Pendidikan GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

35 NO Jenis Pekerjaan Jumlah Porsentase 1. Petani 1.169 jiwa 80,1 2. Pedagang 87 jiwa 6,0 3. Karyawan Swasta 115 jiwa 7,9 4. ABRI Pegawai Negeri 52 jiwa 3,6 5. Mocok-mocok 35 jiwa 2,4 Jumlah 1.458 jiwa 100 Tabel.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

2.5. Pendidikan

Desa, sebuah nama yang tidak akan mudah dilupakan manusia apalagi bagi mereka yang sampai mengalami tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Desa merupakan tumpuan perhatian dan sasaran pendidikan bagi dunia yang baru berkembang. Untuk masyarakat seperti Indonesia, desa merupakan sumber segala inspirasi dalam dunia pendidikan. Kita ketahui bahwa masih banyak desa-desa yang memang masih terbelakang keadaannya, dan karena itu perlu ditingkatkan secara terus–menerus. Dalam hal pendidikan mereka juga amat terbelakang, maka wajar kalau kita sering mendengar bahwa ”orang desa perlu diangkat”. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuka kesempatan bagi orang desa tentunya anak- anak mudanya untuk menikmati sekolahpendidikan. Masyarakat yang masuk dalam kategori terakhir ini dapat dikatakan sejak kecil sudah terbiasa hidup bergelut sebagai petani dengan penghasilan yang serba Universitas Sumatera Utara 36 terbatas. Mereka beranggapan bahwa sekolah tidak ada gunanya, maka tidak heran apabila cakrawala pengetahuan mereka sangat terbatas. Walaupun mereka hidup di lingkungan yang tidak terlalu jauh dari perkotaan sekitar 10 km dari Kota Kisaran yang bisa dengan mudah mendapat informasi dan komunikasi. Muncul pendapat yang menyatakan bahwa manfaat utama pendidikan adalah untuk bisa membaca, menulis, dan berhitung. Jalan pikiran mereka yang sangat sederhana dan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonominya termasuk tingkat pendidikan mereka yang rendah. Pekerjaan sebagai petani menurut mereka tidak memerlukan pendidikan dan keterampilan yang tinggi. Sekedar untuk bisa menulis, membaca, dan berhitung agar terhindar dari perlakuan yang tidak wajar ketika menjual hasil pencaharian mereka. Sehubungan dengan tingkat penghasilan mereka yang rendah, menyebabkan mereka tidak dapat membiayai pendidikan anak mereka kesekolah yang lebih tinggi. Kebanyakan anak petani hanya sebatas tamat SD. Pendapat seperti yang terungkap di atas merupakan sebuah keniscayaan dari acuhnya sebagian kecil masyarakat Desa Jempalan terhadap pendidikan anak. Namun demikian, beberapa golongan yang berasal dari kalangan ekonomi atas dan berpikiran maju tidaklah sama pemikirannya. Beberapa diantara mereka yang lebih berpikiran maju mengajak masyarakat untuk secara swadaya membangun sarana pendidikan. Dengan munculnya gagasan untuk membangun sarana pendidikan secara swadaya, lambat laun alam pemikiran masyarakat yang awalnya acuh terhadap pendidikan anaknya menjadi lebih baik. Universitas Sumatera Utara 37 Sekitar tahun 1960, sekolah dasar pertama berdiri di Desa Jempalan yang dipelopori oleh Yayasan Alwashliyah. Lokasi Yayasan Alwashliyah ini terletak di dusun IV yang berada di sisi jalan utama Desa Jempalan. Pada rentang waktu yang hampir bersamaan dengan dibangunnya Yayasan Alwashliyah juga dibangun Sekolah Dasar atas swadaya masyarakat yang letaknya di sisi sebelah lapangan terbuka Desa Jempalan.. Sekolah dasar yang baru muncul pada tahun 1975, yaitu SD Inpres dan mulai beroperasi tahun 1977. SD Inpres yang dibangun pada masa itu berdiri di 3 tempat yang berlokasi di dusun I, dusun V, dan dusun XI. Kelima sekolah dasar yang ada tersebut di bangun untuk dapat menampung anak-anak dari masyarakat Desa Jempalan, akan tetapi anak-anak yang di Desa Sei dua hulu juga turut belajar di sekolah dasar yang ada di Desa Jempalan khususnya yang berbatasan langsung dengan wilayah dusun I Desa Jempalan. NO Jenis Sarana Pendidikan Jumlah 1. SD Swasta 1 2. SD Negeri 1 3. SD Inpres 3 4. SMP Swasta 2 Jumlah 7 Tabel 6. Distribusi jenjang pendidikan di desa Jempalan

2.6. Keadaan Sosial Dan Budaya