UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.4 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.4 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh:

SISWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(2)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.4 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh: SISWATI

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai upaya meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada pelajaran IPS di kelas VII.4 SMP Negeri 1 Gadingrejo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada pelajaran IPS di kelas VII.4 SMP Negeri 1 Gadingrejo selalu mengalami peningkatan untuk setiap siklusnya.

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, dan model pembelajaran kooperatif tipe


(3)

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.4 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU

TAHUN PELAJARAN 2011/2012 ( PTK)

Oleh:

SISWATI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(4)

Judul PTK : UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED

INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.4 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : SISWATI Nomor Pokok Mahasiswa : 1013113009

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Yon Rizal, M.Si. Drs. Teddy Rusman, M.Si. NIP 19600818 198603 1 005 NIP 19600826 198031 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan, Ketua Program Studi,

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Ekonomi

Drs. Buchori Asyik, M.Si. Drs.Hi. Nurdin, M.Si.


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Yon Rizal, M.Si. ………

Sekretaris : Drs. Teddy Rusman, M. Si. ………

Penguji : Dr. R. Gunawan S, S.Pd., S.E., M.M. ………..

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M. Si NIP. 19600315 198503 1 003


(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Siswati Nomor Pokok Mahasiswa : 1013113009

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak pernah terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecauli disebutkan di dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Oktober 2012

Siswati

NPM. 1013113009 Materai


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lubuk Linggau pada tanggal 30 Mei 1963 dengan nama lengkap Siswati. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, putra dari pasangan Bapak Suroto dan Ibu Saibah.

Pendidikan Formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. SDN 1 Tulung Agung diselesaikan pada tahun 1976. 2. SMPN 1 Gadingrejo diselesaikan pada tahun 1980. 3. SMPPN 51 Tanjungkarang diselesaikan pada tahun 1983 4. PGSMPN Tanjungkarang diselesaikan pada tahun 1985.

Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi Jurusan PIPS, FKIP Unila melalui S1 guru dalam jabatan.


(8)

MOTTO

Untuk meraih keberhasilan diperlukan perjuangan dan semangat walaupun banyak rintangan (Siswati).

Pengetahuan meskipun sedikit jika dapat dipraktikan dalam kehiduoan akan lebih berharga dari pada banyak tetapi tidak dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Siswati).


(9)

PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahkan:

1. Suamiku Tercinta, terima kasih tak terhingga atas pengorbananmu.

2. Kedua putraku yang selalu mendoakan dan mendukungku sehingga aku semangat.

3. Sahabat yang tak akan aku lupakan Bu Khodijak dan Pak Y. Setyoadi 4. Semua teman-teman S1 guru dalam jabatan.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Kegunaan Penelitian ... 10

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 11

2. Kreativitas ... 16

3. Hasil Belajar ... 28

4. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif TAI ... 33

B. Kerangka Pikir ... 37

C. Hipotesis ... 39

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Subyek Penelitian ... 40

C. Faktor Yang Diteliti ... 40

D. Rencana Tindakan ... 41

E. Data Penelitian ... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

G. Instrumen Penelitian ... 44

H. Analisis Data ... 52


(11)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 53

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 53

2. Hasil Penelitian ... 59

a. Siklus I ... 59

b. Siklus II ... 64

c. Siklus III ... 67

3. Deskripsi Kreativitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran ... 71

B. Pembahasan Penelitian ... 66

1. Kreativitas Belajar Siswa ... 73

2. Hasil Belajar ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan ... 77

b. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Nilai Ulangan Harian I dan II Mata Pelajaran IPS Kelas VII 4 di SMP

Negeri 1 Gadingrejo Semester Genap T.P 2011/2012 ... 4

2. Uji Validitas Butir Soal Siklus I ... 36

3. Uji Validitas Butir Soal Siklus II ... 36

4. Uji Validitas Butir Soal Siklus III ... 37

5. Uji Tingkat Kesukaran Siklus I, II, dan III ... 39

6. Uji Daya Beda Soal Siklus I, II dan III ... 41

7. Hasil Pengamatan Kreativitas Siswa pada Pertemuan I Siklus I ... 47

8. Hasil Pengamatan Kreativitas Siswa pada Pertemuan 2 Siklus I .... 47

9. Kreativitas Siswa Siklus I pada Pertemuan 1 dan 2 ... 48

10. Hasil Belajar Siklus I ... 49

11. Hasil Pengamatan Kreativitas Siswa pada Pertemuan I Siklus II ... 54

12. Hasil Pengamatan Kreativitas Siswa pada Pertemuan 2 Siklus II ... 54

13. Kreativitas Siswa Siklus II pada Pertemuan 1 dan 2 ... 55

14. Hasil Belajar Siklus II ... 56

15. Hasil Pengamatan Kreativitas Siswa pada Pertemuan I Siklus III .. 60

16. Hasil Pengamatan Kreativitas Siswa pada Pertemuan 2 Siklus III . 60 17. Kreativitas Siswa Siklus III pada Pertemuan 1 dan 2 ... 61

18. Hasil Belajar Siklus III ... 62 Halaman


(13)

19. Deskripsi Kreativitas Belajar Siswa Setiap Siklus ... 63

20. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus ... 65

21. Deskripsi Kreativitas Belajar Siswa Setiap Siklus ... 68

22. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus ... 70 Halaman


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 38

2. Proses Penelitian Tindakan ... 42

3. Diagram Peningkatan Kreativitas Siswa ... 75

4. Diagram Peningkatan Hasil Belajar ... 76 Halaman


(15)

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, masing- masing dengan tujuan tersendiri, namun memberi sumbangannya agar tercapai tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Kurikulum pengetahuan sosial disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan pengetahuan sosial. Pengembangan kurikulum pengetahuan sosial merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi serta tuntutan desentralisasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi pembelajaran pengetahuan sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPS adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik yang memiliki pengetahuan keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta masyarakat dan negara (Ahmadi dan Amri, 2011: 9). Memerhatikan tujuan yang dikandung oleh mata pelajaran pengetahuan sosial maka seharusnya pembelajaran di sekolah-sekolah merupakan suatu kegiatan yang disenangi, menantang dan bermakna bagi peserta didik.


(16)

2 Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memerlukan guru dan murid karena salah satu unsur dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang merupakan dua bentuk kegiatan yang tidak dapat dipisahkan antar satu dengan lainnya. Selain itu sekolah sebagai salah satu unsur dalam dunia pendidikan saat ini sedang mengalami perhatian dari berbagai pihak, karena pendidikan sangat diperlukan oleh masyarakat dalam menghadapi kehidupan yang sangat kompleks, dimana pendidikan saat ini terus berbenah diri menemukan cara yang terbaik untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk menghantarkan peserta didik untuk mengembangkan segala potensi yang dimilkinya. Sekolah juga dipercaya sebagai satu-satunya cara agar manusia pada zaman sekarang dapat hidup mantap di masa yang akan datang. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat tergantung pada proses pembelajaran di kelas. Secara umum keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh beberapa komponen. Komponen tersebut antara lain: siswa, lingkungan, kurikulum, guru, metode dan media mengajar dengan tujuan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pembelajaran adalah suatu proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungan sekitar sehingga siswa memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Dalam proses pembelajaran diperlukan adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa sehingga terjalin komunikasi dua arah yang menjadikan pembelajaran terarah pada pencapaian kompetensi. Guru harus mampu memahami beberapa hal


(17)

3 dari peserta didik seperti kemampuan, potensi, minat, hobi, sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang keluarga, dan kegiatannya di sekolah.

Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam proses pendidikan di sekolah. Proses yang dialami oleh siswa yang ditandai dengan terjadinya perubahan prilaku dalam diri siswa baik dalam aspek kognitif, afektif ataupun psikomotor yang tercermin dalam proses belajar siswa, sehingga berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam hal ini sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan yang memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, didalamnya berlangsung proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan penting mendasar dalam pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran pengetahuan sosial mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dan bermoral sejak usia dini. Hal yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran pengetahuan sosial adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran pengetahuan sosial dengan metode yang menarik, menantang, dna menyenangkan. Salah satu tantangan mendasar mengajarkan IPS dewasa ini adalah cepat berubahnya lingkungan sosial budaya sebagai kajian materi IPS itu sendiri.

Masalah ini semakin serius manakala dihadapkan kenyataan bahwa selama ini mata pelajaran IPS kurang mendapat perhatian semestinya. Padahal, dengan memahami IPS akan membimbing siswa menghadapi kenyataan dalam


(18)

4 lingkungan sosialnya dan dapat menghadapi masalah- masalah sosial yang terjadi dengan lebih arif dan bijaksana. Dalam menghadapi tantangan perubahan ini, sesungguhnya gurulah yang harus memandu siswa membuka cakrawala pengetahuan sosialnya. Maka guru dituntut lebih profesional, tidak hanya membimbing siswa dalam mengembangkan pengatahuannya dan mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan, bermakna dan bermutu.

Pembelajaran mata pelajaran IPS sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang membosankan, kurang menantang, tidak bermakna serta kurang terkait dengan kehidupan keseharian. Akibatnya banyak kritikan bagi guru-guru yang mengajarkan IPS, antara lain rendahnya daya kreasi guru, dan siswa dalam pembelajran kurang dikuasai materinya oleh siswa dan kurang variasi dalam pembelajaran. Guru dituntut setiap saat untuk meningkatkan kompetensinya baik melalui berbagai bahan bacaan, seminar, maupun penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas di kelasnya. Itu semua akan meningkatkan pengetahuan dan kreativitas siswa.

Strategi pembelajaran IPS berkenaan dengan kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator. Salah satu tugas pendidik atau guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Suasana pembelajaran yang demikian akan berdampak positif


(19)

5 dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Oleh karena itu guru sebaiknya memiliki kemampuan dalam memilih metode dan media pembelajaran yang tepat.

Ketidaktepatan dalam memilih metode akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa dalam menerima materi yang disampaikan sehingga materi kurang dapat dipahami yang akan mengakibatkan siswa menjadi apatis. Di sinilah perlunya memanfaatkan motode pembelajaran. Siswa akan lebih mengerti dan memahami pelajaran dengan metode pembelajaran selain penjelasan guru.

Penggunaan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangun suatu kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan sebuah proses dan sangat erat hubungannya dengan hasil belajar, karena bila kita berusaha dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh dalam belajar tentunya hasil belajar yang akan diperoleh dalam pembelajaran juga akan baik. Meningkatnya hasil belajar merupakan salah satu indikator pencapaian tujuan pendidikan yang mana hal itu tidak terlepas dari motivasi siswa maupun kreativitas guru dalam menyajikan suatu materi pelajaran melalui berbagai metode yang digunakan untuk dapat mencapai tujuan pengajaran secara maksimal serta kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.

Pengembangan kreativitas di sekolah dalam proses belajar dan pembelajaran benar-benar dapat memiliki relevansi yang tinggi dan menghasilkan para lulusan yang memiliki kreativitas yang tinggi. Sekolah seyogyanya dapat menyediakan kurikulum yang memungkinkan para siswa dapat berfikir kritis dan kreatif, serta


(20)

6 memiliki keterampilan pemecahan masalah, sehingga pada gilirannya mereka dapat merespons secara positif setiap kesempatan dan tantangan yang ada serta mampu mengelola risiko untuk kepentingan kehidupan pada masa sekarang maupun mendatang.

Berdasarkan hasil pengalaman penulis selama menjadi guru mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Gadingrejo kelas VII.4 dapat diketahui bahwa salah satu penyebab adalah proses pembelajaran IPS yang dilakukan oleh guru belum memanfaatkan metode pembelajaran yang sesuai sehingga pembelajaran tidak mencapai tingkat keberhasilan. Selain itu kreativitas belajar siswa di kelas juga sangat kurang, siswa masih banyak yang bermain-main atau bahkan tidak memperhatikan penjelasan guru.

Tabel 1. Nilai Siswa Pada Ulangan Harian I (UH1) kelas VII 4 SMP Negeri 1 Gadingrejo Kab. Pringsewu Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012

No Nilai

(0-100) Banyaknya Siswa

Persentase (100%)

1 92-100 4 12.5

2 83-92 5 15.625

3 63-72 5 15.625

4 53-62 11 34.375

5 00-52 7 21.875

Jumlah 32 100

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar pada pembelajaran IPS yang diperoleh siswa kelas VII 4 pada ulangan harian I (UH1) masih rendah. Jumlah siswa pada kelas VII 4 yang memperoleh nilai diatas 63 (syarat minimal dikatakan tuntas dalam belajar) sebanyak 14 siswa dengan persentase 43,75%.


(21)

7 Sedangkan hasil belajar IPS pada saat Ulangan Harian II (UH2) semester ganjil dapat dilihat perolehan nilai siswa di bawah ini.

Tabel 2. Nilai Siswa Pada Ulangan Harian II (UH2) kelas VII.4 SMP Negeri 1 Gadingrejo Kab. Pringsewu Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012

No Nilai

(0-100) Banyaknya Siswa

Persentase (100%)

1 92-100 3 9.375

2 83-92 5 15.625

3 63-72 6 18.75

4 53-62 10 31.25

5 00-52 8 25

Jumlah 32 100

Berdasarkan data yang ada pada Tabel 2 di atas, terlihat bahwa hasil belajar pada pembelajaran IPS yang diperoleh siswa kelas VII 4 pada ulangan harian II masih rendah. Jumlah siswa kelas VII 4 yang memperoleh nilai di atas 63 sebanyak siswa dengan persentase 43,75%. Kelas VII 4 SMP Negeri 1 Gadingrejo Kab. Pringsewu menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 63. Hal ini berarti siswa belum memenuhi ketuntasan kompetensi minimal yang ditetapkan oleh guru yaitu 65% siswa memperoleh nilai 63. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah (1995:128) menyatakan bahwa “apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65%, dikuasai maka presentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah”.

Berdasarkan uraian di atas, rendahnya kreativitas dan hasil belajar diduga karena guru menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajarannya. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, maka perlu adanya perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kreativitas


(22)

8 dan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut adalah pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization (TAI).

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengambil judul Laporan Penelitian Tindakan Kelas “Upaya Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif TAI pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VII 4 Semester Genap Pada SMP Negeri 1 Gadingrejo Kab. Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di identifikasikan masalah–masalah sebagai berikut.

1. Guru masih menggunakan metode belajar dengan ceramah, proses pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher center).

2. Kreativitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. 3. Hasil belajar IPS di kelas VII.4 masih rendah.

C. Pembatasan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah dan agar dalam pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang ingin dipecahkan dan diteliti, maka perlu adanya batasan masalah bahwa yang dianalisis adalah Upaya Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan model pembelajaran Kooperatif TAI pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VII 4 Semester Genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Kab. Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012.


(23)

9 E.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini disimpulkan sebagai berikut.

1. Apakah ada peningkatan kreativitas siswa dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif TAI pada mata pelajaran IPS di kelas VII.4 semester genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Kab. Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/ 2012? 2. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan Kooperatif TAI

pada mata pelajaran IPS di kelas VII 4 semester genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Kab. Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/ 2012?

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini dinyatakan sebagai berikut.

1. Untuk menganalisis peningkatan kreativitas siswa melalui model pembelajaran Kooperatif TAI pada mata pelajaran IPS di kelas VII 4 semester ganjil SMP Negeri 1 Gadingrejo Kab. Pringsewu semester genap Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

2. Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar IPS siswa setelah menggunakan model pembelajaran Kooperatif TAI di kelas VII 4 SMP Negeri 1 Gadingrejo Kab. Pringsewu semester genap Tahun Pelajaran 2011/ 2012.


(24)

10 G.Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

a) Kontribusi positif bagi guru-guru mata pelajaran IPS tentang alternatif strategi pembelajaran yang lain yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif TAI yang dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.

b) Memperkaya khazanah keilmuan di bidang pendidikan.

2. Secara Praktis

Penelitian ini secara praktis dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas untuk mempermudah siswa memahami meteri pelajaran IPS yang disampaikan sehingga kreativitas dan hasil belajar siswa lebih baik.

G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Objek Penelitian

Penerapan model pembelajaran Kooperatif TAI, kreativitas dan hasil Belajar IPS.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII 4 yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Kooperatif TAI.

3. Wilayah Penelitian

SMP Negeri 1 Gadingrejo Kab. Pringsewu. 4. Waktu Penelitian


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu- ilmu sosial seperti: Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum, dan Budaya. IPS dirumuskan atas dasar realita dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang- cabang ilmu-ilmu sosial (Suyatna, 2008: 64).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu bidang studi yang rumit karena luasnya ruang lingkup dan merupakan gabungan sejumlah disiplin ilmu seperti Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan apa yang disebut dengan “sipil” perlu ditekankan (Fajar, 2009: 31).

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD, SMP yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta aman (Ahmadi dan Amri, 2011: 10).

Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Science) atau yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu yang membahas hubungan antar manusia sebagai makhluk sosial


(26)

12 (Ibrahim dan Hidayat, 2003: 35). Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai disiplin operasional yang efektif dan memperhatikan studi tentang manusia di masyarakat dalam situasi global saat ini dapat memainkan peran yang sangat penting. Namun demikian berdasarkan keberadaannya dalam mengajarkan ilmu sosial didominasi oleh proses belajar dengan menggunakan buku teks (Fajar, 2009: 32).

Karakteristik mata pelajaran IPS SMP/ MTS antara lain sebagai berikut.

1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan bidang, humaniora, pendidikan dan agama.

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan ilmu sosial yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik.

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan adaptasi, dan pengelolaan lingkungan.

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan (Suyatna, 2008: 65).

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPS adalah membina anak didik menjadi warga Negara yang baik yang memiliki pengetahuan keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta masyarakat dan Negara. Pada hakikatnya, Pengatahuan Sosial dan ilmu- ilmu sosial sebagai suatu mata pelajaran menjadi wahana dan alat bagi siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Siapa diri saya ditengah atau dihadapan orang laian dan masyarakat? 2. Pada masyarakat apa saya berada?

3. Persyartan- persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa?


(27)

13 5. Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu

ke waktu berikutnya? (Fajar, 2009: 105).

IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu- ilmu sosial: Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Antropologi, Filsafat, dan Psikologi Sosial (Suyatna, 2008: 64). Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berdasarkan Kurikulum 2004 mengalami perubahan nama atau sebutan yakni menjadi mata pelajaran Pengetahuan sosial (PS) untuk pendidikan dasar dan ilmu-ilmu sosial untuk pendidikan menengah (Fajar, 2009: 104).

Kajian yang dipelajari dalam Ilmu Sosial sebagai berikut.

1. Sosiologi mempelajari segala hal yang berhubungan dengan aspek hubungan sosial yang meliputi proses, faktor, perkembangan, permasalahan dan lain- lain.

2. Ilmu ekonomi mempelajari proses, perkembangan dan permasalahan yang berhubungan dengan ekonomi.

3. Segala aspek psikologi yang berhubungan dengan sosial dipelajari dalam ilmu psikologi sosial.

4. Aspek budaya perkembangan dan permasalahannya dipelajari dalam antropologi.

5. Aspek sejarah yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan kita dipelajari dalam sejarah.

6. Aspek geografi yang memberi efek ruang terhadap kehidupan manusia dipelajari dalam geografi.

7. Aspek politik yang menjadi landasan keutuhan dan kesejahteraan masyarakat dipelajari dalam ilmu politik (Ahmadi dan Amri, 2011: 8).

Beberapa pembagian Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu sebagai berikut.

1. Psikologi, suatu Ilmu Pengetahuan yang mempelajari proses mental dan tingkah laku.

2. Pendidikan, suatu perlakuan atau proses latihan yang terarah dan sistematis menuju ke suatu tujuan.

3. Antroplogi, suatu Ilmu Pengetahuan yang mempelajari asal-usul perkembangan jasmani, sosial, kebudayaan serta tingkah laku manusia. 4. Etnologi, suatu studi Antropogi dari aspek sistem sosio-ekonomi dan


(28)

14 pertumbuhan perkembangan kebudayaan, serta perubahannya dalam masyarakat primitif.

5. Sejarah, suatu pencatatan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada suatu bangsa, negara, atau individu.

6. Ekonomi, suatu Ilmu Pengetahuan yang berhubungan dengan produksi, tukar menukar barang produksi, pengelolaan dalam ruang lingkup rumah tangga, perusahaan atau negara.

7. Sosiologi, suatu studi tentang tingkah laku sosial, terutama tentang asal-usul organisasi, instuisi, dan perkembangan masyarakat manusia (Ibrahim dan Hidayat, 2003: 36).

Tujuan pelajaran pengetahuan sosial dan ilmu- ilmu sosial (Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi- Antropologi) antara lain sebagai berikut.

1. Pengembangan kemampuan intelektual siswa, yang berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu.

2. Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, yang berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat yang dinamakan kemampuan sosial. 3. Pengambangan diri sebagai pribadi, berorientasi pada pengembangan

pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat, maupun ilmu. 4. Untuk menumbuhkan warga negara yang baik dengan menempatkan siswa dalam konteks kebudayaannya, sehingga pelajaran IPS diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis.

5. Siswa akan memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik interpersonal maupun antar- personal (Fajar, 2009: 107- 108).

IPS memiliki lima tujuan sebagai berikut.

1. IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang ilmu-ilmu sosial jika nantinya masuk ke perguruan tinggi.

2. IPS yang tujuannya mendidik kewarganegaraan yang baik.

3. IPS yang hakikatnya merupakan suatu kompromi antara satu dan dua tersebut di atas.

4. IPS mempelajari masalah-masalah sosial yang pantang untuk dibicarakan di muka umum.

5. Menurut pedoman khusus bidang studi IPS, tujuan bidang studi tersebut, yaitu dengan materi yang dipilih, disaring dan disingkronkan kembali maka sasaran seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran IPS mengarah pada dua hal yaitu pembinaan warga negara Indonesia dan sikap sosial yang rasional dalam kehidupan (Ahmadi dan Amri, 2011: 9).


(29)

15 Pembelajaran IPS Terpadu dengan guru merupakan hal yang ideal dilakukan. Hal ini disebabkan sebagai berikut.

1. IPS merupakan satu mata pelajaran.

2. Guru dapat merancang skenario pembelajaran sesuai dengan topik yang ia kembangkan tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan guru lain oleh karena itu maka tanggung jawab dipikul guru sendiri (Suyatna, 2008: 79).

Strategi pembelajaran IPS Terpadu berkenaan dengan kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator (Ahmadi dan Amri, 2011: 21). Standar kompetensi lintas kurikulum mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan ilmu-ilmu sosial merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dilakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar. Standar kompetensi lintas kurikulum IPS tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya.

2. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain.

3. Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep- konsep, teknik- teknik, pola, struktur, dan hubungan.

4. Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan dari berbagai sumber.

5. Memahami dan menghargai lingkungan fisik, makhluk hidup, dan teknologi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai- nilai untuk mengambil keputusan yang tepat.

6. Berpartisipasi, berinteraksi aktif dalam masyarakat.

7. Berkreasi dan menghargai karya artistik, budaya dan intelektual.

8. Berpikir logis, kritis, dan lateral dengan memperhitungkan potensi dan peluang untuk menghadapi berbagai kemungkinan.


(30)

16 9. menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan

bekerja sama dengan orang lain (Fajar, 2010: 106).

B. Kreativitas

Kata kreativitas dalam terminologi bahasa sebagaimana termaktub dalam lisanul-

Arab bada’a asy-syai’u, yabda’uhu berarti membuat dan memulai. Dan abda’a

asy- syai’a artinya menciptakan sesuatu yang berbeda. Dalam definisi lain, kata kreativitas mengandung makna kemampuan untuk menciptakan atau membuat hal baru (Abu, 2010: 161). Hakikatnya pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada (Slameto, 2003: 145). Dalam Kamus Bahasa Indonesia kreatif diartikan sebagai hasil daya cipta, hasil daya hayal atau ciptaan buah pemikiran.

Kreativitas adalah gabungan antara kemampuan, kesiapan, mental, dan karekteristik personal, yang jika terdapat pada lingkungan yang sesuai, bias meningkatkan proses selanjutnya untuk menghasilkan hasil- hasil original dan baru, baik yang disebabkan oleh pengalaman- pengalaman masa lalu seseorang (Abu, 2010: 18). Secara tradisional kreativitas dibatasi sebagai mewujudkan sesuatu yang baru dalam kenyataan. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa perbuatan atau tingkah laku (Slameto, 2003: 145). Jadi, kreativitas harus merupakan sebuah ide yang dianggap sebagai sesuatu yang tidak dikenal dan tidak berulang.


(31)

17 Beberapa metode untuk mengembangkan kreativitas tersusun dalam rincian sebagai berikut.

1. Teknik brainstorming

Brainstorming berarti menggunakan otak untuk menghadapi masalah. Brainstorming adalah salah satu metode pengajaran dan pelatihan yang berdasarkan kebebasan berpikir dan digunakan untuk menghasilkan lebih banyak pemikiran untuk menyelesaikan suatu tema dalam sebuah pertemuan singkat.

2. Teknik enam topi

Metode ini dilakukan dengan membagi proses berpikir menjadi enam pola. Setiap pola dianggap sebagai sebuah topi yang dapat dipaki atau dilepas, sesuai dengan cara berpikirnya ketika itu.

3. Teknik empat orang

Teknik ini merupakan teknik yang tidak banyak diterapkan, meskipun memiliki ketenaran khusus pada saat ditemukan.

4. Teknik relaksasi mental dan jasmani

Teknik ini dilakukan dalam posisi duduk dengan tenang. 5. Teknik konsentrasi otak

6. Teknik pertanyaan cerdas

Teknik ini berfungsi untuk memaksimalkan kerja otak dengan melemparkan sejumlah pertanyaan cerdas mengenai sesuatu, yang bertujuan untuk menghasilkan ide baru yang kreatif( Abu, 2010: 105).

Kreativitas ditandai dengan kemampuan cara berfikir divergen, yaitu kemampuan individu untuk mencari berbagai alternative jawaban terhadap suatu persoalan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengolaborasi gagasan (Ali dan Asrori, 2008: 44). Kreativitas adalah salah satu aspek hakikat manusia. Semua siswa hendaknya diberi kesempatan untuk berkreasi, melakukan pekerjaan kreatif, tanpa adanya standar keberhasilan, tanpa campur tangan guru berupa komentar apalagi penilaian atau kecaman (Nasution, 2006: 77).

Kreativitas merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Kreativitas adalah hasil belajar dalam kecakapan kognitif, sehingga untuk menjadi kretif dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar


(32)

18 (Slameto, 2003: 138). Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh pakar berdasarkan sudut pandang masing- masing. Perbedaan dalam sudut pandang ini menghasilkan berbagai definisi kreativitas dengan penekanannya yang berbeda. Guilford (2010: 18) mendefinisikan kreativitas sebagai kontemplasi dalam bingkai yang lebih terbuka, yang hasilnya memiliki keistimewaan yang tidak ada duanya.

Ali dan Asrori (2008: 41) mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Abu (2010: 37) menegaskan bahwa kreativitas adalah sistematika unsur- unsur yang berkorelasi dalam formula-formula baru yang sesuai dengan tuntutan khusus atau merupakan buah manfaat tertentu, selama unsur-unsur baru masuk dalam susunan yang satu dengan yang lain, hingga mencapai tingkat solusi yang lebih kreatif.

Kreativitas adalah hasil belajar dalam kecakapan kognitif, sehingga untuk menjadi kreatif dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar dalam kecakapan kognitif itu mempunyai hierarki atau bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah:

a. informasi non-verbal;

b. informasi fakta dan pengetahuan verbal; c. konsep dan prinsip;

d. pemecahan masalah dan kreativitas (Daryanto, 2010:108).

Proses kreativitas tidak dapat dipisahkan dari motivasi dan keinginan, serta asimilasi pemikiran pada diri orang yang kreatif. Oleh karena itu, hal tersebut tidak bisa dipisahkan juga dari pribadi orang yang kreatif. Menurut pendapat Guilford (2010: 130), kreativitas berkaitan erat dengan kontemplasi hipotesis yang


(33)

19 dis harmoni, yang menjamin keseluruhan karakter seperti fleksibilitas, kecakapan dan originalitas.

Seiring dengan itu, Ayan (2010: 13) mengemukakan, paling sedikit ada empat dasar pembentuk daya kreatif yang disebutnya dengan CORE sebagai berikut.

1. C mengacu pada keingintahuan sebagai dasar untuk menimbulkan kreatif. Rasa ingin tahu mendorong orang untuk menyelidiki sesuatu yang baru, mencari cara untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih baik, mengendalikan dorongan mencipta ataupun bereksperimen.

2. O adalah olah keterbukaan, yang merupakan dasar vital dalam pengembangan daya kreatif.

3. R adalah risiko, yakni keberanian untuk mengambil risiko terhadap pengapdosian gagasan/ ide ataupun hal- hal baru.

4. E mengacu pada pengertian energi sebagai pendorong kerja dan pemacu hasrat.

Berdasarkan pengertian-pengertian tentang kreativitas dapat disimpulkan bahwa perkembangan kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi saling melengkapi.

Abu (2010:37) mendefinisikan kreativitas sebagai inisiatif yang diperlihatkan oleh seseorang dalam bentuk kemampuan seseorang untuk keluar dari system yang normal, yaitu melalui kontemplasi dengan mengikuti satu model pemikiran baru. Beberapa teori dalam bidang kreativitas yaitu sebagai berikut.

1. Teori korelatif

Pencetus teori ini adalah Maltzman dan Mednick. Keduanya menegaskan bahwa kreativitas adalah sistematika unsur-unsur berkorelasi dalam formula-formula baru yang sesuai dengan tuntutan khusus atau merupakan buah manfaat tertentu.


(34)

20 2. Teori Gestal dalam kreativitas

Pencetus teori ini adalah Wertheimer. Ia berpendapat bahwa pemikiran kreatif biasanya dimulai bersamaan dengan suatu masalah. Secara spesifik masalah tersebut adalah salah satu aspek yang tidak sempurna. 3. Teori behavioral

Teori ini, Cropley mengatakan bahwa para pendukung teori ini berusaha mempelajari gejala kreativitas sesuai dengan jalur- jalur utama orientasi mereka yang beramsumsi bahwa aktivitas atau perilaku manusia pada intinya adalah masalah pembentukan hubungan antara indikasi- indikasi dan respon.

4. Teori analisis psikologi terhadap kreativitas

Freud menafsirkan kreativitas sesuai konsep sublimasi atau meninggikan diri. Artinya, dorongan seksual dapat disublimasi ketika dipendam.

5. Teori Guilford

Teori ini biasa disebut dengan teori tanda atau fungsional, karena bergantung secara pokok pada akal.

6. Pendekatan kemanusiaan untuk menafsirkan kreativitas

Pendekatan ini diwakili oleh banyak ilmuwan. Pada pendekatan ini menitikberatkan pada fisik manusia yang mencakup berbagai kebutuhan dalam berkomunikasi, hangat penuh dengan kepercayaan, perasaan, dan saling menghormati.

Slameto (2003: 147) menyatakan bahwa individu dengan potensi dapat dikenal melalui pengamatan ciri- ciri sebagai berikut.

1. Hasrat keingintahuan yang cukup besar. 2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru. 3. Panjang akal.

4. Keinginan untuk menemukan dan meneliti.

5. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit. 6. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan.

7. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas. 8. Berpikir fleksibel.

9. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban yang lebih banyak.

10. Kemampuan membuat analisis dan sintesis. 11. Memilki semangat bertanya serta meneliti. 12. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik.

13. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.

Kreativitas dapat kita kembangkan sesuai kemauan diri, namun dalam mengembangkan kreativitas kita memerlukan dukungan-dukungan dari orang lain.


(35)

21 Beberapa faktor yang mendukung berkembangnya potensi kreativitas, antara lain sebagai berikut.

1. Remaja sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara proporsional berdasarkan pemikiran logis.

2. Remaja sudah mampu melakukan kombinasi objek- objek secara proporsional berdasarkan pemikiran logis.

3. Remaja sudah memilki pemahaman tentang ruang relatif. 4. Remaja sudah memiliki pemahaman tentang waktu relatif.

5. Remaja sudah mampu melakukan pemisahan dan pengendalian variabel.

6. Remaja sudah mampu melakukan abstraksi reflektif dan berpikir hipotesis.

7. Remaja sudah memiliki diri ideal.

8. Remaja sudah menguasai bahasa abstrak (Ali dan Asrori, 2008: 50).

Ketiga faktor di atas akan diuraikan sebagai berikut.

1. Sikap individu mencakup tujuan untuk menemukan gagasan-gagasan serta produk-produk dan pemecahan baru.

2. Kemampuan dasar yang diperlukan mencakup berbagai kemampuan berpikir konvergen dan divergen yang diperlukan. Osbom (2010: 124) memperkenalkan sepuluh tahap pengajaran pemecahan masalah yang kreatif bagi orang dewasa.

a. Memikirkan keseluruhan tahap dari masalah. b. Memilih bagian masalah yang perlu dipecahkan. c. Memikirkan informasi yang kiranya dapat membantu. d. Memilih sumber-sumber data yang paling memungkinkan. e. Memikirkan segala kemungkinan pemecahan masalah tersebut. f. Memiliki gagasan-gagasan yang paling memungkinkan bagi

pemecahan.

g. Memikirkan segala kemungkinan cara pengujian.

h. Memilih cara yang paling dapat dipercaya untuk menguji. i. Membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. j. Mengambil keputusan.

3. Teknik-teknik yang digunakan untuk mengembangkan kreativitas diantaranya sebagai berikut.

a. Melakukan pendekatan “inquiry”

b. Menggunakan teknik-teknik sumbang saran c. Memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif


(36)

22 Seseorang kreator adalah pribadi yang memiliki rambu-rambu dan sifat-sifat tertentu. Sifat yang harus dimiliki oleh seseorang untuk mewujudkan kreativitasnya, sebagai berikut.

1. Memiliki kepercayaan yang besar terhadap diri sendiri dan mampu merencanakan.

2. Melontarkan pertanyaan, bersikap ragu dan menolak terhadap kesalahan dan konsklusi, sehingga memunculkan keinginan kuat untuk mencari jawaban dan melakukan pengkajian ulang.

3. Menjauhkan diri dari kemapanan, kenyamanan dan rutinitas kerja. 4. Tidak bersikap fanatik dan memaksakan kehendak serta pendapatnya

kepada orang lain untuk menerimanya.

5. Melakukan penelitian dan penelahan terhadap kejadian.

6. Memiliki kemapuan menata gagasan/ ide dan mengekspresikannya secara berkesinambungan.

7. Mampu mengajukan banyak solusi terhadap tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

8. Bersemangat untuk menupayakan dan merealisasikan gagasan/ ide dan karya-karya baru yang diyakini akan mencapai keberhasilan.

9. Memiliki beragam kecenderungan dan kompetensi; 10. Memiliki kemampuan dalam memikul tanggung jawab.

11. Memiliki pemikiran positif terhadap diri sendiri (Agung, 2010:16).

Tingkatan- tingkatan kreativitas menurut (Abu, 2010:24) sebagai berikut. 1. Ekspresif.

2. Produktif. 3. Inovatif. 4. Kreatif. 5. Iluminasi.

Sekolah dapat menolong siswa mengembangkan keterampilan memecahkan masalah sekaligus mengembangkan kreativitas. Slameto (2003: 152) langkah-langkahnya sebagai berikut.

1. Menolong siswa mengenal masalah- masalah untuk dipecahkan.

2. Menolong siswa menemukan informasi, pengertian-pengertian, asas-asas, dan metode-metode yang perlu untuk memecahkan masalah.


(37)

23 3. Menolong siswa merumuskan dan membatasi masalah-masalah.

4. Menolong siswa mengolah dan kemudian menerapkan informasi, pengertian, asas-asas, dan metode pada masalah tersebut.

5. Mendorong siswa merumuskan dan menguji hipotesis-hipotesis.

6. Mendorong siswa mengadakan penemuan dan penilaian sendiri secara bebas.

Agung (2010: 16) mengemukakan paling sedikit terdapat tujuh aspek dalam mengembangkan kreatif sebagai berikut.

1. Verbal/ linguistik, berupa kemampuan memanfaatkan kata secara lisan dan tertulis.

2. Matematis/ logis, berupa kemampuan memanfaatkan sistem angka dan konsep logis.

3. Spatial, berupa kemampuan melihat dan memanfaatkan pola dan desain ruangan.

4. Musikal, berupa kemampuan mengerti dan memanfaatkan konsep musik seperti nada, irama, dan keselarasan.

5. Kinestesis tubuh, berupa kemampuan memanfaatkan tubuh dan gerakan. 6. Intrapersonal, berupa kemampuan memahami pikiran, perasaan, dan

perilaku diri sendiri.

7. Interpersonal, berupa kemampuan memahami orang lain, pikiran serta perasaan mereka.

Cara membimbing perkembangan anak-anak kreatif, sebagai berikut.

1. Menciptakan rasa aman kepada anak untuk mengekspresikan kreasinya. 2. Mengakui dan menghargai gagasan- gagasan anak.

3. Menjadi pendorong bagi anak untuk mewujudkan gagasannya.

4. Membantu anak untuk memahami divergensinya dalam berpikir dan bertindak.

5. Memberikan peluang untuk mengkomunikasikan gagasan- gagasannya (Ali dan Asrori, 2008: 34).

Kreativitas memang tidak dapat muncul begitu saja. Namun juga bukan berarti bahwa setiap orang tidak memiliki kreativitas, karena sebenarnya daya itu ada dalam setiap orang, tetapi harus digali dan ditumbuhkan. Salah satu usaha untuk menumbuhkembangkan kreativitas, dapat dimulai hobi yang dimilikinya (Budi,


(38)

24 2002: 212). Ada beberapa faktor pendorong munculnya kreativitas. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

1. Banyak mengkaji.

2. Pengamatan secara seksama. 3. Tingkat keberagaman pemikiran. 4. Tingkat kekayaan fantasi.

5. Tingkat penghargaan terhadap waktu.

6. Tingkat berlatih cara- cara diskusi yang metodologis.

7. Bonus- bonus, baik berupa maknawi atau materi yang memiliki pengaruh besar dalam merangsang kreativitas (Abu, 2010: 48)

Ali dan Asrori (2008: 51) mengemukakan bahwa proses kreatif itu memiliki empat tahapan, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verivikasi. Yusuf (2010: 27) berpendapat bahwa terdapat empat fase dalam proses kreativitas sebagai berikut.

1. Fase persiapan

Pada fase ini, seorang yang kreatif berkesempatan untuk mendapatkan banyak data, keterampilan, dan pengalaman yang dapat membuatnya menguasai objek kreativitas atau menentukan masalah. Pentingnya fase ini ditegaskan oleh berbagai hasil riset eksperimen yang dilakukan dua ilmuwan, Wallace dan Stein.

2. Fase inkubasi

Ini adalah fase yang identik dengan usaha keras yang dikerahkan oleh seorang yang kreatif dalam memecahkan masalah atau manggapai objek yang sedang dipikirkan.

3. Fase iluminasi

Fase ini digambarkan sebagai fase perbuatan detail dan akurat otak dalam proses penciptaan. Fase ini mencakup penyiapan pelita kreativitas atau kesempatan untuk melahirkan ide baru untuk memecahkan masalah atau mengkristalisasikan ide umum untuk berkreasi.

4. Fase implementasi

Ini adalah fase final yang mencakup penerapan ide inovatif terhadap ilmu dan standarisasi, membentuk dan menjelaskan ide umum dalam seni.


(39)

25 C.Hasil Belajar

1. Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagi hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). “ Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan” (Hakim, 2005: 1).

Pengertian di atas sangat jelas untuk dapat mengetahui tujuan belajar. Tujuan belajar hakikatnya adalah proses perubahan kepribadian meliputi kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan itu bersifat menetap dalam tingkah laku sebagai hasil latihan atau pengalaman (Ahmadi dan Amri, 2011: 1). Belajar merupakan suatu proses, yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in behavior or performance) (Walgito, 2010: 185). Belajar harus dihayati oleh orang yang sedang belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 37). Belajar juga memiliki tiga unsur diantaranya sebagai berikut.

1. Motif untuk belajar. 2. Tujuan yang akan dicapai.


(40)

26 Suryabrata (2002: 231) belajar yang sebaik- baiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan pancainderanya.

Lima prinsip belajar sebagai berikut.

1. Mengenali betul apa yang menarik untuk kita. 2. Kenalilah kepribadian diri sendiri.

3. Rekam semua informasi dalam kata. 4. Belajar bersama orang lain.

5. Hargai diri sendiri (Hamzah, 2006: 184).

Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu (Irwanto, 2002: 105). Beberapa prinsip belajar menurut Hakim (2005: 2) adalah sebaagai berikut.

a. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.

b. Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi problematis.

c. Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna daripada belajar dengan hafalan.

d. Belajar merupakan proses yang kontinu. e. Belajar memerlukan kemauan yang kuat.

f. Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor.

g. Belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil daripada belajar dengan terbagi- bagi.

h. Proses belajar memerlukan metode yang tepat.

i. Belajar memerlukan kesesuaian antara guru dan murid.

j. Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri.

Senada dengan prinsip yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) sebagai berikut.

a. Perhatian dan motivasi b. Keaktifan

c. Berpengalaman d. Pengulangan e. Tantangan


(41)

27 f. Balikan dan penguatan

g. Perbedaan individual.

Belajar banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, sebagai berikut.

a. Faktor-faktor stimuli belajar. b. Faktor- faktor metode belajar.

c. Faktor- faktor individual (Soemanto, 2010: 113).

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak alain adalah hasil belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar itu suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan intergratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan (Soemanto, 2006: 105).

2. Hasil Belajar

Hamalik (2001: 31) menyatakan bahwa hasil- hasil belajar adalah pola- pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, abilitas, dan keterampilan. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri tertentu. Sedangkan menurut Kusnandar (2009: 276) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukur, seperti tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan.


(42)

28 Darmadi (2010: 186) mengemukakan ciri-ciri perubahan tersebut sebagai berikut.

a. Perubahan bersifat intensional, dalam arti pengalaman atau praktik latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan.

b. Perubahan bersifat positif, dalam arti sesuai dengan yang diharapkan atau kriteria keberhasilan baik dipendang dari segi peserta didik maupun segi guru.

c. Perubahan bersifat efektif, dalam arti perubahan hasil belajar itu relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat diproduksikan dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah.

Hasil belajar sebuah proses pembelajaran adalah suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar yang diakhiri dengan evaluasi hasil belajar dan diperolehnya kemampuan bagi siswa. Salah satu cara untuk melihat hasil belajar adalah dengan evaluasi. Menurut Kukuh (2010: 32) menyatakan: evaluasi adalah pengumpulan kanyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa. Hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam kategori yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sedangkan ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu: penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil keterampilan (Nasution, 2006: 69).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Setiap proses pembelajaran akan terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar seseorang, artinya merupakan hasil yang telah dicapai dari yang dilakukan atau


(43)

29 dikerjakan. Dilihat dari sudut pandang guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dan dari sudut pandang siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

Faktor-faktor yang mempengruhi keberhasilan belajar juga dikemukakan oleh Hakim (2005: 6) sebagai berikut.

a. Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri individu itu sendiri.

b. Faktor eksternal yaitu faktor yang terdapat di luar individu yang bersangkutan.

Faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat digolongkan menjadi 4 (empat) yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) lingkungan; (c) faktor instrumental; dan kondisi peserta didik. Faktor-faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi belajar peserta didik (Darmadi, 2010: 187).

Djamarah (2010: 108) mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar diantaranya sebagai berikut.

a. Tujuan. b. Guru. c. Anak didik.

d. Kegiatan pengajaran. e. Bahan dan alat evaluasi.


(44)

30 Menurut Niken (2009: 66) pencapaian hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh bebarapa faktor yaitu sebagai berikut.

a. Kesiapan belajar

Kesiapan belajar merupakan kondisi awal kegiatan belajar baik kesiapan fisik maupun kesiapan psikologis.

b. Motivasi

Motivasi merupakan motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.

c. Keaktifan siswa

Siswa yang melakukan belajar adalah siswa yang harus aktif dan tidak boleh pasif. Dengan bantuan guru siswa harus mampu mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.

d. Mengalami sendiri

Siswa hendaknya tidak hanya tau secara teoritis, tetapi juga secara praktis sehingga akan diperoleh pemahaman yang mendalam.

e. Pengulangan

Agar materi semakin mudah di ingat perlu diadakan latihan yang berarti siswa mengulang materi yang dipelajari.

f. Balikan dan penguatan

Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru. Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasiluntuk melakukan sesuatu perbuatan belajar.

Menurut Kukuh (2010: 34) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.

a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dapat

jdiklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis yang dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain: usia, kematangan, dan kesehatan, sedangkan faktor psikologis diantaranya yaitu: kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar.

b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor manusia dan faktor non-manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan


(45)

31 untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai satu materi atau belum (Kusnandar, 2009: 277).

Beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

Menurut Nasution (2006: 65) untuk mendapatkan hasil belajar kognitif seseorang memiliki 6 (enam) tingkatan kognitif, sebagai berikut.

a. Informasi (materi pembelajarn) yang telah dicapai sebelumnya.

b. Pemahaman (comprehention), yaitu sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran. Hal ini ditunjukan melalui penerjemahan materi pembelajaran.

c. Penerapan (application), yaitu penerapan yang mengacu pada kemampuan menggunakan pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan konkrit. Ini mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil dan teori.

d. Analisis (analysis), yaitu mengacu pada kemampuan memecahkan materi ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hal ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis antar bagian, dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian.

e. Sintesis (synthesis), yaitu mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hal ini mencakup komunikasi yang unik (tema atau percakapan), perencanaan operasional (proposal), atau seperangkat hubungan yang abstrak (skema untuk mengklasifikasi informasi).

f. Penilaian (evaluation), yaitu mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi pembelajaran untuk tujuan tertentu.


(46)

32 D.Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode dan teknik. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Trianto (2009 : 23) menyebutkan model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut sebagai berikut.

(1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya.

(2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

(3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

(4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Suatu model pembelajaran, menurut Trianto (2009 : 24-25) suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut.

(1) Valid (Sahih), yaitu model yang dikembangkan didasarkan pada rasional yang kuat dan terdapat konsistensi internal.

(2) Praktis, yaitu para ahli dan praktisi menyatakan bahwa model tersebut dapat dikembangkan dan diterapkan.

(3) Efektif, yaitu secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

E.Model Pembelajaran Kooperatif TAI

Model pembelajaran kooperatif TAI memiliki delapan komponen sebagai berikut. (1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 5 peserta didik, (2) Placement Test, yaitu pemberian pre-tes kepada peserta didik atau melihat rata-rata nilai harian peserta didik agar guru mengetahui kelemahan peserta didik pada bidang tertentu, (3) Student Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya, (4) Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan


(47)

33 guru memberikan bantuan secara individual kepada peserta didik yang membutuhkan. (5) Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. (6) Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok. (7) Fact Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh peserta didik. (8) Whole-Class Units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah (Slavin, 1995: 87).

Model pembelajaran kooperatif TAI, siswa belajar dengan bantuan lembar diskusi secara berkelompok, berdiskusi untuk menemukan dan memahami konsep-konsep. Sesama anggota kelompok berbagi tanggung jawab. Hasil belajar kelompok dibandingkan dengan kelompok lain untuk memperoleh penghargaan berupa pujian (misalnya kelompok super, hebat atau kelompok baik) dari guru. Penerapan model pembelajaran kooperatif TAI lebih menekankan pada penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu dan memperoleh kesempatan yang sama untuk berbagi hasil setiap anggota kelompok (Slavin, 1995: 97).

Menurut Suyitno (2002: 37) langkah-langkah pembelajaran kooperatif TAI adalah sebagai berikut.

a. Menyiapkan bahan ajar.

b. Membentuk kelompok kecil yang heterogen. c. Memberikan pre test pada pertemuan pertama.

d. Pada setiap pertemuan, guru memberikan materi secara singkat, kelompok mengerjakan soal yang terdapat dalam lembar diskusi, guru memberikan bantuan secara individu bagi yang memerlukan, ketua kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan setiap anggota kelompok, dan guru menerangkan kembali materi yang bersangkutan dengan menekankan strategi pemecahan masalah.

e. Memberikan post test pada pertemuan terakhir.

Beberapa strategi untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif TAI.

a. Pembagian kelompok

Kelompok siswa yang terdiri atas empat sampai lima orang ini lebih efektif dibanding dengan jumlah siswa yang lebih banyak karena pembagian tugas lebih terencana dan masing-masing siswa lebih mencurahkan waktu untuk tugasnya. Pembentukannya kelompok sebaiknya dilakukan oleh guru agar kemampuan siswa dalam kelompok merata.


(48)

34 b. Pembagian tugas struktur

Dengan pembagian tugas untuk masing-masing siswa perlu dilakukan oleh guru agar tidak terjadi pengelakan tugas.

c. Tanggung jawab bersama

Dengan pemberian tugas kepada masing-masing siswa secara langsung, siswa akan lebih merasa bertanggung jawab bukan hanya atas dirinya tetapi juga pada kelompoknya karena keberhasilan kelompok terletak pada keberhasilan masing-masing individu (Mulyani, 2006: 38).

Menurut Ibrahim (2002: 8) pembelajaran kooperatif TAI memberi keuntungan baik pada siswa kelompok atas maupun kelompok bawah yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya karena dengan mengajarkan sesuatu yang baru dipelajarinya, maka seseorang akan lebih bisa menguasai dan menginternalisasi pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami materi pelajaran sehingga akan meningkatkan hasil belajarnya. Kunci model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization adalah penerapan bimbingan antar teman.

Adapun kekurangan pembelajaran TAI diantaranya adalah siswa kelompok atas akan merasa dimanfaatkan tanpa bisa mengambil manfaat apa-apa dalam kegitan belajar kooperatif karena rekan-rekan mereka dalam kelompok tidak lebih pandai dari dirinya, sedangkan pada siswa kelompok bawah akan merasa minder, merasa hanya seperti benalu dalam kelompoknya. Oleh karena itu perlu dijelaskan kepada seluruh siswa tentang manfaat-manfaat yang akan mereka peroleh baik pada kelompok atas ataupun kelompok bawah jika mereka menerapkan pembelajaran kooperatif TAI. Ada beberapa alasan perlunya menggunakan model pembelajaran kooperatif TAI untuk dikembangkan diantaranya adalah sebagai variasi model pembelajaran agar hasil belajar dapat tercapai, selain itu dalam model pembelajaran ini tidak ada persaingan antar siswa karena siswa saling bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara berpikir yang berbeda sehingga siswa tidak hanya mengharap bantuan dari guru tetapi siswa juga termotivasi untuk belajar cepat dan akurat pada seluruh materi serta guru setidaknya akan lebih mudah dalam pemberian bantuan secara individu (Slavin, 1995: 98).

F. Kerangka Pikir

Bagi seorang siswa, keberhasilan belajar dapat dilihat dari hasil belajar. Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar baik faktor internal maupun


(49)

35 eksternal. Hasil belajar akan optimal jika ada minat dari siswa untuk belajar, karena minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha belajar yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih dan serius serta tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan karena seseorang yang berminat terhadap aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dan perasaan senang.

Guru dan anak didik adalah padanan frase yang serasi dan seimbang. Keduanya berada dalam hubungan kejiwaan yang saling membutuhkan. Seorang guru tidak hanya dituntut dalam penguasaan materi saja dalam proses pembelajran, namun penting juga seorang guru apabila dapat menguasai kelas dan mengelolanya dengan baik dalam proses pembelajaran baik melalui metode, maupun media yang digunakan. Hal ini menunjukan betapa pentingnya peran seorang guru dalam menentukan proses belajar mengajar.

Kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif TAI dapat meningkatkan kreativitas siswa seperti keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Kreativitas belajar merupakan salah satu kemampuan utama yang memegang peranan penting dalam pencapaian hasil belajar siswa. Kemampuan ini dilandasi oleh kemampuan intelektual dan juga didukung oleh faktor- faktor afektif dan psikomotor. Dengan demikian bila kreativitas siswa tinggi, maka hasil belajar yang dicapai siswa juga tinggi. Sebaliknya, bila kreativitas belajar siswa rendah, maka hasil belajar yang dicapai siswa pun akan rendah.


(50)

36 Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks dan menjalin komunikasi timbal balik antara guru sebagai pengajar atau pembimbing dan siswa sebagai pelajar. Guru harus memperhatikan konsep- konsep yang telah dikuasai oleh siswa. Siswa harus aktif sendiri termasuk bagaimana strategi yang harus ditempuh untuk mendapatkan suatu pengatahuan atau nilai. Guru hanya memberi acuan agar siswa aktif dan mendominasi dalam pembelajaran.

Tujuan dilakukannya kegiatan belajar mengajar adalah untuk merubah perilaku sikap dan pengetahuan siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu yang dinyatakan dalam bentuk hasil belajar siswa baik berupa angka (kuantitatif) atau huruf (Kualitatif) yang diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran.

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

PROSES PEMBELAJARAN

MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

HASIL BELAJAR MENINGKAT


(51)

37 G.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Ada peningkatan kreativitas siswa setelah menggunakan Model Pembelajaran kooperatif TAI pada siswa kelas VII 4 Semester Genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Kab. Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Ada peningkatan hasil belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran

kooperatif TAIpada siswa kelas VII 4 Semester Genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Kab. Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012.


(52)

III. METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPS kelas VII 4 di SMP Negeri I Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

B.Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII 4 di SMP Negeri I Kalirejo Lampung kelas VII 4 di SMP Negeri I Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 32 siswa terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 22 orang perempuan.

C.Faktor Yang Diteliti

Untuk dapat memecahkan masalah yang telah dirumuskan diatas, ada beberapa faktor yang akan diteliti pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Kreativitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung yang

meliputi; keaktifan dalam bertanya, keaktifan dalam menjawab pertanyaan. 2. Hasil belajar IPS siswa dilihat dari tes pada setiap akhir siklus.


(53)

39 D.Rencana Tindakan

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) yang terdiri dari beberapa siklus berulang dan pada setiap siklus terdiri dari empat kegiatan. Empat kegiatan utam yang ada pada setiap siklus yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) observasi, (d) refleksi ( sesuai dengan model yang dikembangkan oleh (Kurt, 2006: 49).

1. Perencanaan (Planing)

Perencanaan adalah langkah yang akan dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya. Guru menyusun sebuah rencana kegiatan misalnya (a) apa yang harus dilakukan oleh siswa, (b) kapan dan berapa lama dilakukan, (c) dimana dilakukan, (d) jika diperlukan peralatan atau sarana, wujudnya apa, e) jika sudah selesai, apa tindakan selanjutnya.

2. Tindakan (acting)

Tindakan atau pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Guru harus memperhatikan hal-hal yang sebagai berikut (a) apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, (b) apakah proses tindakan yang dilakukan siswa cukup lancar, (c) bagaimanakah situasi proses tindakan, (d) apakah siswa melaksanakan dengan bersemangat, (e) bagaimanakah hasil keseluruhan dan tindakan.

3. Observasi (observating)


(54)

40 4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

Pergantian siklus dilakukan pada setiap berakhirnya satu sub pokok bahasan. Rangkaian rencana penelitian tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Perencanaan

Pelaksanaan Siklus I

Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Siklus II Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan

Siklus III Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Hasil Akhir Perencanaan


(55)

41 E.Data Penelitian

Data penelitian ini terdiri dari sebagai berikut.

a. Data kreativitas siswa, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung, terjadi di dalam kelas pada setiap siklus.

b. Data kehadiran siswa setiap pertemuan dalam pembelajaran IPS.

c. Data hasil belajar siswa, yaitu data yang diperoleh dari hasil belajar berupa nilai tes yang diberikan setiap akhir siklus.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui catatan lapangan dan tes sebagai berikut.

a. Observasi

Observasi digunakan untuk mengamati kreativitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran selama penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Data diperoleh dengan menggunakan lembar observasi kreativitas dan minat siswa saat pembelajaran.

b. Tes Hasil Belajar

Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah diberikan pembelajaran dengan mengunakan Model Pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization. Nilai diambil dari tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran.


(56)

42 G.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan lapangan dan perangkat tes. Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati kreativitas siswa.

H.Uji Persyaratan Instrumen Tes

Instrumen penelitian yang berupa perangkat tes, yang diberikan kepada siswa pada akhir setiap siklus untuk mengukur dan mengetahui hasil belajar siswa pada pelajaran IPS.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah derajat yang menunjukan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak di ukur (Sukardi, 2003: 122). Validitas dalam penelitian ini digunakan sebagai alat ukur yang menunjukkan tingkat kevalitan atau kesasihan suatu instrument. Untuk menguji validitas instrument digunakan rumus korelasi biserial.

r

pbi =

Sudjiono (2008: 185).

Keterangan:

rpbi = koefisien korelasi biseral

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi dari skor total


(57)

43

p = Banyaknya siswa yang menjawab benar

Jumlah seluruh siswa

q = proporsi siwa yang menjawab salah ( q = 1 – p )

(Arikunto, 2006: 79).

Kriteria pengujian jika harga rhit rtabel dengan α=0,05 maka alat ukur tersebut dinyatakan valid,dan sebaliknya apabila rhitung rtabel maka alat ukur tersebut dinyatakan tidak valid.

Tabel 4. Uji Validitas Butir Soal Siklus I

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0.361 -0.090 TV

No. 2 0.361 0.691 V

No. 3 0.361 -0.205 TV

No. 4 0.361 0.190 TV

No. 5 0.361 0.830 V

No. 6 0.361 0.768 V

No. 7 0.361 0.884 V

No. 8 0.361 0.910 V

No. 9 0.361 0.155 TV

No. 10 0.361 0.884 V

No. 11 0.361 0.884 V

No. 12 0.361 0.887 V

No. 13 0.361 0.729 V

No. 14 0.361 0.907 V

No. 15 0.361 0.884 V

No. 16 0.361 0.910 V

No. 17 0.361 0.884 V

No. 18 0.361 0.861 V

No. 19 0.361 0.907 V

No. 20 0.361 0.861 V

Sesuai dengan soal yang diberikan kepada siswa berjumlah 20 item soal dan terdapat 4 buah soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 1,3,4 dan 9


(58)

44 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,361. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut.

Tabel 5. Uji Validitas Butir Soal Siklus II

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0.361 0.887 V

No. 2 0.361 0.504 V

No. 3 0.361 0.780 V

No. 4 0.361 0.635 V

No. 5 0.361 0.944 V

No. 6 0.361 0.575 V

No. 7 0.361 0.705 V

No. 8 0.361 0.860 V

No. 9 0.361 0.488 V

No. 10 0.361 0.378 V

No. 11 0.361 0.830 V

No. 12 0.361 0.625 V

No. 13 0.361 0.439 V

No. 14 0.361 0.466 V

No. 15 0.361 0.791 V

No. 16 0.361 0.839 V

No. 17 0.361 0.914 V

No. 18 0.361 0.457 V

No. 19 0.361 0.715 V

No. 20 0.361 0.305 TV

Soal yang dianalisis pada siklus II masih berjumlah 20 item soal dan terdapat 1 buah soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 20 dengan nilai r hitung < r

tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,361. Untuk soal yang tidak valid,

maka peneliti memperbaiki soal tersebut.

Tabel 6. Uji Validitas Butir Soal Siklus III

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0.361 -0.205 TV

No. 2 0.361 0.190 TV

No. 3 0.361 0.830 V

No. 4 0.361 0.768 V

No. 5 0.361 0.884 V

No. 6 0.361 0.910 V


(1)

48 c. Daya Beda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan yang tinggi) dengan siswa yang bodoh (kemampuan rendah) angka yang menunjukan besarnya daya pembeda tersebut disebut indeks diskriminasi disingkat D. Daya pembeda berkisar antara 0,00 sampai 1,00 sama halnya dengan indeks kesukaran namun bedanya pada indeks diskriminasi ini ada tanda negatif. Tanpa negative pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas tes yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Suatu soal yang dapat dijawab oleh siswa yang pandai maupun siswa yang bodoh maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda, demikian juga apa bila soal tersebut tidak dapat dijawab benar oleh seluruh siswa pandai maupun siswa baik, maka soal tersebut tidak mempunyai daya beda sehingga soal tersebut tidak baik digunakan untuk tes. Suatu soal yang baik adalah yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai saja.

Seluruh kelompok tes akan dibagi menjadi 2 kelompok sebagai berikut.

Kelompok atas dan kelompok bawah dengan jumlah yang sama, jika seluruh kelompok atas bisa menjawab soal dengan benar dan kelompok bawah menjawab dengan salah, maka nilai tersebut memiliki D paling besar yaitu 1,00 sebaliknya jika kelompok semua atas menjawab salah dan kelompok bawah menjawab benar, maka nilai D = 1,00 tetapi jika kelompok atas maupun kelompok bawah sama – sama menjawab benar atau salah maka soa;


(2)

49 tersebut mempunyai nilai D = 0,00 karena tidak mempunyai daya beda sama sekali.

Untuk menentukan indeks diskriminasi digunakan rumus sebagai berikut. D = BA / JA – BB / JB = PA – PB

Dimana :

D = Daya pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah

Klasifikasi daya pembeda D = 0,00 – 0,20 = Jelek D = 0,21 – 0,40 = Cukup D = 0,41 – 0,70 = Baik D = 0,71 – 1,00 = Baik Sekali

Negatif, Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja. Arikunto ( 2006 : 213 ).

Tabel 8. Hasil Analisis Daya Beda

SIKLUS I

No. Soal Daya

Pembeda

Kategori 1,2,3,4,5,6,13 0,00 – 0,20 Jelek

18,20 0,21 – 0,40 Cukup

9 0,41 – 0,70 Baik

7,8,10,11,12,14,15,16,17, 19

0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS II

7,14 0,00 – 0,20 Jelek

2,3,4,,12,13,15,16,17,18,19 0,21 – 0,40 Cukup

5,20 0,41 – 0,70 Baik

1,6,8,9,10,11 0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS III

1,2,3,4,11 0,00 – 0,20 Jelek

16,18,20 0,21 – 0,40 Cukup

7 0,41 – 0,70 Baik


(3)

50 I. Analisis Data

1. Analisis data kreativitas siswa

Analisis data jumlah kreativitas siswa dilakukan dengan membagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa diamati kreativitasnya secara klasikal dalam setiap pertemuan dengan memberi tanda ceklis pada lembar observasi yang telah diadakan.

2. Analisis data hasil belajar siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diambil rata-rata tes formatif yang diberikan pada setiapa akhir siklus.

J. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Kreativitas siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat dari siklus ke siklus.


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Untuk siklus I pertemuan pertama siswa yang kreatif sebanyak 15 siswa dari 32 siswa denga persentase 48,48% dan pada siklus II pertemuan kedua siswa yang kreatif sebanyak 16 siswa dari 32 siswa dengan persentase 50%. Jadi untuk siklus I dapat diambil rata-rata sebesar

49,24%. Kemudian untuk siklua II pertemuan pertama sebanyak 20 siswa dari 32 siswa dengan persentasi 62,5% dan siklsu II pertemuan kedua siswa yang kreatif sebanyak 24 siswa dari 32 siswa dengan persentase 75%. Maka rata-rata siklus II sebesar 68,75%. Kemudian untuk siklus III pertemuan pertama siswa yang kreatif sebanyak 26 siswa dari 32 siswa dengan persentase 81,25% dan siklus III pertemuan kedua siswa yang kreatif sebanyak 29 siswa dari 32 siswa dengan persentase 90,62%. Jadi rata-rata untuk siklus III sebesar 85,93. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) di kelas VII.4 SMP Negeri 1 Gadingrejo dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.


(5)

77 2. Hasil belajar siswa mulai siklus I sampai dengan siklus III, siklus I siswa

yang tuntas sebanyak 15 siswa dari 32 siswa dengan persentase 46,88%, siklus II siswa yang tuntas sebanyak 23 siswa dari 32 siswa dengan persentase 71,87%, maka peninkatan antara siklus I dengan siklus II sebesar 24,99%. Siswa yang tuntas pada siklus III sebanyak 29 siswa dengan persentase 90,62%. Maka peningkatan antara siklus II dengan siklus III sebesar 24,99%. Berdasarkan ketiga siklus yang sudah dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas sudah berhasil, bahwa penerapan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil analsis dan penelitian yang telah dilaksanakan terdapat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan hasil belajar Siswa maka penulis menyarankan sebagai berikut.

1. Upaya peningkatan aktivitas belajar Siswa, guru menerapkan metode belajar dan model pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran IPS diantaranya motivasi belajar Siswa akan meningkat, dengan

meningkatnya motivasi maka aktivitas belajar Siswa juga meningkat. 2. Upaya peningkatan hasil belajar Siswa guru harus menyiapkan

perencanaan pembelajaran, absen, dan model pembelajaran yang cocok dengan pelajaran IPS diantaranya Model Kooperatif Tipe Team Assisted


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya,Rineka Cipta,Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Gredler, Margaret E. Bell,1994. Belajar dan Membelajarkan, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Sangalang,Drs. Merson U,1985. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan studi, CV. Rajawali, Jakarta

Roestiyah N.K, 2008. Strategi belajar mengajar, Rineka Cipta, Jakarta Winkel,W.S, 1984. Psikologi Pendidikandan Evaluasi, Balai Pustaka

Syah, Muhibin,2001. Psikologi pendidikan dengan Pendekatan baru. PT Remaja Rosdakarya. Bandung

Mayurintha, Rebby.2007.Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa

melalui pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor (NHT).Skripsi

FKIP, Universitas Lampung

Sudjana. 2002. Metode Statistik. Tarsito. Bandung.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII 1 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 70

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.H SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 79

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.3 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 58

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.4 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/

0 7 67

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS VIII D SEMESTER GENAP SMP NEGERI 3 GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 60

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.7 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 4 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 55

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII 4 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 4 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (Skripsi)

0 6 59

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII 4 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 4 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 60

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.2 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN

1 17 59

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.D SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 PULAU PANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 36