Analisis Rasio Likuiditas PEMBAHASAN
1. Current Ratio
Digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Rasio
ini dihitung dengan menggunakan rumus: Current Ratio =
100 Lancar
Hutang Lancar
Aktiva
Pada tahun 2011, current ratio perusahaan menunjukkan 109,9, artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp. 1,09 aktiva lancar. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancarnya.
Pada tahun 2012, current ratio perusahaan tersebut menunjukkan 104,1 artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp.
1,04. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, tahun 2012 mengalami penurunan rasio sebesar 5,8. Adapun penyebab dari turunnya rasio dikarenakan penurunan
piutang usaha sebesar Rp. 1.733.922.320 atau 30,7, piutang lain-lain sebesar Rp. 1.449.765.315 atau 47,5, uang dibayar dimuka sebesar Rp. 65.500.450 atau
29,1, biaya dibayar dimuka sebesar Rp. 631.260.311 atau 84,6, pada tahun 2011 terdapat aktiva lancar lainnya sebesar Rp. 391.589.857, namun pada tahun
Tabel 3.1 Current Ratio
PT. Mopoli Raya Tahun 2011-2014
Tahun Aktiva Lancar
Hutang Lancar Rasio
2011 201.080.706.372
182.862.886.733 109,9
2012 223.354.467.626
214.437.095.064 104,1
2013 254.914.114.875
258.238.586.263 98,7
2014 75.209.800.547
117.373.888.475 64,0
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 Data Diolah
2012 tidak ada. Pada tahun 2012 jumlah aktiva lancar sebesar Rp. 223.354.467.626
mengalami kenaikan
dari tahun
2011 sebesar
Rp. 22.273.761.254. Jadi, walaupun rasio mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya namun kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang lancarnya masih berjalan dengan baik.
Pada tahun 2013, current ratio perusahaan tersebut menunjukkan 98,7 artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp.
0,98. Hal ini menunjukkan keuangan perusahaan tidak likuid, dikarenakan aktiva lancar tidak mampu menutupi hutang lancar yang ada. Bila dibandingkan dengan
tahun 2012, tahun 2013 mengalami penurunan rasio sebesar 5,4. Adapun penyebab dari penurunan rasio ini dikarenakan adanya penurunan kas dan setara
kas sebesar Rp. 6.696.457.166 atau 26,7, persediaan sebesar Rp. 10.649.757.970 atau 49,1, biaya dibayar dimuka sebesar Rp. 58.585.250 atau
51,2, pada tahun 2012 terdapatnya piutang usaha sebesar Rp. 3.903.001.250 namun pada tahun 2013 tidak ada. Dilihat rasio yang terjadi pada tahun 2013
terjadi penurunan sebesar 5,4, dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang lancarnya tidak berjalan dengan baik, karena aktiva lancar tidak
mampu menutupi hutang lancar. Pada tahun 2014, current ratio perusahaan tersebut menunjukkan 64,
artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 0,64. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, tahun 2014 mengalami penurunan
rasio sebesar 34,6. Penyebab dari penurunan rasio ini dikarenakan adanya penurunan persediaan sebesar Rp. 551.133.497 atau 5, uang dibayar dimuka Rp.
429.920.070 atau 67,7, pada tahun 2013 terdapat piutang pihak ketiga sebesar
Rp. 1.049.353.096 dan piutang pihak berelasi sebesar Rp. 219.317.583.482, namun pada tahun 2014 tidak ada. Dilihat rasio yang terjadi pada tahun 2014
terjadi penurunan sebesar 34,6 dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang lancarnya tidak berjalan dengan baik, karena aktiva lancar tidak
mampu menutupi hutang lancar. Current ratio pada PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 terus mengalami
penurunan dari tahun ketahun, dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang lancarnya belum dapat dikatakan berjalan dengan baik,
meskipun tahun 2011-2012 aktiva lancar dapat menutupi hutang lancar. 2.
Quick ratio Perbandingan aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar.
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban dengan tidak memperhitungkan persediaan. Suatu perusahaan dikatakan likuid
menurut ukuran quick ratio apabila total jumlah uang kas, bank, cek, wesel tagih dan piutang adalah sama atau lebih besar dari total hutang lancar. Dengan
menggunakan rumus: Quick Ratio =
Lancar Hutang
Persediaan -
Lancar Aktiva
x 100
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 Data Diolah
Tabel 3.2 Quick Ratio
PT. Mopoli Raya Tahun 2011-2014
Tahun Aktiva Lancar - Persediaan
Hutang Lancar Rasio
2011 191.455.167.996
182.862.886.733 104
2012 201.693.443.983
214.437.095.064 94
2013 245.314.499.214
258.238.586.263 95
2014 64.749.668.371
117.373.888.475 55
Pada tahun 2011 quick ratio perusahaan 104, artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar dikurangi persediaan Rp. 1,04. Hal ini
menunjukkan bahwa aktiva lancar walau dikurangi persediaan, perusahaan tetap mampu menutupi hutang lancar.
Pada tahun 2012 quick ratio perusahaan menunjukkan 94 artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp. 0,94 dari aktiva lancar - persediaan.
Bila dibandingkan dengan tahun 2011, tahun 2012 mengalami penurunan rasio sebesar 10. Dengan penurunan piutang usaha sebesar Rp. 1.733.922.320,
meningkatnya jumlah persediaan sebesar Rp. 12.035.485.267 atau 55, sehingga aktiva lancar dikurang persediaan tidak mampu menutup hutang lancar. Dilihat
dari analisis quick ratio tahun 2012, kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang lancar tidak berjalan dengan baik.
Pada tahun 2013 quick ratio perusahaan menunjukkan 95 artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp. 0,95 dari aktiva lancar - persediaan.
Bila dibandingkan dengan tahun 2012, tahun 2013 mengalami kenaikan rasio sebesar 1. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan piutang sebesar Rp.
48.451.391.110, dan hutang lancar pun naik sebesar Rp. 29.314.088.189. Meskipun quick ratio meningkat, akan tetapi perusahaan belum mampu menutupi
hutang lancarnya. Pada tahun 2014 quick ratio perusahaan menunjukkan 55 artinya setiap
Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp. 0,55 dari aktiva lancar - persediaan. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, tahun 2014 mengalami penurunan rasio
sebesar 40. Hal ini disebabkan menurunnya jumlah aktiva lancar – persediaan
sebesar Rp. 179.704.314.328. Hutang lancar pun mengalami penurunan sebesar
Rp. 140.864.697.788. Dari penghitungan quick ratio di tahun 2014, dapat dilihat bahwa perusahaan masih belum mampu dalam menutupi hutang lancarnya.
Quick ratio PT. Mopoli Raya tahun 2011 menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang lancarnya berjalan baik. Akan tetapi, pada
tahun selanjutnya terus mengalami penurunan rasio. Pada tahun 2012 hingga 2014 perusahaan tidak berjalan dengan baik, dikarenakan belum mampu menutupi
hutang lancarnya. 3.
Cash Ratio Untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar
dengan kas yang tersedia dan surat berharga efek yang segera dapat diuangkan. Dengan menggunakan rumus:
Cash Ratio
100 x
Lancar Hutang
Efek Kas
Tabel 3.3 Cash Ratio
PT. Mopoli Raya Periode 2011-2014
Tahun Kas+Efek
Hutang Lancar Rasio
2011 23.386.094.783
182.862.886.733 12,8
2012 25.053.513.029
214.437.095.064 11,7
2013 18.357.055.863
258.238.586.263 7,1
2014 24.587.083.197
117.373.888.475 20,9
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 Data Diolah
Pada tahun 2011, cash ratio perusahaan menunjukkan 12,8 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan kas Rp. 0,12. Hal ini menunjukkan
kas perusahaan belum mampu untuk menutup hutang lancar. Pada tahun 2012, cash ratio perusahaan sebesar 11,7, artinya setiap Rp.
1,00 hutang lancar dijamin dengan kas Rp. 0,11. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, tahun 2012 mengalami penurunan rasio 1,1, karena adanya kenaikan kas
sebesar Rp. 1.667.418.246 atau 6, dan kenaikan juga terjadi pada hutang lancar sebesar Rp. 31.574.208.331 atau 14,7. Meskipun kas meningkat, hutang lancar
juga sangat meningkat. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa kas perusahaan masih belum mampu untuk menutup hutang lancar.
Pada tahun 2013 cash ratio perusahaan sebesar 7,1, artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan kas sebesar Rp. 0,07. Bila dibandingkan
dengan tahun 2012, tahun 2013 mengalami penurunan rasio 4,6. Hal ini disebabkan karena menurunnya kas sebesar Rp. 6.696.457.166 atau 27, dan
meningkatnya hutang lancar sebesar Rp. 43.801.491.199 atau 16,9. Hal ini menunjukkan bahwa kas perusahaan masih belum mampu untuk menutup hutang
lancar. Pada tahun 2014 cash ratio perusahaan sebesar 20,9, artinya setiap Rp.
1,00 hutang lancar dijamin dengan kas sebesar Rp. 0,20. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, tahun 2014 mengalami kenaikan rasio 13,8. Hal ini
disebabkan karena adanya kenaikan kas sebesar Rp. 6.230.027.334 atau 25,3, dan menurunnya hutang lancar sebesar Rp. 140.864.697.788 atau 54,5.
Meskipun mengalami peningkatan, akan tetapi kas perusahaan masih belum mampu untuk menutup hutang lancar.
Cash ratio PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 mengalami penurunan dan juga peningkatan, namun dari jumlah masing-masing rasio per tahun belum
mampu menutup hutang lancarnya.