Pengkajian Keperawatan Kasus PENGELOLAAN KASUS

suhu tubuh 36,5 °C, tekanan darah 14090mmHg, nadi 85xmenit, pernafasan 20xmenit, skala nyeri 5 1-10, tinggi badan165 dan berat badan 65 kg. Dalam melakukan pengkajian dilakukan juga pemeriksaan Head to toe untuk memperoleh data pemeriksaan fisik lebih lengkap. Dalam pemeriksaan kepala dan rambut didapati bentuk kepala bulat dan simetris, ubun-ubun tidak ada benjolan.Penyebaran rambut merata dan keadaan rambut sedikit lengket karena rambut pasien jarang di cuci. Pada pemeriksaan wajah warna kulit pasien putih dengan struktur wajah oval dan simetris. Mata lengkap dan simetris, palpebra merah muda, lembab, konjungtiva merah muda, sclera putih, pupil isokor dan coklat muda, kornea dan iris bening, tidak ada tanda peradangan , dan ada tanda pengapuran katarak, tekanan bola mata baik.Visus pasien dengan menggunakan kartu snellen tidak bisa membaca dengan jarak 30 cm, pasien bisa melihat lambaian tangan dalam jarak 2 meter. Pada pemeriksaan hidung, tulang hidung simetris, posisi septum nasi di tengah, lubang hidung normal, bersih dan tidak ada sumbatan.Tidak ada pernafasan menggunakan cuping hidung.Bentuk daun telinga normal dan simetris, ukuran telinga simetris kiri dan kanan, lubang telinga paten dan bersih, ketajaman pendengaran baik. Pada pemeriksaan mulut dan faring didapati bahwa bibir lembab dan simetris, mulut berbau, gigi jarang di sikat, pasien tidak menggunakan gigi palsu, keadaan lidah kurang bersih, pita suara baik.Posisi tracea medial, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, suara normal.Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena jugularis, denyut nadi karotis teraba. Pada pemeriksaan itegumen kebersihan integument tampak kurang bersih berminyak karena pasien sulit untuk berjalan.Akral hangat, warna kulit putih putih, turgor kulit baik, CRT 2 detik, kelembaban kulit baik dan tidak ada kelainan pada kulit. Pada pemeriksaan thorak dada normal, simetris, pernafasan frekuensi, irama 20 kali menit dan tidak ada tanda kesulitan saat bernafas.Pada saat palpasi pemeriksaan paru gerak dada tampak normal, suara perkusi resonan dan saat auskultasi suara napas pesikuler dan tidak ada suara tambahan. Pada pemeriksaan jantung tidak didapati sianosis, puls teraba, suara dullness saat perkusi, bunyi jantung normal, tidak ada bunyi tambahan.Abdomen terlihat normal, simetris tidak ditemukan benjolan dan nyeri tekan.Pada pemeriksaan kelamin tidak ada dilakukan pemeriksaan.Pada pemeriksaan musculoskeletal kesimetrisan, kekuatan otot, edema otot tampak simetris, tidak ada edema, namun pasien mengalami penurunan kekuatan otot ekstremitas bawah.Fungsi motorik pasien dapat berjalan dengan bantuan.Pasien dapat merasakan sentuhan, getaran, panas dingin dan tajam tumpul. 9. Pola kebiasaan sehar-hari Pasien bisa makan 3 kali sehari pagi, siang, malam, nafsu makan pasien kurang selera makan, tidak terdapat nyeri ulu hati, tidak memiliki alergi pada makanan apapun dan tidak ada mual dan muntah. Biasanya pasien minum sekitar 1,5 liter tiap hari. Tidak ada kesulitan menelan saat makan dan minum. 10. Parawatan Diri Tubuh pasien tampak kurang bersih mulut berbau dan gigi jarang disikat.Kuku kaki dan tangan pasien kurang bersih. 11. Pola Kegiatan Aktivitas Urain aktivitas untuk mandi , makan, eliminasi dan ganti pakaian secara umum aktivitas pasien dibantu oleh keluarga, tingkat aktivitasmobilisasi 2 yaitumemerlukan bantuan dan pengawasan orang lain. 12. Pola Eliminasi Pola BAB pasien 1kali2 hari dengan karakteristik feses lunak dan tidak ada pendarahan.Pola BAK pasien 6-7 kalihari dengan karakteristik urine kuning dan tidak ada kesulitan dalam BAK.Tidak ada riwayat penyakit ginjalkandung kemuh dan penggunaan diuretik.

2.2.2 Analisa Data dan Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 19 Mei 2015 dari data-data yang diperoleh, dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data objek dan data subjek. Dari analisa data yang dilkukan ditemukan tiga masalah keperawatan yaitu: hambatan mobilitas fisik, defisit perawatan diri, dan intoleransi aktivitas. N o Data Penyebab Masalah Keperawata n 1 DS: Pasien mengatakan kakinya terasa sakit ketika berjalan dan nyeri jika melakukan pergerakanpinda h posisi Do: − Penurunan aktivitas dan kecepatan berjalan − Kesulitan untuk memulai berjalan − Langkah kecil − Berjalan dengan menyeret − Pada saat berjalan badan mengayun ke samping − Secara umum Hambatan mobilitas fisik ↑ Perubahan cara berjalan ↑ Nyeri ↑ Keterbatasan dalam pergerakan fisik mandiri dan terarah pada ekstremitas Hambatan mobilitas fisik aktivitas pasien di bantu keluarga dengan tingkat aktivitasmobilitas 2, − Skala nyeri 5 1- 10, dengan: TD: 14090mmHg, HR: 85xmenit, RR: 20xmenit, dan T: 36,5 °C. 2 DS: Pasien mengatakan tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri dan mandi hanya dilakukan sekali dalam 3 hari DO: − Kulit kepala pasien terlihat Defisit perawatan diri ↑ Ketidakmampua n untuk membersihkan anggota tubuh ↑ Nyeri ↑ Hambatan kemampuan Defisit perawatan diri kurang bersih, − Kuku tangan dan kaki terlihat panjang dan kurang bersih, − Mulut bau, − Gigi jarang di sikat untuk melakukan aktivitas higiene 3 DS: Pasien mengatakan tidak mampu membersihkan rumah, tidak mampu mencuci pakaian sendiri, dan pasien mengatakan aktivitasnya terbatas karena sakit yang diderita. DO: − Pasien kurang gerak − Rumah terlihat kurang bersih − Pakaian yang di gunakan pasien Intoleransi aktivitas ↑ Tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas ↑ Gaya hidup kurang gerak ↑ Ketidakcukupan energi fisologis untuk melanjutkan aktivitas sehari- hari Intoleransi aktivitas terlihat kurang bersih − Sebagian besar aktivitas pasien di bantu keluarga

2.2.3 Diagnosa Keperawatan Prioritas

Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawataan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah yaitu data subjek dan data objek yang telah di kaji. Dari hasil perumusan diperoleh tiga diagnosa yaitu: 1. Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan kelemahan ektremitas bawah ditandai dengan, penurunan aktivitas dan kecepatan berjalan, kesulitan untuk memulai berjalan, langkah kecil, berjalan dengan menyeret, pada saat berjalan badan mengayun ke samping, dan secara umum aktivitas pasien di bantu keluarga dengan tingkat aktivitasmobilitas 2, skala nyeri 5 1-10, dengan TD: 14090mmHg, HR: 85xmenit, RR: 20xmenit, dan T: 36,5 °C. 2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan intoleransi aktivitas di tandai dengan pasien telihat kurang membersihkan tubuhnyakhususnya rambutnya terlihat kurang bersih dan mulut bebau, gigi jarang di sikat, lidah kurang bersih, kuku tangan dan kaki nampak panjang dan kurang bersih. 3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengangaya hidup kurang gerak ditandai dengan tekanan darah tidak normal, aktivitas pasien di bantu keluarga, rumah pasien kurang bersih dan pakaian pasien juga terlihat kurang bersih.

2.2.4 Perencanaan Keperawatan dan Rasional

Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada Ny. A. Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat di tabel berikut: Tabel 2.1 Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan ekstremitas bawah ditandai dengan pasien susah berjalan dan secara umum aktivitas pasien di bantu oleh keluarga dengan tingkat mobilisasi 2,kekuatan otot derajat 2, TD:14090mmHg, HR : 85xmenit, RR : 20xmenit, T : 36,5 °C Hari tanggal No. Dx Perencanaan Keperawatan Selasa19 Mei 2015 Tujuan: Memperlihatkan mobilitas Kriteria Hasil: 1. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan alat bantu berjalan dengan menggunakan tongkat 2. Menyangga berat badan 3. Bejalan dengan menggunakan langkah- langkah yang benar sejauh 5 meter Rencana Tindakan Rasional Dx 1 1. Kaji kebutuhan belajar pasien 2. Instruksikan pasien untuk menyangga berat badannya 3. Berikan penguatan 1. Memfasilitasi penggunaan postur dan pergerakan dalam aktivitas sehari-hari untuk mencegah keletihan dan positif selama aktivitas 4. Awasi seluruh upaya mobilitas bantu pasien jika diperlukan 5. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasisi 6. Mengkaji tanda-tanda vital. 7. Kaji tingkat mobilisasi pasien dengan tingkst 0-4 secara berkala. 8. Kaji kekuatan ototkemampu an fungsional mobilitas sendi dengan menggunakan skala kekuatan otot 0-5 secara teratur. ketegangan atau cedera musculoskeletal 2. Memfasilitasi pelatihan otot resistif secara rutin untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot 3. Meningkatkan dan membantu dalam berjalan untuk mempertahankan dan mengembalikan fungsi tubuh autonom dan volunteer selama pengobatan dan pemulihan dari kondisi sakit atau cedera 4. Menggunakan aktivitas, postur, dan gerakan tertentu untuk mempertahankan , meningkatkan, atau memulihkan keseimbangan 5. Menggunakan gerakan tubuh aktif dan pasif untuk mempertahankan atau mengembalikan fleksibilitas sendi 6. Menggunakan aktivitas tertentu atau protocol latihan yang sesuai untuk meningkatkan atau mengembalikan gerakan tubuh yang terkendali 7. Mengatur posisi pasien atau bagian tubuh pasien secara hati-hati untuk menigkatkan kesejahteraan fisiologis dan psikologis 8. Membantu individu untuk mengubah posis tubuhnnya Tabel 2.2 Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan intoleansi aktivitas di tandai dengan pasien tampak kurang bersih, rambut dan mulut bebau, gigi jarang di sikat, lidah kurang bersih, kuku tangan dan kaki nampak panjang dan kurang bersih. Hari tanggal No. Dx Perencanaan Keperawatan Selasa19 Mei 2015 Tujuan: Menunjukkan perawatan diri Kriteria Hasil: 1. Mengungkapkan secara vebal kepuasan tentang kebersihan tubuh dan hygiene oral 2. Mempertahankan mobilitas yang diperlukan untuk ke kamar mandi dan menyediakan perlengkapan mandi 3. Membersihkan dan mengeringkan tubuh 4. Melakukan perawatan mulut Rencana Tindakan Rasional Dx 2 1. Kaji kemampuan untuk menggunakan alat bantu 2. Kaji membrane mukosa oral dan kebersihan tubuh setiaphari 1. Memilihkan mengenakan dan melepaskan pakaian untuk orang yang tidak dapat melakukannya sendiri 2. Adanya peningkatan penampilan rambut 3. Kaji kondisi kulit saat mandi 4. Dukung kemandirian dalam melakukan mandi dan hygiene oral, bantu pasien jika diperlukan 5. Dukung pasien untuk mengatur langkahnya sendiri selama perawatan diri 6. Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan yang bersih, rapid an menarik 3. Membantu pasien dalam berpakain dan menggunakan tatarias 4. Membersihkan tubuh yang berguna untuk relaksasi, kebersihan, dan penyembuhan 5. Pemeliharaan dan promosi hygiene oral dan kesehatan gigi untuk pasien yang beresiko mengalami lesi mulut atau gigi 6. Membantu pasien untuk memenuhi hygiene pribadi Tabel 2.3 Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan pasien tampak kurang gerak, rumah pasien tampak kotor, pakaian pasien tampak kurang besih dan aktivitas pasien di bantu oleh keluarga. Hari tanggal No. Dx Perencanaan Keperawatan Rabu20 Mei Tujuan: Menunjukkan toleransi aktivitas 2015 Kriteria Hasil: 1. Mengidentivikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat mengakibatkan intoleransi aktivitas 2. Berpartisispasi dalam aktivitas fisik yang di butuhkan dengan peningkatan normal denyut jantung, frekuensi pernapasan dan tekanan darah serta memantau pola dalam batas normal 3. Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari AKS dengan beberapa bantuan misalnya eliminasi bowel Rencana Tindakan Rasional Dx 3 1. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI 2. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas 3. Evaluasi motivasi keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas 4. Tentukan penyebab keletihan misalnya perawatn nyeri dan pengobatan 1. Memberi anjuran tentang dan bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif, sosial, dan spiritual yang spesifik untuk meningkatkan rentang frekuensi atau durasi aktivitas individu 2. Mengatur pengguanaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan 5. Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur 6. Instruksikan pada pasien dan keluarga dalam penggunaan teknik napas control selama aktivitas dan mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas 7. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan 8. Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama periode istirahat 9. Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama dan setelah aktivitas. Hentikan aktivitas jika tanda-tanda vital tidak dalam rentang normal bagi pasien 10. Rencanakan aktivitas bersama pasien dan keluarga untuk mengoptimalkan fungsi 3. Memanipilasi lingkungan sekitar pasien untuk memperoleh mamfaat terapetik, stimulasi sensori dan kesejahteraan psikologis 4. Menggunakan gerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau memperbaiki flesibilitas sendi 5. Menggunakan aktivitas atau protocol latihan sspesifik untuk meningkatkan atau memulihkan gerakan tubuh yang terkontrol 6. Mempasilitasi latihan otot resitif secara rutin untuk mempertahankan atua meningkatkan kekuatan otot meningkatkan kemandirian dan ketahanan, sebagai contoh anjurkan periode untuk istirahat dan aktivitas secara bergantian 7. Membantu pasien dan keluarga untuk menjaga rumah sebagai tempat tinggal yang bersih, aman dan menyenangkan 8. Memberi rasa keamanan stabilisasi, pemulihan dan pemeliharaan pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi maupun peningkatan alam perasaan 9. Membantu individu untuk melakukan AKS 10. Membantu dan mengarahkan individu untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari- hari AKSI yang diperlukan untuk berfungsi di rumah atau di komunitas

2.2.5 Implementasi dan Evaluasi

Perencanaan yang dilakukan didapati hasil sebagai berikut secara lengkap terdapat pada lampiran 3. Diagnosa pertama yaitu hambatan mobilisasi fisik, tindakan yang dilakukan adalah mengkaji kebutuhan belajar pasien, menginstruksikan pasien untuk menyangga berat badannya, memberikan penguatan positif selama aktivitas, mengawasi seluruh upaya mobilitas dan membantu pasien jika diperluka, mengajarkan dan mendukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasif. Diagnosa kedua yaitu devisit perawatan diri, tindakan yang dilakukan adalah mengkaji kemampuan untuk menggunakan alat bantu,mengkaji membran mukosa oral dan kebersihan tubuh setiap hari,mengkaji kondisi kulit saat mandi, mendukung kemandirian dalam melakukan mandi dan hygiene oral, membantu pasien jika diperlukan,mendukung pasien untuk mengatur langkahnya sendiri selama perawatan diri, melibatkan keluarga dalam pemberian asuhanan. Diagnosa ketiga yaitu intoleransi aktivitas, tindakan yang dilakukan adalah mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI, mengkaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas, mengevaluasi motivasi keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas, menentukan penyebab keletihan misalnya perawatn nyeri dan pengobatan, memanantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur, menginstruksikan pada pasien dan keluarga dalam penggunaan teknik napas control selama aktivitas dan mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas, mengajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan, menghindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama periode istirahat, memantau tanda-tanda vital sebelum, selama dan setelah aktivitas, menghentikan aktivitas jika tanda-tanda vital tidak dalam rentang normal bagi pasien, merencanakan aktivitas bersama pasien dan keluarga untuk meningkatkan kemandirian dan ketahanan, sebagai contoh anjurkan periode untuk istirahat dan aktivitas secara bergantian.

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan pengkajian pada pasien Ny. A, ada tiga prioritas masalah keperawatan yang ditemukan yaitu hambatan mobilitas fisik, deficit perawatan diri, dan intoleransi aktivitas. Dengan diagnose yang di peroleh, yaitu: 1. Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan kelemahan ektremitas bawah ditandai dengan, penurunan aktivitas dan kecepatan berjalan, kesulitan untuk memulai berjalan, langkah kecil, berjalan dengan menyeret, pada saat berjalan badan mengayun kesamping, dan secara umum aktivitas pasien di bantu keluarga dengan tingkat aktivitasmobilitas 2, skala nyeri 5 1-10, dengan TD: 14090mmHg, HR: 85xmenit, RR: 20xmenit, dan T: 36,5 °C. 2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan intoleansi aktivitas di tandai dengan pasien tampak kurang membersihkan tubuh khususnya bagian rambut kurang bersih dan mulut bebau, gigi jarang di sikat, lidah kurang bersih, kuku tangan dan kaki Nampak panjang dan kurang bersih. 3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan gaya hidup kurang gerak ditandai dengan tekanan darah tidak normal, aktivitas pasien di bantu keluarga, rumah pasien kurang bersih dan pakaian pasien jugaterlihat kurang bersih. Diagnosa keperawatan prioritas adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan ekstremitas bawah ditandai dengan susah berjalan dan secara umum aktivitas pasien di bantu oleh keluarga dengan tingkat mobilisasi 2, dengan pemeriksaan fisik T : 36,5 °C, TD: 14090 mmHg, HR: 85xmenit, RR: 20xmenit, T: 36,5ºC. Kemudian dilakukan implementasi berdasarkan intervensi yang direncanakan selama lima hari dan hasil evaluasi diperoleh pasien belum sepenuhnya dapat berjalan, masihlatihan, sebagian besar aktivitas pasien dibantu oleh perawat, kekuatan oto tderajat 3, tingkat mobilisasi 3, TD: 12080 mmHg, HR: 80xmenit, RR: 22xmenit dan T: 36,5ºC. 3.2 Saran a. Bagi Pelayanan Kesehatan Diharapkan perawat lebih optimal dalam memberikan pelayanan terhadap kebutuhan dasar mobilisasi sehingga dapat mencegah masalah kebutuhan dasar mobilisasi yang lebih buruk. Diperlukan dokumentasi intervensi dan implementasi agar ada sinkron antara perawat. b. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan bagi staf pengajar dapat meningkatkan pelayanan, penerapan, dan pengajaran asuhan keperawatan kepada mahasiswa, meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan keterampilan yang lebih kepada mahasiswa dan menambah referensi tentang pemahaman kebutuhan mobilisasi, serta pada mahasiswa dapat memahami kesenjangan antara teori dan aplikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan mobilisasi. DAFTAR PUSTAKA Asmadi. 2008. TeknikProseduralKeperawatanKonsepdanAplikasiKebutuhan DasarKlien. Jakarta: SalembaMedica. A. Aziz. Alimun, H. 2009. PengantarKebutuhanDasarManusia 1. Jakarta: SalembaMedica. ElangdanEngkus. 2013.AskepPadaKlienDenganGangguanKebutuhanDasar Diharapkan perawat lebih optimal dalam memberikan pelayanan terhadap kebutuhan dasar mobilisasi sehingga dapat mencegah masalah kebutuhan dasar mobilisasi yang lebih buruk. Diperlukan dokumentasi intervensi dan implementasi agar ada sinkron antara perawat. b. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan bagi staf pengajar dapat meningkatkan pelayanan, penerapan, dan pengajaran asuhan keperawatan kepada mahasiswa, meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan keterampilan yang lebih kepada mahasiswa dan menambah referensi tentang pemahaman kebutuhan mobilisasi, serta pada mahasiswa dapat memahami kesenjangan antara teori dan aplikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan mobilisasi. DAFTAR PUSTAKA Asmadi. 2008. TeknikProseduralKeperawatanKonsepdanAplikasiKebutuhan DasarKlien. Jakarta: SalembaMedica. A. Aziz. Alimun, H. 2009. PengantarKebutuhanDasarManusia 1. Jakarta: SalembaMedica. ElangdanEngkus. 2013.AskepPadaKlienDenganGangguanKebutuhanDasar