Pengertian Empati LANDASAN TEORETIK

10

BAB II LANDASAN TEORETIK

2.1 Pengertian Empati

Menurut Winkel dan Sri Hastuti 2004 empati yaitu mampu mendalami pikiran dan menghayati perasaan siswa, seolah-olah konselor pada saat ini menjadi siswa tanpa terbawa-bawa sendiri oleh semua itu dan kehilangan kesadaran akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri. Dalam psikologi dan psikiatri yang berorientasikan humanistic, empati merupakan bagian penting dari teknik-teknik konseling. Rogers merupakan salah satu tokoh awal yang menunjukkan pentingnya empati dalam proses konseling Cotton,2001. Rogers mengungkapkan berempati berarti mempersepsi kerangka pikir internal orang lain secara tepat mencakup unsur-unsur emosional dan cara-cara bertingkah laku, disertai dengan kepedulian seolah-olah diri sendiri adalah orang lain yang sedang dipersepsi tetapi tetapi tanpa kehilangan kesadaran sedang mengandaikan sebagai orang lain. Inti empati yang praktis adalah mendengarkan dengan seksama dunia internal orang lain. Melibatkan pribadi utuh, termasuk pemahaman kognitif, dan respons tubuh, emosional, dan intuitif. Yang penting terkait dengan empati adalah menjadi sadar dengan keadaan internal seseorang ‘seolah-olah’ Anda adalah dia, namun tanpa pernah kehilangan kesadaran keadaan internal anda sendiri. Dengan cara ini, kongruensi dan empati menjadi proses yang parallel. 11 Mengkomunikasikan empati adalah penting bagi klien agar tahu bahwa individu tersebut dipahami, dan bagi konselor untuk mengecek pemahamannya. Dampaknya, konselor mengatakan, “Beginilah saya merasakan itu bagi anda. Benarkah?” Walaupun klien seorang ahli, ia tetaplah klien, proses yang saling menguatkan. Respons empatik sering kali meliputi penyampaian kata-kata verbal apa yang didengar dan dirasakan, namun expresi wajah, nada suara, gerak-gerik dan kehadiran yang diam dan membisu bisa mempunyai arti dalam pemahaman konselor. Pengalaman bisa didekati pada tahap yang berbeda dan, begitu pula dengan kongruensi, apa yang harus dikatakan dan kapan mengatakannya adalah isu utama. Merespons dengan aspek situasi permukaan ketika klien mengalami perasaan yang sangat mendalam, atau senaliknya, justru akan mengguncang proses eksplorasi karena tidak cukup dekat dengan pengalaman klien. Jika kita tetap menentukan tingkat respons empatik, maka kita juga membangun rasa aman. Tinggal ‘bersama’ klien dan kadang-kadang menangani hal-hal yang bisa dirasakan, namun tak benar-benar sepenuhnya terbentuk di alam kesadaran klien tersebut sebagai tinggal dengan tepian kesadaran. Hal itu membantu klien mengungkap aspek baru tentang dirinya, tanpa harus mencabut mereka dari wilayah atau perasaan di mana mereka terlibat didalamnya. Palmer Stephen Ed.2011 Empati suatu istilah umum yang dapat digunakan untuk pertemuan, pengaruh dan interaksi di antara kepribadian-kepribadian. “ Empati ” merupakan arti dari 12 kata “einfulung” yang dipakai oleh para psikolog Jerman. Secara harfiah ia berarti “merasakan ke dalam”. Empati berasal dari kata Yunani “pathos”, yang berarti perasaan yang mendalam dan kuat yang mendekati penderitaan, dan kemudian diberi awalan “in”. Kata ini paralel dengan kata “ simpati “. Tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Bila simpati berarti merasakan bersama dan mungkin mengarah pada sentimentalitas, maka empati mengacu pada keadaan identifikasi kepribadian yang lebih mendalam kepada seseorang, sedemikian sehingga seseorang yang berempati sesaat melupakankehilangan identitas dirinya sendiri. Dalam proses empati yang mendalam dan misterius inilah berlangsung proses pengertian, pengaruh dan bentuk hubungan antar pribadi yang penting lainnya Kalau mau merujuk pada teori kompetensi, tingkatan yang paling rendah adalah ketika individu baru dapat memahami ungkapan verbal, entah itu perasaan atau pikiran. Tingkatan menengahnya adalah ketika sudah dapat memahami isu kompleks yang ada di balik suatu percakapan; mampu mengerti penyebab yang kompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang di masa lalu. Dan, yang paling tinggi adalah memahami lalu tergerak untuk memberikan bantuan nyata yang dibutuhkan orang itu berdasarkan keadaannya. Empati ini sangat dibutuhkan. Jika dikaitkan dengan penjelasan sebelumnya, empati akan membuat setiap individu terbiasa menjadi orang yang tidak terlalu efektif dan tidak terlalu human. Empati akan membuat kita dapat memisahkan orang dan masalahnya dengan cepat; empati akan mendorong kita untuk lebih 13 melihat bagaimana menyelesaikan masalah ketimbang bagaimana menyerang orang concerning on people. Ada pemikiran dari Daniel Goleman 2001 soal melatih empati.” Untuk melatih empati, Goleman menyarankan lima hal, yaitu: a. Cepat menangkap isi perasaan dan pikiran orang lain under-standing others. b. Memberikan pelayanan yang dibutuhkan orang lain service orientation. c. Memberikan masukan-masukan positif atau membangun orang lain developing others. d. Mengambil manfaat dari perbedaan, bukan menciptakan konflik dari perbedaan leveraging diversity. e. Memahami aturan main yang tertulis atau yang tidak tertulis dalam hubungan kita dengan orang lain political awareness. Egan 1975, dalam Ivey et al, 1987 membedakan dua tipe untuk memahami “emphatic understanding”, yakni : a. Empati primer, adalah empati sebagaimana dikemukakan oleh Rogers. Membentuk fondasi dan atmosfer inti helping relationship. Termasuk mendengarkan semua pesan dan meresponnya. Kemampuan paraphrasing dan merefleksikan perasaan konselor dengan baik akan memulai dasar empati untuk memahami klien. 14 Contoh perkataan : “ Sekarang saya bisa merasakan betapa sedih Anda pada waktu itu”. b. Empati lanjutan advanced accurate emphaty Memahami hal yang tersembunyi dari klien, bentuk dasar dari empati lanjutan adalah memberi respon dan pemahaman terhadap hal yang tidak langsung dikatakan klien. Di mana konselor memberikan lebih dari dirinya dan seringkali membutuhkan upaya langsung untuk mempengaruhi klien. Karena informasi itu selalu subjektif bagi interpretasi individu, konselor harus menyusun kembali situasi, kepercayaan, atau pengalaman untuk membantu klien melihatnya dari perspektif yang berbeda dan mengecek apakah interpretasi itu sudah benar. Advanced emphaty lebih kritis, mendalam, dan membahas masalah yang sensitif oleh karena itu dapat menyebabkan klien bertambah stress. Untuk mencegah klien mengalami emosi berlebihan dan melakukan perlawanan respon empati konselor harus bersifat sementara dan hati-hati. Contoh perkataan : “ Saya akan merasa sedih juga” ; ”Dari apa yang kamu katakan......” ; ” Apakah hal ini ......?” ; ”Sepertinya hal ini .......” Menurut Rogers dalam Gunarsa Singgih, 1992, empati bukan hanya sesuatu yang bersifat kognitif namun meliputi emosi dan pengalaman. Juga diartikan sebagai usaha menglami dunia klien sebagaimana klien mengalaminya. Karena 15 itu, seorang kenselor harus berusaha memahami pengalaman klien dari sudut klien itu sendiri. Rogers mengemukakan tentang emphatic understanding, yakni kemampuan untuk memasuki dunia pribadi orang. Emphatic understanding merupakan salah satu dari tiga atribut yang harus dimiliki oleh seorang terapis dalam usaha mengubah perilaku klien. Atribut yang lain yaitu kewajaran atau keadaan sebenarnya realness dan menerima acceptance atau memperhatikan care. a. Tanpa empati, tidak mungkin ada pengertian. Memahami secara empati merupakan kemampuan seseorang untuk memahami cara pandang dan perasaan orang lain. Memahami secara empati bukanlah memahami orang lain secara objektif, tetapi sebaliknya berusaha memahami pikiran dan perasaan orang lain dengan cara orang lain tersebut berpikir dan merasakan atau melihat dirinya sendiri. Memahami klien berdasarkan kerangka persepsi dan perasaan klien sendiri oleh Rogers disebut internal frame of reference, artinya menggunakan kerangka pemikiran internal. b. Menurut Rogers empati konselor sebagai salah satu factor kunci yang membantu klien untuk memecahkan masalah personalnya. Ketika individu mulai berempati kepada orang lain, individu meletakkan diri individu tersebut “in their shoes”, melihat dunia dari mata indidu tersebut, membayangkan bagaimana bila menjadi individu yang lain, dan berusaha merasakan apa yang individu lain rasakan. 16 c. Faktor sosial dan budaya seperti gender, etnis, perbedaan kultur mempunyai pengaruh dalam pengekspresian emosi. Faktor ini mempengaruhi cara bagaimana konselor merespon secara emosional. d. Jika klien merasa dimengerti, maka individu tersebut akan lebih mudah membuka diri untuk mengungkapkan pengalamanya dan berbagi pengalaman tersebut dengan orang lain. Klien yang membagi pengalamannya secara mendalam memungkinkan untuk menilai kapan dan di mana individu tersebut membutuhkan dukungan, dan potensi kesulitan yang membutuhkan fokus untuk rencana perubahan. Saat klien melihat empati pada diri konselor, klien tersebut akan lebih nyaman untuk dan tidak melakukan defend seperti penyangkalan, penarikan diri, dll. Artinya empati konselor mampu memfasilitsi perubahan pada klien. Sebaliknya akan lebih mau membuka diri terhadap dunia luar dengan cara yang lebih konstruktif. Karena itulah istilah empati ditambah menjadi perkataan “emphatic understanding”.

2.2 Aspek Pada Empati

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kecerdasan Spasial antara Siswa Laki-Laki dan Siswa Perempuan pada Kelas X SMA Negeri 1 Salatiga T1 202012064 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kecerdasan Spasial antara Siswa Laki-Laki dan Siswa Perempuan pada Kelas X SMA Negeri 1 Salatiga T1 202012064 BAB II

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kecerdasan Spasial antara Siswa Laki-Laki dan Siswa Perempuan pada Kelas X SMA Negeri 1 Salatiga T1 202012064 BAB IV

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kecerdasan Spasial antara Siswa Laki-Laki dan Siswa Perempuan pada Kelas X SMA Negeri 1 Salatiga T1 202012064 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kecerdasan Spasial antara Siswa Laki-Laki dan Siswa Perempuan pada Kelas X SMA Negeri 1 Salatiga

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Empati Antara Siswa Laki-Laki dan Perempuan pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Salatiga

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Empati Antara Siswa Laki-Laki dan Perempuan pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Salatiga T1 132008010 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Empati Antara Siswa Laki-Laki dan Perempuan pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Salatiga T1 132008010 BAB IV

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Empati Antara Siswa Laki-Laki dan Perempuan pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Salatiga T1 132008010 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Empati Antara Siswa Laki-Laki dan Perempuan pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Salatiga

0 1 10