Analisis Framing Pemberitaan Foto Pre Weding pada Media Online Detik.Com dan Kompas.Com

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Nur Aisya Wulandari

NIM: 1110051000228

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435 H


(2)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Nur Aisya Wulandari NIM: 1110051000228

Pembimbing:

Dr. H. Sunandar, M.Ag Nip. 19620626 199403 1 002

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M / 1435 H


(3)

WEDDING PADA MEDIA ONLINE DETIK.COM DAN KOMPAS.COM telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rabu 7 Mei 2014. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 7 Mei 2014

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Jumroni, M.Si Umi Musyarrofah, MA NIP.19630515 199203 1 006 NIP.19710816 199703 2 002

Anggota,

Penguji I Penguji II

Hj. Nunung Khairiyah, MA Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA NIP.19730252 00701 2 018 NIP.19710412 200003 2 001

Pembimbing

Dr. H. Sunandar, MA NIP. 19620626 199403 1 002


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2 Mei 2014


(5)

Belakangan ini banyak kita ketahui bahwa foto pre wedding sudah banyak diperbincangkan. Terkait dengan berita isu pengharaman foto sebelum pernikahan atau pre wedding menimbulkan banyak pro - kontra pada publik, karena tren fotografi

pre wedding berkembang sekitar akhir dekade ini karena kebutuhan para calon pengantin untuk menampilkan foto diri mereka dan kepentingan mengabadikan sebelum acara resepsi pernikahan dilaksanakan. Namun perkembangan ini kemudian sempat menimbulkan polemik. Dan tentunya permasalahan pengharaman hukum foto

pre wedding oleh sebagian pendapat Ulama, yang menimbulkan pro – kontra dalam masyarakat.

Berdasarkan pernyataan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana bingkai pemberitaan larangan foto pre wedding dalam model Robert N. Entman pada Detik.com? bagaimana bingkai pemberitaan larangan foto

pre wedding dalam model Robert N. Entman pada Kompas.com?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis framing model Robert N. Entman. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan melakukan observasi teks yang terdapat dalam surat kabar online yaitu Detik.com dan Kompas.com dan juga dokumentasi dengan mempelajari dokumen dan arsip yang isinya sesuai dengan tujuan penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konstruksi sosial media massa atas realitas sosial. Dimana fakta atau realitas adalah hasil konstruksi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan bingkai antara Detik.com dan Kompas.com dalam membingkai suatu berita. Terlihat jelas pada bagaimana kedua media tersebut mengkonstruksi berita isu pengharaman foto

pre wedding yang menimbulkan pro - kontra. Pada Detik.com, media ini tidak memihak manapun dan mencoba memberitakan dengan seimbang sesuai dengan apa yang terjadi. Sedangkan Kompas.com lebih bersifat klarifikasi dengan berita yang di tampilkan, dan kedua media online tersebut telah berhasil membuat opini publik sesuai kehendak masing-masing media tersebut .


(6)

ii

rahmat dan hidayah-Nya serta limpahan anugerah yang tak terhitung penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Foto Pre Wedding Atas Fatwa MUI Pada Detik.com dan Kompas.com” dengan baik.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan yang baik kepada seluruh umat manusia.

Skripsi ini penulis persembahkan khusus kepada ayahanda tercinta Darwin (Alm) dan Ibunda tercinta Maharani, terima kasih untuk terus bersabar dalam seluruh proses pengerjaan skripsi ini. Dan penulis pun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Dr. Suprapto, M.Ed, M.A, selaku Wadek I, Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Wadek II, dan juga Bapak Drs Sunandar, M.Ag selaku Wadek III.

2. Bapak Rachmat baihaky, M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, dan Ibu Hj. Umi Musyarrofah, M.A, selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Bapak Drs Sunandar, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.


(7)

iii

5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam hal administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.

6. Untuk semua keluarga yang tiada hentinya membantu dukungan secara moril serta materil sehingga penulis dapat melanjutkan kuliah dan menyelesaikan skripsi.

7. Wisnu Bimantoro yang selalu memberikan motivasi dan kesabaran untuk mengingatkan penulis dalam mengerjaan skripsi.

8. Teman-teman angkatan 2010 khususnya KPI G, KKN BUMI 2013 dan Sahabat-sahabat terbaik Desi Puji Rahayu dan Vivi Selviyani.

Pada akhirnya dengan ketidaksempurnaan ini, penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca. Dan semoga Allah SWT membalas jasa baik yang telah diberikan dari berbagai pihak kepada penulis selama pembuatan skripsi ini, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin yarabbal alaamiin.

Jakarta, 2 Mei 2014


(8)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Kajian Pustaka ... 9

F. Metodologi Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori Tentang Framing ... 18

1. Konsep Framing ... 18

2. Metode Penelitian Analisis Framing ... 22


(9)

vi

A. Sejarah Umum Detik.com ... 28

1. Visi dan Misi Detik.com ... 30

2. Kanal Detik.com ... 30

3. Redaktur Detik.com ... 32

4. Struktur Organisasi Detik.com ... 32

B. Sejarah Umum Kompas.com ... 33

1. Visi dan Misi Kompas.com ... 34

2. Kanal Kompas.com ... 35

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Bingkai Pemberitaan Detik.com Model Robert N.Entman ... 37

1. Detik.com 15 Januari 2010 ... 37

B. Bingkai Pemberitaan Kompas.com Model Robert N.Entman ... 46

1. Kompas.com 17 Januari 2010 ... 46

C. Pembahasan Frame Detik.com dan Kompas.com Dalam Pemberitaan Foto Pre Wedding ... 54

1. Frame Detik.com ... 54

a. Frame Detik.com Define Problems (Pendefinisian Masalah) ... 54

b. Frame Detik.com Diagnose Causes (Memperkirakan Penyebab Masalah) ... 56


(10)

vii

(Menekankan Penyelesaian) ... 58

2. Frame Kompas.com ... 59

a. Frame Kompas.com Define Problems (Pendefinisian Masalah) ... 59

b. Frame Kompas.com Diagnose Causes (Memperkirakan Penyebab Masalah) ... 61

c. Frame Kompas.com Make Moral Judgemnt (Membuat Pilihan Moral) ... 63

d. Frame Kompas.com Treatment Recommendation (Menekankan Penyelesaian) ... 64

D. Visual Image ... 66

1. Foto-foto yang Dianggap Haram ... 66

2. Foto-foto yang dianggap Tidak Haram ... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(11)

viii

1. Tabel 1.1 Judul Berita Pada Detik.com dan Kompas.com ... 13

2. Tabel 1.2 Konsep Entman ... 15

3. Tabel 2.2 Entman Melihat Dalam Dua Dimensi ... 23

4. Tabel 2.3 Konsep Entman ... 24

5. Tabel 4.1 Bingkai Pemberitaan Entman ... 38

6. Tabel 4.2 Bingkai Pemberitaan Entman ... 47

7. Tabel 4.3 Detik.com Define Problems (Pendefinisian Masalah) ... 54

8. Tabel 4.4 Detik.com Diagnose Causes (Memperkirakan Penyebab Masalah) ... 56

9. Tabel 4.5 Detik.com Moral Judgement (Membuat Pilihan Moral) ... 57

10.Tabel 4.6 Detik.com Treatment Recommendation (Menekankan Penyelesaian) ... 58

11.Tabel 4.7 Kompas.com Define Problems (Pendefinisian Masalah) ... 59

12.Tabel 4.8 Kompas.com Diagnose Causes (Memperkirakan Penyebab Masalah) ... 61

13.Tabel 4.9 Kompas.com Moral Judgement (Membuat Pilihan Moral) ... 63

14.Tabel 4.10 Kompas.com Treatment Recommendation (Memperkirakan Penyebab Masalah) ... 64


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Foto adalah alat komunikasi atau penyampaian berita atau informasi yang dijadikan sebagai bukti dalam dunia jurnalistik.1 Informasi merupakan salah satu kebutuhan manusia yang terus menerus mengalami perkembangan. Oleh karena itu tantangan pun semakin besar bagi perusahaan penerbit pers atau redaksi yang berbentuk media massa baik cetak maupun media elektronik dalam dunia media atau foto jurnalistik bisa dijadikan informasi, bukti dalam suatu moment tertentu untuk dikenang atau dilihat kembali, antara lain yaitu foto pre wedding yang sekarang ini sedang menjadi tradisi dalam masyarakat. Foto pre wedding ialah foto yang diambil sebelum melakukan pernikahan untuk dijadikan kenangan atau bukti foto tersebut.2

Foto pre wedding pun menuai pro dan kontra didalam masyarakat. Sedangkan sekarang ini terdapat fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang melarang bahwa “foto pre wedding haram” dilakukan. Menurut MUI foto pre wedding haram dilakukan dikarenakan didalam dunia Islam “suatu pasangan

1

Aditiawan, Rangga dan Bianca, Ferren. Belajar Fotografi Untuk Hobi Dan Bisnis (Jakarta: Dunia Komputer, 2010), hal. 5.

2


(13)

dilarang bersentuh tubuh apalagi melebihi dari itu, maka haram hukumnya dalam Agama Islam”.

Akan tetapi adapula pro kontra dalam foto pre wedding tersebut. Ada pun faktor penyebab masyarakat kontra atau anti akan adanya foto pre wedding, antara lain :

1. Adanya pasangan muda yang sebelum melaksanakan pernikahan sudah membuat foto tanpa busana.

2. Banyak foto pre wedding yang sebelum melakukan pernikahan sudah bersentuhan.

3. Foto pre wedding terlalu mengikuti kebudayaan barat dan sekarang menjadi tradisi dalam masyarakat.3

Ada pun faktor yang mendukung (pro) terhadap adanya foto pre wedding

antara lain :

1. Untuk fotografernya memberikan tempat untuk mencari penghasilan 2. Untuk mengabadikan moment-moment sebelum menikah

3. Memberikan nilai seni dalam unsur pemotretan atau foto, karena pre wedding dilakukan dengan baik dan dengan ada nya tema yang diinginkan pasangan tersebut.4

3

http:/www.google.com/kompasiana.html , artikel diakses pada tanggal 7 Januari 2014 pukul 13.00

4

http:/www.google.com/kompasiana.htm, artikel diakses pada tanggal l 7 Januari 2014 pukul 13.00


(14)

Tidak pernah lepas dari bagian media massa baik cetak maupun elektronik terkait dengan content atau isi media, foto merupakan bagian yang penting dan menarik dalam setiap pemberitaan media karena foto merupakan kekuatan yang dapat memberikan gambaran secara detail dan valid sesuai fakta yang disajikan agar para pembaca lebih memahaminya.

Fotografi dari bahasa Inggris : photography, yang awalnya dari bahasa Yunani yaitu “Fos” : cahaya dan “Grafo” : melukis atau menulis. Jadi fotografi adalah proses melukis atau menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.5

Terkait dengan persoalan berita isu pro-kontra foto pre wedding, peneliti mengkutip penjelasan tentang pendapat Ulama secara umum. Dikalangan „Ulama ushul, ijtihad diistilahkan dengan “istafraagh al-wus „iy fi thalab al

-dzann bi syai’i min ahkaam al-syar’iyyah „ala wajh min al-nafs al-ajziy „an al

-maziid fiih”; yakni mencurahkan seluruh kemampuan untuk menggali hukum-hukum syara’ dari dalil-dalil dzanniy, hingga batas dirinya merasa tidak mampu melakukan usaha lebih dari apa yang telah dicurahkannya.”

5

Aditiawan, Rangga dan Bianca, Ferren. Belajar Fotografi Untuk Hobi Dan Bisnis (Jakarta: Dunia Komputer, 2010), hal. 9.


(15)

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan, bahwa ijtihad adalah proses menggali hukum syara’ dari dalil-dalil yang bersifat dzanniy dengan mencurahkan segenap tenaga dan kemampuan, hingga dirinya tidak mungkin lagi melakukan usaha lebih dari itu.

Sedangkan penjelasan fatwa terkait dengan obyek yang diteliti adalah Imam Ibnu Mandzur di dalam Lisaan al-Arab menyatakan, “Aftaahu fi al-amr abaanahu lahu (menyampaikan fatwa kepada dia pada suatu perkara, maksudnya adalah menjelaskan perkara tersebut kepadanya). Waa afta al-rajulu fi al mas-alah (seorang laki-laki menyampaikan fatwa pada suatu masalah). Wa

astaftaituhu fiihaa fa aftaaniy iftaa’an wa futaa (aku meminta fatwa kepadanya dalam masalah tersebut, dan dia memberikan kepadaku sebuah fatwa).”

Sedangkan perkataan “wa fataay” adalah asal dari kata futya atau

fatway. Futya dan fatwa adalah dua isim (kata benda) yang digunakan dengan makna al-iftaa’. Oleh karena itu, dinyatakan “aftaitu fulaan ru’yan ra’aaha idza

abratuhaa lahu (aku memfatwakan kepada si fulan sebuah pendapat yang dia baru mengetahui pendapat itu jika aku telah menjelaskan jawaban atas masalah itu). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa , fatwa adalah penjelasan hukum syariat atas berbagai macam persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.6

6


(16)

Sesuai dengan obyek yang diteliti, penulis mencoba meneliti tentang foto

pre wedding terkait dengan dunia fotografi. Menurut Kusuma dalam bukunya “Trik Foto Pre-Wedding Kreatif”. Fotografi pre wedding adalah sesuatu hal yang menarik untuk didalami karena sifatnya yang “kompleks”. Untuk menguasainya, anda harus menggali teknik memotret orang (potrait), mengatur pose, hingga teknik berkreasi dengan sudut pandang memotret, namun juga untuk mendapatkan penghasilan atau bisnis. Hal tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti karena hal tersebut membuat jalur fotografi jadi bervariasi dan menarik. Pre wedding photography telah menjadi tren wajib bagi pasangan yang akan menikah. Bisa dibilang, Indonesia adalah negara satu-satunya yang mempopulerkan konsep ini. Padahal, secara konseptual di dunia fotografi, kegiatan ini tidak lazim.7

Demikian yang sempat diungkapkan oleh fotografer kawakan, Arbain Rambey dalam salah satu tulisannya di harian kompas. “ Istilah fotografi pre wedding punya kesalahan bahasa yang parah,”. Kata pertama menggunakan

bahasa Indonesia, namun kata selanjutnya adalah bahasa Inggris. Kalaupun dibuat benar secara tata bahasa Inggris adalah pre-wedding photography. Namun ini pun kesalahan yang makin salah, karena fotografer luar selain Indonesia akan binggung pada istilah ini karena ini termasuk tidak lazim dalam dunia fotografi mereka. “Fotografi pre wedding” muncul di Indonesia dan sampai saat ini hanya lazim dimasyarakat Indonesia. Fotografi pre wedding

7

Kusuma, Yuliandi. Trik Foto Pre-Wedding Kreatif (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010), hal. 3.


(17)

begitu biasa disebut terjadi karena pelaku fotografi „melebarkan’ market bisnis di dunia pernikahan sampai ke segala segi,” ungkapnya.8

Dalam dunia fotografi luar negeri, tidak mengenal istilah pre wedding photography, melainkan wedding photography. Secara teoritis orang Barat mengenal istilah ini sebagai Engagement Photo. Memotret pengantin saat kegiatan pemberkatan pose pengantin setelah pemberkatan didalam studio dan diluar studio. Bedakan dengan fotografi pre wedding di Indonesia yang memotret calon pengantin untuk keperluan detil pernikahan. Seperti sampul surat undangan, standing foto memasuki gerbang pernikahan dan sebagainya. Semuanya diatur dalam pose pengantin yang sedang berbahagia.9

Tren fotografi pre wedding berkembang sekitar akhir dekade ini karena kebutuhan calon pengantin untuk menampilkan foto diri mereka. Namun perkembangan ini sempat menimbulkan polemik. Dan tentunya permasalahan keluarnya fatwa haram hukumnya foto pre wedding oleh sebagian pendapat ulama, yang menimbulkan pro-kontra dalam masyarakat. Pada intinya dalam foto itu sendiri dalam fotografi pre wedding tidak ada masalah, yang jadi permasalahan adalah yang ditimbulkan dari fotografi pre wedding itu sendiri, seperti selama ini sering kita melihat pose-pose dalam foto pre wedding identik menampilkan adegan yang dilarang syariat agama, contohnya pose saat

8

http://www.fotografer.net/kompas-online, artikel diakses pada tanggal 7 Januari 2014 pukul 15.30

9

http://www.fotografer.net/kompas-online, artikel diakses pada tanggal 7 Januari 2014 pukul 15.30


(18)

berpelukan, berciuman dan pose sensual lainnya, itu yang mengakibatkan foto

pre wedding haram hukumnya.

Media online disini berusaha membentuk opini publik menurut kehendak media tersebut, setiap media mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menyajikan atau mengkonstruksi suatu realitas. Hal ini dapat terjadi dikarenakan setiap media memiliki ideologi yang berbeda-beda, sehingga pengambilan sudut pandang terhadap suatu realitas di sesuaikan dengan Ideologi media tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka untuk mengetahui lebih jauh isi teks berita mengenai larangan foto pre wedding dalam media online Detik.com dan Kompas.com serta analisis Framing dalam mengungkap berita seputar masalah yang terkandung didalamnya, peneliti bermaksud mengadakan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam skripsi berjudul “Analisis Framing Pemberitaan Foto Pre Wedding Pada Media Online Detik.com dan Kompas.com”

B. Fokus dan Rumusan Masalah

Fokus dari penelitian ini adalah pemberitaan larangan foto pre wedding pada Detik.com dan Kompas.com. berdasarkan fokus masalah diatas, maka rumusan masalahnya, adalah:


(19)

1. Bagaimana bingkai pemberitaan larangan foto pre wedding dalam model Robert N. Entman pada Detik.com?

2. Bagaimana bingkai pemberitaan larangan foto pre wedding dalam model Robert N. Entman pada Kompas.com?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok batasan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana Detik.com dan Kompas.com mengemas

berita mengenai larangan foto pre wedding

2. Untuk mengetahui bagaimana bingkai pemberitaan larangan foto pre wedding dalam model Robert N. Entman

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Dari segi akademis penelitian ini diharapkan menjadi sebuah sumbangan pemikiran, memperkaya ilmu dakwah dan ilu komunikasi melalui konsep analisis framing, dan metodologi penelitian kualitatif serta model Robert N.Entment.

Memberikan kontribusi keilmuan bagi pengembangan ilmu dakwah dan ilmu komunikasi (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai acuan referensi dalam penelitian selanjutnya.


(20)

2. Manfaat Praktis

Memberi kontribusi pada para praktisi media cetak dalam menganalisis berita melalui analisis framing dan manfaatnya dapat memberikan gambaran untuk penelitian selanjutnya dalam menganalisis suatu berita dalam media dengan menggunakan analisis framing, bagi praktisi dakwah dan praktisi komunikasi media cetak.

E. Kajian Pustaka

Maysayarah, penelitian ini menemukan mengenai pemberitaan-pemberitaan terorisme yang terjadi di indonesia. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan analisis framing model Robert N. Entman. Perbedaan penelitian ini terletak pada subyek dan obyek penelitian. Pada skripsi ini subyek yang diteliti adalah surat kabar Sindo dan obyek yang diteliti adalah berita-berita mengenai aksi terorisme yang terjadi di Indonesia.10

Fatimatuzzahro, penelitian ini membahas mengenai bagaimana harian umum Republika mengemas berita kriminal mutilasi. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan analisis framing model Robert N. Entman. Perbedaan

10Maysyarah, “Analisis Framing Berita Aksi Terorisme di Indonesia dalam Surat Kabar Sindo

(Seputar Indonesia),” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayutallah Jakarta,2010).


(21)

penelitian ini terletak pada surat kabar yang diteliti yaitu harian umum republika.11

Muhammad Rifad Syauqi menyimpulkan mengenai pengemasan berita yang dilakukan Media Indonesia terkait satu tahun SBY Budiono. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan model analisis framing model Robert N. Entman. Perbedaan penelitian ini terletak pada obyek penelitian yang meneliti tentang berita satu tahun SBY Budiono.12

F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, hal ini karena naturalistik, maksudnya adalah harus sesuai adanya, non-hitung, dengan wawasan seluas-luasnya dan alternatif sebanyak-banyaknya. Penulisan kualitatif adalah penelitian yang hasil temuannya tidak berdasar pada hitung-hitung-hitungan angka statistik.13 Penelitian ini bersifat deskriptif karena hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Peneliti ini tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi dan juga tidak menguji teori.

Penelitian deskriptif menurut Jalaludin Rakhmat ditujukan untuk:

11Fatimatuzzahro, “Analisis Framing Berita Kriminal Koran Harian Umum Republika,” (Skripsi

S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayutallah Jakarta,2009).

12

Muhammad Rifad Syauqi, “Analisis Framing Pemberitaan Satu Tahun SBY Budiono di

Harian Media Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam

Negri Syarif Hidayutallah Jakarta,2013)

13


(22)

1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada.

2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek yang berlaku.

3. Membuat perbandingan atau evaluasi.14

Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti yaitu data yang sebenarnya terjadi bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap.15

Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari penelitian jenis lainnya, diantaranya :

1. Latar alamiah

2. Manusia sebagai alat (instrumen) : disini sebagai obyek penelitian 3. Deskriptif: data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan

angka-angka.

4. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data penelitian kualitatif tidak menggunakan validitas, realibilitas, objektivitas, yang lazim digunakan dalam penelitian klasik.16

14

Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 25.

15

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), hal. 2.

16

Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya.2001), hal .4-8.


(23)

Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan and Biklen (1982) adalah sebagai berikut :

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) langsung kesumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.

2. Peneliti kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcame

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif

5. Penelitian kulitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).17

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analisis framing, yaitu model Robert N. Entman di mana dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai pembingkaian suatu teks yang tersaji dalam rubrik khusus mengenai pengharaman foto pre wedding dalam surat kabar Detik.com dan Kompas.com.

17


(24)

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini ialah dari Detik.com dan Kompas.com, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini ialah pemberitaan foto pre wedding atas fatwa MUI.

Tabel 1.1

Judul Berita Pada Detik.com dan Kompas.com

No. Edisi Judul Keterangan

1. 15 Januari 2010 “ketua MUI sependapat foto

pre weddingharam”

Detik.com

2. 17 Januari 2010 “ MUI : foto “pre wedding

masih boleh”. Kompas.com

4. Tahapan penelitian

Prosedur dalam melakukan penelitian adalah : a. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar penelitiannya lebih baik hasilnya dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematik sehingga mudah untuk diolah. Adapun yang menjadi instrumen penelitian ini adalah :


(25)

Penelitian analisis teks yang diambil dalam media massa online

mengenai pemberitaan foto pre wedding atas fatwa MUI pada detik.com dan kompas.com, yang penulis pilih dari berita yang dimuat dalam rubrik harian detik.com dan kompas.com, yakni sebanyak 2 berita diantaranya: ketua MUI sependapat foto pre wedding haram (15 Januari 2010) dan MUI : foto “pre wedding” masih boleh (17 Januari 2010)

2) Observasi

Dalam hal ini peneliti melakukan observasi teks. Observasi teks ini merupakan pengamatan yang bertujuan untuk menganalisa isi pesan yang terdapat dalam sebuah berita, kemudian peneliti melakukan pengamatan secara sistematis tentang fenomena yang terdapat pada harian Detik.com dan Kompas.com.

3) Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, diolah kedalam tabel,grafik, bagan dll.Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


(26)

Dalam pemberitaan foto pre wedding atas fatwa MUI pada Detik.com dan Kompas.com, penulis menggunakan teknik analisis

framing model Robert N. Entman. Dalam konsep framing Entman, digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing memberikan tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan/dianggap penting oleh pembuat teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan; membuat informasi lebih terlihat jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah diingat oleh khalayak.

Dalam konsep Entman terdiri dari empat konsep yaitu: Tabel 1.2

Konsep Entman18

Define Problem

(pendefinisian masalah)

bagaimana suatu peristiwa dilihat, sebagai apa, atau sebagai masalah apa.

Diagnoses Causes

(memperkirakan penyebab masalah)

peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa, apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah, siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah.

Make Moral Judgement

(membuat pilihan moral)

nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah, nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan.

Treatment Recommendation

(menekankan penyelesaian)

penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah atau isu, jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah.

18

Eriyanto, Analisis Framing: Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS, 2002), Cet ke-1 h. 186-189


(27)

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembatasan skripsi ini, secara sistematis penulisannya dibagi ke dalam lima bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan tentang keterangan-keterangan yang berisikan mengenai latar belakang, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian baik secara akademis maupun praktis, tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORITIS

Bab ini menerangkan tentang teori tentang framing, framing model Robert N. Entman, efek framing.

BAB III :PROFIL DETIK.COM DAN KOMPAS.COM

Pada bab ini berisikan tentang Gambaran umum, Profil Harian Detik.com, Sejarah Harian Detik.com, Visi dan Misi, Struktur redaksional serta Profil Harian Kompas.com, Sejarah Harian Kompas.com, Visi dan Misi, serta Struktur redaksional.


(28)

BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini menjelaskan Analisa Berita Foto Pre Wedding atas Fatwa MUI pada Detik.com, Analisis Framing Robert N. Entman, Analisa Berita Foto Pre Wedding Atas Fatwa MUI pada Kompas.com, Analisis Framing Robert N. Entman.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab akhir ini, penulis memberikan kesimpulan terhadap apa yang telah diteliti oleh penulis dalam karya ilmiah ini, serta memberikan saran-saran dan juga beberapa lampiran yang didapat oleh penulis.


(29)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Teori Tentang Framing 1. Konsep Framing

Analisis framing pada dasarnya merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Mulanya “frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisasikan pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas”.1

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media melalui proses konstruksi.2 Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta.3

Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih mudah diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Kata penonjolan

1

Alex Sobur, Analisis Teks: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 161-162.

2

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 3.

3

Alex Sibur, Analisis Teks: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 162.


(30)

didefinisikan sebagai sebuah informasi agar lebih diperhatikan, bermakna dan berkesan. Suatu peningkatan dalam penonjolan mempertinggi probabilitas penerima agar lebih memahami informasi, melihat makna tajam, lalu memprosesnya dan menyimpannya dalam ingatan.4

Analisis framing merupakan salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi karenanya, konsentrasi analisis paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstruksionis ini sering kali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna.5

Framing juga merupakan cara atau gaya bercerita yang digunakan oleh wartawan dalam media massa. Cara bercerita, berhubungan dengan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh wartawan. Perspektif wartawan dibutuhkan ketika menseleksi dan menulis isu berita, karena perspektif ini yang nantinya akan menjadi parameter untuk menentukan hal-hal apa saja yang perlu ditonjolkan dan dikabulkan dalam penulis berita.

Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta atau realitas, proses memilih fakta yang didasarkan pada asumsi wartawan, apa yang dipilih dan apa yang dibuang. Kedua, menulis fakta, proses ini berhubungan dengan bagaimana

4

Alex Sobur, Analisis Teks: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya.2001), h. 164.

5

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 37


(31)

fakta yang dipilih disajikan kepada khalayak. Analisis framing melihat bagaiman cara media memaknai, memahami, dan membingkai peristiwa yang diberitakan dengan jalan menguraikan dengan penjelasan panjang lebar.

Konsep framing sesungguhnya dapat dibedakan menjadi dua : a. Frame Media (Media Framing)

Menurut Robert N, Entman “frame” berarti memilih beberapa aspek dari

realitas yang tersepsikan dan membuatnya lebih penting dalam suatu pengkomunikasian teks, sedemikian rupa untuk mempromosikan definisi tertentu tentang suatu persoalan, interpretasi, penilaian moral, dan atau pemberian saran.

Pada dasarnya media framing adalah framing berita yang mencerminkan produk media sekaligus produk dari para wartawannya ketika harus mengidentifikasi dan mengklasifikasi serta kemudian menyampaikan informasi dan opini khalayak, dengan kata lain media framing pada hakikatnya merupakan konstruksi atau pendefinisian oleh media mengenai realitas suatu peristiwa-peristiwa yang ada atau terjadi dalam masyarakat.6 b. Frame Khalayak (Individual Audience Framing)

Menurut Robert N, Entman menyebutkan bahwa individual frame sebagai gagasan yang tersimpan dalam pemikiran yang dapat membimbing seseorang dalam memproses informasi, dimana gagasan yang dimaksud bersifat umum dan garis besar serta menyangkut kurun waktu yang lama

6


(32)

namun dapat juga bersifat spesifik dan menyangkut kurun waktu relatif pendek berkenaan dengan peristiwa-peristiwa atau isu-isu tertentu.7

Proses framing sebagai metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang sesuatu kejadian dibalikkan secara halus dengan memberikan sorotan kepada aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu dan dengan bantuan foto, karikatur dan alat ilustrasi lainnya.8 proses framing digambarkan sebagai berikut :

a. Proses framing merupakan bagian tak terpisahkan dari proses penyuntingan yang melibatkan semua pekerja dibagian keredaksian media cetak, redaktur dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur pelaksana menentukan apakah laporan si reporter akan dimuat atau tidak, serta menentukan judul yang akan diberikan.

b. Proses framing tidak hanya melibatkan para pekerja pers tetapi juga pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus informasi yang ingin ditonjolkannya (sambil menyembunyikan sisi lain). Proses framing menjadikan media massa sebagai arena dimana informasi tentang masalah tertentu diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara berbagai pihak

yang sama-sama menginginkan pandangannya didukung pembaca.

7

Prawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS.2007.h.191

8

Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LKIS.2002.h.22


(33)

2. Metode Penelitian Analisis Framing

Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian kulitatif dengan studi analisis framing.

Menurut Bogdan dan Taylor, metode kulitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku orang-orang yang diamati. Dengan kata lain, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara utuh. Dengan demikian, tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagian dari keutuhan. 9

Sedangkan penelitian menurut jenis data dan analisis terbagi menjadi dua, antara lain :

1. Peneltian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan data kualitatif ( data yang berbentuk data, kalimat, skema, dan gambar )

2. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data kuantitatif ( data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan)

Dalam penjelasan diatas jelas terlihat data-data yang disajikan nantinya dalam penelitian adalah secara kata-kata dan tidak menggunakan data angka-angka atau statistik. Penelitian akan melakukan studi framing tentang pemberitaan yang ditulis di media online Detik.com dan Kompas.com yang memberitakan tentang pengharaman foto pre wedding terhadap fatwa MUI yang telah dikeluarkan oleh media online.

9


(34)

3. Framing Model Robert N.Entman

Robert N.Entman adalah salah seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.

Tabel 2.1

Entman Melihat dalam Dua Dimensi10

Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan

pemilihan fakta . dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung didalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memiliki aspek tertentu dari suatu isu.

Penonjolan aspek tertentu dari isu Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis?

Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

10


(35)

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan.

Dalam konsep Entman terdiri dari empat konsep yaitu: Tabel 2.2

Konsep Entman11 Define Problems (pendefinisian masalah)

Bagaimana suatu peristiwa dilihat, sebagai apa, atau sebagai masalah apa. Diagnose Causes (memperkirakan

penyebab masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa, apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah, siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah.

Make Moral Judgement (membuat pilihan Moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah, nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendeligimtimasi suatu tindakan. Treatment Recommendation

(menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah atau isu, jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah.

11


(36)

Define problems (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master

frame/bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.

Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaiman peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.

Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.

Elemen framing lain adalah Treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu


(37)

tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.12

4. Efek Framing

Media massa pada dasarnya adalah media diskusi publik tentang suatu masalah yang melibatkan tiga pihak: wartawan, sumber berita, dan khalayak. Ketiga pihak itu mendasarkan keterlibatannya pada peran sosial masing-masing dan hubungan diantara mereka terbentuk melalui operasionalisasi teks yang mereka konstruksi. Media massa dilihat sebagai forum bertemunya pihak-pihak dengan kepentingan, latar belakang dan sudut pandang yang berbeda-beda. Setiap pihak yang berbeda-beda. Setiap pihak berusaha untuk menonjolkan basis penafsiran, klaim atau argumentasi masing-masing, berkaitan dengan persoalan yang diberitakan. Setiap pihak juga menggunakan bahasa-bahasa simbolik atau retorika dengan konotasi tertentu.

Peristiwa-peristiwa penting yang bersentuhan langsung dengan kepentingan publik selalu menarik perhatian masyarakat dan memfokuskannya pada problem sosial tertentu. Peristiwa ini umumnya mendorong kalangan media untuk menghadirkan suatu diskusi di mana semua pihak dapatb menyuarakan pendapat dan penafsirannya tentang peristiwa itu sendiri dan masalah sosial yang terkandung di dalamnya.

12


(38)

Seleksi isu, aspek memilih isu ini berkaitan dengan pemilihan fakta. Bagian mana yang akan diliput oleh wartawan dari suatu isu/peristiwa? Aspek memilih fakta tidak dapat dilepaskan bagaimana fakta dipahami oleh media. Ketika melihat peristiwa, wartawan mau tidak mau memakai kerangka konsep dan abstraksi dalam menggambarkan realitas.

Penonjolan aspek tertentu dari suatu isu sangat berkaitan dengan penulisan fakta. Proses ini mau tidak mau sangat berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas untuk dibaca oleh khalayak. Pilihan kata-kata tertentu yang dipakai tidak sekedar teknis jurnalistik, akan tetapi sebagai politik bahasa.13

13


(39)

BAB III

PROFIL DETIK.COM DAN KOMPAS.COM

A. Sejarah Umum Detik.com

Detik.com lahir diprakarsai oleh beberapa wartawan dari berbagai media di Indonesia pada Oktober 1995. Mereka adalah Budiono Darsono (mantan wartawan Tempo dan mantan Redpel Detik), Yayan Sopyan dan Didi Nugrahadi (mantan redaktur majalah Detik) serta Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo) yang bermaksud mendirikan bisnis internet (www.agrakom.com).1

Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, banyak media cetak yang mulai berpindah menjadi media online hanya dengan memindahkan berita dari media cetak ke blog internet. Konsep media internet atau lebih dikenal dengan istilah media online ini tidak memiliki kendala waktu juga batasan halaman dan ruang. Oleh karena itu, Budiono (kini menjabat pemimpin Redaksi Detik.com) bersama ketiga rekannya di agrakom sepakat mengadopsi konsep media online ini pada 9 Juli 1998 dan lahirlah media online Detik.com.

Detik.com (http://www.detik.com) yang banyak orang dinilai sebagai pelopor praktek pers online di Indonesia. Detik.com bukan hanya mempercayakan format penerbitnya dalam bentuk halaman-halaman Web saja tanpa versi cetak, namun juga memang sejak awal dirancang dengan

1

Company Profile Detik.com.


(40)

mengakomodasi dan memanfaatkan kecanggihan, kemudahan dan keleluasaan yang menjadi karakter teknologi Web. Bersamaan dengan itu, Detik.com memang sengaja dirancang bagi pengakses internet yang mempunyai kultur agak berbeda dengan pembaca media tradisional.

Januari 2001 Detik.com memindahkan kantornya yang semula berada di kawasan kompleks perkantoran di sekitar stadion lebak bulus ke wisma pondok indah. Kantor yang berjarak 20 meter dari Pondok Indah Mall II ini ternyata tidak mampu menampung banyaknya organisasi redaksional Detik.com yang tumbuh dan semakin berkembang.

Pada akhirnya akhir desember 2006, Detik.com kembali pindah kantor di Aldevco Octagon Building, yang terletak di jalan Warung Buncit Raya No.75, Jakarta Selatan 12740 menjadi pilihan untuk kantor baru Detik.com hingga saat ini. Di gedung ini, Detik.com menempati lantai dua dengan luas 1.046 meter persegi, atau dua kali lipat dibandingkan kantor sebelumnya. Dengan space yang cukup luas ini, Budi Dharsono dkk berharap bisa mengimbangi irama perkembangan media online Detik.com yang semakin berkembang.

Dalam pemberitaan Detik.com lebih memilih berita konservatif. Walaupun internet dikenal sangat bebas, namun Detik.com justru tidak memilih bebas dalam arti sebebas-bebasnya, tetapi tetap menjalankan prinsip-prinsip jurnalistik yang berlaku, termasuk penyajian secara cover.

Kepercayaan adalah target utama Detik.com, hal ini terbukti dengan banyaknya media cetak yang mengkutip pemberitaan Detik.com. Bahkan media


(41)

cetak, ada yang tidak saja mengkutip, tetapi juga menirukan berita Detik.com secara utuh, terutama media-media di daerah. Yang menjadi target pembaca Detik.com bukanlah perusahaan pers, melainkan end user. Karena itulah Detik.com tidak bisa disebut sebagai kantor berita.

1. Visi dan Misi Media Online Detik.com Visi

- Menjadi perusahaan yang lebih besar dan menjadi pemain tunggal atau utama dalam industri periklanan online ataupun mobile industri.

Misi

- Menyajikan informasi yang akurat, rinci dan cepat kepada masyarakat

- Tidak adanya periodesasi seperti harian, mingguan, bulanan seperti media cetak lainnya. Ini menunjukkan Detik.com memberikan berita yang segar dan terpercaya

- Mengupdate masyarakat untuk dapat lebih cepat mendapatkan berita atau informasi lainnya lewat internet (Company Profile Detik.com).

2. Kanal Detik.com

- DetikNews : berisi tentang informasi berita politik – peristiwa. - DetikFinance : memuat berita ekonomi dan keuangan.

- DetikFood : informasi tentang resep makanan dan kuliner. - DetikHot : berisi info gosip artis / selebritis dan infotaiment.


(42)

- DetikNet : memuat informasi teknologi informasi. - DetikSport : berisi info olahraga termasuk sepak bola. - DetikHealth : memuat info dan artikel kesehatan. - DetikTv : memuat info mengenai video (tv berita). - DetikFoto : memuat berita tentang foto.

- DetikTravel : memuat informasi tentang liburan dan pariwisata. - DetikSurabaya : memuat info mengenai surabaya dan provinsi

jawa timur.

- DetikBandung : memuat info mengenai bandung dan provinsi jawa barat.

- DetikForum : tempat diskusi online antar forum pengguna detik.com.

- BlogDetik : tempat mengakses berisi info atau artikel.

- Wolipop : berisi informasi mengenai wanita dan gaya hidup.

- TanyaSaya : tempat para pengakses tanya jawab mengenai hal apapun.

- DetikMap : semacam alat/tool untuk melihat peta lokasi. - IklanBaris : berisi iklan yang langsung di isi konsumen. - MyTrans : live streaming dari trans tv dan trans 7. - HarianDetik : berisi berita dalam bentuk koran digital. - Detikoto : memuat informasi mengenai otomotif.


(43)

3. Redaktur Detik.com pusat

Pemimpin redaksi : Budiono Darsono Wakil pemimpin redaksi : Ine Yordenaya Dewan redaksi : Iin Yumianti Redaktur eksekutif : Nurul Hidayati

Redaktur pelaksana : Andi A (detik sport), Is Mujiarso (detik hot), Wicaksono dan Hidayat (detiknet), Indra S.(detik news), Nurul Qomariyah (detik finance), Dadan K. (detik oto), Irna Gustia (detik health), Iin Yumianti (new media).2

4. Struktur Organisasi Detik.com Pusat

Komisaris Utama : Drs. Raden Suroyo Bimantoro Wakil Komisaris Utama : Zainal Rahman

Komisaris : Sutrisno Iwanto dan Calvin L

Direktur Utama : Abdul Rahman

Wakil Dirut : Budiono Darsono

Direktur Sales dan Marketing : Nur Wahyuni.S

Direktur IT : Andy S. Huzin

Direktur Keuangan dan HRD : Warnedy

2


(44)

B. Sejarah Umum Kompas.com

Kompas.com berdiri pada tahun 1997 dengan nama Kompas Online. Saat itu, Kompas Online hanya berperan sebagai edisi internet dari Harian Kompas. Kemudian pada tahun 1998, Kompas Online merubah namanya menjadi Kompas.com dengan berfokus pada pengembangan isi, desain dan strategi pemasaran yang baru. Kompas.com pun memulai langkahnya sebagai portal berita terpercaya di Indonesia.

Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 2008 Kompas.com tampil dengan perubahan penampilan yang signifikan. Mengusung ide “Reborn”, Kompas.com membawa logo, tata letak, hingga konsep baru didalamnya. Lebih kaya, lebih segar, lebih elegan dan tentunya tetap mengedepankan unsur user – friendly dan

advertiser – friendly.3

Sinergi ini menjadikan Kompas.com sebagai sumber informasi lengkap, yang tidak hanya menghadirkan berita dalam bentuk teks, namun juga gambar, video, live streaming. Perubahan ini pun mendorong bertambahnya pengunjung aktif Kompas.com di awal tahun 2008 yang mencapai 20 juta pembaca aktif perbulan, dan total 40 juta page views/impression per bulan. Saat ini, kompas.com telah mencapai 120 juta page view perbulan.

Pada tahun tersebut juga mulai ditampilkan channel - channel atau kanal – kanal di halaman depan Kompas.com. kanal – kanal ini didesain sesuai dengan tema berita dan membuat setiap pengelompokkan berita memiliki karakter.

3


(45)

1. Visi dan Misi Media Online Kompas.com Visi

- Menjadi perusahaan terbesar, terbaik, terpadu, dan tersebar di Asia Tenggara. Melalui usaha berbasis pengetahuan untuk menciptakan masyarakat terdidik, tercerahkan, menghargai kebhinekaan, adil, dan sejahtera.

Misi

- Kompas.com memulai langkahnya sebagai portal berita terpercaya di Indonesia. - Berita yang ditulis secara berani, kritis dan tajam.

- Lebih kaya, lebih segar, lebih elegan dan tentunya tetap mengedepankan unsur user – friendly dan advertiser – friendly.

- Sinergi ini menjadikan Kompas.com sebagai sumber informasi lengkap, yang tidak hanya menghadirkan berita dalam bentuk teks, namun juga gambar, video, live streaming.

- Kompas.com juga telah menciptakan komunitas menulis dengan konsep citizen journalism dalam kompasiana. Setiap anggota Kompasiana dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video.4

4


(46)

2. Kanal Kompas.com - KOMPAS Female

Memuat informasi seputar dunia wanita: tips-tips seputar karier, kehamilan, trik keuangan serta informasi belanja.

- KOMPAS Bola

Tempat akurat untuk mengetahui update skor, berita seputar tim dan pertandingan sepak bola.

- KOMPAS Health

Berisi tips-tips dan artikel tentang kesehatan, informasi medis terbaru, beserta fitur informasi kesehatan interaktif.

- KOMPAS Tekno

Mengulas gadget-gadget terbaru di pasaran, menampilkan review produk dan beragam berita teknologi

- KOMPAS Entertainment

Menyajikan berita-berita selebriti, ulasan film, musik dan hiburan dalam dan luar negeri.

- KOMPAS Otomotif

Menampilkan berita-berita seputar kendaraan, trend mobil dan motor terbaru serta tips-tips merawat kendaraan.

- KOMPAS Properti

Memuat direktori lengkap properti dan artikel tentang rumah, apartemen serta tempat tinggal.


(47)

- KOMPAS Images

Menyajikan foto-foto berita berkualitas dalam resolusi tinggi, hasil pilihan editor foto KOMPAS.com.

- KOMPAS Karier

Kanal yang tak hanya berfungsi sebagai direktori lowongan kerja, namun juga sebagai one-stop career solution bagi para pencari kerja maupun karyawan.

Kompas.com juga telah menciptakan komunitas menulis dengan konsep citizen journalism dalam kompasiana. Setiap anggota Kompasiana dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video. Kompasiana juga melibatkan kalangan jurnalis Kompas Gramedia dan para tokoh masyarakat, pengamat serta pakar dari berbagai bidang, keahlian dan disiplin ilmu untuk ikut berbagi informasi, pendapat dan gagasan. Kompasiana, yang setiap hari melahirkan 300 hingga 400 tulisan telah berhasil membangun komunitas jurnalisme warga yang mencapai 50.000 anggota.


(48)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Bingkai Pemberitaan Model Robert N.Entman 1. Detik.com 15 Januari 2010

Judul : Ketua MUI sependapat foto pre wedding haram Tanggal : 15 Januari 2010

Didalam pemberitaan Detik.com mengenai larangan adanya foto pre wedding ini memang diamini oleh ketua MUI yaitu KH.Cholil Ridwan yang sependapat dengan forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri. Merujuk ajaran Islam sebelum menikah seperti suami istri memang haram hukumnya. Kalau sudah menikah di foto dengan pose suami istri itu tidak apa-apa, itu tidak melanggar syariat, jelasnya. Karena foto pre-wedding itu sudah merupakan budaya, seperti halnya pacaran itu sebenarnya haram, karena sudah jadi budaya, sepertinya tidak haram.

KH.Cholil Ridwan menegaskan bahwa yang menjadi masalah didalam foto pre wedding adalah berpose layaknya suami istri dan dia juga menegaskan bahwa MUI pusat tidak akan membahas hal itu sepanjang tidak ada permintaan ke masyarakat atau ke lembaga.


(49)

Tabel 4.1

Bingkai Pemberitaan Entman

15 Januari 2010 Ketua MUI Sependapat Foto Pre Wedding Haram

Define Problems (pendefinisian masalah)

KH.Cholil Ridwan selaku ketua MUI pusat mengamini dan memberikan pendapat bahwa foto pre wedding haram yang dikeluarkan oleh forum bahtsul masail.

Diagnose Causes (memperkirakan penyebab masalah)

Ketua MUI menjelaskan bahwa “kalau dikembalikan ke syariat, saya tidak keberatan atas fatwa itu”

Make Moral Judgement (membuat pilihan moral)

Menurut penjelasan KH.Cholil Ridwan selaku ketua MUI :

-Kalau foto laki-laki dan perempuan sebelum menikah seperti suami istri memang haram hukumnya.

Treatment

Recommendation (menekankan penyelesaiannya)

KH.Cholil Ridwan menegaskan MUI pusat tidak akan membahas hal itu sepanjang tidak ada permintaan ke masyarakat atau ke lembaga. Artinya MUI pusat tidak mengeluarkan berupa fatwa tentang persoalan tersebut.

Define Problems, dalam pemberitaan Detik.com ini , pendefinisian masalahnya adalah KH.Cholil Ridwan selaku ketua MUI pusat mengamini dan memberikan pendapat bahwa foto pre wedding haram sebagaimana dengan fatwa yang dikeluarkan oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri. Seperti yang terlihat pada judul berita yang ditulis Detik.com Jum’at, 15 Januari 2010, “Ketua MUI Sependapat Foto Pre

Wedding haram”. Judul yang diangkat menggambarkan bahwa foto pre

wedding haram sebagaimana dengan keluarnya fatwa oleh forum bahtsul masail


(50)

Ponpes Lirboyo, Kediri pada waktu yang lalu. Dan di perkuat dengan pendapat ketua MUI pusat KH.Cholil Ridwan.

Kejadian tersebut diawali Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri 14 Januari 2010 usai menghadiri forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) pada waktu yang lalu tentang pembahasan foto pre wedding dalam keputusannya haram pembuatan foto pre wedding.

Pendapat KH.Cholil Ridwan tentang foto Pre Wedding terlihat dalam teks:

Pengharaman fotografi pra nikah (pre wedding) forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri, diamini oleh ketua MUI KH.Cholil Ridwan. KH.Cholil Ridwan setuju karena itu selaras dengan ajaran islam. Kalau dikembalikan dengan syariat islam, dia tidak keberatan dengan fatwa itu, ujarnya.

Diagnose Causes, pada berita ini Detik.com memberitakan tentang bagaimana pengharaman pembuatan foto pre wedding yang dikeluarkan oleh hasil keputusan forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se. Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri. Kemudian di amini oleh pendapat Ketua MUI KH.Cholil Ridwan dengan memberikan penjelasan merujuk dengan syariat secara agama Islam. Yang menjadi perkiraan sumber masalahnya adalah pengharaman foto pre


(51)

wedding oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri. Yang kemudian disetujui oleh pendapat Ketua MUI pusat KH.Cholil Ridwan, keadaan ini menimbulkan pro-kontra di kalangan sebagian masyarakat khususnya para kalangan fotografer selaku yang melakoni bidang fotografi pre wedding dimana merupakan suatu pekerjaannya dan juga para kalangan ulama khususnya.

Hal ini dapat terlihat di teks :

KH.Cholil Ridwan setuju, karena hal itu selaras dengan ajaran islam. “Kalau di kembalikan dengan syariat, saya tidak keberatan dengan fatwa itu, “Ujar Cholil pada Detik.com.

Ucapan ketua MUI pusat Cholil Ridwan menggambarkan dengan jelas dia menyetujui bahwa foto pre wedding haram hukumnya karena hal itu selaras dengan ajaran islam dan dikembalikan pada syariat agama islam. Dan mengamini fatwa yang dikeluarkan oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri.

Terlihat jelas permasalahan yang menimbulkan pro-kontra dalam masyarakat ini khususnya para pelaku bidang fotografi yaitu fotografer dan para ulama khususnya para ulama MUI adalah dengan keluarnya pengharaman foto

pre wedding oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes


(52)

Lirboyo, Kediri. Di amini atau disetujui oleh pendapat Ketua MUI pusat yaitu KH.Cholil Ridwan.

Make Moral Judgement, penilaian moral yang terkandung dalam berita Ketua MUI sependapat foto pre wedding haram di Detik.com dan terlihat dengan pernyataan yang menjelaskan foto pre wedding dapat dikatakan haram hukumnya. Pernyataan KH.Cholil Ridwan yaitu, pertama, “ Pasangan sebelum menikah di foto dengan pose selayaknya telah menikah melanggar syariat agama, merujuk ajaran Islam sebelum menikah seperti suami istri memang haram hukumnya”. Kedua, “ Kalau sudah menikah di foto dengan pose seperti

suami istri itu tidak apa-apa, itu tidak melanggar syariat, jelasnya. Karena foto pre wedding itu sudah merupakan budaya, seperti halnya pacaran itu sebenarnya haram, karena sudah jadi budaya, sepertinya tidak haram. Dan dia menegaskan, yang jadi masalah pada foto pre wedding adalah foto berpose layaknya suami istri”.

Berikut kutipan pernyataan KH.Cholil Ridwan :

Jika merujuk ke ajaran Islam, lanjut Cholil, foto laki-laki dan perempuan sebelum menikah seperti suami istri memang haram hukumnya. “Kalau sudah nikah difoto dengan pose suami istri itu tidak apa-apa. Itu tak langgar syariat, “ jelasnya. Menurut Cholil, saat ini, seperti halnya pacaran, foto pre wedding


(53)

sepertinya tidak haram. Masalahnya kan mereka foto berpose suami istri,” katanya.

KH.Cholil Ridwan menyatakan bahwa dalam syariat agama islam tidak mengenal istilah pacaran. Dan foto pre wedding itu dilakukan sebelum adanya pernikahan. Jelas perlu adanya penjelasan dari para ahli agama Islam khususnya MUI, juga selama ini yang beredar di masyarakat foto-foto yang di tunjukkan foto pre wedding itu sendiri identik dengan pose-pose seperti layaknya pasangan yang sudah menikah atau pose yang terlalu berlebihan tentunya jelas dilarang oleh syariat agama, seperti foto dengan adegan mesra seperti berciuman, berpelukan.

Dalam pemberitaan ini, dengan pendapat dari ketua MUI pusat KH.Cholil Ridwan sekaligus mengajarkan dan memberikan nasihat kepada masyarakat khususnya para pelaku fotografer itu sendiri untuk memperhatikan nilai-nilai agama dalam kehidupan dalam melakukan sesuatu karena di negara kita mayoritas masyarakat menganut agama Islam dan menyangkut kepentingan manusia terutama saat melakukan pengambilan foto itu sendiri. Karena hasil foto dapat membuat intepretasi publik dan juga opini publik tergantung hasil foto yang di tunjukkan. Bagaimanapun ideologi atau agama disini yang menjadi nilai dan norma dalam kehidupan bermasyarakat.

Treatment Recommendation, penekanan penyelesaian dalam permasalahan ini adalah ketua MUI pusat KH.Cholil Ridwan yang menegaskan bahwa MUI pusat tidak akan membahas hal itu sepanjang tidak ada permintaan


(54)

ke masyarakat atau ke lembaga. Artinya, MUI tidak mengeluarkan berupa fatwa tentang persoalan tersebut. Kalau ada lembaga pribadi yang meminta MUI agar memberikan fatwa, MUI berkewajiban menjawabnya, tapi memang selama ini tidak ada permintaan dari masyarakat

Hal ini dapat dilihat di teks :

Namun begitu, Cholil mengaku MUI pusat tidak akan membahas hal itu sepanjang tidak ada permintaan dari masyarakat ke lembaga. “Kalau ada lembaga atau pribadi yang meminta MUI agar memberikan fatwa, MUI berkewajiban menjawabnya, tapi memang selama ini tidak ada permintaan dari masyarakat. MUI sudah sibuk dengan permintaan (fatwa) yang menumpuk itu”, jelasnya.

Situasi yang menimbulkan pro - kontra dalam sebagian masyarakat pada pemberitaan di Detik.com, banyak yang mengira dari masyarakat pada umumnya dan fotografer bahwa fatwa tentang foto pre wedding haram di keluarkan oleh MUI, padahal sebenarnya MUI tidak pernah mengeluarkan fatwa tersebut secara formal atau resmi. Karena realitanya tidak ada permintaan dari lembaga atau masyarakat yang meminta MUI untuk mengeluarkan fatwa tersebut. Karena hal tersebut banyak yang salah paham dan salah pandang terhadap MUI. Karena MUI disini berperan sebagai penengah dari permasalahan pro – kontra dalam masyarakat yang terlibat dan MUI menjelaskan permasalahan tersebut secara syariat islam.


(55)

Berdasarkan framing dari keempat aspek tersebut, maka berita ini dapat dipandang pula dari dua dimensi besar framing Robert N.Entman, yaitu mengenai seleksi isu dan penonjola aspek realitas atau tertentu. Pada dimensi seleksi isu, Detik.com menyeleksi tentang persoalan pengharaman foto pre wedding yang di keluarkan oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri. Dan kemudian hasil keputusan tersebut diamini dengan pendapat oleh ketua MUI pusat KH.Cholil Ridwan yang setuju dengan hal tersebut karena tidak selaras dengan ajaran islam.

Sementara pada Dimensi peninjolan aspek realitas atau tertentu, Detik.com menonjolkan pada kalimat – kalimat yang menggambarkan suatu nasihat dengan menjelaskan permasalahan yang terjadi dalam realita kehidupan masyarakat dengan berdasarkan syariat dan merujuk dengan ajaran Agama Islam. Dengan judul berita di Detik.com “Ketua MUI Sependapat Foto Pre WeddingHaram” karena, sebelum di keluarkan pengharaman foto pre wedding oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri, foto pre wedding identik dengan pose – pose layaknya pasangan yang telah menikah, karena hal tersebut tidak selaras dengan syariat agama Islam seperti halnya pacaran yang tidak di perbolehkan demikian pendapat ketua MUI pusat KH.Cholil Ridwan.


(56)

Judul berita tersebut mewakili, bahwa MUI sebagai lembaga agama itu sendiri tidak mengeluarkan fatwa tentang permasalahan tersebut, melainkan MUI yang diwakili oleh Ketua MUI pusat KH.Cholil Ridwan mengeluarkan pendapat tentang permasalahan serta penjelasan mengenai permasalahan tersebut.


(57)

B. Bingkai Pemberitaan Kompas.com Model Robert N.Entman 1. Kompas.com 17 Januari 2010

Judul : “MUI: Foto “pre wedding” masih boleh” Tanggal : 17 Januari 2010

Penegasan dari wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh pre wedding yang dikeluarkan oleh Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3), dari hasil bahtsul masail beberapa waktu lalu bahwa pemotretan pre wedding atau pengambilan foto sebelum mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan.

Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh tentang pengharaman pembuatan foto pre wedding yang dikeluarkan oleh Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3), dari hasil bahtsul masail beberapa waktu lalu, dia memberikan penegasan bahwa pemotretan pre wedding atau pengambilan foto sebelum mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan, apabila pengambilan foto tersebut untuk mengenalkan siapa yang akan menikah. Itu tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i. Dengan demikian, ia mengatakan bahwa pengambilan foto pre wedding tidak dilarang.


(58)

Tabel 4.2

Bingkai Pemberitaan Entman Define Problems

(pendefinisian masalah)

Pernyataan Wakil Sekertaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh yang menegaskan bahwa pemotretan pre wedding atau pengambilan foto sebelum mengadakan pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan. Apabila foto tersebut untuk mengenalkan siapa yang akan menikah, itu tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i. Dengan demikian, dia mengatakan bahwa pengambilan foto untuk pre wedding tidak dilarang tetapi dengan pengecualian kalau foto pre wedding dia ambil dengan adegan mesra atau berciuman jelas itu tidak boleh.

Diagnose Causes (memperkirakan penyebab masalah)

- (apa) Asrorun Ni’am Sholeh sebagai Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI memberikan penegasan tentang wacana haram foto pre wedding

- (siapa) Asrorun Ni’am Sholeh memberikan pernyataan tentang pengharaman foto pre wedding oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri bahwa pemotretan pre wedding atau pengambilan foto sebelum mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan.

Make Moral

Judgement

Pernyataan Asrorun Ni’am Sholeh tentang wacana haram pada foto pre wedding yang dikeluarkan oleh Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur, ia memberikan penegasan bahwa :

- Pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah itu tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i,

- Pre wedding tidak dilarang “Foto Pre wedding itu kan biasa dipakai di undangan atau ketika acara pernikahan, kecuali jika foto diambil dengan berciuman, jelas tidak boleh.

Treatment

Recommendation(m enekankan

penyelesaian)

Pernyataan Asrorun Ni’am Sholeh menanggapi bahwa wacana foto pre wedding haram yang dikeluarkan oleh Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur, Kediri. Ia menegaskan pembuatan foto pre wedding tidak apa-apa selama tidak melanggar syar’i dan tentunya ada pengecualian bahwa bisa dikatakan haram apabila foto pre wedding dengan adegan berciuman dan berpelukan.


(59)

Define Problems, dalam pemberitaan pada Kompas.com ini, pendefinisian masalahnya adalah pernyataan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh yang menegaskan bahwa pemotretan pre wedding

atau pengambilan foto sebelum mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan, pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah itu tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i, akan tetapi apabila pengambilan foto pre wedding dengan adegan mesra seperti berciuman jelas itu suatu perbuatan yang diharamkan. Seperti yang terlihat pada headlines atau judul berita yang ditulis Kompas.com Minggu, 17 Januari 2010,

“MUI: Foto “Pre Wedding” Masih Boleh”. Judul yang diangkat

menggambarkan bahwa foto pre wedding ,masih bisa diperbolehkan tetapi dengan adanya ketentuan yang tidak melanggar syariat agama Islam, sebagaimana dengan keluarnya rumusan haram pembuatan foto pre wedding

oleh forum bahtsul masail Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri pada waktu yang lalu.

Kejadian tersebut diawali Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri 14 Januari 2010 usai menghadiri forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) pada waktu yang lalu tentang pembahasan foto pre wedding dalam keputusannya haram pembuatan foto pre wedding


(60)

Pernyataan Asrorun Ni’am Sholeh tentang foto pre wedding terlihat dalam teks :

JAKARTA, KOMPAS.com. Pemotretan pre wedding atau pengambilan foto sebelum mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan. Hal tersebut ditegaskan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrosun Ni’am Sholeh, Ketika dihubungi Kompas.com di Jakarta, Minggu (17/1/2010).

Diagnose Causes, pada berita ini, Kompas.com memberitakan tentang pernyataan dari wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh sebagaimana pengharaman pembuatan foto pre wedding yang dikeluarkan oleh hasil keputusan forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri. Yang kemudian Asrorun Ni’am Sholeh menegaskan bahwa pembuatan foto pre wedding itu untuk mengenalkan siapa yang menikah merupakan suatu yang tidak apa-apa dengan pengecualian bahwa selama tidak melanggar ketentuan syariat agama Islam tentunya. Yang menjadi perkiraan sumber masalahnya adalah pengharaman foto pre wedding oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMP3) se- jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri. Keadaan ini menimbulkan pro-kontra di kalangan masyarakat khususnya para kalangan fotografer selaku yang melakoni bidang fotografi pre wedding dimana


(61)

merupakan suatu pekerjaannya dan juga para kalangan ulama khususnya para Ulama MUI.

Hal ini dapat terlihat di teks :

“pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah itu tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i” ujar Ni’am. Pada pernyataan dari Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asronun Ni’am Sholeh bahwa pembuatan foto pre wedding masih bisa di perbolehkan tetapi selama tidak melanggar ketentuan syar’i, ketentuan tidak melanggar syar’i disini artinya, pada proses pembuatan foto pre wedding tidak melakukan adegan atau pose mesra seperti halnya berciuman. Pada pemberitaan Kompas.com disini menggambarkan bahwa keadaan yang menimbulkan pro-kontra dalam sebagian masyarakat dari persoalan wacana haram foto pre wedding untuk contoh bentuk pro terhadap wacana tersebut tidaklah selamanya dari kalangan Ulama khususnya MUI, maksudnya janganlah kita salah mempersepsikan sebelum kita mengambil keputusan.

Make Moral Judgement, penilaian moral yang terkandung di dalam berita “MUI: Foto “Pre Wedding” Masih Boleh”, pada Kompas.com terlihat dari hasil pernyataan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh wacana haram pada foto pre wedding yang dikeluarkan oleh Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur, dia memberikan penegasan bahwa pemotretan pre wedding atau pengambilan foto sebelum


(62)

mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan, pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah itu tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i.

Menurutnya pembuatan foto pre wedding tidak dilarang. Foto pre wedding itu kan biasa dipakai di undangan atau ketika acara pernikahan, terkecuali jika foto diambil dengan berciuman,

Berikut kutipan pernyataan dari Asrorun Ni’am Sholeh:

“pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah itu tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i,” ujar Ni’am. Dengan demikian, dia mengatakan bahwa pengambilan foto untuk pre wedding tidak dilarang. “Foto pre wedding itu kan biasa dipakai di undangan atau ketika acara pernikahan, kecuali jika foto diambil dengan berciuman, jelas tidak boleh,” tandasnya.

Dengan pernyataan Asrorun Ni’am Sholeh dengan dia memberikan penegasan bahwa pembuatan foto pre wedding bukanlah suatu perbuatan yang diharamkan. Tetapi jelas ada pengecualian yang tertulis pada berita Kompas.com apabila foto pre wedding di tampilkan dengan adegan atau pose mesra seperti halnya berciuman itu merupakan suatu yang dilarang karena menampilkan foto terutama foto pre wedding dengan adegan mesra seperti pelukan, ciuman ataupun berpegangan tangan merupakan sesuatu yang melanggar syariat agama, apalagi yang menjadi obyek dari foto tersebut belum ada ikatan pernikahan. Sebagai umat beragama yang mayoritas negara kita


(63)

adalah agama Islam haruslah kita mrnyadari bahwa kita harus menanamkan nilai-nilai agama dalam kehidupan yang menyangkut kepentingan pribadi. Karena dengan menampilkan foto adegan mesra akan menimbulkan dampak negatif dan menimbulkan interpretasi publik dan opini publik yang negatif juga. Dan menanggapi persoalan tersebut tergantung dan dikembalikan lagi kepada masyarakat itu sendiri. Pada pemberitaan Kompas.com disini menggambarkan bahwa tidak selamanya dari kalangan Ulama khususnya MUI menanggapi persoalan tersebut dan sependapat dengan wacana pre wedding haram, pada berita dari Kompas.com memberikan klarifikasi, situasi yang menimbulkan pro – kontra dari sebagian masyarakat agar tidak salah memandang, memahami dan mempersepsikan tentang MUI atau tidak menyudutkan MUI, karena MUI disini hanya memberikan pendapat pribadi masing-masing terkait dengan persoalan tersebut.

Treatment Recommendation, penekanan penyelesaian dalam permasalahan ini Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh menegaskan bahwa disamping menurutnya pembuatan foto pre wedding itu tidak apa-apa dan bukan merupakan suatu perbuatan yang diharamkan, tetapi secara garis besar adanya pengecualian pada pemberitaan di Kompas.com yakni selama tidak melanggar ketentuan syar’i atau syariat agama islam artinya pembuatan foto pre wedding tidak dengan adegan atau pose mesra seperti halnya berciuman jelas tidak boleh.


(64)

“foto pre wedding itu kan biasa dipakai di undangan atau ketika acara pernikahan, kecuali jika foto diambil dengan berciuman, jelas tidak boleh”, tandasnya.

Berdasarkan framing dari empat aspek tersebut, maka berita ini dapat dipandang pula dari dua dimensi besar framing Robert N. Entman, yaitu Seleksi Isu dan Penonjolan Aspek realitas atau tertentu. Pada dimensi Seleksi Isu, Kompas.com menyeleksi tentang persoalan pengharaman foto pre wedding yang dikeluarkan oleh forum bahtsul masail (pembahasan masalah terkini) Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri. Dan kemudian hasil keputusan tersebut di tanggapi dengan pernyataan yang di tegaskan oleh Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh, bahwa pemotretan pre wedding atau pengmbilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah itu tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i. Dengan demikian, ia mengatakan bahwa pengmabilan foto untuk pre wedding tidak dilarang tetapi dengan adanya pengecualian kalau foto pre wedding di ambil dengan adegan mesra seperti berciuman jelas itu tidak boleh.

Sementara pada dimensi penonjolan Aspek realitas / tertentu, Kompas.com menonjolkan pada kalimat-kalimat yang menggambarkan suatu klarifikasi, situasi yang menimbulkan pro-kontra dari sebagian masyarakat agar tidak salah memandang, memahami dan mempersepsikan tentang MUI atau


(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Referensi Buku

Aditiawan, Rangga dan Bianca, Ferren. Belajar Fotografi Untuk Hobi Dan Bisnis. Jakarta: Dunia Komputer, 2010

Assegaf H, Dja’far. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991 Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2008

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001

Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS, 2002

---, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS, 2004

---, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS, 2009

Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa, Jakarta: Granit, 2004

Jusuf,Soewadji. Metodologi Penelitian Sosial.Jakarta.FISIP Universitas Nasional, 2003

Kusuma, Yuliandi. Trik Foto Pre-wedding Kreatif. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010

McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga, 1996

---, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga, 1996


(2)

76

Moeleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,2009.

Nurudin. Komunikasi Massa. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003

Ph. D, Prawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS, 2007 Rachmat Krisyantono,Teknis Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis

Riset Media Public Relations,Advertising,Komunikasi

Organisasi,Komunikasi Pemasaran.Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2006.

Sobur, Alex. Analisis Teks: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 Yuliandi, Kusuma. Trik Foto Pre-wedding Kreatif. Jakarta: PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia. 2010

Wahyudi, J.B. Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Jakarta: Grafiti Pustaka Utama, 1996


(3)

B. Referensi Internet

http://docs.google.com/viewer www.fotografer.net/kompas.online

http://www.hizbut.tahrir.or.id/mui


(4)

78

C. Referensi Skripsi

Fatimatuzzahro. “Analisis Framing Berita Kriminal Koran Harian Umum Republika.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayutallah Jakarta, 2009.

Maysyarah. “Analisis Framing Berita Aksi Terorisme di Indonesia dalam Surat Kabar Sindo (Seputar Indonesia).” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayutallah Jakarta, 2010.

Muhammad Rifad Syauqi. “Analisis Framing Pemberitaan Satu Tahun SBY Budiono di Harian Media Indonesia.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayutallah Jakarta, 2013.


(5)

Amanda Ferdina - detikNews

Jakarta - Pengharaman kegiatan fotografi pra nikah (pre wedding) oleh forum bahtsul masail Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se-Jawa Timur ke-12 di Ponpes Lirboyo, Kediri, diamini Ketua Majelis Utama Indonesia (MUI) Cholil Ridwan. Cholil setuju karena hal itu selaras dengan ajaran Islam.

"Kalau dikembalikan ke syariat, saya tidak keberatan atas fatwa itu," ujar Cholil pada detikcom, Jumat (15/1/2010).

Jika merujuk ke ajaran Islam, lanjut Cholil, foto laki-laki dan perempuan sebelum nikah seperti suami istri memang haram hukumnya. "Kalau sudah nikah difoto dengan pose suami istri itu tidak apa-apa. Itu tak langgar syariat," jelasnya.

Menurut Cholil, saat ini, seperti halnya pacaran, foto pre wedding sudah seperti budaya dan itu sebenarnya haram. "Karena sudah jadi budaya, sepertinya tidak haram. Masalahnya kan mereka foto berpose suami istri," katanya.

Namun begitu, Cholil mengaku MUI pusat tidak akan membahas hal itu sepanjang tidak ada permintaan ke masyarakat ke lembaganya.

"Kalau ada lembaga atau pribadi meminta ke MUI agar memberikan fatwa, MUI ada kewajiban menjawabnya. Tapi selama tidak ada permintaan masyarakat, MUI sudah sibuk dengan permintaan (fatwa) yang menumpuk itu," jelasnya.

Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se-Jawa Timursebelumnya memberikan pengharaman pada beberapa hal, antara lain rebonding dan foto pra nikah. Cholil menganggap pengharaman terhadap rebonding berlebihan. (amd/nrl)


(6)

MUI: Foto 'Pre Wedding' Masih Boleh

NOVA

JAKARTA, KOMPAS.com— Pemotretan pre wedding atau pengambilan foto sebelum

mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan. Hal tersebut ditegaskan

Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni'am Sholeh, ketika dihubungi Kompas.com di

Jakarta, Minggu (17/1/2010).

"Pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah itu tidak apa-apa selama tidak

melanggar ketentuan syar'i," ujar Ni'am. Dengan demikian, dia mengatakan bahwa pengambilan

foto untuk pre wedding tidak dilarang. "Foto pre weddingitu kan biasa dipakai di undangan atau

ketika acara pernikahan, kecuali jika foto diambil dengan berciuman, jelas tidak boleh," tandasnya.

Seperti diberitakan, Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3), dari hasil bahtsul

masailbeberapa waktu lalu, menetapkan hukum haram terhadap pemotretan pre wedding. Hal ini berlaku bagi pasangan calon mempelai yang akan menikah dan fotografer yang mengambil

gambarnya. Fatwa tersebut juga mengharamkan rebonding rambut karena dianggap dapat


Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG PEREMPUAN KORUPTOR (Analisis Framing Pemberitaan Kasus Korupsi Ratu Atut Chosiyah pada Detik.com dan Kompas.com Edisi 18-24 Desember 2013)

0 5 23

KONSTRUKSI PENCITRAAN CALON PRESIDEN DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Pemberitaan Tentang Prabowo Subianto di Detik.com dan Kompas.com

1 24 27

Konstruksi Realitas Sosial Kasus Tewasnya Terduga Teroris Di Media Online (Analisis Framing Pemberitaan Siyono Di Kompas.Com)

0 8 118

ANALISIS FRAMING PEMBERIAN PENGANGKATAN WAKIL MENTERI OLEH PRESIDEN SBY DI MEDIA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM PADA BULAN OKTOBER 2011

0 4 113

DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM MEDIA ONLINE DETIK.COM, KOMPAS.COM, DAN VIVA NEWS (Analisis Isi Perbandingan Komentar Pembaca Media Online Detik.com, Kompas.com, dan VIVAnews dalam Pemberitaan Polemik Qanun Bendera dan Lambang Aceh 25 Maret – 17 April 2013).

0 3 12

DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM MEDIA ONLINE DETIK.COM, KOMPAS.COM, DAN VIVA NEWS DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM MEDIA ONLINE DETIK.COM, KOMPAS.COM, DAN VIVA NEWS (Analisis Isi Perbandingan Komentar Pembaca Media Online Detik.com, Kompas.com, dan VIVAnews dalam

0 2 13

PENDAHULUAN DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM MEDIA ONLINE DETIK.COM, KOMPAS.COM, DAN VIVA NEWS (Analisis Isi Perbandingan Komentar Pembaca Media Online Detik.com, Kompas.com, dan VIVAnews dalam Pemberitaan Polemik Qanun Bendera dan Lambang Aceh 25 Maret – 17

0 2 37

PENUTUP DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM MEDIA ONLINE DETIK.COM, KOMPAS.COM, DAN VIVA NEWS (Analisis Isi Perbandingan Komentar Pembaca Media Online Detik.com, Kompas.com, dan VIVAnews dalam Pemberitaan Polemik Qanun Bendera dan Lambang Aceh 25 Maret – 17 Apri

0 16 40

ANALISIS PEMBINGKAIAN PEMBERITAAN CALON KAPOLRI BUDI GUNAWAN SEBAGAI TERSANGKA OLEH KPK DI MEDIA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM EDISI JANUARI 2015”.

0 0 13

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS SEPUTAR KEMACETAN LALU LINTAS DKI JAKARTA DI MEDIA ONLINE KOMPAS.COM

0 0 25