dapat masuk kedalam lapas dengan cara memperketat penjagaan di ruang besukan dan tempat lain yang diyakini sebagai jalur akses pengiriman narkoba ke dalam
lapas. Namun hal tersebut belum maksimal untuk membuat WBP yang memiliki riwayat penggunaan heroin untuk mengikuti PTRM di poliklinik lapas.
Secara umum perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut teori snehandu kar model, perilaku dipengaruhi oleh lima faktor yaitu niat,
keterjangkauan informasi, situasi aksi, dukungan sosial, dan otonomi pribadi. Perilaku WBP di lapas untuk mengikuti PTRM sesuai dengan teori snehandu kar
model belum pernah diteliti namun penelitian Wahyu Winoto 2009 dalam Rodiyah 2011 menyebutkan perilaku pasien pengguna heroin untuk mengikuti PTRM
dipengaruhi oleh motivasi, tingkat keyakinan terhadap program Self Efficacy, dukungan keluarga, beralihnya pasien ke narkoba jenis lain dan lain-lain. Oleh
karena itu perlu diteliti lebih lanjut serta menggali informasi lebih dalam mengenai faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP pengguna heroin pada program
terapi rumatan metadon PTRM di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah
Di Bali PTRM sudah ada hampir disetiap pusat pelayanan kesehatan, seperti Rumah Sakit, Puskesmas dan Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar. Namun
kenyataannya walaupun sudah banyak terdapat PTRM, masih banyak pengguna heroin maupun penasun yang belum mengikuti PTRM ini. PTRM di Poliklinik Lapas
Klas IIA Denpasar sampai saat ini hanya diikuti oleh 24 warga binaan pemasyarakatan WBP. Berdasarkan hal tersebut sebanyak 76 WBP yang tercatat
sebagai pengguna heroin tidak ikut serta pada PTRM. Hingga saat ini masih sedikit dilakukan penelitian terkait PTRM pada pengguna heroin. Maka dari itu perlu diteliti
lebih mendalam mengenai faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP Warga
Binaan Pemasyarakatan pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon PTRM di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Faktor apa yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP Warga Binaan Pemasyarakatan pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon
PTRM di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP Warga Binaan Pemasyarakatan pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon
PTRM di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar.
1.4.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1.
Untuk menggambarkan perilaku penggunaan narkoba oleh WBP di Lapas Klas IIA Denpasar.
2. Untuk mengetahui niat WBP pengguna heroin dalam mengikuti PTRM di
Lapas Klas IIA Denpasar. 3.
Untuk mengetahui ketersediaan informasi bagi WBP pengguna heroin dalam mengikuti PTRM di Lapas Klas IIA Denpasar.
4. Untuk mengetahui dukungan sosial terhadap WBP pengguna heroin dalam
mengikuti PTRM di Lapas Klas IIA Denpasar. 5.
Untuk mengetahui situasi aksi Poliklinik terhadap WBP pengguna heroin
dalam mengikuti PTRM di Lapas Klas IIA Denpasar.
6. Untuk mengetahui otonomi pribadi WBP pengguna heroin dalam mengikuti
PTRM di Lapas Klas IIA Denpasar.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Memberikan kontribusi terhadap khasanah keilmuan di bidang promosi
kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan penelitian mengenai faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP Warga Binaan Pemasyarakatan
pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon PTRM. 2.
Sebagai acuan dalam pengembangan penelitian ilmiah lainnya yang berhubungan dengan faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP
Warga Binaan Pemasyarakatan pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon PTRM.
3. Bagi Institusi Pendidikan, laporan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan
bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya serta sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program intervensi maupun program promosi kesehatan
pada PTRM.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai bahan masukan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil tindakan
untuk mendukung program harm reduction PTRM khususnya pada kelompok penasun atau pengguna heroin.
2. Bagi masyarakat, laporan penelitian ini dapat dijadikan sebagai refrensi dan
informasi terkait dengan PTRM.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang
melatarbelakangi keikutsertaan WBP Warga Binaan Pemasyarakatan pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon PTRM di Poliklinik
Lapas Klas IIA Denpasar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2016, dengan menggunakan metode pengumpulan data kualitatif melalui
wawancara mendalam dan FGD kepada WBP pengguna heroin baik yang PTRM maupun yang tidak PTRM.
8
BAB II TINJUAN PUSTAKA
2.1 PTRM Program Terapi Rumatan Metadon
2.1.1 Pengertian PTRM
Metadon pertama kali dikembangkan di Jerman pada akhir tahun 1937. Metadon adalah suatu agonis opioid sintetik yang kuat dan diserap dengan baik
secara oral dengan daya kerja jangka panjang, digunakan secara oral dibawah supervisi dokter dan digunakan untuk terapi pengguna heroin Ismi, 2014.
Saat ini WHO memberikan upaya pencegahan dengan program Harm Reduction atau
pengurangan dampak buruk, program ini adalah program yang memberikan layanan rumatan atau pemeliharaan yang diberikan kepada penasun, yaitu dengan
menyediakan dan memberikan metadon sebagai obat legal yang dikonsumsi secara oral dengan cara diminum, sebagai pengganti narkoba obat illegal yang biasanya
dikonsumsi dengan cara menyuntikkan ke tubuh. Program ini merupakan program pemeliharaan jangka panjang yang dapat diberikan hingga 2 tahun atau lebih
Adriana, 2014. Menurut penelitian Andita, 2012 Terapi substitusi metadon atau PTRM ini
memiliki banyak komponen yang bertujuan mengubah perilaku pengguna berisiko menjadi kurang atau tidak berisiko. Beberapa komponen di dalam PTRM ini adalah
sebagai berikut: 1.
Pemberian metadon.
2. Konseling, meliputi: konseling adiksi, metadon, keluarga, kepatuhan minum
obat, kelompok dan VCT. Akses ke pelayanan konseling harus di pusat