PERANAN PEMBELAJARAN PKn DALAM MENANAMKAN NILAI – NILAI PERSATUAN PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MULTI MEDIA BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII D SMP

NEGERI 1 BUMI AGUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012-2013

Oleh SURONO

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan penggunaan Multimedia Berbasis ICT dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar PKn kelas VII D SMP Negeri 1 Bumi Agung Tahun Pelajaran 2012 – 2013. Penelitian ini dilaksanakan dengan proses pembelajaran yang menerapkan langkah-langkah dengan scenario yang telah dibuat pada setiap siklusnya, metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan responden kelas VII D.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakn oleh peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan multimedia berbasis ICT pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bumi Agung tahun pelajaran 2012/2013, dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.


(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan paradigma lama mengenai proses belajar mengajar bersumber pada teori (atau lebih tepatnya asumsi) tabula rasa John Locke yang menyatakan bahwa pikiran anak seperti kertas kosong yang putih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak sepeti botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan sang mahaguru.

Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah, hal tersebut tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama tersebut. Teori, penelitian dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran membuktikan bahwa para guru sudah harus mengubah paradigma pembelajaran. Untuk itu perlu menelaah kembali praktik-praktik pembelajaran di sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.

Ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan juga sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap bahwa sudah


(3)

merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap bijaksana karma dipandang oleh siswa sebagai yang maha tahu dan sebagai satu-satunya sumber informasi sebagai motivasi siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakutkan karena dihantui oleh tuntutan-tuntutan mengajar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis dalam pembelajaran di kelas VII D SMP Negeri 1 Bumi Agung Tahun Pelajaran 2012 - 2013 terdapat beberapa kondisi yang kurang kondusif antara lain :

1) Perbedaan daya tangkap siswa terhadap mata pelajaran PKn cenderung berbeda-beda tiap kelas di lihat dari cara menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

2) Banyak siswa enggan mengeluarkan pendapat dan menjawab pertanyaan dari guru karena merasa takut dan malu apabila jawaban atau pendapat mereka salah.

3)Respon siswa memperhatikan pelajaran kurang ,indikasinya adalah mereka mersa bosan dan mengalihkan perhatian dengan berbincang-bincang dengan teman sebangkunya (mengobrol).

4)Mereka lebih menyukai mencoret-coret/ menggambar di buku dari pada mencatat pelajaran yang di sampaikan/ di tulis oleh guru.

5)Prestasi nilai harian dan mid semester rendah .

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VII Semester Genap di SMP


(4)

Negeri 1 Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, diketahui rendahnya hasil belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, hal ini terlihat dari hasil ulangan siswa tidak mencapai KKM yang telah ditentukan hal tersebut dapat dilihat dari data nilai MID semester ganjil tahun pelajaran 2012/ 2013 sebagai berikut :

Tabel 1.1 : Hasil Belajar Ulangan Mid Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 Kelas VII di SMP Negeri 1 Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur

No. Interval Nilai

Jumlah Siswa Presentase (%)

Keterangan

1. 61 -75 10 28,57 % Tuntas

2. 51 - 60 19 54,28 % Belum Tuntas

3. 45 - 50 6 17,14 % Tidak Tuntas

Jumlah 35

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, terlihat pada tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa masih rendah dengan jumlah siswa yang tuntas baru mencapai 28,57%, dengan kategori belum tuntas sebesar 54,28% dan 17,14% dinyatakan tidak tuntas dengan data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur masih rendah. Telah dijelaskan bahwa terdapat faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa yang berdampak pada hasil belajar yang rendah juga. Salah satu faktor yang disebutkan di atas yaitu guru masih menggunakan metode dan model pembelajaran yang bersifat tradisional.

Dengan keadaan dan kondidsi di atas maka diperlukan usaha-usaha perbaikan di beberapa sisi , dan anrara lain dari sisi segi pembelajaran, yang selama ini


(5)

menggunakan model-model konfensional (ceramah) yang dipandang kurang tepat, dirubah dengan pembelajaran model-model yang telah dibuktikan keefektifan dan dapat meningkatkan semangat belajar, keterlibatan siswa dan yang pokok dapat meningkatkan prestasi belajar.

Tampaknya perlu adanya perubahan dalam menelaah proses pembelajaran khususnya interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanya kegiatan pembelajaran juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya. Bahkan banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (pear teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut

sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau cooperative learning. Dalam system ini, guru bertindak sebagai fasilitator, dan lebih khusus Penggunaan Multimedia Berbasis ICT.

Adapun alasan-alasan menggunakan pembelajaran Multimedia Berbasis ICT, karena menurut peneliti penggunaan ICT dianggap paling cocok diterapkan, hal ini disebabkan untuk meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran PKn. Di samping itu model pembelajaran Multimedia Berbasis ICT tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru


(6)

dan siswa, meningkatkan kerja sama, kreativitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu teman (Ibrahim, 2000: 26) dan menambah wawasan siswa tentang pentingnya teknolog. Seiring dengan proses globalisasi, juga terjadi transformasi social, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan sekolah untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat.

Pembelajaran Multimedia Berbasis ICT telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannyan untuk meningkatkan kerja sama akademika antar siswa , membentuk hubungan positif mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran Multimedia Berbasis ICT terdapat saling ketergantungan positif diantara antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses .Aktifitas belajar berpusat pada dalam bentuk audio visual , mengerjakan tugas bersama , saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka fokus dalam Penelitian ini adalah penggunaan Multimedia Berbasis ICT dalam meningkatkan prestasi siswa pada mata pelajaran PKn kelas VII D SMP Negeri 1 Bumi Agung Tahun Pelajaran 2012 – 2013.


(7)

C. Rumusan Masalah

Fokus penelitian tersebut selanjutnya penulis akan merumuskan masalah yang akan menjadi titik tolak dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah sebagai berikut;

1. Apakah penggunaan Multimedia Berbasis ICT dapat meningkatkan aktivitas belajar PKn pada kelas VII D SMP Negeri 1 Bumi Agung Tahun Pelajaran 2012 – 2013.

2. Apakah prestasi belajar PKn dapat meningkat melalui penggunaan Multimedia Berbasis ICT pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumi Agung Tahun Pelajaran 2012 – 2013.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dan kegunaan penelitian untuk mengetahui dan mendeskripsikan : a) Penggunaan Multimedia Berbasis ICT dapat meningkatkan aktivitas

belajar PKn kelas VII D SMP Negeri 1 Bumi Agung Tahun Pelajaran 2012 – 2013.

b) Penggunaan multi media berbasis ICT dapat meningkatkan prestasi belajar PKn kelas VII D SMP Negeri 1 Bumi Agung Tahun Pelajaran 2012 - 2013.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Penelitian tentang model Penggunaan Multimedia Berbasis ICT PKn kelas VII D SMP Negeri 1 Bumi Agung secara teoritis untuk


(8)

mengetahui metode pembelajaran yang mendukung pemahaman dan pengetahuan siswa dalam mempelajari PKn.

b. Kegunaan Praktis 1. Bagi siswa

Siswa akan terlatih belajar dengan baik sesuai dengan tehnik pembelajaran PKn Berbasis ICT sehingga prestasi dan sikap belajar meningkat.

2. Bagi Guru

Meningkatkan kwalitas guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi Sekolah

Meningkatkan prestasi untuk menjadiyang terbaik dan mampu bersaing di sekolah lain, dan sebagai dokumen sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk lingku ilmu pendidikan khususnya PKn dengan wilayah Kajian PKn yang membahas penggunaan Multimedia Berbasisis ICT .


(9)

2. Ruang Lingkup Obyek

Obyek penelitian ini adalah perbedaan prestasi belajar PKn di SMP Negeri 1 Bumi Agung Tahun Pelajaran 2012 - 2013.

3. Ruang Lingkup Sabyek

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa dan guru SMP Negeri 1 Bumi Agung Tahun Pelajaran 2012 – 2013

4. Ruang Lingkup Wilayah

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Bumi Agung Tahun Pelajaran 2012 - 2013.

5. Ruang Lingkup Waktu

Pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkan surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan FKIP Unila sampai selesai yaitu tahun pelajaran 2012 – 2013.


(10)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas atau class room action research adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar, sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan

terjadi dalam kelas secara bersama” (Arikunto, 2007: 3).

Penelitian ini akan dilakukan untuk menguji cobakan suatu penggunaan multimedia berbasis ICT untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII. D SMP Negeri 1 Bumi Agung Lampung timur pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tahun pelajaran 2012/ 2013.

B. Faktor yang Diteliti

Faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Langkah-langkah atau prosedur pembelajaran dengan menggunakan multi media ICT

2. Aktivitas belajar yang tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari


(11)

sebelumnya.

3. Prestasi belajar merupakan tujuan utama dari pengkonsepan pembelajaran. Dengan memperhatikan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik pengkonsepan pembelajaran diharapkan mampu menciptakan hasil belajar yang baik bagi siswa. Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang siswa.

C. Operasional Penelitian

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa siklus atau putaran dimana setiap siklus terdiri dari empat komponen yang meliputi perencanaan (planing), tindakan (acting), observasi (abserving) dan refleksi (refecting). Setelah dilakukan refleksi kemudian diikuti dengan perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Rangkaian rencana tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(12)

Gambar 1. Model penelitian tindakan (Arikunto, 2006: 16) Perencanaan

Refleksi

Pengamatan SIKLUS I

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan

SIKLUS II

Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi SIKLUS III Pelaksanaan

Pengamatan


(13)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat siklus. Prosedur kerja dalam penelitian ini dirancang dalam siklus- siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yang harus dijalani, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat siklus. Prosedur kerja dalam penelitian ini dirancang dalam siklus- siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yang harus dijalani, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

1. Perencanaan

a. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah b. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar

mengajar

c. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar d. Memilih bahan pelajaran yang sesuai

e. Menentukan skenario pembelajaran

f. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan g. Menyusun lembar kerja siswa

h. Mengembangkan format evaluasi


(14)

2. Pelaksanaan/ Tindakan

A. Pendahuluan

1. Apresepsi

Guru membuka pertemuan dengan salam B. Kegiatan inti

1) Guru menyusun (menyiapkan) materi 2) Guru membentuk kelompok peserta didik

3) Guru memberi penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. 4) Perumusan masalah

5) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis.

6) Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan / hipotesis dengan menggunakan media ICT.

7) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi.

8) Mengaplikasikan kesimpulan/ generalisasi dalam situasi baru.

C. Penutup

1) Guru memberikan kesimpulan secara umum 2) Guru menutup pelajaran.


(15)

3. Pengamatan

Dalam penelitian tindakan kelas, pengamatan yang dilaksanakan yaitu guru bersama kolaburator mengamati keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam bekerja kelompok. Observasi dilakukan dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan untuk mengumpulkan data.

4. Refleksi

Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis hasil kerja siswa. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya. Analisis dilakukan untuk mengukur baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus I, kemudian mendiskusikan hasil analisis secara kolaburasi untuk perbaikan dan digunakan sebagai dasar pelaksanaan siklus selanjutnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu cara untuk melengkapi penelitian ini dengan menggunakan teknik pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap yang nantinya dapat mendukung keberhasilan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan teknik sebagai berikut:


(16)

1. Observasi

Peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan berdasarkan skenario model pembelajaran yang telah dipersiapkan.

2. Tes

Tes disajikan dalam bentuk pertanyaan yang terdiri dari 10 soal, tes disusun guru sesuai dengan sub pokok bahasan yang disajikan selama permaianan yang diberikan kepada siswa untuk melihat prestasi belajar yang dimiliki siswa.

3. Dokumentasi

Teknik dekomentasi digunakan untuk mendapatkan data-data primer yang berupa data jumlah siswa, foto aktifitas pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar penilaian.

F. Data Penelitian

Data penelitian dalam pembelajaran adalah data sekunder (data yang diperoleh dari selain subyek) yang digunakan untuk menilai aktivitas guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :


(17)

Tabel : 2. Kisi–kisi observasi aktivitas guru

NO Jenis Aktifitas Skor

1 2 3 4 5 A. Pendahuluan

1 Membuka Pelajaran

2 Guru menyusun (menyiapkan) skenario yang akan ditampilkan

B. Kegiatan Inti

3 Membentuk kelompok belajar

4 Menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai

5 Perumusan masalah

6 Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis.

7 Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan / hipotesis dengan menggunakan media ICT

8 Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi.

9 Menarik kesimpulan secara umum C. Penutup

10 Melaksanakan Evaluasi 11 Mengakhiri Pelajaran JUMLAH

Presentasi kerja guru Kategori kerja guru


(18)

Keterangan :

1. Sangat tidak aktif 2. Tidak aktif 3. Kurang aktif

4. Aktif 5. Sangat aktif

Data aktivitas belajar siswa yang sesuai dengan pembelajaran adalah data yang berasal dari subjek yang digunakan untuk menilai aktivitas belajar yang sesuai dengan pembelajaran. Kisi-kisi aktivitas siswa adalah sebagai berikut :

Tabel : 3 Kisi-kisi observasi Aktivitas Belajar Siswa

NO Nama Peserta Didik Skor Skor

1 2 3 4 5 6 7 1.

2. 3. 4. 5. 6. Keterangan

1. Perhatian terhadap perhatian guru 2. Keantusiasan dalam mengerjakan tugas 3. Mengajukan pertanyaan

4. Menjawab pertanyaan

5. Hubungan kerjasama antar siswa dalam diskusi 6. Memperhatikan menjelaskan kelompok lain 7. Mencatat hal-hal penting


(19)

G. Teknik Analisa Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh maka peneliti akan menggunakan data kualitatif yang diperoleh dari data aktivitas siswa, dimana siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Dalam hal ini, data kualitatif menggunakan metode focus group discussion, dimana setiap kelompok diberi pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti sesuai dengan materi yang diberikan.

Setiap siswa diamati aktivitasnya secara klaksikal dalam setiap pertemuan dangan memberi skor pada lembar observasi yang telah disediakan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Indikator siswa dikatakan aktif jika lebih dari atau sama dengan 75% frekuensi yang ditetapkan per-indikator dilakukan siswa. Setelah selesai diobservasi dihitung jumlah aktivitas yang dilakukan siswa, lalu dipresentasikan.

Menentukan persentase aktivitas yang dilakukan siswa dengan menggunakan rumus

F

P = --- X 100% N

Keterangan:

P : Angka persentase

F : Frekuensi aktivitas siswa N : Jumlah individu


(20)

1. 81 - 100% adalah aktivitas siswa sangat baik 2. 61 - 80% adalah aktivitas siswa baik

3. 41 - 60% adalah aktivitas siswa cukup 4. 21 - 40% adalah aktivitas siswa kurang 5. 0 - 20% adalah aktivitas siswa kurang sekali

Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa (on task) dimana 75% dari seluruh siswa mencapai indikator yang ditetapkan.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Media

Media merupakan alat yang harus ada apabila kita ingin memudahkan sesuatu dalam pekerjaan. Media merupakan alat Bantu yang dapat memudahkan pekerjaan. Setiap orang pasti ingin pekerjaan yang dibuatnya dapat diselesaikan dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan.

Kata media itu sendiri berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak

dari kata “medium“ yang berarti“ pengantar atau perantara“, dengna demikian

dapat diartikan bahwa media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.

Kit Lay Bourne ( 1985 : 82 ) menyatakan bahwa “ penggunaan media tidak

harus membawa bungkusan berita-berita semua, siswa cukup dapat

mengawasi suatu berita.” Dari pendapat tersebut dapat dihubungkan bahwa

penyampaian materi pelajaran dengan cara komunikasi masih dirasakan adanya penyimpangan pemahaman oleh siswa. Masalahnya adalah bahwa siswa terlalu banyak menerima sesuatu ilmu dengan verbalisme. Apalagi dalam proses belajar mengajar yang tidak menggunakan media dimana kondisi siswa tidak siap, akan memperbesar pekuang terjadinya verbalisme.


(22)

Media yang difungsikan sebagai sumber belajar bila dilihat dari pengertian harfiahnya juga terdapat manusia didalamnya, benda, ataupun segala sesuatu yang memungkinkan untuk anak didik memperoleh informasi dan pengetahuan yang berguna bagi anak didik dalam pembelajaran, dan bagaimana dengan adanya media berbasis TIK tersebut, khususnya menggunakan presntasi power point dimana anak didik mempunyai keinginan untuk maju, dan juga mempunyai kreatifitas yang tinggi dan memuaskan dalam perkembangan mereka di kehidupan kelak.

Sasaran penggunaan media adalah agar anak didik mampu mencipatakan sesuatu yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang telah ada untuk dipergunakan dengan bentuk dan variasi lain yang berguna dalam kehidupannya,. Dengan demikian mereka dengan mudah mengerti dan mamahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru kepada mereka.

Arief S. Sadiman ( 1984:6 ) mengatakan bahwa media “ adalah segala alat

fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar seperti film, buku dan kaset “. RE Clark (1996: 62 ) mengungkapkan bahwa

the of of media to encourage student to invest more afford in hearing has along history“.

Dari pandangan yang ada di atas dapat dikatakan bahwa media merupakan alat yang memungkinakn anak muda untuk mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah dan dapat untuk mengingatnya dalam waktu yang lama dibangdingkan dengan penyampaian materi pelajaran dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantuan.


(23)

Menurut Soeparno (1987: 8) menyebutkan ada beberapa alasan memilih media dalam proses belajar mengajar, yakni :

1. ada berbagai macam media yang mempunyai kemungkinan dapat kita pakai di dalam proses belajar mengajar,

2. ada media yang mempunyai kecocokan untuk menyampaikan informasi tertentu

3. ada perbedaan karakteristik setiap media 4. ada perbedaan pemakai media tersebut

5. ada perbedaan situasi dan kondisi tempat media dipergunakan

Bertitik tolak dari pendapat tersebut, jelaslah bahwa memilih media tidak mudah. Media yang akan digunakan harus memperhatikan beberapa ketentuan dengan pertimbangan bahwa penggunaan media harus benar-benar berhasil guna dan berdaya guna untuk meningkatkan dan memperjelas pemahaman siswa.

1. Multi Media Pembelajaran Berbasis ICT

Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat melakukan navigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi. Multimedia sering digunakan dalam dunia hiburan. Selain dari dunia hiburan, Multimedia juga diadopsi oleh dunia game.


(24)

.Menurut robin dan linda (2001) multimedia adalah alat yang dinamis dan interaktif yang menggabungkan antara teks,grafis,animasi,audio,dan video. http://sidhartaady.blogspot.com/2012/07

Multimedia dapat di definisikan menjadi 2 kategori, yaitu Multimedia Content Production dan Multimedia Communication.

a. Multimedia Content Production adalah penggunaan beberapa media (teks, audio, graphics, animation, video dan interactivity) yang berbeda dalam menyampaikan suatu informasi atau menghasilkan produk multimedia seperti video, audio, musik, film, game, entertaintment, dll. Bisa juga dikatakan sebagai penggunaan beberapa teknologi yang berbeda yang memungkinkan untuk menggabungkan media (teks, audio, graphics, animation, video, dan interactivity) dengan cara yang baru untuk tujuan komunikasi. Dalam kategori ini media yang digunakan adalah :

o Media teks/tulisan o Media audio/suara o Media video o Media animasi o Media gambar o Media Interaktif o Media spesial effect


(25)

b. Multimedia Communication adalah penggunaan media (massa), seperti televisi, radio, media cetak dan internet untuk mempublikasikan/ menyiarkan/ mengkomunikasikan material periklanan, publikasi, entertaintment, berita, pendidikan, dll. Dalam kategori ini media yang digunakan adalah :

o TV

o Radio o Film

o Media Cetak o Musik o Game

o Entertainment o Tutorial o Internet

Dengan penggunaan multimedia, penyampaian informasi akan menjadi lebih menarik dan mempermudah pengguna dalam mendapatkan informasi tersebut. Seperti yang disebutkan dalam laporan hasil penelitian yang dikeluarkan oleh Computer Technology Research (Hofstetter, p4) bahwa seseorang hanya akan mendapatkan 20% dari apa yang mereka lihat dan 30% dari yang mereka dengar. Sedangkan melalui multimedia akan mendapatkan 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar, sampai 80% dari apa yang mereka lihat, dengar dan berinteraksi dengan pada waktu yang sama.


(26)

Multimedia dimanfaatkan juga dalam dunia pendidikan dan bisnis. Di dunia pendidikan, multimedia digunakan sebagai media pengajaran, baik dalam kelas maupun secara sendiri-sendiri. Di dunia bisnis, multimedia digunakan sebagai media profil perusahaan, profil produk, bahkan sebagai media kios informasi dan pelatihan dalam sistem e-learning.

Pada awalnya multimedia hanya mencakup media yang menjadi konsumsi indra penglihatan (gambar diam, teks, gambar gerak video, dan gambar gerak rekaan/animasi), dan konsumsi indra pendengaran (suara). Dalam perkembangannya multimedia mencakup juga kinetik (gerak) dan bau yang merupakan konsupsi indra penciuman. Multimedia mulai memasukkan unsur kinetik sejak diaplikasikan pada pertunjukan film 3 dimensi yang digabungkan dengan gerakan pada kursi tempat duduk penonton. Kinetik dan film 3 dimensi membangkitkan sense realistis.

Penggunaan media pembelajaran yang berbasis TIK merupakan hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media tersebut harus memperhatikan beberapa teknik agar media yang dipergunakan itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan media tersebut, dalam hal ini media yang digunakan adalah Komputer dan LCD Proyektor. Arief S. Sadiman ( 1996: 83 ) mengatakan bahwa :

Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media jadi karena merupakan komoditi perdagangan yang terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai ( media by utilization ) dan media


(27)

rancangan yang perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud dan tujuan pembelajaran tertentu.

Dari pernyataan tersebut di atas dapat dikategorikan bahwa media Komputer dan LCD Proyektor meupakan media rancangan yang mana didalam penggunaannya sangat diperlukan perancangan khusus dan didesain sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan. Perangkat keras ( hard ware ) yang difungsikan dalam menginspirasikan media tersebut adalah menggunakan satu unit computer lengkap yang sauah terkoneksikan dengan LCD Proyektor. Dengan demikian media ini hendaknya menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran khususnya PKn.

a. Komputer sebagai Media Pembelajaran

Aplikasi komputer dalam bidang pembelajaran memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara individual (individual learning). Pemakai komputer atau user dapat melakukan interaksi langsung dengan sumber informasi. Perkembangan teknologi komputer jaringan (computer network/Internert) saat ini telah memungkinkan pemakainya melakukan interaksi dalam memperoleh pengetahuan dan informasi yang diinginkan. Berbagai bentuk interaksi pembelajaran dapat berlangsung dengan tersedianya medium komputer. Beberapa lembaga pendidikan jarak jauh di sejumlah negara yang telah maju memanfaatkan medium ini sebagai sarana interaksi. Pemanfaatan ini didasarkan pada kemampuan yang dimiliki oleh komputer dalam memberikan umpan balik (feedback) yang


(28)

segera kepada pemakainya. Contoh penggunaan internet ini adalah digunakan oleh Universitas terbuka dalam penyelenggaraan Universitas Terbuka Jarak Jauh disamping mahasiswa mendapat modul untuk proses belajar mengajar dia juga dapat mengakses informasi melalui internet. Kuliah lewat Internet oleh IBUteledukasi.com. Universitas virtual IBUteledukasi ini didirikan oleh Adi sasono, Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) bekerjasama dengan Universitas Tun Abdul Razak (Unitar) Malaysia yang sudah lebih dulu menyelenggarakan perkuliahan online.

Pada pendidikan jarak jauh Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Interaksi pembelajaran pada program Magister Manajemen Rumah Sakit dan Magister Manajemen Pelayanan Kesehatan dilakukan melalui surat elektronik (e-mail) mahasiswa harus menjawab 75% pertanyaan melalui e-mail. Contoh lain pemanfaatan jaringan komputer dilakukan di Universitas Indonesia (UI). Sejak tahun 1994 UI telah mengembangkan infrastruktur informasi yang dikenal dengan nama Jaringan Universitas Indonesia Terpadu (JUITA). JUITA menghubungkan sebelas fakultas dan lembaga-lembaga penting yang ada di UI dengan menggunakan jaringan serat optik ( Sri Hartati, dkk 1997 dalam Benny A. Pribadi dan Rosita, Tita, 2000).

b. Kelebihan Komputer

Heinich dkk. (1986) mengemukakan sejumlah kelebihan dan juga kelemahan yang ada pada medium komputer. Aplikasi komputer sebagai


(29)

alat bantu proses belajar memberikan beberapa keuntungan. Komputer memungkinkan mahasiswa belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya dalam memahami pengetahuan dan informasi yang ditayangkan. Penggunaan komputer dalam proses belajar membuat mahasiswa dapat melakukan kontrol terhadap aktivitas belajarnya. Penggunaan komputer dalam lembaga pendidikan jarak jauh memberikan keleluasaan terhadap mahasiswa untuk menentukan kecepatan belajar dan memilih urutan kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan. Kemampuan komputer untuk menayangkan kembali informasi yang diperlukan oleh

pemakainya, yang diistilahkan dengan “kesabaran komputer”, dapat

membantu mahasiswa yang memiliki kecepatan belajar lambat. Dengan kata lain, komputer dapat menciptakan iklim belajar yang efektif bagi mahasiswa yang lambat (slow learner), tetapi juga dapat memacu efektivitas belajar bagi mahasiswa yang lebih cepat (fast learner).Disamping itu, komputer dapat diprogram agar mampu memberikan umpan balik terhadap hasil belajar dan memberikan pengukuhan (reinforcement) terhadap prestasi belajar mahasiswa. Dengan kemampuan komputer untuk merekam hasil belajar pemakainya (record keeping), komputer dapat diprogram untuk memeriksa dan memberikan skor hasil belajar secara otomatis. Komputer juga dapat dirancang agar dapat memberikan preskripsi atau saran bagi mahasiswa untuk melakukan kegiatan belajar tertentu. Kemampuan ini mengakibatkan komputer dapat dijadikan sebagai sarana untuk pembelajaran yang bersifat individual (individual learning). Kelebihan komputer yang lain adalah kemampuan


(30)

dalam mengintegrasikan komponen warna, musik dan animasi grafik (graphic animation). Hal ini menyebabkan komputer mampu menyampaikan informasi dan pengetahu-an dengan tingkat realisme yang tinggi. Hal ini me-nyebabkan program komputer sering dijadikan sebagai sarana untuk melakukan kegiatan belajar yang bersifat simulasi. Lebih jauh, kapasitas memori yang dimiliki oleh komputer memungkinkan penggunanya menayangkan kembali hasil belajar yang telah dicapai sebelumnya. Hasil belajar sebelumnya ini dapat digunakan oleh siswa sebagai dasar pertimbangan untuk melakukan kegiatan belajar selanjutnya.

Keuntungan lain dari penggunaan komputer dalam proses belajar dapat meningkatkan hasil belajar dengan penggunaan waktu dan biaya yang relatif kecil. Contoh yang tepat untuk ini adalah program komputer simulasi untuk melakukan percobaan pada mata kuliah sains dan teknologi. Penggunaan program simulasi dapat mengurangi biaya bahan dan peralatan untuk melakukan percobaan. (Benny A. Pribadi dan Tita Rosita, 2002: 11-12)

c. Kekurangan Komputer

Selanjutnya Benny dan Tita (2000) memberi penjelasan. Disamping memiliki sejumlah kelebihan, komputer sebagai sarana komunikasi interaktif juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pertama adalah tingginya biaya pengadaan dan pengembangan program komputer, terutama yang dirancang khusus untuk maksud pembelajaran. Disamping itu, pengadaan, pemeliharaan, dan perawatan komputer yang meliputi


(31)

perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) memerlukan biaya yang relatif tinggi. Oleh karena itu pertimbangan biaya dan manfaat (cost benefit analysis) perlu dilakukan sebelum memutuskan untuk menggunakan komputer untuk keperluan pendidikan. Masalah lain adalah compatability dan incompability antara hardware dan software. Penggunaan sebuah program komputer biasanya memerlukan perangkat keras dengan spesifikasi yang sesuai. Perangkat lunak sebuah komputer seringkali tidak dapat digunakan pada komputer yang spesifikasinya tidak sama. Disamping kedua hal di atas, merancang dan memproduksi program pembelajaran yang berbasis komputer (computer based instruction) merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Memproduksi program komputer merupakan kegiatan intensif yang memerlukan waktu banyak dan juga keahlian khusus.

2. Penggunaan Jaringan Komputer untuk Pembelajaran

Teknologi jaringan komputer/internet memberi manfaat bagi pemakainya untuk melakukan komunikasi secara langsung dengan pemakai lainnya. Hal ini dimungkinkan dengan diciptakannya sebuah alat bernama modem. Jaringan komputer/internet memberi kemungkinan bagi pesertanya untuk melakukan komunikasi tertulis dan saling bertukar pikiran tentang kegiatan belajar yang mereka lakukan. Jaringan komputer dapat dirancang sedemikian rupa agar dosen dapat berkomunikasi dengan mahasiswa dan mahasiswa dapat melakukan interaksi belajar dengan mahasiswa yang lain. Interaksi pembelajaran dengan menggunakan jaringan komputer tidak saja dapat


(32)

dilakukan secara individual, tetapi juga untuk menunjang kegiatan belajar kelompok. Pemanfaatan jaringan komputer dalam sistem pendidikan jarak jauh dikenal juga dengan istilah Computer Conferencing System (CCF). Biasanya sistem ini dilakukan melalui surat elektronik atau E-mail. Beberapa kelebihan pemanfaatan jaringan komputer dalam sistem pendidikan jarak jauh yaitu: dapat memperkaya model-model tutorial, dapat memecahkan masalah belajar yang dihadapi mahasiswa dalam waktu yang lebih singkat dan dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu dalam memperoleh informasi. CCF memberi kemungkinan bagi mahasiswa dan dosen untuk melakukan interaksi pembelajaran langsung antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok (Mason, 1994 dalam Benny A. Pribadi dan Tita Rosita, 2002:13-14)

2. Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Menggunakan ICT

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan ICT, yaitu : a. Perumusan masalah

b. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis.

c. Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan / hipotesis dengan menggunakan media ICT.

d. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi.

e. Mengaplikasikan kesimpulan/ generalisasi dalam situasi baru. (DR. H. Syaiful Sagala, M.Pd. : 2003 : 197)


(33)

B. Tinjauan Tentang Aktivitas Belajar

Selanjutnya Sardiman AM mengatakan bahwa pada prinsipnya belajar merupakan berbuat atau melakukan untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. (Sardiman:2004: 99).

WS. Winkel mengatakan bahwa belajar pada manusia merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap yang bersifat konstan/menetap. (Ws. Winkel : 1984: 15).

Lebih lanjut Rousseau dalam Sardiman AM menjelaskan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. (Sardiman AM:2004: 96).

Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar sebagai rangkaian kegiatan fisik dan psikis yang dilakukan oleh seseorang dan mengakibatkan adanya perubahan didalam dirinya baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa adanya aktifitas makatidak akan ada belajar.

1. Komponen-komponen aktivitas belajar

Aktivitas belajar akan berjalan dengan baik apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :


(34)

a. Kesehatan jasmani b. Kesehatan rohani

c. Lingkungan yang tenang

d. Tempat belajar yang menyenangkan

e. Tersedianya cukup bahan dan alat yang diperlukan. (Judi Al-Fasani dan Fauzan Naif:1984: 1)

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang akan memiliki aktivitas belajar yang tinggi apabila fisiknya sehat, mentalnya sehat, lingkungannya mendukung, tempat belajarnya menyenangkan, tersedianya bahan dan alat belajar.

2. Jenis-jenis aktivitas belajar

Paul B. Dledrich dalam Sardiman AM menyatakan bahwa macam kegiatan belajar siswa dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Visual Activities, termasuk didalamnya adalah memberi saran, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral Activities, seperti menyatakan, memutuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi. c. Listening Activities, contoh : mendengarkan uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

d. Writing Activities, menulis cerita, karangan laporan angket, menyalin e. Drawing Activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram f. Mental Activities, menanggapi, mengingat, memecahkan soal,


(35)

g. Motor Activities, termasuk didalamnya yaitu : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, beternak. h. Emotional Activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, gugup.

Selanjutnya Wasty Sumanto menyebutkan bahwa ada beberapa aktifitas belajar, yaitu :

a. Mendengar b. Memandang

c. Meraba, membau dan mencicipi / mencacap d. Menulis atau mencatat

e. Membaca

f. Membuat ihtisar atau meringkas dan menggaris bawahi g. Mengamati tabel, diagram dan bagan-bagan

h. Menyusun paper atau kertas kerja i. Mengingat

j. Berfikir

k. Latihan dan praktek

(Wasty Sumanto:1983: 102-107)

Dari kedua pendapat ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan jenis-jenis aktivitas belajar sangat kompleks dan bervariasi. Apabila sekolah dapat menciptakan berbagai kegiatan tersebut, maka menjadikan sekolah tersebut sekolah yang dinamis, tidak membosankan dan menjadikan


(36)

sekolah tersebut menjadi pusat aktivitas belajar yang optimal serta memperlancar fungsi sekolah sebagai pusat transformasi kebudayaan. Dalam penelitian tindakan kelas ini, aktivitas siswa yang akan diukur meliputi aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task) maupun aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran (off task).

Aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task) meliputi aktivitas : a. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru

b. Mengajukan pertanyaan

c. Menjawab pertanyaan/mengemukakan pendapat d. Berdiskusi dengan kawan

e. Memperhatikan penjelasan teman f. Mencatat hal-hal penting.

Aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran (off task) meliputi aktivitas :

a. Berbicara tidak relevan dengan pembelajaran b. Tidak memperhatikan penjelasan guru c. Tidak berpendapat dalam berdiskusi d. Keluar masuk kelas

C. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan tujuan utama dari pengkonsepan pembelajaran. Dengan memperhatikan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik


(37)

pengkonsepan pembelajaran diharapkan mampu menciptakan hasil belajar yang baik bagi siswa.

Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang" (winkel, 1996: 226). Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 :77) mengemukakan bahwa,

“prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar".

Prestasi belajar di bidang pendidikan merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Selanjutnya, menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: "Kesempurnaanyangdicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut."

Menurut Suratinah Titinegoro (2001: 43),” prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu". Menurut kamus besar bahasa Indonesia (I997: 70) "Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan


(38)

yeng dikembangkan oleh mata pelajaran,lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru".

Menurut Tu’u (2004; 75) prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hal ini, prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. 2) Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena

bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatary pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.

3) Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.

Hasil evaluasi tersebut didokumentasikan dalam buku daftar nilai guru dan wali kelas serta arsip yang ada dlbagian administrasi kurikulum sekolah. Selain itu, hasil evaluasi juga disampaikan kepada siswa dan orang tua melalui buku raport. yang disampaikan pada waktu pembagian rapor terakhir semester atau kenaikan / kelulusan.


(39)

Prestasi belajar siswa berfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam prosas pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutatna dilihat dari sisi kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapain hasil belajar siswa.

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penilaian tingkat hasil belajar atas penguaan pengetahuan atau ketrampilan yang dicapai oleh siswa setelah melakukan proses belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, simbol, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai pada periode tertentu.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.

Prestasi belajar merupakan wujud dari hasil pembelajaran yang secara maksimal diukur dengan tingkat ketuntasan belajar. Prestasi belajar diperoleh bila nilai melebihi standar kelulusan. Namun, bila nilai yang diperoleh siswa dibawah standar keluiusan maka siswa tersebut wajib mengikuti pembelajaran remedial untuk dapat mencapai tingkat ketuntasan.


(40)

D. Tinjauan Tentang Mata Pelajaran PKn

Pada hakikatnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk menyiapkan para siswa kelak sebagai warga masyarakat sekaligus warga negara yang baik. Sehubungan dengan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam jenjang pendidikan dasar dan negara secara konseptual mengandung komitmen utama dalam pencapaian dimensi tujuan pengembangan kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Berdasarkan orientasi pada komitmen tersebut, maka peran dan fungsi serta tanggung jawab guru Pendidikan Kewarganegaraan pada setiap jenjang pendidikan diharapkan untuk mampu menjadikan para siswa sebagai para calon warga negara yang baik.adapun ciri-cirinya antara lain relijius, jujur, disiplin, tanggung jawab, toleran, sadar akan hak dan kewajiban, mencintai kebenaran dan keadilan, peka terhadap lingkungan, mandiri dan percaya diri, sederhana, terbuka penuh pengertian terhadap kritik dan saran, patuh dan taat terhadap peraturan, serta kreatif dan inovatif.

Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat pancasila dan UUD 1945.


(41)

Winataputra (2001: 131) memperhatikan perkembangan pemikiran tentang civic dan civic education, atas dasar kajiannya secara teoritik, Winataputra merumuskan pengertian “civics,” citizenship/civic education” sebagai berikut:

a. “Civics is the study of government taught in the schools. It is an area of learning dealing with how democratic government has been and should be carried out, and how the citizen should carry out his duties and rights purposefully with full responsibility.”

b. “Civic/Citizenship education can be defined in two ways:

1. In the first sense, Civic Education is an area of learning, primarily intended to develop knowledge attitudes, and skills so the students become “good citizens, with learning experiences carefully selected and organized around the basic concepts of political science,

2. In another sense, Civic Education is a by-product of variety of areas of learning undertaken in and out-of formal school sttings as well as a by-product of a complex network of human interactions in daily activities concerned with the development of civic responsibility.”

Disimpulkan berdasarkan pendapat Winataputra di atas, bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang berisikan tentang pemerintahan yang diajarkan di sekolah, dimana dalam keadaan pemerintahan yang demokratis tersebut, warga negara hendaknya melaksanakan hak dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab.

Definisi pendidikan kewarganegaraan berikutnya menurut Winataputra, bahwa pendidikan kewarganegaraan juga berisikan tentang bagaimana mengembangkan sikap, keterampilan siswa untuk menjadi warga negara yang baik, dimana siswa bisa mendapatkannya melalui pengalaman belajar dan memiliki konsep-konsep dasar ilmu politik. Juga dalam pendidikan


(42)

kewarganegaraan, siswa dapat berinteraksi melalui kehidupan sehari-hari untuk berkembang menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Berdasarkan Modul Kapita Selekta PKn (Standar Isi BSNP 2006: 7) pengertian PKn adalah :

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia, yang diwujudkan dalam bentuk perilaku sehari-hari, baik sebagai individu, anggota masyarakat maupun mahkluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan warga negara dengan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat ketahui bahwa PKn merupakan suatu mata pelajaran yang membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan warga negara dengan negara, serta pendidikan pendahuluan bela Negara yang bertujuan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia agar menjadi warga negara yang mampu berdiri di atas kakinya sendiri dan dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Menurut M Daryono (1997: 1) Pendidikan Kewarganegaraan adalah “nama dari suatu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah”.

SK Mendikbud (No.060/U/1993:69), ”pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan sebagai usaha untuk membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara


(43)

sesama warga negara maupun antar warga negara serta pendidikan

pendahuluan bela negara”.

Menurut kurikulum 2004 Paradigma Baru pasca KBK (2003: 2)

“Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada

pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang- Undang Dasar

1945”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu mata pelajaran yang terdapat dalam sekolah yang berusaha membina perkembangan moral anak didik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, agar dapat mencapai perkembangan secara optimal dan dapat diwujudkan dalam kehidupannya sehari-hari.

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, merupakan produk Lembaga Tertinggi Negara Tahun 1973. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan konsekuensi dari pengakuan atas kedudukan Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila, secara yuridis formal telah diterima sebagai dasar negara. Konsekuensi dari pernyataan tersebut ialah bahwa dalam penyelenggaraan negara segala gerak langkahnya harus sejalan dan didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.


(44)

Ki Hadjar Dewantara (1950: 1 dan 4) mengatakan bahwa “di dalam Pancasila

dapat dikemukakan sifat-sifat pokok dari kehalusan dan keluhuran budi

manusia”.

Jalur sekolah adalah salah satu wahana strategis untuk mengembangkan dan mencapai tujuan pendidikan melalui proses pendidikan yang menyatukan pengembangan ranah pengetahuan, keterampilan, serta sikap, dan nilai untuk mengembangkan kepribadian dan perwujudan dari anak didik. Hal ini disebabkan karena sekolah, memiliki program terarah dan terencana, serta memiliki komponen-komponen pendidikan yang saling berinteraksi dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Demikian juga saling berperannya berbagai mata pelajaran yang secara integratif membina tercapainya sifat-sifat yang diharapkan dimiliki oleh seorang warga negara Indonesia yang terdidik. Sebagai mata pelajaran, PKn membawa misi khusus dalam pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan yang pencapaiannya dibebankan kepada mata pelajaran, dalam hal ini mata pelajaran PKn, adalah membimbing generasi muda untuk memahami dan menghayati Pancasila secara keseluruhan dan setiap sila darinya ( Kerangka Program PKn).

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah suatu usaha sadar, yang terencana dan terarah, melalui pendidikan formal, untuk mentransformasikan dan mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada anak didik. Pengembangan nilai dimaksudkan anak didik dapat mencerna melalui akalnya, dan menumbuhkan rasionalitas sesuai dengan kemampuannya


(45)

mengembangkan rasionalitas tentang nilai Pancasila, sehingga anak akan mencapai perkembangan penalaran moral seoptimal mungkin.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berusaha membentuk manusia indonesia seutuhnya sebagai perwujudan kepribadian Pancasila, yang mampu melaksanakan pembangunan masyarakat Pancasila. Maka Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menduduki tempat yang sangat sentral dan strategis dalam konstelasi pendidikan nasional.

1. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Menurut M. Daryono dkk (1997: 29)“ Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

berusaha membentuk manusia seutuhnya sebagai perwujudan kepribadian bangsa, yang melaksanakan pembangunan masyarakat Pancasila, tanpa PKn, segala kepintaran atau akal, ketinggian ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan dan kecekatan, tidak memberikan jaminan pada terwujudnya

masyarakat Pancasila”.

Sriyono (1992: 123), menyatakan bahwa ”pendidikan kewarganegaraan lebih ditekankan pada aspek moral dengan tujuan mengembangkan manusia indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa”. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa PKn mempunyai kedudukan yang sangat penting, khususnya dalam pembentukan kepribadian manusia Indonesia yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaran (PKn) tidak bisa lepas dari pendidikan nasional,


(46)

dalam arti merupakan satu kesatuan dalam sistem pendidikan nasional untuk mewujudkan pendidikan nasional.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter, dalam kehidupan yang demokratis. Dalam demokrasi konstitusional, civic education yang efektif adalah suatu keharusan karena kemampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat demokratis, berpikir kritis, dan bertindak secara sadar dalam dunia plural, memerlukan empati yang memungkinkan kita mendengar dan mengakomodasi pihak lain. Partisipasi warganegara dalam masyarakat demokratis, tentunya didasarkan pada pengetahuan, refleksi kritis dan pemahaman serta penerimaan akan hak dan kewajiban serta tanggung jawab warganegara.

Menurut kurikulum 2004 Paradigma Baru PKn berdasarkan standar isi BSNP (Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 2) Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut :

1) Berpikir secara kritis rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3) Berkembang secara positif dan demokratis berkembang diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dan dengan bangsa-bangsa lainnya.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.


(47)

Dari rumusan tujuan kurikuler tersebut, yang sangat jelas menggunakan istilah: memahami, menghayati, dan mengamalkan, maka berarti bahwa tujuan PKn itu meliputi:

a. Aspek kognitif (pengetahuan, memahami), kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektul atau berfikir/nalar.

b. Aspek afektif (nilai, menghayati), kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya.

c. Aspek psikomotor (perilaku, mengamalkan), kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi system syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari: (a) kesiapan (set); (b) peniruan (imitation); (c) membiasakan (habitual); (d) menyesuaikan (adaptation) dan (e) menciptakan (origination).

Menurut Ace Suryadi, (2009: 15) bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah terwujudnya partisipasi penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik warganegara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ialah mendidik peserta didik untuk dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas sebagai warga negara republik Indonesia, terdidik dan bertanggung jawab.


(48)

Dan pendidikan kewarganegaraan yang dimanifestasikan di dalam kurikulum sekolah ialah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

2. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pada bagian yang lain dalam Paradigma Baru PKn (Tim Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah 2006: 11) disebutkan juga fungsi Pendidikan Kewarganegaraan.

Fungsi dari Pendidikan Kewarganegaraan ialah :

1. Mengembangkan dan melestarikan nilai luhur Pancasila secara dinamis dan terbuka dalam arti bahwa nilai moral yang dikembangkan mampu menjawab tantangan perkembangan dalam masyarakat, tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia, yang merdeka, bersatu, dan berdaulat

2. Mengembangkan dan membina manusia Indonesia seutuhnya yang sadar politik dan konstitusi negara kesatuan Republik Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-undang 1945.

3. Membina pengalaman dan kesadaran terhadap hubungan antara warga negara dengan negara, antara warga negara dengan sesama warga Negara dan pendidikan pendahuluan bela negara agar mengetahui dan mampu melaksanakan dengan baik hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dikatakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada hakikatnya merupakan suatu wahana yang berfungsi melestarikan nilai luhur Pancasila, mengembangkan dan membina manusia Indonesia seutuhnya serta membina pengalaman dan kesadaran warga negara untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga


(49)

negara yang dapat bertanggung jawab dan dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Seperti halnya mata pelajaran lain, mata pelajaran PKn di sekolah memiliki rambu-rambu dalam proses pembelajarannya. Rambu-rambu ini berfungsi untuk menjadi acuan guru mata pelajaran PKn dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat menciptakan suatu pembelajaran yang aktif, efektif dan efisien.

Berdasarkan modul Kapita Selekta PKn (Standar Isi BSNP 2006: 14) disebutkan bahwa :

Rambu-rambu pembelajaran PKn yaitu :

1) Membina tatanan nilai moral Pancasila secara utuh, bulat dan berkesinambungan sebagai dasar negara, ideologi negara, pandangan hidup bangsa dan perjanjian luhur bangsa Indonesia. 2) Wujud pembinaan dalam garis-garis besar proses pembelajaran

PKn melalui pembinaan konsep nilai moral Pancasila.

3) Membudayakan Pancasila secara dini, terprogram dan terus menerus.

4) Garis-garis besar proses pembelajaran PKn adalah salah satu perangkat kurikulum dan pedoman bagi guru.

5) Garis-garis besar proses pembelajaran PKn merupakan program minimal yang diorganisasikan ke dalam sistem semester, jatah waktunya 16 kali pertemuan.

6) Nilai-nilai yang dikembangkan dalam garis-garis besar proses pembelajaran PKn adalah nilai-nilai dasar Pancasila yang dijabarkan ke dalam nilai instrumental.

7) Rumusan tujuan PKn setiap kelas mengandung nilai moral Pancasila yang harus dikembangkan pada tingkat atau kelas dalam bentuk tujuan instruksional khusus.

8) Prinsip penyajian nilai dimuali dari mudah ke sukar, sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, lingkungan kehidupan siswa.

9) Penentuan kegiatan belajar mengajar didasarkan pada kebermanfaatan, kedekatan, dan harapan masyarakat, bangsa dan negara.

10)Uraian setiap pokok bahasan mencakup dua proses, yaitu pengenalan nilai, dan pembahasan atau pengamalannya.


(50)

11)Melakukan hubungan, bebas memilih strategi, metode dan media serta evaluasi, yang melibatkan orang tua dan masyarakat.

Berdasarkan pernyataan yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, mata pelajaran PKn merupakan suatu mata pelajaran yang mementingkan perubahan pada tingkah laku siswa, sehingga dalam proses pelaksanaan pembelajarannya harus terfokus pada siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut seorang guru harus dapat mengembangkan segala kemampuan yang ia miliki, dengan tetap berpatokan pada rambu-rambu pembelajaran yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan demi tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Paradigma baru Pendidikan Kewarganegaran pasca KBK memiliki karakteristik pendidikan pengajarannya, sehingga ia mengemban misi (Standar isi BSNP) :

1. Mengembangkan kerangka berpikir baru yang dapat dijadikan landasan yang rasional untuk menyusun PKn baru, sebagai pendidikan intelektul kearah pembentukan warga negara yang demokratis. Misi tersebut dilakukan melalui penetapan kemampuan dasar PKn, sebagai landasan penyusunan standar kemampuan serta standar minimum yang ditetapkan secara rasional.

2. Menyusun substansi PKn baru sebagai pendidikan demokrasi yang berlandaskan pada latar belakang sosial budaya serta dalam konteks politik, kenegaraan, dan landasan konstitusi yang dituangkan dalam


(51)

sila-sila demokrasi Indonesia. Misi tersebut dilakukan melalui penyusunan uraian materi pada masing-masing standar materi PKn yang dapat memfasilitasi berkembangnya pendidikan demokrasi.

Sedangkan visi PKn menurut standar isi BSNP ialah (Tim Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2006) :

“Mewujudkan proses pendidikan yang integral di sekolah untuk pengembangan kemampuan dan kepribadian warga negara yang cerdas, partisipasif dan bertanggung jawab yang pada gilirannya akan menjadi landasan untuk berkembangnya masyarakat Indonesia yang demokratis”. Dari misi dan visi tersebut, sangat jelas bahwa untuk membentuk warga negara yang baik sangat dibutuhkan kosep pendidikan yang demokratis yang diartikan sebagai tatanan konseptual yang menggambarkan keseluruhan upaya sistematis untuk mengembangkan cita-cita, nilai-nilai, prinsip, dan pola prilaku demokrasi dalam diri individu warga negara dalam tatanan iklim yang demokratis.


(52)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakn oleh peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan multimedia berbasis ICT pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bumi Agung tahun pelajaran 2012/2013, dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus I rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 58,46%, meningkat pada siklus kedua sebesar 13,67% dengan rata-rata aktivitas belajar siswa 72,13% dan kemudian pada siklus III meningkat sebesar 6,32% dengan rata-rata aktivitas belajar siswa mencapai 78,45%.

B. Saran

1) Kepada guru SMP Negeri 1 Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur hendaknya memilih dan menggunakan media pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran yang salah satunya adalah multimedia ICT sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.


(53)

2) Pihak sekolah hendaknya berusaha memberikan dukungan dalam hal sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran sehingga guru dalam melaksanakan proses pembelajaran lebih terbantu dengan adana sarana yang lengkap.


(54)

(1)

37

negara yang dapat bertanggung jawab dan dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Seperti halnya mata pelajaran lain, mata pelajaran PKn di sekolah memiliki rambu-rambu dalam proses pembelajarannya. Rambu-rambu ini berfungsi untuk menjadi acuan guru mata pelajaran PKn dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat menciptakan suatu pembelajaran yang aktif, efektif dan efisien.

Berdasarkan modul Kapita Selekta PKn (Standar Isi BSNP 2006: 14) disebutkan bahwa :

Rambu-rambu pembelajaran PKn yaitu :

1) Membina tatanan nilai moral Pancasila secara utuh, bulat dan berkesinambungan sebagai dasar negara, ideologi negara, pandangan hidup bangsa dan perjanjian luhur bangsa Indonesia. 2) Wujud pembinaan dalam garis-garis besar proses pembelajaran

PKn melalui pembinaan konsep nilai moral Pancasila.

3) Membudayakan Pancasila secara dini, terprogram dan terus menerus.

4) Garis-garis besar proses pembelajaran PKn adalah salah satu perangkat kurikulum dan pedoman bagi guru.

5) Garis-garis besar proses pembelajaran PKn merupakan program minimal yang diorganisasikan ke dalam sistem semester, jatah waktunya 16 kali pertemuan.

6) Nilai-nilai yang dikembangkan dalam garis-garis besar proses pembelajaran PKn adalah nilai-nilai dasar Pancasila yang dijabarkan ke dalam nilai instrumental.

7) Rumusan tujuan PKn setiap kelas mengandung nilai moral Pancasila yang harus dikembangkan pada tingkat atau kelas dalam bentuk tujuan instruksional khusus.

8) Prinsip penyajian nilai dimuali dari mudah ke sukar, sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, lingkungan kehidupan siswa.

9) Penentuan kegiatan belajar mengajar didasarkan pada kebermanfaatan, kedekatan, dan harapan masyarakat, bangsa dan negara.

10)Uraian setiap pokok bahasan mencakup dua proses, yaitu pengenalan nilai, dan pembahasan atau pengamalannya.


(2)

11)Melakukan hubungan, bebas memilih strategi, metode dan media serta evaluasi, yang melibatkan orang tua dan masyarakat.

Berdasarkan pernyataan yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, mata pelajaran PKn merupakan suatu mata pelajaran yang mementingkan perubahan pada tingkah laku siswa, sehingga dalam proses pelaksanaan pembelajarannya harus terfokus pada siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut seorang guru harus dapat mengembangkan segala kemampuan yang ia miliki, dengan tetap berpatokan pada rambu-rambu pembelajaran yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan demi tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Paradigma baru Pendidikan Kewarganegaran pasca KBK memiliki karakteristik pendidikan pengajarannya, sehingga ia mengemban misi (Standar isi BSNP) :

1. Mengembangkan kerangka berpikir baru yang dapat dijadikan landasan yang rasional untuk menyusun PKn baru, sebagai pendidikan intelektul kearah pembentukan warga negara yang demokratis. Misi tersebut dilakukan melalui penetapan kemampuan dasar PKn, sebagai landasan penyusunan standar kemampuan serta standar minimum yang ditetapkan secara rasional.

2. Menyusun substansi PKn baru sebagai pendidikan demokrasi yang berlandaskan pada latar belakang sosial budaya serta dalam konteks politik, kenegaraan, dan landasan konstitusi yang dituangkan dalam


(3)

sila-39

sila demokrasi Indonesia. Misi tersebut dilakukan melalui penyusunan uraian materi pada masing-masing standar materi PKn yang dapat memfasilitasi berkembangnya pendidikan demokrasi.

Sedangkan visi PKn menurut standar isi BSNP ialah (Tim Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2006) :

“Mewujudkan proses pendidikan yang integral di sekolah untuk pengembangan kemampuan dan kepribadian warga negara yang cerdas, partisipasif dan bertanggung jawab yang pada gilirannya akan menjadi landasan untuk berkembangnya masyarakat Indonesia yang demokratis”.

Dari misi dan visi tersebut, sangat jelas bahwa untuk membentuk warga negara yang baik sangat dibutuhkan kosep pendidikan yang demokratis yang diartikan sebagai tatanan konseptual yang menggambarkan keseluruhan upaya sistematis untuk mengembangkan cita-cita, nilai-nilai, prinsip, dan pola prilaku demokrasi dalam diri individu warga negara dalam tatanan iklim yang demokratis.


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakn oleh peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan multimedia berbasis ICT pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bumi Agung tahun pelajaran 2012/2013, dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus I rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 58,46%, meningkat pada siklus kedua sebesar 13,67% dengan rata-rata aktivitas belajar siswa 72,13% dan kemudian pada siklus III meningkat sebesar 6,32% dengan rata-rata aktivitas belajar siswa mencapai 78,45%.

B. Saran

1) Kepada guru SMP Negeri 1 Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur hendaknya memilih dan menggunakan media pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran yang salah satunya adalah multimedia ICT sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.


(5)

80

2) Pihak sekolah hendaknya berusaha memberikan dukungan dalam hal sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran sehingga guru dalam melaksanakan proses pembelajaran lebih terbantu dengan adana sarana yang lengkap.


(6)

Dokumen yang terkait

UPAYA MENURUNKAN KENAKALAN REMAJA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA COVERT SENSITIZATION PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 11 78

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn TERHADAP KESIAPAN BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG

1 21 108

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DAN TIPE NHT BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 18 67

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN TIGER SPRONGMELALUI ALAT BANTU SIMPAI PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA Negeri 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 20 60

PEMBELAJARAN MENGEMBANGKAN GAGASAN POKOK MENJADI PARAGRAF PADA SISWA KELAS X.5 SMA NEGERI 16 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 83

PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 16 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 7 80

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS SMA NEGERI 16 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 5 70

PERANAN GURU DALAM MENANAMKAN NILAI KEJUJURAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATI AGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 22 62

PEMBELAJARAN MEMBACA ASPEK KEBAHASAAN PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

3 99 67

PERANAN PEMBELAJARAN PKn DALAM MENANAMKAN NILAI – NILAI PERSATUAN PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 54