I
2
: Kemampuan memfokuskan pertanyaan I
3
: Kemampuan mengidentifikasi asumsi I
4
: Kemampuan merencanakan dan menuliskan solusi pernyelesaian I
5
: Kemampuan menyimpulkan I
6
: Kemampuan mencari cara atau alternatif lain dalam menyelesaikan permasalahan I
7
: Kemampuan untuk menguji kebenaran dari informasi untuk mengekspresikan pendapat atau pemikiran.
Dari tabel perbandingan di atas, nampak bahwa karakteristik atau kemampuan yang selalu ada atau muncul pada tiap kemampuan berpikir kritis yang dikemukakan
Facione, Angelo, Robert Ennis serta Paul dan Erder adalah I
3
, I
4
, I
5
, dan I
6
. Sehingga untuk menentukan kategori berpikir kritis siswa yaitu sangat kritis, kritis, cukup
kritis, kurang kritis dan tidak kritis, maka penelitian ini menekankan pada indikator atau karakteristik berpikir kritis I
3
, I
4
, I
5
, dan I
6
dapat dilihat pada Tabel 3.3.
2.4 Pemecahan Masalah Matematika
2.4.1 Masalah Matematika
Matematika sangat berkaitan erat dengan masalah. Masalah adalah suatu kesenjangan antara situasi sekarang dengan situasi yang akan datang atau tujuan yang
diinginkan. Menurut Susanto 2011:48 masalah merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tugasnya yang tidak ditemukan di waktu sebelumnya. Ini
berarti, suatu tugas merupakan masalah bergantung pada individu dan waktu. Artinya, suatu tugas merupakan masalah bagi seseorang, tetapi mungkin bukan masalah bagi
orang lain. Demikian pula suatu tugas merupakan masalah bagi seseorang pada suatu saat, tetapi bukan masalah lagi bagi orang itu pada saat berikutnya, bila orang itu
telah mengetahui cara atau proses mendapatkan penyelesaian masalah tersebut. Seperti yang dinyatakan Bell dalam Rasiman, 2011:7
bahwa masalah adalah “a situation is a problem for person if he or she is aware ot its existence, recognizes that
it requires action, wants or needs to act and does so, and is not immediately able to resolve the situation
”. Suatu situasi tertentu merupakan masalah bagi seseorang, bila
ia menyadari adanya masalah, mengetahui bahwa masalah itu perlu mendapatkan penyelesaian, berkeinginan untuk bertindak, dan tidak dengan segera menemukan
suatu cara untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Ruseffendi dan Yee dalam Ibrahim, 2011:123 menyatakan bahwa pengajaran matematika melalui pemberian suatu masalah yang harus dipecahkan oleh
siswa dapat menjadi alat yang baik bagi siswa untuk membentuk konsep-konsep dalam matematika. Pada dasarnya masalah yang dihadapi memerlukan suatu jawaban
atau penyelesaian. Maka Solso 2008:434 menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi
atau jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Masalah matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lima soal yang membutuhkan beragam cara
memperoleh solusi yang benar. Masalah yang memungkinkan memiliki jawaban benar maupun cara yang beragam disebut masalah terbuka open-ended problem.
Hal ini senada dengan yang dinyatakan Yaniawati dalam Ibrahim, 2011:123 bahwa ciri terpenting dari masalah terbuka adalah tersedianya kesempatan yang luas bagi
siswa untuk menggunakan suatu cara yang dianggapnya paling sesuai dalam menyelesaikan suatu masalah. Maka dari itu, dalam pemecahan masalah matematika
terbuka, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah problem solving.
2.4.2 Pemecahan Masalah