PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH LSM MITRA BENTALA DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DESA PULAU PAHAWANG MELALUI PEMBENTUKAN UNIT USAHA MITRA WISATA

(1)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH LSM MITRA BENTALA DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DESA PULAU PAHAWANG MELALUI PEMBENTUKAN UNIT USAHA MITRA

WISATA By Gustia Soraya

Paradigma baru dalam manajemen pembangunan saat ini dikenal dengan sebutan

good governance. Good governance ini akan tercapai apabila kualitas interaksi yang terjadi antara komponen governance yaitu Negara (state), sector swasta (privat sector) dan organisasi kemasyarakatan (civil society organization) dapat terwujud. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai sala satu bentuk civil society yang kuat memiliki kontribusi penting dalam agenda arah dan agenda pembangunan melalui pemberdayaan kepada masyarakat pada tingkat

grassroots”, sehingga mampu mengajak kelompok-kelompok masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oleh LSM Mitra Bentala dalam pengembangan ekowisata di Desa Pulau Pahawang dengan tidak adanya kerangka kerja pada unit usaha Mitra Wisata sekaligus memberikan rekomendasi kerangka kerja yang tepat bagi Mitra Wisata.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ialah wawancara mendalam, dokumentasi dan observasi. Data dianalisis menggunakan pendekatan Logical Framework Approach (logframe), dari hasil analisis tersebut diperoleh 11 (sebelas) permasalahan yang kemudian dianalisis kembali melalui Matriks Logframe guna menemukan penyelesaiannya. Selanjutnya diperoleh beberapa kegiatan program yang dapat dilakukan, diantaranya yaitu : pembuatan struktur kepengurusan, pelatihan manajemen keuangan, pelatihan manajemen program, legitimasi pengelolaan ekowisata, pendanaan (pelatihan fundraising), pelatihan manajemen lembaga, pelatihan mengeni ekosistem laut dan pesisir, pelatihan SAR (Search and Resque), pelatihan manajemen wisata, pelatihan pembuatan souvenir, pelatihan pembibitan mangrove, pelatihan pembuatan dan pengelolaan makanan khas, pe;atihan transplantasi terumbu karang, pertemuan rutin (diskusi antarpihak terkait) dan penggabungan rencana strategis antarpihak terkait. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat mengatasi permasalahan yang ada jika pelaksanaannya turut didukung oleh sinerginya berbagai pihak terkait, dalam hal ini yakni LSM Mitra Bentala, Dinas Pariwisata Kabupaten Pesawaran, aparatur desa dan juga peran akademisi kampus.


(2)

ABSTRACT

COMMUNITY EMPOWERMENT BY NON-GOVERNMENTAL ORGANIZATIONS MITRA BENTALA IN THE DEVELOPMENT OF

THE ECOTOURISM IN THE PAHAWANG ISLAND VILLAGE THROUGH BUSINESS UNITS MITRA WISATA

By Gustia Soraya

The new paradigm in the management of development today is known as good governance. Good governance will be achieved if the quality of the interactions that occur among the components of governance, such as the State , private sector and civil society organizations can be realized. Non-governmental Organization (NGO) as one form of strong civil society has an important contribution for the agenda of the direction and development through the empowerment of the people at the "grassroots", which has ability to encourage groups community in participating for development. This study aimed to describe and analyze implementation of community empowerment by non-governmental organizations Mitra Bentala in the development of ecotourism in the Pahawang Island Village absence of a framework on business units Mitra Wisata, and also provide recommendations appropriate frameworks Mitra Wisata.

This research used descriptive research with qualitative approach. Data collection techniques used interview, documentation and observation. Data were analyzed by Logical Framework Approach (logframe), the results of the analysis obtained 11 (eleven) problems which analyzed again through Logframe matrix in order to find the solution. Furthermore gained some programs to do, such as: the manufacture of the management structure, the financial management training, the management program training, the ecotourism management legitimacy, the financing (fundraising training), management institute training, the marine and coastal ecosystems training, SAR training (Search and Rescue), travel management training, manufacture of souvenirs training, mangrove nursery training, food specialties training, coral transplantation training, regular meetings (discussions between the parties related) and the strategic incorporation plan between the parties concerned. The activities can overcome the existing problems if the implementation is also supported by the synergy of various stakeholders, such as the Mitra Bentala, Pesawaran Tourism District, village officials and also

the campus academics.

Keywords: Framework, Non-governmental organization Mitra Bentala, Community Empowerment


(3)

DESA PULAU PAHAWANG MELALUI PEMBENTUKAN

UNIT USAHA MITRA WISATA

Oleh

Gustia Soraya

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 9 Agustus 1991, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Shobirin dan Ibu Suryati.

Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita merupakan pendidikan formal pertama yang diselesaikan penulis pada tahun 1997 sebelum melanjutkan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Taman Pendidikan Islam Kalianda Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 2006 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 2009.

Tepat di tahun 2009 penulis tercatat sebagai mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Kecintaan penulis terhadap dunia organisasi disalurkan melalui beberapa organisasi yang diikuti selama menjadi mahasiswa mulai dari keikutsertaan di UKMF PENCINTA ALAM CAKRAWALA FISIP UNILA selama tiga periode yaitu, periode 2009-2012, Badan Eksekutif Mahasiswa FISIP UNILA periode 2010-2011 dan Badan Eksekutif Mahasiswa UNILA periode 2011-2012. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan penelitian yang berlokasi di Desa Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran dengan didampingi oleh LSM Mitra Bentala yang kemudian berlanjut menjadi relawan di bidang pariwisata Mitra Bentala hingga tahun 2014, dan di tahun yang sama penulis mewakili Provinsi Lampung dalam kegiatan Kapal Pemuda Nusantara Sail Raja Ampat


(8)

MOTO

Tabunganku ialah pendidikan anak-anakku

(Suryati)

Do it now. Sometimes ‘later’ becomes ‘never’

(Anonymous)

Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya,

karena dia tidak hidup di zamanmu


(9)

PERSEMBAHAN

Syukurku kepada Allah SWT, atas segala rahmat, nikmat dan kekuatan yang kurasakan sepanjang hidupku

Dengan segenap hati kupersembahkan karya kecilku ini kepada :

Orang tuaku tercinta “SHOBIRIN dan SURYATI” yang telah membesarkan, mendo’akan dalam setiap sujudnya dan mendidik anak

-anaknya dengan penuh kasih sayang dan keihklasan.

Adik-adikku tersayang serta seluruh keluarga besarku, yang selalu membuatku merindukan rumah

Keluarga besar Ilmu Administrasi Negara Universitas Lampung


(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, yang utama kepada Allah SWT, tercurah segala puji dan syukur karena atas segala kehendak dan kekuasaanNya, penyususnan skripsi ini dapat penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Selama penyusunan skripsi tentang kerangka kerja LSM mitra bentala dalam pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata di desa pulau pahawang, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan masukan dari berbagai pihak.

Terwujudnya skripsi ini, telah melibatkan berbagai pihak yang telah dengan rela membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi ini. Sehingga penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Dian Kagungan, M.H selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Fery Triatmojo S.AN., M.PA selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, arahan serta saran dalam proses penyusunan skripsi ini hingga akhir.

3. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si selaku Ketua Jurusan dan Dosen Pembahas yang telah memebrikan arahan, masukan dan saran yang bermanfaat bagi penulis untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.

4. Bapak Eko Budi Sulistio S.Sos., M.AP selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi dan memberikan arahan dan masukan kepada penulis terkait skripsi ini.


(11)

studi.

6. Ibu Nur, selaku staf administrasi jurusan yang dengan sabar memberikan pelayanan yang maksimal bagi penulis dan juga jurusan.

7. Bapak Efendi Suyanto selaki Kasi bidang Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pesawaran, atas kesediaannya meluangkan waktu, bantuan berupa informasi dan data-data serta saran yang sangat membantu penulis dalam penyelasaian skripsi ini.

8. Bang Abi, selaku Direktur Eksekutif LSM Mitra Bentala yang telah bersedia meluangkan waktunya serta mendukung penulis dengan memberikan berbagai informasi serta data-data yang diperlukan.

9. Bang Buyung Ridwan, selaku Direktur Mitra wisata, yang selalu sabar menjadi partner penulis selama di lokasi penelitian dalam kurun waktu yang cukup lama, terimakasih banyak atas waktunya, dukungannya selama proses observasi di lapangan.

10.Segenap pengurus LSM Mitra Bentala yang telah banyak membantu dan berdiskusi dengan penulis demi kelancaran penelitian ini.

11.Bang Ivan Bonang, selaku pembimbing skripsi ekstra, dengan penuh kesabaran dan suka rela meluangkan waktunya untuk berdiskusi dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 12.Bapak Kamaluddin selaku Kepala Desa Pulau Pahawang dan bapak

Selamet Riyadi selaku Sekretaris Desa Pulau Pahawang. Terimakasih banyak atas waktunya, informasi serta dukungannya guna menyelesaikan skripsi ini.

13.Seluruh Masyarakat Desa Pulau Pahawang, kak Agus, teh Ntu, mas Wid, kak Ali, kak Dodi, bang Boy, emak, abah (Alm), teh Bat, pak Syahril dan bang Isnen. Terimakasih atas semua informasi dan bantuannya, dalam proses pengambilan data dan observasi.


(12)

penuh kasih sayang dan keihklasan.

15.Adik-adikku tersayang, Siti Pratiwi dan Ibram Sabrani, keluarga besarku di Kalianda, Datuk Muh, Uwo Rohana, Ngah Solida, Mak Uda Roziah, Mak Su Isnani, Wak Syamsul, Om pur, bang Tama, bang Tomi (Alm), Dinda dan khususnya Cik Wati. Kalian selalu membuatku merasa bahwa rumah adalah obat dari segala peyakit.

16.Sahabat-sahabat seperjuangan semasa SMA yang selalu bertanya dan mendesak “kapan wisuda?” (Annisa, Rika, Orin)

17.Keluarga kecil “geng Liar” : Arde (Kom 07), Juharis (Kom 08) Yuditiduy (Ane 08). Terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

18.Keluarga Besar UKMF PA CAKRAWALA. BZ, om Mario, Eko, gumpil, bg uban, Aria, Nur, Wulan, Fredy, Wilson, Weny, Susi, Toman, buna, serut, cemung, nyenyes, iprit, Febry, Teddy, Wahyu, Ridho, iqbal dkk. 19.Saudara-saudara seperjuangan Adm. Negara 2009 khususnya Listi

Nainggolan, Martha Tobing, Riyanti, Nova Melasari, Ratna Setya Ningrum dan juga Martina Neviana. Terimakasih sudah menjadi sahabat sekaligus saudara yang selalu mendukung hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Serta keluarga besar Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Lampung

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka semua dan semoga karya sederhana ini dapat menjadi suatu bacaan yang bermanfaat. Amin.

Bandarlampung, Juni 2015 Penulis,

Gustia Soraya NPM 0916041038


(13)

DAFTAR ISI

DAFAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 9

B. Tinjauan Tentang Manajemen Strategis ... 13

1. Pengertian Strategi ... 13

2. Manajemen Strategis ... 16

3. Manfaa tManajemen Strategis ... 16

4. Manajemen Strategi melalui Logical Framework Approach (LFA) ... 17

C. Tinjauan Tentang Pemberdayaan Masyarakat ... 21

1. Pengertian Pemberdayaan ... 21

2. Pemberdayaan Masyarakat ... 23

D. Tinjauan Tentang Kepariwisataan dan Ekowisata ... 25

1. Pengertian Pariwisata ... 25

2. Konsep Ekowisata ... 27

E. Kerangka Pikir Penelitian ... 30

III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 33

B. Fokus Penelitian ... 34

C. Lokasi Penelitian ... 36


(14)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Profil LSM Mitra Bentala ... 54

B. Profil Desa Pulau Pahawang ... 68

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oleh LSM Mitra Bentala dalam pengembangan ekowisata di desa Pulau Pahawang dengan tidak adanya kerangka kerja pada unit usaha MitraWisata ... 73

1. Pemberdayaan Masyaraka tmelalui Unit Usaha Mitra Bentala ... 75

A. Upaya HarusTerarah ... 76

B. Program Harus Mengikutsertakan Masyarakat ... 82

C. Menggunakan Pendekatan Kelompok ... 89

B. Kerangka kerja Mitra Wisata yang tepat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata di Desa Pulau Pahawang ... 96

1. Analisis Stakeholder ... 96

2. Analisis Permasalahan ... 98

3. Analisis Tujuan/Hasil... 107

4. Analisis Strategi melalui Matriks Logframe ... 109

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 120


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.BaganKerangkaPikirPenelitian……….………32

Gambar 2.Analisis Data Model Interaktifdari Miles danHuberman……….………….41

Gambar 3.Pohon Masalah……….……..42

Gambar 4.Pengelompokkan Masalah………...105

Gambar 5.Pohon Masalah……….106


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.Ringkasan Penelitian Terdahulu………...……12

Tabel 2.Kegiatan wisata pantai dan bahari yang dapat dikembangkan………...30

Tabel 3.DaftarInformanWawancara………..…...38

Tabel 4.Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian………...39

Tabel 5.Analisis Stakeholder……….…….41

Tabel 6.Matriks Logframe……….…...45

Tabel 7.Catatan perkembangan Pulau Pahawang dan partisipasi Mitra Bentala…………....78

Tabel 8.Pelaku ekowisata Desa Pulau Pahawang………...…86

Tabel 9.Rencana Strategis kepariwisataan Mitra Bentalat ahun 2014-2017………..…….…91

Tabel 10.Rencana Strategis kepariwisataan Mitra Bentala tahun 2014-2017………..……...98

Tabel 10.Analisis Stakeholder………...……100

Tabel 11.Kategorisasi hasil wawancara………...…..101


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional di banyak negara berkembang pada umumnya ditekankan pada pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena yang paling terasa adalah keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka dapat dikatakan bahwa keberhasilan pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan menjadi tolak ukur keberhasilan maupun kegagalan pembangunan. Meningkatnya tuntutan masyarakat akan hasil pembangunan mendorong adanya perubahan paradigma pembangunan. Manajemen pemerintahan bergeser dari tertutup menjadi terbuka, pembangunan tidak lagi berorientasi pada perencanaan pemerintah pusat, tetapi lebih mengakar pada kebutuhan nyata masayarakat di daerah dengan memposisikan ruang partisipasi lebih terbuka dalam proses pembangunan. Paradigma baru dalam manajemen pembangunan saat ini dikenal dengan sebutan good governance. Dalam konteks good governance ini, agent of development tidak hanya pemerintah saja, tetapi juga citizen dan sektor swasta yang turut berperan di dalamnya. Konteks citizen di sini, masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang terorganisir (Lembaga Swadaya Masyarakat).

Pembangunan yang berkelanjutan memiliki keterkaitan erat dengan pemberdayaan masyarakat di mana penbangunan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama serta dapat diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju


(18)

suatu keberlanjutan secara ekonomi, sosial, dan ekologis yang dinamis. Maka selayaknya pembangunan masyarakat dijadikan sebagai sebuah strategi dalam pembangunan. Hingga saat ini pun sejumlah kebijakan pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan yang berbentuk pembangunan masyarakat terus digulirkan dari masa ke masa mulai dari Inpres Desa Tertinggal (IDT), Jaring Pengaman Sosial (JPS), Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), PNPM hingga BLSM dan lain-lain. Namun program-program tersebut terkesan kurang efektif dalam pelaksanaannya dan cenderung sentralistik. Lain halnya dengan LSM/NGO, yang dalam konteks good governance turut serta mengambil bagian dalam penentuan arah dan agenda pembangunan, dinilai mampu melakukan pemberdayaan kepada masyarakat dalam hal penanggulangan kemiskinan. Selain sifat dasarnya yang mandiri, LSM sebagai organisasi non-politik ini mempunyai peranan mendukung dan memberdayakan masyarakat pada tingkat “grassroots”, yang sangat esensial dalam rangka penanggulangan kemiskinan.

Beberapa LSM baik berskala lokal maupun nasional senantiasa aktif melakukan pendampingan dan pemberdayaan di berbagai bidang, seperti pendampingan di bidang politik, pendidikan, ,lingkungan hidup dan lain-lain. Gencarnya isu-isu konservasi lingkungan memunculkan dukungan dari berbagai pihak (Pemerintah, LSM, Masyarakat dan Stakeholder lainnya). Dukungan dari pemerintah dapat berbentuk Peraturan Perundangan yang telah disusun untuk menunjang upaya konservasi, yakni antara lain :

a. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;


(19)

b. UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Sedangkan dukungan dari LSM berbentuk pendampingan masyarakat berupa fasilitator, penggagas, pemberi arahan dan masukan. Seperti yang dilakukan oleh LSM WALHI (Wahana Lingkungan Hidup), LSM CIKAL, LSM WATALA, LSM Mitra Bentala dan lain-lain. LSM-LSM tersebut bergerak di bidang lingkungan hidup yang mempunyaiconcerndi bidangnya masing-masing.

LSM Mitra Bentala merupakan salah satu LSM yang concern dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Terbentuknya LSM Mitra Bentala karena adanya kesamaan rasa keprihatinan terhadap kondisi SDA wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Provinsi Lampung yang mulai terancam keberadaannya. Kekayaan sumber daya alam yang tersebar dibeberapa wilayah di Lampung tidak diimbangi dengan pengelolaan yang berorientasi pada keseimbangan dan keberlanjutan pemanfaatannya, menyebabkan degradasi lingkungan kawasan pesisir laut, dan pulau-pulau kecil. Seperti halnya yang terjadi di Pulau Pahawang yang merupakan gugusan pulau di sekitar Teluk Pidada, Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung.

Pulau Pahawang merupakan sasaran lokasi program pemberdayaan masyarakat oleh LSM Mitra Bentala melalui konservasi hutan mangrove yang pada tahun 1990-an sempat rusak parah akibat perbuatan masyarakatnya sendiri. Kayunya ditebang untuk bahan bakar dan dikirim ke Pulau Jawa. Akarnya juga dirusak karena penduduk mencari cacing pakan ikan di bawah akar mangrove sehingga mengganggu habitatnya. Selain itu penangkapan ikan melalui pengeboman pun marak terjadi sehingga membuat vegetasi terumbu karang di perairan Pulau


(20)

Pahawang menjadi rusak. Kejadian tersebut menarik minat LSM Mitra Bentala untuk melakukan pendampingan pada masyarakat Pulau Pahawang dalam mengkonservasi puluhan hektar hutan mangrove di sana. Perlahan namun pasti kondisi kebaharian Pulau Pahawang mulai membaik. Tidak sampai di situ saja, upaya peningkatan ekonomi masyarakat lokal melalui pemanfaatan mangrove pun mulai berjalan. Masyarakat Pulau Pahawang sudah melakukan produksi makanan berupa kripik mangrove dan minuman berupa sirup dari bahan dasar daun dan buah mangrove.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Septriana (2012:142-143) di tahun 2010 adalah di mana strategi peningkatan ekonomi melalui pemanfaatan mangrove mulai dijalankan, termasuk melakukan produksi makanan dan minuman melalui pemanfaatan daun dan buah mangrove. Namun setelah dua tahun lebih kegiatan produksi makanan dan minuman belum menunjukkan adanya peningkatan ekonomi secara maksimal. Dengan pendapatan rata-rata Rp.600.000 perbulan di tahun 2011-2012 yang sebelumnya tidak jauh berbeda yakni rata-rata Rp.550.000 perbulan di tahun 2010, dapat dikatakan pendapatan masyarakat Pahawang masih berada di bawah kebutuhan hidup standar yang telah ditetapkan Provinsi Lampung yang saat itu berkisar Rp.975.000 perbulan. Hal tersebut dikarenakan belum maksimalnya pemasaran produk-produk hasil pemanfaatan mangrove karena adanya permasalahan waktu dan biaya mengingat lokasi Pulau Pahawang yang cukup jauh dari daratan.

Kondisi kebaharian yang saat ini sudah membaik dimanfaatkan sebagai pengalihan mata pencaharia penduduk lokal dengan merambah ke sektor swasta serta sebagai alternatif lain untuk membantu pemasaran produk hasil pemanfaatan


(21)

mangrove tersebut. dengan memanfaatkan kawasan hutan mangrove seluas 30 hektar sebagai destinasi ekowisata, LSM Mitra Bentala membentuk suatu unit usaha yang khusus bergerak di sektor parwisata. Unit usaha yang dinamai Mitra Wisata ini dibentuk untuk mendampingi sekelompok masyarakat lokal dalam menjadikan destinasi ini menjadi favorit wisatawan, minimal dari lokal. Keunggulan Pahawang tidak hanya terletak pada luas hutan mangrovenya saja, Pulau Pahawang juga memiliki pemandangan pulau dan bawah laut yang sangat indah.

Pengembangan pariwisata mempunyai peranan penting dan strategis dalam pembangunan, sebagaimana tujuan kepariwisataan Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan serta mengatasi pengangguran. Peranan pariwisata semakin terasa dilihat dari kunjungan wisatawan mancanegara yang menunjukkan trend naik dalam beberapa dasawarsa. Tahun 1969, Indonesia hanya dikunjungi oleh 86.067 wisman, kemudian meningkat menjadi 2.051.686 tahun 1990, dan 5.064.217 tahun 2000 (Santosa dalam Pitana dan Gayatri 2005:3-4).

Tetapi industri pariwisata tidak selalu terus menerus membawa dampak positif seperti penghasil devisa, membuka lapangan kerja serta meningkatkan perekonomian. Sejalan dengan itu juga menimbulkan berbagai dampak negatif seperti pergeseran nilai-nilai sosial budaya maupun pencemaran lingkungan fisik dan biotis. Isu dampak negatif inilah yang menyebabkan pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata yang berbasis ekologi yang dikenal


(22)

dengan istilah ekowisata. Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya pariwisata. Dewasa ini ekowisata memiliki potensi yang besar untuk berkembang. Hal tersebut didukung oleh laporan World Travel Tourism Council

(WTTC) tahun 2000, pertumbuhan rata-rata ekowisata sampai 10 persen per tahun atau lebih tinggi dari pariwisata umumnya yang sebesar 4,6 % per tahun.

Berdasarkan penjabaran diatas maka dapat diprediksi bahwa pengembangan ekowisata merupakan jawaban dari masalah lingkungan dan di sisi lain sangat menunjang pembangunan ekonomi, terutama ekonomi penduduk lokal yang menjadi konsentrat LSM Mitra Bentala dalam memberdayakan masyarakat di Pulau Pahawang. Program kerja merupakan salah satu tolak ukur kapasitas suatu lembaga atau organisasi. Guna mengoptimalkan berjalannya program kerja yang dalam penelitian ini ialah program pemberdayaan masyarakat oleh LSM Mitra Bentala melalui pengembangan ekowisata maka diperlukannya kerangka program kerja strategis yang disusun secara sistematis dan logis.

Kemampuan menyusun kerangka program kerja yang baik mutlak diperlukan untuk memastikan bahwa program dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga mengacu dan selalu bertujuan untuk mencapai visi dengan melalui misi yang telah ditetapkan. Selain itu, dengan adanya kerangka program kerja strategis yang disusun secara sistematis dan logis, akan membantu mempermudah lembaga dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian program (Konsil LSM Indonesia, 2012:2).

Berdasarkan riset yang telah dilaksanakan peneliti ditemukan bahwa dari awal terbentuknya Mitra Wisata pada tahun 2010 hingga saat ini masih belum adanya


(23)

kerangka kerja yang diterbitkan khusus oleh Mitra Wisata. Mengingat betapa pentingnya keberadaan kerangka kerja program tersebut sebagaimana yang telah dijabarkan di atas maka diperlukannya suatu penelitian guna menyusun kerangka program kerja yang strategis dalam upaya optimalisasi pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata di desa Pulau Pahawang.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oleh LSM Mitra Bentala dalam pengembangan ekowisata di desa Pulau Pahawang dengan tidak adanya kerangka kerjapada unit usaha MitraWisata ?

2. Bagaimana kerangka kerja Mitra Wisata yang tepat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata di desa Pulau Pahawang ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oleh LSM Mitra Bentala dalam pengembangan ekowisata di desa Pulau Pahawang dengan tidak adanya kerangka kerja pada unit usaha Mitra Wisata

2. Untuk menganalisis sekaligus memberikan rekomendasi kerangka kerja Mitra Wisata yang tepat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata di desa Pulau Pahawang.


(24)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi Ilmu Adminsitrasi Negara khususnya mengenai kajian manajemen strategi dan pengembangan potensi pariwisata.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi bagi pihak lain yang melakukan penelitian sejenis. Secara khusus penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah setempat dan LSM Mitra Bentala khususnya dalam mengembangkan potensi kebaharian berbasis ekowisata guna memberdayakan masyarakat di Pulau Pahawang.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan telah mengilhami penelitian ini, baik sebagai referensi, pembanding maupun sebagai dasar pemilihan topik penelitian. Diantaranya yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan Eva Septriana (2012), dengan tujuan penelitian untuk mendeskripsikan dan menganalisis strategi LSM Mitra Bentala dalam pemberdayaan masyarakat pesisir melalui pengelolaan kawasan hutan mangrove Pulau Pahawang serta kendala-kendala yang dihadapinya. Data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Hasilnya adalah strategi LSM Mitra Bentala yang terdiri dari upaya pelestarian hutan mangrove Pulau Pahawang, peningkatan kapasitas kelembagaan BPDPM, peningkatan ekonomi melalui pemanfaatan mangrove dirasa kurang maksimal karena pemberdayaan masyarakat yang dilakukan hanya berfokus pada upaya pencapaian kelestarian hutan mangrovenya saja, sedangkan pencapaian kesejahteraan masyarakat belum tercapai secara optimal. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya sebagian besar pendapatan masyarakat yang masih terbilang rendah yaitu berkisar Rp.600.000,- perbulan, jauh dibawah standar kebutuhan hidup layak Provinsi Lampung yang saat itu berkisar Rp.1008.109,- perbulan. Hal


(26)

tersebut disebabkan faktor internal organisasi sendiri yaitu minimnya kualitas SDM organisasi serta masalah pendanaan, sedangkan dari faktor eksternal yaitu kurangnya responsf pemerintah terhadap potensi pulau dan pengelolaan hutan, kondisi SDM lokal dan fasilitas kegiatan yang kurang memadai. Penelitian ini mengilhami peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai pemberdayaan masyarakat yang terfokus pada peningkatan ekonomi masyarakatnya.

2. Penelitian selanjutnya tentang strategi pengembangan ekowisata di Pulau Sebesi Kabupaten Lampung Selatan oleh Helmi Ady (2010). Penelitian ini bertujuan mengekspolrasi potensi pariwisata alam (ekowisata) di Pulau Sebesi secara komprehensif melalui proses partisipatif, dengan memperhatikan sensitivitas ekosistem, potensi sumberdaya alam, dan optimalisasi peranserta masyarakat dalam upaya penyusunan strategi pengembangan dengan pola pengembangan keberlanjutan (suistainable development). Pendekatan yang digunakan adalah analisis melalui Matriks SWOT dan dilanjutkan dengan menentukan faktor kunci analisis SWOT melalui In-dept interview serta perhitungan Quantitative Strategic Planing Matrix (QSPM) untuk penentuan skala prioritas pelaksanaan strategisnya, serta melalui Focus Group Discussion (FGD). Hasil dari pengumpulan dan pengolahan data diperoleh masing-masing 5 (lima) elemen faktor kunci, 8 (delapan) elemen alternative strategi, dan 5 (lima) elemen alternative strategi terpilih dengan urutan prioritas utama dalam pelaksanaannya setelah dihitung dengan QSPM adalah sebagai berikut: (1) Kerjasama kemitraan dalam pengembangan ekowisata baik sarana-prasarana,


(27)

promosi, peningkatan kualitas SDM, penelitian dan pelesatarian alam (Skor 6,85), (2) Mengemas lebih atraktif atraksi wisata dengan mengedepankan Reputasi Gunung Krakatau (Skor 6,7), (3) Optimalisasi penggunaan IT untuk merebut pasar (Skor 6,7), (4) Kooperatif dengan pihak pesaing melalui penawaran produk wisata alam yang berbeda (Skor 6,45), (5) Koordinasi dan kerjasama semua pihak dalam penyelesaian konflik tanah dan menjaga keamanan bersama (Skor 5,8). Penelitian inipun turut mengilhami penulis melakukan penelitian sejenis yakni tentang pengembangan ekowisata, akan tetapi melalui pendekatan yang berbeda, yaitu analisis melalui matriks Logframe (kerangka kerja).

3. Selain penelitian-penelitian yang telah disebutkan di atas, terdapat pula penelitian tentang peranan LSM Mitra Bentala sebagai pendamping dalam upaya mensejahterakan masyarakat di wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang dilakukan oleh Fanie Wirha Kesuma (2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan hasil dari proses pendampingan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya. Pendekatan yang digunakan ialah analisis peran (LSM), dengan hasil dari penelitian ini adalah (1) Proses pendampingan masyarakat yang dilakukan oleh LSM Mitra Bentala memberikan pengaruh positif yang sangat besar dalam perubahan pola piker dan pola kehidupan masyarakat yang berkaitan erat dengan lingkungannya; (2) Adanya sebuah perubahan cara pandang masyarakat tentang bagaimana memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam pesisir secara adil, bijak dan juga memperhatikan keseimbangan ekosistem lingkungan agar


(28)

terhindar dari bencana ekologis yang akan merugikan manusia. Selanjutnya penelitian inipun turut mengilhami penulis dalam proses pemilihan topik penelitian, di mana LSM Mitra bentala mempunyai peran yang kuat dalam pendampingan masyarakat Pulau Pahawang dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya melalui program-program yang digulirkan, maka organisasi tersebut harus mampu menyusun kerangka program kerja yang strategis guna memastikan program-program tersebut mengacu dan selalu bertujuan untuk mencapai visi dan juga mempermudah dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian program.

Tabel 1. Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Topik Penelitian Pendekatan atau Metode

Hasil 1 Eva

Septriana, 2012

Strategi LSM Mitra Bentala dalam pemberdayaan masyarakat pesisir melalui pengelolaan kawasan hutan mangrove Pulau Pahawang Penkajian ulang terhadap hasil dari strategi yang sudah dijalankan melalui analisis SWOT

peningkatan ekonomi melalui pemanfaatan mangrove dirasa kurang maksimal karena pemberdayaan masyarakat yang dilakukan hanya berfokus pada upaya pencapaian kelestarian hutan mangrovenya saja, sedangkan pencapaian kesejahteraan masyarakat belum tercapai secara optimal. 2 Helmi Ady,

2010 Strategi pengembangan ekowisata Analisis melalui Matriks SWOT dan dilanjutkan dengan menentukan faktor kunci analisis SWOT melalui In-dept interview serta perhitungan

Quantitative Strategic Planing Matrix (QSPM) untuk penentuan skala prioritas pelaksanaan strategisnya,

5 (lima) elemen alternative strategi terpilih dengan urutan prioritas utama dalam pelaksanaannya setelah dihitung dengan QSPM adalah sebagai berikut: (1) Kerjasama kemitraan dalam

pengembangan ekowisata baik sarana-prasarana, promosi, peningkatan kualitas SDM, penelitian dan pelesatarian alam (Skor 6,85), (2) Mengemas lebih atraktif atraksi wisata dengan mengedepankan Reputasi Gunung Krakatau (Skor 6,7), (3) Optimalisasi penggunaan IT untuk merebut


(29)

serta melalui

Focus Group Discussion

(FGD).

pasar (Skor 6,7), (4) Kooperatif dengan pihak pesaing melalui penawaran produk wisata alam yang berbeda (Skor 6,45), (5) Koordinasi dan kerjasama semua pihak dalam

penyelesaian konflik tanah dan menjaga keamanan bersama (Skor 5,8)

3 Fanie Wirha Kesuma, 2008 Peranan LSM Mitra Bentala sebagai pendamping dalam upaya mensejahterakan masyarakat di wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Analisis peran (LSM)

(1) Proses pendampingan masyarakat yang dilakukan oleh LSM Mitra Bentala

memberikan pengaruh positif yang sangat besar dalam perubahan pola piker dan pola kehidupan masyarakat yang berkaitan erat dengan lingkungannya; (2) Adanya sebuah perubahan cara pandang masyarakat tentang bagaimana memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam pesisir secara adil, bijak dan juga

memperhatikan keseimbangan ekosistem lingkungan agar terhindar dari bencana ekologis yang akan merugikan manusia

B.Tinjauan Tentang Manajemen Strategis 1. Pengertian Strategi

Strategi penting dipahami oleh setiap eksekutif, manajer, kepala atau ketua, direktur, pejabat senior dan junior, pejabat tinggi, menengah, dan rendah. Hal ini harus dihayati karena strategi dilaksanakan oleh setiap orang pada setiap tingkat, bukan hanya oleh pejabat tingkat tinggi.

Ditinjau dari etimologinya pengertian ”strategi” bersumber dari kata Yunani

Klasik, yakni “strategos” (jendral), yang pada dasarnya diambil dari pilahan kata -kata Yunani untuk “pasukan” dan “memimpin”. Penggunaan kata kerja Yunani


(30)

dan pemusnahan musuh-musuh dengan menggunakan cara yang efektif berlandaskan sarana-sarana yang dimiliki” (Bracker dalam Heene, 2010:53) Terdapat beberapa pengertian Strategi menurut Henry Mintzberg (Supratikno dkk, 2005:3) diantaranya:

1. Rencana : Suatu petunjuk, suatu tuntutan atau tindakan yang akan dilakukan, sesuatu yang memberi arah bagi tindakan-tindakan di masa depan.

2. Pola : Perilaku yang konsisiten antarwaktu

3. Posisi : Penentuan posisi dalam konteks persaingan

4. Perspektif : Bagaimana suatu organisasi menjalankan kegiatannya.

5. Permainan : Kumpulan maneuver untuk “menjinakkan”pihak lawan atau suatu cara yang dilakukan untuk mengecoh pemain

Menurut pemahaman McNichols dalam Salusu (2008:101) strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan. Griffin (2004:226) menawarkan definisi yang lebih sederhana lagi, yaitu rencana yang komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi.

Shirley (1978) dalam Salusu (2008:99), menyebutkan faktor-faktor yang menentukan strategi adalah peluang ekstern, kendala-kendala ekstern, kapabilitas intern dan nilai-nilai perorangan dari pejabat-pejabat teras.

Salusu (2008:99) mengambil kesimpulan bahwa strategi umumnya sepakat membahas:


(31)

1. Tujuan dan sasaran, organizational goals adalah keinginan yang hendak dicapai di waktu yang akan datang, yang digambarkan secara umum dan relatif tidak mengenal batas waktu, sedangkan organizational objectives

adalah pernyataan yang sudah mengarah pada kegiatan untuk mencapai

goals, lebih terikat dengan waktu, dapat di ukur dan dapat dijumlah/di hitung.

2. Lingkungan, sasaran organisasi senantiasa berhubungan dengan lingkungan, dimana bisa terjadi bahwa lingkungan mampu mengubah sasaran. Sebaliknya sasaran organisasi dapat mengontrol lingkungan. 3. Kemampuan internal, kemampuan internal oleh Shirley dalam Salusu

(2004:100), digambarkan sebagai apa yang dapat dibuat karena kegiatan akan terpusat pada kekuatan.

4. Kompetisi, hal ini diperlukan dalam merumuskan strategi.

5. Pembuat strategi, hal ini menunjukkan siapa yang kompeten membuat strategi.

6. Komunikasi, melalui komunikasi yang baik, strategi bisa berhasil, karena dengan komunikasi kita dapat mengetahui alam kehidupan sekitar kita dan bagaimana pihak lain mengetahui kita.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi merupaka suatu pola perencanaan yang komprehensip berdasarkan pertimbangan faktor-faktor intern dan ekstern guna mencapai tujuan.


(32)

2. Manajemen Strategis

Manajemen strategik sebaiknya tidak dipahami sebagai “tugas”, tetapi dipahami

sebagai suatu “disiplin”. Dengan demikian, manajemen strtegik bukan tugas sekelompok orang dalam organisasi, melainkan sebagai suatu metode berfikir yang sebaiknya dimiliki oleh setiap karyawan organisasi. Alex Miller (1998) dalam Supratikno (2005:11).

Menurut Griffin (2004:226) bahwa manajemen strategis merupakan proses manajemen yang komprehensif dan berkelanjutan yang ditujukan untuk memformulasikan dan mengimplementasikan strategi yang efektif, hal ini merupakan sebuah cara untuk menanggapi peluang dan tantangan bisnis.

Miller (1998) dalam Supratikno dkk (2005:11) menekankan lima ciri utama manajemen strategik, yaitu:

1. Manajemen strategik mengintegrasikan berbagai macam fungsi dalam organ.isasi

2. Manajemen straegik berkiblat terhadap tujuan organisasi secara menyeluruh.

3. Manajemen strategic mempertimbangkan kepentingan berbagai petaruh (stakeholders).

4. Manajemen strategic berkaitan dengan horison waktu yang beragam. 5. Manajemen strategic berurusan dengan efisisensi dan efektivitas.

3. Manfaat Manajemen Strategis

If you fail to plan, you plan to fail (jika Anda gagal merencanakan, maka anda merencanakan untuk gagal). Demikian halnya dalam manajemen strategic, dika organisasi gagal menjalankan proses manajemen strategik, maka organisasi dapat


(33)

terperangkap dalam rutinitas dan terjebak dalam keputusan-keputusan yang hanya bermanfaat dalam jangka pendek.

David dalam Supratikno dkk (2005:12) menyebut sekurang-kurangnya lima manfaat manajemen strategik.

1. Manajemen strategi melatih setiap orang dan organisasi untuk berfikir secara antisipatif dan proaktif.

2. Proses penyusunan manajemen strategi mendorong terjadinya komunikasi yang sangat dibutuhkan dalam organisasi.

3. Mendorong lahirnya komitmen manajerial 4. Proses tersebut melahirkan pemberdayaan staf.

5. Organisasi yang menerapkan manajemen strategi, menunjukkan kinerja

4. Manajemen Strategi melalui Logical Framework Approach (LFA)

Pendekatan Kerangka Logis (Logical Framework Approach) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Logframe merupakan panduan (kerang kapikir) untuk menentukan dan menggambarkan suatu ringkasan mengenai rancangan atau desain program pembangunan dalam bentuk matrik dengan memperhatikan sumber pembuktian (alat verivikasi), indikator dan sejumlah asumsi. Kerangka kerja logis juga menunjukkan tingkatan tujuan dan hasil yang hendak dicapai (Sumpeno, 2011:186). Diperjelas oleh Alan Wasch (2002:2) The Logical Framework Approach (LFA) is a tool – or rather an open set of tools – for project design and management. Its purpose is to provide a clear, rational framework for

planning the envisomed activities and determining how to measure a project’s

success, while taking external factors into account. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan logframe mencakup seluruh proses


(34)

manajemen yang meliputi perencanaan, penilaian, monitoring dan evaluasi. Karena itu sangat tepat jika dikatakan bahwa logframe merupakan management tools.

Penyusunan logframe membutuhkan beberapa kegiatan analisis, seperti analisis stakeholder, analisis problem, analisis tujuan, dan analisis strategi. .

a. Analisis Stakeholder

Analisis stakeholder perlu dilakukan mengingat semua program dipengaruhi oleh stakeholder yang memiliki beragam kepentingan, potensial, kekurangan, dan karakteristik lainnya. Stakeholder utama adalah stakeholder yang berpengaruh langsung terhadap kegiatan, stakeholder sekunder adalah stakeholder yang berpengaruh tidak langsung terhadap program/project, sedangkan stakeholder tersier adalah stakeholder yang tidak terkait dengan program tetapi akan dipengaruhi dampak dari program/project. Mereka memiliki peran yang sangat penting dalam proses perencanaan dan implementasi program. Banyak pengalaman program yang gagal karena tidak mempertimbangkan kelompok stakeholder yang berpengaruh di masyarakat. Karena itu, amatlah penting untuk melakukan analisis terhadap stakeholder sebagai bagian dalam proses perencanaan.

b. Analisis Permasalahan

Analisis problem dilakukan untuk mengidentifikasi problem kunci, tantangan dan kesempatan, serta hubungan sebab-akibat. Analisis problem ini sangat penting mengingat pengembangan program umumnya dalam rangka mengatasi masalah pembangunan. Karena itu analisis problem mencoba mencari „akar masalah‟


(35)

bukan sekedar gejala, sehingga desain program yang dibangun dapat menyelesaikan masalah.

c. Analisis Tujuan/Hasil

Analisis tujuan dilakukan untuk mengembangkan tujuan program berdasarkan problem yang sudah diidentifikasi serta menentukan cara untuk menyelesaikan problem tersebut. Alat yang sering digunakan untuk analisis tujuan adalah „pohon

tujuan‟ yang strukturnya sama persis dengan „pohon masalah‟, tinggal mengubah

pernyataan problem (negatif) di pohon problem menjadi pernyataan tujuan (positif) di pohon tujuan.

d. Analisis Strategi melalui Matriks Logframe

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, maka dibangunlah matriks logframe yang merupakan rangkuman dari tujuan program, strategi mencapai tujuan, asumsi yang digunakan dan bagaimana output dan outcome dimonitor. Logframe matriks terdiri dari 4 elemen dasar yaitu

1. Hubungan antara Goals, Objectives, Intermediate Result, Outputs dan

Activities

2. Indikator

3. Verifikasi indikator

4. Asumsi dan resiko yang perlu diindetifikasi pada tahap penyusunan program


(36)

Manfaat Kerangka Kerja Logis (Logical framework Approach)

Kerangka kerja logis dapat memberikan suatu informasi mengenai program secara umum terkait dengan tujuan dan dampak yang dimungkinkan sebagai hasil pelaksanaan program. Bagitim perencana dapat menjelaskan secara logis program dan mempertimbangkan berbagai asumsi yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan. Manfaat lain penggunaan kerangkakerja logis diantaranya:

a. Menjelaskan tujuan pembangunan yang dilaksanakan (Goal, srategic objectives).

b. Mengetahui hasil yang hendak dicapai dari pelaksanaan program pembangunan (intermediate result dan output).

c. Menentukan bagaimana program pembangunan akan dilaksanakan untuk mencapai hasilyang diharapkan (kegiatan dan program yang harus dilaksanakan).

d. Memahami faktor-faktor apa saja yang berada di luar pengendalian yang berpengaruh langsung terhadap pelaksanaan program pembangunan yang perlu dikendalikan demi tercapainya tujuan (asumsi penting).

e. Menjamin keberhasilan program dapat dinilai secara objektif (indikator-indikator).

f. Mengetahui bagaimana sumber data diperoleh untuk kepentingan penilaian danpengukuran keberhasilan program yang dilaksanakan (sumber pembuktian).

g. Mengetahui berapa sarana dan biaya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil kerja program pembangunan.


(37)

Selain pertimbangan manfaat di atas, dipilihnya pendekatan lerangka logis dengan instrumen matriks logframe dalam perumusan kerangka kerja mengenai pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata di Pulau Pahawang didasari oleh pertimbangan: Metode LFA paling sering digunakan pada organisasi nirlaba, di mana metode program ini secara sistematis membantu pola berfikir dalam menyusun program, baik itu berupa program pemberdayaan maupun penghimpunan dana.

C. Tinjauan Tentang Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayan berasal dari Bahasa Inggris yaitu empowerment dan empower. Sedangkan Kamus Webster dan Oxford English Dictionary menyebutkan kata

empower mengandung (2) makna yaitu (1) to give ability to or enable yaitu : upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan. (2) to give power or authority to yaitu memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau mendelegasikan otoritas kepihak lain. (Prijono dan Pranaka dalam Septriana, 2012:29).

Dubois dan Miley (1977) dalam Wrihatnolo dan Nugroho (2007:93) mengemukakan bahwa dasar-dasar pemberdayaan antara lain :

1. Pemberdayaan adalah proses kerjasama antara klien dan pelaksana kerja secara bersama-sama yang bersifat mutual benefi.

2. Proses pemberdayaan memandang sistem klien sebagai komponen dan kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasilan dan memberikan kesempatan.


(38)

4. Kompetensi diperolah atau diperbaiki melalui pengalaman hidup, pengalaman khusus yang kuat dari pada keadaan yang menyatakan apa yang dilakukan.

5. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber penghasilan dan kapasitas untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut dengan cara efektif.

6. Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis, pernah berubah, dan evolusioner yang selalu memiliki banyak solusi.

7. Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur-struktur paralel dari perseorangan dan perkembangan masyarakat.

Sullivan dan Kisthardt, Solomon, Rapaport, Swift dan Levin (Dalam Suharto, 2005 : 69-70) mengemukakan beberapa prinsip pemberdayaan menurut prespektif pekerjaan sosial, diantaranya yaitu :

1. Pemberdayaan adalah proses kolaboratif. Karenanya pekerja sosial dan masyarakat harus bekerjasama sebagai partner.

2. Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor atau subjek yang kompeten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan kesempatan-kesempatan.

3. Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting yang dapat mempengaruhi perubahan.

4. Kompetensi diperoleh atau dipertajam melalui pengalaman hidup, khususnya pengalaman yang memberikan perasaan mampu pada masyarakat.


(39)

5. Solusi-solusi yang berasal dari situasi khusus harus beragam dan menghargai keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang berada pada situasi masalah tersebut.

6. Jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan yang penting bagi penurunan ketegangan dan meningkatkan kompetensi serta kemampuan mengendalikan seseorang.

7. Masyarakat harus berpartisipasi dalam pemberdayaan mereka sendiri, tujuan, cara dan hasil harus dirumuskan oleh mereka sendiri.

8. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan, karena pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi perubahan.

9. Pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber tersebut secara efektif.

10.Proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, berubah terus, evolutif, permasalahan selalu memiliki beragam solusi.

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial.

2. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered (diarahkan pada masyarakat), participatory (partisipasi), dan sustainable (kemampuan untuk hidup terus)


(40)

(Chambers dalam Winarni 1998:73). Konsep ini lebih luas dari semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses kemiskinan lebih lanjut (safety net). Sedangkan ciri-ciri pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka pemberdayaan (Moelyarto, 1993:26) yaitu:

1. Prakarsa dan proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat harus diletakkan pada masyarakat sendiri.

2. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobilisasikan sumber-sumber yang ada untuk mencukupi kebutuhannya.

3. Mentoleransi variasi lokal, sehingga sifatnya amat fleksibel dan menyesuaikan dengan kondisi lokal.

4. Menekankan pada proses social learning.

5. Proses pembentukan jaringan antara birokrasi dan LSM, satuan-satuan organisasi tradisional yang mandiri.

Berdasarkan ciri pendekatan tersebut, maka pemberdayaan masyarakat harus melakukan pendekatan sebagai berikut:

1. Upaya harus terarah (targetted). Ini secara populer disebut pemihakan dan ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalah sesuai dengan kebutuhannya.

2. Program harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni supaya bantuan tersebut efektif sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta


(41)

kebutuhan mereka. Selain itu sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, mengelola, melaksanakan dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya.

3. Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapi, dan juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara individu. Karena itu pendekatan kelompok adalah yang paling efektif, dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien.

Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara seimbang (Winarni,1998:76).

D. Tinjauan Tentang Kepariwisataan dan Ekowisata 1. Pengertian Pariwisata

Sebagai suatu aktivitas yang begitu besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, pariwisata telah banyak menarik minat akademisi dari berbagai disiplin ilmu untuk mengkajinya, Jovicic (1997, dalam Pitana dan Putu,2005:6).

Pariwisata menurut Hunziker dan Krafta dalam J. Spillane (1998:22) bahwa pariwisata adalah sejumlah hubungan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang, asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai konsumen ditempat tersebut.


(42)

Sebagaimana dikemukakan oleh Robert Mc. Intos dan Shansi Kant Cupta yang dikutip oleh Musanef (1996:11) pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah serta nasyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan, serta penunjang lainnya.

Lebih lanjut, Yoeti (1996:115) mengemukakan bahwa pariwisata adalah keseluruhan dari gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara. Diperkuat oleh Murphy (1985, dalam Pitana dan Putu,2005:45), pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lain-lain) yang merupakan akibat dari pejalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen.

Dalam UU No 9 tahun 1990 (Menteri Dalam Negeri, 1990), beberapa istilah yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata antara lain :

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait di bidang tersebut.

4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.


(43)

5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.

6. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

7. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan maupun perjalanan dapat dikatakan sebagai wisata jika kegiatan maupun perjalanan tersebut bersifat sementara (tidak menetap), bukan bertujuan untuk berbisnis atau mengerjakan pekerjaan melainkan hanya untuk rekreasi.

2. Konsep Ekowisata

Ekowisata pertama kali dikenalkan pada tahun 1990 oleh organisasi The Ecotourism Society, sebagai perjalanan ke daerah – daerah yang masih alami yang dapat mengkonservasi lingkungan dan memelihara kesejahteraan masyarakat setempat (Fandeli, 2002 dalam Adi, 2010:21). Ekowisata merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam dan industri kepariwisataan (META, 2002 dalam Rahmawati, 2009:30). Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, disamping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga. Ekowisata berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai bentuk baru


(44)

dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999 dalamFandeli dan Muchlison, 2000:126).

Dalam kaitannya dengan ekowisata, From (2004) dalam Damanik dan Weber (2006) menyusun tiga konsep dasar tentang ekowisata yaitu sebagai berikut :

Pertama, perjalanan outdoor dan di kawasan alam yang tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Kedua, wisata ini mengutamakan penggunaan fasilitas yang diciptakan dan dikelola oleh masyarakat kawasan wisata. Ketiga, perjalanan wisata ini menaruh perhatian besar pada lingkungan alam dan budaya lokal. Dari definisi tersebut dapat diidentifikasi beberapa prinsip ekowisata (TIES, 2000 dalamDamanik dan Weber, 2006), yaitu sebagai berikut :

1. Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata.

2. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisata lainnya.

3. Menawarkan pengalaman–pengalaman positif bagi wisatawan maupun penduduk lokal.

4. Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi melalui kontribusi.

5. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai – nilai lokal.


(45)

6. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di daerah tujuan wisata.

7. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak asasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam transaksi – transaksi wisata.

Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan dengan konsep ekowisata bahari dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu wisata pantai dan wisata bahari. Menurut Yulianda (2007) dalam Rahmawati (2009:31-32), wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi, olahraga dan menikmati pemandangan, sedangkan wisata bahari merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya bawah laut dan dinamika air laut. Kegiatan wisata pantai dan bahari yang dapat dikembangkan disajikan pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 4. Kegiatan wisata pantai dan bahari yang dapat dikembangkan

Wisata Pantai Wisata Bahari

1. Rekreasi pantai 2. Panorama

3. Resort/peristirahatan 4. Berenang, berjemur

5. Olahraga pantai (volley pantai, jalan pantai, lempar cakram, dll)

6. Berperahu 7. Memancing 8. Wisata mangrove

1. Rekreasi pantai dan laut 2. Resort/peristirahatan

3. Wisata selam (diving) dan wisata

snorkling

4. Selancar, jet ski, banana boat, perahu kaca,

kapal selam

5. Wisata ekosistem lamun, wisata nelayan, wisata pulau, wisata pendidikan, wisata pancing

6. Wisata satwa (penyu, duyung, paus, lumbalumba,


(46)

E.Kerangka Pikir Penelitian

Pengembangan pariwisata mempunyai peranan penting dan strategis dalam pembangunan, sebagaimana tujuan kepariwisataan Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan serta mengatasi pengangguran.

Isu-isu konservasi membuat pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang dikenal dengan ekowisata, yang merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya pariwisata. Dewasa ini ekowisata memiliki potensi yang besar untuk berkembang. Hal tersebut didukung oleh laporan World Travel Tourism Council (WTTC) tahun 2000, pertumbuhan rata-rata ekowisata sampai 10 persen per tahun atau lebih tinggi dari pariwisata umumnya yang sebesar 4,6 % per tahun. Pemerintah menggulirkan kebijakan guna mendukung hal tersebut berupa UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dan juga UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Pulau Pahawang memiliki pemandangan pulau dan bawah laut yang sangat indah. Potensi bawah laut Pulau Pahawang terdapat di beberapa spot menyelam yang indah untuk dilihat. Menyaksikan keindahan terumbu karang ternyata tidak harus jauh-jauh ke Bunaken atau Raja Ampat, bahkan ada satu spot yang memiliki keindangan terumbu karang berupa soft coral yang tidak kalah dengan Pulau Raja Ampat, Papua.


(47)

Selain keindahan baharinya, Pulau Pahawang juga merupakan kawasan konservasi puluhan hektar hutan mangrove. Kawasan hutan mangrove tersebut mulai dimanfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai destinasi ekowisata. LSM Mitra Bentala yang selama ini menjalankan program pemberdayaan masyarakat melalui pendampingan konservasi hutan mangrove turut pula mendampingi sekelompok masyarakat lokal dalam menjadikan destinasi ini menjadi favorit wisatawan, minimal dari lokal. Maka tidak dipungkiri lagi bahwa Pulau Pahawang layak disebut sebagai raksasa ekonomi yang masih tertidur.

LSM pada tingkat daerah, utamanya yang berperan langsung melakukan pendekatan kepada masyarakat di akar rumput (grassroots) harus memiliki program kerja yang strategis, di mana program kerja merupakan salah satu tolak ukur kapasitas suatu lembaga atau organisasi, Guna mengoptimalkan berjalannya program kerja yang dalam penelitian ini ialah program pengembangan ekowisata oleh LSM Mitra Bentala dengan tujuan pemberdayaan masyarakat maka diperlukannya kerangka program kerja strategis yang disusun secara sistematis melalui analisis terhadap stakeholders, permasalahan, tujuan/hasil dan strategi. Untuk memfokuskan dan memudahkan pemahaman dalam penelitian ini, maka dikembangkan kerangka pikir sebagaimana dalam gambar 1 berikut ini :


(48)

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Perumusan Kerangka Kerja (manajemen Strategi) Analisis Stakeholders Analisis Permasalahan Analisis Tujuan/Hasil Analisis Strategi Optimalnya Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan Ekowisata Undang-Undang Nomor

10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

UU No. 5 Tahun

1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

UU No. 27

Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Strategi Pengembangan ekowisata Kerangka Kerja Strategis (Strategi) Program pemberdayaan

masyarakat oleh LSM Mitra Bentala melalui pengembangan ekowisata


(49)

zzz

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif, yaitu di mana penelitian ini diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Secara spesifik, penelitian deskriptif memiliki karkteristik, yaitu (1) bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang dihadapi sekarang, (2) bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk disusun, dijelaskan, dan dianalisis (Zuriah, 2009: 14 & 47).

Guna mendapatkan data atau keterangan yang bersifat deskriptif tersebut maka peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller dalam Zuriah (2009:92) penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristiwanya. Lebih tegas lagi Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2009:4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.


(50)

Penelitian kualitatif pada umumnya berkarakteristik: (1) mempunyai latar belakang alamiah, (2) bersifat deskriptif, (3) menekankan proses, (4) cenderung menganalisis data secara induktif, (5) mementingkan peran makna (Zamroni: 1992:81-82). Hubungannya dengan penelitian ini, peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan berdasarkan pertimbangan berikut: (1) lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung bagi penelitian ini sebagaimana adanya (alami) tanpa dilakukan perubahan dan intervensi oleh peneliti, (2) peneliti sebagai instrument penelitian, mengadakan pengamatan, wawancara, dan pencatatan langsung di lapangan, (3) data-data yang dikumpulkan mayoritas data deskriptif, tidak mengutamakan angka-angka statistik, tetapi juga tidak menolak data kuantitatif, (4) penelitian ini mengutamakan proses penyusunan kerangka kerja dalam upaya pengembangan ekowisata guna memberdayakan mayarakat di Pulau Pahawang, (5) penelitian ini mencoba untuk menemukan manfaat dan makna pengembangan pariwisata di wilayah pesisir bagi masyarakat setempat.

Berdasarkan karakteristik dari metodologi penelitian kualitatif di atas dan penjabaran hungannya dengan penelitian ini , maka penelitian ini dengan judul Kerangka kerja strategis LSM Mitra Bentala dalam pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata di pulau pahawang lebih tepat menggunakan metodologi penelitian kualitatif.

B. Fokus Penelitan

Penetapan fokus dalam penelitian kualitatif sangat penting. Selain untuk membatasi studi (membatasi bidang inkuiri), melalui bimbingan dan arahan fokus pula seorang peneliti tahu persis data mana dan data tentang apa yang perlu


(51)

dikumpulkan dan data mana pula, yang walaupun menarik, karena tidak relevan, tidak perlu dimasukkan ke dalam sejumlah data yang sedang dikumpulkan (Moleong, 2009:94). Berkaitan dengan penelitian ini, fokus digunakan untuk mengetahui implementasi kerangka kerja pengembangan ekowisata oleh LSM Mitra Bentala dalam pemberdayaan masyarakat di Pulau Pahawang serta menganalisis sekaligus memberikan rekomendasi kerangka kerja strategis dalam upaya optimalisasi pengembangan ekowisata dalam pemberdayaan masyarakat di Pulau Pahawang

Maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :

1. Pelaksanaan program kerja LSM Mitra Bentala dalam pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata di desa Pulau Pahawang. 2. Kerangka program kerja yang strategis dalam upaya optimalisasi

pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata di desa Pulau Pahawang, yang dirumuskan melalui beberapa analisis dibawah ini:

a. Analisis Stakeholders yang terkait dengan program pengembangan ekowisata di Pulau Pahawang

b. Analisis permasalahan serta hubungan sebab akibatnya

c. Ananlisis Tujuan/Hasil untuk mengetahui gambaran situasi masa depan

d. Analisis Strategi yang paling tepat berdasarkan tujuan program tersebut dengan mempertimbangkan resiko atau asumsi.


(52)

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mitra Bentala yang beralamat di Jln. Sejahtera Gg. Salak No.07 Rt.21 Lk.2 Kelurahan Sumberejo Sejahtera, Kemiling, Bandarlampung. LSM Mitra Bentala merupakan Leading Sector atau perintis pemberdayaan masyarakat di Pulau pahawang yang dimulai sejak tahun 1997 hingga sekarang, dan juga Desa Pulau Pahawang Kecamatan Marga Punduh Kabupaten Pesawaran.

D.Sumber Data

Sumber utama dalam penelitian ini adalah pertama, kata-kata dan tindakan atau kegiatan, kedua sumber tertulis dan ketiga foto. Kata-kata dan tindakan seseorang yang diamati dan diwawancarai dijadikan sumber data utama (data primer). Data primer dicatat melalui catatan tertulis dan melakukan perekaman baik dengan tape recorder untuk perekaman kata-kata, maupun dengan kamera untuk pengambilan foto tindakan atau kegiatan ekowisata di Desa Pulau Pahawang. Walaupun telah mendapatkan data utama atau primer melalui wawancara atau observasi partisipasi, dicari juga data sekunder melalui sumber tertulis berupa dokumen yang didapat seperti laporan, catatan, arsip-arsip serta bahan tertulis lainnya yang merupakan dokumen yang relevan dengan tema penelitian dan dapat dijadikan referensi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Memperoleh data-data seperti yang di sebutkan di atas, maka dibutuhkan beberapa teknik dalam mengumpulkannya. Adapun teknik pengumpulan data yang telah diaplikasikan dalam penelitian ini adalah :


(53)

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan melakukan tanya jawab yang sistematis, di mana terdapat dua pihak yang masing-masing mempunyai kedudukan yang berbeda. Satu pihak sebagai orang yang mencari keterangan-keterangan (informan hunter) dan pihak lain sebagai orang yang member keterangan-keterangan (information supplyer), (Sustiawati, 2005:185).

Wawancara dalam penelitian ini merupakan wawancara mendalam. Bungin (2003:62) menyatakan bahwa wawancara ini bersifat terbuka, di mana pelaksanaan wawancara tidak hanya sekali atau dua kali, melainkan berulang-ulang dengan intensitas yang tinggi. Cek dan recek dilakukan secara silih berganti dari hasil wawancara ke pengamatan di lapangan, atau dari informan yang satu ke informan yang lain. Selain itu, Penelitian ini juga meggunakan teknik wawancara baik secara terstruktur dengan informan melalui daftar pertanyaan yang diajukan peneliti berdasarkan panduan wawancara (interview guide), maupun wawancara bebas (tidak berstruktur) bersamaan dengan observasi. Instrumen yang digunakan untuk melakukan wawancara ini adalah alat perekam (tape recorder) yang dilengkapi pula dengan catatan-catatan lapangan (field notes) dari peneliti.


(54)

Adapun pihak-pihak yang akan menjadi nara sumber dalam wawancara antara lain:

Tabel Daftar Informan Wawancara

No Nama Informan Jabatan/Keterangan Tanggal wawancara 1 Mashabi Direktur Mitra Bentala 15 Februari 2014

Pukul 08:59

2 Buyung Ridwan Direktur Mitra wisata 04 Februari 2014 Pukul 14:23

3 Kamaludin Kepala Desa Pulau

Pahawng

31 Januari 2014 Pukul 20:17

4 Selamet Riyadi Sekretaris Desa Pulau Pahawang

25 November 2013 Pukul 16:57

5 Efendi Suyanto Kasi ODTW Dinas Pariwisata pemuda dan olahraga Kabupaten Pesawaran

13 Maret 2014 Pukul 14:30

6 Isnen Ketua BPDPM 26 November 2013

Pukul 16:57 7 Syahril Karim Ketua LPM dan mantan

Ketua BPDPM

26 November 2013 Pukul 16:16

8 Agus Pelaku Ekowisata 16 Maret 2014 Pukul

13:45

9 Ali Pelaku Ekowisata 13 Maret 2014 Pukul

13:08

10 Buyung Pelaku Ekowisata 25 November 2013

Pukul 11:40

11 Syahrul Warga Desa Pulau

Pahawang

25 November 2013 Pukul 13:17

2. Observasi (Pengamatan)

Teknik ini berguna untuk merekam data-data primer yang berupa peristiwa atau situasi sosial tertentu pada lokasi penelitian yang berhubungan dengan fokus penelitian. Sedangkan data observasi itu sendiri berupa deskripsi yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial serta konteks dimana kegiatan-kegiatan itu terjadi (Duadji, 2006:64). Adapun instrumen yang digunakan adalah catatan-catatan lapangan dan kamera foto.


(55)

Dalam penelitian ini peneliti mengamati langsung kegiatan yang berhubungan dengan kepariwisataan di Desa Pulau Pahawang baik oleh Mitra Wisata, Dinas Pariwisata Kabupaten Peswaran maupun pelaku wisata lokal lainnya.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data melalui sumber data ini merupakan bentuk dari data sekunder yang memuat informasi tertentu yang bersumber dari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini. Berikut merupakan daftar dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian Tabel Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian

No Dokumen-dokumen Substansi

1 Profil LSM Mitra Bentala Gambaran umum LSM Mitra Bentala

2 Profil Desa Pulau Pahawang Gambaran umum Desa Pulau Pahawang

3 Proposal PNPM Desa Wisata Pulau Pahawang Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)

F. Analisa Data

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan keterangan-keterangan yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi yang bersifat literer dan dari hasil observasi yang bersifat empiris. Maka, penelitian ini menggunakan teknis analiss data kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982) dalam Moleong (2009:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.


(56)

Pada prinsipnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Maka dari itu, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992) dalam Basrowi dan Suwandi (2008: 209-210). Teknik analisis ini mencakup tiga kegiatan yang secara sederhana digambarkan melalui model berikut ini:

Reduksi Data Display Data

Reduksi Data

Pemaparan Kesimpulan

Gambar 4 :

Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman (1994)

Kemudian data yang muncul dianalisis dengan menggunakan Pendekatan Kerangka Logis (Logical Framework Approach) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Matriks Logframe . Penggunaan instrumen analisis Matriks Logframe ini diawali dengan beberapa kegiatan analisis, diantaranya yaitu analisis stakeholder, analisis permasalahan dan analisis tujuan/hasil kemudian penyusunan Matriks Logframe.

1. Analisis Stakeholder

Pertanyaan kunci dari analisis stakeholder adalah „problem siapakah ini?‟ dan jika


(57)

Berdasarkan analisis stakeholder ini, maka dapat dibedakan antara target group dan group stakeholder lainnya.

Tabel 2. Analisis Stakeholder Urutan Stakeholders Pengalaman, Keahlian dan Sumberdaya Interest dan keinginan Hambatan dan Isu Peran (Terkait dengan Kegiatan) Stakeholder Utama Stakeholder Sekunder Stakeholder Tersier

2. Analisis Permasalahan

Alat yang digunakan dalam analisis ini adalah pohon problem yang dimulai dengan menentukan permasalahan kunci atau permasalahan utama, kemudian menyususn penyebab dari permasalahan tersebut muncul yang disusun secara bertingkat mulai dari satu tingkat ke tingkat lainnnya (identifikasi sebab akibat). Gambar berikut adalah contoh sederhana diagram pohon problem.

Gambar 3 : Pohon Problem

Masalah Kunci/Focal Problem

S

E

B

A

B

A

K

I

B

A

T


(58)

Langkah-langkah dalam analisis Permasalahan :

Identifikasi dan analisis masalah perlu dilakukan melalui wawancara ataupun diskusi dengan para stakeholder. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam analisis masalah sebagai baerikut:

a. Gali masalah melalui wawancara mendalam atau curah pendapat tentang masalah –masalah yang ada.

b. Kelompokkan wawancara-wawancara yang mengandung masalah yang sama, yang disebut juga dengan kategorisasi wawancara

c. Kelompokkan dan susun masalah yang ada berdasarkan hubungan sebab-akibat atau keterkaitannya

d. Pilihlah satu masalah yang akan dijadikan sebagai masalah inti (core), kemudian susun dalam bentuk pohon masalah, sehingga akan diketahui hubungan sebab-akibat atau keterkaitannya secara keseluruhan. Masalah inti harus berupa pernyataan yang bersifat umum dan universal, artinya masalah yang muncul mempunyai keterkaitan dengan semua masalah yang ada. Upayakan masalah inti tidak bersifat sektoral atau bidang yang spesfik.

e. Telaah kembali masalah-masalah atau kondisi negatif lainnya yang

“menyebabkan” masalah inti. Hubungan kausal yang terjadi diantara variabel masalah menunjukkan hubungan atauterkait langsung (paling dekat). Upayakan tidak ada variabel antara atau masalah antara, jika ternyata masih ada, pisahkan menjadi masalah tersendiri.

f. Kemudian analisis kembali kondisi negatif atau masalah sebagai “akibat” dari masalah inti. Jika masih dianggap belum terungkap dapat


(1)

☎✆✆ • pelatihan pembuatansouvenir

• pelatihan pembibitan mangrove

• pelatihan pembuatan dan pengelolaan makanan khas • pelatihan transplantasi terumbu karang

• pertemuan rutin (diskusi)

• penggabungan rencana strategis antarpihak terkait.

Pelaksanaan aktivitas tersebut akan berujung pada tercapainya tujuan utama, yaitu adanya sebuah program ekowisata yang komprehensif, dengan asumsi semua pihak terkait saling bekerjasama, yang indikator pencapaiannya adalah adanya perubahan pola pengelolaan ekowisata menjadi lebih baik yang dibuktikan dengan adanya berkas program ekowisata yang komprehensif.

B. Saran

Mengacu pada hasil kesimpulan tersebut maka ada beberapa saran yang diharapkan akan menjadi masukan yang bermanfaat dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata di Desa Pulau Pahawang, yaitu :

1. LSM Mitra Bentala khususnya unit usaha Mitra Wisata dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakatnya perlu melalui tiga pendekatan pemberdayaan, yaitu :

a. upaya harus terarah, dengan cara mengembalikan pola pelaksanaan kegiatan Mitra Wisata sesuai dengan arah dan tujuan awal pembentukannya pada saat lokakarya yaitu untuk mendampingi masyarakat dalam mengelola kepariwisataan


(2)

✝✞ ✟

dengan tujuan akhir untuk menjadikan masyarakat sebagai pelaku utama ekowisata.

b. mengikutsertakan masyarakat, dengan cara mengikutsertakan masyarakat desa disetiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan mereka dan juga jadikan masyarakat sebagai pelaku utama dalam kegiatan wisata tersebut, bukan hanya menjadi pekerja saja. Ada baiknya juga jika fasilitas penginapan untuk kegiatan wisata tersebut mengunakan rumah penduduk yang layak tinggal yang dilakukan secara bergilir guna meminimalisir kecemburuan sosial antarwarga desa c. menggunakan pendekatan kelompok, dengan cara membentuk

satuan organisasi antara birokrasi dan LSM. Anggota BPDPM yang saat ini mendapat pembinaan lanjutan menjadi anggota kelompok sadar wisata (POKDARWIS) oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pesawaran alangkah baiknya jika Mitra Wisata juga turut bersama sama membina kelompok sadar wisata tersebut. Sinergi semacam ini akan berdampak pada pengembangan ekowisata di Desa Pulau Pahawang menjadi lebih baik daripada birokrasi dan LSM berjalan sendiri-sendiri tidak ada keterpaduan.

2. Kemampuan menyusun kerangka program kerja yang baik mutlak diperlukan untuk memastikan bahwa program dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga mengacu dan selalu bertujuan untuk mencapai visi dengan melalui misi yang telah ditetapkan. Selain itu,


(3)

✠✡ ☛

dengan adanya kerangka program kerja strategis yang disusun secara sistematis dan logis, akan membantu mempermudah lembaga dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian program, hal tersebut yang menjadi pertimbangan untuk memperoleh pendanaan dari lembaga donor. Oleh karena itu Penyusunan kerangka program pada organisasi nirlaba lebih tepat disusun dengan menggunakan Matriks

Logframe, mengingat perencanaan program dengan menggunakan metode

Logical Framework Approach (logframe) ini akan membantu mempermudah lembaga dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian program.

3. Menuju pada rencana nyata pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata tersebut maka seyogyanya LSM Mitra Bentala menyusun kegiatan program yang bersinergi dengan berbagai pihak yang terkait. Misalnya dengan menggabungkan program Mitra Bentala dengan Dinas Pariwisata yang kemudian dimasukkan ke dalam rencana strategis desa. Namun tidak hanya LSM, Dinas dan Pemerintah Desa saja, saat ini peran akademisi juga diperlukan, karena hal tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah semata, tetapi juga menjadi tanggung jawab para akademisi kampus untuk turut serta membangun masyarakat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Baswori dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. PT Rineka Cipta: Jakarta

Bungin, Burhan. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Raja Gafindo Persada: Jakarta

Damanik, J. dan H. F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata. Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR) UGM dan ANDI: Yogyakarta

Duadji, Noverman. 2006. Buku Ajar Penelitian Kualitatif. Universitas Lampung: Bandarlampung

Fandeli, C dan Muchlison. 2000. Pengantar Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada: Yogyakarta

Griffin. 2004.Manajemen Jilid 1 Edisi 7, Erlangga: Jakarta

Henne, Aime, dkk. 2010.Manajemen Strategik Keorganisasian Publik. PT Refika Aditama: Bandung

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya: Bandung

Moelyarto, T. 1993.Politik Pembangunan Sebuah Analisis, Arah dan Strategi. PT Bayu Indra Grafika: Yogyakarta

Musanef. 1996. Manajemen Usaha Pariwisata di Indonesia. Gunung Agung: Jakarta

Pitana dan Putu G. Gayatri. 2005.Sosiologi Pariwisata. Andi: Yogyakarta

Salusu J. 2008. Pengambilan Keputusan Sratejik, untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. PT Gramedia: Jakarta


(5)

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Refika Aditama: Bandung

Sumpeno, Wahjudin. 2011. Perencanaan Desa Terpadu Edisi Kedua: Banda Aceh

Supratikno, Anton, Sugiarto dan Darmadi. 2005. Advanced Strategic Management. PT Ikrar Mandiriabadi: Jakarta

Sustiawati. 2005.Metodologi Penelitian, Suatu Pengantar. Institut Seni Indonesia (ISI): Denpasar

Winarni, Tri. 1998. Orientasi Pembangunan Masyarakat Desa Menyongsong Abad 21, Menuju Pemberdayaan Pelayanan Masyarakat. Fisipol UGM, Aditya Media: Yogyakarta

Wrihatnolo, Randy, dan Riant Nugroho. 2007. Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia: Jakarta

Yoeti, Oka A. 1996.Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa: Bandung

Zamroni. 1992. Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Tiara Wacana: Yogyakarta

Zuriah, Nurul. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. PT Bumi Aksara: Jakarta

Undang-undang, Karya Ilmiah dan Dokumen lainnya

Ady, Helmi. 2010. Strategi Pengembangan Ekowisata di Pulau Sebesi, Kabupaten Lampung Selatan: Studi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung (Tesis). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung: Bandarlampung


(6)

Kesuma, Fanie Wirha. 2008. Peranan LSM Mitra Bentala Sebagai Pendamping dalam Upaya Mensejahterakan Masyarakat di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas L:ampung: Bandarlampung

Konsil LSM Indonesia 2012

Profil LSM Mitra Bentala Tahun 2014

Proposal PNPM Desa Wisata Pulau Pahawang Tahun 2013

Rahmawati, Ani. 2009. Studi Pengelolaan Kawasan Pesisir untuk Kegiatan Wisata Pantai: Kasus Pantai Teleng Ria Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (Skripsi). Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor: Bogor

Rencana Strategis LSM Mitra Bentala Tahun 2014-2017

Septriana, Eva. 2012. Strategi LSM Mitra Bentala dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir melalui Pengelolaan Kawasan Hutan Mangrove Desa Pulau Pahawang Kecamatan Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 (Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung: Bandarlampung

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir danPulau-pulau Kecil

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

Wasch, Alan. 2002. The Logical Framework Analysis (Fourth edition, Handbook for Objectives Oriented Planning). NORAD