Peranan The Global Fund Dalam Penanggulangan Penyakit Tubberculosis (TB) Di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan (2007-2009)

(1)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Organisasi internasional merupakan sebagai suatu struktur formal dan berkelanjutan yang dibentuk atas suatu kesepakatan antar anggota-anggota (pemerintah dan non pemerintah) dari dua atau lebih negara berdaulat dengan tujuan untuk mengejar kepentingan bersama para anggotanya. Lebih lanjut, upaya mendifisikan suatu organisasi internasional harus melihat tujuan yang ingin dicapai, institusi-institusi yang ada, suatu proses perkiraan peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah terhadap hubungan antara suatu negara dengan aktor-aktor non negara.

Keberhasilan suatu organisasi internasional dapat dilihat dari kebijakan dan cara untuk mengimplementasikannya. Keberhasilan di bidang ini tergantung dari sikap otonomi organisasi dan kepercayaan anggota atas kepemimpinan politis organisasi tersebut, tetapi yang paling penting adalah persepsi dari pemerintah negara anggota tentang seberapa jauh bantuan maupun kebijakan yang dikembangkan oleh organisasi yang akan sesuai dengan kepentingan nasional mereka. Oleh sebab itu anggota dapat mendorong ataupun menghalangi perkembangan bantuan ataupun kebijakan yang dilakukan oleh organisasi sesuai dengan penilaian mereka dengan mempertimbangkan untung dan ruginya bagi kepentingan nasional negara tersebut.

Bila pengembangan bantuan dan kebijakan tertentu oleh organisasi dipandang berguna oleh pemerintah negara anggota atau bila organisasi telah


(2)

 

memiliki semacam otonomi yang meningkat dan mengatur dengan kuat masalah kebijakan yang spesifik dan fungsional, maka perumusan kebijakan tersebut akan dapat berjalan tanpa campur tangan yang spesifik dari negara anggota, dan keberhasilan implementasinya akan bergantung dari seberapa baik bantuan maupun kebijakan tersebut dapat diterima oleh negara yang bersangkutan. Selanjutnya, tanggapan dari negara anggota atas isu yang menjadi tujuan dari bantuan maupun kebijakan organisasi adalah variabel yang signifikan bagi pengembangan keberhasilan hasil kinerja. Hal ini khususnya dalam kasus dimana implementasi kebijakan membutuhkan tindakan dari anggota organisasi.

  Dari pemaparan di atas mengenai organisasi yang terdapat dalam judul yaitu

The Global Fund. Dengan diawali pada bulan April 2001, di pertemuan konverensi

tingkat tinggi Organization of African Unity (OAU) tentang HIV/AIDS, tuberkulosis (TB) dan penyakit infeksi lainnya di Abuja-Nigeria lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan meminta tambahan USD 10 miliar per tahun untuk memerangi HIV/AIDS dan pembentukan The Global Fund (GF-ATM) untuk memobilisasi sumber daya tersebut. “Arti kata dari ATM dalam singkatan GF-ATM adalah AIDS, tuberkulosis dan malaria”. (http://www.satuportal.net/content/ sistem-pendanaan-global-fund-rumit, diakses pada Minggu, 11-4-2010).

Dari hal diatas tersebut menyebabkan konseptualisasi dan pengembangan

The Global Fund sebagai sebuah organisasi yang tujuan inti adalah untuk

meningkatkan dan cepat mencairkan sumber daya untuk membiayai upaya kegiatan pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan orang-orang yang hidup dengan


(3)

 

terpengaruh oleh HIV/AIDS, tuberkulosis dan malaria. Dan masyarakat sipil menganggap ini sebagai kesempatan untuk segera mengamankan akses kebutuhan pengobatan dan perawatan bagi jutaan orang di seluruh dunia. Sehingga tumbuh momentum, untuk mendorong The Global Fund menjadi berbeda dari inisiatif PBB sebelumnya untuk lebih ramping, dalam artian tidak terlalu birokratis dan yang paling penting berdasarkan keterlibatan pemangku kepentingan yang sama dari setiap sektor. (http://www.theglobalfund.org/en/civilsociety/, diakses pada Selasa, 16-3-2010).

Konseptualisasi untuk pembentukan The Global Fund oleh Kofi Annan di Abuja-Nigeria seperti pada pemapara di atas, akhirnya terlaksana setelah kurang lebih setahun kemudian. Pada tahun 2002 The Global Fund terbentuk, dan The Global Fund yang telah terbentuk ini, telah menjadi sumber utama pembiayaan untuk program-program dalam memerangi AIDS, tuberkulosis dan malaria, dengan menyetujui pendanaan sebesar USD 19.3 miliar di 144 negara. Memberikan seperempat dari seluruh pembiayaan internasional untuk AIDS secara global, dua pertiga untuk tuberkulosis dan kemudian tiga perempat untuk malaria.

Pendanaan The Global Fund ini, memungkinkan negara untuk memperkuat sistem kesehatan misalnya, membuat perbaikan infrastruktur dan memberikan pelatihan bagi mereka yang memberikan layanan. Dan The Global Fund tetap berkomitmen untuk bekerja dalam kemitraan, untuk meningkatkan perjuangan melawan ke tiga penyakit dan untuk mewujudkan visi sebuah dunia yang bebas dari beban AIDS, TB dan malaria. (http://www.theglobalfund.org/en/about/?lang=en, diakses pada Selasa, 16-3-2010). Kembali seperti yang telah dikatakan pada


(4)

 

paragraph sebelumnya, yaitu tentang The Global Fund yang telah mendonori 144 negara untuk ke tiga penyakit tersebut. The Global Fund, memiliki sumber penghasilan terbesar dari kontribusi sektor publik. Dimana sejak pengoperasian The

Global Fund, 50 negara-negara donor telah menjanjikan USD 20,3 milliar sampai

dengan tahun 2015. (http://www.the globalfund.org/en/donors/?lang=en, diakses pada Jumat, 23-3-2010).

Berikut ini adalah daftar donor The Global Fund publik yang secara finansial memberikan kontribusi ke The Global Fund dalam siklus pengisian 2008-2010, yaitu Australia, Belgium, Canada, China, Denmark, European Commission, Finland, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, India, Ireland, Italy, Japan, Korea Selatan, Kuwait, Latvia, Liechtenstein, Luxembourg, Netherlands, Norway, Poland, Portugal, Romania, Russia, Saudi Arabia, Singapore, Slovenia, South Africa, Spanyol, Swedia, Swiss, Thailand, England, Amerika Serikat.

Publik donor lainnya yang sebelumnya telah memberikan kontribusi finansial untuk The Global Fund adalah sebagai berikut : Andorra, Austria, Barbados, Brazil, Brunei Darussalam, Burkina Faso, Kamerun, Meksiko, Monako, Selandia Baru, Nigeria, Uganda dan Zimbabwe. (http://www.theglobalfund.org/en/donors/list/, diakses pada Jumat, 23-3-2010).

Dan dalam cara berkerjanya The Global Fund memiliki prinsip-prinsip, ini sepenuhnya dijelaskan dalam kerangka dokumen, yaitu :

1. Beroperasi sebagai alat keuangan, bukan merupakan wujud pelaksana, yaitu tujuan


(5)

 

untuk memerangi AIDS, TB dan malaria. The Global Fund tidak melaksanakan program pemberantasan terhadap ketiga penyakit tersebut secara langsung, tetapi hanya mengandalkan pada jaringan kemitraan yang luas dengan organisasi pembangunan lainnya di lapangan untuk memasok pengetahuan lokal dan bantuan teknis yang diperlukan.

2. Menyediakan dan memanfaatkan sumber keuangan tambahan. The Global Fund dituntut dengan meningkatkan uang dalam jumlah besar yang tidak menggantikan atau mengurangi sumber-sumber lain untuk memerangi AIDS, tuberkulosis (TB), dan malaria. Ini merupakan kesenjangan dalam upaya negara untuk memerangi ketiga penyakit dan memperkuat sistem kesehatan dasar dengan pembiayaan kegiatan-kegiatan yang melengkapi dan berusaha untuk menggunakan dana sendiri untuk merangsang investasi lebih lanjut baik dengan donor dan penerima.

3. Mendukung program-program dan kegiatan-kegiatan yang berkembang dari rencana nasional dan prioritas nasional. The Global Fund yang inovatif, merupakan contoh program keuangan yang dikembangkan oleh negara-negara penerima itu sendiri sesuai dengan rencana strategis nasional dan prioritas kesehatan mereka. Syaratnya, bahwa semua bidang masyarakat dengan kepentingan dalam kesehatan masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan, termasuk masyarakat sipil dan sektor swasta, dan memastikan program atau kegiatan yang kuat dan yang meliputi banyak hal.

4. Beroperasi secara seimbang dalam hal diberbagai wilayah, penyakit dan intervensi, dalam hal ini The Global Fund memberikan prioritas kepada


(6)

kegiatan-6 

 

kegiatan pembiayaan dari negara-negara dengan pendapatan rendah dan beban penyakit yang tinggi, meskipun juga akan mempertimbangkan program atau kegiatan-kegiatan dari negara-negara untuk pendapatan yang lebih tinggi, setelah memastikan bahwa uang yang mana yang akan paling dibutuhkan untuk membantu.

5. Mengejar untuk terpadu dan pendekatan yang seimbang untuk pencegahan dan pengobatan, dalam kategori ini The Global Fund mengambil pendekatan yang meliputi banyak hal untuk AIDS, tuberkulosis (TB) dan malaria, baik mendanai pencegahan dan pengobatan yang ditentukan berdasarkan kebutuhan lokal.

6. meevaluasi proposal melalui proses tinjauan yang independen, dalam hal ini penggunaan The Global Fund dari independen Technical Review Panel memastikan bahwa sumber daya yang terbatas diinvestasikan dalam kegiatan-kegiatan yang dapat diandalkan secara teknis untuk memerangi ketiga penyakit tersebut dengan peluang kesuksesan terbesar. Panel ialah mencakup ahli penyakit, serta ahli di bidang pembangunan yang mampu menilai bagaimana yang diusulkan untuk melengkapi kegiatan-kegiatan kesehatan yang sedang berlangsung dan upaya penanggulangan kemiskinan di tingkat negara.

7. Beroperasi dengan transparansi dan dalam keadaan yang dapat ditanggung jawabkan, dalam hal ini The Global Fund menyelenggarakan penerima bertanggung jawab untuk standar yang ketat, bagi yang memerlukan kegiatan program untuk mencapai target tertentu sepanjang mendapat bantuan dana.


(7)

 

(http://www.theglobalfund.org/en/how/?lang=en#1, diakses pada Selasa, 16-3-2010).

Dari pemaparan di atas yang sebagian besar telah menjelaskan tentang The

Global Fund, pada paragraf ini kita beralih pada hubungan kerjasama The Global

Fund dengan Indonesia, yang dimana dimulainya bantuan pertama ialah sejak tahun 2003. Sejak itu Departemen Kesehatan mendapat bantuan dana dari The Global Fund sebesar empat triliun rupiah, dan menempatkan Indonesia kedalam sepuluh negara utama penerima bantuan dari The Global Fund. (http://www.kabarindonesia.com /berita.php?pil=3&jd=Global+Fund+Kembali+Kucurkan+Bantuan+Bagi+Indonesia& dn=20070825041919, diakses pada Kamis, 11-3-2010).

Dimana sebelum bantuan dana masuk ke Indonesia, Subdit P2PL dari Departemen Kesehatan terlebih dahulu mengajukan proposal ke Country

Coordinating Mechanism (CCM) dan CCM menyeleksinya untuk melihat siapa yang

memenuhi syarat untuk mendapatkan dana, CCM kemudian mengajukan proposal permintaan dana ke The Globla Fund. (data diperoleh melalui email dari ccm Indonesia, pada Sabtu, 3-4-2010).

Kemudian jika disetujui, The Global Fund menandatangani perjanjian bantuan dengan Principal Recipient (PR) untuk terima dana hibah sesuai dengan pelaksanaan program AIDS, tuberkulosis, dan malaria, tentunya sesuai dengan yang tertera dalam proposal di propinsi dan daerah mana saja serata sasaran untuk menanggulangi apa saja. Obyek PR disini yang dimaksudkan adalah Subdit P2PL,


(8)

 

yaitu Pengendalian Penyakit (PP) dan Penyehatan Lingkungan (PL). sedangkan Subdit ialah bagian dari struktur organisasi Direktorat Jendral di Departemen Kesehatan. Kemudian setelah PR menerima pembiayaan The Global Fund secara langsung, dan bisa menggunakannya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pencegahan, perawatan dan pengobatan secara sendiri. Perlu diketahui juga, bahwa untuk pelaksanaan program, PR dapat memilih Sub Recipient (SR) yaitu seperti dinas kesehatan propinsi atau organisasi lain, yang menyediakan layanan penanggulangan ke tiga penyakit tersebut dan setelah dipilih, memang SR harus ajukan proposal untuk nyatakan apa saja yang mampu dilaksanakan olehnya. Gunanya SR ialah untuk membantu PR menjalankan program dan kegiatan.Kemudian SR juga dapat memilih

Sub-sub Recipient (SSR) lagi, untuk bantu SR dalam melakukan program dan juga

kegiatannya, tentunnya dengan prosedur proposal yang sama. SSR disini yaitu bisa dikatakan seperti Dinas Kesehatan Kota.(data dari email ccm gfatm Indonesia).

Kembali ke CCM, di tingkat negara CCM adalah kemitraan yang terdiri dari semua kunci pembantu keuangan dalam menanggapi suatu negara terhadap ke tiga penyakit. CCM tidak menangani pembiayaan yang diberikan oleh The Global Fund itu sendiri, tapi bertanggung jawab untuk mengajukan proposal ke The Global Fund, menominasikan perusahaan bertanggung jawab untuk mengelola dana, hibah dan mengawasi pelaksanaannya. (http://www.theglobalfund.org/en/structures/?lang=en, diakses pada Jumat, 26-3-2010).

Anggota Country Coordinating Mechanism (CCM), terdiri dari wakil-wakil baik dari sektor publik dan swasta, termasuk pemerintah, lembaga multilateral atau


(9)

 

bilateral, organisasi non pemerintah, lembaga pendidikan, perusahaan-perusahaan swasta dan orang yang hidup dengan penyakit. (http://www.theglobalfund.org /en/ccm/?lang=en, diakses pada Sabtu, 10-4-2010).

Sehubungan dengan bantuan dana yang dikucurkan untuk menanggulangi penyakit HIV/AIDS, tuberkulosis, dan malaria untuk Indonesia. Maka bantuan dana tersebut juga digunakan untuk membantu dalam pengupayaan kegiatan menanggulangi tuberkulosis di Kota Banjarmasin dengan menggunakan program berstrategikan Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Program strategi DOTS ini, terdiri dari lima komponen kunci, yaitu komitmen dari semua kalangan dalam kasus tuberkulosis, pemeriksaan dahak yang terjamin mutunya pada waktu diagnosa tersangka pasien dan pengobatan pasien, pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus tuberkulosis dengan tatalaksana yang tepat termasuk pengawasan langsung pengobatan, jaminan ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) secara cuma-cuma, dan yang terakhir, sistem pencatatan serta pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien tuberkulosis. (data : Dinas Kesehatan Banjarmasin).

Program strategi DOTS di atas digunakan untuk menurunkan angka pasien penyakit tuberkulosis, yang dimana memang sejak tahun 2007-2009 angka setiap tahun penyakit tuberkulosis ini, cukup membuat kekhawatiran di Banjarmasin. Hal ini memiliki bukti nyata, yaitu dalam tiga tahun di tahun 2007-2009, rata-rata korban yang mengidap positif tuberkulosis per tahunnya, seperti pada tahun 2007 yang telah dilaporkan tercatat sebanyak 575 penderita tuberkulosis positif. Kemudian pada tahun


(10)

10 

 

2008, rata-rata penemuan TB positif yang telah dicatat dan dilaporkan sebanyak 594 penderita TB. Dan pada tahun 2009, rata-rata penemuan TB positif di Banjarmasin yang telah dilaporkan, tercatat sebanyak 573 kasus penderita TB Positif. Dimana yang telah diketahui tercatat 332-nya dari penderita penyakit TB di Banjarmasin tersebut masih berusia produktif. Usia produktif disini ialah kisaran usia antara dua puluh hingga empat puluh tahun. Sementara berdasarkan jenis kelamin, di tahun 2009 ini sebanyak 199 orang ialah penderita berjenis kelamin lelaki dan sebanyak 133 orang lainnya ialah penderita berjenis kelamin perempuan. (data : Dinas Kesehatan Banjarmasin).

Dari pemaparan hal-hal di atas, berikut adalah alasan ketertarikan penulis untuk meneliti tema utama wacana penulisan ini :

1. Peneliti ingin mengetahui bagaimana suatu organisasi internasional dapat berperan untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat kota Banjarmasin.

2. Peneliti ingin melihat lebih jauh permasalah yang menyangkut penyakit tuberkulosis di kota Banjarmasin ini.

3. Permasalahan penyakit tuberkulosis di kota Banjarmasin membutuhkan perhatian dari semua kalangan karena jika tidak dicegah untuk lebih lanjutnya, bukan tidak mungkin untuk menyebar luas keseluruh Indonesia ataupun negara lain, mengingat bahwa penyakit tuberkulosis ini ialah salah satu penyakit menular yang setiap satu penderitanya, bisa menularkan 10 hingga 15 orang dan jika terlambat di obati maka akan menimbulkan kematian.


(11)

 

Dari pemaparan di atas, maka peneliti mengajukan judul penelitian sebagai berikut :

“Peranan TheGlobal Fund Dalam Penanggulangan Penyakit Tuberculosis (TB) di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan (2007-2009)”

Penelitian ini ditunjang berdasarkan beberapa mata kuliah pada jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Komputer Indonesia, yaitu :

1. Pengantar Hubungan Internasional, karna pada mata kuliah ini diperkenalkan tentang studi ilmu hubungan internasional sebagai suatu bidang studi pembelajaran, sejarah perkembangan, serta para aktor yang terlibat di dalamnya. 2. Organisasi dan Administrasi Internasional, karena melalui mata kuliah ini dapat

membantu menjelaskan fungsi organisasi sebagai salah satu bentuk kerjasama internasional, peran dan karakter organisasi internasional.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dapat diartikan sebagai suatu tahap awal dari suatu pengusahaan masalah dimana objek dalam jalinan situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah. (Suriasumantri, 1998 : 265). Berdasarkan definisi tersebut maka peneliti dapat mengidetifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Mekanisme Pendanaan The Global Fund?

2. Program apakah yang disponsori oleh The Global Fund untuk menanggulangi masalah tuberkulosis (TB) di Banjarmasin?


(12)

12 

 

2. Apakah kendala yang dihadapi The Global Fund dalam menujang kegiatan program untuk menanggulangi penurunan penyakit tuberkulosis (TB) di Kota Banjarmasin?

3. Kegiatan-kegiatan apakah yang disponsori oleh The Global Fund dalam program untuk menanggulangi penyakit tuberkulosis (TB) di kota Banjarmasin?

4. Bagaimana keberhasilan The Global Fund setelah mensponsori program di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan untuk menanggulangi pengidap tuberkulosis (TB)?

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah berupaya untuk menentukan batas-batas permasalahan dengan jelas yang memungkinkan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor mana saja yang termasuk dalam ruang lingkup permasalahan dan faktor mana saja yang tidak termasuk dalam ruang lingkup permasalahan. (Suriasumantri, 1998 : 311).

Dalam penelitan ini akan memfokuskan pada peran The Global Fund terhadap upaya kegiatan yang telah disponsori untuk menanggulangai penyakit tuberkulosis (TB) di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, namun tidak mengenai tentang nominal data dana yang disalurkan. Masalah dibatasi dari tahun 2007-2009 karena peneiliti melihat adanya hubungan kerjasama antara The Global Fund dengan subdit PP&PL Departemen Kesehatan, kemudian mereka berkerjasama dengan dinas-dinas kesehatan di Indonesia termasuk di Banjarmasin dalam rangka untuk menanggulangi penyakit tuberkulosis yang menjangkiti masyarakat kota


(13)

 

Banjarmasin. Namun pada tahun 2007 dipertengahan bulan maret hingga awal tahun 2008, The Global Fund hanya memberikan bantuan untuk pengadaan obat tuberkulosis saja karena adanya dugaan dana yang belum bisa dipertanggung jawabkan kepada The Global Fund. (http://aids-ina.org/modules.php?name= AvantGo&file=print&sid=145, diaakses pada 10-4-2010).

1.4 Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah upaya untuk menyatakan secara tersirat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang kita cari jawabannya atau pernyataan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. (Suriasumantri, 1998 : 312).

Maka perumusan masalah penelitian ini mempunyai rumusan pernyataan penelitian sebagai berikut :

“Bagaimana Peranan The Global Fund Untuk Medukung Program DOTS yang Telah Diterapakan, Dalam Upaya Membantu Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dalam kurun waktu 2007-2009?”


(14)

14 

  1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah untuk :

1. Mengetahui mekanisme pendanaan The Global Fund.

2. Mengetahui program yang disponsori oleh The Global Fund untuk menanggulangi masalah tuberkulosis (TB) di Banjarmasin.

3. Mengetahui kendala yang dihadapi The Global Fund dalam menujang kegiatan program untuk menanggulangi penurunan penyakit tuberkulosis (TB) di Kota Banjarmasin.

4. Mengetahui kegiaatan-kegiatan yang disponsori oleh The Global Fund dalam program untuk menanggulangi penyakit tuberkulosis (TB) di kota Banjarmasin. 5. Mengetahui keberhasilan The Global Fund setelah mensponsori program di kota

Banjarmasin, Kalimantan Selatan untuk menanggulangi pengidap tuberkulosis (TB).

1.5.2 Kegunaan Penelitian 1.5.2.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan tambahan informasi dan pembelajaran bagi para penstudi masalah-masalah internasional. Khususnya yang terkait dengan topik penelitian yang dibahas kali ini, dan juga dapat dapat berguna bagi peneliti sendiri untuk menambah informasi dan pengetahuan ilmu hubungan internasional.


(15)

  1.5.2.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan nilai guna, serta memberi masukan, menggugah para peneliti dan penstudi hubungan internasional khususnya yang tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang peranan The Global Fund dalam upaya menanggulangi penyakit tuberculosis (TB) di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

1.6 Kerangka Pemikiran, Hipotesis, dan Definisi Oprasional 1.6.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran, merupakan alur-alur pemikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang mampu membuahkan kesimpulan berupa hipotesis, yang berarti dalam menghadapi permasalahan yang diajukan maka digunakan teoti-teori ilmiah sebagai alat yang berupa pendekatan-pendekatan yang membantu kita dalam menemukan pemecahan masalah. (Suriasumantri, 1998 : 313-316).

Hubungan internasional, apakah pemerintah, kelompok, individu, tidaklah bersifat acak tetapi bersifat terorganisir. Suatu bentuk dari hubungan internasional tersebut itu adalah institusi yaitu bentuk kolektif atau struktur dasar dari suatu organisasi sosial yang dibentuk atas dasar hukum atau tradisi manusia yang dapat berupa pertukaran, perdagangan, diplomasi, konferensi, atau organisasi internasional.

Hubungan internasional mengandung arti suatu hubungan strategi diplomatik antar negara, dan fokus karakteristik dari hubungan internasional dapat dikatakan


(16)

16 

 

bermacam-macam seperti, pada isu perang dan perdamaian, serta konflik dan kerja sama. Adapun pengertian lain tentang hubungan internasional ini adalah tentang transaksi lintas batas dari semua jenis politik, ekonomi dan sosial, dan ilmu hubungan internasional juga mempelajari negosiasi perdagangan atau oprasi dari institusi atau lembaga non-state. Hubungan internasional adalah sebuah ilmu yang juga mempelajari sebab dan akibat dari hubungan antar suatu negara. Adanya hubungan antar negara dapat disebabkan oleh adanya perbedaan sumber daya antara negara yang berbeda. Hubungan atau kerjasama juga dapat terjadi akibat saling ketergantungan (interdepensi) untuk dapat saling memenuhi kebutuhan antara suatu negara dengan negara lain. (Perwita & Yani, 2005 : 4).

Salah satu kajian utama dalam studi hubungan internasional adalah organisasi internasional yang juga merupakan salah satu aktor dalam hubungan internasional. Sebelumnya Chester I. Barnard berpendapat bahwa organisasi adalah suatu sistem kerjasama, berikut ialah pernyataannya :

“Organisasi adalah suatu sistem tentang aktivitas-aktivitas kerjasama dari dua orang atau lebih suatu yang tidak berujud atau dan tidak bersifat pribadi, dan sebagian besar mengenai hal hubungan-hubungan”. (Barnard 1938 : 75 dalam Sutarto 2006 : 22).

Pengertian Barnard di atas diambil karena ia menjelaskan dasarnya organisasi dibuat dengan tersistem dan untuk berkerjasama walau pada tahun 1939 masih dikalangan manusia saja. Kemudian kembali kepada organisasi internasional itu sendiri yang merupakan salah satu topik pembahasan dalam penulisan ini, tujuan awal didirikannya organisasi internasional menurut Bannet, yaitu :


(17)

 

“Pada awalnya organisasi internasional didirikan dengan tujuan untuk dapat mempertahankan peraturan-peraturan agar dapat berjalan dengan tertib dalam ranka mencapai tujuan bersama dan sebagai wadah hubungan antar bangsa dan negara agar kepentingan masing-masing negara dapat terjamin dalam konteks hubungan internasional”. (Bannet, 1997 : 2-4).

Seiring dengan perkembangan zaman, dimana masalah dan aktor dalam hubungan internasional mulai bertambah dan semakin kompleks, maka fokus pembahasan tidak lagi berpusat pada negara sebagai kekuatan wujud politik dunia.

Isu-isu yang yang melibatkan perilaku para aktor non-negara, baik yang berada di luar batas negara seperti organisaasi internasional, dalam buku

International Organizations: An Alternative Structure, John T. Rourke, menurutnya :

“(1) organisasi internasional merupakan sebagai community of humankind (komunitas manusia) , (2) big-power peacekeeping (kekuatan besar penjaga perdamaian), dan (3) kooperasi yang pragmatis”. (Rourke, 2005 : 191). Sedangkan menurut Clive Archer dalam bukunya International

Organizations, organisasi internasional berasal dari dua kata yaitu organisasi dan

internasional. Kata internasional diartikan dalam beberapa makna :

“Pertama, intergovermental yang berarti interstate atau hubungan antara wakil resmi dari negara-negara berdaulat. Kedua, aktivitas antara individu-individu dan kelompok-kelompok di negara lain serta juga termasuk hubungan intergovermental yang disebut dengan hubungan transnasional.

Ketiga, hubungan antara suatu cabang pemerintahan disuatu negara (seperti :

departeman pertahanan) dengan suatu cabang pemerintahan di suatu negara lain (seperti : badan pertahana atau badan intelegen) dimana hubungan tersebut tidak melalui jalur kebijakan luar negeri disebut transgovernmental. Ketiga hubungan ini termasuk dalam hubngan internasional”. (Archer dalam Perwita & Yani, 92-93 : 2005).


(18)

18 

 

Organisasi internasional merupakan bentuk interaksi diantara pihak-pihak dalam negara ataupun non-negara dalam mengurus suatu masalah tertentu yang bersifat melembaga karena adanya asas, tujuan, pengurus, dan anggota.

Adapun fungsi dari organisasi internasional menurut Peter Toma dan Robert F. Gorman, yaitu meliputi :

1. Saluran untuk kontak diplomatic secara berkesinambungan. 2. Pencegahan dan pengendalian konflik antar-negara anggota.

3. Fasilitas bagi interaksi ekonomi antar-negara anggota. (Toma dan Gorman dalam Rudy, 2003 : 29-30).

Karakterristik dari suatu organisasi internasional yaitu organisasi untuk melaksanakan fungsi yang berkelanjutan, keanggotaannya bersifat sukarela dari perserta yang memenuhi syarat, merupakan instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur, dan metode oprasional, merupakan badan pertemuan konsultatif yang bersifat luas, dan adanya sekretariat tetap untuk melanjutkan fungsi administratif, penelitian, dan informasi secara keseluruhan.

Organisasi internasional disamping berfungsi melaksanakan kehendak negara-negara anggota yang dituangkan dalam suatu perjanjian internasional, juga sebaliknya dapat mempengaruhi sikap negara-negara anggotanya dalam menanggapi suatu isu-isu tertentu.

Peranan organisasi internasional menurut Clive Archer dapat dibagi kedalam tiga kategori, yaitu :

1. Sebagai instrument, yaitu organisasi internasional digunakan oleh negara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan politik luar negerinya.


(19)

 

2. Sebagai Arena. organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota-anggotanya yang membahas dan membicarakan masalah yang dihadapi. Tidak jarang organisasi internasional digunakan oleh beberapa negara untuk mengangkat masalah dalam negerinya, ataupun mengakat masalah dalam negeri orang lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional.

3. Sebagai aktor independent. organisasi internasional dapat membantu keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi. ( Archer dalam Perwita & Yani, 2005 : 95).

Dua kategori utama organisasi internasional menurut Leroy A. Bannet, yaitu:

1. “Organisasi antar pemerintahan (Inter-Governmental Organization / IGO), anggotanya terdiri dari delegasi resmi pemerintahan negara-negara”.

2. “Organisasi non-pemerintahan (Non-Governmental Organization / NGO), terdiri dari kelompok-kelompok swasta di bidang keilmuan, keagamaan, kebudayaan, bantuan teknik dan ekonomi”.

Karakteristik umum yang terdapat dalam kedua jenis lembaga internasional tersebut meliputi :

1. “Organisasi permanen untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu”. 2. “Keanggotaannya bersifat sukarelawan”.

3. “Instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur, dan metode pelaksanaan”.

4. “Badan penasihat yang representatif atau mewakili”.

5. “Sekretariat permanen yang menjalankan fungsi administratif, penelitian, dan informasi”. (Bennet dalam Perwita dan Yani, 2005 : 93-94).

Keterlibatan The Global Fund dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, mendorong peneliti untuk menggunakan


(20)

20 

 

konsep hubungan internasional dan organisasi internasional seperti di atas. Hal ini dikarenakan bahwa The Global Fund adalah salah satu organisasi internasional yang merupakan wadah dalam melakukan hubungan kerjasama internasional dan sarana untuk mendapatkan kepentingan nasional pemerintah Indonesia.

Kemudian dalam melaksanakan pembangunan kesehatan, pemerintah banyak dibantu oleh organisasi-organisasi swasta (NGO), seperti yang dilakukan juga oleh TheGlobal Fund dalam membantu pemerintah Indonesia untuk penanggulangan ke tiga penyakit yang termasuk dalam programnya. Bantuan The Global Fund yang menjadi perhatian penulis ditujukan pada peran apa yang diberikan oleh The Global Fund dalam kurun waktu dari 2007 hingga 2009 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan untuk penaggulangan tuberkulosis.

Selanjutnya organisasi internasional di sini mewakili suatu bentuk institusi yang mengacu pada sistem formal yang terdiri dari aturan dan tujuan, suatu alat administrasi yang rasional. Dan ditambah pula dengan memiliki bentuk organisasi formal secara teknis maupun materi yang berupa konstitusi, bagiannya, peralatan, lambang, staf, susunan dalam organisasinya, administrasi dan sebagainya.

Kemudian dalam hal ini, mengenai status organisasi The Global Fund, adalah merupakan organisasi internasional non pemerintah (International Non

Governmental Organizations / I-NGOs), karena The Global Fund tidak dibentuk oleh

pemerintahan manapun, maka dari itu bukan merupakan suatu organisasi pemerintah mana pun, dan dalam setiap pengambilan keputusannya selalu bersifat independent.


(21)

 

The Global Fund, yang merupakan organsasi keuangan internasional yang

independent dan non-profit ini, berkantor pusat di Jenewa, Swiss, yang bergerak

dibidang ekonomi dan kemanusiaan untuk pendanaan pengupayaan kesehatan terhadap tiga penyakit yaitu HIV/AIDS, tuberkulosis (TB), dan Malaria. Pendanaan

The Global Fund didanai dari lima puluh negara di dunia. (http://www.theglobal

fund.org/en/donors/? lang=en diakses pada jumat, 23-3-2010).

Sedangkan tuberkulosis (TB), merupakan penyakit yang menular yang dapat mematikan disebabkan oleh bakteri (Mycobacterium Tuberculosis) yang ditularkan melalui penghirupan udara dan ditandai oleh batuk, demam, sesak napas, penurunan berat badan, dan munculnya bahan-bahan peradangan di paru-paru. tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mempengaruhi sistem saraf pusat, sistem sirkulasi, sistem pencernaan, tulang, sendi, dan bahkan kulit. (http://www. infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=57, diakses pada Kamis, 19-3-2010).

1.6.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan penelitian yang diajukan, yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka pemikiran yang dikembangkan, (Suriasumantri, 1998 : 128).

Berdasarkan paparan permasalahan dan pemikiran-pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut :


(22)

22 

 

The Global Fund berperan dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis (TB) di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, (2007-2009) dengan mensponsori kegiatan-kegiatan dalam program DOTS guna menekan penurunan angka pengidap tuberkulosis, kota Banjarmasin”.

1.6.3 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan serangkaian prosedur yang mengambarkan kegiatan yang harus dilakukan kalau kita hendak mengetahui eksistensi empiris atau derajat eksistensi empiris suatu konsep, (Mas’oed, 1994 : 100). Untuk memahami lebih lanjut terhadap penelitian ini, maka akan dipaparkan definisi oprasional dari tiap variabelnya.

1. The Global Fund, merupakan badan organsasi keuangan internasional yang

non-profit, berkantor pusat di Jenewa, Swiss, yang bergerak dibidang ekonomi dan kemanusiaan untuk pendanaan pengupayaan kesehatan AIDS, TB dan malaria.

2. Tuberkulosis (TB), merupakan penyakit yang menular yang dapat mematikan disebabkan oleh bakteri (Mycobacterium Tuberculosis) yang ditularkan melalui penghirupan udara dan ditandai oleh batuk, demam, sesak napas, penurunan berat badan, dan munculnya bahan-bahan peradangan di paru-paru. tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mempengaruhi sistem saraf pusat, sistem sirkulasi, sistem pencernaan,


(23)

 

tulang, sendi, dan bahkan kulit. (http://www.infeksi.com/articles.php?lng =in&pg=57, diakses pada Kamis, 19-3-2010).

3. Menanggulanginya, di Indonesia dilakuakan dengan strategi penyembuhan tuberkulosis jangka pendek dengan pengawasan langsung atau dikenal dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse

Chemotherapy). Dalam strategi ini ada tiga tahapan yang bisa dikatakan

penting, yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan melakukan pengawasan langsung oleh orang yang dipercaya sebagai pengawas minum obat (PMO). (data dari Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan).

1.7 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1.7.1 Metode Penelitian

Metode penelitian bertujuan untuk suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian. Dalam arti luas, metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah tersebut, (Silalahi, 2006 : 11).

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitis yaitu, suatu metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan dan situasi secara sistematis, factual, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, dan hubungan antara fenomena yang diteliti serta menganalisa hubungan kerjasama


(24)

24 

 

antar obyek-obyek yang diteliti. Disebut jenis penelitian deskriptif analitis karena bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai upaya The Global Fund dalam menanggulangi penyakit tuberculosis di Kota Banjarmasin dalam kurun waktu 2007-2010.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis berusaha mengumpulkan data yang diperlukan untuk melakukan penelitian dengan mencari bahan-bahan kepustakaan dalam bentuk buku, situs internet, jurnal, dan sumber-sumber lainnya. Sebagai sebuah penelitian yang bersifat kualitatif, yakni menganalisa data-data yang tersedia kemudian melakukan penguraian dan penafsiran, maka dalam hal ini diperlukan kejelian untuk memililih dan memisahkan data, untuk selanjutnya disajikan secara deskriptif analistis.

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.8.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dan teknik studi kepustakaan ini dilaksanakan dan akan dilaksanakan di beberapa tempat, yaitu :

1. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Jl. Dipati Ukur No. 112-116 - Bandung.

2. Perpustakaan FISIP Universitas Padjajaran (UNPAD) Jl. Jatinangor - Sumedang.


(25)

  3. Kantor PR GFATM Komponen TB

Jl. Percetakan Negara No 29, Gedung B Lt.4, Jakarta. Dinas Kesehatan 4. Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Banjarmasin

Jl. Pramuka Komplek Tirta Dhrama (PDAM) Km.6, Banjarmasin 5. Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan

Jl. Belitung Darat No. 118, Banjarmasin.

1.8.2 Waktu Penelitian

Lama waktu penelitian dimulai dari bulan Januari 2010, maka diperkirakan penelitian ini dapat selesai bulan Agustus 2010, dalam kurun waktu delapan bulan :

No. Kegiatan

Waktu Penelitian

Tahun 2010

Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Agst

1. Pra Riset

2. Pengajuan Judul

3. Usulan Penelitian

4. Seminar U.P

5. Bimbingan

6. Pengumpulan Data


(26)

26 

  1.9 Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan penelitian ini akan disusun dalam lima bab, dimana setiap bab terdiri dari sub-sub bab yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

• Bab I (Pendahuluan)

Berisi pendahuluan yang di dalamnya terdiri dari, latar belakang penelitian, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran dan hipotesis serta definisi operasional, metode penelitian dan teknik pengumpulan data, serta lokasi dan waktu penelitian.

• Bab II (Tinjauan Pustaka)

Dalam bab ini berisi tinjauan pustaka yang di dalamnya berisi uraian dan penjelasan teori-teori serta konsep-konsep dalam studi hubugan internasional yang memiliki kerterkaitan dalam penelitian ini.

• Bab III (Obyek Penelitian)

Dalam bab ini akan menggambarkan tentang keadaan umum obyek penelitian atau dengan kata lain akan memaparkan variable-variabel yang ada dalam penelitian ini. Objek Penelitian ini menyangkut masalah variabel bebas dan variabel terikat, yang dalam hal ini akan membahas tentang bantuan yang diberikan oleh The Global Fund dalam menaggulangi penyakit tuberkulosis (TB) di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dalam kurun


(27)

 

waktu tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Bab IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan).

• Bab IV

Pada bab kali ini akan menguraikan dari hasil penelitian dan pembahasan, yang merupakan kajian menganalisis dan membahas obyek penelitian (bab III), yang berdasarkan tinjauan pustaka bab II dalam usaha untuk pengujian hipotesis yang telah diajukan sebelumnya.

• Bab V (Kesimpulan dan Saran)

Berisikan kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, sementara saran-saran yang direkomendasikan diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka untuk lebih memahami tindakan-tindakan yang dilakukan aktor dalam hubungan internasional, dalam hal ini adalah peranan suatu organisasi internasional.


(28)

  28  BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hubungan Internasional

Hubungan internasional atau dalam bahasa Inggrisnya disebut International

Relation, yang berasal dari kata inter yang berarti antar, nation berarti bangsa, dan

relation berarti hubungan, yang dapat mengandung arti juga suatu hubungan strategi

diplomatik antar negara, dan fokus karakteristik dari hubungan internasional dapat dikatakan bermacam-macam seperti, pada isu perang dan perdamaian, serta konflik dan kerjasama.

Adapun pengertian lain tentang hubungan internasional ini adalah tentang transaksi lintas batas dari semua jenis politik, ekonomi dan sosial, dan ilmu hubungan internasional juga mempelajari negosiasi perdagangan atau oprasi dari institusi atau lembaga non-state. Hubungan internasional adalah sebuah ilmu yang juga mempelajari sebab dan akibat dari hubungan antar suatu negara (Perwita & Yani, 2005 : 4). Adanya hubungan antar negara dapat disebabkan oleh adanya perbedaan sumber daya antara negara yang berbeda. Hubungan atau kerjasama juga dapat terjadi akibat saling ketergantungan (interdepensi) untuk dapat saling memenuhi kebutuhan antara suatu negara dengan negara lain.

Ilmu hubungan internasional juga merupakan ilmu dengan kajian interdisipliner, maksudnya adalah ilmu ini dapat menggunakan berbagai teori,


(29)

 

konsep, dan pendekatan dari bidang ilmu-ilmu lain dalam mengembangkan kajiannya. Sepanjang menyangkut aspek internasional, hubungan atau interaksi yang melintasi batas negara adalah bidang hubungan internasional dengan kemungkinan berkaitan dengan ekonomi, hukum, komunikasi, politik, dan lainya. Demikian juga untuk menelaah hubungan internasional dapat meminjam dan menyerap konsep-konsep sosiologi, psikologi, bahkan matematika (konsep-konsep probabilitas), untuk diterapkan dalam kajian hubungan internasional (Rudy, 1993 : 3).

Menurut Holsti dalam bukunya “Politik Internasional : Suatu Kerangka Analisis” :

“Hubungan Internasional dapat mengacu pada semua bentuk interaksi antar anggota masyarakat yang berlainan, baik yang disponsori pemerintah maupun tidak. Hubungan Internasional akan meliputi analisa kebijakan luar negeri atau proses politik antar bangsa, tetapi dengan memperhatikan seluruh segi hubungan itu” (Holsti, 1987 : 29).

Menurut aliran tradisionalais dalam buku “Pengantar Hubungan

Internasional Keadilan dan Power” menyatakan bahwa hubungan internasional

adalah, studi mengenai pola-pola aksi dan reaksi di antara negara-negara berdaulat yang diwakili oleh elit-elit pemerintahan (Couloumbis, 1999 : 24).

Menurut Stanley Hoffman dalam bukunya “Contemporary Theory in

International Relation”, Hubungan Internasional adalah, studi sistematis mengenai

fenomena yang bisa diamati yang mencoba menemukan variabel-variabel dasar untuk menjelaskan perilaku dan untuk mengungkapkan karakteristik tipe-tipe hubungan antara unit-unit nasional (Hoffman, 1960 : 30).


(30)

30   

Hubungan Internasional juga menurut Mas’oed dapat didefenisikan sebagai berikut, yaitu :

“Studi tentang interaksi antar beberapa aktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang meliputi negara-negara, organisasi internasional, organisasi non-pemerintahan, kesatuan sub-nasional seperti birokrasi dan pemerintahan domestik serta individu-individu. Tujuan dasar studi Hubungan Internasional adalah mempelajari perilaku internasional yaitu perilaku para aktor negara maupun aktor non-negara, didalam arena transaksi internasional. Perilaku ini bisa berwujud kerjasama, pembentukan aliansi, perang, konflik serta interaksi dalam organisasi internasional” (Mas’oed, 1994 : 28).

2.2 Kerjasama Internasional

Kerjasama merupakan serangkaian hubungan yang tidak didasari oleh kekerasan atau paksaan dan disahkan secara hukum, seperti pada organisasi internasional. Kerjasama terjadi karena adanya penyesuaian perilaku oleh para aktor sebagai respon dan antisipasi terhadap pilihan-pilihan yang diambil oleh aktor lain. Kerjasama dapat dijalankan dalam suatu proses perundingan yang secara nyata diadakan. Namun apabila masing-masing pihak telah saling mengetahui, perundingan tidak perlu lagi dilakukan (Dougherty&Pflatzgraff, 1997: 418).

Menurut Drs. Teuku May Rudi, S.H., M.IR., M.Sc. dalam bukunya, Teori, Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional, kerjasama internasional dapat didefinisikan sebagai :


(31)

 

"Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur yang jelas dan lengkap serta diharapkan akan diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda” (Rudy, 1993: 3).

Dari pemahaman teori di atas, kerjasama bisa dikategorikan dapat berlangsung dalam berbagai konteks yang berbeda. Dan K.J. Holsti mengutarakan dalam buku Politik Internasional : Suatu Kerangka Teoritis, tentang adanya beberapa alasan mengapa negara melakukan kerjasama, antara lain, yaitu :

1. Demi meningkatkan kesejahteraan ekonominya, dimana melalui kerjasama dengan negara lainnya, negara tersebut dapat mengurangi biaya yang harus ditanggung dalam memproduksi suatu produk kebutuhan bagi rakyatnya karena keterbatasan yang dimiliki negara tersebut.

2. Untuk meningkatkan efisiensi yang berkaitan dengan pengurangan biaya. 3. Karena adanya masalah-masalah yang mengancam keamanan bersama. 4. Dalam rangka mengurangi kerugian negatif yang diakibatkan oleh

tindakan-tindakan individual negara yang memberi dampak terhadap negara lain (Holsti, 1995: 362-363).

Kemudian ada beberapa faktor-faktor yang mendorong sehingga dapat terjadinya suatu kerjasama internasional, yaitu :

1. Kemajuan dalam bidang teknologi, yang menyebabkan semakin mudahnya hubungan yang dapat dilakukan negara, sehingga meningkatkan ketergantungan satu dengan yang lainnya.

2. Kemajuan dan perkembangan ekonomi mempengaruhi kesejahteraan bangsa dan negara. Kesejahteraan suatu negara dapat mempengaruhi kesejahteraan negara lainnya di dunia.

3. Perubahan sifat peperangan, dimana terdapat suatu keinginan bersama untuk saling melindungi dan membela diri dalam bentuk kerjasama internasional.


(32)

32   

4. Adanya kesadaran dan keinginan untuk berorganisasi. Salah satu metode kerjasama internasional dilandasi atas dasar bahwa dengan berorganisasi akan memudahkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi (Kartasasmita, 1997: 22).

Dari ke empat faktor yang mendorong adanya suatu kerjasama internasional, pihak The Global Fund sebenarnya telah memiliki keinginan untuk berorganisasi yaitu dalam ini melalui kerjasama internasional, yang memang di landasi atas dasar untuk memudahkan dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi, yang pada hal ini adalah dibidang kesehatan seperti pada program mereka yang memerangi penyakit AIDS, tuberkulosis, dan malaria, khususnya untuk mereka yang masih berkategorikan negara berkembang.

Sehingga pada akhirnya, Kerjasama yang terbentuk akan mengarah pada terciptanya interdependensi, dimana organisasi internasional ialah sebagai suatu wadah kerjasama yang memainkan peran penting dengan kapasistasnya sebagai aktor non negara.

2.3 Organisasi Internasional

Organisasi Internasional atau Internasional Organization adalah suatu ikatan formal melampaui batas wilayah nasional yang menetapkan untuk membentuk mesin kelembagaan agar memudahkan kerjasama di antara mereka dalam bidang keamanan, ekonomi dan sosial, serta bidang lainnya. Organisasi internasional moderen, mulai muncul lebih dari satu abad yang lalu di negara barat, yang berkembang di abad ke-20, yaitu di jaman kerjasama internasional. Dua jenis organisasi internasional yang


(33)

 

dikenal antara lain, organisasi publik antara dua negara atau lebih, serta organisasi swasta yang lebih dikenal dengan organisasi non pemerintahan (NGO) (Kamus Hubungan Internasional, 1999 : 271).

Pengertian organisasi internasional, secara sederhana juga dapat didefinisikan sebagai :

“Any cooperative arrangement instituted among state, usually by a basic agreement, to perform some mutually advantageous functions inplemented trough periodic meetings and staff activities”.

(Pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara negara-negara, umumnya berlandaskan fungsi-fungsi yang member manfaat timbal-balik yang diejawantahkan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala) (Cheever dan Haviland Jr, 1967 : 6 dalam Rudy, 2009 : 2-3).

Seperti menurut pengertian sederhana di atas yang dapat di bagikan kedalam suatu unsur, organisasi internasional mencakup adanya tiga unsur, yaitu :

1. Keterlibatan negara dalam suatu pola kerjasama. 2. Adanya pertemuan-pertemuan secara berkala.

3. Adanya staf yang berkerja sebagai pegawai sipil internasional.

Dari ketiga unsur-unsur diatas, perkembangan pesat dalam bentuk serta pola kerjasama melalui organisasi internasional, makin menonjolkan peran organisasi internasional yang bukan melibatkan negara berserta pemerintahan saja. Namun negara tetap merupakan aktor yang paling dominan di dalam bentuk-bentuk kerjasama internasional, akan tetapi perlu juga diakui adanya eksistensi organisasi-organisasi non pemerintahan yang semakin hari semakin banyak jumlahnya.


(34)

34   

Dengan demikian, organisasi internasional, akan lebih lengkap dan menyeluruh jika didefinisikan sebagai berikut :

“Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda” (Rudy, 2009 : 3).

Jika dilihat dari pertumbuhannya, organisasi-organisasi internasional tumbuh karena adanya kebutuhan dan kepentingan masyarakat antara bangsa untuk adanya wadah serta alat untuk melaksanakan kerjasama internasional. Sarana untuk mengkoordinasikan kerjasama antara negara dan antara bangsa ke arah pencapaian tujuan yang sama dan perlu di usahakan secara bersama-sama.

L. Leonard dalam International Organization dalam buku T. May Rudy, telah mengemukakan pendapatnya bahwa :

“Souvereign states recognized the need for more sustained methods of collaboration on numerous problem. State established internationals organizations to meet these specific needs”.

(Negara-negara berdaulat menyadari perlunya pengembangan cara atau metode kerjasama berkesinambungan yang lebih baik mengenai penanggulangan berbagai masalah. Negara-negara membentuk organisasi internasional untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut) (Rudy, 2009 : 4).

2.3.1 Klasifikasi Organisasi Internasional

Organisasi internasional dapat diklasifikasikan berdasarkan keanggotaan, tujuan, aktivitas dan strukturnya. Organisasi internasional bila dilihat dari


(35)

 

keanggotaannya dapat dibagi lagi berdasarkan tipe keanggotaan dan jangkauan keanggotaan. Bila menyangkut tipe keanggotaan, organisasi internasional dapat dibedakan menjadi organisasi internasional dengan wakil pemerintahan negara-negara sebagai anggota atau International Govermental Organizations (IGOs), serta organisasi internasional yang anggotanya bukan mewakili pemerintah atau

International Non-Govermental Organizations (INGOs).

Mirip dengan pemaparan tentang penggolongan organisasi internasional di atas, namun Teuku May Rudy menyatakan secara terinci penggolongan organisasi internasional menurut kegiatan administrasi, yaitu sebagai berikut :

1. Organisasi internasional antar pemerintahan (Inter Govermental Organization) yang sering lazim disingkat menjadi IGO. Anggota-anggotanya adalah pemerintah, atau wakil instansi yang mewakili pemerintahan suatu negara secara resmi. Kegiatan administrasinya diatur berlandaskan hukum publik.

2. Organisasi Internasional Non Pemerintah (Non Governmental Organization) yang sering juga lazim disingkat dengan peristilahan NGO, atau INGO (International Non Governmental Organization). Kegiatan administrasinya biasanya diatur berlandaskan pada hukum perdata (Rudy, 2009 : 5).

Dari pemaparan tentang penggolongan organisasi internasional disebelumnya, organisasi internasional The Global Fund yang menjadi topik pembahasan pada penulisan kali ini, ialah merupakan sebuah penggolongan dari


(36)

36   

karakteristik NGO yang bersifat internasional, sehingga dapat disebut sebagai INGO

(International Non Governmental Organization).

Kemudian menurut Teuku May Rudy pun, ia menyatakan bahwa dalam penggolongan atau klasifikasi dapat dilihat juga dari segi ruang lingkup, fungsi dan lain sebagainya. Ada bermacam-macam penggolongan organisasi internasional, suatu organisasi internasional dapat sekaligus masuk ke dalam lebih dari satu macam kategori, bergantung kepada segi yang ditinjau dalam menggolongkannya.

Kemudian disebutkan secara terinci, penggolongan organisasi internasional ada bermacam-macam, tinjauan ini didasarkan pada :

1. Ruang Lingkup (Wilayah) kegiatan dan keanggotaan A. Organisasi Internasional Global.

Wilayah kegiatan adalah global dan keanggotaan terbuka dalam ruang lingkup diberbagai penjuru dunia.

B. Organisasi Internasional Regional.

Wilayah kegiatan adalah regional, dan keanggotaan hanya diberikan bagi negara-negara pada kawasan tertentu saja.

Bila dilihat dari segi penggolongan ruang lingkup dan keanggotaan di atas, organisasi The Global Fund bisa di kategorikan termasuk kedalam organisasi internasional global karena dalam wilayah kegiatannya organisasi ini mencakup global dan keanggotaannya terbuka dalam ruang lingkup diberbagai penjuru dunia. 2. Tujuan dan Luas Bidang Kegiatan Organisasi


(37)

 

Tujuan organisasi serta bidang kegiatannya bersifat luas dan umum, bukan hanya menyangkut bidang-bidang tertentu saja.

B. Organisasi Internasional Global Khusus (menyangkut hal khusus).

Tujuan organisasi serta kegiatannya adalah khusus pada bidang tertentu atau menyangkut hal tertentu saja (Rudy, 2009 : 5-7).

Jika disimpulkan dari segi pemaparan tujuan dan luas bidang kegiatan organisasi diatas, organisasi The Global Fund termasuk kedalam organisasi internasional global khusus, karena tujuan organisasi ini hanyalah fokus kepada ke tiga penyakit saja diseluruh negara yang telah berkerjasama dengannya, khususnya di negara-negara berkembang. Ketiga penyakit tersebut ialah AIDS, tubercolusis dan malaria. Mengenai kegiatannya, The Global Fund hanyalah khusus memberikan dana ketika pengajuan proposal dari negara yang ingin menerima bantuannya di sahkan oleh The Global Fund itu sendiri.

2.3.2 Fungsi Organisasi Internasional

Dalam mencapai tujuannya, organisasi internasional harus menjalankan fungsinya dengan baik, sehingga tujuan tersebut tidak menyimpang dari yang telah ditetapkan. Selain untuk mencapai tujuannya, organisasi internasional juga harus memiliki fungsi terhadap anggota-anggotannya.

Leroy Bennet dalam buku International Organization, Principle and Issue, mengemukakan bahwa :


(38)

38   

“Suatu organisasi internasional harus menjadi sarana kerjasama antarnegara, yang mana kerjasama tersebut mampu memberikan manfaat atau fungsi bagi semua anggotannya. Selain itu, organisasi internasional harus mampu menyediakan berbagai saluran komunikasi antar pemerintah, agar wilayah akomodasi dapat dieksplorasi dengan mudah, terutama ketika muncul suatu masalah” (Bennet, 1995 : 9).

Sedangkan menurut Teuku May Rudy, dalam buku Administrasi dan Organisasi Internasional, mengatakan bahwa fungsi organisasi internasional adalah sebagai berikut :

1. Tempat himpunan bagi negara-negara anggota bila organisasi internasional itu IGO (antara negara atau pemerintahan) dan bagi kelompok masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat apabila organisasi internasional tersebut masuk ke dalam kategori INGO (non pemerintah).

2. Untuk menyusun atau merumuskan agenda bersama (yang menyangkut kepentingan semua anggota) dan memprakarsai berlangsungnya perundingan untuk menghasilkan perjanjian-perjanjian internasional. 3. Untuk menyusun dan menghasilkan kesepakatan mengenai atura atau

norma atau juga mengenai rajim-rejim internasional.

4. Persediaan sarularan untuk berkomunikasi di antara sesama anggota dan adakalanya merintis akses komunikasi bersama dengan non anggotanya (bisa dengan negara lain yang bukan anggota dan bisa dengan organisasi internasional lainnya).

5. Penyebarluasan informasi yang bisa dimanfaatkan sesama anggota (Rudy, 2009 : 27-28).

Kemudian menurut Archer, secara umum mendefinisikan fungsi organisasi internasional dapat dibagi ke dalam sembilan fungsi, yaitu :


(39)

 

1. Artikulasi dan agregasi

Organisasi internasional berfungsi sebagai instrument bagi negara untuk mengartikulasikan dan mengagregasikan kepentingannya, serta dapat mengartikulasikan kepentingannya sendiri. Organisasi internasional menjadi salah satu bentuk kontak institusionalisme antara partisipan aktif dalam sistem internasional, yaitu sebagai forum diskusi dan negosiasi.

2. Norma

Organisasi internasional sebagai aktor, forum dan instrument yang memberikan kontribusi yang berarti bagi aktivitas-aktivitas normatif dari sistem politik internasional. Misalnya dalam penetapan nilai-nilai atau prinsip-prinsip non-diskriminasi.

3. Rekrutmen

Organisasi internasional menunjang fungsi penting untuk menarik atau merekrut partisipan dalam sistem politik internasional.

4. Sosialisasi

Sosialisasi berarti upaya sistematis untuk mentransfer nilai-nilai kepada seluruh anggota sistem. Proses sosialisasi pada level internasional berlangsung pada tingkat nasional yang secara langsung mempengaruhi individu-individu atau kelompok-kelompok di dalam sejumlah negara dan di antaranya negara-negara yang bertindak pada lingkungan internasional atau di antara wakil mereka di dalam organisasi. Dengan demikian, organisasi internasional memberikan kontribusi bagi penerimaan dan peningkatan nilai kerjasama.

5. Pembuat Peraturan

Sistem internasional tidak mempunyai pemerintahan dunia, oleh karena itu, pembuatan keputusan internasional biasanya didasarkan pada praktek masa lalu, perjanjian ad hoc, atau oleh organisasi internasional.

6. Pelaksana Peraturan

Pelaksanaan keputusan organisasi internasional hampir pasti diserahkan kepada kedaulatan negara. Di dalam prakteknya, fungsi aplikasi aturan oleh organisasi internasional seringkali lebih terbatas pada pengawasan pelaksanaannya, karena aplikasi sesungguhnya ada di tangan negara anggota.


(40)

40   

7. Pengesah Peraturan

Organisasi internasional bertugas untuk mengesahkan aturan-aturan dalam system internasional. Fungsi ajudikasi dilaksanakan oleh lembaga kehakiman, namun fungsi ini tidak dilengkapi dengan lembaga yang memadai dan tidak dibekali oleh sifat yang memaksa sehingga hanya terlihat jelas bila ada pihak-pihak negara yang bertikai.

8. Informasi

Organisasi internasional melakukan pencarian, pengumpulan, pengolahan dan penyebaran informasi.

9. Oprasional

Organisasi internasional menjalankan sejumlah fungsi operasional di banyak hal yang sama halnya seperti dalam pemerintahan. Fungsi pelaksanaan yang dilakukan organisasi internasional terlihat pada apa yang dilakukan oleh UNHCR yang membantu pengungsi, World Bank yang menyediakan dana, UNICEF yang melakukan perlindungan terhadap anak-anak, dan lain sebagainya. (Archer, 1983 : 69-78).

2.3.3 Teori dan Peranan Organisasi Internasional 2.3.3.1 Teori Peranan

Menurut T. Coser dan Anthony Rosenberg dengan bukunya berjudul ”An

Introduction to Internatioanl Politics” menggambarkan definisi peranan yakni :

”Sebagai tuntutan yang diberikan secara struktural (norma-norma, harapan, larangan, tanggung jawab) dimana didalamnya terdapat serangkaian tekanan dan kemudahan yang menghubungkan, membimbing, dan mendukung fungsinya dalam organisasi” (Coser dan Rosenberg, 1976 : 232-255).

Sedangkan menurut Kantaprawira, peranan juga dapat dikatakan sebagai prilaku yang diharapkan dari seseorang atau struktur tertentu yang menduduki suatu posisi dalam suatu sistem (Kantaprawira, 1987 : 32).


(41)

 

Adapula menurut Mochtar Mas’oed, bahwa suatu arti dari peranan (role) adalah sebagai berikut :

”Perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi”. Ini adalah perilaku yang dilekatkan pada posisi tersebut, diharapkan berperilaku sesuai dengan sifat posisi tersebut” (Mas’oed, 1989 : 44).

Menurut Levinson dalam Soekanto, dalam pemaparannya peranan dapat mencakup tiga hal, yaitu :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Levinson dalam Soekanto, 2001 : 269).

2.3.3.2 Peranan Organisasi Internasional

Semua organisasi internasional memiliki struktur organisasi untuk mencapai tujuannya. Apabila struktur-struktur tersebut telah menjalankan fungsinya, maka organisasi tersebut telah menjalankan peranan tertentu. Dengan demikian, peranan dapat dianggap sebagai fungsi baru dalam rangka pengejaran tujuan-tujuan kemasyarakatan.

Dengan adanya peranan organisasi internasional yang sejajar dengan negara, organisasi internasional dapat melakukan dan memiliki sejumlah peranan penting, yaitu :


(42)

42   

1. Menyediakan sarana kerjasama diantara negara-negara dalam berbagai bidang, dimana kerjasama tersebut memberikan keuntungan bagi sebagian besar ataupun keseluruhan anggotannya. Selain sebagai tempat dimana keputusan tentang kerjasama dibuat juga menyediakan perangkat administratif untuk menerjemahkan keputusan tersebut menjadi tindakan. 2. Menyediakan berbagai jalur komunikasi antar pemerintah negara-negara,

sehingga dapat dieksplorasi dan akan mempermudah aksesnya apabila timbul masalah (Bennet, 1995 : 3).

Selain itu, peranan organisasi internasional ditujukan pada kontribusi organisasi di dalam peraturan yang lebih luas selain dari pada pemecah masalah. Peranan organisasi internasional dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

1. Organisasi internasional sebagai legitimasi kolektif bagi aktivitas-aktivitas organisasi dan atau anggota secara individual.

2. Organisasi internasional sebagai penentu agenda internasional.

3. Organisasi internasional sebagai wadah atau instrument bagi koalisi antar anggota atau koordinasi kebijakan antar pemerintah (Bennet, 1995 : 8). Sedangkan di dalam Perwita & Yani, menyatakan bahwa peran organisasi internasional adalah sebagai berikut :

1. Wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mencegah atau mengurangi intensitas konflik (sesama anggota).

2. Sebagai sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan.

3. Lembaga yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan (antara lain kegiatan sosial, kemanusiaan, bantuan pelestarian lingkungan hidup, peace keeping operation dan lain-lain) (Perwita & Yani,2005 : 27).


(43)

 

Dan menurut Clive Archer dan ada lagi penyimpulan kata-kata oleh Perwita dan Yani tentang doktrinnya Archer, bahwa peranan organisasi internasional dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu :

1. Sebagai instrumen.

Bila dikategorikan dalam NGO yang bersifat internasional (INGO), peranan organisasi internasional yang dikatakan sebagai intrumen biasanya terdapat dalam INGO yang merupakan kelompok-kelompok dagang, organisasi bisnis, ataupun partai politik. Untuk menggambarkan organisasi internasional sebagai instrumen bagi anggotanya tidak berarti bahwa setiap keputusan yang diambil bertujuan untuk memenuhi keinginan setiap anggotanya. Suatu instrumen menunjukkan tujuannya bila memperlihatkan kegunaannya dalam periode waktu tertentu bagi mereka yang memanfaatkan jasanya. Kepuasan anggota lain tidak dapat dikurangi bila anggota lain memanfaatkan organisasi itu yang mana organisasi tersebut tidak digunakan sebagai senjata bagi mereka (Archer, 1983 : 136).

2. Sebagai arena.

Arena yang dimaksud disini ialah bersifat netral, artinya bahwa arena dalam organisasi internasional dapat dipakai sebagai tempat bersandiwara, sirkus atau pertengkaran. Organisasi internasional juga menyediakan kesempatan bagi para anggotanya untuk lebih meningkatkan pandangan atau opininya dalam suatu forum publik dimana hal seperti itu tidak dapat diperoleh dalam diplomasi bilateral (Archer, 1983 : 141).

Organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota-anggotanya untuk membicarakan dan membahas masalah-masalah yang dihadapi. Tidak jarang organisasi internasional digunakan oleh beberapa negara untuk mengangkat masalah-masalah dalam negerinya, ataupun masalah dalam negeri negara lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional ( Archer dalam Perwita dan Yani, 2005 : 95). 3. Sebagai aktor independen.

Organisasi internasional dapat membuat keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi (Archer dalam Perwita dan Yani, 2005 : 95).


(44)

44   

Adapun pendapat dari Teuku May Rudy tentang peranan organisasi internasional yang memang disetiap organisasi internasional tentunya dibentuk untuk melaksanakan peran-peran sesuai dengan tujuan pendirian organisasi internasional tersebut oleh para anggotanya. Berikut adalah peran organsasi internasional menurut Rudy, yaitu :

1. Wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mencegah atau mengurangi intensitas konflik (sesama anggota).

2. Sebagai sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan.

3. Adakalanya bertindak sebagai lembaga yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan (antara lain kegiatan sosial kemanusiaan, bantuan untuk pelestarian lingkuangan hidup, pemugaran monument bersejarah, operasi menjaga perdamaian dan lain-lain) (Rudy, 2009 : 27).

2.4 Organisasi Non Pemerintah (Non Governmental Organization)

Organisasi non-pemerintah dapat bersifat organisasi internasional yang disebut International Non-Govermental Organization (INGO) dan dapat pula hanya bersifat intra-nasional yang disebut Non-Govermental Organization (NGO) saja. Perbedaannya hanya pada keanggotaan organisasi, mitra kerjasama serta ruang lingkup kegiatan organisasinya.

Pengertian NGO menurut Plano dan Olton yang tertuang di dalam bukunya “Kamus Hubungan Internasional” yaitu, suatu organisasi internasional privat yang berfungsi sebagai mekasnisme bagi kerjasama diantara kelompok swasta nasional dalam ihwal urusan internasional, terutama dalam bidang ekonomi, sosial , kebudayaan, humanitarian dan teknis. Berdasarkan Piagam PBB (Pasal 71), Dewan


(45)

 

Ekonomi dan Sosial (ECOSOC) diberi kuasa untuk membuat aturan yang memadai dalam bertukar pendapat dengan NGO dalam ihwal yang terpaut dengan kepentingannya. NGO juga dikenal sebagai asosiasi lintas nasional.

Selain itu NGO dapat pula bersifat internasional (INGO) dengan ruang lingkup terbatas secara regional saja. Unsur atau syarat yang sudah pasti bagi INGO, adalah bersifat non pemerintah, atau bahwa yang dilibatkan dalam pembentukan, keanggotaan dan dalam kegiatan organisasi adalah bukan pemerintah masing-masing negara. Selain itu, adapula syarat-syarat lainnya yang tidak kalah penting dan tidak boleh diabaikan (Rudy, 2009 : 19).

Kriteria persyaratan bagi organisasi internasional non pemerintah atau yang sering disebut INGO, menurut “The Union of International Association”, adalah sebagai berikut :

1. Tujuan organisasi harus sepenuhnya bersifat/berciri internasional, dengan menegaskan keterlibatan organisasi lebih daripada sekedar hubungan bilateral (antara dua negara), atau sekurang-kurangnya mencakup kegiatan organisasi pada tiga negara.

2. Keanggotaannya harus terbuka, mencakup individu-individu serta kelompok-kelompok di wilayah/negara yang termasuk ruang lingkup organisasi itu, dengan sekurang-kurangnya mencakup individu atau kelompok dari tiga negara.

3. Anggaran Dasar organisasi harus mengandung ketentuan mengenai pemilihan/pergantian pimpinan dan pengurus secara berkala/periodik, dengan tatacara pemilihan yang disusun sedemikian rupa guna menghindari pengisisn jabatan-jabatan dan pengendalian organisasi hanya oleh orang-orang dari suatu negara saja.

4. Pendanaan/pembiayaan pokok (subtansial) bagi kegiatan organisasi harus berasal, atau mencakup sumbangan dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) negara (Warner Feld dalam David McLellan, 1977 : 50-51).


(46)

46   

2.4.1 Sejarah Perkembangan INGO

Bila dilihat dari sejarah terbentuknya INGO, yang mulai dikenal pada tahun 1846. Tercatat sebagai INGO pertama, dalam berbagai literatur adalah World’s

Evangelical Alliance (Penghimpunan Penginjil Sedunia). Kemudian, menyusullah

terbentuknya berbagai INGO lainnya sejak pertengahan abad sembilan belas (sekitar tahun 1860).

Lalu setelah usainya perang dunia I dan II, makin banyak INGO terbentuk. Menurut catatan dari “Yearbook of International Organization” pada tahun 1962-1963, telah menyebutkan bahwa ada 1500 INGO pada saat itu. Dari 1500 INGO yang ada pada saat itu, yang dimana warga dan kelompok-kelompok dari negara adidaya yang berpartisipasi hanya dalam 192 INGO saja. Hal ini disebabkan karena masih adanya pertikaian antar negara dan juga perbedaan ideologi serta kepentingan, yang cukup berperan dalam menghambat keberhasilan yang ingin dicapai melalui INGO tersebut.

Tetapi tidak dapat dipungkiri juga, bahwa sebenarnya dan sepenuhnya INGO juga memang telah berusaha berbuat banyak dan cukup bermanfaat dalam menanggulangi berbagai masalah umat manusia serta juga termasuk lingkungan hidup bagi umat manusianya itu sendiri. Akan tetapi, perkembangan serta usaha INGO itu bergerak lamban (Feld dalam Rudy, 2009 : 21).


(47)

 

2.4.2 Tipe Kegiatan NGO

Dalam mencermati suatu tipe-tipe kegiatan NGO, pada dasarnya kegiatannya dapat diklasifikasikan kedalam dua tipe, yaitu aktivitas NGO yang sifatnya opersional dan NGO yang yang bergerak di bidang kampanye atau “operational and

campaigning NGOs”. Dan biasanya, sebuah NGO operational harus memobilisasi

resources, dalam bentuk financial donations, materials atau volunteer labor demi

keberlangsungan program dan proyek yang mereka jalani. Kemudian proses dalam hal ini, biasanya membutuhkan organisasi yang kompleks. Bentuk-bentuk usaha yang dilakukan untuk mendapatkan sumberdaya guna menjalankan tujuan organisasinya, biasanya dapat melalui charity shops, sukarelawan, atau staffed by volonteers, sewa dan jual beli barang dari donator.

Kemudian pada kegiatan finansial, dapat diperoleh dari hibah atau grants atau kontrak, dari pemerintah, yayasan atau perusahaan. Dan semua hal itu membutuhkan waktu dan keahlian dalam perencanaan, persiapan aplikasi, penganggaran keuangan dan pelaporan. Bagian found-raising events dibutuhkan keterampilan dalam advertasi, hubungan dengan media dan memotivasi para pendukungnya. Kecuali dari itu, NGO operasional perlu memiliki kantor pusat yang efisien dalam birokrasi dan staf opersional dalam bidangnya.

Lalu jika dilihat pada tipe yang kedua adalah “Campaigning NGOs” atau NGO yang bergerak dalam mengkampanyekan isu tertentu. Pada umumnya memiliki kesamaan dengan NGO opersional, namun NGO untuk program kampanye memiliki skala yang lebih kecil. Tujuan NGO ini adalah mengupayakan agar bagaimana


(48)

48   

membuat atractifitas yang mengandung unsur publisitas tinggi dan tidak concern untuk menggalakan pengumpulan dana. Beberapa tipe lainnya seperti NGO yang bergerak dibidang penelitian. Institusi penelitian memiliki bentuk khusus dari program operasional, yang tujuan utamanya adalah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman (Suherman, 2003 : 201).

Selain itu menurut De Sousa Santos, ada kelompok-kelompok tipe NGO yang bisa dilihat dari kegiatan dan jaringannya, yaitu :

1. Relief and welfare agencies

2. Technical innovation organization

3. Public service contractors

4. Popular develovment agencies

5. Grassroots develovment organization

6. Advocacy group and networks (Suherman, 2003 : 202).

Dalam pergaulan masyarakat internasional, peran NGO semakin signifikan dalam melakukan lobi bahkan penentuan pengambilan keputusan suatu konferensi di tingkat internasional.

Kehadiran NGO dalam forum-forum internasional dapat dilihat dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro tahun 1992. Di antara 170 kepala negara juga terdapat 2000 NGO terlibat dalam lobi sehingga dikatakan sebagai global forum bayangan “shadow conference”. Padahal jika dilihat dalam hukum internasional, posisi NGO bukanlah merupakan suatu subjek hukum internasional, namun terlepas dari itu, ada beberapa pengecualian, yaitu IGO telah


(49)

 

menganugerahkan sebagai consultative or observer status seperti pada ICRC atau Palang Merah Internasional tahun 1991 dari Majelis Umum PBB. Dalam Piagam PBB pasal 71, ECOSOC telah mengadopsi pengakuan terhadap NGO dalam level internasional secara dramatis telah meningkat. Hal ini terlihat dari jumlah NGO yang berstatus sebagai consultative council yakni sebanyak empat puluh satu pada tahun 1948 dan pada tahun 1994 telah mencapai seribu NGO (Suherman, 2003:202).

2.5 Isu Kesehatan dalam Hubungan Internasional

Isu kesehatan pada dinamika hubungan internasional disatu dasawarsa terakhir ini menunjukkan adanya berbagai kecenderungan baru yang secara substansial yang sangat berbeda dengan masa-masa sebelumnya, seperti berakhirnya perang dingin, mengemukanya isu-isu baru yang secara signifikan telah mengubah wajah dunia. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan internasional meliputi lima bagian utama, yaitu aktor (pelaku hubungan internasional), tujuan para aktor, power, hirarki interaksi dan sistem internasional itu sendiri.

Perubahan pada aktor diindikasikan dengan perubahan, bertambah dan berkurangnya jumlah dan sifat aktor hubungan internasional. Disamping terjadinya penambahan aktor (negara), terjadi pula penambahan secara signifikan pada jumlah aktor non negara, seperti multinational corporations (MNCs), international

governmental organization (IGO) dan international non govermental organization


(50)

50   

Di sisi lain, interaksi yang dihasilkan dari organisasi-organisasi IGO dan NGO juga semakin rumit karena keterkaitan mereka dalam beragam isu yang begitu luas, seperti isu kesehatan dan salah satu isu kesehatan yang kini menjadi isu global adalah tuberkulosis di Indonesia, khususnya di Banjarmasin yang merupakan ilustrasi rendahnya penyediaan dan perlindungan terhadap keamanan kesehatan untuk masyarakat di Indonesia (HumanSecurity).

Konsep keamanan manusia, pada dasarnya merupakan pengembangan konsep keamanan yang selama ini dipahami dalam hubungan internasional, yang sebenarnya pada dahulu konsep keamanan selalu identik dengan militer. Namun seiring dengan berkembangnya jaman, dalam konteks ini dimana makna keamanan manusia sudah berkembang di dalam hubungan internasional, dan terdiri dari tujuh dimensi yang saling terkait, yaitu keamanan ekonomi (terbebas dari kemiskinan), keamanan pangan (ada akses untuk pangan), keamanan kesehatan (tersedianya akses terhadap pelayanan kesehatan dan perlindungan dari penyakit menular), keamanan lingkungan (perlindungan dari bahaya kerusakan lingkungan), keamanan individu (keselamatan fisik dari kekerasan domestik, kriminalitas, bahkan dari kecelakaan lalu lintas), keamanan komunitas (terjaminnya nilai-nilai budaya) dan keamanan politik (terjaminnya HAM).

Dengan demikian, dalam kondisi kekinian, ada empat elemen penting yang harus diperhatikan dari konsep keamanan manusia. Pertama, keamanan manusia tak lagi hanya didominasi komponen militer. Kedua, keamanan manusia merupakan produk kebijakan yang dihasilkan beragam aktor (negara maupun non negara).


(51)

 

Ketiga, keamanan manusia mensyaratkan interaksi yang bersifat interdependen yang

dihasilkan baik dari tataran lokal, nasional, regional, maupun global (Perwita dan Yani, 2005 : 123-126).


(52)

  52  BAB III

OBJEK PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum The Global Fund (GFATM)

3.1.1 Latar Belakang Terbentuknya The Global Fund (GFATM)

Dengan diawali pada bulan April 2001, di pertemuan konperensi tingkat tinggi Organization of African Unity (OAU) tentang HIV/AIDS, tuberculosis (TB) dan penyakit infeksi lainnya di Abuja-Nigeria lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan meminta tambahan USD 10 miliar per tahun untuk memerangi HIV/AIDS dan pembentukan The Global Fund (GFATM) untuk memobilisasi sumber daya tersebut.

Kemudian dari hal diatas tersebut menyebabkan terjadinya konseptualisasi dan pengembangan The Global Fund sebagai sebuah organisasi yang tujuan inti adalah untuk meningkatkan dan cepat mencairkan sumber daya untuk membiayai pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan orang-orang yang hidup dengan terpengaruh oleh HIV/AIDS, TB dan malaria.

Kemudian masyarakat sipil menganggap ini sebagai kesempatan untuk segera mengamankan akses kebutuhan pengobatan dan perawatan bagi jutaan orang di seluruh dunia. Sehingga tumbuh momentum, untuk mendorong The Global Fund (GFATM) menjadi berbeda dari inisiatif PBB sebelumnya untuk lebih ramping, dalam artian tidak terlalu birokratis dan yang paling penting berdasarkan keterlibatan pemangku kepentingan yang sama dari setiap sektor yang ada.


(53)

 

(http://www.theglobalfund.org/en/civilsociety/, diakses pada Selasa, 16-3-2010). “Arti kata dari ATM dalam singkatan GFATM adalah AIDS, tuberculosis dan malaria”. (http://www.satuportal.net/content/sistem-pendanaan-global-fund-rumit, diakses pada Minggu, 11-4-2010).

Sejak konseptual untuk pembentukan The Global Fund oleh Kofi Annan di Abuja-Nigeria. Akhirnya kurang lebih setahun kemudian, The Global Fund terbentuk pada tahun 2002, The Global Fund yang telah terbentuk ini, telah menjadi sumber utama pembiayaan untuk program-program untuk memerangi AIDS, tuberkulosis dan malaria, dengan menyetujui pendanaan sebesar USD 19.3 miliar di 144 negara. Memberikan seperempat (1/4) dari seluruh pembiayaan internasional untuk AIDS secara global, dua pertiga (2/3) untuk TBC dan tiga perempat (3/4) untuk malaria. Pendanaan The Global Fund ini, memungkinkan negara untuk memperkuat sistem kesehatan misalnya, membuat perbaikan infrastruktur dan memberikan pelatihan bagi mereka yang memberikan layanan. The Global Fund tetap berkomitmen untuk bekerja dalam kemitraan untuk meningkatkan perjuangan melawan ke tiga penyakit dan untuk mewujudkan visi sebuah dunia yang bebas dari beban AIDS, TB dan malaria. (http://www.theglobalfund.org/en/about/?lang=en, diakses pada Selasa, 16-3-2010).

3.1.2 Tujuan Organisasi The Global Fund (GFATM)

The global fund adalah organisasi internasional non pemerintah yang


(54)

54   

mengelola sumber daya untuk memerangi HIV/AIDS, tuberkulosis dan malaria. (http://www.theglobalfund.org/en/how/?lang=en, diakses pada Selasa, 16-3-2010). Tujuan utama the global fund itu sendiri yaitu untuk mengurangi angka penyebaran infeksi akan ketiga penyakit tersebut dan juga mencegah angka kematian akan ketiga penyakit tersebut. Kemudian untuk mengurangi tingginya tingkat penyebaran penyakit dan angka kematian, the global fund memiliki aturan tersendiri tentang apa saja yang akan menjadi bagian dari pendana terhadap sebuah negara. Melalui dari setiap proposal negara yang membutuhkan, maka the global fund hanya akan mendanai proposal dari negara yang mengajukan proposal tersebut yang dapat menjelaskan dengan baik mengenai kondisi negara pada saat itu, serta program-program apa saja yang akan didanai guna mengatasi permasalahan kesehatan yang ada. (http://www.theglobalfund.org/documents/rounds/2/pp_guidelines_2_en.pdf, diakses pada Selasa 8-6-2010).

3.1.3 Prinsip-prinsip Cara Kerja The Global Fund

Dalam cara berkerjanya The Global Fund memiliki prinsip-prinsip, dan ini sepenuhnya dijelaskan dalam kerangka dokumen The Global Fund, yaitu :

1. Beroperasi sebagai alat keuangan, bukan merupakan wujud pelaksana Yaitu tujuan The Global Fund adalah untuk menarik, menyalurkan dan mengelola sumber daya untuk memerangi AIDS, tuberkulosis dan malaria. The Global Fund tidak melaksanakan program secara langsung, hanya mengandalkan


(55)

 

pada jaringan kemitraan yang luas dengan organisasi pembangunan lainnya di lapangan untuk memasok pengetahuan lokal dan bantuan teknis yang diperlukan.

2. Menyediakan dan memanfaatkan sumber keuangan tambahan. The Global Fund dituntut dengan meningkatkan uang dalam jumlah besar yang tidak menggantikan atau mengurangi sumber-sumber lain untuk memerangi AIDS, tuberkulosis, dan malaria. Ini merupakan kesenjangan dalam upaya negara untuk memerangi ketiga penyakit dan memperkuat sistem kesehatan dasar dengan program-program pembiayaan yang melengkapi dan berusaha untuk menggunakan dana sendiri untuk merangsang investasi lebih lanjut baik dengan donor dan penerima.

3. Mendukung program-program yang berkembang dari rencana nasional dan prioritas nasional. The Global Fund yang inovatif, ialah contoh program keuangan yang dikembangkan oleh negara-negara penerima itu sendiri sesuai dengan rencana strategis nasional dan prioritas kesehatan mereka. Syaratnya, bahwa semua bidang masyarakat dengan kepentingan dalam kesehatan masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan, termasuk masyarakat sipil dan sektor swasta, dan memastikan program yang kuat dan yang meliputi banyak hal.

4. Beroperasi secara seimbang dalam hal diberbagai wilayah, penyakit dan intervensi. Dalam hal ini The Global Fund memberikan prioritas kepada program-program pembiayaan dari negara-negara dengan pendapatan rendah


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Archer, Clive, 1983. International Organizations. New York : George Allen and Urwin Publisher, Ltd.

Barnard, Chester I. 1938. The Function of an executive. Cambrige : Harvard University Press .

Bennet, A. LeRoy. 1995. International Organization: Principles and Issues: New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Budiono. 2005. Kamus Ilmiah Populer Internasional.Surabaya: Alumni Perwita, Anak Agung Banyu dan Yani, Yanyan Mochamad, 2005. Pengantar ilmu Hubungan Internasional. Bandung : Rosdakarya.

Coser,T. dan Anthony Rosenberg. 1976. An Introduction to International Politics. New Jersey: Prentice Hall

Couloumbis, Theodore A dan Wolfe, James.1999. Pengantar Hubungan Internasional Keadilan dan Power. Jakarta : Putra Abardin

David S. McLellan, William C. Olson, Fred A. Sondermann, The Theory and Practice of International Relations (4th Edition), Prentice Hall of India, New Dehli, 1977

Dougherty, James E. & Robert L. Pfaltzgraff. 1997. Contending Theories. New York:Harper and Row Publisher

Hoffman, Stanley (ed).1960. Contemporary Theory in International Relation. New Jersey: Englandwood Cliffs

Holsti, K. J. 1987. International Politics: A Frame for Analysis. New Jersey: Prentice Hall.


(2)

John T. Rourke. 2005. International Politics on the World Stage, Boston : McGraw-Hill.

Kartasasmita, Koesnadi. 1997. Organisasi dan Administrasi Internasional. Bandung: PT. Angkasa Mas’oed, Mohtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES

Leroy A. Bannet, 1997: buku International Organizations: Principles and Issues. New Jersey : Prentice hall Inc.

Mas’oed, Mochtar. 1989. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodelogi. Jakarta: LP3ES

Mas’oed, Mochtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi, Jakarta : LP3ES.

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yani, Yanyan Mochamad, 2005. Pengantar ilmu Hubungan Internasional. Bandung : Rosdakarya.

Rudi, Teuku May. 1993. Teori, Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional. Bandung: Angkasa.

Rudi, T. May. 2009. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: PT. Refika Aditama.

Silalahi, Ulber. 2006. Metode penelitian sosial. Bandung : Unpar press.

Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Garafindo Persada

Suriasumantri, J.S. 1998. Filsafat ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : CV Muliasari.


(3)

Suherman, Ade Maman. 2003. Organisasi Internasional & Integran Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum Dan Globalisasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Dokumen :

Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.

Situs Internet :

http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=2574 http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=57, diakses Kamis, 18-3-2010. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Global+Fund+Kembali+Kucur

kan+Bantuan+Bagi+Indonesia&dn=20070825041919, diakses pada Kamis 11-3-2010.

http://www.theglobalfund.org/en/about/?lang=en, diakses Selasa, 16-3-2010. http://www.theglobalfund.org/en/ccm/?lang=en, diakses pada Sabtu, 10-4-2010. http://www.theglobalfund.org/en/how/?lang=en#1, diakses pada Selasa, 16-3-2010. http://www.theglobalfund.org/en/donors/?lang=en diakses pada jumat, 23-3-2010.

http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/39480/3200-orang-banua-menderita-tb, diakses Jumat, 26-3-2009.

http://www.theglobalfund.or/en/tuberculosis/?lang=en, diakses pada Minggu, 4-7-2010


(4)

http://www.satuportal.net/content/sistem-pendanaan-global-fund-rumit, diakses pada Minggu, 11-4-2010

http://www.theglobalfund.org/en/about/?lang=en, diakses pada Selasa, 16-3-2010 http://www.theglobalfund.org/en/how/?lang=en, diakses pada Selasa, 16-3-2010

http://www.theglobalfund.org/documents/rounds/2/pp_guidelines_2_en.pdf, diakses pada Selasa 8-6-2010

http://www.theglobalfund.org/en/how/?lang=en#1, diakses pada Rabu, 16-6-2010 http://www.theglobalfund.org/en/performancebasedfunding/actors/2/?lang=en,

diakses pada Rabu, 16-6-2010

http://www.theglobal fund.org/en/structures/?lang=en, Rabu, 16-6-2010

http://www.theglobalfund.org/en/performancebasedfunding/?lang=en, diakses pada 16-6-2010

http://www.theglobalfund.org/en/performancebasedfunding/?lang=en, diakses pada Kamis, 17-6-2010

http://www.theglobalfund.org/en/ccm/, diakses pada Jumat, 2-7-2010

http://www.theglobalfund.org/en/performancebasedfunding/actors/1/?lang=en, diakses pada Jumat, 2-7-2010

http://www.theglobalfund.org/en/performancebasedfunding/actors/2/?lang=en, diakses pada Jumat, 2-7-2010

http://www.theglobalfund.org/en/performancebasedfunding/actors/4/?lang=en, diakses pada Jumat, 2-7-2010


(5)

http://www.theglobalfund.org/en/performancebasedfunding/actors/5/?lang=en, diakses pada Jumat, 2-7-2010

http://www.theglobalfund.org/en/performancebasedfunding/actors/6/?lang=en, diakses pada Jumat, 2-7-2010

http://www.theglobalfund.org/en/performancebasedfunding/actors/7/?lang=en, diakses pada Jumat, 2-7-2010

http://www.theglobalfund.org/en/grantlifecycle/4/, diakses pada Minggu, 4-7-2010 http://www.theglobalfund.or/en/tuberculosis/?lang=en, diakses pada Minggu,

4-7-2010

http://www.theglobalfund.org/en/mobilization/?lang=en, diakses pada Senin, 5-7-2010

http://www.theglobalfund.org/en/donors/list/, diakses pada Senin, 5-7-2010

http://www.theglobalfund.org/en/private sector/red/?lang=en, diakses pada Senin, 5-7-2010

http://www.theglobalfund.org/en/privatesector/?lang=en, diakses pada Rabu, 28-7-2010

http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis, diakses pada Minggu, 4-7-2010 http://www.medicastore.com/tbc/uji_tbc.htm, diakses pada Minggu, 4-7-2010 http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/08/cara-cara-pencegahan-penyakit-tbc.html,

diakses pada Minggu, 4-7-2010

http://id.wikipedia.org/wiki/Drainase, diakses pada Kamis, 1-7-2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Banjarmasin, diakses pada Minggu, 4-7-2010


(6)

http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=57, diakses pada Rabu, 28-7-2010 http://www.radarlamteng.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=2&arti

d=2413, diakses pada Sabtu, 14-8-2010

http://bataviase.co.id/node/191339, diakses pada Senin, 16-8-2010

http://kgm.bappenas.go.id/ document/makalah/0_makalah.pdf, diakses pada Senin, 16-8-2010

http://etd.eprints.ums.ac.id/6378/1/J200060072.pdf, diakses pada Senin, 16-8-2010

http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/263-hindari-hipertensi-konsumsi-garam-1-sendok-teh-per-hari.html, diakses pada Senin, 16-8-2010 http://www.tempo.co.id/hg/nusa/Kalimantan/2008/03/27/brk,20080327-1199

67,id.html, diakses pada Sabtu, 14-8-2010

http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/39480/3200-orang-banua-menderita-tb, diakses pada Sabtu, 14-8-2010