Tengah 130,295 93,195 174,608 133,625 77,124 7 Lampung Barat 101,057 93,771 95,247 136,769 82,359 8 Lampung Utara 77,836 42,353 242,775 123,771 85,836

9 Tulang Bawang 56,815 28,893 15,018 14,546 12,756

10 Bandarlampung 16,954 9,246 7,398 6,043 6,37

11 Metro 4,613 4,234 3,679 1,63 0,848

12 Pringsewu - - 210,187 13,722 15,19

13 Tulang Bawang Barat - - 26,444 10,164 22,995

14 Mesuji - - 13,975 16,997 29,571

Lampung 6.342,497 6.780,604 6.780,04 6.277,61 8.176,06

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortkultura 2009-2013

Tabel 3 dapat dilihat bahwa produksi buah pisang menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2009-2013, dimana sentra produksi pisang terbanyak yaitu di Kabupaten Pesawaran. Meskipun demikian, perlu dikaji lebih jauh


(22)

5

apakah hal tersebut sudah dapat meningkatkan pendapatan dan mensejahterakan petaninya. Luas panen, produksi dan produktivitas buah pisang di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas panen, produksi dan produktivitas buah pisang per kecamatan di Kabupaten Pesawaran tahun 2010-2011.

Sumber: BPS Kabupaten Pesawaran, Pesawaran dalam Angka 2011-2012

Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kecamatan Padang Cermin memiliki luas panen terbesar diantara kecamatan lain di Kabupaten Pesawaran. Kecamatan Padang Cermin memiliki luas lahan 6.117.369 ha (54,04%) dan produksi pisang 374.812,0 ton (84,99%) terbesar pada tahun 2011 dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Pesawaran. Desa Padang Cermin memiliki luas wilayah terluas (3,278 ha) dibanding dengan desa-desa yang ada di Kecamatan Padang Cermin. Dengan luas area tersebut tentu akan berpotensi pada produksi dan produktivitas tanaman buah-buahan yang ada di kecamatan tersebut khususnya tanaman pisang ambon (Anonim, 2012). Pisang ambon merupakan salah satu jenis pisang yang sedang banyak dikembangkan di Kecamatan Padang Cermin beberapa tahun terakhir karena harganya yang terbilang mahal bila

Kecamatan 2010 2011 Luas Panen (ha) Produksi (Ton) Produktivitas ( Ton/ha) Luas Panen (ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/ha) Padang

Cermin 7.279.800 473.117,9 0,06 6.117.369 374.812,0 0,06

Way Lima 5.729.900 157.572,2 0,03 4.842.619 147.370,6 0,03 Gedung Tataan 670.000 144.860 0,21 330.000 141.600 0,42

Punduh Pidada 3.600 143,5 0,03 4.850 191,0 0,03

Tegineneng 26.266 527,1 0,02 25.250 483,2 0,01

Negeri Katon 505 153 0,30 490 150 0,30


(23)

6

dibandingkan dengan harga jenis pisang yang lain, sehingga akan menjadi faktor utama dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani di Kecamatan Padang Cermin.

Pendapatan rumah tangga menjadi hal terpenting dari kesejahteraan, karena beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan (Mosher, 1987), upaya peningkatan pendapatan petani secara nyata tidak selalu diikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani. Pendapatan petani pisang ambon sangat erat kaitannya dengan perolehan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani pisang ambon tersebut. Produktivitas yang tinggi dan harga jual yang yang terus meningkat apakah sudah membuat petani pisang ambon di Desa Padang Cemin bila dilihat dari segi pendapatan dan tingkat kesejahteraannya ikut meningkat.

Petani pisang ambon juga terkendala oleh modal dan pengetahuan dalam berusahatani. Teknik budidaya pisang ambon belum mengarah ke pertanian agribisnis; dilakukan sebagai usahatani sampingan, ditanam di sela-sela tanaman perkebunan kakao dan kopi, atau di pekarangan. Sumber bibit berasal dari anakan pisang di sekitar kebun dan ditanam secara tidak beraturan baik dari sisi jenis bibit ataupun jenis pisangnya (Hasyim, 2009). Hal ini dikarenakan kurangnya

ketentuan ataupun arahan bagi petani, baik dari gapoktan, pemerintah ataupun dari penyuluh pertanian setempat tentang jenis pisang dan teknik budidaya yang

dianjurkan. Pada akhirnya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan petani pisang ambon. Petani pisang ambon juga umumnya menguasai lahan yang relatif sempit, sehingga pendapatan dari usahatani saja sering tidak mencukupi


(24)

7

kebutuhan dasar rumah tangga. Selain itu sifat pertanian yang musiman dan terbatasnya pendapatan dari sektor pertanian menyebabkan rumah tangga di perdesaan mencari pekerjaan di luar sektor pertanian.

Badan Pusat Statistik (2012) mengemukakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan dapat menggunakan Indeks Kedalaman Kemiskinan yang

merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Metode yang digunakan adalah dengan menghitung garis kemiskinan (GK) yang terdiri dari dua komponen, yaitu garis kemiskinan makanan (GKM) yang merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan dan garis kemiskinan bukan-makanan (GKBM), sebagai berikut:

GK = GKM + GKBM ………..…………. (1)

keterangan:

GKM : nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kalori per kapita per hari.

GKBM : kebutuhan minimum untuk perumahan, pendidikan dan kesehatan.

Model ini adalah membandingkan tingkat konsumsi penduduk dengan Garis Kemiskinan (GK) yaitu jumlah rupiah untuk konsumsi per orang per bulan. Garis kemiskinan, yakni kebutuhan dasar makanan setara 2.100 kalori energi per kapita per hari, ditambah nilai pengeluaran untuk kebutuhan dasar bukan makanan yang paling pokok. Penghitungan GK dilakukan secara terpisah untuk daerah


(25)

8

Dari sisi pengeluaran, komoditas pangan terdiri dari padi-padian dan hasil-hasilnya, umbi-umbian dan hasil-hasil-hasilnya, ikan dan hasil-hasil-hasilnya, daging, telur, susu dan hasil-hasil dari susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, konsumsi lainnya, makanan yang sudah jadi, minuman yang mengandung alkohol, tembakau dan sirih. Komoditas bukan pangan adalah perumahan, bahan bakar, penerangan, air, barang-barang dan jasa-jasa, pakaian, alas kaki dan tutup kepala, barang-barang yang tahan lama, keperluan pesta dan upacara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan tersebut sebagai berikut:

1. berapa besar pendapatan petani pisang ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran?.

2. bagaimana tingkat kesejahteraan petani pisang ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran?.

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui besarnya pendapatan petani pisang ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

2. Mengetahui tingkat kesejahteraan petani pisang ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.


(26)

9

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi:

1. Petani, sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola usahatani pisang ambon guna meningkatkan pendapatan.

2. peneliti lain, sebagai bahan pertimbangan dan informasi untuk penelitian sejenis.


(27)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Pisang

Pisang (Musa paradisiaca) termasuk keluargaMusaceae, yang sangat digemari orang karena enak dimakan sebagai buah meja atau melalui pengolahan terlebih dahulu (Nuswamarhaeni, 1989). Tanaman pisang berasal dari Asia Tenggara, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Buah pisang sangat popular dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Pisang merupakan tanaman semak yang berbatang semu (pseudostem), tingginya bervariasi antara 1-4 m (Sumarjono, 1997).

Tanaman pisang dapat tumbuh di daerah tropis, baik dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian tidak lebih dari 1.600 m di atas permukaan laut (dpl). Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah 27°C, dan suhu maksimumnya 38°C, dengan keasaman tanah (pH) 4,5-7,5. Curah hujan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman pisang berkisar antara 2000-2500 mm/tahun atau paling baik 100 mm/bulan. Apabila suatu daerah mempunyai bulan kering berturut-turut melebihi 3 bulan, maka tanaman pisang memerlukan tambahan pengairan agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.


(28)

11

Jenis tanah yang disukai tanaman pisang adalah tanah liat yang mengandung kapur atau alluvial dengan pH antara 4,5-7,5. Karenanya, tanaman pisang yang tumbuh di tanah berkapur sangat baik. Di daerah beriklim kering antara 4-5 bulan pun pisang masih tumbuh subur asalkan air tanah tidak lebih dari 150 cm di bawah permukaan tanah. Sementara kedalaman air tanah yang sesuai untuk tanaman pisang yang ditanam diiklim biasa adalah 50-200 cm di bawah permukaan tanah.

Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya tanaman pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan. Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus dialiri dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50-200 cm, di daerah setengah basah 100-200 cm dan di daerah kering 50-150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah pada tanah yang mengandung garam 0,07%. Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia, umumnya tanaman pisang dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl (Suyanti dan Ahmad , 2000).

Pisang merupakan buah unggulan Indonesia. Produksi komoditas ini merata di seluruh pelosok tanah air, akan tetapi kualitasnya masih beragam. Oleh karena itu perlu penanganan yang serius supaya komoditas itu mampu berkompetisi dengan produk dari luar negeri. Keragaman varietas pisang yang diproduksi petani kita


(29)

12

disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya karena Indonesia merupakan sentra primer keragaman varietas pisang, dan ditanam di lahan pekarangan rakyat yang masing-masing kurang memperhatikan nilai komersial tanaman itu. Hampir 70% produksi pisang di tanah air kita berasal dari pekarangan (Departemen Pertanian, 2005).

Adapun klasifikasi tanaman pisang adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Lilipsida Genus : Musa

Spesies : Musa sp (Tjitrosoepomo, 2000).

2. Pisang Ambon

Pisang adalah nama mum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musacea. Pisang ambon menurut ahli sejarah berasal dari daerah Asia Tenggara termasuk juga Iandonesia (Roedyato, 1997). Pisang ambon dapat ditanam didataran rendah hangat bersuhu 21-32 derajat celsius dan beriklim lembab. Topografi yang dikehendaki tanaman tanaman pisang ambon ini berupa lahan datar dengan kemiringan 8 derajat. Lahan itu terletak di daerah tropis antara 16 derajat LU-12 derajat LS. Apabila suhu udara kurang dari 13


(30)

13

derajat celsius atau lebih dari 38 derajat celsius maka tanaman pisang akan berhenti tumbuh dan akhir mati (Suyanti dan Ahmad, 2008).

3. Konsep Usahatani

Usahatani adalah himpunan sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlakukan untuk produksi pertanian seperti tumbuh-tumbuhan, air, dan tanah, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari,

bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan lain sebagainya. Sesuai batasannya pada setiap usahatani akan selalu ada unsur lahan yang mewakili untuk alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga petani, unsur modal yang beraneka ragam jenisnya dan unsur pengelolaan atau manajemen yang peranannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani. Keempat unsur

tersebut tidak dapat dipisah-pisah karena kedudukannya dalam usahatani sama pentingnya (Mosher, 1987).

Usahatani sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efesien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki (kuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efesien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut

menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 1995).


(31)

14

4. Teori Pedapatan Petani

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha (Sukartawi 1995).

Pendapatan dibedakan atas dua pengertian, yaitu: (1) Pendapatan kotor usahatani, sebagai nilai produksi usahatani dikalikan harga dalam jangka waktu tertentu baik yang jual maupun yang dikonsumsi sendiri, digunakan untuk pembayaran atau ada digudang pada akhir tahun; (2) Pendapatan bersih usahatani, merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan usahatani dengan pengeluaran total usahatani (Soekartawi, 1995).

Soekartawi (1994) juga mengatakan bahwa, pendapatan keluarga mencerminkan tingkat kekayaan besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan dana yang besar dalam usahatani, sedangkan pendapatan yang rendah dapat menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal, pendapatan bersih petani hasil kotor dari produksi yang dinilai dengan uang kemudian hasil kotor tersebut dikurangi dengan biaya produksi dan biaya pemasaran.

Pendapatan seorang individu didefinisikan sebagai jumlah penghasilan yang diperoleh dari jasa-jasa produksi yang diserahkan pada suatu atau diperolehnya dari harta kekayaannya, sedangkan pendapatan tidak lebih daripada penjumlahan dari semua pendapatan individu (Aukley, 1983).

Pendapatan diperlukan oleh rumah tangga petani untuk memenuhi kebutuhan, hidup ini tidak tetap melaikan terus menerus. Oleh karena itu, pendapatan yang


(32)

15

dimaksimalkan itulah yang selalu diharapkan petani dari usahatani. Ditambahkan oleh Mosher (1991), pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani (Adiwilanga, 1992).

Tolak ukur yang penting dalam melihat kesejahteraan petani adalah pendapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan petani sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu pangan, sandang, papan, dan lapangan pekerjaan. Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator penting untuk mengetahui tingkat hidup rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah rangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan (Mosher, 1987).

Ada lima faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani; (1) luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman rata-rata; (2) tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks pertanaman; (3) pilihan dan kombinasi; (4) intensitas perusahaan pertanaman; (5) efesiensi tenaga kerja (Hernanto, 1994).

5. Kesejahteraan Petani

Kesejahteraan adalah pendapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan (Mosher,1987).

Kesejahteraan adalah sesuatu yang bersifat subyektif, sehingga setiap orang yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan memberikan nilai


(33)

16

yang berbeda tentang faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan (Sukirno, 1985).

Terdapat beberapa parameter yang umum digunakan untuk menentukan tingkat kesejahteraan, salah satunya adalah BPS (2012). Badan Pusat Statistik (2008), mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non makanan. Inti model ini adalah membandingkan tingkat konsumsi penduduk dengan Garis Kemiskinan (GK), yaitu jumlah rupiah untuk konsumsi per orang per bulan. Garis kemiskinan, yaitu kebutuhan dasar makanan setara 2.100 kalori energi per kapita per hari, ditambah nilai pengeluaran untuk kebutuhan dasar bukan makanan yang paling pokok.

Tingkat kesejahteraan merupakan konsep yang digunakan untuk menyatakan kualitas hidup suatu masyarakat atau individu di suatu wilayah pada satu kurun waktu tertentu. Konsep kesejahteraan atau rasa sejahtera yang dimiliki bersifat relatif, tergantung bagaimana penilaian masing-masing individu terhadap kesejahteraan itu sendiri. Sejahtera bagi seseorang dengan tingkat pendapatan tertentu belum dapat juga dikatakan sejahtera bagi orang lain.

Badan Pusat Statistik (2012), menjelaskan kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Dimensi kesejahteraan rakyat disadari sangat luas dan kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat terlihat melalui suatu aspek tertentu. Oleh karena itu, kesejahteraan rakyat dapat diamati dari berbagai aspek yang spesifik yaitu:


(34)

17

a. Kependudukan

Penduduk merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan, karena dengan kemampuannya mereka dapat

mengelola sumberdaya alam sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup bagi diri sendiri dan keluarganya secara berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses pembangunan jika kualitas rendah. Oleh sebab itu, dalam

menangani masalah kependudukan, pemerintah tidak saja mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk, tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualiitas sumberdaya manusianya.

b. Kesehatan dan gizi

Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan penduduk dalam hal kualitass fisik. Kesehatan dan gizi berguna untuk melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan, dan jenis pengobatan yang dilakukan. c. Pendidikan

Maju tidaknya suatu bangsa terletak pada kondisi tingkat pendidikan masyarakatnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin maju bangsa tersebut. Pemerintah berharap tingkat pendidikan anak semakin membaik dan tentunya akan berdampak pada tingkat kesejahteraan penduduk.


(35)

18

d. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting untuk menunjukkan masyarakat dengan indikator keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan diantaranya adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).

e. Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga

Pengeluaran rumah tangga juga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan, maka porsi pengeluaran akan bergerser dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan. Pergeseran pola

pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan pada umumnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan terhadapat barang bukan makanan pada umumnya tinggi.

f. Perumahan dan lingkungan

Manusia membutuhkan rumah disamping sebagai tempat untuk berteduh atau berlindung dari hujan dan panas juga menjadi tempat berkumpulnya para penghuni yang merupakan satu ikatan keluarga. Secara umum, kualitas rumah tinggal menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga, dimana kualitas dari fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Barbagai fasilitas yang mencerminkan kesejahteraan rumah tangga tersebut diantaranya dapat terlihat dari luuas lantai rumah, sumber air minum, dan fasilitas tempat buang air besar. Kualitas perumahan yang baik dan penggunaan fasilitas perumahan yang memadai akan memberikan kenyamanan bagi penghuninya.


(36)

19

g. Sosial, dan lain-lain

Indikator sosial lainnya yang mencerminkan kesejahteraan adalah persentase penduduk yang melakukan perjalanan wisata, persentase penduduk yang menikmati informasi dan hiburan meliputi menonton televisi, mendengarkan radio, membaca surat kabar, dan mengakses internet. Selain itu, persentase rumah tangga yang menguasai media informasi seperti telepon,handphone, dan komputer, serta banyaknya rumah tangga yang membeli beras murah/miskin (raskin) juga dapat dijadikan sebagai indikator kesejahteraan.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

1. Hasil penelitian Purwadi (2009) mengenai analisis pendapatan usahatani pisang ambon melalui program primatani, menunjukkan bahwa produksi per hektar yang dihasilkan oleh petani di Desa Telaga sebesar 20.526,48 kg. Dari jumlah produksi petani mendapatkan penerimaan tunai sebesar Rp 33.937.045,18 dan pendapatan yang diperoleh selama satu tahun dari luas lahan satu hektar adalah sebesar Rp 16.945.968,69.

2. Hasil penelitian Herdeynan (2011) mengenai analisis efesiensi pemasaran pisang arames di Kabupaten Lampung Selatan menunjukkan bahwa nilai rata-rata harga jual di tingkat petani Rp352,88/kg untuk Kecamatan Kalianda dan nilai rata-rata Rp 319,87/kg untuk Kecamatan Bakauheni.

3. Hasil penelitian Penelitian Fairuzi (2008) mengenai prospek

pengembangan pisang di Sumatera Barat menunjukkan bahwa data yang diperoleh terlihat bahwa terdapat kelebihan produksi (excess supply)


(37)

20

pisang di Sumatera Barat. Kelebihan produksi ini memberikan peluang pisang di Sumatera Barat untuk diperluas pemasarannya. Teknologi yang digunakan petani pisang di Sumatera Barat khususnya masalah bibit yang ditanam masih berupa anakan dan pengelolaan usahatani pisang belum dilaksanakan secara intensif. Ketersediaan sarana produksi sudah cukup memadai dan ditunjang oleh kondisi transportasi yang telah mendukung kelancaran pemasaran pisng dari sentra produksi ke pasar.

4. Penelitian Husinsyah (2005) mengenai sistem tataniaga pisang kepok untuk meningkatkan ekonomi masyarakat tani di Provinsi Kalimantan Timur menunjukkan bahwafarmer sharerata-rata rendah, hanya 24,76% dari harga eceran, yang mencakup biaya produksi (10,96%) dan

keuntungan petani (13,80%).

5. Penelitiaan Wirawan (2013) mengenai permintaan buah pisang ambon oleh rumah tangga di Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, Provinsi Bali menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan buah pisang ambon di Kecamatan Denpasar Barat adalah harga buah lain, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, dan tingkat

pendidikan formal ibu rumah tangga.

C. Kerangka Pemikiran

Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam menopang kehidupan masyarakat Indonesia karena berperan dalam pembangunan nasional.


(38)

21

terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga tani tergantung pada tingkat pendapatan usahatani dansurplusyang dihasilkan oleh sektor itu sendiri. Dengan demikian, tingkat pendapatan usahatani pisang ambon disamping merupakan penentu utama kesejahteraan rumah tangga petani, juga sebagai salah satu faktor penting yang mengkondisikan pertumbuhan ekonomi.

Penduduk miskin di Provinsi Lampung masih banyak yang tinggal di pedesaan. Sebanyak 80,49% penduduk miskin di Lampung masih terkonsentrasi di

pedesaan, dan ciri masyarakat pedesaan adalah sumber matapencahariaannya adalah sebagai petani. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga yang banyak hidup dalam kemiskinan adalah rumah tangga yang pekerjaan utama sebagai petani.

Tanaman hortikultura merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan. Salah satunya jenis tanaman hortikultura yang berpotensial untuk dikembangkan adalah komoditas buah-buahan yang mempunyai pengaruh yang besar untuk memberikan kontribusi dalam upaya pemulihan ekonomi daerah. Komoditi buah-buahan banyak menopang kehidupan keluarga petani.

Pendapatan rumah tangga menjadi hal terpenting dari kesejahteraan, karena beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat

pendapatan, namun upaya peningkatan pendapatan petani secara nyata tidak selalu diikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani. Pendapatan petani pisang

ambon sangat erat kaitannya dengan perolehan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani pisang ambon tersebut. Produktivitas pisang ambon yang tinggi dan


(39)

22

harga jual yang yang terus meningkat apakah sudah membuat petani pisang ambon di Desa Padang Cemin bila dilihat dari segi pendapatan dan tingkat kesejahteraannya ikut meningkat. Usahatani pisang ambon tidak terlepas dari permasalahan dimulai dariinputsampaioutputdan pasca panen. Pengadaan faktor produksi dalam usahatani pisang dibutuhkan biaya produksi, yaitu semua biaya yang dikeluarkan petani dalam memproduksi tanaman pisang ambon dan besarnya biaya produksi ditentukan oleh banyaknya faktor produksi yang digunakan dan harga faktor produksi.

Penjualanoutputberupa hasil panen pisang ambon akan menghasilkan

penerimaan bagi petani pisang dan besarnya penerimaan bergantung dari jumlah hasil panen yang dikaali dengan harganya. Selisih penerimaan dengan biaya produksi merupakan pendapatan bagi petani pisang ambon. Pendapatan yang diperoleh petani pisang ambon dapat dijadikan salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan rumah tangga petani pisang, karena beberapa aspek dari

kesejahteraan bergantung pada tingkat pendapatan dimana besarnya pendapatan yang diperoleh akan mempengaruhi terhadap kebutuhan dasar yang harus dipenuhi seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan lapangan pekerjaan.

Peningkatan pendapatan diharapkan akan turut pula meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat petani pisang ambon. Pendapatan petani pisang ambon merupakan penerimaan petani yang diperoleh dari hasil penjualan setelah melalui proses produksi. Pendapatan petani pisang ambon merupakan ukuran balas jasa terhadap faktor-faktor yang digunakan dalam proses produksi. Pada akhirnya para petani pisng ambon dari setiap usahataninya mengharapkan pendapatan yang


(40)

23

disebut dengan pendapatan usahatani pisang ambon. Berdasarkan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani, maka dapat dilihat tingkat kesejahteraan petani.

Kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana seluruh kebutuhan dari rumah tangga tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan tingkatan hidup. Besarnya pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani berdasarkan indikator dari BPS yang meliputi

informasi tentang kependudukan, kemiskinan, kesehatan, pendidikan, konsumsi, ketenagakerjaan, sosial budaya, dan lain-lain digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan petani dapat diilihat dari persentase

pengeluaran rumah tangganya baik pengeluaran untuk kebutuhan pangan ataupun non pangan.

Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh pendapatan rumah tangga petani yang dimiliki terutama bagi yang berpendapatan rendah. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka persentase untuk pangan akan semakin berkurang atau apabila terjadi peningkatan pendapatan tersebut tidak merubah pola komsumsi, maka rumah tangga tersebut bisa dikatakan sejahtera, begitu pula sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan dapat merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut tidak sejahtera. Skema kerangka pemikiran pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani pisang ambon di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dapat disajikan pada Gambar 1.


(41)

24

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani Pisang Ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran tahun 2013.

Petani Pisang Ambon Faktor produksi

(input): - Lahan - Modal - Tenaga Kerja - Bibit

- Pupuk urea - Pupuk Kandang - Pestisida

Proses produksi Pisang ambon

Output (Pisang ambon)

Biaya produksi Penerimaan

Pengeluaran rumah tangga petani (pangan dan non pangan)

Indikator-indikator Kesejahteraan (BPS 2007): - Kependudukan - Kemiskinan - Kesehatan - Pendidikan - Konsumsi - Perumahan - Ketenagakerjaan - Sosial dan lain-lain Tingkat kesejahteraan

Sektor Pertanian

Kemiskinan

Pendapatan luar usahatani: - jasa ojek pisang - buruh bangunan - produksi tempe Pendapatan

Usahatani: - pisang ambon - selain pisang ambon

Total pendapatan petani


(42)

25

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis terhadap tujuan penelitian.

1. Konsep Dasar

Usahatani adalah suatu proses atau aktivitas produksi pertanian dengan

mengkombinasikan berbagai sumberdaya alam, tenaga kerja, dan modal sesuai dengan kondisi lingkungan untuk mencapai pendapatan maksimal.

Usahatani pisang adalah suatu kegiatan pengalokasian sumber daya yang ada secara efektif dan efesien untuk memperoleh pendapatan usahatani pisang yang tinggi pada waktu tertentu.

Petani adalah individu atau kelompok orang yang melakukan usaha guna memenuhi kebutuhan sebagian atau secara keseluruhan hidupnya dalam bidang pertanian. Petani pisang adalah individu atau sekelompok orang yang melakukan usahatani pisang guna memenuh kebutuhan hidupnya.

Petani gurem adalah petani yang memiliki luas penguasaan lahan pertanian pada kisaran 0,0-0,5 hektar. Petani kecil adalah petani yang memiliki luas pengusaaan


(43)

26

lahan pertanian pada kisaran 0,55-1,00 hektar. Petani kaya adalah petani yang memiliki luas penguasaan lahan pertanian lebih besar dari 1,00 hektar. Petani pisang adalah orang yang bermatapencaharian utama atau sampingannya adalah sebagai petani pisang.

Responden adalah orang yang menjadi narasumber dalam penelitian.

Umur ekonomis alat adalah perkiraaan usia alat-alat yang digunakan yang masih berfungsi dengan baik.

Tingkat pendidikan petani adalah lamanya petani mengenyam bangku sekolah.

Lama berusahatani adalah lamanya petani mengusahakan tanaman sampai dilakukan penelitian

Bibit pisang adalah anakan yang diperleh dari indukan pisang baru yang kemudian siap untuk ditanam.

Pupuk urea merupakan pupuk kimia mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih. Pupuk urea dengan rumus kimia NH2 CONH2 merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat.

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan ternak. Hewan ternak yang kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang biasa dipelihara oleh masyarakat, seperti kambing, sapi, domba dan ayam.


(44)

27

Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang bersal dari air seni (urine) hewan yang digunakan untuk pemupukan tanaman pertanian.

Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Pestisida adalah sbstansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama.

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakcukupan/kekurangan akan aset-aset penting dan peluang-peluang dimana setiap manusia berhak memperolehnya. Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar manakan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Kemiskinan juga berkaintan erat denganoutcomeyang kurang/tidak cukup dalam hubungannya dengan (1) kependudukan, (2) kesehatan, (3)

pendidikan, (4) ketenagakerjaan, (5) konsumsi, (6) perumahan, dan (7) sosial lainnya (BPS, 2012).

Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlahoutput atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh petani. Produksi pisang adalah jumlah pisang yang dihasilkan dalam waktu satu musim tanam (satu kali proses produksi).

Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan, dimana pendapatan merupakan harapan bagi petani dalam melakukan usaha, pendapatan dapat diterima jika penerimaan (penghasilan) lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan. Pendapatan rumah tangga adalah pendapatan atau


(45)

28

penghasilan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota rumah tangga.

Biaya usahatani pisang ambon adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk usahatani pisang ambon selama satu musim tanam. Biaya tunai adalah biaya yang langsung dikeluarkan pada saat proses produksi. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam kegiatan usahataninya tetapi tidak dikeluarkan secara tunai.

Lahan adalah areal/tempat yang digunakan untuk melakukan usahatani pisang ambon diatas sebidang tanah.

Tenaga kerja adalah orang yang terlibat dalam proses produksi. Tenaga kerja dalam keluarga adalah orang yang terlibat dalam proses produksi dan berasal dari dalam keluarga. Tenaga kerja luar keluarga adalah orang yang terlibat dalam proses produksi dan berasal dari luar keluarga.

2. Definisi Operasional Variabel

Tabel 5. Definisi Variabel Kesejahteraan

No Variabel Satuan

1. Kemiskinan yaitu ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang

diukur dari sisi pengeluaran. Rp/th

2. Kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut dapat terpenuhi


(46)

29

Tabel 5. Lanjutan

3. Pengeluaran adalah seluruh biaya pengeluaran yang dikeluarkan oleh seluruh anggota rumah tangga petani,

yang meliputi pengeluaran pangan dan non pangan. Rp/th

4. Pengeluaran pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang yang dinilai dengan uang untuk konsumsi

semua anggota keluarga. Rp/th

5. Pengeluaran non pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang yang dinilai dengan uang untuk konsumsi semua

anggota keluarga. Rp/th

B. Lokasi Penelitian, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metodesurveydan wawancara menggunakan kuisioner kepada petani pisang ambon. Panelitian ini dilaksanakan di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Pesawaran merupakan sentra pengembangan agribisnis pisang di Provinsi Lampung (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortkultura, 2013). Kecamatan Padang Cermin dipilih dengan pertimbangan bahwa kecamatan tersebut memiliki luas panen tertinggi diantara kecamatan lainnya di Kabupaten Pesawaran (BPS Kabupaten Pesawaran, 2011-2012) dan Desa Padang Cermin memiliki luas areal terluas di Kecamantan Padang Cermin. Waktu penelitian untuk proses pengambilan data yang dilakukan mulai bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013.


(47)

30

C. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah petani pisang ambon yang diambil dengan metode acak sederhana (simple random sampling). Menurut hasil rekapitulasi data kependudukan tahun 2009, Desa Padang Cermin memiliki jumlah penduduk 8.586 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga 2.255 KK, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 4.282 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 4.304 jiwa.

Padang Cermin merupakan desa pertanian dan perkebunan, sehingga sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani sebanyak 4.116 jiwa, pedagang 152 jiwa, PNS 66 jiwa, TNI 6 jiwa, Polri 12 jiwa, buruh tani 715 jiwa. Populasi petani berjumlah 155 petani pisang ambon. Jumlah sampel secara proporsional ditentukan dengan rumus (Sugiarto, 2003).

n = NZ2σ2 ... (2) Nδ2+ Z2σ2

keterangan:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran petani pisang ambon (155) Z = Derajat kepercayaan Z (90% = 1,645)

σ2 = Varian sampel (5% = 0,05)

δ2 = Standar deviasi (5% = 0,05)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel dari Desa Padang Cermin sebanyak 40 petani pisang ambon.


(48)

31

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan melalui penyebaran kuisioner kepada responden. Data primer meliputi produksi pisang, harga jual pisang ambon, harga pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya angkut pisang ambon, dan penyusutan pelaratan. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi pemerintah yang berhubungan dengan penelitian ini, misalnya Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Kecamatan Padang Cermin, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, publikasi, dan pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

E. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani pisang ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Metode analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menggambarkan keadaan objek penelitian saat pada saat sekarang yaitu mengenai tingkat kesejahteraan petani pisang ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

1. Pendapatan Petani

a. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani diperoleh dengan menghitung selisih antara penerimaan yang diterima dari hasil usahatani dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam


(49)

32

satu tahun. Soekartawi (1994). Untuk mengetahui pendapatan petani digunakan rumus Soekartawi (1994):

π = YPy-∑ XiPxi... (3)

keterangan:

π = Pendapatan (Rp)

Y = Produksi (Rp)

Py = Harga hasil produksi (Rp/Kg)

∑ Xi = Jumlah faktor produksi ke-i (i = 1,2,3,...n) Pxi = Harga faktor produksi (Rp/satuan)

b. Pendapatan Rumah Tangga Petani

Pendapatan rumah tangga petani diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan keluarga yang berasal dari usahatani dan pendapatan keluarga yang berasal dari luar usahatani. Pendapatan diperoleh dengan menghitung selisih antara total penerimaan yang diterima dari hasil usaha dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu tahun. Berdasarkan perhitungan tersebut maka akan diperoleh rata-rata pendapatan rumah tangga petani dalam satu tahun. Untuk mengetahui pendapatan rumah tangga petani digunakan rumus Hastuti dan Rahim (2008).

Prt = Pusahatani+ Pnon usahatani+ Pluar pertanian... (4) keterangan:

Prt = Pendapatan Rumah Tangga petani per tahun Pusahatani = Pendapatan dari usahatani

Pnon usahatani = Pendapatan dari luar usahatani Pluar pertanian = Pendapatan dari luar pertanian


(50)

33

2. Tingkat Kesejahteraan Petani

Berdasarkan kriterian BPS (2012), pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan

penduduk. Indikator lain yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani didasarkan pada kriteria Badan Pusat Statistik (2012), tentang kesejahteraan yaitu informasi kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, pola konsumsi atau pengeluaran petani, perumahan dan lingkungan, dan sosial lainnya. Klasifikasi kesejahteraan yang digunakan terdiri dari dua klasifikasi, yaitu petani dalam kategori sejahtera dan belum sejahtera. Variabel pengamatan yang diamati dari responden adalah sebanyak 7 variabel indikator kesejahteraan masyarakat. Variabel pengamatan disertai dengan klasifikasi dan skor dapat dilihat pada Tabel 6.

Masing-masing klasifikasi ditentukan dengan cara mengurangkan jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah. Hasil pengurangan dibagi dengan jumlah klasifikasi atau indikator yang digunakan. Kesejahteraan dikelompokkan menjadi dua yaitu sejahtera dan belum sejahtera. Rumus penentu rentang kelas adalah (Badan Pusat Statistik, 2007).

RS = SkT–SkR ... (5) JKl

keterangan:

RS = Range skor

Skt = Skor tertinggi (7 x 3 = 21) Skr = Skor terendah (7 x 1 = 7)


(51)

34

Hasil perhitungan berdasarkan rumus diperoleh rentang kelas (SR sama dengan 7), sehingga dapat dilihat interval skor yang akan menggambarkan tingkat

kesejahteraan petani. Hubungan antara interval skor dan tingkat kesejahteraan adalah:

Skor antara 7-14: petani pisang ambon di Desa Padang Cermin belum sejahtera. Skor 15-21: petani pisang ambon di Desa Padang Cermin sejahtera.

Untuk setiap indikator sendiri dapat diketahui tingkat kesejahteraan masing-masing indikator didalam keluarga apakah rendah, sedang atau tinggi sesuai dengan skor masing-masing indikator tersebut (BPS, 2007).

Tabel 6. Indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik dan Susenas 2007 disertai variabel, kelas dan skor.

No Indikator Kesejahteraan Kelas Skor

1. Kependudukan Baik 3

1. Status sebagai kepala keluarga: (10-12)

a. suami istri (3) b. Duda (2) c. Janda (1)

Jumlah anggota keluarga yang ikut tinggal: Cukup 2 a.≤4 orang (3) b. 5 orang (2) c.≥ 5 orang (1) (7-9) Berapa tanggungan dalam keluarga:

a.≤ 4 orang (3) b. 5 orang (2) c. ≥ 5 orang (1) Kurang 1

Jumlah orang yang ikut tinggal: (4-6)

a. 1 orang (3) b. 2 orang (2) c.≥ orang (1) 2. Kesehatan dan gizi

Pendapatan mengenai gizi selain karbohidrat: a. perlu (3) b. kurang perlu (2) c. Tidak perlu (1) Anggota keluarga mengalami keluhan kesehatan: a. tidak (3) b. kadang-kadang (2). c. ya (1)

Keluhan kesehatan menurunkan aktivitas sehari-hari: Baik 3 a. tidak (3) b. kadang-kadang (2). c. ya (1) (26-33) Keluhan setiap bulannya menyediakan dana untuk

kesehatan: Cukup 2

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak pernah (1) (18-25)

Sarana kesehatan yang ada: Kurang 1


(52)

35

Tabel 6. Lanjutan

Tenaga kesehatan yang biasa digunakan keluarga: a. dokter (3) b. Bidan (2) c. dukun (1)

Tempat persalinan bayi:

a. bidan (3) b. dukun (2) c. rumah (1) Tempat keluarga memperoleh obat:

a. peskesmas (3) b. dukun (2) c. obat warung (1) Biaya obat:

a. terjangkau (3) b. cukup terjangkau (2) c. sulit terjangkau (1) Arti kesehatan bagi keluarga:

a. penting (3) b. kurang penting (2) c. tidak penting (1)

3. Pendidikan

Anggota keluarga berusia 15 tahun ke atas lancar membaca–

dan menulis: Baik 3

a. lancar (3) b. kurang lancar (2) c. tidak lancar (1) (17-21) Pendapat mengenai pendidikan putra-putri:

a. penting (3) b. kurang penting (2) c. tidak penting (1)

Kesanggupan mengenai pendidikan: Cukup 2

a. sanggup (3) b. kurang sanggup (2) c. tidak sanggup (1) (12-16)

Jenjang pendidikan tinggi: Kurang 1

a. perlu (3) b. kurang perlu (2) c. tidak perlu (1) (7-11) Sarana pendidikan anak:

a. memadai (3) b. kurang memadai (2) c. tidak memadai (1) Rata-rata jenjang pendidikan anak:

a.≥ SMP (3) b. SD (2) c. tidak tamat SD (1)

Perlu pendidikan luarr sekolah:

a. perlu (3) b. kurang perlu (2) c. tidak perlu (1)

4. Ketenagakerjaan

Jumlah orang yang bekerja dalam keluarga:

a.≥ 3 orang (3) b. 2 orang (2) c. 1 orang (1)

Jumlah jam dalam seminggu untuk melakukan pekerjaan: Baik 3 a. > 35 jam (3) b. 31-35 jam (2) c. < 30 jam (1) (17-21) Selain berusaha anggota keluarga melakukan pekerjaan–

tambahan: Cukup 2

a. ya (3) b. sedang mencari (2) c. tidak ada (1) (12-16) Jenis pekerjaan tambahan:

a. wiraswasta (3) b. buruh (2) c. tidak ada (1)

Waktu dalam melakukan pekerjaan tambahan: Kurang 1

a. sepanjang tahun (3) b. setelah musim garap (2)

c. tidak tentu (1) (7-11)

Pendapat mengenai pekerjaan memerlukan keahlian: a. ya (3) b. kurang perlu (2) c. tidak (1)

Pendapat tentang upah yang diterima:

a. sesuai (3) b. belum sesuai (2) c. tidak sesuai (1) 5. Konsumsi/pengeluaran Rumah Tangga


(53)

36

Tabel 6. Lanjutan

pokok: Baik 3

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1) (15-18)

Konsumsi daging/susu/ayam per minggu: Cukup 2

a. rutin (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak/jarang (1) (10-14)

Bahan bakar untuk memasak sehari-hari: Kurang 1

a. gas (3) b. minyak tanah (2) c. kayu bakar (1) (6-9) Kecakupan pendapatan keluarga per bulan untuk konsimsi–

pangan dan non-pangan:

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak cukup (1) Keluarga menyisakan dana untuk kebutuhan sandang-dan perumahan:

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1)

Pendapatan per bulan dapat ditabung atau untuk menanam modal: a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1)

6. Perumahan dan Lingkungan Status rumah tempat tinggal:

a. milik sendiri (3) b. menyewa (2) c. menumpang (1) Status tanah tempat tinggal:

a. milik sendiri (3) b. menyewa (2) c. menumpang (1) Jenis perumahan:

a. permanen (3) b. semi permanen (2) b. sangat sederhana (1) Jenis dinding rumah:

a. semen (3) b. papan (2) c. geribik (1) Baik 3 Rata-rata lantai mencukupi setiap anggota keluarga: (26-33) a. ya (3) b. belum (2) c. tidak (1)

Jenis penerangan yang digunakan: Cukup 2

a. listrik (3) b. patromak (2) c. lampu teplok (1) (18-25) Jenis sumber air minum dalam keluarga:

a. PAM/ledeng (3) b. sumur (2) c. sungai (1) Kepemilikan WC:

a. ya (3) b. menumpang (2) c. tidak (1) Kurang 1

Jenis WC yang digunakan: (10-17)

a. WC jongkok (3) b. WC cemplung (2) c. sungai (1) Tempat pembuangan sampah:

a. lubang sampah (3) b. pekarangan (2) c. sungai (1) 7. Sosial dan lain-lain

Ketersediaan dan pemanfaatan tempat ibadah: a. tersedian dan dimanfaatkan (3)

b. tersedia dan tidak dimanfaatkan (2) c. tidak tersedia (1)

Hubungan dengan penganut agama lain: Baik 3

a. baik (3) b. cukup baik (2) c. tidak baik (1) (17-21)

Keamanan lingkungan sekitar: Cukup 2

a. aman (3) b. cukup aman (2) c. tidak aman (1) (12-16)


(54)

37

Tabel 6. Lanjutan

a. TV (3) b. radio (2) c. tidak ada (1) (7-11)

Akses tempat wisata:

a. mudah dan sering (3) b. mudah tapi tidak sering (2) c. tidak pernah (1)

Fasilitas olahraga:

a. tersedia dan dimanfaatkan (3) b. tersedia dan tidak dimanfaatkan (2) c. tidak tersedia (1)

Biaya untuk hiburan dan olahraga; a. mudah (3) b. cukup (2) c. sulit (1)


(55)

38

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis

Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan pada tanggal 10 Agustus 2007 dengan pusat pemerintahan di Gedongtataan. Berdasarkan Pesawaran dalam Angka (2012), Kabupaten Pesawawan terletak pada posisi 5010’-5050’ Bujur Timur dan

antara 1050-105020’ Lintang Selatan. Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten

Pesawaran adalah 1.173,77 km2atau 117.377 ha dengan Kecamatan Padang Cermin sebagai kecamatan terluas, yaitu 32.78 ha yang sebelumnya merupakan wilayah Kabupaten Lampung Selatan memiliki 7 kecamatan dan 133 desa (BPS, 2012).

Batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Pesawaran:

a. sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah b. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus c. sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus

d. sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandarlampung.


(56)

39

2. Keadaan Topografi dan Iklim

Menurut Pesawaran dalam Angka (2012), topografi wilayah Kabupaten Pesawaran bervariasi antara dataran rendah dan dataran tinggi, yang sebagian merupakan daerah berbukit sampai bergunung dengan ketinggian dari permukaan laut antara 19 sampai dengan 162 meter.

Iklim di Kabupaten Pesawaran merupakan iklim tropis, dengan curah hujan per tahun berkisar antara 2.264 mm sampai dengan 2.868 mm dan jumlah hari hujan antara 90 sampai dengan 176 hari/tahun. Rata-rata tekanan udara minimal dan maksimal di Kabupaten Pesawaran adalah 1.012,14 mb dan 1.015,88 mb (Pesawaran dalam Angka, 2012).

Jumlah penduduk Kabupaten Pesawaran tahun 2012 adalah 397.294 jiwa, yang terdiri atas 212.266 laki-laki dan 185.028 perempuan. Dari data tersebut, sebagian besar (7,161%) memeluk agama Islam, agama Hindu (0,100%), agama Protestan (0,77%), agama Katolik (0,71%), agama Budha (0,46%), serta kepercayaan lainnya (0,79%) (Pesawaran dalam Angka, 2012). Sebaran penduduk Kabupaten Pesawaran berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran penduduk Kabupaten Pesawaran berdasarkan kelompok umur tahun 2012.

Kelompok umur Jumlah (jiwa) Persentase (%)

0-14 112.466 28,30

15-64 264.265 66,52

65+ 20.563 5,18

Total 397.294 100,00


(57)

40

Tabel 7 menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Pesawaran sebagian besar berada dalam kelompok usia produktif, yaitu berada pada kisaran 15-64 tahun (66,52%) dari total jumlah penduduk Kabupaten Pesawaran. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kabupaten Pesawaran cukup tinggi dan

berpotensi baik untuk terus membangun Kabupaten Pesawaran.

Padang Cermin merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Pesawaran yang sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani. Keadaan tanah di Kecamatan Padang Cermin sangat cocok untuk tanaman pertanian. Jenis tanaman yang banyak diusahakan di Kecamatan ini yaitu kakao, pisang, kelapa, jagung dan duku.

B. Keadaan Umum Desa Padang Cermin 1. Keadaan Geografis

Desa Padang Cermin merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Padang Cermin yang merupakan daerah dataran. Jumlah bulan hujan rata-rata 2-3 bulann, suhu rata-rata hariann 320C, dan tinggi tempat dari permukaan air laut 29-300 mdl.

Batas-batas Desa Padang Cemin, yaitu:

a. sebelah utara berbatas dengan : Desa Gebang b. sebelah timur berbatas dengan : Desa Banjaran c. sebelah selatan berbatas dengan : Desa Durian d. sebelah barat berbatas dengan : Desa Hanau Berak


(58)

41

Luas wilayah Desa Padang Cermin yaitu 32.78 Km2atau 3,278 ha. Desa Padang Cermin berjarak 7 km dari Kecamatan Padang Cermin dan 39.00 km dari Ibu Kota Kabupaten Pesawaran. Menurut hasil rekapitulasi data kependudukan tahun 2009, Desa Padang Cermin memiliki jumlah penduduk 8.586 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga 2.255 KK, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 4.282 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 4.304 jiwa.

Penduduk di Desa Padang Cermin mayoritas menganut agama Islam yang

berjumlah 8.582 jiwa, dan agama lain yaitu Katolik berjumlah 4 jiwa, yang hidup rukun berdampingan. Etnis yang ada di Desa Padang Cermin mayoritas bersuku Jawa sebanyak 4.459 jiwa, sisanya yaitu Sunda, Lampung, Minang, Palembang dan Batak.

Padang Cermin merupakan desa pertanian dan perkebunan, sehingga sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani sebanyak 4.116 jiwa, pedagang 152 jiwa, PNS 66 jiwa, TNI 6 jiwa, Polri 12 jiwa, buruh tani 715 jiwa.

Lembaga lain yang ada di Desa Padang Cermin yaitu 1 puskesmas dengan 1 dokter dan 2 bidan, 1 pasar, 5 pengepul pisang, 1 kelompok tani dan 2 gabungan kelompok tani (Anonim, 2012).

2. Potensi Pertanian

Berdasarkan data tahun 2012, penggunaan lahan di Kabupaten Pesawaran secara garis besar dibagi menjadi dua kawasan, yaitu kawasan budidaya dan kawasan non budidaya. Pertanian dalam arti luas sebagai sektor yang mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Pesawaran.


(59)

42

Luas lahan yang ada di Desa Padang Cermin yaitu 3.070 ha. Luasan areal yang potensial untuk pengembangan komoditas pertanian yang ada di Desa Padang Cermin pada tahun 2012 yaitu perkebunan seluas 1.545 ha, 987 ha untuk ladang/tegal/kolam, 315 ha untuk pemukiman, sementara 21 ha untuk

perkantoran/pertokoan disusul 2 ha untuk industri sedangkan sisanya 32 ha. Untuk lahan sawah seluas 171 ha dibedakan menjadi dua yaitu berpengairan 149 ha dan yang tidak berpengairan 22 ha.

Komoditas hortikultura terdiri dari komoditas sayuran dan buah-buahan semusim, buah-buahan dan sayuran tahunan, tanaman obat dan tanaman hias. Komoditas buahan yanga ada di Desa Padang Cermin antara lain jenis tanaman buah-buahan tahunan seperti mangga, durian, pepaya, pisang dan rambutan.

3. Potensi Peternakan

Desa Padang Cermin merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk

peternakan, berbagai jenis rumput tumbuh subur di desa ini. Ternak-ternak yang ada antara laian ternak besar, ternak kecil dan unggas. Potensi ternak yang ada di Desa Padang Cermin yaitu kerbau, kambing dan sapi. Ternak kambing

merupakan ternak yang paling banyak diusahakan. Data tahun 2012 mencatat sebanyak 846 ekor kambing, 13 ekor kerbau dan 2 sapi (Anonim, 2012).


(60)

77

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Total rata-rata pendapatan rumah tangga petani pisang ambon sebesar Rp 38.918.059,95 per tahun dengan rincian Rp 29.945.659,95 per tahun atau 76,95% dari usahatani pisang ambon, Rp 7.088.400,95 per tahun atau 18,21% dari usahatani selain pisang ambon dan sisanya dari luar usahatani yaitu sebesar Rp 1.578.000,00 per tahun atau 4,05% jasa ojek pisang, Rp 276.000,00 per tahun atau 0,71% buruh bangunan dan memproduksi tempe yaitu sebesar Rp 30.000,00/tahun atau 0,08%.

2. Berdasarkan kriteria BPS (2007) rumah tangga petani pisang ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang masuk kedalam katergori sejahtera sebanyak 37 petani pisang ambon atau 92,50%, dan sebanyak 3 petani pisang ambon atau 7,50% berada dalam kategori belum sejahtera.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. bagi petani, hendaknya mampu menggunakan lahan seefesien mungkin dengan menggunakan pola tanam yang lebih baik, menjadikan usahatani


(61)

78

pisang ambon sebagai usahatani utama, tidak ditanam bersamaan dengan tanaman lain sehingga akan mampu memaksimalkan pendapatan rumah tangga petani.

2. bagi peneliti lain, disarankan agar membahas lebih lanjut mengenai pemasaran pisang ambon dari pihak produsen hingga diterima pihak konsumen.


(62)

79

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Monografi Kecamatan. Kecamatan Padang Cermin.

Adiwilaga. 1992.Ilmu Usahatani. Bandung: Cetakan ke-III. Penerbit Alumni. Aukley, G. 1983.Teori Makro Ekonomi. Terjemahan Paul Sihothan. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Badan Pusat Statistik. 2007-2008.Indonesia dalam Angka. Indonesia: BPS Indonesia.

` . 2011-2012.Indonesia dalam Angka. Indonesia: BPS Indonesia.

. 2008-2013.Lampung dalam Angka. Bandarlampung: BPS Provinsi Lampung.

. 2010-2011.Pesawaran dalam Angka. BPS Kabupaten Pesawaran.

Departemen Pertanian. 2005. Prospek dan Arahan Pengembangan Agibisnis Pisang. Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2009-2013. Produksi dan Produktivitas Buah di Provinsi Lampung. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Fairuzi, S. 2008. Prospek Pengembangan Pisang di Sumatera Barat. Prodi Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Jurnal Agribisnis Kerakyatan. 1(1). 59-68.

Hastuti, DHD. dan ABD. Rahim. 2008.Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomik Pertanian.Jakarta: Penebar Swadaya.

Hasyim, H. 2009. Kajian Model Pengembangan Agribisnis Pisang Ambon (Musacae. Sp) di Desa Way Ratay Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Universitas Lampung: Fakultas Pertanian.

http://hasyimharrisgmail.blogspot.com/2009/10/jurnal-model-pengembangan-agribisnis.html. Diakses tanggal 21 Desember 2012.


(63)

80

Hermanto, F. 1993.Ilmu Usahatani.Jakarta: Penebar Swadaya.

Husinsyah. 2005. Sistem Tataniaga Pisang Kepok untuk Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Tani di Provinsi Kalimantan Timur. Prodi Ekonomi

Pertanian. Universitas Mulawarman. EPP. 2(1). 1-10.

Irawan, P.B. 2000. Analisis sensitivitas pada pengukuran kemiskinan. Fenomena kemiskinan sementara selama krisis ekonomi di Indonesia. Di dalam Noorma,B.A et al. Skripsi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Mantra, I.B. 2004.Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mosher, AT. 1987.Menciptakan Struktur Pedesaan Progresif. Disunting oleh Rochim Wirjoniodjojo. Jakarta: Yasaguna.

Nuswamarhaeni, S, Widiastuti, Yustina E. 1989.Mengenal Buah Unggul Indonesia. Jakarta: Swadaya.

Purwadi, T. 2009. Analisis Pendapatan Usahatani Pisang Ambon melalui Program Primatani. Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor. Roedyarto. 1997.Budidaya Pisang Ambon. Cetakan 1. Surabaya: PT Trubus

Agrisarana.

Sayogyo. 2002.Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Soekartawi. 1994.Pembangunan Pertanian. Jakarta: PT. Grafindo Persada. . 1995.Analisis Usahatani. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sumarjono, H. 1997.Prospek Berkebun Buah. Bogor: Swadaya.

. 2007.Prospek dan Arahan Pengembangan Agribisnis Pisang. Edisi Kedua. Departemen Pertanian: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sugiarto. 2003.Teknik Sampling. Jakarta: Gramedia. Sukirno, S. 1985.Ekonomi Pembangunan. FE-UI. Jakarta.

Suyanti dan Ahmad S. 2000.Pisang, Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Depok: Penebar Swadaya.

. 2008.Pisang, Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Edisi revisi. Depok: Penebar Swadaya.

Tjitrosoepomo, G. 2000,Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


(64)

81

Wirawan, I. 2013. Permintaan Buah Pisang Ambon oleh Rumah Tangga di Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Prodi Agribisnis. Universitas Udayana. JEKT 6(1): 16-29.


(1)

ladang/tegal/kolam, 315 ha untuk pemukiman, sementara 21 ha untuk

perkantoran/pertokoan disusul 2 ha untuk industri sedangkan sisanya 32 ha. Untuk lahan sawah seluas 171 ha dibedakan menjadi dua yaitu berpengairan 149 ha dan yang tidak berpengairan 22 ha.

Komoditas hortikultura terdiri dari komoditas sayuran dan buah-buahan semusim, buah-buahan dan sayuran tahunan, tanaman obat dan tanaman hias. Komoditas buahan yanga ada di Desa Padang Cermin antara lain jenis tanaman buah-buahan tahunan seperti mangga, durian, pepaya, pisang dan rambutan.

3. Potensi Peternakan

Desa Padang Cermin merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk

peternakan, berbagai jenis rumput tumbuh subur di desa ini. Ternak-ternak yang ada antara laian ternak besar, ternak kecil dan unggas. Potensi ternak yang ada di Desa Padang Cermin yaitu kerbau, kambing dan sapi. Ternak kambing

merupakan ternak yang paling banyak diusahakan. Data tahun 2012 mencatat sebanyak 846 ekor kambing, 13 ekor kerbau dan 2 sapi (Anonim, 2012).


(2)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Total rata-rata pendapatan rumah tangga petani pisang ambon sebesar Rp 38.918.059,95 per tahun dengan rincian Rp 29.945.659,95 per tahun atau 76,95% dari usahatani pisang ambon, Rp 7.088.400,95 per tahun atau 18,21% dari usahatani selain pisang ambon dan sisanya dari luar usahatani yaitu sebesar Rp 1.578.000,00 per tahun atau 4,05% jasa ojek pisang, Rp 276.000,00 per tahun atau 0,71% buruh bangunan dan memproduksi tempe yaitu sebesar Rp 30.000,00/tahun atau 0,08%.

2. Berdasarkan kriteria BPS (2007) rumah tangga petani pisang ambon di Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang masuk kedalam katergori sejahtera sebanyak 37 petani pisang ambon atau 92,50%, dan sebanyak 3 petani pisang ambon atau 7,50% berada dalam kategori belum sejahtera.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. bagi petani, hendaknya mampu menggunakan lahan seefesien mungkin dengan menggunakan pola tanam yang lebih baik, menjadikan usahatani


(3)

2. bagi peneliti lain, disarankan agar membahas lebih lanjut mengenai pemasaran pisang ambon dari pihak produsen hingga diterima pihak konsumen.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Monografi Kecamatan. Kecamatan Padang Cermin.

Adiwilaga. 1992.Ilmu Usahatani. Bandung: Cetakan ke-III. Penerbit Alumni. Aukley, G. 1983.Teori Makro Ekonomi. Terjemahan Paul Sihothan. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Badan Pusat Statistik. 2007-2008.Indonesia dalam Angka. Indonesia: BPS Indonesia.

` . 2011-2012.Indonesia dalam Angka. Indonesia: BPS Indonesia.

. 2008-2013.Lampung dalam Angka. Bandarlampung: BPS Provinsi Lampung.

. 2010-2011.Pesawaran dalam Angka. BPS Kabupaten Pesawaran.

Departemen Pertanian. 2005. Prospek dan Arahan Pengembangan Agibisnis Pisang. Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2009-2013. Produksi dan Produktivitas Buah di Provinsi Lampung. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Fairuzi, S. 2008. Prospek Pengembangan Pisang di Sumatera Barat. Prodi Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Jurnal Agribisnis Kerakyatan. 1(1). 59-68.

Hastuti, DHD. dan ABD. Rahim. 2008.Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomik Pertanian.Jakarta: Penebar Swadaya.

Hasyim, H. 2009. Kajian Model Pengembangan Agribisnis Pisang Ambon (Musacae. Sp) di Desa Way Ratay Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Universitas Lampung: Fakultas Pertanian.

http://hasyimharrisgmail.blogspot.com/2009/10/jurnal-model-pengembangan-agribisnis.html. Diakses tanggal 21 Desember 2012.


(5)

Irawan, P.B. 2000. Analisis sensitivitas pada pengukuran kemiskinan. Fenomena kemiskinan sementara selama krisis ekonomi di Indonesia. Di dalam Noorma,B.A et al. Skripsi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Mantra, I.B. 2004.Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mosher, AT. 1987.Menciptakan Struktur Pedesaan Progresif. Disunting oleh Rochim Wirjoniodjojo. Jakarta: Yasaguna.

Nuswamarhaeni, S, Widiastuti, Yustina E. 1989.Mengenal Buah Unggul Indonesia. Jakarta: Swadaya.

Purwadi, T. 2009. Analisis Pendapatan Usahatani Pisang Ambon melalui Program Primatani. Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor. Roedyarto. 1997.Budidaya Pisang Ambon. Cetakan 1. Surabaya: PT Trubus

Agrisarana.

Sayogyo. 2002.Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Soekartawi. 1994.Pembangunan Pertanian. Jakarta: PT. Grafindo Persada. . 1995.Analisis Usahatani. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sumarjono, H. 1997.Prospek Berkebun Buah. Bogor: Swadaya.

. 2007.Prospek dan Arahan Pengembangan Agribisnis Pisang. Edisi Kedua. Departemen Pertanian: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sugiarto. 2003.Teknik Sampling. Jakarta: Gramedia. Sukirno, S. 1985.Ekonomi Pembangunan. FE-UI. Jakarta.

Suyanti dan Ahmad S. 2000.Pisang, Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Depok: Penebar Swadaya.

. 2008.Pisang, Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Edisi revisi. Depok: Penebar Swadaya.

Tjitrosoepomo, G. 2000,Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


(6)

Wirawan, I. 2013. Permintaan Buah Pisang Ambon oleh Rumah Tangga di Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Prodi Agribisnis. Universitas Udayana. JEKT 6(1): 16-29.