BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Program Linier Fuzzy
Program linier merupakan salah satu model yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi. Pada program linier, permasalahan dimodelkan
secara tetap denga menggunakan parameter-parameter yang umum digunakan. Pada program linier, keberadaan data dan formulasi yang digunakan juga sudah
bersifat tertentu, pasti dan tidak menimbulkan ambiguitas Kusumadewi Purnomo, 2010.
Salah satu contoh model program linier klasik Zimmermann adalah: Maksimumkan:
= Dengan batasan:
Dengan ,
∈ ,
∈ ,
∈ 3.1
Atau Minimumkan:
= Dengan batasan:
Universitas Sumatera Utara
Dengan ,
∈ ,
∈ ,
∈ 3.2
, dan adalah bilangan-bilangan crisp tegas, tanda pada kasus maksimasi dan tanda
pada kasus minimasi juga bermakna crisp tegas, demikian juga perintah “maksimumkan” atau “minimumka” merupakan bentuk imperatif tegas.
Jika diasumsikan bahwa keputusan program linier akan dibuat pada lingkungan fuzzy, maka bentuk 3.1 dan 3.2 akan mengalami sedikit perubahan,
yaitu: 1.
Bentuk imperatif pada fungsi objektif tidak lagi benar-benar “maksimum” atau “minimum”, karena adanya beberapa hal yang perlu mendapat
pertimbangan dalam suatu sistem. 2.
Tanda pada batasan dalam kasus maksimasi dan tanda pada batasan dalam kasus minimasi tidak lagi bermakna crisp secara matematis, namun
sedikit mengalami pelanggaran makna. Hal ini juga disebabkan karena adanya beberapa yang perlu dipertimbangkan dalam sistem yang
mengakibatkan batasan tidak dapat didekati secara tegas. Program linier fuzzy adalah program linier yang dinyatakan dengan fungsi
objektif dan fungsi kendala yang memiliki parameter fuzzy dan ketidaksamaan fuzzy
. Tujuan dari program linier fuzzy adalah mencari solusi yang dapat diterima berdasarkan kriteria yang dinyatakan dalam fungsi objektif dan kendala. Solusi
tersebut berbentuk himpunan fuzzy yang memiliki derajat kebenaran tertentu pada selang [0,1].
Pada program linier fuzzy, akan dicari suatu nilai yang merupakan nilai yang merupakan fungsi objektif yang akan dioptimasikan sedemikian hingga
tunduk pada batasan-batasan yang dimodelkan dengan menggunakan himpunan fuzzy
. Sehingga untuk kasus maksimasi 3.1 akan diperoleh: Tentukan sedemikian hingga:
�
Universitas Sumatera Utara
3.3 Dan untuk kasus minimasi 3.2 akan diperoleh:
�
3.4 Yang dapat dibawa menjadi suatu bentuk seperti dibawah:
3.5 Tiap-
tiap barisbatasan 0,,1,2,…, m akan dipresentasikan dengan sebuah himpunan fuzzy, dengan fungsi keanggotaan pada himpunan ke-i adalah
. Fungsi keanggotaan untuk model keputusan himpunan fuzzy dapat dinyatakan
sebagai: � = min [
] 3.6
Tentu saja diharapkan, kita akan mendapatkan solusi solusi terbaik, yaitu suatu solusi dengan nilai keanggotaan yang paling besar, dengan demikian solusi
sebenarnya adalah: max
= max min {
} 3.7
Dari sini terlihat bahwa = 0 jika batasan ke-i benar-benar dilanggar.
Sebaliknya, = 1 jika batasan ke-i benar-benar dipatuhi sama halnya
dengan batasan bernilai tegas. Nilai akan naik secara monoton pada
selang [0,1], yaitu:
[ ] =
1; ∈ 0,1 ;
0; +
+ 3.8
Universitas Sumatera Utara
= 0,1,2, … ,
Gambar 3.1. menunjukkan fungsi keanggotaan tersebut
Gambar 3.1. Fungsi Keanggotaan
[ ] = 1;
1 −
−
; 0;
+ +
3.9
= 0,1,2, … ,
Dengan adalah toleransi interval yang diperbolehkan untuk melakukan
pelanggaran dengan baik pada fungsi objektif maupun batasan. Dengan mensubstitusikan akan diperoleh:
max = max
min 1 −
−
3.10 Dari gambar dapat dilihat bahwa, semakin besar nilai domain, akan memiliki nilai
keanggotaan yang cenderung semakin kecil. Sehingga untuk mencari nilai −
dapat dihitung sebagai = 1
− , dengan: +
= −
3.11 Dengan demikian akan diperoleh bentuk program linier baru sebagai berikut
Universitas Sumatera Utara
Maksimumkan :
Dengan batasan :
+ +
; = 0,1,2, … ,
3.12
3.2 Penggunaan Metode Cutting Plane
Metode cutting plane digunakan untuk permasalahan yang variabel keputusannya harus bernilai bilangan bulat. Program linear tidak efektif untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut sehingga dikembangkan metode cutting plane yang lebih efektif dan memberikan hasil yang lebih baik. Langkah-langkah penyelesaian
program bilangan bulgat dengan metode cutting plane diringkas sebagai berikut: 1.
Selesaikan masalah program bilangan bulat dengan menggunakan metode simpleks. Jika masalah sederhana, kendala gomory dapat diselesaikan dengan
pendekatan grafik, sehingga pendekatan kendala gomory kurang efisien. 2.
Periksa solusi optimum. Jika semua variabel basis memiliki nilai bilangan bulat, solusi optimum yang berupa bilangan bulat telah diperoleh dan proses
solusi telah berakhir. Jika satu atau lebih variabel basis masih memiliki nilai pecahan, lanjutkan ke tahap 3.
3. Buatlah suatu kendala gomory dan cari solusi optimum melalui prosedur dual
simpleks. Kembali ke tahap 2 Taha, 1996.
Tabel 3. 1 Solusi Optimum Masalah Program Linear
1 2
... ...
... ...
... Solusi
Variabel Basis
Harga Basis
1 2
...
1 2
...
1 1
11 12
... ...
... ...
...
1 1
2 2
21 22
... ...
... ...
...
2 2
1 2
... ...
... ...
...
Universitas Sumatera Utara
− ...
... ...
... ...
... ...
...
di mana: = variabel basis
= variabel nonbasis Perhatikan persamaan ke di mana variabel
diasumsikan bernilai tidak bilangan bulat sebagai berikut:
= −
=1 =1
di mana: = variabel basis
= variabel nonbasis = koefisien dari variabel keputusan dalam fungsi kendala yang berupa
noninteger = sumber daya yang tersedia dalam fungsi kendala yang berupa noninteger
Kemudian pisahkan dan
menjadi bagian yang bulat dan bagian pecah non negatif seperti berikut:
= + sehingga
= − ,
di mana 1
= +
sehingga =
− , di mana
1 Dapat dilihat pada contoh berikut:
Tabel 3. 2. Bentuk integer dan noninteger
3 2
1 1
2 −
7 3
−3 2
3 7
8 7
8 −1
−1
Universitas Sumatera Utara
7 3
2 1
3 −
2 5
−1 3
5
sehingga adapun kendala gomory yang diinginkan sebagai berikut: −
=1 =1
= −
di mana: = slack gomory variable
= bagian pecahan dari = bagian pecahan dari
= variabel nonbasis Pada umumnya, persamaan kendala yang berhubungan dengan solusi
pecah dipilih untuk menghasilkan suatu kendala gomory. Namun, sebagai aturan biasanya dipilih persamaan yang memiliki
maksimum. Adapun tabel baru setelah penambahan kendala gomory disajikan pada Tabel 2.3 sebagai berikut:
Tabel 3. 3 Penambahan Kendala Gomory
1 2
... ...
... ...
... ...
Solusi Variabel
Basis Harga
Basis
1 2
...
1 2
...
1 1
11 12
... ...
... ...
...
1 1
2 2
21 22
... ...
... ...
...
2 2
1 2
... ...
... ...
... … 0 −
1
−
2
... −
1 −
− ...
... ...
... ...
... ...
... ...
Karena diperoleh solusi primal optimum tetapi tidak layak maka digunakan metode dual simpleks. Proses pembentukan kendala gomory berakhir
jika solusi optimum diperoleh bilangan bulat. Jika tidak, suatu kendala gomory baru dibuat kembali dari tabel yang dihasilkan dan metode dual simpleks
Universitas Sumatera Utara
digunakan kembali untuk mengatasi ketidaklayakan. Jika pada setiap iterasi metode dual simpleks menunjukkan bahwa tidak ada solusi layak, berarti masalah
itu tidak memiliki solusi integer yang layak.
3.3 Ilustrasi Numerik Pembulatan Program Linear Fuzzy dengan Menggunakan Metode Cutting Plane