a. Kurangnya contoh dari pengurus maupun para guru untuk melakukan
hafalan di luar kelas. Oleh karena sangat baik sekali dalam menghafal itu dilakukan di lingkungan yang kondusif dan homogen seperti
pondok pesantren. b.
Kurangnya menggunakan sarana lingkungan di luar kelas seperti masjid, halaman sekolah atau dibawah pohon yang rindang. Observasi
pada 11052010.
D. Solusi Problematika Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di SDIT
Muhammadiyah Al-Kautsar.
1. Faktor waktu. Guru Tahfidzul Qur’an dalam mengatasi hal tersebut ia berusaha mengoptimalkan waktu semaksimal mungkin, dengan cara
datang tepat waktu, dan seandainya berhalangan ia akan memberikan tugas kepada siswa. Sehingga tidak ada waktu kosong yang terbuang dengan sia-
sia. 2. Kurang melakukan muroja’ah. Supaya hafalan tetap berada diingatan guru
Tahfidzul Qur’an mengatasinya dengan melakukan muroja’ah pada jam pelajaran. Hal itu mengakibatkan semakin sempitnya jam yang
dijadualkan pada saat itu, sehingga tertunda pula untuk menyampaikan materi yang lain.
3. Kurang menggunakan media dan sumber belajar. Guru Tahfidzul Qur’an dan pihak sekolah dalam mensikapi hal tersebut berupaya memaksimalkan
media dan sumber pembelajaran yang telah ada serta sambil berusaha untuk membelikan fasilitas yang memadai sehingga dapat menunjang
proses belajar mengajar dengan baik terutama dalam hal menghafal Al- Qur’an.
4. Faktor peserta didik. Untuk menyelesaikan masalah ini guru Tahfidzul Qur’an setiap jam pelajaran Tahfidzul Qur’an selalu membimbing anak
didiknya untuk menghafal ayat dengan mengikuti bacaan guru kemudian peserta didik dicoba untuk mengulangi bacaan tersebut sampai hafal. Pada
kesempatan itu pula guru selalu mengingatkan agar anak mengulang-ulang hafalan yang di sekolah setelah pulang sekolah atau ketika belajar malam
sebagaimana mengulang pelajaran-pelajaran yang lain. Kemudian guru juga selalu memberi semangat dan didikan khusus bagi anak yang kurang
lancar dalam membaca dibandingkan teman-teman yang lain. Dengan cara melatih terus bacaannya kemudian yang telah lancar menghafal disuruh
membaca supaya memberi warna atau pengaruh kepada yang belum lancar.
5. Faktor tenaga pendidik. Untuk mengatasi hal ini guru tidak ditambah melainkan guru harus benar-benar bisa mengkondisikan peserta didik
dalam membimbing untuk menghafal, walaupun hanya sendiri.Wawancara dengan Bapak Mulyadi, S.Pd.I selaku guru Tahfidzul
Qur’an, 11052010.
BAB IV ANALISIS DATA
Berdasarkan pada data-data yang dipaparkan pada bab III, maka bab IV ini akan dilaksanakan analisis data tentang problematika pembelajaran Tahfidzul
Qur’an Di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar. Pembahasan bab ini adalah sebagai berikut :
A. Problematika Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di SDIT Muhammadiyah
Al-Kautsar.
Hasil pembelajaran merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sudah berjalan sesuai dengan yang
direncanakan dan sudah tercapai tujuan dari pembelajaran atau belum. Hasil pembelajaran Tahfidzul Qur’an di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar tahun
ajaran 20092010 bisa dikatakan belum berhasil secara maksimal, hal ini bisa dilihat dengan adanya banyak problematika yang dihadapai. Diantaranya
adalah : 2.
Faktor waktu.. Waktu yang disediakan di sekolah ini untuk mata pelajaran
Tahfidzul Qur’an sangatlah minim hanya dua jam sepekan. Dalam pembelajaran Tahfidzul Qur’an waktu dua jam sangatlah kurang, karena
guru selain mengecek hafalan siswa juga menyampaikan beberapa materi pendukung seperti Tajwid, Tahsin dan Makhorijul Huruf. Pembelajaran
Tahfidzul Qur’an pada umumnya membutuhkan waktu yang cukup
85