POLITIK MEDIA DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Pemberitaan Detik.com dan Vivanews.com tentang Isu Aburizal Bakrie Terkait Pemilihan Presiden 2014)

(1)

POLITIK MEDIA DALAM MEDIA ONLINE

(Analisis Framing Pemberitaan Detik.com dan Vivanews.com tentang Isu Aburizal Bakrie Terkait Pemilihan Presiden 2014)

Oleh VENY MALIDA

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRACT

POLITICAL MEDIA IN ONLINE MEDIA

(FramingAnalysis News in the Detik.com and Vivanews.com about Aburizal Bakrie Issues Related to President Election 2014)

By

VENY MALIDA

Online media is the new thing, transformation of the printed-media and electronic. Mass media, particularly online media has a very important role in the spreading and transferring information, also as a medium for public to convey their aspiration and politic social control. In this case, news about Aburizal Bakrie related to president election 2014. Surely online media such as detik.com and vivanews.com have a different point of view when they construct that kind of politic news.

From the sentences above, the researcher found the main matter of this research is How did online media such as Detik.com and Vivanews.com capture Aburizal Bakrie

as a figure related to Lapindo’s Mud issues and Bumi Plc, Internal conflict of Golkar

Party, Electability and campaign which is done by Aburizal Bakrie goes to president election 2014. This type of research is qualitative descriptive, which is use framing analysis, particularly Zhongdang Pan and Gerald M.Kosicki models.

The result which gotten from the political news about Aburizal Bakrie issues related to president election 2014. that is Detik.com represent Aburizal Bakrie as an uncredible figure to be a nominator of president election so that they create negative image for Aburizal. In contrast, vivanews.com represent Aburizal Bakrie as a credible figure to be a nominator of president election, so that they create positive image for him. It can be seen by their political media is rhetorical structure that shows the photo which is presented by Detik.com describes Aburizal Bakrie is a figure who is surrounding troubles, in contrast Vivanews.com present Aburizal Bakrie is photo as a friendly figure and down to the earth with people.

Keywords : Political Media, News, Aburizal Bakrie, Framing Analysis, Detik.com and Vivanews.com


(3)

ABSTRAK

POLITIK MEDIA DALAM MEDIA ONLINE

(Analisis Framing Pemberitaan Detik.com dan Vivanews.com tentang Isu Aburizal Bakrie Terkait Pemilihan Presiden 2014)

Oleh VENY MALIDA

Media online merupakan hal baru transformasi dari media cetak dan elektronik. Media massa dalam hal ini media online sangat berperan penting dalam penyebaran dan pertukaran informasi, serta menjadi sarana bagi publik untuk menyampaikan aspirasi dan kontrol sosial politik. Dalam hal ini mengenai pemberitaan Aburizal Bakrie terkait pemilihan presiden 2014 tentunya media online detik.com dan vivanews.com memiliki sudut pandang yang berbeda dalam mengkonstruksi berita politik tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana media online Detik.com dan Vivanews.com memotret sosok Aburizal Bakrie terkait dengan Isu Kasus Lumpur Lapindo dan Bumi Plc, Konflik Internal Partai Golkar, Elektabilitas dan Kampanye yang dilakukan Aburizal Bakrie menuju Pemilihan Presiden 2014. Jenis penelitian ini adalah deskripsi kualitatif, di mana penelitian ini menggunakan analisis Framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki.

Hasil yang didapat dalam berita politik mengenai isu Aburizal Bakrie terkait pemilihan presiden 2014 adalah Detik.com menggambarkan Aburizal Bakrie sebagai sosok yang tidak memiliki kredibilitas menjadi calon presiden sehingga menciptakan citra negatif pada Aburizal, sedangkan vivanews.com menggambarkan Aburizal Bakrie sebagai sosok yang memiliki kredibilitas menjadi calon presiden pada tahun 2014 sehingga menciptakan citra yang positif pada Aburizal Bakrie. Hal ini dapat dilihat dari politik medianya yang ditekankan pada struktur retoris di mana foto yang ditampilkan detik.com menggambarkan Aburizal Bakrie sebagai sosok yang lekat dengan berbagai permasalahan, berbeda dengan vivanews.com yang menampilkan foto Aburizal Bakrie sebagai sosok yang ramah dan menjadi pribadi yang dekat dan akrab dengan masyarakat.

Kata kunci: Politik Media, Pemberitaan, Aburizal Bakrie, Analisis Framing, Detik.com dan Vivanews.com


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

MOTTO . ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Penelitian Sebelumnya ... 10

2.2 Tinjauan Tentang Peristiwa dan Berita Politik ... 13

2.2.1 Pengertian Peristiwa dan Berita Politik ... 13

2.3 Tinjauan tentang Media Online ... 14

2.3.1 Media Online ... 14

2.3.2 Karakteristik Media Massa Online ... 15

2.3.3 Etika Media Online ... 16

2.4 Tinjauan Analisis Teks Berita ... 17

2.5 Tinjauan Konstruksi Realitas ... 18

2.5.1 Pengertian Konstruksi Realitas ... 18

2.5.2 Bahasa Sebagai Unsur Utama Konstruksi Realitas ... 19

2.5.3 Konstruksi Realitas Dalam Bentuk Berita ... 20

2.5.4 Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada Pembentukan Realitas Media ... 20

2.5.5 Faktor Penyebab Konstruksi Realitas Oleh Media Massa ... 22

2.6 Tinjauan Tentang Politik Media ... 23

2.6.1 Pengertian Politik Media ... 23

2.6.2 Otonomi Politik Media ... 24

2.6.3 Konsep Peran Politik Media ... 25


(8)

2.7 Tinjauan Analisis Framing ... 30

2.7.1 Model Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ... 31

2.7.1.1 Proses Framing ... 31

2.7.5.2 Perangkat Framing ... 32

2.8 Kerangka Pemikiran ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 37

3.2 Definisi Konsep ... 40

3.3 Definisi Operasional ... 42

3.4 Fokus Penelitian ... 43

3.5 Sumber Data ... 45

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.7 Teknik Pengolahan Data ... 46

3.8 Analisa dan Interpretasi Data... 47

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Detik.com ... 49

4.1.1 Sejarah Berdiri Situs Berita Detik.com ... 49

4.1.2 Visi dan Misi Detik.com ... 51

4.1.3 Nilai Detik.com ... 52

4.1.4 Struktur Manajemen Detik.com ... 52

4.1.5 Struktur Organisasi Redaksi Detik.com ... 53

4.1.6 Situs-situs Detik.com ... 55

4.2 Gambaran Umum Vivanews.com ... 57

4.2.1 Sejarah Berdiri Situs Berita Vivanews.com ... 57

4.2.2 Struktur Manajemen dan Redaksi Vivanews.com ... 58

4.2.3 Situs-situs Vivanews.com ... 60

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penyajian Hasil Penelitian ... 62

5.1.1 Analisis Data ... 64

5.1.1.1 Kasus Aburizal Bakrie ... 64

5.1.1.2 Permasalahan Internal Partai Golkar Antara Aburizal Bakrie dan Akbar Tanjung ... 82

5.1.1.3 Elektabilitas dan Kampanye Aktor Politik ... 94

5.1.2 Rangkuman Hasil Penelitian ... 115

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 118

5.2.1 Pembahasan Berdasarkan Tema Mengenai Kasus Yang Membelit Aktor Politik ... 120

5.2.2 Pembahasan Berdasarkan Tema Mengenai Permasalahan Internal Partai Golkar ... 125

5.2.3 Pembahasan Berdasarkan Tema Mengenai Elektabilitas dan Kampanye Aktor Politik ... 127


(9)

5.2.5.2 Pembahasan Hasil Penelitian Secara Praktis ... 132

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 133 6.2 Saran ... 135

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Adanya kemajuan teknologi canggih seperti saat ini, informasi bisa kita dapatkan dari berbagai media. Informasi tersebut tidak lagi hanya kita dapatkan melalui media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti televisi dan radio melainkan melalui media online yang menyajikan berita dan dapat kita akses secara cepat. Kita sebagai pembaca atau penikmat sajian berita dimudahkan dengan berbagai situs yang memiliki konten berita sesuai dengan yang kita butuhkan atau yang sedang kita cari.

Media-media secara online dapat diakses untuk melihat berita yang akan mereka sajikan kepada khalayak sesuai dengan portal yang telah mereka sediakan. Sehingga khalayak tidak lagi mengalami kesulitan untuk memperoleh informasi yang diinginkannya. Melihat keadaan yang serba digital seperti saat ini juga, banyak media-media cetak yang membuat situs online agar tidak kehilangan pelanggannya atau khalayak yang telah lama bersinggungan dengan media tersebut.


(11)

Seorang khalayak dapat dengan mudah mendapatkan informasi-informasi terbaru melalui situs-situs atau web dari handphone atau laptop yang memiliki akses internet. Selain biayanya yang dikatakan lebih terjangkau dari media cetak, aksesnya pun lebih cepat dan dapat kita nikmati di manapun, kapanpun, setiap jam, menit, ataupun detik. Misal seperti media detik.com. Dilihat dari nama medianya sudah terlihat jelas bahwa media tersebut akan menyajikan sebuah informasi secara cepat bahkan dalam hitungan detik.

Detik.com merupakan salah satu situs berita terpopuler di Indonesia. Detik.com merupakan yang terdepan dalam hal berita-berita baru (breaking news). Detik.com selalu mengupdate beritanya sesuai dengan kejadian-kejadian yang baru terjadi. Detik.com dapat dikatakan sebagai pelopor media online Indonesia yang sebenarnya. Karena ia tidak mempunyai edisi cetak yang harus ia copy-paste, isinya ringkas, gratis dan beritanya cenderung real time. (Kompasiana.com)

Dengan adanya media online seperti Detik.com ini semua berita atau informasi bisa kita dapatkan dengan mudah, cepat, dan isinya yang selalu update. Menurut Agus Sudibyo mewakili Dewan Pers dalam diskusinya yang membahas mengenai keberadaan media online seperti sekarang ini bahwa media online harus menjaga kenetralan dan keberimbangan berita yang merupakan esensi penting dari media online yang semuanya serba cepat tayang.(Kompasiana.com)

Pada dasarnya kebutuhan publik akan media cetak maupun media online sebenarnya tetap sama. Banyak dari media cetak yang tetap fokus dengan berita mendalam yang diangkat dalam edisi cetak namun kemudian untuk berita cepat


(12)

akan dipusatkan di versi online. Artinya, kebutuhan pembaca akan menjadi sama.(Kompasiana.com)

Jika pembaca butuh berita yang dapat dibaca saat itu juga, ia dapat mengaksesnya secara online, namun jika kemudian ia merasa membutuhkan informasinya lebih mendalam tentang berita tersebut, ia tentu harus bersabar untuk membacanya dalam edisi cetak yang akan terbit (Kompasiana.com). Media online seperti yang telah kita ketahui saat ini menjadi salah satu media praktis yang digemari oleh masyarakat. Pasalnya dengan adanya media online tersebut kita dapat mengetahui perkembangan yang terjadi setiap menit ataupun detiknya baik dari kancah nasional maupun internasional mengenai berbagai hal dari segi ekonomi, politik, sosial, hukum, budaya dan hiburan.

Dari pernyataan yang telah dikemukakan di atas memberikan suatu arahan bahwa media online sama seperti media massa lainnya yang menyajikan informasi kepada khalayak. Namun yang membedakan di sini ada pada kecepatan dalam mengakses beritanya sehingga kita tidak perlu menunggu dalam sehari untuk mendapatkan informasi tersebut. Media online sama halnya seperti pada media massa lainnya merupakan sarana yang efektif untuk menginformasikan berbagai hal salah satunya mengenai dunia politik pada masa menjelang pemilihan presiden yang akan diselenggarakan pada tahun 2014 nanti.

Media massa dalam hal ini media online sering dikatakan berperan penting dalam penyebaran dan pertukaran informasi, serta menjadi sarana bagi publik untuk menyampaikan aspirasi dan kontrol sosial politik. Selain itu juga, media melalui


(13)

peran persnya dapat turut aktif melakukan pendidikan politik, membantu masyarakat menentukan pilihan politik mereka.

Namun, dalam hal ini terdapat kecenderungan memunculkan kembali semangat partisan dalam sikap politik media. Partisan dalam arti media, tidak hanya sekedar menghadirkan realitas berita ke hadapan publik pembacanya, melainkan juga menyertakan sejumlah penilaian atau evaluasi atas fakta berita yang dikonstruksikan dalam suatu kemasan sikap politik tertentu. Kecenderungan sementara yang diperlihatkan media mengarah pada munculnya kembali orientasi politik berupa kedekatan maupun afiliasi sejumlah media dengan kekuatan maupun kecenderungan politik tertentu. Dengan kata lain ada kecenderungan ke arah parsialitas. Media mengambil posisi tertentu dalam partisan-partisan berita yang terlibat. (Bimo 1999 dalam Widhiyatmoko (2008: 6))

Telah kita ketahui bahwa tahun 2014 akan diadakan sebuah prosesi pemilihan presiden. Tentunya sudah dari tahun-tahun sebelumnya media gencar memberitakan isu mengenai calon kandidat yang akan maju pada pemilihan presiden 2014 nanti, seperti pada media online.Segala pemberitaan mengenai calon presiden yang telah resmi ditetapkan untuk maju pada pemilihan presiden 2014 nanti menjadi salah satu bahasan yang dipublikasikan pada media online.

Tahun 2012 merupakan awal kemunculan pemberitaan pada situs media online mengenai calon kandidat dari partai yang akan maju dalam pemilihan presiden 2014. Dari informasi yang peneliti dapatkan dari media online bahwa baru partai Golkar yang telah menetapkan dan meresmikan calon kandidatnya yaitu Aburizal Bakrie untuk maju pada pemilihan presiden 2014. Dan pemberitaannya disiarkan


(14)

salah satunya melalui media online seperti detik.com dan vivanews.com. Peneliti mengambil media Vivanews.com karena Vivanews.com merupakan media online yang tergabung dalam PT Visi Media Asia (VIVA Group) milik Aburizal Bakrie. (Wordpress.com)

Media online tersebut menyajikan berita-berita terkait pemilihan presiden 2014 seperti pemberitaan yang mengangkat tentang calon presiden, latar belakang politik calon presiden yang nantinya akan meningkatkan atau menurunkan citra seorang calon presiden. Pengamat politik asal Universitas Gajah Mada Ary Dwipayana mengatakan bahwa beragam cara akan dilakukan partai politik untuk mendongkrak citra mulai dari pasang iklan di media massa hingga rajin menebar bantuan sosial (Prioritas Edisi 52- Tahun II).

Sebagian besar media massa di Indonesia telah dipegang oleh para elit kekuasaan atau elit bisnis. Dalam pernyataan tersebut muncul istilah konglomerasi media. Pada media online hampir semua kepemilikannya juga dikuasai oleh para kaum elitis, seperti Detik.com yang saat ini telah di merger oleh Transcorp di bawah naungan kepemilikan Chairul Tanjung. Kemudian media online Vivanews.com yang kepemilikannya dikuasai oleh keluarga Bakrie Grup.

Para elit kekuasaan dan elit bisnis berkolaborasi mengatur isi media. Menurut Chomsky kebebasan pers yang dijiwai demokrasi dan liberalisme, telah disusupi corong-corong propaganda segelintir orang. Setiap keping informasi telah disusupi kepentingan tertentu. Setiap suara berita telah dimodali kekuatan politik dan bisnis. (Subiakto dan Ida (2012 :137)).


(15)

Saat ini bukan hanya satu media massa yang dikuasai elit bisnis atau elit kekuasaan melainkan sudah banyak media massa di Indonesia ini dikuasai oleh mereka para kaum elitis. Segala jenis pemberitaan mengenai partai politiknya dimuat dalam media massa yang mereka kuasai dengan tujuan untuk mendongkrak citra mereka agar nantinya partai politik mereka bisa terpilih.

Aburizal Bakrie atau Ical merupakan salah satu kandidat calon presiden 2014 asal partai Golkar (Golongan Karya). Ketua Umum Golkar ini terpilih menjadi kandidat dari partai Golkar dikarenakan mempunyai kapabilitas untuk dicalonkan dan bersedia untuk maju pada pemilihan presiden 2014. Namun, tentu saja proses menuju posisi RI-1 ini bukanlah gampang. Dan salah satu persoalan yang akan menjadi ganjalan utama adalah soal lumpur lapindo di Sidoarjo.

Akibat tragedi itu, ribuan rumah dan puluhan hektar sawah terendam lumpur sehingga terjadi migrasi besar-besaran keluar wilayah Sidoarjo. Sebagian pihak menuduh bahwa banjir lumpur itu terjadi karena kecerobohan pengeboran sumber gas yang dilakukan PT Lapindo Brantas milik Bakrie. Karena itu, Bakrie diminta bertanggungjawab dengan menjamin kesejahteraan hidup para korban.

Ical sendiri sampai sekarang berkukuh dengan penjelasan bahwa malapetaka itu terjadi akibat gempa bumi di daerah tersebut. Kalaupun Bakrie sekarang membantu korban, itu atas dasar alasan kemanusiaan semata. Kesimpulan akhir tak pernah dicapai. Pihak kepolisian sudah menyatakan menutup penyelidikan kasus. Berbagai tim pakar tiba dengan penjelasan berbeda. Akibatnya sampai sekarang, isu banjir lumpur di Sidoarjo tergantung begitu saja.


(16)

Waktu akan menunjukkan apakah lumpur itu akan menjadi faktor yang menentukan. (Indonesia 2014 No. 1 Edisi Desember 2012 hal 27). Selain itu adanya penarikan kembali saham BUMI yang masih dipegang oleh Bumi Plc masih menuai perdebatan antara Grup Bakrie dengan Nathanield Rothschild apakah nantinya Grup Bakrie berhasil kembali memegang saham BUMI atau tidak.

Kemudian adanya kasus internal Aburizal dengan Akbar Tandjung Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar perihal ditetapkannya Aburizal Bakrie sebagai calon presiden 2014 mewakili partai Golkar. Dalam hal ini yang menjadi pangkal persoalannya adalah surat Akbar ke DPP Golkar yang pada intinya meminta Golkar membuka kemungkinan untuk mempertimbangkan kembali pencalonan Aburizal sebagai presiden seandainya elektabilitas Aburizal tak kunjung membaik sampai Juli 2013. Surat Akbar ini nampaknya merujuk pada berbagai hasil survey tentang para calon Presiden 2014 yang secara konsisten menunjukkan rendahnya popularitas Aburizal di mata masyarakat umum, maupun di kalangan elit. (Indonesia 2014 No.2 Edisi Januari 2013 hal 9). Selain itu juga pemberitaan mengenai perbandingan tingkat elektabilitasnya dengan mantan Ketua Umum partai Golkar Jusuf Kalla. Di mana dalam beberapa hasil survey elektabilitas Jusuf Kalla lebih tinggi dibandingkan dengan Aburizal Bakrie Ketua Umum Partai Golkar saat ini. Hal ini menjadi suatu arahan untuk membentuk opini publik ketika pemilihan presiden telah tiba nanti.

Dengan berbagai pertimbangan inilah penulis memilih media online Detik.com dan Vivanews.com sebagai objek penelitian. Selain itu, pemilihan media online Detik.com dan Vivanews.com menjadi objek penelitian disebabkan oleh peneliti


(17)

ingin melihat secara keseluruhan isi pemberitaan yang dibingkai oleh media online Detik.com dan Vivanews.com mengenai berita Aburizal Bakrie terkait Pemilihan Presiden 2014, sehingga penelitian ini lebih terfokus pada bagaimana politik media pada media online Detik.com dan Vivanews.com dalam memotret sosok Aburizal Bakrie terkait Pemilihan Presiden 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada pada usul penelitian ini penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu Bagaimana media online Detik.com dan Vivanews.com memotret sosok Aburizal Bakrie terkait dengan Isu Kasus Lumpur Lapindo dan Bumi Plc, Konflik Internal Partai Golkar, Elektabilitas dan Kampanye yang dilakukan Aburizal Bakrie menuju Pemilihan Presiden 2014?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

Mengetahui media online Detik.com dan Vivanews.com dalam memotret sosok Aburizal Bakrie terkait dengan Isu Kasus Lumpur Lapindo dan Bumi Plc, Konflik Internal Partai Golkar, Elektabilitas dan Kampanye yang dilakukan Aburizal Bakrie menuju Pemilihan Presiden 2014.


(18)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu :

a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan Analisis Framing.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, pengetahuan, gambaran dan informasi mengenai politik media dalam media massa khususnya media online dalam pemberitaannya.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Penelitian Sebelumnya

Iksan (1996) menyatakan bahwa tinjauan pustaka harus mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan permasalahan penelitian : teori, konsep-konsep, analisa, kesimpulan, kelemahan dan keunggulan pendekatan yang dilakukan orang lain. Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. (Masyhuri dan Zainuddin, 2008:100)

Tabel 1 : Penelitian Sebelumnya, Konstruksi Realitas Dalam Pemberitaan Evaluasi Program

100 Hari Suatu Pemerintahan

1 Judul Kontruksi Realitas Dalam Pemberitaan Evaluasi Program 100 Hari Suatu Pemerintahan (Analisis Framing Model Zhong Dang Pan dan Gerald M. Kosicki Pada Berita Pemerintahan SBY-Boediono Di SKH Kompas dan Republika Periode 25 Januari-12 Februari 2010

Penulis Feri Firdaus


(20)

Hasil SKH Kompas dan Republika tidak mengangkat secara khusus 15 program prioritas yang dicanangkan oleh pemerintah, namun kedua media tersebut mengangkat isu yang sama terkait korupsi, khususnya kasus Bank Century yang dianggap melibatkan Sri Mulyani dan Boediono. SKH Kompas dan Republika sama-sama membangun konstruksi realitas bahwa pemberantasan korupsi tidak memuaskan atau gagal. Berdasarkan temuan berita yang diteliti tersebut, terlihat bahwa SKH Kompas dan Republika cukup menjaga keberimbangan berita, meskipun cenderung lebih condong menilai negatif terhadap kinerja 100 hari pemerintahan SBY-Boediono. Hal ini menunjukkan bahwa kedua media tersebut cukup profesional dalam mengevaluasi program pemerintahan.

Kritik Dalam penelitian yang membahas mengenai program 100 hari pemerintahan SBY-Boediono hanya dilihat dari sisi etika jurnalistiknya saja mengenai keberimbangan berita dalam menganalisis isu tersebut dan keduanya sama-sama menilai negatif mengenai program tersebut. Namun, dalam hal ini tidak dikupas mengenai politik media antara SKH Kompas dan Republika dalam mengkonstruksi berita tersebut yang bisa dilihat dari pemilihan narasumber untuk mendapatkan informasi berdasarkan perspektif yang dibangun oleh seorang wartawan dalam menyajikan berita sesuai dengan isu yang diangkat.

Deskripsi Penelitian :

Penelitian tersebut membahas mengenai konstruksi realitas yang dibangun oleh SKH Kompas dan Republika dalam mengangkat isu mengenai kinerja 100 hari pemerintahan SBY-Boediono. Kedua media tersebut mengangkat isu yang sama terkait kasus korupsi, khususnya kasus Bank Century yang dianggap melibatkan Sri Mulyani dan Boediono. SKH Kompas dan Republika sama-sama membangun konstruksi realitas bahwa pemberantasan korupsi tidak memuaskan atau gagal. Berdasarkan temuan berita yang diteliti tersebut, terlihat bahwa SKH Kompas dan Republika cukup menjaga keberimbangan berita, meskipun cenderung lebih


(21)

condong menilai negatif terhadap kinerja 100 hari pemerintahan SBY-Boediono. Hal ini menunjukkan bahwa kedua media tersebut cukup profesional dalam mengevaluasi program pemerintahan.

Tabel 2 : Penelitian Sebelumnya, Jurnalisme Politik Dalam Media

1. Judul Jurnalisme Politik Dalam Media (Analisis Framing Pemberitaan Harian Solo Pos Tentang Isu Kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008).

Penulis Yosep Yogo Widhiyatmoko

Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sebelas Maret 2008

Hasil Penelitian tersebut dilakukan pada surat kabar Harian Umum Solo Pos yang merupakan surat kabar kredibel di Jawa Tengah. Surat kabar tersebut menyajikan informasi se- putar Isu Kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah pada tahun 2008.

Isu yang muncul dalam perhelatan Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008, relatif lebih rentan karena kental akan muatan politis, sehingga mendorong Solo Pos untuk membuat kerangka agenda setting berita sebagai acuan kerja dalam peliputan berita, sesuai dengan visi misi institusi yang telah ditetapkan. Politik media yang diterapkan Solo Pos terkait dengan pemilihan narasumber, ialah pemilihan isu yang akan diangkat lebih kepada institusi pemerintah resmi serta,

lembaga masyarakat sebagai komoditas pemberitaannya, dari pada temuan fakta yang berasal dari kalangan elite politik maupun partai.

Kritik Penelitian ini dilakukan pada surat kabar Harian Umum Solo Pos dan bukan pada situs media online seperti Detik.com dan Vivanews.com yang menyajikan informasi terbarunya tanpa batasan waktu. Walaupun konteksnya sama di mana di dalamnya sama-sama membahas mengenai politik media, namun dalam pembahasan ini isu yang diangkat mengenai calon kandidat tidak ada kaitannya dengan kepemilikan media atau media yang dikuasai oleh kaum elitis dan hanya terfokus pada satu media saja dan tidak dilakukan komparasi atau


(22)

perbandingan dengan media yang kredibel lainnya di wilayah Jawa Tengah mengenai isu kampanye pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008.

Deskripsi Penelitian :

Penelitian ini membahas mengenai pemberitaan Calon Kandidat terkait Isu Kampanye menjelang Pemilihan Gubernur di Jawa Tengah yang diadakan pada bulan Juni 2008. Pemberitaan yang dimuat pada media massa cetak Harian Umum Solo Pos ini dikonstruksi berdasarkan perspektif jurnalisme politik.

Politik media yang diterapkan Solo Pos terkait dengan pemilihan narasumber, ialah pemilihan isu yang akan diangkat lebih kepada institusi pemerintah resmi serta, lembaga masyarakat sebagai komoditas pemberitaannya, dari pada temuan fakta yang berasal dari kalangan elite politik maupun partai.

2.2 Tinjauan Tentang Peristiwa dan Berita Politik 2.2.1 Pengertian Peristiwa dan Berita Politik

Peristiwa politik adalah sebuah kejadian yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintah dan Negara. Sedangkan berita politik merupakan sajian informasi berupa keterangan-keterangan mengenai isu perpolitikan yang terjadi dalam suatu wilayah tertentu. Cakupan mengenai kegiatan perpolitikan tidak hanya dilaksanakan pada suatu pemerintahan di ibu kota tetapi juga di desa-desa yang memiliki suatu sistem politik.


(23)

2.3 Tinjauan Tentang Media Online 2.3.1 Media Online

Media online adalah media massa yang tersaji secara online di situs web (website) internet. Media online adalah media massa “generasi ketiga” setelah media cetak (printed media) koran, tabloid, majalah, buku dan media elektronik (electronic media) radio, televisi, dan film/video. (wikipedia dalam Ramdan (2012 : 10)). Media online merupakan produk jurnalistik online. Jurnalistik online disebut juga cyber journalism didefinisikan sebagai pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet (wikipedia dalam Ramdan (2012 :10)).

Menurut Ashadi Siregar (dalam Kurniawan, 2005: 20) media online adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi dan multimedia (baca-komputer dan internet). Di dalamnya terdapat portal, website (situs web), radio-online, TV-online, pers online, mail-online, dengan karakteristik masing-masing sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan user memanfaatkannya.

Oleh karena itu, situs berita merupakan salah satu sub-sistem dari media online. Penyebutan media online dikalangan beberapa ahli media cukup beragam. Salah satu peneliti dan ahli media dari Universitas Texas, Amerika, bernama Lorie Ackerman, menyebut media online sebagai bentuk “penerbitan elektronik”


(24)

Salah satu pendekatan dalam memahami media online juga dipaparkan oleh Ashadi Siregar (dalam Kurniawan, 2005: 20). Ia melihat media online, melalui kacamata pendefinisian surat kabar digital, yakni sebuah entitas yang merupakan integrasi media massa konvensional dengan internet. Identifikasinya terhadap ciri-ciri yang melekat pada surat kabar digital ditulisnya sebagai berikut:

1. Adanya kecepatan (aktualitas) informasi.

2. Bersifat interaktif, melayani keperluan khalayak secara lebih personal. 3. Memberi peluang bagi setiap pengguna hanya mengambil informasi yang

relevan bagi dirinya/ dibutuhkan. 4. Kapasitas muatan dapat diperbesar.

5. Informasi yang pernah disediakan tetap tersimpan (tidak terbuang), dapat ditambah kapan saja, dan pengguna dapat mencarinya dengan menggunakan mesin pencari.

6. Tidak ada waktu yang diistimewakan (prime time) karena penyediaan informasi berlangsung tanpa putus, hanya tergantung kapan pengguna mau mengakses.

2.3.2 Karakteristik Media Online

Media online memiliki beberapa karakteristik yang tidak bisa ditandingi oleh media elektronik ataupun media cetak. Beberapa diantaranya adalah :

1. Kapasitas luas, halaman web bisa menampung naskah sangat panjang 2. Pemuatan dan editing naskah bisa kapan saja dan di mana saja (selama ada

jaringan internet)

3. Jadwal terbit bisa kapan saja bisa, setiap saat.


(25)

5. Menjangkau seluruh dunia (www-worldwide web) yang memiliki akses internet.

6. Aktual, berisi info aktual karena kemudahan dan kecepatan penyajian. 7. Update, pembaruan informasi terus dan dapat dilakukan kapan saja.

8. Interaktif, dua arah, dan "egaliter" dengan adanya fasilitas kolom komentar, chat room, polling, dll

9. Terdokumentasi, informasi tersimpan di "bank data" (arsip) dan dapat ditemukan melalui "link", "artikel terkait", dan fasilitas "cari" (search). 10.Terhubung dengan sumber lain (hyperlink) yang berkaitan dengan

informasi tersaji.

2.3.3 Etika Media Online

Media online merupakan hal yang baru. Kode etiknya baru disahkan 3 Februari 2012 dengan nama “Pedoman Pemberitaan Media Siber”. Perkembangan media online sangat pesat. Penyebab media online berkembang adalah tarifnya yang murah, jaringan global, teknologi yang mampu menampilkan semua jenis informasi, bisnis media online tumbuh dan tumbuhnya akses mobile.

Media online adalah media berita online maupun segala bentuk media online yang memuat berita, sebagaimana diatur Undang-Undang Pers, yang meliputi website, blog, media agregator, maupun platform lain yang relevan. Pihak media online nasional yang ada di Jakarta mengatur kode etik media online yang disahkan Dewan Pers. Problematika media online yang sering muncul; running news, isu, akurasi, keberimbangan, hak cipta, jurnalisme warga, saling terhubung, dan dokumentasi selamanya.


(26)

Keberimbangan tidak akan menjadi ukuran mutlak ketika berita itu menjadi kebutuhan publik yang mendesak. Selain itu yang tidak perlu dikonfirmasi adalah sumber berita dari lembaga resmi yang mencantumkan identitas secara jelas dan subyek berita diketahui keberadaannya. Berita tetap dapat dipublikasikan dengan mencantumkan secara jelas upaya verifikasi yang telah dilakukan. Setelah verifikasi didapatkan, hasil verifikasi dicantumkan pada berita sebelumnya secara lengkap.

Media online wajib membedakan antara iklan dan isi. Ini banyak terjadi di media online. Sebagian besar yang paling banyak ditemui adalah soal link berita, akurasi dan hak cipta. Hak cipta merupakan kasus yang paling parah di media online.

2.4 Tinjauan Analisis Teks Berita

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Analisis berarti penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Analisis ini juga berarti proses pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya. Yang dimaksud dengan teks berita menurut budayawan Mudji Sutrisno SJ adalah tulisan yang merupakan wujud tertulis pengarang dengan

“makna” atau “meaning” di dalamnya. (Sutrisno SJ (2006) dalam Ariani (2008 :

33)).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa analisis teks berita merupakan suatu upaya penyelidikan atau penguraian bangunan teks berita pada media massa untuk membongkar realitas sesungguhnya di balik teks berita dengan membongkar metode analisis teks tertentu.


(27)

2.5 Tinjauan Konstruksi Realitas 2.5.1 Pengertian Konstruksi Realitas

Istilah konstruksi realitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L Beger dan Thomas Luckman dalam buku The Social Of Construction Reality. Realitas menurut Beger tidak dibentuk secara alamiah. Tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan, tetapi dibentuk dan dikonstruksi.

Dengan pemahaman ini realitas berwujud ganda atau prural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas, berdasarkan pengalaman, prefensi, pendidikan, dan lingkungan sosial yang dimiliki masing-masing individu. (Eriyanto (2005:15)

Liputan setiap peristiwa di media massa secara tertulis atau rekaman adalah konstruksi realitas. Konstruksi realitas merupakan suatu upaya menyusun realitas dari satu atau sejumlah peristiwa sebagaimana adanya (objective reality) yang semula terpenggal-penggal (acak) menjadi tersistematis hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna (contruted reality).

Cara membentuk wacana di media massa adalah dengan mengemas (packaging) realitas ke dalam sebuah struktur sehingga sebuah issue mempunyai makna. Di dalamnya terhimpun sejumlah fakta pilihan yang diperlukan sedemikian rupa atas dasar sudut pandang tertentu sehingga ada fakta yang ditonjolkan, disembunyikan, bahkan dihilangkan sampai terbentuk satu urutan cerita yang mempunyai makna.


(28)

2.5.2 Bahasa Sebagai Unsur Utama Konstruksi Realitas

Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama yang merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Selanjutnya, penggunaan bahasa tertentu menentukan format narasi (dan makna) tertentu.

Lebih jauh dari itu, terutama dalam media massa, keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas-realitas media yang akan muncul dibenak khalayak. Bahasa yang dipakai media, ternyata mampu memengaruhi cara melafalkan (pronounciation), tata bahasa (grammar), susunan kalimat (syntax), perluasan dan modifikasi pembendaharaan kata, dan akhirnya mengubah dan atau mengembangkan percakapan (speech), bahasa (language), dan makna (meaning).

Menurut De Fleur dan Ball-Rokeach, terdapat berbagai cara media massa memengaruhi bahasa dan makna ini, antara lain: mengembangkan kata-kata baru beserta makna asosiatifnya; memperluas makna baru; memantapkan konvensi makna yang telah ada dalam suatu sistem bahasa. Oleh karena persoalan makna itulah, maka penggunaan bahasa berpengaruh terhadap konstruksi realitas, terlebih atas hasilnya (baca, makna atau citra). Sebabnya adalah karena bahasa mengandung makna.

Penggunaan bahasa tertentu dengan demikian berimplikasi pada bentuk konstruksi realitas dan makna yang dikandungnya. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas ikut menentukan struktur konstruksi realitas dan makna yang muncul


(29)

darinya. Dari perspektif ini, bahkan bahasa bukan hanya mampu mencerminkan realitas tetapi sekaligus dapat menciptakan realitas.

Lebih dari itu, menurut Giles dan Wiemann, bahasa (teks) mampu menentukan konteks, bukan sebaliknya teks menyesuaikan diri dengan konteks. Dengan begitu, lewat bahasa yang dipakai (melalui pilihan kata dan penyajian) seseorang bisa memengaruhi orang lain. Melalui teks yang dibuatnya, ia dapat memanipulasi konteks. (Ibid (hlm 13-14) dalam Ariani (2008 : 36)).

2.5.3 Konstruksi Realitas Dalam Bentuk Berita

Menurut Berger, berita harus dipandang sebagai konstruksi atas realitas. Pembuatan berita di media massa pada dasarnya adalah penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna. Karenanya sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi secara berbeda.

Setiap wartawan mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda atas suatu peristiwa. Hal ini dapat dilihat bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dalam pemberitaannya. (Eriyanto(2005: 16)

2.5.4 Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada Pembentukan Realitas Media

Dalam mengkonstruksikan realitas, media massa dipengaruhi oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal. Salah satu faktor internal adalah kebijakan redaksi (redactional concept) media masing-masing yang sangat boleh jadi dipengaruhi oleh kepentingan idealis, ideologi, politis dan ekonomis. Tetapi apapun yang menjadi pertimbangan, yang relatif pasti adalah adanya realitas yang ditonjolkan


(30)

bahkan dibesar-besarkan disamarkan atau bahkan tidak diangkat sama sekali dalam setiap pengkonstruksian realitas.

Faktor lain, sebagai kekuatan eksternal lain yang berpengaruh atas penampilan isi media adalah khalayak dan pengiklan. Pelaporan sebuah peristiwa, jelas harus mempertimbangkan pasar. Semakin baik kualitas pelaporan (reportase), akan semakin banyak khalayak yang mengkonsumsi dan ini secara otomatis pengiklan pun cenderung akan bertambah.

Reportase yang kurang memperhitungkan keberadaan khalayak cenderung membuat pembaca sebuah media itu sedikit dan ini berarti akan semakin sedikit juga pemasang iklan. (Hamad (hlm 27-28)). Hal ini berpengaruh, bahkan mengancam konstruksi realitas secara objektif dalam sistem libretarian, yaitu adanya kongsi antara penguasa dan pengusaha. Karena keterbatasan keuangan, pemerintah mengizinkan swasta membuka usaha media dengan kesepakatan tertentu. Di satu pihak pemerintah tidak mengganggu kehidupan media sambil mengembangkan ideologi mereka melalui media, dipihak lain media dilarang menyerang penguasa atau kelompok-kelompok tertentu melalui pemberitaannya.


(31)

2.5.5 Faktor Penyebab Konstruksi Realitas Oleh Media Massa

Dalam pembentukan realitas oleh media massa penulis menyoroti dua unsur yang paling berpenagaruh, yaitu :

1. Ideologi Media

Menurut Matthew Kieren, Ideologi tidaklah selalu dikaitkan dengan ide-ide besar. Ideologi juga bisa bermakna politik penandaan atau pemaknaan. Bagaimana kita melihat peristiwa dengan kacamata dan pandangan tertentu, dalam arti luas adalah sebuah ideologi.

Sebab dalam proses melihat dan menandakan peristiwa tersebut kita menggunakan titik melihat tertentu, titik atau posisi melihat itu menggambarkan bagaimana peristiwa dijelaskan dalam kerangka pikir tertentu. (Eriyanto (2005) dalam Ariani (2008 : 39)).

Media massa mempunyai cara pandang, kacamata tersendiri dalam memahami peristiwa sehingga proses pengemasan sebuah peristiwa ke dalam teks berita merupakan hasil konstruksi realitas. Cara pandang itu dipengaruhi oleh ideologi media yang terbentuk oleh faktor-faktor seperti agama, ras, afiliasi politik, atau orientasi kepentingan.

2. Hubungan Media Massa antara Kekuasaan dan Kepentingan

Media massa jika kita tengok lebih jauh lagi, sesungguhnya berada pada realitas sosial yang sarat dalam berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks serta beragam.


(32)

Louis Althuser menulis bahwa media, dalam hubungannya dengan kekuasaan menempati posisi strategis, terutama karena anggapan akan kemampuannya sebagai sasaran legitimasi. Media massa sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan, agama, seni, dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang secara ideologis digunakan untuk membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa (ideological state apparatus).

Media massa bukanlah sesuatu yang bebas dan independen. Tetapi juga memiliki keterkaitan dengan berbagai kepentingan yang bermain di dalam media massa. Di samping ideologi antara kepentingan lain; misalnya kepentingan kapitalisme pemilik modal, dan kepentingan politik media. Dalam kondisi dan posisi seperti ini, media massa tidak mungkin berdiri statis di tengah-tengah, dia akan bergerak dinamis antara pusaran-pusaran kepentingan yang sedang bermain. Kenyataan inilah yang menyebabkan kepentingan di dalam media massa menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Dari hal tersebut yang membuat media massa memasukkan kepentingannya di dalam pemberitaan terhadap fakta atau realitas dengan mengkonstruksikan realitas.

2.6 Tinjauan Politik Media 2.6.1 Pengertian Politik Media

Politik media adalah sebagai produk dari perilaku yang berorientasi pada tujuan (goal-oriented behaviour) dari aktor-aktor utama dalam sistem politik, yaitu


(33)

politisi, jurnalis, dan masyarakat. Media memakai bahasa dalam politiknya (politik media), karena membicarakan media massa, organik yang diekspresikan melalui bahasa tulis dan lisan. Sebagai wacana baru (newspeak), bahasa bukanlah sekedar alat komunikasi. Ia merupakan kegiatan sosial yang terstruktur dan terikat pada keadaan sosial tertentu. (Aminah, 2006: 7) dalam Widhiyatmoko (2008 : 32))

Siti Aminah dosen Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga menyebutkan, ada tiga pelaku dalam politik media, ialah politisi, jurnalis, dan orang-orang yang digerakkan oleh dorongan (kepentingan) khusus. Bagi politisi, tujuan dari politik media adalah dapat menggunakan komunitas massa untuk memobilisasi dukungan publik yang mereka perlukan untuk memenangkan pemilihan umum dan memainkan program mereka ketika duduk diruangan kerja. Bagi jurnalis, tujuan politik media adalah untuk membuat tulisan yang menarik perhatian banyak orang dan menekankan apa yang disebutnya dengan “suara yang independen dan signifikan dari para jurnalis”. Bagi masyarakat, bertujuan untuk keperluan mengawasi politik dan menjaga politisi agar tetap akuntabel, dengan menggunakan basis usaha yang minimal. (Aminah, 2006: 7) dalam Widhiyatmoko (2008 : 32))

2.6.2 Otonomi Politik Media

Seiring dengan perkembangan media yang semakin menjadi arena primer dari lingkungan publik, demokratisasi media telah diakui sebagai komponen penting dari demokratisasi politik penuh; Garnham mengemukakan bahwa institusi dan


(34)

proses komunikasi publik sendiri merupakan bagian sentral dan integral dari struktur dan proses politik (1994: 361). Media memiliki keleluasaan gerak politiknya, tidak hanya menyuarakan dan tunduk pada mekanisme pasar sesuai dengan model neoliberal ekonomi. Media dapat berperan mendukung konsolidasi demokrasi dan hal ini merupakan otonomi politik media. (Herbert, 1994 :361) dalam Widhiyatmoko (2008 : 30))

2.6.3 Konsep Peran Politik Media

Hal menarik untuk menjelaskan tentang konsep peran politik dari media adalah bab yang ditulis oleh pengamat Jepang, Susan Pharr, yang mengemukakan adanya empat pandangan yang saling berlawanan, yaitu: pertama media sebagai penonton (spectator); kedua, sebagai penjaga (watchdog); ketiga, sebagai pelayan (servant); dan keempat, sebagai penipu (trickster). Pharr memandang media sebagai penipu, sebuah kosakata yang dibuatnya sendiri. Menurutnya, penipu merupakan partisipan aktif dalam proses politik. (Pharr, 1996: 24-36).

Sebagai pemain yang berpengaruh, menurut pemikir politik Thomas Meyer, ada tiga dimensi relasi antara media dan politik: (Masduki, 2004:75) dalam Widhiyatmoko (2008 : 31))

1. Media dapat menjadi ruang publik bagi terjadinya interaksi politik, ikut mempengaruhi pembentukan sistem komunikasi politik di kalangan publik, pembentukan karakter dan agenda politik yang berlangsung secara terbuka.


(35)

2. Media tidak hanya menjadi cermin dari kehidupan politik, tetapi melakukan generalisasi realitas politik, mengkonstruksi realitas politik sebagai sesuatu yang bersifat kompleks dan mengundang antusiasme respon publik.

3. Konstruksi realitas media atas dunia politik itu secara positif akan memperkuat komitmen pencapaian tujuan politik ideal dari partai politik atau politisi dan kontrol publik yang tajam atas proses itu.

2.6.4 Politik Media dalam Kepentingan Ekonomi dan Politik

Menurut Masduki media juga dapat menjadi subyek yang memanipulasi pernyataan atau peristiwa politik karena tekanan kepentingan ekonomi dan politik pemilik atau pengelola. Iklim politik yang transisional berpengaruh terhadap perilaku feodalistik media dalam bentuk pemberian ruang ekspresi lebih pada tokoh publik (extra ordinary people), opinion leader, ketimbang kalangan biasa dalam masyarakat. Para pemimpin politik ditempatkan sebagai subyek aktif produsen informasi dan isu-isu yang selalu bias dikorelasikan secara makro dan konstituennya sebagai obyek yang menerima begitu saja arus informasi top-down.

Kebanyakan realitas media tampak sebagai sebuah sajian spekulasi-spekulasi, korelasi-korelasi instrumental, bukan korelasi substansial. Karena akses penguasaan informasi dan pengendalian jurnalis yang hanya lebih terpusat pada lingkaran elit sumber di masyarakat, media utama (mainstream) kerapkali lebih berperan sebagai alat propaganda kelompok kepentingan dominan dalam


(36)

masyarakat seperti partai politik atau politisi yang berkuasa. (Masduki : 2004) dalam Widhiyatmoko (2008 : 33))

2.6.5 Politik Media dan Kepemilikan Media

Pada sub bab ini akan membahas tentang pengertian ekonomi politik media dan hakikatnya serta kepemilikan media. Dua hal ini menjadi persoalan penting dalam komunikasi politik untuk melihat keterkaitan antara kepemilikan media dan kepentingan politik pemiliknya.

2.6.5.1 Politik Media

Keberadaan media massa di Indonesia salah satunya seperti media online tidak lepas dari ekonomi politik media dan kepemilikan media. Ekonomi politik media sebenarnya adalah pertarungan bagaimana aspek-aspek ekonomik dan politik telah memengaruhi produksi dan reproduksi budaya sebagai komoditas media massa (Subiakto dan Ida (2012: 134).

Pendekatan ekonomi politik media lebih melihat bagaimana konsepsi materialisme didistribusikan dan disirkulasikan dalam praktik pelaksanaan produksi kultural (Babe, 2009:8). Dalam pandangan klasik, ekonomi politik merupakan diskursus yang mempelajari tentang hubungan kekuasaan terhadap produksi, distribusi, dan konsumsi kekayaan (wealth), pendapatan, dan sumber-sumber ekonomi termasuk sumber-sumber-sumber-sumber informasi dan komunikasi (Babe, 2009). Selanjutnya, Herbert Schiller (1989) menyatakan bahwa sebenarnya tidak hanya institusi bisnis semata yang memengaruhi pilihan konsumen terhadap informasi dan hiburan.(Subiakto dan Ida, 2012 :133).


(37)

Pemerintah atau kepentingan politik sebenarnya turut berpengaruh juga dalam menentukan pilihan itu. Schiller menyatakan bahwa kekuasaan pemerintah dan institusi bisnis telah menentukan pilihan konsumen dalam industri media saat ini. Peter Golding dan Graham Murdock (2000), yang dikenal sebagai teoretisi ekonomi politik media, melihat secara berbeda. Menurut mereka media massa adalah produsen budaya, yang lebih berperan sebagai mesin bisnis pencari keuntungan. (Subiakto dan Ida, 2012 :136).

Roger Fowler dalam Language in The News (Routledge-1991, page 1) menyampaikan bahwa news is not simply reported by the media, it is created by the media (berita tak hanya dilaporkan media tetapi diciptakan oleh media). Secara tidak langsung dikatakan bahwa besar-kecilnya peristiwa bisa dilakukan karena kreasi yang dilakukan oleh media. Kreasi yang berupa pengembangan ini bisa dilakukan dengan alasan keberpihakan terhadap suatu masalah, bisa juga untuk alasan praktis: banyaknya pembaca/ pengakses. Masih kata Fowler, penciptaan isi berita dalam media massa (termasuk media online) itu bukanlah fakta tentang dunia tetapi dalam pengertian yang sangat umum, yakni karena “ide” yang berarti kecenderungan atau keberpihakan media. (Sapto Anggoro, 2012:107)

Membesar-besarkan berita di detikcom bisa dilakukan karena sentuhan divisi informasi teknologi (IT) dalam hal penguasaan teknologi. Aplikasi canggih yang dapat memperlihatkan berita mana yang banyak diakses tersebut berjalan dengan sangat baik dalam memenuhi kebutuhan redaksi, selain juga karena mekanisme (system) liputan di detikcom sudah mantap atau mapan. Struktur organisasi dan


(38)

mekanisme (alur) pemberitaan yang baik memungkinkan detikcom menjalankan pemberitaan sedemikian rupa.

Sebagai media yang terus menerus menyampaikan informasi setiap saat, maka detikcom memiliki deadline yang terus-menerus setiap saat: lebih cepat lebih baik, tapi tetap harus akurat. Wartawan pun harus mengikuti informasi dari berbagai sumber, baik itu radio, Koran, televisi, internet, maupun dari narasumber langsung.

Sedangkan pada portal berita Vivanews.com lebih mengutamakan liputan yang mendalam dan dihadirkan sekaligus pada satu berita, dijleaskan secara detail, dan tetap menjaga kepercayaan publiknya. Ada mekanisme redaksional di Vivanews.com yaitu melakukan liputan berita mendalam dan tetap menjaga kepercayaan publik. (Wikipedia.org)

2.6.5.2 Kepemilikan Media

Ideologi kapitalisme telah meresap dalam institusi ini, termasuk mewarnai hubungan antara pemilik dan para pekerjanya. Walau teks atau isi media tidak senantiasa mencerminkan dukungan terhadap paham kapitalisme, namun pada dasarnya isinya lebih diarahkan secara profesional untuk melayani kepentingan atau kebutuhan orang banyak, alias pasar. Perusahaan media sebagai institusi kapitalis, bisnisnya cenderung menjadi semakin menggurita menjangkau kemana-mana, melintasi batas negara, tetapi kontrol kepemilikannya justru semakin terkonsentrasi pada beberapa orang saja. (Subiakto dan Ida (2012 : 136)).


(39)

Setelah UU Penyiaran No. 32/2002 diberlakukan, ada tiga kategori bisnis media massa yang diakui oleh pemerintah, yakni media swasta nasional, media publik, media lokal, dan media komunitas.

Media online yang merupakan transformasi dari media cetak dan media elektronik telah dikuasai oleh kaum elit bisnis ataupun elit politik. Seperti media online detik.com yang telah lama didirikan sejak tahun 1998 pada masa Orde Baru yang merupakan produk dari perusahaan PT Agranet Multicitra Siberkom (Agrakom) yang dimiliki empat orang kreatif: Budiono Darsono, Abdul Rahman, Didi Nugrahadi dan Yayan Sopyan. Pada tahun 2011 detik.com resmi dibeli oleh CT Corp milik Chairul Tanjung. Untuk media online vivanews.com yang didirikan sejak tahun 2004 dan baru diluncurkan pada tahun 2008 merupakan media yang berada di bawah payung perusahaan Visi Media Tbk (PT Viva Media Baru) yang merupakan kelompok media milik Aburizal Bakrie beserta grupnya. (Wikipedia.org)

2.7 Tinjauan Analisis Framing

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa dipahami dengan bentukan tertentu. Hasilnya, pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. (Eriyanto 2002:3)


(40)

2.7.1 Model Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki 2.7.1.1 Proses Framing

Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan, yaitu :

1. Konsepsi Psikologi

Framing dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu. Framing di sini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik/ khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari suatu isu/ peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam memengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.

2. Konsepsi Sosiologi

Kalau pandangan psikologis lebih melihat pada proses internal seseorang, bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam cara

pandang tertentu, maka pandangan sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame di sini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.


(41)

Bagi Pan dan Kosicki, framing pada dasarnya melibatkan kedua konsepsi tersebut. Dalam media, framing dipahami sebagai perangkat kognisi yang digunakan dalam informasi untuk membuat kode, menafsirkan, dan menyimpannya untuk dikomunikasikan dengan khalayak yang ke semuanya dihubungkan dengan konvensi, rutinitas, dan praktik kerja profesional wartawan. Framing lalu dimaknai sebagai suatu strategi atau cara wartawan dalam mengkonstruksi dan memproses peristiwa untuk disajikan kepada khalayak.

2.7.1.2 Perangkat Framing

Dalam pendekatan ini, perangkat framing, dapat dibagi ke dalam empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa-pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa ke dalam bentuk susunan umum berita.

Struktur semantik ini dengan demikian dapat dinikmati dari bagan berita (lead yang dipakai, latar, headline, kutipan yang diambil dan sebagainya). Kedua, struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita.

Ketiga, struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil.


(42)

Keempat, struktur retoris. Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya untuk mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca.

Keempat struktur tersebut meruapakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut. Dengan kata lain, ia dapat diamati dari bagaimana wartawan menuliskan peristiwa ke dalam bentuk umum berita, cara wartawan mengisahkan peristiwa, kalimat yang dipakai, dan pilihan kata atau idiom yang dipilih.


(43)

Ketika menulis berita dan menekankan makna atau peristiwa, wartawan akan memaknai semua strategi wacana itu untuk meyakinkan khalayak pembaca bahwa berita yang dia tulis adalah benar. Pendekatan itu dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1.

Kerangka Framing Pan dan Kosicki

Struktur Perangkat Framing Unit yang diamati

SINTAKSIS

Cara wartawan

menyusun fakta

SKRIP

Cara wartawan

mengisahkan fakta TEMATIK

Cara wartawan menulis fakta

RETORIS

1. Skema Berita

2. Kelengkapan berita

3. Detail

4. Maksud kalimat, hubungan

5. Nominalisasi antarakalimat 6. Koherensi 7. Bentuk kalimat 8. Kata ganti 9. Leksikon 10.Grafis 11.Metafor 12.Pengandaian

Headline, Lead, latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup

5W+1H

Paragraf, proposisi

Kata idiom, gambar/ foto, grafik

2.8 Kerangka Pemikiran

Realitas yang teramati media merupakan realitas “semu” yang terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial budaya dan ekonomi politik. Realitas yang hadir bukanlah realitas dalam arti yang terberi (given), tetapi sudah melalui proses konstruksi. Berita dan peristiwa tersebut telah melalui konstruksi wartawan


(44)

yang menulisnya. Wartawan bukanlah agen tunggal yang menafsirkan peristiwa, sebab paling tidak terdapat tiga pihak yang saling berhubungan: wartawan, sumber, dan khalayak. (Eriyanto (2005) dalam Ariani (2008 : 50)). Ada tiga faktor yang memengaruhi wartawan dalam mengkonstruksi sebuah berita selain faktor pikirannya sendiri, yaitu:

1. Proses konstruksi melibatkan nilai sosial yang melekat dalam diri wartawan. Nilai-nilai sosial yang tertanam memengaruhi bagaimana realitas dipahami. Hal ini umumnya dipahami bagaimana kebenaran diterima secara taken for granted oleh wartawan. Sebagai bagian dari lingkungan sosial, wartawan akan menerima nilai-nilai, dan kepercayaan yang ada di dalam masyarakat.

2. Ketika menulis dan merekonstruksi berita wartawan bukanlah berhadapan dengan publik yang kosong, bahkan ketika peristiwa ditulis dan kata mulai disusun, khalayak menjadi pertimbangan wartawan. Hal ini karena wartawan bukanlah menulis untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dinikmati dan dipahami oleh masyarakat.

3. Proses konstruksi itu juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik dan standar profesional dari wartawan.

Dari ketiga faktor tersebut yang nantinya akan membentuk sebuah informasi atau berita atas realitas yang telah dikonstruksi oleh media. Bagaimana media online Detik.com dan Vivanews.com memotret sosok Aburizal Bakrie terkait dengan Isu Kasus Lumpur Lapindo dan Bumi Plc, Konflik Internal Partai Golkar,


(45)

Elektabilitas dan Kampanye yang dilakukan Aburizal Bakrie menuju pemilihan presiden 2014 nanti. Analisis framing penelitian ini berpedoman pada metode Pan dan Kosicki. Adapun bagan kerangka pikirnya adalah sebagai berikut:

Bagan 1. Kerangka Pikir

Dari kerangka pikir framing ini diharapkan penelitian dapat memperlihatkan bagaimana politik media pada media online Detik.com dan Vivanews.com mengkonstruksikan berita politik dalam membentuk citra aktor politik.

Peristiwa Politik

Proses Konstruksi Realitas Oleh Media Online Detik.com dan Vivanews.com

Berita Politik dalam Media Online

Detik.com dan Vivanews.com

Citra Aktor Politik membentuk opini publik


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan data objek penelitian.

Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, menguji hipotesis atau membuat prediksi (Rakhmat, 1991: 21). Sedangkan yang dimaksud dengan metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak mengadakan perhitungan atau juga dengan penemuan-penemuan yang tidak dicapai atau diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (Moleong, 2004: 2).

Menurut Sutopo penelitian deskriptif dengan metode kualitatif studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya.


(47)

Dalam penggunaan jenis metodologi penelitian kualitatif data merupakan representasi simbolik yang lebih menekankan pada makna dan tujuan dari obyek penelitian, dibandingkan dengan isi data secara definitif. Signifikansi makna bergantung pada fokus peneliti yang dihasilkan dari interpretasi data yang telah dipengaruhi faktor subyektif peneliti seperti : orientasi, pendekatan, maupun refleksivitas dari lingkungan peneliti.

Secara lebih jelas, S. Nasution mengemukakan konsep dasar penelitian kualitatif dan masalah yang mendasar tentang penelitian ini sebagai berikut :

a. Penelitian ini tidak bertujuan menguji, membuktikan kebenaran suatu teori.

b. Tidak ada pengertian populasi dalam penelitian ini. Sampling bersifat purposive yakni tergantung tujuan dan fokus pada suatu saat.

c. Instrumen penelitian tidak bersifat eksternal melainkan internal, yakni penelitian ini tanpa menggunakan eksperimen atau angket melainkan menyeleksi aspek-aspek khas yang berulang kali terjadi dan menyelidikinya lebih dalam.

d. Analisis data bersifat terbuka dan induktif yang membuka peluang untuk perubahan, perbaikan atau penyempurnaan berdasar data baru yang masuk. e. Hipotesis tidak dirumuskan pada awal penelitian karena tidak ada maksud

menguji kebenaran.

f. Hasil penelitian tidak bisa diramalkan atau dipastikan sebelumnya sebab akan banyak hal terungkap yang tidak terduga sebelumnya. (H. Sutopo, 1998: 4)


(48)

Penekanan utama dari metode penelitian kualitatif adalah menangkap maksud, tendensi dan tema dari pesan, di samping memahami organisasi dan proses pesan yang disampaikan. Oleh karena, umumnya penelitian kualitatif bertujuan memahami proses dan maksud dari data hasil investigasi, yang analisisnya diperluas dan sejalan dengan konseptual dan aplikasi teoritis yang disesuaikan dengan isu yang ada.

Penelitian ini mengambil metode penelitian dengan teknik analisis wacana dengan model Analisis Framing model Pan dan Kosicki sebagai pisau analisisnya. Pan dan Kosicki berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan.

Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Elemen yang menandakan pemahaman seseorang mempunyai bentuk yang terstruktur dalam bentuk aturan atau konvensi penulisan sehingga ia dapat

menjadi “jendela” melalui mana makna yang tersirat dari berita menjadi terlihat.


(49)

3.2 Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel, yang dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak menyimpang. Menurut Kerlinger konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan mengeneralisasikan hal-hal khusus. (Rahkmat (1999 :12)). Untuk menghindari penyimpangan dan memberi arah dalam menafsirkan konsep-konsep yang ada, maka dalam penelitian ini definisi konseptual sebagai berikut:

1. Politik Media

Politik media merupakan sebuah sistem politik, istilah ini untuk membandingkannya dengan sistem-sistem lainnya, seperti politik legislatif, politik birokrasi, politik yudisial, serta politik partai. Politik media pada sebuah media massa bisa dikatakan sebagai cara untuk mencapai sebuah keberhasilan suatu berita oleh media massa dalam mempengaruhi khalayak sesuai dengan perspektif seorang pembuat berita atau wartawan dengan berbagai tujuan yang ingin mereka capai melalui pemberitaannya tersebut.

2. Berita Politik

Berita politik adalah sajian informasi berupa keterangan-keterangan mengenai isu perpolitikan yang terjadi dalam suatu wilayah tertentu. Cakupan mengenai kegiatan perpolitikan tidak hanya dilaksanakan pada suatu pemerintahan di ibu kota tetapi juga di desa-desa yang memiliki suatu sistem politik.


(50)

3. Memotret

Memotret memiliki pengertian mengambil gambar. Dalam hal ini dikaitkan dengan penelitian makna memotret berarti cara wartawan mengambil gambar/ angle dari peristiwa yang telah terjadi untuk dijadikan sebuah berita yang nantinya dapat menarik perhatian dan antusias pembacanya untuk menikmati sajian berita tersebut.

4. Konstruksi Realitas

Upaya media “menceritakan” suatu peristiwa salah satunya dalam bentuk teks berita sehingga menjadi wacana yang bermakna. Konstruksi realitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya media online Detik.com dan Vivanews.com menceritakan berita politik khususnya mengenai isu Aburizal Bakrie kaitannya dengan Pemilihan Presiden 2014.

5. Media Online

Yaitu media massa yang tersaji secara online di situs web (website) internet. Media online merupakan produk jurnalistik online. Jurnalistik online disebut juga cyber journalism didefinisikan sebagai pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet (wikipedia). Media online yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Detik.com dan Vivanews.com.

6. Analisis Teks Berita

Untuk menganalisis bangunan teks atau wacana dalam sebuah berita yang dilakukan oleh suatu media dalam menjabarkan bagaimana strategi wacana yang digunakan media dalam menggambarkan peristiwa dalam sebuah


(51)

teks berita dengan menonjolkan bagian tertentu dan memarginalkan bagian lain sehingga mampu menarik pasar pembaca. Analisis teks berita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berita politik mengenai Aburizal Bakrie terkait Pemilihan Presiden 2014 yang termuat dalam media online Detik.com dan Vivanews.com.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan sesuatu kegiatan atau pekerjaan (Widjono HS), maka dalam penelitian ini definisi operasional sebagai berikut:

1. Detik.com

Detik.com merupakan sebuah portal web yang berisi berita dan artikel daring di Indonesia. Detik.com merupakan salah satu berita terpopuler di Indonesia. Detik.com merupakan salah satu media yang digunakan dalam penelitian ini khususnya untuk berita-berita politik mengenai Aburizal Bakrie yang tercantum pada situs detikfinance dan detikNews.

2. Vivanews.com

Vivanews.com merupakan portal berita daring yang dikelola oleh PT. Viva Media Baru. Vivanews.com selain memberikan jasa pemberitaan yang dilaporkan wartawan, juga menerima informasi dari pembaca Vivanews yang berminat melaporkan berita yang mereka anggap penting. Berita-berita politik mengenai Aburizal Bakrie diambil dari situs


(52)

Vivanews yang mengulas berbagai peristiwa baik itu politik, ekonomi, bisnis, olahraga, dan juga teknologi.

3. Aburizal Bakrie

Merupakan sosok politikus dan pengusaha di Indonesia yang juga akan mencalonkan diri menjadi presiden di tahun 2014 mewakili partainya yaitu Partai Golkar (Golongan Karya).

3.4 Fokus Penelitian

Penerapan definisi konseptual merupakan sebuah abstraksi dari obyek penelitian sehingga dalam realitanya diperlukan konsep yang lebih operasional untuk dapat memfokuskan penelitian. Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif adalah fokus kajian atau pokok soal yang hendak diteliti, mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa yang menjadi pusat perhatian dan hal yang kelak dibahas secara mendalam dan tuntas. (Bungin 2003 : 41).

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah mendeskripsikan bagaimana media online detik.com dan vivanews.com memotret sosok Aburizal Bakrie terkait dengan Isu Kasus Lumpur Lapindo dan Bumi Plc, Konflik Internal Partai Golkar, Elektabilitas dan Kampanye yang dilakukan Aburizal Bakrie menuju Pemilihan Presiden 2014 yang dimuat dari tahun 2012 hingga tahun 2013 yang merupakan masa sejak diresmikannya Aburizal Bakrie menjadi calon presiden mewakili Partai Golkar sesuai dengan hasil Rapat Pimpinan Nasional III (Rapimnas III) dan dalam masa setahun tersebut untuk mengevaluasi pencalonan presiden Aburizal Bakrie, selain itu juga pada masa tersebut banyak


(53)

memunculkan isu negatif pada kandidat terpilih mewakili Partai Golkar yang akan maju pada pemilihan presiden 2014 yaitu Aburizal Bakrie. Ada yang pro dan kontra terhadap calon presiden yang telah dikukuhkan secara resmi tersebut sehingga ada berbagai permasalahan yang diangkat secara berbeda antara media yang satu dengan yang lain guna meningkatkan atau menurunkan citra calon presiden tersebut.

Untuk mengetahui bagaimana media online Detik.com dan Vivanews.com dalam mengangkat berita politik mengenai sosok Aburizal Bakrie terkait dengan Isu Kasus Lumpur Lapindo dan Bumi Plc, Konflik Internal Partai Golkar, Elektabilitas dan Kampanye yang dilakukan Aburizal Bakrie menuju pemilihan presiden 2014 yang termuat dari tahun 2012 hingga tahun 2013, maka penelitian ini dilihat dalam level teks. Dalam level teks, berita tersebut akan dianalisis dengan menggunakan elemen framing Pan dan Kosicki, yang meliputi empat struktur besar, yaitu: struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris. Menurut peneliti model analisis ini sangat memungkinkan untuk dapat mengungkapkan realitas sesungguhnya dibalik teks berita.

Karena kelengkapan indikator yang dimiliki oleh teknik analisis Pan dan Kosicki ini lebih sempurna untuk digunakan dalam meneliti teks berita sehingga kita dapat lebih jelas melihat bingkai berita seperti apa yang diberikan oleh media online Detik.com dan Vivanews.com dan sejauh mana kegiatan politik media yang dilakukan pada media online tersebut.


(54)

3.5 Sumber Data

Sumber data penelitian ini berasal dari :

1. Sumber Data Primer

Dokumentasi media online Detik.com dan Vivanews.com dari bulan Juni tahun 2012 sampai bulan Mei 2013.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder penelitian ini diperoleh dengan membaca, mengutip sumber-sumber tertulis seperti buku mengenai detik.com dan politik media, artikel dari situs detik.com dan vivanews.com, dan sebagainya yang terkait dengan penelitian ini.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Penulis mempergunakan teknik dokumentasi yaitu mencari, mengumpulkan, dan membaca berita politik yang menjadi ulasan media online Detik.com sesuai dengan edisi yang telah ditentukan. Setelah itu penulis menganalisisnya dengan menggunakan teknik framing model Pan dan Kosicki untuk mengumpulkan data dari teks berita politik.


(55)

3.7 Teknik Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan data, maka tahap selanjutnya adalah mengadakan pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Tahap ini penulis memeriksa, melengkapi kembali data yang telah diperoleh sehingga data dapat dipertanggungjawabkan.

2. Koding

Tahap ini penulis mengklasifikasikan data sesuai dengan jenisnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam menginterpretasikan dan menganalisis data.


(56)

3.8 Analisa dan Interpretasi Data

Dalam pendekatan ini langkah yang ditempuh untuk melihat framing sebuah pemberitaan adalah dengan melakukan pengamatan pada empat struktur yaitu: Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris dengan menggunakan batasan-batasan yang mengarah pada politik media. Berikut penjelasan dari ke empat elemen tersebut:

1. Struktur Sintaksis

Berhubungan dengan menganalisis bagaimana media online Detik.com dan Vivanews.com menyusun fakta ke dalam bentuk susunan umum berita. Unit yang diamati adalah headline, lead yang dipakai, dan kutipan yang diambil. Intinya bagaimana media online Detik.com dan Vivanews.com memaknai berita politik dan menuangkannya dalam penulisan berita.

2. Struktur Skrip

Berhubungan dengan bagaimana media online Detik.com dan Vivanews.com menceritakan realitas seputar isu politik mengenai Aburizal Bakrie terkait pemilihan presiden 2014. Stuktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh media online Detik.com dan Vivanews.com dalam mengemas realitas politik ke dalam bentuk berita. Unit yang diamati adalah 5W+1H. Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting.


(57)

3. Stuktur Tematik

Di dalam pengamatan struktur tematik ini, penulis akan melihat bagaimana tema-tema yang diangkat oleh media online Detik.com dan Vivanews.com di dalam teks berita tentang politik untuk mendukung bingkai atau frame yang disajikan oleh media online Detik.com dan Vivanews.com dalam memaknai berita politik.

4. Struktur Retoris

Penulis akan melihat bagaimana pemilihan perangkat retoris, yaitu kalimat pengandaian atau grafis yang digunakan untuk menekankan makna tertentu kepada khalayak pembaca untuk mendukung bingkai atau frame yang disajikan oleh media online Detik.com dan Vivanews.com dalam memaknai berita politik.


(58)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Detik.com

Pada sub bab ini akan membahas tentang sejarah berdirinya Detik.com, kemudian struktur keredaksian Detik.com dan situs-situs pada portal berita Detik.com juga profil visual Detik.com.

4.1.1 Sejarah Berdiri Situs Berita Detik.com

Server detik.com sebenarnya sudah siap diakses pada 30 Mei 1998, namun mulai online dengan sajian lengkap pada 9 Juli 1998. Tanggal 9 Juli itu akhirnya ditetapkan sebagai hari lahir Detik.com yang didirikan Budiono Darsono (eks wartawan DeTik), Yayan Sopyan eks wartawan DeTik), Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo), dan Didi Nugrahadi. Semula peliputan utama detik.com terfokus pada berita politik, ekonomi, dan teknologi informasi. Baru setelah situasi politik reda dan ekonomi mulai membaik, detik.com memutuskan untuk juga melampirkan berita hiburan, dan olahraga.

Dari situlah kemudian tercetus keinginan untuk membangun detik.com yang update-nya tidak lagi menggunakan karakteristik media cetak yang harian,


(59)

mingguan, dan bulanan. Yang dijual detik.com adalah breaking news.Dengan bertumpu pada vivid description macam ini detik.com melesat sebagai situs informasi digital paling populer di kalangan users internet.

Pada 3 Agustus 2011 CT Corp mengakuisisi detikcom (PT Agranet Multicitra Siberkom/Agrakom) . Mulai pada tanggal itulah secara resmi detikcom berada di bawah Trans Corp. Chairul Tanjung, pemilik CT Corp membeli detikcom secara total (100 persen) dengan nilai US$60 juta atau Rp 521-540 miliar. Setelah diambil alih, maka selanjutnya jajaran direksi akan diisi oleh pihak-pihak dari Trans Corp — sebagai perpanjangan tangan CT Corp di ranah media.

Dan komisaris Utama dijabat Jenderal (Purn) Bimantoro, mantan Kapolri, yang saat ini juga menjabat sebagai Komisaris Utama Carrefour Indonesia, yang juga dimiliki Chairul Tanjung. Sebelum diakuisisi oleh CT Corp, saham detikcom dimiliki oleh Agranet Tiger Investment dan Mitsui & Co. Agranet memiliki 59% saham di detikcom, dan sisanya dimiliki oleh Tiger 39%, dan Mitsui 2%.

Pada Juli 1998 situs detik.com per harinya menerima 30.000 hits (ukuran jumlah pengunjung ke sebuah situs) dengan sekitar 2.500 user (Pelanggan Internet). Sembilan bulan kemudian, Maret 1999, hits per harinya naik tujuh kali lipat, tepatnya rata-rata 214.000 hits per hari atau 6.240.000 hits per bulan dengan 32.000 user. Pada bulan Juni 1999, angka itu naik lagi menjadi 536.000 hits per hari dengan user mencapai 40.000. Terakhir, hits detik.com mencapai 2,5 juta lebih per harinya.


(60)

Selain perhitungan hits, detikcom masih memiliki alat ukur lainnya yang sampai sejauh ini disepakati sebagai ukuran yang mendekati seberapa besar potensi yang dimiliki sebuah situs. Ukuran itu adalah page view (jumlah halaman yang diakses). Page view detikcom sekarang mencapai 3 juta per harinya. Sekarang detik.com menempati posisi ke empat tertinggi dari alexa.com untuk seluruh kontent di Indonesia.

Kisah awal media Detik ini menjadikan internet sebagai basis pemberitaan, berawal dari kisah pahit yang dialaminya. Ketika pada masa Orde Baru, media ini muncul dalam format sebagai majalah mingguan yang mengupas masalah politik sebagai pokok bahasan. Namun, kekuatan Orde Baru yang sangat ketat mengawasi pemberitaan di media massa, memaksa majalah tersebut menyudahi kiprahnya untuk terbit dalam format majalah.

Hal ini karena Detik dianggap terlalu keras dalam pemberitaannya yang dianggap menyerang penguasa saat itu. Sehingga, dengan keputusan Menteri Penerangan saat itu, majalah Detik bersama Tempo dan forum harus dicabut surat Ijin Usaha Penerbitan yang merupakan surat ijin usaha media massa.

4.1.2 Visi dan Misi Detik.com a. Visi Detik.com

Menjadi tujuan utama orang Indonesia untuk mendapatkan konten dan layanan digital, baik melalui internet maupun selular/ mobile.


(1)

Aburizal Bakrie (VIVAnews/Ikhwan Yanuar)

VIVAnews - Aburizal Bakrie, Kamis sore, 1 November 2012, mengunjungi bekas lapak dagangannya di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Pasar yang berdekatan dengan Stasiun Pasar Senen itu merupakan pasar tempat ia berjualan kaos semasa dirinya mahasiswa pada 1969.

Ketua Umum Partai Golkar yang juga kandidat capres untuk Pemilihan Umum 2014 itu berkisah kepada para pedagang di pasar itu tentang mula-mula belajar berdagang hingga menjadi pengusaha nasional yang sukses. Kios di Pasar Senen, yang kala itu belum sebesar sekarang, merupakan pasar pertama untuk kaos-kaos bikinannya. Aburizal masih mengingat seorang pedagang yang menjadi rekan bisnis dan paling lama bermitra dengan dirinya. Namanya, Andi Sahrandi.

"Dia urang awak (sebutan untuk orang dari suku Minang di rantau). Tiap Senin saya naruh kaos ke kiosnya Andi Sahrandi, Sabtu kembali lagi untuk ambil uang

(untungnya). Begitu seterusnya. Saya lakukan dari kios ke kios yang ada di Pasar Senen. Sambil kuliah, sambil berdagang," kata mantan Menteri Koordinator Perekonomian itu.

Pelan-pelan, Aburizal mengembangkan bisnisnya ke produk lain, yakni berjualan tas. Kali ini, pasarnya tidak hanya Pasar Senen tetapi juga Pasar Cikini dan Pasar Tanah Abang.


(2)

hanya di Jakarta tapi juga Surabaya, Yogyakarta, Makassar dan lain-lain," ujar Aburizal.

Kepada para pedagang, Aburizal mengaku mengetahui suka dan duka atau pun kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam berwirausaha. Di antaranya, selain masalah permodalan dan pemasaran, juga masalah keamanan dan ketertiban.

"Orang tidak tenang berdagang kalau keadaannya tidak aman, tidak nyaman. Maka, masalah keamanan dan ketertiban harus dijamin," katanya.

Selain berdialog dengan para pedagang, Aburizal juga menyempatkan minum kopi bersama di sebuah warung kopi di pasar tersebut. Setelah itu, ia meneruskan kunjungan ke kampung Menteng Jaya, Kelurahan Menteng, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.

Di kampung yang dilintasi rel kereta api itu, Aburizal bercengkerama dengan warga. Ia menekankan pentingnya pendidikan bagi anak-anak.

"Ke depan, tidak boleh ada anak-anak yang tidak sekolah. Jika saya diberikan amanat untuk menjadi Presiden, pendidikan harus gratis dari SD sampai SMA. Kalau

sekarang, walau pun ada BOS (Biaya Operasional Sekolah) tapi masih ada pungutan untuk biaya buku, dan lain-lain. Ke depan harus benar-benar gratis," ujarnya.

Elektabilitas Masih Rendah, Ini Jawaban Ical

Meski survei masih kalah dengan beberapa nama, Ical tetap optimistis. ddd


(3)

Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (VIVAnews/Muhamad Solihin) VIVAnews - Aburizal Bakrie atau Ical telah ditetapkan sebagai calon presiden tunggal dari Partai Golkar melalui Rapimnas Partai Golkar. Namun dalam beberapa survei, elektabilitas Ical masih berada di bawah mantan Ketua Umum Golkar, Jusuf Kalla.

Berdasarkan survei dari Indonesia Network Election Survey (INES) 5 Oktober - 21 Oktober 2012, untuk kategori capres non-Jawa, nama Ical masih kalah dari Hatta Radjasa dan Jusuf Kalla.

Menanggapi hal ini, Ical tetap menghargai hasil survei tersebut. "Saya belum pernah dengar nama lembaga itu, tapi saya kira survei seperti itu bagus supaya semangatnya bisa lebih banyak," kata Ical usai menghadiri temu bareng komunitas penggemar musik country, Country Music Club of Indonesia (CMCI) di Central Park Mall, Jakarta, Minggu 25 November 2012.

Meski dalam survei elektabilitasnya masih kalah dengan beberapa nama, ia

optimistis. Dalam beberapa kunjungannya di daerah, ia mengaku respons masyarakat cukup tinggi. "Saya kira bagus, saya memberikan ceramah, mendengarkan keluhan petani, bertemu nelayan dan menyelesaikan persoalan mereka, bagus sekali

sambutannya," ujarnya.

Untuk itu, ia akan melakukan apapun yang bisa dilakukan demi menyelesaikan persoalan rakyat.


(4)

Ical juga memberikan sinyal bahwa calon muda harus mendapatkan tempat di pentas Pemilu Presiden 2014. Calon muda yang dimaksud yaitu calon pendampingnya dalam pemilu mendatang.

"Kalau cawapres harus sesuai capres. Tentunya cawapres itu lebih muda dari saya," katanya.

Aburizal Janji Programkan Sekolah Gratis 12 Tahun

"Ini seharusnya diberikan pemerintah agar rakyat jadi terdidik," ddd

Selasa, 22 Januari 2013, 21:50 Mohammad Adam, Edi Gustan (Mataram)

Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, saat berdialog dengan korban banjir di Pangedegan, Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu (19/01/2013).

(VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)

VIVAnews - Ketua Umum Partai Golongan Karya, Aburizal Bakrie, turun ke sawah menanam padi bersama puluhan petani di Desa Penimbung, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Berbekal pacul, caping, dan sepatu


(5)

boat, Ical turun ke sawah menanam bibit padi. Pakaian putih yang dikenakannya karuan jadi kotor. Lebih kurang seribu warga Desa menyaksikan acara tanam padi ini. Aburizal tiba di Lombok NTB dalam rangka safari sebagai calon presiden Republik Indonesia. Ia didampingi sejumlah pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar diantaranya Lalu Mara Satriawangsa, Elfis Junaedi, dan Rizal Malarangeng. Dalam kesempatan itu, Aburizal berdialog dengan warga yang umumnya bekerja sebagai petani di Desa Penimbung.

Aburizal menyatakan bahwa petani merupakan salah satu ujung tombak dalam pembangunan. Mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat tersebut berjanji akan terus memperhatikan nasib petani. "Saya tetap akan memperhatikan

kesejahteraan petani," kata Aburizal dihadapan sekitar 2000 warga Desa Penimbung, Lombak Barat, NTB, Selasa 22 Januari 2012.

Lebih lanjut Aburizal menjelaskan bahwa saat ini banyak kader Golkar yang

mewakili rakyat di DPR, baik pusat maupun daerah. Diharapkan, petani tidak segan dan untuk menyuarakan aspirasinya, terutama terkait kebutuhan dengan mereka sendiri.

Tidak hanya itu, Aburizal juga berjanji akan menggratiskan pendidikan atau program sekolah gratis selama 12 tahun. Program itu, menurut Aburizal, sangat penting terutama bagi masa depan generasi selanjutnya. "Ini bukan jual kecap, tapi ini memang seharusnya diberikan pemerintah agar rakyat jadi terdidik,"ujarnya. Adapun terkait program kemiskinan dan kesehatan, Aburizal berjanji akan

melanjutkan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Saat ini, katanya, 86 juta warga Indonesia yang sudah menerima program Jamkesmas.

Jelang 1 Tahun Deklarasi Capres, Elektabilitas ARB Meningkat

Ke depannya, kalangan muda dan pekerja menjadi fokus sasaran pemilih. ddd


(6)

Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie menjadi salah satu kandidat calon presiden 2014. (VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)

VIVAnews - Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono mengungkapkan elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) terus meningkat jelang Pemilu 2014. Menurut Agung, Golkar optimis presentase keterpilihan ARB dapat terus meningkat

"Memang agak lambat, tapi ada progress. Awalnya (elektabilitas) hanya dibawah 5 persen, sekarang sudah di atas 7 persen, ada peningkatan," ujar Agung di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin 27 Mei 2013.

Agung mengatakan, menjelang satu tahun deklarasi pencapresan ARB, seluruh kader akan memperkuat komitmennya ke depan. Sehingga diharapkan capres yang diusung mendapatkan amanat dari rakyat dalam memimpin negeri ini.

"Peringatan deklarasi, kalaupun dilakukan pembahasan hanya untuk memperkuat, bukan untuk mengubah keputusan," kata dia.

Meski begitu, Agung mengakui, di kalangan kaum muda dan kaum pekerja, nama ARB belum begitu populer. Dua kalangan ini akan menjadi fokus sasaran ARB dalam menggaet pemilih pada 2014 mendatang.

"Mungkin ada kurang pendekatan, tapi tidak mengubah keputusan yang sudah diambil," tuturnya. (sj)


Dokumen yang terkait

Citra Aburizal Bakrie Terkait Pemilu Presiden 2014 (Analisis Framing Laporan Utama “SIASAT ABURIZAL” di Majalah Tempo Edisi 25 November-1 Desember 2013)

0 49 110

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN TENTANG KERUSUHAN POLITIK DI UKRAINA PADA MEDIA ONLINE

2 13 17

KONSTRUKSI PENCITRAAN CALON PRESIDEN DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Pemberitaan Tentang Prabowo Subianto di Detik.com dan Kompas.com

1 24 27

Analisis Framing Pemberitaan Foto Pre Weding pada Media Online Detik.Com dan Kompas.Com

13 146 91

PEMBERITAAN BAKRIE, PSSI DAN PERSEPAKBOLAAN INDONESIA DI VIVANEWS.COM PEMBERITAAN BAKRIE, PSSI DAN PERSEPAKBOLAAN INDONESIA DI VIVANEWS.COM Studi Analisis Isi Obyektivitas Pemberitaan Aburizal Bakrie tentang PSSI di VIVANEWS.COM.

0 2 4

PENDAHULUAN PEMBERITAAN BAKRIE, PSSI DAN PERSEPAKBOLAAN INDONESIA DI VIVANEWS.COM Studi Analisis Isi Obyektivitas Pemberitaan Aburizal Bakrie tentang PSSI di VIVANEWS.COM.

0 2 22

PENUTUP PEMBERITAAN BAKRIE, PSSI DAN PERSEPAKBOLAAN INDONESIA DI VIVANEWS.COM Studi Analisis Isi Obyektivitas Pemberitaan Aburizal Bakrie tentang PSSI di VIVANEWS.COM.

0 4 5

PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DI MEDIA ONLINE (Konstruksi Pemberitaan Media Online Sindonews.com dalam Pengumuman Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Di Media Online (Konstruksi Pemberitaan Media Online Sindonews.com dalam Pengumuman Hasil Pemi

0 2 13

OBYEKTIVITAS PEMBERITAAN KETUA UMUM PARTAI GOLKAR ABURIZAL BAKRIE DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Isi Obyektivitas Pemberitaan Mengenai Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie di Media Online Vivanews.com Edisi 1, 2, 4 dan 5 April 2014).

0 0 111

OBYEKTIVITAS PEMBERITAAN KETUA UMUM PARTAI GOLKAR ABURIZAL BAKRIE DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Isi Obyektivitas Pemberitaan Mengenai Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie di Media Online Vivanews.com Edisi 1, 2, 4 dan 5 April 2014)

0 0 21