Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 30

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Keterangan : Hak untuk menyampaikan pendapat di muka umum merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia yang dijamin dalam Konstitusi Indonesia. Penyampaian pendapat dimuka umum itu dapat disampaikan dengan bentuk unjuk rasa atau demonstrasi. Namun dalam kenyataannya, DEMONSTRASI Tindak Pidana Penghinaan terhadap Institusi Kepolisian Republik Indonesia dan Intelejen 1. Bentuk Surat Dakwaan 2. Alat Bukti yang diajukan dalam persidangan 3. Pasal yang di gunakan dalam dakwakan Konstruksi Hukum Pembuktian yang diterapkan Penuntut Umum dalam tindak pidana penghinaan terhadap Institusi Kepolisian Republik Indonesia dan Intelejen Implikasi Yuridis Konstruksi Hukum Pembuktian yang diterapkan Penuntut Umum dalam tindak pidana penghinaan terhadap institusi Kepolisian Republik Indonesia dan Intelejen Tuntutan Penuntut Umum Nomor : REG.PERK.PDM-43SRKTAEp.2082008 commit to user 31 kebiasaan dalam menyampaikan pendapat didepan umum melalui bentuk unjuk rasa atau demonstrasi tersebut sering terjadi suatu perbuatan penghinaan terhadap kekuasaan umum yang berada atau diadakan di Indonesia. Salah satu contoh kasusnya adalah penghinaan yang dilakukan para demonstran terhadap Intitusi Kepolisian Republik Indonesia dan Intelejen. Sudah jelas bahwa perbuatan tersebut telah bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Wewenang Jaksa sebagai Penuntut Umum yang bertugas sebagai wakil negara dalam hal penuntutan pada perkara pidana, dituntut untuk membuat konstruksi hukum pembuktian mulai dari bentuk surat dakwaan, alat bukti yang digunakan dalam persidangan, serta pasal yang digunakan dalam didakwakan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh keyakinan hakim bahwa terdakwa benar-benar melakukan suatu perbuatan seperti apa yang di dakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum. Konstruksi hukum pembuktian yang diterapkan Penuntut Umum tersebut dapat digunakan hakim sebagai dasar putusan yang akan dijatuhkan, dikarenakan yang dicari oleh hakim hanyalah kebenaran materiil saja yaitu kebenaran sejati atau yang sesungguhnya, serta hakim hanya memutus dan memeriksa berdasar dari apa yang didakwakan oleh Penuntut Umum saja. Atas tugas dan wewenang Jaksa sebagai Penuntut Umum dalam hal penuntutan atas suatu perkara pidana, maka akan diteliti lebih lanjut mengenai konstruksi hukum pembuktian yang diterapkan Penuntut Umum dalam tindak pidana penghinaan terhadap Institusi Kepolisian Republik Indonesia dan Intelejen serta implikasi yuridis yang timbul dalam konstruksi hukum pembuktian yang diterapkan Penuntut Umum dalam tindak pidana penghinaan terhadap Institusi Kepolisian Republik Indonesia dan Intelejen tersebut. commit to user 32

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Konstruksi Hukum Pembuktian yang Diterapkan Penuntut Umum

dalam Tindak Pidana Penghinaan Terhadap Institusi Kepolisian Republik Indonesia dan Intelejen Pada Perkara Nomor: REG.PERK.PDM-43SRKTAEp.2082008 Wewenang utama dari Jaksa Penuntut Umum adalah melakukan penuntutan. Dalam Pasal 1 butir 7 KUHAP dinyatakan bahwa penututan adalah tindakan Penuntut Umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. Hal ini berarti setiap perkara pidana yang terjadi di Indonesia beban untuk pembuktikan didalam persidangan diletakkan diatas pundak penuntut umum, maka diperlukan suatu strategi agar tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dapat terbukti di muka hakim pidana, hal ini bertujuan supaya hakim dapat menjatuhkan putusannya sesuai dengan apa yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum. Strategi Jaksa Penuntut Umum untuk membuktikan di dalam persidangan tersebut dituangkan dalam konstruksi hukum pembuktian yang diterapkan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam suatu perkara pidana yang meliputi bentuk dakwaan, alat bukti yang diajukan dalam persidangan dan pasal yang digunakan dalam dakwakan. Tindak pidana penghinaan terhadap Institusi Kepolisian Republik Indonesia dan Intelejen yang dilakukan oleh terdakwa Kholid Saifullah pada demonstrasi yang dilakukan di depan Markas Polisi Wilayah Surakarta pada hari rabu tanggal 13 Juni 2007 sekitar jam 13.00 WIB telah dilimpahkan perkaranya ke Pengadilan Negeri Surakarta oleh Jaksa Penuntut Umum. Penuntut umum sebagai pihak yang mempunyai beban pembuktian didalam persidangan pidana, menerapkan konstruksi hukum pembuktian

Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAN PENAHANAN OLEH KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN

1 13 52

Analisis konstruksi hukum penuntut umum dalam menyusun dakwaan terhadap tindak pidana yang mengandung perbarengan dan implikasi yuridisnya

0 4 80

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM MEMBERIKAN UPAYA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN REHABILITASI BAGI ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN.

0 4 14

PENDAHULUAN UPAYA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN REHABILITASI BAGI ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN.

0 2 18

PENUTUP UPAYA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN REHABILITASI BAGI ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN.

0 2 6

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN.

0 5 15

SKRIPSI/ PENULISAN HUKUM TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN.

0 2 7

KAJIAN KONSTRUKSI HUKUM PEMBUKTIAN PENUNTUT UMUM DALAM TINDAK PIDANA GRATIFIKASI TERHADAP PUTUSAN PEMIDANAAN ATAS DIRI TERDAKWA

0 0 124

TINDAK PIDANA PENGHINAAN Pemerintah

0 3 56

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP APARAT KEPOLISIAN DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA A. Bentuk kekerasan yang terjadi terhadap Aparat Kepolisian - Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Aparat Kepolisian Yang Menyebabkan Kematian(Studi Putusan Nom

0 0 20