RESPONSE OF THE PARENTS MINORS WHO USE MOTOR VEHICLES RESPON ORANG TUA TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR YANG MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR

(1)

ABSTRACT

RESPONSE OF THE PARENTS MINORS WHO USE MOTOR VEHICLES by

Anisia Franciska Nasution

This research was conducted to determine response of the parents minors who use motor vehicles in the village of Hajimena district of South Lampung Natar. In this type of research method used is qualitative research. Informants in this study were as many as 6 people informant. Determination of the informants in this study with purposive sampling technique and using in-depth interviews, observation, documentation as data collection techniques.

Based on the results of this research is that the response of parents minors who use motor vehicles have to agree and disagree responses. The response from the parents agree the reason that they think by giving the motor vehicle facility saves time, cost and economic circumstances they are sufficient to provide motor vehicle facilities. While the response of parents who do not agree minors who use motor vehicles because they are very dangerous to themselves and minors who use the Transportation equipment in the Traffic Act has been violated because of their age are not old enough to meet the requirements of driving. So the role of parents in the care, educate and monitor minors is required and knowledge of parents about Traffic Laws so that they can know the dangers when minors are given facilities for motor vehicles.


(2)

ABSTRAK

RESPON ORANG TUA TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR YANG MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR

Oleh

Anisia Franciska Nasution

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon orang tua terhadap anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Dalam penelitian ini jenis metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 6 orang informan. Penentuan informan dalam penelitian ini dengan teknik purposive sampling dan menggunakan wawancara mendalam, observasi, dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa respon orang tua terhadap anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor ini memiliki respon setuju dan tidak setuju. Respon setuju dari orang tua alasannya bahwa menurut mereka dengan memberikan fasilitas kendaraan bermotor itu menghemat waktu, biaya dan keadaan ekonomi mereka yang cukup untuk memberikan kendaraan bermotor. Sedangkan respon orang tua yang tidak setuju anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor dikarenakan sangat membahayakan diri mereka dan anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bemotor itu dalam Undang-Undang Lalu Lintas sudah melanggar dikarenakan umur mereka yang belum cukup umur untuk memenuhi persyaratan berkendara. Jadi peran orang tua dalam menjaga, mendidik dan mengawasi anak sangat diperlukan serta pengetahuan orang tua tentang Undang-Undang Lalu Lintas agar mereka bisa mengetahui bahaya apabila anak di bawah umur diberikan fasilitas kendaraan bermotor.


(3)

RESPON ORANG TUA TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR YANG MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR

(Studi di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan)

Oleh

Anisia Franciska Nasution Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 Juli. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Doharma Nasution dan Ibu Ana Deviana. Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis :

1. Sekolah Dasar Muhammadiyah 1 Baandar Lampung

yang diselesaikan pada tahun 2004.

2. SMP Negeri 3 Natar Lampung Selatan yang diselesaikan pada tahun 2009.

3. SMA Negeri 1 Lampung Selatan yang diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi melalui jalur PKAB. Dalam perjalanan menempuh pendidikan ini penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Dadirejo Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus pada tahun 2013. Selama menempuh pendidikan di Unila penulis juga aktif mengikuti Organisasi kemahasiswaan, yaitu HMJ Sosiologi pada tahun 2013 sebagai Bendahara Umum.


(8)

Motto

“kebanggaan yang terbesar adalah bukan karena tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh”

_confusius_

Tidak ada yang tidak mungkin selagi kita mau berusaha dan diiringi sebuah d’oa


(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, Aku persembahkan karya sederhana ini untuk:

Orang Tua ku tercinta Doharma Nasution (alm) dan Ana Deviana, yang telah membesarkanku, mendidik dan mendukung langkahku hingga saat ini aku bisa menjadi

Sarjana terima kasih atas jasa dan kasih sayang kalian untukku Aku Sayang Kalian.

Kakakku Andhika Pratama Nasution, Anggia Putri Nasution dan Adikku Angga Dwi Putra Nasution tersayang, kalian yang telah banyak memberiku dorongan dan bantuan

yang membuatku menjadi lebih bijak dalam berfikir dan bertindak. Kalian lah yang membangun motivasiku untuk terus maju.

Keluarga besarku yang turut berdoa untuk keberhasilanku

Seseorang yang selalu menyemangatiku dan selalu ada disaat suka maupun duka terimakasih Octa Riatama.

Almamater tercinta Universitas Lampung, semoga ilmu yang aku dapat bisa bermanfaat untuk diriku.


(10)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya di setiap perjalanan hidup dalam menempuh pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Respon Orang Tua Terhadap Anak di Bawah Umur Yang Menggunakan

Kendaraan Bermotor” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung.

Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan, motivasi serta dukungan kepada penulis. Atas segala bantuan yang diterima, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi.

3. Ibu Dra. Anita Damayanti, M.H, selaku Sekertaris Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(11)

4. Bapak Drs. Gunawan Budi Kahono, selaku pembimbing utama, terimakasih atas segala bimbingan, motivasi dan kepercayaan diri yang diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Suwarno, M.H., selaku pembahas dosen, terimakasih banyak atas segala saran dan bimbingan dan pengarahan bapak selama proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Drs. Abdul Syani, M.IP., selaku Pembimbing Akademik

terimakasih banyak atas segala saran dan bimbingan selama saya menjadi mahasiswa.

7. Bapak/Ibu dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

8. Bapak Lurah Bahti Idris beserta jajaranya yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

9. Kepada kedua Orang Tua ku Doharma Nasution (alm) dan Ana Deviana yang memberikan dukungan baik moril dan materil serta mendoakan dan menanti keberhasilanku.

10.Kakak dan adikku tersayang terimakasih karna kalian sudah

menyemangati aku agar bisa menyelesaikan skripsi ini dan mendoakan cepat wisuda.

11.keluarga besarku terimakasih karna kalian selalu memberikan motivasi, saran dan mendoakan agar cepat wisuda.

12.Buat seseorang yang selalu menemaniku saat suka dan duka Octa Riatama terimakasih telah menjadi penyemangat aku dan buat kak Resty, mama


(12)

Ana dan ayah terima kasih kalian adalah bagian dari kebahagianku dan penyemangatku.

13.Sahabat-sahabat ku Inti Kurniasari (acil), Sekar Pramuditha, Ellse Jenni Diasva Cita, Ulfa Kurnia, Tika Octaviana Sari, perjuangan dan perjalanan kita menuju kesuksesan masih panjang semangat untuk kita semua.

14.Teman-teman seperjuanganku Sosiologi 2010, Deviana, Nona Ria Kharisma, Eka Sabtilas JLS, Desi Aryani, Cynthia Masta, Desty Mandriana, Euis Wulandari, Adanthi Liza D, Annisa Fitriani, Muthia Oktiffany Kusuma, Nurul Aulia, Baskara Abriyanto, Ardi Juli yanto, Pandu Marga Restu, Dany Prayoga, Panca Okta Sakti, dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih telah menjadi bagian dalam perjalanan kesuksessan ini semangat.

15.Kawan-kawan KKN Desa Dadirejo Wonosobo, Frisca Febe Lumban Gaol

(Febe), Puji Lestari Damayanti, Rina Rachmawati Sutisna, Andika Pasmah, Sandy Putra, Ahmad Ardi anindito (mas ito), Kartika Candra Buana (kak cb), dan Heksa Agus Wiyono (mas agus). Terimakasih untuk kebersamaan kita, kekompakkan kita selama ini dan perbedaan mengajarkan banyak cinta yang sebenarnya.

16.Seluruh pihak yang berperan besar dalam perjalanan penulis mencapai semua ini, penulis ucapkan terimakasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis mohon maaf dan semoga skripsi ini dapat diterima di masyarakat. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi untuk


(13)

seluruh pihak. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya dan senantiasa

menjadi orang-orang yang istiqomah berada di jalan-Nya. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 30 Januari 2014 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...i

HALAMAN JUDUL ...ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

SURAT PERNYATAAN...v

RIWAYAT HIDUP...vi

MOTTO...vii

PERSEMBAHAN...viii

SANWACANA...ix

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Penelitian...5

D. Kegunaan Penetian...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pengertian Respon dan Pengertian Orang Tua...7

1. Pengertian Respon...8

2. Pengertian Orang Tua...10


(15)

B. Tinjauan Tentang Anak di Bawah Umur Yang Menggunakan Kendaraan

Bermotor...15

1. Pengertian Anak di Bawah Umur...15

2. Anak di Bawah Umur Yang Menggunakan Kendaraan Bermotor...16

3. Pengertian Kendaraan Bermotor...17

4. Kerangka Pemikiran...20

5. Skema Kerangka Pikir...21

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian...22

B. Fokus Penelitian...23

C. Lokasi Penelitian...23

D. Penentuan Informan...24

E. Teknik Pengumpulan Data...25

F. Teknik Analisa Data...26

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Asal-Usul Desa Hajimena...28

B. Keterangan Demografi Desa Hajimena...31

1. Letak Geografis...31

2. Di Bidang Pendidikan...32

3. Di Bidang Hukum...33

4. Keamanan...34

C. Komposisi Penduduk Desa Hajimena...34

1. Komposisi Menurut umur dan Jenis Kelamin...35

2. Komposisi Penduduk Menurut Suku / Rasa... 36


(16)

4. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian...38

5. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan... 39

D. Penggunaan dan Penguasaan Lahan Desa Hajimena...40

E. Sarana Transportasi Desa Hajimena...41

F. Visi Dan Misi Desa Hajimena...41

G. Visi Desa Hajimena...42

H. Misi Desa Hajimena...43

I. Struktur Organisasi Desa Hajimena...44

V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...45

1. Identitas Informan...45

1.1 Informan Pertama...46

1.2 Informan Kedua...46

1.3 Informan Ketiga...47

1.4 Informan Keempat...47

1.5 Informan Kelima...48

1.6 Informan Keenam...49

2. Respon Orang Tua Terhadap Anak di Bawah Umur Yang Menggunakan Kendaraan Bermotor...49

2.1 Pengetahuan Orang Tua Tentang Kecelakaan Anak di Bawah Umur Yang Menggunakan Kendaraan Bermotor...49

2.2 Respon Orang Tua Terhadap Anak di Bawah Umur Yang Menggunakan Kendaraan Bermotor...52

2.3 Orang Tua Yang Mengizinkan Atau Melarang Anak Membawa Kendaraan Bermotor...55


(17)

2.5 Persyaratan Yang Lengkap Dalam Berkendaraan Sesuai Undang-Undang Tentang Lalu Lintas...57 2.6 Setuju Atau Tidak Setuju Dengan Adanya Peraturan Berkendara Sesuai

Undang-Undang Lalu Lintas...59 2.7 Respon Orang Tua Dalam Menyikapi Apabila Anak Anda Melanggar

Peraturan Tentang Lalu Lintas Dalam Berkendara...63 B. Pembahasan...65 VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...71 B. Saran...74 DAFTAR PUSTAKA


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nama-nama pejabat kepala kampung Desa Hajimena...30

Tabel 2. Jumlah sekolah atau sarana pendidikan yang berada di Desa Hajimena...32

Tabel 3. Sarana keamanan lingkungan...34

Tabel 4. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin... ...35

Tabel 5. Komposisi penduduk menurut suku / ras...36

Tabel 6. komposisi penduduk menurut agama...37

Tabel 7. Komposisi penduduk menurut mata pencahariannya...38

Tabel 8. Komposisi penduduk menurut Pendidikan...39


(19)

DAFTAR GAMBAR


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan bagian masyarakat yang fundamental bagi kehidupan pembentukan kepribadian anak. Hal ini diungkapkan Syarief Muhidin (1981:52) yang mengemukakan bahwa : “Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam membentuk keperibadian anak selain keluarga. Keluarga tidak hanya membentuk anak secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis”.

Pendapat diatas benar, karena keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak. Di dalam keluarga seorang anak dibesarkan, mereka mempelajari cara-cara pergaulan yang akan dikembangkannya di lingkungan kehidupan sosial yang ada di luar keluarga. Dengan perkataan lain di dalam keluarga seorang anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, psikis maupun sosial, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Disamping itu pula seorang anak memperoleh pendidikan yang berkenaan dengan nilai-nilai maupun norma-norma yang ada dan berlaku di masyarakat ataupun dalam keluarganya sendiri serta cara-cara untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. http://ajissalto.blogspot.com/2012/10/pengertian-keluarga-dan-fungsinya diakses pada tanggal 13 November 2013.


(21)

2

Dalam keseharian, sangatlah mudah menemukan anak usia dini yang sudah diperboleh kan orang tuanya membawa kendaraan baik itu motor ataupun mobil. Ini bukan sesuatu hal bermewah-mewahan atau gaya hidup hedonisme, tetapi ini adalah gejala masyarakat yang terlalu cepat menganggap anak kecil sama dewasanya dengan yang lebih tua dan ditambah penegakan hukum dari aparat yang rendah. Dukungan orang tua/keluarga ini dapat dilihat ketika orang tua mengetahui bahwa anaknya mampu mengendarai kendaraan bermotor di usia yang sangat dini, namun tidak memberi pengawasan yang ketat terhadap anak untuk melarang mereka membawa kendaraan bermotor, terlebih lagi orang tua yang dengan sengaja mengajarkan anaknya mengendarai kendaraan bermotor di usia yang sangat dini. Dari sinilah dapat dilihat bahwa anak yang masih dibawah umur masih sangat membutuhkan pengertian dan pengawasan dari keluarga karena dengan adanya pengawasan dari keluarga maka anak akan lebih terarah. Selain itu keluarga juga mempunyai peranan besar terhadap perkembangan anak itu sendiri, karena jika orang tua tidak mendukung dan memfasilitasi, maka anak tidak mungkin membawa kendaraan dan melakukan pelanggaran karena kurangnya pengetahuan berlalu lintas.

Lalu lintas dan angkutan jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional harus dikembangkan potensi dan perannya dalam mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas dan angkutan jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pembangunan wilayah. Dengan adanya tuntutan pelayanan yang lebih baik dalam rangka mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, lancar, dan tertib, maka para pengguna jalan harus memenuhi sejumlah persyaratan teknis, administrasi dan legal, maka pemerintah membuat UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan


(22)

3

Angkutan Jalan. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfh/article/view/1823 diakses pada tanggal 13 november 2013.

Kebutuhan dalam penggunaan kendaraan bermotor dan mobil saat ini sudah sangat besar. Pengguna kendaraan bermotor dan mobil tak hanya untuk kalangan dewasa (orang yang sudah dapat memiliki SIM), namun banyak sekali ditemui pengguna kendaraan bermotor dijalan raya oleh anak-anak yang berusia dibawah umur bahkan tidak jarang kita melihat anak yang menggunakan seragam SD dan SLTP/SMP menggunakan kendaraan bermotor. Sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan disebutkan dengan jelas dalam Pasal 77 ayat (1) bahwa:

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan bermotor di Jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan Jenis Kendaraan Bermotor yang dikemudikan.

Pemahaman yang baik tentang etika berlalu lintas tentu dapat membawa dampak positif agar terhindar dari kecelakaan. Dalam Undang-Undang No. 22 Th. 2009 pasal 208 tentang budaya keamanan dan keselamatan lalulintas dan angkutan jalan bahwa:

1. Pembina lalu lintas dan angkutan jalan bertanggung jawab membangun dan mewujudkan budaya keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan. 2. Upaya membangun dan mewujudkan budaya keamanan dan keselamatan lalulintas

dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: a.Pelaksanaan pendidikan berlalu lintas sejak usia dini.

b.Sosialisasi dan internalisasi tata cara dan etika berlalu lintasserta program keamanan dan keselamatan berlalu lintas dan angkutan jalan.

c.Pemberian penghargaan terhadap tindakan keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.

d.Penciptaan lingkungan ruang lalu lintas yang mendorong pengguna jalan berprilaku tertib; dan

e.Penegakan hukum secara konsisten dan berkelanjutan.

3. Pembina lalu lintas dan angkutan jalan menetapkan kebijakan dan program untuk mewujudkan budaya keamanan dan keselamatan berlalu lintas.


(23)

4

Contoh kecelakaan lalu lintas yang baru dialami oleh anak bungsu musisi ternama Ahmad Dhani, yaitu Abdullah Qodir Jaelani alias dul, yang mengalami musibah kecelakaan dalam mengendarai kendaraan bermotor dengan menggunakan Mobil, dalam perjalanan dari bogor ke Jakarta melalui Tol Jagorawi. Berdasarkan informasi dari Polda Metro Jaya dan informasi yang beredar di media massa, Dul menabrak pagar pemisah jalan Tol, sehingga masuk jalur berlawanan arah. Kemudian mobil Kemudian bertabrakan dengan Daihatsu Grand Max yang datang dari arah yang berbeda. Akibat hantaman itu, mobil Toyota Avanza juga ikut tabrakan. Permasalahan lebih lanjut kemudian timbul ketika kita mengetahui bahwa Dul masih berusia 13 tahun. Berdasarkan syarat batasan usia pengendara kendaraan bermotor, jelas bahwa Dul belum bisa memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) artinya Dul belum siap untuk membawa kendaraan bermotor terutama Mobil. Tanggung jawab perizinan seorang remaja di bawah umur membawa kendaraan bermotor bukankah seharusnya ada di tangan orang tua. Sebagai pengawas utama di rumah, seharusnya orang tua dapat menahan anaknya yang dinilai belum siap mengendarai kendaraan bermotor baik dalam jarak dekat maupun jarak jauh karena akan mengancam keselamatan anak dan pengguna jalan lain. Kompas.com/Taufiqurrahman.

Dalam membentuk disiplin berlalu lintas sejak dini dinilai sangat penting. Menjadi peringatan bagi semua kalangan untuk bertanggung jawab atas perilaku remaja masa kini. Polisi, keluarga, bahkan sekolah harus ikut serta dalam memberikan kesadaran atas pelanggaran dalam berlalu lintas. Ketika seorang di bawah umur mengemudikan kendaraan, hal itu sudah dianggap sebagai suatu pelanggaran ataupun kesalahan. Karena usia yang belum memenuhi syarat undang-undang, sudah tentu anak-anak itu tak melengkapi dirinya dengan surat izin mengemudi dari kepolisian.


(24)

5

Dengan adanya peraturan lalu lintas diharapkan para pengguna dapat mentaati peraturan yang sudah berlaku agar dapat terciptanya ketertiban lalu lintas serta mengurangi tingkat kecelakaan yang terjadi terutama anak usia dibawah umur. Jika semua pengguna kendaraan sudah mematuhi peraturan lalu lintas maka tidak ada lagi perilaku penyimpangan didalam lalu lintas yang dilakukan para pengguna kendaraan anak di bawah umur. Disiplin pengendara kendaraan di Desa Hajimena sangat rendah. Dimana banyak anak usia dibawah umur yang membawa kendaraan baik itu di lingkungan rumah atau pun di jalanan. Hal ini menjadi salah satu faktor terjadinya kecelakaan akibat dari kelalain orang tua dalam mengawasi anaknya.

Berdasarkan pernyataan pada latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian di Desa Hajimena tentang respon orang tua terhadap anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan nya yaitu, Bagaimana respon orang tua terhadap anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk mengetahui respon orang tua terhadap anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.


(25)

6

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Akademis

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagaimana respon orang tua terhadap anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor.

b. Kegunaan Praktis

Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat bahwa peran sebagai orang tua sangat penting dalam mengurus anak sesuai fungsi orang tua. Peran orang tua sangat penting dalam proses belajar seorang anak dan sebagai pengawas.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pengertian Respon dan Pengertian Orang Tua 1. Pengertian Respon

Menurut Soekanto (1993: 48) respon sebagai perilaku yang merupakan konsekuensi dari perilaku yang sebelumnnya sebagai tanggapan atau jawaban suatu persoalan atau masalah tertentu. Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan (reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indra. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi suatu rangsangan tertentu. Berbicara mengenai respon atau tidak respon terlepas dari pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Sobur, 2003: 529).


(27)

8

Respon dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu :

1. Over response, adalah respon yang dapat dilihat oleh orang lain 2. Covert response, adalah respon yang tidak dapat dilihat oleh orang

lain dan sifatnya adalah pribadi (David K.Berlo 1985: 257).

Sudirman (1992: 121), mengatakan bahwa pembentukan hubungan antara stimulus dan respon (antara aksi dan reaksi) merupakan aktivitas belajar, berkat latihan yang terus menerus, dan respon itu akan menjadi erat, terbiasa, dan otomatis.

Menurut walgito (1980: 16-17) respon adalah suatu perbuatan yang merupakan hasil akhir dari adanya stimulus atau rangsangan dimana respon terbagi menjadi dua , yaitu :

1. Respon atau perbuatan yang refleksi (terjadi tanpa disadari individu) merupakan reksi dari stimulus yang diterima tidak sampai ke otak sebagai pusat kesadaran.

2. Respon atau perbuatan yang disadari, yaitu perbuatan organism atau adanya motif dari individu yang bersangkutan, dan stimulus yang diterima oleh individu sampai ke otak dan benar-benar disadari oleh individu.

Dalam pembahasan teori respon tidak terlepas dari pembahasan, proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi.


(28)

9

Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu :

a. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya. b. Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda, atau peristiwa.

Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindakan-tindakan, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.

c. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana respon itu timbul mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-nununghida-7032-3-babii.pdf di akses pada tanggal 4 November 2013.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Kognitif

Yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan

keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.


(29)

10

b. Afektif

Yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu.

c. Konatif

Yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan. Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). (Sembiring, 2011). http://www.scribd.com/doc/113861800/Bab-II-Respon.

2. Pengertian Orang Tua

Pengertian orang tua dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan Orang tua artinya ayah dan ibu (Poerwadarmita, 1987: 688). Sedangkan dalam penggunaan bahasa Arab istilah orang tua dikenal dengan sebutan Al-walid pengertian tersebut dapat dilihat dalam Alquran surat Lukman ayat 14 yang berbunyi:

Artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (Berbuat baik)

kepada dua orang ibu bapaknya ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambahdan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S. Lukman ayat 14)


(30)

11

Banyak dari kalangan para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian orang tua, yaitu menurut Miami yang dikutip oleh Kartini Kartono, dikemukakan bahwa orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya (Kartono, 1982 : 27).

Maksud dari pendapat di atas, yaitu apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan telah bersatu dalam ikatan tali pernikahan yang sah maka mereka harus siap dalam menjalani kehidupan berumah tangga salah satunya adalah dituntut untuk dapat berpikir seta begerak untuk jauh kedepan, karena orang yang berumah tangga akan diberikan amanah yang harus dilaksanakan dengan baik dan benar, amanah tersebut adalah mengurus serta membina anak-anak mereka, baik dari segi jasmani maupun rohani. Karena orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah


(31)

12

tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Ibu dan ayah adalah orang yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu. http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2336497-pengertian-orang-tua.

3. Tugas dan Peran Orang Tua

Setiap orang tua dalam menjalani kehidupan berumah tangga tentunya memiliki tugas dan peran yang sangat penting, ada pun tugas dan peran orang tua terhadap anaknya dapat dikemukakan sebagai berikut. (1). Melahirkan, (2). Mengasuh, (3). Membesarkan, (4). Mengarahkan menuju kepada kedewasaan serta menanamkan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku. Disamping itu juga harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri anak, memberi teladan


(32)

13

dan mampu mengembangkan pertumbuhan pribadi dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Anak-anak yang tumbuh dengan berbagai bakat dan kecenderungan masing-masing adalah karunia yang sangat berharga, yang digambarkan sebagai perhiasan dunia (Hendi Suhendi dan Ramdani Wahyu 2001:45-53).

Adapun fungsi keluarga menurut ST. Vembrianto (1993: 31) yaitu: 1. Fungsi biologis: keluaraga merupakan tempat lahirnya anak-anak

secara biologis anak berasal dari orang tuanya.

2. Fungsi Afeksi: kerluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman).

3. Fungsi sosial: fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian anak melalui interaksi sosial dalam keluarga anak, mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam

keluarga anak, masyarakat, dan rangka pengembangan

kepribadiannnya.

4. Fungsi Pendidikan: keluarga sejak dulu merupakan institusi pendidikan dalam keluarga dan merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dimasyarakat, sekarang pun keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak.


(33)

14

5. Fungsi Rekreasi: kelurga merupakan tempat/medan rekreasi bagi

anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan, dan

kegembiraan.

6. Fungsi Keagamaan : merupakan pusat pendidikan upacara dan ibadah agama, fungsi ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama pada si anak.

7. Fungsi perlindungan: keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi anak baik fisik maupun sosialnya.

Orang tua memiliki peranan besar terhadap pendidikan anak-anaknya di sekolah. Tidak ada yang bisa membantu anak untuk berhasil tanpa adanya keterlibatan peran orang tua. Sedikit kemauan kecil dari orang tua untuk mengambil peranan dalam pendidikan anaknya di sekolah, bisa memberikan keajaiban kepada anak tersebut di sekolahnya.

Orang tua tentu ingin anak-anak mereka berhasil di sekolah, tetapi kadang banyak orang tua yang masih menganggap remeh akan peranannya terhadap keberhasilan pendidikan anak-anaknya di sekolah. Di sekolah sebagaimana dalam kehidupan sehari-hari, dukungan yang konsisten dari orang tua sangat penting untuk mempertahankan kepercayaan diri siswa dan keinginan berprestasi. Orang tua memainkan empat peran yang berbeda dalam pendidikan anak-anak mereka : pembimbing, teman, guru, dan penegak disiplin. Pemahaman tentang peran ini dapat membantu Anda untuk membantu anak Anda menghadapi tantangan belajar.


(34)

15

http://www.geschool.net/ezarfaisalrahman/blog/post/peranan-orang-tua-terhadap-anak.

B. Tinjauan Tentang Anak Dibawah Umur Yang Menggunakan Kendaraan Bermotor

1. Pengertian Anak Dibawah Umur

Menurut Undang-Undang Pasal 330 ayat (1) KUHP Seorang belum dapat dikatakan dewasa jika orang tersebut umurnya belum genap 21 tahun, kecuali seseorang tersebut telah menikah sebelum umur 21 tahun. Ditinjau dari aspek yuridis pengertian anak dalam hukum positif

Indonesia diartikan sebagai orang yang belum dewasa

(minderjarig/person under age), orang yang dibawah umur sering

disebut juga anak dibawah pengawasan wali (minderjarig

ondervoordij).

Menurut agama islamAnak adalah manusia yang belum mencapai akil baliq (dewasa), laki – laki disebut dewasa ditandai dengan mimpi basah, sedangkan perempuan ditandai dengan masturbasi, jika tanda- tanda tersebut sudah nampak berapapun usianya maka ia tidak bisa lagi dikatagorikan sebagai anak-anak yang bebas dari pembebanan kewajiban.

Menurut hukum adat, pengertian tentang anak yang diberikan oleh hukum adat, bahwa anak dikatakan minderjarigheid (bawah umur), yaitu apabila seseorang berada dalam keadaan dikuasai oleh orang lain


(35)

16

yaitu jika tidak dikuasai oleh orang tuanya maka dikuasai oleh walinya.

Anak dalam keluarga merupakan pembawa bahagia, karena anak memberikan arti bagi orang tuanya. Arti di sini mengandung maksud memberikan isi, nilai, kepuasan, kebanggaan, dan rasa penyempurnaan diri yang disebabkan oleh keberhasilan orang tuanya yang telah memiliki keturunan, yang akan melanjutkan semua cita-cita harapan dan eksistensi hidupnya.

2. Anak di Bawah Umur Yang Menggunakan Kendaraan Bermotor Fenomena sekarang ini yang muncul disekitar masyarakat, dimana anak dibawah umur sudah mulai mengendarai kendaraan bermotor dengan alasan yang sama untuk melakukan aktivitas mereka yaitu ke sekolah, padahal jika dilihat dari segi usia mereka itu sesuatu yang berbahaya, karena selain tidak memilki Surat Izin Mengemudi (SIM). Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 281 tentang lalu lintas dan angkutan jalan menyebutkan bahwa:

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Faktor utama anak-anak dibawah umur berkendara di jalan raya adalah orang tua. Secara Fisik, kendaraan didesain untuk orang dewasa bukan untuk anak-anak. Kebanyakan orang tua menganggap anak-anaknya


(36)

17

mampu berkendara, ketika melihat putranya berjalan lurus. Tingkat emosi yang tidak diimbangi kemampuan kognitif akan mengakibatkan anak cenderung meledak-ledak. anak di bawah umur dalam berkendara tentunya berpulang ke orang tua di rumah dan lingkungan sekolah yang banyak membentuk pribadi mereka. Di sisi orang tua bagaimana memberikan pemahaman dengan bijak mengenai kapan dan bagaimana selayaknya menggunakan kendaraan. Di sisi sekolah sendiri bagaimana pihak sekolah dalam hal ini guru serta pihak kepolisian sendiri memberikan arahan atau sosialisasi kapan (umur berapa) dan bagaimana selayaknya menggunakan kendaraan.

http://kelanakota.suarasurabaya.net/news/2013/124249-Kenapa-Anak-di-Bawah-Umur-Dilarang-Mengemudi.

3. Pengertian Kendaraan Bermotor

Pengertian kendaraan bermotor Indonesia, menurut Pasal 1 ayat 8 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UULLAJ) adalah:

“Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel.”

Kendaraan atau angkutan atau wahana adalah alat transportasi, baik yang digerakkan oleh mesin maupun oleh makhluk hidup. Kendaraan ini biasanya buatan manusia (mobil, motor, kereta, perahu, pesawat), tetapi ada yang bukan buatan manusia dan masih bisa disebut kendaraan, seperti gunung es, dan batang pohon yang mengambang. Kendaraan tidak bermotor dapat juga digerakkan oleh manusia atau


(37)

18

ditarik oleh hewan, seperti gerobak. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik untuk pergerakannya, dan digunakan untuk transportasi darat. Umumnya kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam (perkakas atau alat untuk menggerakkan atau membuat sesuatu yg dijalankan dengan roda, digerakkan oleh tenaga manusia atau motor penggerak, menggunakan bahan bakar minyak atau tenaga alam). Kendaraan bermotor memiliki roda, dan biasanya berjalan di atas jalanan.

Dari pengertian kendaraan bermotor di atas, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang mempergunakan tenaga mesin sebagai intinya untuk bergerak atau berjalan, kendaraan ini biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang dan barang atau sebagai alat transportasi akan tetapi kendaraan tersebut bukan yang berjalan di atas rel seperti kereta api.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29961/3/Chapter%20II .pdf di akses pada tanggal 5 November 2013.

Banyak sekali pelanggaran lalu lintas yang telah dilakukan. Selain tidak menggunakan helm dan pengguna kendaraan tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM), berarti mereka sudah melanggar peraturan Undang-Undang No.22 Tahun 2009 pasal 77 ayat (1) Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang menyebutkan bahwa:

Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan.


(38)

19

Selanjutnya dalam Pasal 81 ayat (1) disebutkan dengan jelas bahwa: Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 , setiap orang harus memenuhi persyaratan usia, administratif, kesehatan, dan lulus ujian.

Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah bukti registrasi dan identifikasi yang diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu lintas dan terampil mengemudikan kendaraan bermotor. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi.

Dengan adanya aturan lalu lintas dan tindakan dari aparat dapat memberikan efek jera bagi para pelanggarnya. Oleh karena itu, kesadaran diri masing-masing pengguna kendaraan serta ketegasan hukum bagi pelanggaran lalu lintas oleh aparat hukum sangat dibutuhkan untuk mereduksi potensi meningkatnya pelanggaran lalu lintas. Kecelakaan kerap kali di dahului oleh pelanggaran aturan lalu lintas jalan, jika peraturan ditegakkan, peluang terjadinya kecelakaan praktis menjadi lebih kecil.

Di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberi pengertian dan pengawasan ketat terhadap anak di bawah umur. Pengendara yang masih di bawah umur, hanya bisa naik motor, tetapi secara mental mereka belum siap sebagai pengendara. Keadaan di akibatkan karena pelanggaran lalu lintas yang dibiarkan. Karena sudah dianggap jadi kebiasaan.


(39)

20

4. Kerangka Pemikiran

Orang tua sangat berperan dalam mendidik dan menjaga keselamatan anak mereka dari peristiwa yang tidak di inginkan terjadi terhadap anak-anaknya. Terkadang orang tua terlalu memanjakan anak-anak mereka dengan memberikan hadiah sebuah sepeda motor pada saat ulang tahun atau juara di sekolah. Kelalaian memberi hadiah seperti ini berakibat fatal terhadap anak itu sendiri. Dengan sadar atau tidak orang tua telah membantu membunuh masa depan anak-anak mereka. Tanpa memperhatikan dan menjaga kemana dan dimana anak-anak mereka membawa sepeda motor. Di samping itu, orang tua yang kurang mematuhi dan mengetahui tentang peraturan berlalu lintas sesuai Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas, merupakan salah satu penyebab orang tua membiarkan anak mereka mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya.

Fenomena anak di bawah umur yang mengendarai kendaran kini sudah menjadi pemandangan umum. Tidak hanya untuk bepergian ke suatu tempat, mereka juga nekat membawa kendaraan untuk berangkat ke sekolah. Hampir sebagian pelajar belum memliki surat izin mengemudi (SIM). Mereka nekat membawa kendaraan karena menghindari jalanan macet dan mengejar waktu agar tak terlambat sekolah.

Dengan melihat fenomena anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor maka para orang tua memiliki respon baik itu


(40)

21

positif maupun negative. Dengan adanya respon tersebut, diharapkan para orang tua yang memiliki anak dibawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor dapat membimbing, menjaga dan mengawasi anak mereka.

5. Skema Kerangka Pikir

RESPON:

1. Kognitif

2. Afektif

3. konatif

Anak Dibawah Umur Yang Menggunakan Kendaraan


(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Meleong (2000: 3) mendefinisikan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010: 9). Penelitian kualitaif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,

menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau

keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitaif (Saryono, 2010: 1).


(42)

23

B. Fokus Penelitian

Dalam suatu penelitian sangat penting adanya fokus penelitian. Fokus penelitian memberikan batasan dalam pengumpulan data, sehingga dalam pembatasan ini akan lebih terarah dan fokus terhadap masalah-masalah yang ingin diteliti. Menurut Miles dan Hubermas (1999:30) mengemukakan bahwa memfokuskan dan membatasi pengumpulan data yang dipandang kemanfaatnya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi dan ini merupakan bentuk analisis mengesampingkan variabel-variabel yang tidak berkitan dan untuk menghindari pengumpulan data yang berlimpah.

Dalam penelitian ini yang menjadi focus penelitian adalah:

Tanggapan positif atau negatif orang tua terhadap anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Hajimena Kecamatan Natar Lampung Selatan. Kenapa saya memilih lokasi ini sebagai lokasi peneliatan dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Desa Hajimena merupakan tempat dimana banyak anak dibawah umur yang membawa kendaraan.

2. Desa ini juga tempatnya sangat strategis untuk diteliti, dimana desa ini memang banyak sekali anak-anak dibawah umur yang membawa kendaraan karena didaerah ini banyak perumahan dan


(43)

24

sekolahan yang membuat anak-anak di bawah umur pergi sekolah menggunakan kendaraan.

D. Penentuan Informan

Penentuan informan penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono ( 2008: 218 ) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang sedang diteliti, yang menjadi kepedulian dalam pengambilan sampel penelitian kualitatif adalah tuntasnya pemerolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan pada banyak sampel sumber data.

Dalam memilih informan beberapa kriteria dalam pemilihan informan yang akan diteliti yaitu :

1. Kriteria informan dalam penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai anak dibawah umur dan memberikan kebebasan kepada anaknya untuk menggunakan kendaraan.

2. Orang tua yang memiliki anak dibawah umur yang diamana orang

tuanya tidak memberikan kebebasan (melarang) anaknya untuk menggunakan kendaraan.

3. Orang tua yang tidak memiliki anak dibawah umur.

4. Objek yang akan yang diambil peneliti di Desa Hajimena yaitu 6 informan atau 6 orang tua. Orang tua adalah objek yang akan


(44)

25

dimintai keterangan secara langsung di Desa Hajimena dimana 6 informan ini dipilih dengan sengaja karena sesuai dengan kriteria penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Burhan Bungin (ed) (2003: 42), menjelaskan metode pengumpulan data adalah dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan reliable.

Dalam penelitian ini ada beberapa alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Antar alat pengumpulan data tersebut berfungsi saling melengkapi akan data yang dibutuhkan. teknik pengumpulan data yang digunakan yakni : (1) wawancara mendalam (indepth interview), (2) observasi, (3) Dokumentasi.

1. Teknik Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara mendalam melalui informan kunci yang memahami situasi dan kondisi objek penelitian. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan melihat kriteria informan penelitian.

2. Teknik Observasi

Teknik yang digunakan ini diharapkan dapat menarik inferensi tentang makna dan pemahaman yang tidak terucap (tacit


(45)

26

understanding) yang tidak didapatkan baik pada wawancara ataupun dokumentasi. Peneliti turun langsung kelapangan untuk melakukan penelitian dengan melihat keadaan dan pemahaman peneliti tentang masalah yang ada di Desa Hajimena.

3. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2002:206) metode dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil catatan dan dokumentasi baik itu yang ada di kelurahan dan dilapangan serta dokumentasi anak-anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor di Desa Hajimena.

F. Teknik Analisa Data

Analisis data dilakukan sepanjang berlangsungnya penelitian dan dilakukan terus menerus dari awal sampai akhir penelitian. Analisis dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu proses pemilahan,pemusatan perhatian,

penyederhanaan,pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

2. Penyajian data, yaitu menyajikan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan atau penyederhanaan informasi yang


(46)

27

kompleks ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan dan selektif yang mudah dipahami.

3. Menarik kesimpulan yaitu, kegiatan konfigurasi yang utuh atau tinjauan ulang terhadap catatan lapangan, yakni menguji kebenaran dan validitas, makna-makna yang muncul dalam lokasi penelitian. Setelah memiliki landasan kuat, simpulannya kuat dan menjadi lebih rinci sehingga menjadi simpulan terakhir (Milles, 1992: 16-19).


(47)

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Dan Asal-Usul Desa Hajimena

Secara etimologis, Hajimena sebenarnya berasal dari kata Aji, yang berarti ini dan Mena yang berarti duluan (dalam Bahasa Lampung). Kalau diartikan secara harfiah berarti penduduk yang bermukim diwilayah ini pertama kali (terlebih dahulu dari pendatang lain), yaitu Buay Sebiay yang asal mulanya berasal dari daerah Pagaruyung.

Pada abad ke 17, nenek moyang masyarakat Ajimena ini mengadakan migrasi kembali ke daerah Lampung Tengah tepatnya dikampung Gunung Haji, tidak lama kemudian mereka pindah kembali ke daerah Tegineneng yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Pesawaran. Tepatnya yaitu di Kampung Ruluk Helok yang dibuktikan dengan bukti sejarah berupa tempat pemandian para leluhur masyarakat Ajimena yang disebut Way Hilian, yang sampai akhirnya masyarakat Ajimena menempati wilayah sekarang, pada abad ke 18 dikarenakan penyusuran mereka kehulu sungai menyusuri Way Kandis.

Adapun perubahan nama kampung dari Ajimena menjadi Hajimena tidak diketahui kepastian waktu (diperkirakan abad ke 19) serta alasan perubahan nama terssebut. Ada juga panggilan Buay Sebiay sebagai masyarakat asli Hajimena pada awalnya terdiri dari enam punyimbang (kerabat/saudara) yaitu :


(48)

29

1. Minak Bandar / M. Yusuf (Sesepuh Kampung)

2. Batin Dulu 3. Minak Raja Niti

4. Sultan Ratu / Hi. Abdur Rahman 5. Pesiwa Batin / Abdul Karim 6. Raja Usuh

*(Sumber dari Dokumen Desa Hajimena tentang Sekelumit Asal-Usul Desa Hajimena)

Sejak tahun 1862, Kampung Ajimena telah memiliki Kepala Kampung yaitu Hambung Purba sebagai Kepala Kampung pertama. Hal ini dibuktikan dengan sebuah peningglan sejarah berupa stempel kuningan yang bertuliskan Kampung Ajimena tahun 1862 dengan tulisan Aksara Lampung, dan semenjak tahun 1979 Kepala Kampung berubah menjadi Kepala Desa.


(49)

30

Daftar nama-nama pejabat kepala kampung / kepala Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dari tahun 1862 sampai dengan sekarang yaitu sebagai berikut :

Tabel 1. Daftar nama-nama pejabat kepala kampung Desa Hajimena

NO NAMA PEJABAT JABATAN PERIODE/TAHUN

1. Ambung Purba Kepala Kampung 1862-1880

2. Tihang Ratu (Poyang Th. Ratu) Kepala Kampung 1981-1907

3. Hi. Matnuh Kepala Kampung 1908-1925

4. Hi. Rahman Mularatu Kepala Kampung 1926-1930

5. Pr. Bandar Kepala Kampung 1930-1937

6. Raja Niti Kepala Kampung 1938-1941

7. Minak Pengaturan Kepala Kampung 1941-1944

8. Raja Usuh Kepala Kampung 1944-1947

9. Hi. Tihang Ratu Kepala Kampung 1948-1957

10. Sutan Turunan Kepala Kampung 1958-1966

11. Hi. Abdur Rahman Kepala Kampung 1966-1968

12. Mukhsin Kepala Kampung 1968-1979

13. P.Simanjuntak Kepala Desa 1979-1988

14. Anwar Anoem Sebiay Kepala Desa 1988-1995

15. Hi. Natalia Anoem. S Kepala Desa 1995-1999

16. Rais Yusuf Kepala Desa 1999-2008

17. Bahti Idris Kepala Desa 2008-sekarang


(50)

31

B. Keterangan Demografi Desa Hajimena 1. Letak Geografis

Letak geografi Desa Hajimena, terletak diantara:

Sebelah Utara : Desa Pemanggilan

Sebelah Selatan : Kelurahan Rajabasa – Bandar Lampung

Sebelah Barat : Desa Kurungan Nyawa – Pesawaran

Sebelah Timur : Desa Sidosari

Luas wilayah Desa Hajimena adalah 750 Ha, letak geografis Desa Hajimena ada pada dataran rendah sedangkan kondisi topografi adalah datar dan ketinggian desa dari permukaan laut adalah 85 Meter. Klasifikasi Desa Hajimena merupakan Desa Swakarya. Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk adalah jasa. Di Desa Hajimena terdapat Badan Perwakilan Desa (BPD) dan terdapat Lembaga Pemasyarakatan Desa (LPM). Desa Hajimena terdiri dari Rukun Warga sebanyak 14 RW dan Rukun Tetangga sebanyak 53 RT dan jumlah Dusun Di dalam Desa Hajimena sebanyak 7 Dusun, yang terdiri dari:

1. Dusun I Induk Kampung

2. Dusun II Way Layap

3. Dusun III Sinar Jati 4. Dusun IV Bataranila 5. Dusun V Perum Polri 6. Dusun VI Puri Sejahtera 7. Dusun VII Sidorejo


(51)

32

Jarak dari kantor desa ke kantor kecamatan yang membawahi : 6 KM

Jarak dari kantor desa ke kantor kabupaten / kota yang membawahi : 60 KM

Jarak dari kantor desa ke kantor provinsi yang membawahi : 13 KM

Jarak dari kantor desa ke kantor kabupaten / kota lain yang terdekat : 8 KM

2. Di Bidang Pendidikan

Tabel 2. Jumlah sekolah atau sarana pendidikan yang berada di Desa Hajimena :

No Jenjang Pendidikan

Jumlah Sekolah

Negeri Swasta

a. Taman Kanak-kanak (TK) - 5

b. Sekolah Dasar (SD) atau sederajat 2 -

c. Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) atau yang sederajat

1 -

d. Akademi/Perguruan Tinggi atau

yang sederajat

2 -

Sumber: Monografi Desa Hajimena 2013

Bedasarkan tabel diatas di Desa Hajimena terdapat 5 taman kanak-kanak swasta yaitu TK-Alazar, TK ar-rasyid, TK amanah, TK Harapan Jaya, TK-Aisyiyah. Terdapat 2 SD Negeri yaitu SDN 1 Hajimena dan SDN 2 Hajimena kemudia terdapat 1 SMP yaitu SMP N 3 Natar dan terdapat 6 akademi/perguruan tinggi yang sederajat yaitu Politeknik Negeri Lampung dan Poltekes .


(52)

33

3. Di Bidang Hukum

Di bidang hukum di Desa Hajimena masih terdapat kendala yang sering dihadapi seperti masih dijumpai pelanggaran peraturan yang ada, sehingga masyarakat melakukan pelanggaran lalu lintas baik itu pelanggaran karena rambu-rambu lalu lintas, etika berkendara, kelengkapan pengguna sepeda motor roda dua dan kelengkapan kendaraan bermotor khusunya sepeda motor roda dua. Di Desa Hajimena juga masih banyak dijumpai anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor, mereka juga tidak menggunakan perlengkapan berkendara yang lengkap, padahal anak di bawah umur menggunakan kendaraan apalagi tidak melengkapi dirinya dengan pelindung kepala (helm) dan tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sudah melanggar peraturan. Kemudian hambatan lainya terdapat pada penegakan hukum yang masih kurang khususnya Polisi Lalu Lintas di Hajimena dikarenakan bahwa Polisi Lalu Lintas tidak melaksanakan kinerja Polisi Lalu Lintas yang terangkum dalam pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang Polisi Lalu Lintas.

Kendala yang selanjutnya adalah alergi terhadap aparat penegak hukum, masyarakat Desa Hajimena yang enggan terhadap Polisi Lalu Lintas karena menimbulkan banyak kasus penyuapan yang terjadi menimbulkan banyak tanggapan buruk terhadap kinerja dari Polisi Lalu Lintas itu sendiri, namun kondisi ini bisa di atasi dengan Polisi Lalu Lintas melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya yang sesuai dengan kinerja yang seharusnya dilaksanakan dan untuk para pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena dapat mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku


(53)

34

4. Keamanan

Tabel 3. Sarana Keamanan Lingkungan

No Sarana Keamanan Lingkungan Jumlah

1. Pos Hansip / Siskamling 7

2. Pos Polisi 2

Sumber: Monografi Desa Hajimena 2013

Pada table 3, menunjukan bahwa terdapat sarana keamanan lingkungan yang berupa Pos Hansip / siskamling yang berjumlah 7 Pos Hansip yang terdapat di masing-masing dusun di Desa Hajimena. Sedangkan untuk Pos Polisi terdapat 2 Pos yang berada di daerah bunderan Desa hajimena, adanya sarana keamanan lingkungan ini guna menciptakan keamanan dan ketertiban di Desa Hajimen.

C. Komposisi Penduduk Desa Hajimena

Jumlah penduduk Desa Hajimena sampai tahun 2013 adalah 14.884 Jiwa, terdiri dari:

1. Jumlah Laki – laki : 7.507 Jiwa

2. Jumlah Perempuan : 7.377 Jiwa

3. Jumlah Kepala Keluarga : 3.814 kepala keluarga. *(Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010)


(54)

35

Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

1. Komposisi Menurut Umur Dan Jenis Kelamin

Bila di tinjau dari umur dan jenis kelamin penduduk yang mendiami Desa Hajimena dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4: Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.

No. Umur

Tahun

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. 0-4 989 711 1700

2. 5-9 880 702 1582

3. 10-14 921 793 1714

4. 15-19 1205 1351 2556

5. 20-24 1305 1455 2760

6. 25-50 1200 1300 2500

7 50 ke atas 1007 1065 2072

Jumlah 7.507 7.377 14.884

Sumber : Monografi Desa Hajimena 2013

Pada tabel 4, menunjukkan bahwa di Desa Hajimena penduduk yang tergolong usia produfktif berjumlah 7.816 orang yang terdiri dari 3.710 orang laki-laki, dan 4.106 orang perempuan. Sedangkan penduduk yang berusia Non-produktif berjumlah 7.068 orang, yang terdiri dari 3.797 orang laki-laki dan 3.271 orang Perempuan. Dengan demikian jumlah penduduk yang berusia Produktif lebih besar dari pada jumlah penduduk Non-produktif. Berbeda dengan kelompok umur


(55)

36

usia produktif, jumlah perempuan lebih besar bila di bandingkan dengan jumlah laki-laki, sedangkan pada kelompok umur usia Non-produktif jumlah laki-laki lebih besar bila di bandingkan dengan jumlah perempuan.

2. Komposisi Penduduk Menurut Suku / Ras

Bila di tinjau dari suku / ras penduduk yang mendiami Desa Hajimena dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5 : Komposisi Penduduk Menurut Suku / Ras.

No Suku/Ras Jumlah

1 Suku Batak 550 KK

2 Suku Jawa 1200 KK

3 Suku Lampung 1000 KK

4 Suku Padang 25 KK

5 Suku Sunda 1010 KK

6 Suku Tionghoa 15 KK

7 Suku Bali 14 KK

Jumlah 3.814 KK

Sumber: Monografi Desa Hajimena 2013

Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk yang berdomisili di Desa Hajimena adalah suku Jawa yaitu 1200 Kepala Keluarga, sedangkan suku pribumi yaitu Lampung berjumlah 1000 Kepala Keluarga, dan suku Sunda 1010 Kepala Keluarga. sedangkan Suku yang lainya seperti Batak sebanyak 550 Kepala Keluarga, Suku Tionghoa 15 Kepala Keluarga, dan Bali 14 Kepala Keluarga.


(56)

37

3. Komposisi Penduduk Menurut Agama

Bila di lihat dari segi agama, agama yang di anut oleh penduduk Desa Hajimena dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6: Komposisi Penduduk Menurut Agama.

No. Agama Jumlah Persentase

1. Islam 13.884 93,3

2. Katolik 200 1,34

3. Protestan 750 5,04

4. Hindu 35 0,23

5. Budha 15 0,10

Jumlah 14.884 100,00

Sumber : Monografi Desa Hajimena 2013

Tabel 6, menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Hajimena menganut agama Islam yaitu sejumlah 13.884 orang (93.3 %), yang menganut agama katholik sejumlah 200 orang ( 1.34 % ) dan penduduk Desa Hajimena ada yang menganut agama Protestan sebanyak 750 orang (5.04 %), Hindu sebanyak 35 orang (0.23 %), dan yang menganut agama Budha yaitu sebanyak 15 orang (0.10 %).


(57)

38

4. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Bila di tinjau dari segi mata pencahariannya, maka dapat di lihat mata pencaharian penduduk Desa Hajimena pada tabel di bawah ini:

Tabel 7 : komposisi penduduk menurut mata pencahariannya.

No Jenis mata pncaharian Jumlah

1 Petani 153

2 PNS 147

3 POLRI 25

4 TNI 15

5 Pedagang 77

6 Buruh Tani 103

7 Buruh perusahaan 91

8 Buruh bangunan 88

9 Sopir 13

10 Tukang ojek 50

11 Pensiunan 130

12 Peternak 12

13 Dokter 4

14 Bidan 6

15 Wiraswata 938

jumlah Sumber: Monografi Desa Hajimena 2013

Tabel 7, menunjukkan bahwa di Desa Hajimena jumlah penduduk yang bermata pencaharian Wiraswasta adalah paling besar sebanyak 938 orang bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian


(58)

39

lainnya. Dengan demikian mata pencaharian penduduk di Desa Hajimena mayoritas berwiraswasta.

5. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan

Bila di lihat dari segi pendidikan penduduk Desa Hajimena dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8 : Komposisi Penduduk Menurut Pendididikan.

No Pendidikan Jumlah

1 Tamat SD/sederajat 1170

2 Masih SD/sederajat 1992

3 Tamat SLTP/sederajat 1205

4 Masih SLTP/sederajat 1549

5 Tamat SLTA/sederajat 2380

6 Masih SLTA/sederajat 2089

7 Tamat PT/akademis 1009

8 Masih di PT/akademis 1123

9 Buta huruf 576

10 Belum sekolah 992

11 PAUD / TK 808

Jumlah 14.884

Sumber : Monografi Desa Hajimena 2013

Tabel 8, menunjukkan bahwa penduduk Desa Hajimena tamat sekolah dasar/sederajat sebanyak 1170 orang dan 1992 orang masih Sekolah Dasar. Selanjutnya, penduduk Desa Hajimena yang menempuh pendidikan SLTP sebanyak 1205 orang dan masih duduk dibangku SLTP yaitu sebanyak 1549


(59)

40

orang. Mayoritas penduduk Desa Hajimena adalah berpendidikan menengah keatas yaitu sebanyak 2380 tamatan SLTA dan 2089 masih duduk dibangku SLTA. Kemudian Untuk lulusan perguruan tinggi sebanyak 1009 orang dan 1123 orang masih duduk di perguruan tinggi. Sedangkan yang menunjukan buta huruf sebanyak 567 orang, belum sekolah menunjukan sebanyak 992 orang dan yang masih PAUD atau TK sebanyak 808 orang. Keadaan ini menunjukan mayoritas penduduk Desa Hajimena adalah lulusan SLTA.

D. Penggunaan Dan Penguasaan Lahan Desa Hajimena

Bila di tinjau dari segi penggunaan dan penguasaan lahan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 9 : Luas wilayah Menurut Jenis Penggunaannya.

No Jenis Penggunaanya Jumlah (Ha)

1 Tanah Perumahan dan pemukiman 300

2 Tanah Perkebunan 100

3 Tanah Ladang, huma, Tegalan,

Kebun,kolam, tambak, tabat, empang, penggembalaan, padang rumput.

220

4 Tanah Perkantoran, pertokoan 60

5 Tanah Persawahan 40

6. Bangunan industri 30

Jumlah 750


(60)

41

Berdasarkan tabel 9, terlihat bahwa sebagian besar tanah di pergunakan untuk perumahan dan pemukiman yaitu seluas 300 Ha. Kemudian tanah yang dipergunakan untuk perkebunan yaitu seluas 100 Ha. Tanah Ladang, Huma, Tegalan, Kebun, kolam, tambak, tabat, empang, penggembalaan, padang rumput seluas 220 Ha. Tanah perkantoran dan pertokoan seluas 60 Ha. Untuk tanah persawahan seluas 40 Ha. Kemudian untuk bagunan industri seluas 30 Ha. Keadaan ini menunjukan bahwa penggunaan dan penguasaan lahan di Desa Hajimena sebagian besar untuk perumahan dan pemukiman.

E. Sarana Transportasi Desa Hajimena

Di Desa Hajimena sebagian besar lalu lintas antar desa yaitu melalui darat dan jenis permukaan jalan yang terluas adalah aspal/beton. Jenis angkutan umum yang digunakan oleh penduduk di Desa Hajimena yaitu jenis angkutan yang terdapat seperti becak yang berada di sekitar bunderan Hajimena . Kemudian terdapat ojek sepeda motor di setiap jalan kecil dan di sekitar bunderan Hajimena dan kendaraan yang digunakan adalah kendaraan roda empat dan roda dua.

F. Visi Dan Misi Desa Hajimena

Demokratisasi memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di desa harus mengakomodasi aspirasi dari masyarakat melalui Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan yang ada sebagai mitra Pemerintah Desa yang mampu mewujudkan peran aktif masyarakat yang majemuk agar masyarakat senantiasa memiliki dan turut serta bertanggungjawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga desa, sehingga diharapkan


(61)

42

adanya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat.

Atas dasar pertimbangan diatas, maka untuk jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan dapat benar-benar mendasarkan pada prinsip keterbukaan dan partisipasi masyarakat sehingga secara bertahap dan kebersamaan desa hajimena dapat mengalami kemajuan dan untuk itu dirumuskan Visi dan Misi.

G. Visi Desa Hajimena

“Dengan Kebersamaan Kita Tingkatkan Pembangunan Dan Taraf Hidup Masyarakat Yang Berdaya Guna Dan Dapat Diandalkan”

Rumusan visi tersebut merupakan suatu ungkapan dari suatu niat yang luhur untuk memperbaiki dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan peningkatan taraf hidup masyarakat di desa hajimena baik secara individu maupun kelembagaan sehingga 5 (lima) tahun ke depan desa hajimena mengalami suatu perubahan yang lebih baik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dilihat dari segi ekonomi dengan dilandasi semangat kebersamaan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembanguna


(62)

43

H. Misi Desa Hajimena Misi Desa Hajimena :

1. Bersama masyarakat memperkuat kelembagaan desa yang ada.

2. Bersama masyarakat dan kelambagaan desa menyelenggarakan pemerintahan dan melaksanakan pembagunan yang partisipatif.

3. Bersama masyarakat dan kelembagaan desa dalam mewujudkan desa hajimena yang aman, tentram dan damai.

4. Bersama masyarakat dan kelembagaan desa memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5. Bersama masyarakat dan kelembagaan desa meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berdaya guna dan dapat diandalkan.


(63)

44

I. Struktur Organisasi Desa Hajimena

Susunan Organisasi Pemerintahan Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

Kepala Desa : Bahti Idris

Sekretaris Desa : -

Kepala Urusan Pemerintahan : -

Kepala Urusan Pembangunan : Abdul Roni

Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat : Fahruddin Diriyabto,SE

Kepala Urusan Umum : Suci Dewi Aryanti,Amd

Kepala Urusan Keuangan : Saripah

Kepala Dusun I Induk Kampung : Drs. M. Syahnuri

Kepala Dusun II Way Layap : Hi. Hazairin, S.KM

Kepala Dusun III Sinar Jati : Drs. Mansahid

Kepala Dusun IV Perum Bataranila : Drs. Rosana

Kepala Dusun V Perum Polri : Trisna

Kepala Dusun VI Puri Sejahtera : Abdul Halim, S.KM


(64)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti tentang respon orang tua terhadap anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, dapat disimpulkan bahwa terdapat respon orang tua yang setuju dan tidak setuju mengenai anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor. Respon orang tua yang setuju yaitu:

1. Menghemat waktu anak mereka saat berangkat kesekolah.

2. Jarak dari rumah ke sekolah cukup bembutuhkan waktu yang lama. 3. Kesibukan orang tua saat bekerja.

4. Ekonomi orang tua yang cukup untuk memberikan fasilitas kendaraan. Sedangkan respon orang tua yang tidak setuju yaitu:

1. Anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan sudah melanggar

peraturan.

2. Anak tidak memiliki persyaratan berkendara yang lengkap. 3. Bisa mengakibatkan kecelakaan.


(65)

72

Menurut wawancara mendalam yang dilakukan peneliti bahwa antara respon orang tua yang memiliki anak di bawah umur yang mengizinkan anaknya menggunakan kendaraan bermotor dengan respon orang tua yang memiliki anak di bawah umur yang melarang anaknya menggunakan kendaraan bermotor dan orang tua yang tidak memiliki anak di bawah umur berbeda. Respon orang tua yang mengizinkan anak nya menggunakan kendaraan bermotor itu dikarenakan ekonomi mereka mampu memberikan anak mereka fasilitas kendraan bermotor untuk ke sekolah, itulah bentuk kasih sayang mereka terhadap anaknya tanpa melihat dampak negatifnya sedangakan respon orang tua yang tidak mengizinkan dan tidak memiliki anak di bawah umur sangat melarang anak mereka di karenakan anak di bawah umur menggunakan kendaraan bermotor sangat berbahaya dan melanggar peraturan Undang-Undang Lalu Lintas.

Masalah keselamatan diri pada anak merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian orang tua dan sekolah. Pemahaman anak yang terbatas mengenai bahaya berkendara menyebabkan anak kurang dapat mengantisipasi dan mengatasi kondisi bahaya yang muncul. Hal ini bisa berakibat fatal untuk keselamatan dirinya mereka. Lebih-lebih lagi, orang dewasa tidak selalu berada di dekat anak-anak sehingga tidak bisa secara optimal menjaga dan mengawasi anak.

Pengawasan yang utama sebenarnya terletak pada pihak orang tua. Jangan sekali-sekali memberikan fasilitas yang belum menjadi hak anak-anak di


(66)

73

bawah umur karena merupakan kesalahan dari orang tua yang ingin memanjakan anaknya. Di samping merupakan pelanggaran hukum, tindakan itu juga sangat membahayakan keselamatan jiwa anak-anak itu sendiri maupun orang lain karena dalam Undang-Undang sudah dijelaskan usia berapa anak diperbolehkan menggunakan kendaraan dan memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).

Orang tua siswa juga harus mampu menahan diri untuk tidak memberikan fasilitas berlebihan yang belum jadi haknya kepada anak mereka. Meskipun dari segi perekonomian mampu untuk membelikan anak nya sepeda motor maupun kendaraan mewah, keinginan itu harus ditahan hingga mereka cukup umur dan di nilai layak dan berhak untuk menggunakan fasilitas tersebut. Mereka juga dituntut mampu memberikan pengertian bahwa mereka belum berhak mengendarai kendaraan bermotor sendiri, baik untuk kepentingan apa pun. Orangtua jangan sekali-sekali merasa bangga melihat anak mereka yang belum cukup umur sudah bisa mengendarai kendaraan bermotor. Itu hanya kebanggaan mereka sebagai orang tua yang justru sangat membahayakan keselamatan anaknya sendiri.

Kasus kecelakan anak di bawah umur seperti yang terjadi oleh anak musisi ahmad dhani seharusnya menyadarkan para orang tua, bahwa anak di bawah umur memang harus dilarang membawa kendaraan bermotor. Belum punya SIM, belum berumur 17 tahun, tetapi sudah membawa kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor ke jalan raya. Anak-anak di bawah umur emosinya belum stabil, sehingga jika membawa


(67)

74

kendaraan bermotor mereka belum bisa membawanya dengan tenang dan kesadaran tertib berlalu lintas harus dimulai dari diri sendiri dimana di masa remaja adalah masa transisi dan masa dimana pencarian jati diri walau emosioanal kadang tidak dapat stabil.

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat memberikan suatu kesimpulan bahwa orang tua harus memperhatikan lingkungan keluarga, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman, serasi serta lingkungan yang sesuai dengan keadaan anak. Komunikasi yang dibangun oleh orang tua adalah komunikasi yang baik karena akan berpengaruh terhadap kepribadian anak‐anaknya.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian tentang respon orang tua terhadap anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dapat dijadikan masuakan bagi para orang tua yang memiliki anak di bawah umur, para aparat kepolisian dan sekolah di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, yaitu:

Orang Tua:

1. Orang tua perlu lebih berperan aktif dengan mengajarkan secara langsung kepada anak tentang bahaya menggunakan kendaraan bermotor dijalan.


(68)

75

2. Peran orang tua ini haruslah tampak nyata bagi anak sehingga anak benar-benar menyadari, memahami, dan kemudian menerapkan hal-hal yang diajarkan oleh orang tua sehubungan dengan keselamatan diri. 3. Orang tua harus mengajarkan anak mereka dari dini tentang peraturan

beekendara sesuai undang-undang yang ada.

4. Perlunya penanaman etika berlalu lintas atau pendidikan berlalu lintas sejak dini.

5. Diberikan pemahaman kepada anak tentang perlunya surat izin mengemudi untuk mengendarai kendaraan bermotor.

6. Bagi para orang tua, keluarga, sekolah, masyarakat, penegak hukum dan pemerintah agar lebih bijaksana dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anak-anak yang akan menjadi penerus bangsa.

Aparat Kepolisin dan Sekolah:

1. Diadakannya sosialisasi di sekolah- sekolah, melalui ceramah, penyuluhan, guna memberikan pemahaman etika berlalulintas di usia dini.

2. Pendidikan bagi pengemudi, Sekolah pengemudi merupakan suatu lembaga yang bertujuan untuk mengahasilkan pengemudi dan pengendara bermotor terampil dalam mencegah kecelakaan maupun pelanggaran lalu lintas.

3. Pihak kepolisian harus memberikan penyuluhan tentang berkendara yang baik dan benar sesuai Undang-Undang Lalu Lintas.

4. Pihak sekolah harus bertindak tegas memberikan sanksi apabila siswa nya membawa kendaraan bermotor.


(69)

76

5. Pihak sekolah dan pihak kepolisian bekerjasama memberikan

penyuluhan lalu lintas di sekolah tentang bahaya menggunakan kendaraan bagi anak dibawah umur sesuai peraturan Undang-Undang lalu lintas.


(70)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta ;Bina Aksara.

Berlo, David K. 1985. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Mandar Maju. Bandung.

Bungin, Burhan (Ed). 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Rajawali Pers.Jakarta. Grafindo. Halaman 51.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Kartono, Kartini. 1982. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Alumni Bandung. Moleong, L. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda karya Miles, M.B & Huberman, A.M. 1992. Analisa Data Kualitatif: Penerjemah

TjetjepRohendi R. Universitas Indonesia Press.

1999. Analisa Data Kualitatif: Penerjemah TjetjepRohendi R. Universitas Indonesia Press.

Muhidin, Syarif. 1981. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung : Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung.

Poerwadarminta, W.J.S. 1987. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai pustaka. Jakarta.

Suhendi, Hendi, et.al.2001.Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung. Pustaka Setia.


(71)

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Soekanto, Soerjono, 1993. Sosiologi suatu pengantar. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Soekanto, Soerjono.1982. Sosiologi Suatu Pengantar .CV Rajawali. Jakata

Sobur, Alex. 2003. Paikologi Umum:Dalam Lintas Sejarah. Pustaka Setia. Bandung.

Sudirman. 1992. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta Sugiyono. 2008. Motode Penelitian Bisnis. Alfabeta Bandung

Walgito, B. 1980. Pengantar Psikologi Umum.Andi Offset.Yogyakarta. Tarmudji, T. 2001. Hubungan pola asuh orang tua dengan agresifitas remaja.

Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU RI No. 22 Th. 2009). Sinar Grafika

Vembrianto, ST.1993. Sosiologi Penduidikan. Jakarta.PT Grasindo

Wahyu, Ramdani S,Ag. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Pustaka Setia. Bandung.

Sumber Internet

Kompas.com/Taufiqurrahman.

http://www.depdiknas.go.id/jurnal/37/hub_pola_asuh_orang_tua.html

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfh/article/view/1823 diakses pada tanggal 13 november 2013.

http://ajissalto.blogspot.com/2012/10/pengertian-keluarga-dan-fungsinya. Diakses pada tanggal 13 november 2013

http://kelanakota.suarasurabaya.net/news/2013/124249-Kenapa-Anak-di-Bawah-Umur-Dilarang-Mengemudi.


(1)

bawah umur karena merupakan kesalahan dari orang tua yang ingin memanjakan anaknya. Di samping merupakan pelanggaran hukum, tindakan itu juga sangat membahayakan keselamatan jiwa anak-anak itu sendiri maupun orang lain karena dalam Undang-Undang sudah dijelaskan usia berapa anak diperbolehkan menggunakan kendaraan dan memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).

Orang tua siswa juga harus mampu menahan diri untuk tidak memberikan fasilitas berlebihan yang belum jadi haknya kepada anak mereka. Meskipun dari segi perekonomian mampu untuk membelikan anak nya sepeda motor maupun kendaraan mewah, keinginan itu harus ditahan hingga mereka cukup umur dan di nilai layak dan berhak untuk menggunakan fasilitas tersebut. Mereka juga dituntut mampu memberikan pengertian bahwa mereka belum berhak mengendarai kendaraan bermotor sendiri, baik untuk kepentingan apa pun. Orangtua jangan sekali-sekali merasa bangga melihat anak mereka yang belum cukup umur sudah bisa mengendarai kendaraan bermotor. Itu hanya kebanggaan mereka sebagai orang tua yang justru sangat membahayakan keselamatan anaknya sendiri.

Kasus kecelakan anak di bawah umur seperti yang terjadi oleh anak musisi ahmad dhani seharusnya menyadarkan para orang tua, bahwa anak di bawah umur memang harus dilarang membawa kendaraan bermotor. Belum punya SIM, belum berumur 17 tahun, tetapi sudah membawa kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor ke jalan raya. Anak-anak di bawah umur emosinya belum stabil, sehingga jika membawa


(2)

74

kendaraan bermotor mereka belum bisa membawanya dengan tenang dan kesadaran tertib berlalu lintas harus dimulai dari diri sendiri dimana di masa remaja adalah masa transisi dan masa dimana pencarian jati diri walau emosioanal kadang tidak dapat stabil.

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat memberikan suatu kesimpulan bahwa orang tua harus memperhatikan lingkungan keluarga, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman, serasi serta lingkungan yang sesuai dengan keadaan anak. Komunikasi yang dibangun oleh orang tua adalah komunikasi yang baik karena akan berpengaruh terhadap kepribadian anak‐anaknya.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian tentang respon orang tua terhadap anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dapat dijadikan masuakan bagi para orang tua yang memiliki anak di bawah umur, para aparat kepolisian dan sekolah di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, yaitu:

Orang Tua:

1. Orang tua perlu lebih berperan aktif dengan mengajarkan secara langsung kepada anak tentang bahaya menggunakan kendaraan bermotor dijalan.


(3)

2. Peran orang tua ini haruslah tampak nyata bagi anak sehingga anak benar-benar menyadari, memahami, dan kemudian menerapkan hal-hal yang diajarkan oleh orang tua sehubungan dengan keselamatan diri. 3. Orang tua harus mengajarkan anak mereka dari dini tentang peraturan

beekendara sesuai undang-undang yang ada.

4. Perlunya penanaman etika berlalu lintas atau pendidikan berlalu lintas sejak dini.

5. Diberikan pemahaman kepada anak tentang perlunya surat izin mengemudi untuk mengendarai kendaraan bermotor.

6. Bagi para orang tua, keluarga, sekolah, masyarakat, penegak hukum dan pemerintah agar lebih bijaksana dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anak-anak yang akan menjadi penerus bangsa.

Aparat Kepolisin dan Sekolah:

1. Diadakannya sosialisasi di sekolah- sekolah, melalui ceramah, penyuluhan, guna memberikan pemahaman etika berlalulintas di usia dini.

2. Pendidikan bagi pengemudi, Sekolah pengemudi merupakan suatu lembaga yang bertujuan untuk mengahasilkan pengemudi dan pengendara bermotor terampil dalam mencegah kecelakaan maupun pelanggaran lalu lintas.

3. Pihak kepolisian harus memberikan penyuluhan tentang berkendara yang baik dan benar sesuai Undang-Undang Lalu Lintas.

4. Pihak sekolah harus bertindak tegas memberikan sanksi apabila siswa nya membawa kendaraan bermotor.


(4)

76

5. Pihak sekolah dan pihak kepolisian bekerjasama memberikan penyuluhan lalu lintas di sekolah tentang bahaya menggunakan kendaraan bagi anak dibawah umur sesuai peraturan Undang-Undang lalu lintas.


(5)

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta ;Bina Aksara.

Berlo, David K. 1985. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Mandar Maju. Bandung.

Bungin, Burhan (Ed). 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Rajawali Pers.Jakarta. Grafindo. Halaman 51.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Kartono, Kartini. 1982. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Alumni Bandung. Moleong, L. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda karya Miles, M.B & Huberman, A.M. 1992. Analisa Data Kualitatif: Penerjemah

TjetjepRohendi R. Universitas Indonesia Press.

1999. Analisa Data Kualitatif: Penerjemah TjetjepRohendi R. Universitas Indonesia Press.

Muhidin, Syarif. 1981. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung : Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung.

Poerwadarminta, W.J.S. 1987. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai pustaka. Jakarta.

Suhendi, Hendi, et.al.2001.Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung. Pustaka Setia.


(6)

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Soekanto, Soerjono, 1993. Sosiologi suatu pengantar. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Soekanto, Soerjono.1982. Sosiologi Suatu Pengantar .CV Rajawali. Jakata

Sobur, Alex. 2003. Paikologi Umum:Dalam Lintas Sejarah. Pustaka Setia. Bandung.

Sudirman. 1992. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta Sugiyono. 2008. Motode Penelitian Bisnis. Alfabeta Bandung

Walgito, B. 1980. Pengantar Psikologi Umum.Andi Offset.Yogyakarta. Tarmudji, T. 2001. Hubungan pola asuh orang tua dengan agresifitas remaja. Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU RI No. 22 Th. 2009). Sinar

Grafika

Vembrianto, ST.1993. Sosiologi Penduidikan. Jakarta.PT Grasindo

Wahyu, Ramdani S,Ag. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Pustaka Setia. Bandung.

Sumber Internet

Kompas.com/Taufiqurrahman.

http://www.depdiknas.go.id/jurnal/37/hub_pola_asuh_orang_tua.html

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfh/article/view/1823 diakses pada tanggal 13 november 2013.

http://ajissalto.blogspot.com/2012/10/pengertian-keluarga-dan-fungsinya. Diakses pada tanggal 13 november 2013

http://kelanakota.suarasurabaya.net/news/2013/124249-Kenapa-Anak-di-Bawah-Umur-Dilarang-Mengemudi.