Penelitian Eksperimen Tahap III

49 Idris Ahmad, 2014 Model Bimbingan Behavioral untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Rumusan evaluasi model berkenaan dengan kejelasan tentang proses dan indikator keberhasilan model. Pakar menyarankan hendaknya fokus pada evaluasi hasil, dan penegasan waktu evaluasi serta alat atau instrument yang dipakai. Aspek Teknik Penulisan Model Aspek teknik penulisan model berkenaan dengan rumusan judul, kejelasan penggunaan istilah, sistematika model, kesesuaian antar komponen model, kejelasan dan struktur dan intervensi model, keterbacaan model, dan teknik pemilihan evaluasi model. Model dipandan g cukup mewadahi hanya ada masukan: kata “menyebutkan” diganti “menunjukkan”. Rincian tugas masing-masing indikator pencapaian tugas jumlahnya supaya disamakan menjadi 10 poin masing-masing sub aspekindikator. Adapun jumlah seluruh rincian tugas dari 26 sub indikator terdapat 260 poin indikator pencapaian tugas.

3. Penelitian Eksperimen Tahap III

Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk menguji efektivitas model operasional bimbingan yang telah diperoleh dari penelitian pengembangan dengan menggunakan One-Group Pretest-Posttest Design. Subyek penelitian eksperimen ini dibatasi pada anak tunagrahita jenjang SDLB Kelas 1 dari ketiga SLB, yaitu SLBN Gedangan Sidoarjo 7 tujuh anak tunagrahita, SLB AC Dharma Wanita Sidoarjo 4 empat anak tunagrahita, dan SLB-C AKW II Surabaya 3 tiga anak sehingga jumlah keseluruhan 14 anak tunagrahita. Pemilihan subyek pada Kelas tersebut dengan pertimbangan bahwa Kelas I merupakan Kelas awal masuk sekolah dengan kondisi perilaku apa adanya yang diperoleh dari hasil pengaruh dari rumah orang tuakeluarga dan belum banyak dipengaruhi oleh sikap perilaku dari teman sebayanya di masyarakat yang umumnya memandang anak tunagrahita dari segi kekurangannya. Subyek penelitian dimaksud selengkapnya disajikan dalam tabel 3.3 berikut. 50 Idris Ahmad, 2014 Model Bimbingan Behavioral untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3 Subyek Penelitian Eksperimen No Nama I.Q. Tpt.Tgl.lahir Kelamin 1 Ws 70 Malang, 13-9-2003 L 2 Dn 60 Surabaya, 16-8-2000 P 3 Af 70 Surabaya, 5-5-2003 L 4 Mh 70 Sidoarjo, 26-3-2003 L 5 Rk 70 Sidoarjo, 20-3-2002 L 6 Kk 70 Madiun, 28-2-2003 L 7 Fd 69 Sidoarjo, 23-9-2006 L 8 Ss 70 Sidoarjo, 19-1-2001 P 9 Ra 60 Garut, 1-10-2005 L 10 Sr 49 Lumajang, 28-10-2001 P 11 Hi 35 Sidoarjo, 28-5-2003 L 12 Bi 55 Sidoarjo, 13-4-2004 L 13 Am 40 Surabaya, 23-5-2004 P 14 Na 65 Sidoarjo, 28-7-2002 L Rincian tugas menjadi instrumen utama dalam implementasi model, pada awal pertemuan layanan bimbingan berfungsi sebagai pretest untuk menemukan keterampilan sosial aktual masing-masing anak, sedangkan pada akhir pertemuan layanan berfungsi untuk menemukan keterampilan sosial potensial. Jumlah data perolehan pretest maupun postest dari masing-masing sub indikator pencapaian tugas dihitung persentasenya dengan rumus: Persentase nilai = atau = Nlai ideal adalah 30 Efektivitas model dapat diketahui dengan membandingkan rerata skor pretest dan posttest. Model dikatakan efektif bila nilai posttest lebih besar dari nilai pretest. Untuk menemukan keefektifan model dalam penelitian ini menggunakan One-Group Pretest-Posttest Design. Pola ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan sehingga 51 Idris Ahmad, 2014 Model Bimbingan Behavioral untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dapat diketahui lebih akurat karena bisa membandingkan dengan hasil setelah diberi perlakuan. Teknik analisis data statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik. Statistik non parametrik adalah prosedur pengujian hipotesis tidak terpenuhi atau sering disebut dengan metode bebas distribusi Furqon, 2008, hlm. 235. Subyek penelitian 14 orang ini tidak besar atau kurang dari 30 orang, maka statistik nonparametrik menjadi alasan digunakan untuk analisis data. Pengujian dilakukan dengan uji statistik Wilcoxon matched pairs karena bentukan data yang diperoleh adalah ordinal yaitu termasuk ke dalam statistik non parametris, sehingga tidak memerlukan adanya pengujian statistik klasik atau syarat statistik parametris uji normalitas dan homogenitas. Penerapan model bimbingan pengembangan behavioral dengan motode ini mengikuti pola One-Group Pretest- Posttest Design, diberikan kepada anak tunagrahita berjumlah 14 orang anak SLB C AKW II Surabaya, SLB Negeri Gedangan dan SLB AC Dharma Wanita Sidoarjo. Nilai persentase masing-masing sub aspek tersebut kemudian dijumlahkan menjadi jumlah persentase aspek indikator Aspek bina diri, komunikasi, sosialisasi, dan okupasi, dan menjadi jumlah persentase nilai keterampilan sosial secara umum baik pretest maupun posttest. Analisis data dalam penelitian disesuaikan dengan rancangan atau model instrumen penelitian yang digunakan, sehingga dapat diketahui jenis data yang terkumpul. Menurut Moleong 2000 dalam Hasan 2002, hlm. 97, “analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”. Bentuk analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan alat analisis metode statistik dalam bentuk analisis komparatif. Analisis komparasi atau perbedaan merupakan prosedur statistik untuk menguji perbedaan di antara dua kelompok data variabel atau lebih”. Analisis perbedaan atau uji perbedaan ini, sering disebut uji signifikansi test of 52 Idris Ahmad, 2014 Model Bimbingan Behavioral untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu significance. Uji ini bergantung pada jenis data nominal, ordinal, intervalrasio dan kelompok sampel yang diuji Hasan, 2002, hlm. 126. Analisis komparasi dibedakan atas komparasi antara dua sampel yang saling berhubungan atau tidak berhubungan dan komparasi antara lebih dari dua sampel yang saling berhubungan atau tidak berhubungan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini jenis data yang diperoleh termasuk ke dalam data ordinal dengan analisis komparasi antara dua sampel yang saling berhubungan, karena subyek yang diteliti adalah kelompok awal atau sebelum dilakukan treatment dan dipakai kembali dalam mengumpulkan data setelah dilakukan treatment, sehingga sampel masih saling berhubungan. Analsis statistik yang dipergunakan untuk keperluan hipotesis dari penelitian ini adalah analisis Wilcoxon matched pairs. Menurut Sugiyono 2009, hlm. 134 “teknik ini merupakan penyempurnaa n dari uji tanda”. Karena dalam uji tanda besarnya selisih nilai angka antara positif dan negatif tidak diperhitungkan, sedangkan dalam Wilcoxon diperhitungkan. Adapun rumus dari Wilcoxon matched pairs adalah:  T =  T = √ Z = Di mana T adalah jumlah jenjangrangking yang kecil Hipotesisnya adalah: H o : tidak terdapat perbedaan keterampilan anak tunagrahita sebelum dan sesudah mengikuti treatment. Ha : terdapat perbedaan keterampilan anak tunagrahita sebelum dan sesudah mengikuti treatment. 113 Idris Ahmad, 2014 Model Bimbingan Behavioral untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah melalui proses penelitian dan pengembangan yang terdiri atas penelitian pendahuluan, pengembangan model, validasi rasional model, dan validasi empirik. simpulan hasil penelitian adalah sebagai berikut. 1. Profil keterampilan sosial anak tunagrahita di SLB Negeri Gedangan Sidoarjo, SLB AC Dharma Wanita Sidoarjo, dan SLB-C AKW II Surabaya tahun akademik 2012 s ecara umum berada pada katagori “dapat melakukan” pada aspek binadiri dan aspek okupasi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak tunagrahita lebih mengenal dan menghayati dalam kehidupan sehari-hari seperti sub aspek makan, berpakaian, mobilitas, dan toileting dari aspek binadiri. Begitu juga sub aspek kecekatan motorik halus dan kecekatan motorik kasar dari aspek okupasi. Dalam kehidupan sehari-hari kedua aspek tersebut lebih mendekati dalam memenuhi kebutuhan dasar biologis yang menuntut anak untuk melakukan sejak awal kehidupannya. Adapun kategori “dapat melakukan dengan bantuan” pada aspek komunikasi dan aspek sosialisasi. Kategori ini dapat diartikan bahwa anak tunagrahita dapat melakukan bila dibantu dan bila tidak ada bantuan tidakakan dapat melakukannya. Kondisi ini menunjukkan belum nampak kemandirian dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Komunikasi memiliki sub aspek bahasa ekspresif dan reseptif, kegiatan yang berkaitan dengan jumlah, dan kegiatan yang menggunakan kertas dan pensil. Sedangkan sub aspek dari sosialisasi meliputi bermain, adaptasi, dan keterampilan berumah tangga. Kedua aspek ini mengalami hambatan bagi anak dalam perilaku sehari-hari sehingga lebih banyak membutuhkan bimbingan menuju keterampilan potensial.