UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.3 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING)

DI KELAS VII SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(PTK)

OLEH:

YULIDA ISMAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(2)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.3 SEMESTER GENAP

SMP NEGERI 2 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh: KHODIJAH

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe problem-based learning. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe problem-based learning pada mata pelajaran IPS dikelas VII.3 semester genap SMP Negeri 2 Gadingrejo.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh dapat menuai keberhasilan dalam upaya upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe problem-based learning pada mata pelajaran IPS dikelas VII.3 semester genap SMP Negeri 2 Gadingrejo. Aktivitas dan hasil belajar siswa selalu mengalami peningkatan untuk setiap siklusnya.

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, dan model pembelajaran kooperatif tipe


(3)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.3 SEMESTER GENAP

PADA SMP NEGERI 2 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh:

KHODIJAH

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(4)

Judul PTK : UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.3 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Khodijah Nomor Pokok Mahasiswa : 1013113004

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Yon Rizal, M.Si. Drs. Teddy Rusman, M.Si. NIP 19600818 198603 1 005 NIP 19600826 198031 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan, Ketua Program Studi,

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Ekonomi

Drs. Buchori Asyik, M.Si. Drs.Hi. Nurdin, M.Si.


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Yon Rizal, M.Si. ………

Sekretaris : Drs. Teddy Rusman, M. Si. ………

Penguji : Dr. R. Gunawan S, S.Pd., S.E., M.M. ………..

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M. Si NIP. 19600315 198503 1 003


(6)

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila

kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”

(Q.S Insyirah)

“Tiada kesuksesan, tanpa adanya sedikitpun kegagalan”. (Penulis)


(7)

PERSEMBAHAN

Alkhamdulillahirabilalamin,

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada:

Ayahanda dan Ibunda tercinta semoga Allah SWT. selalu

memberikan kemulyaan didunia dan akherat.

Anak-anakku yang aku cintai dan aku sayangi.

Saudara-saudaraku yang ku sayangi.

Para pendidik yang ku hormati

Almamaterku


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian ... 8

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS . 10 A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 10

2. Model Problem Based Learning ... 11

3. Aktivitas Belajar... 17

4. Hasil Belajar ... 20

B. Kerangka Pikir ... 25

C. Hipotesis ... 26

III. METODE PENELITIAN ... ... 28

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

B. Subyek Penelitian ... 28

C. Faktor Yang Diteliti ... 28

D. Rencana Tindakan ... 29

E. Data Penelitian ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 32

G. Instrumen Penelitian... 33

H. Analisis Data ... 42

I. Indikator Keberhasilan ... 43

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... . ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 44

2. Hasil Penelitian ... 45

a. Siklus I ... 45

b. Siklus II ... 52


(9)

3. Deskripsi Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Dalam

Pembelajaran ... 62

B. Pembahasan Penelitian ... 66

1. Aktivitas Belajar Siswa ... 66

2. Hasil Belajar ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 72

a. Kesimpulan ... 72

b. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Nilai Ulangan Harian I dan II Mata Pelajaran IPS Kelas VII.3

di SMP Negeri 2 Gadingrejo Semester Genap T.P 2011/2012 ... 4

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning .. 13

3. Cara Menskor Hasil Pemecahan Masalah Siswa ... 15

4. Data Untuk Melihat Aktivitas Dalam Pembelajaran ... 33

5. Uji Validitas Butir Soal Siklus I ... 36

6. Uji Validitas Butir Soal Siklus II ... 36

7. Uji Validitas Butir Soal Siklus III ... 37

8. Uji Tingkat Kesukaran Siklus I, II, dan III ... 39

9. Uji Daya Beda Soal Siklus I, II dan II ... 41

10. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan I Siklus I ... 47

11. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan 2 Siklus I ... 47

12. Aktivitas Siswa Siklus I pada Pertemuan 1 dan 2 ... 48

13. Hasil Belajar Siklus I ... 49

14. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan I Siklus II ... 54

15. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan 2 Siklus II ... 54

16. Aktivitas Siswa Siklus II pada Pertemuan 1 dan 2 ... 55

17. Hasil Belajar Siklus II ... 56

18. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan I Siklus III ... 60

19. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan 2 Siklus III .... 60 Halaman


(11)

20. Aktivitas Siswa Siklus III pada Pertemuan 1 dan 2... 61

21. Hasil Belajar Siklus III ... 62

22. Deskripsi Aktivitas Belajar Siswa Setiap Siklus ... 63

23. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus ... 65

24. Deskripsi Aktivitas Belajar Siswa Setiap Siklus ... 68

25. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus ... 70 Halaman


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 26

2. Proses Penelitian Tindakan ... 31

3. Diagram Peningkatan Aktivitas Siswa ... 64

4. Diagram Peningkatan Hasil Belajar ... 66 Halaman


(13)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan sebagai salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, merupakan penentu kemajuan suatu bangsa. Maju mundurnya suatu peradaban bangsa tergantung pada pengetahuan dan keterampilan warga negaranya, oleh karena itu mutu pendidikan perlu ditingkatkan semaksimal mungkin. Melalui peningkatan mutu pendidikan dapat menghasilkan generasi-generasi yang cerdas dan terampil sebagai salah satu modal untuk menuju perubahan yang lebih baik. Upaya pendidikan adalah untuk peningkatan kualitas pendidikan agar

menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas pendidikan dapat dilihat dari kualitas proses pendidikan dan kualitas hasil pendidikan.

Tenaga pendidik memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya. Oleh karena itu, tenaga pendidik harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi anak didik dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Untuk memenuhi hal tersebut tenaga pendidik dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang selalu memberikan rangsangan kepada anak didiknya sehingga mau belajar dengan baik, mengingat anak didik merupakan subjek utama dalam proses pembelajaran


(14)

2 Fenomena pembelajaran merupakan fenomena yang sudah sejak lama

mengemuka. Sebagian besar pembelajaran dipersekolahan di Indonesia masih menampakkan ciri-ciri sistem belajar konvensional. Setiap aspek dari proses pembelajaran ini dinilai mengandung banyak kelemahan, yang bahkan secara agregat menjadi kontraproduktif terhadap pengembangan diri dan kompetensi siswa. Walaupun demikian, paradigma baru pendidikan yang mendukung Kurikulum Berbasis Kompetensi berupaya melakukan perubahan sistem pembelajaran konvensional menuju pembelajaran kontekstual. Model

pembelajaran sebagai sebuah inovasi pendidikan dalam realita di lapangan masih menghadapi berbagai kendala dan resistensi. Diantara kendala dan resistensi tersebut adalah terkait pemahaman dan kemampuan praktis guru tentang pendekatan, strategi dan model-model pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran.

Mengajar adalah upaya menciptakan lingkungan yang sesuai, dalam mengajar terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya belajar atau sebaliknya. Model mempunyai peran yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat memiliki anak didik, akan ditentukan oleh ketetapan

penggunaan model yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat tercapai dengan penggunaan model yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang ditetapkan dalam tujuan. Dengan begitu strategi yang sesuai dan tepat diharapkan akan memotivasi siswa sehingga dapat menarik rasa ingin


(15)

3 tahu siswa terhadap materi yang diberikan. Salah satu strategi dalam pembelajaran adalah menerapkan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Depdiknas, 2003: 5).

Bern dan Erickson (2001:5) mengemukakan bahwa coorperative learning

(pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran yang

mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Burns dan Grafes (dalam Erni, 1993:3) menyatakan bahwa dalam pembelajaran

kooperatif siswa akan terdorong untuk menemukan dan memahami konsep yang sulit dan dapat mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan teman sebayanya. Sehingga dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat

memotivasi serta meningkatkan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan kurang dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar (Ibrahim, 2008:5).

Berdasarkan hasil pengalaman penulis selama menjadi guru secara umum proses pembelajaran di SMP Negeri 2 Gadingrejo tidak jauh berbeda dengan proses pembelajaran di sekolah-sekolah lain yang masih menggunakan metode

konvensional atau juga disebut dengan metode ceramah. Sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya siswa mengikuti pelajaran secara pasif sehingga kurang menumbuhkan semangat dan kerativitas siswa. Hal ini juga terjadi pada proses pembelajaran kewirausahaan, akibat selain nilai siswa belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) siswa juga tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini kurangnya peran siswa dalam proses pembelajaran, suasana yang pasif, juga membuat siswa kurang bersemangat dalam proses belajar dan mengajar.


(16)

4 Hasil Ulangan Harian I (UH I) dan Ulangan Harian II (UH II) di kelas VII.3 SMP Negeri 2 Gadingrejo semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Khususnya mata pelajaran IPS menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa masih tergolong

rendah, seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai ulangan harian I dan II mata pelajaran IPS kelas VII.3 di SMP Negeri 2 Gadingrejo semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012. No. Rentang

nilai

Frekuensi Persentase (%)

Keterangan

I II I II

1. 75 – 84 4 3 11.43 8.57 Baik

2. 65 – 74 5 7 14.29 20.00 Lebih dari cukup

3. 55 – 64 10 9 28.57 25.71 Cukup

4. 45 – 54 9 10 25.71 28.57 Kurang

5. 35 – 44 7 6 20.00 17.14 Kurang sekali

Jumlah 35 35 100 100

Sumber : Dokumen SMP Negeri 2 Gadingrejo

Berdasarkan Tabel 1 di atas, telihat nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS pada siswa kelas VII.3 di SMP Negeri 2 Gadingrejo semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang mendapatkan nilai ≥ 65 hanyalah 25,72 % pada

Ulangan Harian ke-I dan 20,57% pada Ulangan Harian yang ke II. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPS pada siswa kelas VII.3 di SMP Negeri 2

Gadingrejo masih dibawah standar nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar ≥ 65. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Djamarah dan Iain (1995:128) menyatakan bahwa “apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65%, dikuasai maka presentase keberhasilan


(17)

5 Belajar IPS tidak sekedar learning to know, melainkan harus ditingkatkan

meliputi learning to do, Learning to be sehingga Learning to live together. Oleh karena itu filosofi pengajar IPS perlu diperbaharui menjadi pembelajaran IPS. Dalam pengajaran IPS, guru lebih banyak menyampaikan sejumlah ide atau gagasan pokok, sedangkan dalam pembelajaran IPS kegiatan siswa mendapat forsi lebih banyak dibanding guru, bahkan mereka harus dominan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam pembelajaran siswa berperan lebih aktif sebagai

pembelajar dan fungsi guru lebih sebagai fasilitator dan dinamisator. Sasaran dari pembelajaran IPS siswa diharapkan harus mampu berpikir kritis, analisis dan argumentatif serta tidak membosankan. Untuk mengatasi permasalahan yang ada, diperlukan suatu model pembelajaran yang lebih cepat dan menarik, dimana setiap siswa dapat belajar secara kooperatif, dapat bertanya meski tidak ada guru secara langsung dan mengemukakan pendapat atau pemikirannya.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengambil judul Laporan

Penelitian Tindakan Kelas “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

Siswa Dengan Menggunakan Model Problem-Based Learning pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VII.3 Semester Genap Pada SMP Negeri 2 Gadingrejo Kab. Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut.


(18)

6 1. Masih rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas VII.3 SMP Negeri 2

Gadingrejo Kab. Pringsewu. Hal ini tampak dari banyaknya siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.

2. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam memberikan materi pembelajaran.

3. Pembelajaran masih berpusat pada guru ( teacher centered).

4. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih rendah. 5. Aktivitas belajar siswa di kelas belum optimal.

6. Proses belajar mengajar masih cenderung pasif, dimana guru menjelaskan pelajaran dan siswa memperhatikan penjelasan dari guru.

C.Pembatasan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah dan agar dalam pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang ingin dipecahkan dan diteliti, maka perlu adanya batasan masalah bahwa yang dianalisis adalah Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model

Problem-Based Learning pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VII.3 Semester Genap Pada SMP Negeri 2 Gadingrejo Kab. Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta pembatasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan Model


(19)

7 genap pada SMP Negeri 2 Gadingrejo Kab. Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012?

2. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan Model

Problem-Based Learning pada mata pelajaran IPS di kelas VII.3 semester genap pada SMP Negeri 2 Gadingrejo Kab. Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan Model Problem-Based Learning pada mata pelajaran IPS di kelas VII.3 semester genap pada SMP Negeri 2 Gadingrejo Kab. Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012;

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan penerapan Model Problem-Based Learning pada mata pelajaran IPS di kelas VII.3 semester genap pada SMP Negeri 2 Gadingrejo Kab. Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini, sebagai berikut. 1. Secara Teoritis

a) Kontribusi positif bagi guru yang mengajar mata pelajaran IPS tentang alternatif strategi pembelajaran yang lain yaitu pembelajaran dengan


(20)

8 menggunakan Model Problem-Based Learning yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

b) Memperkaya khazanah keilmuan di bidang keilmuan di bidang pendidikan.

2. Secara Praktis

Penelitian ini secara praktis dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas untuk mempermudah siswa memahami meteri pelajaran IPS yang disampaikan sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa lebih baik.

G.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini, sebagai berikut. 1. Objek Penelitian

Penerapan Model Problem-Based Learning untuk mengetahui aktivitas dan hasil Belajar IPS.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII.3 yang diajarkan menggunakan Model Problem-Based Learning.

3. Wilayah Penelitian

SMP Negeri 2 Gadingrejo Kab. Pringsewu. 4. Waktu Penelitian


(21)

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A.Pengertian Model Pembelajaran

Arends (2009: 22) mengatakan, “the term teaching model refers to a particular

approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system.“ Istilah model pembelajaran mengarahkan pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaknya, lingkungannya, dan sistem pengolahannya.

Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode dan teknik. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar

psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Trianto (2009: 23) menyebutkan model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut sebagai berikut.

(1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya;

(2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai);

(3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan

(4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.


(22)

10 Suatu model pembelajaran, menurut Nieveen (2009 : 24-25) suatu model

pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut.

(1) Valid (Sahih), yaitu model yang dikembangkan didasarkan pada rasional yang kuat dan terdapat konsistensi internal.

(2) Praktis, yaitu para ahli dan praktisi menyatakan bahwa model tersebut dapat dikembangkan dan diterapkan.

(3) Efektif, yaitu secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

B.Model Problem-Based Learning

Arends (2009: 92) menyatakan bahwa model problem-based learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri,memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.

Model problem-based learning adalah pembelajaran dimulai setelah terlebih dahulu siswa dikonfrontasikan dengan struktur masalah real, dengan cara ini siswa mengetahui mengapa mereka belajar, semua informasi mereka kumpulkan dari unit materi pelajaran yang mereka pelajari dengan tujuan untuk dapat

memecahkan masalah yang dihadapi. Model pembelajaran ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam Model problem-based learning adalah memberikan siswa masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk proses inquiri dan penelitian. Di sini, guru


(23)

11 mengajukan masalah, membimbing dan memberikan petunjuk minimal kepada siswa dalam memecahkan masalah.

Menurut Arends (2000: 5-7), Model problem-based learning memiliki karakteristik sebagi berikut.

1. Pengajuan masalah atau pertanyaan

Pembelajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip-prinsip atau ketrampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka dihadapkan situasi kehidupan nyata yang autentik ,

menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. Menurut Arends (2000: 13),

pertanyaan dan masalah yang diajukan haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut.

(a) Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.

(b) Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.

(c) Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

(d) Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

(e) Bermanfaat. Yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir memecahkan masalah siswa, serta membangkitkan motivasi belajar siswa.

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.

Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu ( IPA, Matematika, Ilmu-ilmu Sosial), masalah yang akan diselidiki telah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

3. Penyelidikan autentik

Pembelajaran berbasis masalah siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus


(24)

12 menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan

kesimpulan. Metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.

4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya

Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang

menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkip debat, laporan, model fisik, video atau program komputer.

Menurut Arends (2009: 98), penerapan model problem-based learning terdiri dari lima langkah. Langkah-langkah ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Langkah-langkah model problem-based learning sebagai berikut. Langkah-langkah model

problem-based leraning Tingkah laku Guru 1. Orintasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

mengajukan fenomena atau demontrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tujuan belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut. 3. Membimbing

penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu sisiwa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, vidio, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Implementasi pembelajaran dengan model problem-based learning dirancang dengan struktur pembelajaran di mulai dengan masalah, masalah yang dimaksud


(25)

13 di sini ialah suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui penjawab pertanyaan. Semua siswa secara individual

maupun kelompok dihadapkan pada masalah. Siswa secara individual maupun kelompok maasing-masing merasa memiliki masalah yang sama untuk dicari pemecahannya, masalah berhubungan dengan dunia siswa, masalah yang

dikonfrontasikan pada awal pembelajaran kepada siswa haruslah sedekat mungkin dengan dunia siswa sehari-hari, sehingga masalah tersebut tidak asing bagi siswa, karena hal ini akan dapat memotivasi siswa untuk mencoba mencari

pemecahannya.

Organisasi materi pembelajaran sesuai dengan masalah, guru hendaknya sebagai fasilitator dapat menyiapkan materi pembelajaran yang dapat menuntun siswa untuk bisa menuju pada pemecahan masalah, memberikan siswa tanggung jawab utama untuk membentuk dan mengarahkan pembelajarannya sendiri,

menggunakan kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran, dan menuntut siswa untuk mengemukakan bahwa kegiatan belajar perlu mengutamakan pemecahan masalah karena dengan menghadapi masalah siswa akan didorong untuk menggunakan pikiran secara kreatif dan bekerja secara intensif untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Kegiatan belajar yang efektif maka upaya pengemukakan masalah menjadi inti kegiatan belajar

kelompok.

Penilaian terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah disarankan mencakup kemampuan yang terlibat dalam proses memecahkan masalah, yaitu : memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah


(26)

14 (melaksanakan rencana pemecahan masalah), menafsirkan hasilnya. Hasil karya siswa dalam memecahkan masalah ditinjau dari kemampuan-kemampuan tersebut. Penilaian dapat dilakukan secara holistik (keseluruhan) atau analistik (per bagian).

Solihatin (2006: 19) menulis salah satu cara mensekor hasil pemecahan masalah siswa. Cara menskor hasil pemecahan masalah siswa ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Cara menskor hasil pemecahan masalah siswa sebagai berikut.

Tahap Penyelesian Masalah

Hasil Penilaian Skor

Memahami masalah a. Tidak ada percobaan

b. Salah interprestasi sama sekali

c. Salah menginterpreatasikan sebagai besar dari persoalan

d. Salah interprestasi sebagian kecil dari persoalan

e. Memahami persoalan secara lengkap

0 1 2 3 4 Merencanakan penyelesaian atau pemecahan masalah

a. Tidak ada upaya

b. Perencanaan sama sekali tidak selaras c. Sebagian prosedur benar, tapi sebagian

besar salah

d. Prosedur substansial benar, tapi masih ada sedikit prosedur yang salah

e. Semua perencanaan benar, mempunyai penyelesaian dan tanpa kesalahan aritmatika 0 1 2 3 4 Melaksanakan rencana pemecahan masalah

a. Tanpa jawaban atau ada jawaban dari perencanaan yang tidak tepat

b. Kesalahan kominikasi, tiada pertanyaan jawaban

c. Penyelesain tepat

0 1 2

Sekoran maksimum 10

Penyesuaian dilakukan apabila skor maksimum suatu soal lebih dari 10 model

problem-based learning, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural. Oleh itu penilaian tidak cukup hanya dengan tes. Penilaian dan evaluasi yang sesuai


(27)

15 dengan model problem-based learning adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelidikan mereka. Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan siswa tersebut, penilaian itu antara lain asesmen kenerja, asesmen autentik dan portofolio. Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana siswa merencanakan pemecahan masalah melihat bagaimana siswa menunjukkan pengetahuan dan keterampilan. Karena kebanyakan problema dalam kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai perkembangan jaman dan konteks atau lingkungannya.

Menurut Widdiharto (2004: 11-12) model problem-based learning memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan model problem-based learning sebagai berikut. (a) Realistik dengan kehidupan siswa.

(b) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa. (c) Memupuk sifat inqury siswa.

(d) Retensi konsep jadi kuat.

(e) Memupuk kemampuan problem solving.

Kekurangan model problem based learning sebagai berikut.

(a) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks. (b) Sulit mencari problem yang relevan

(c) Sering terjadi miss-konsepsi

(d) Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan, sehingga terkadang banyak waktu yang tersedia untuk proses tersebut.

C.Aktivitas Belajar

Salah satu faktor yang penting dalam proses pendidikan adalah belajar. Dengan belajar manusia akan dapat meningkatkan kemampuanya baik dibidang

pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat bermanfaat bagi dirinya dalam masyarakat. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan


(28)

16 psikhis dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestyah (2003: 5) “belajar adalah suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah pengetahuan keterampilan yang diperoleh dari intruksi”.

Proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hamalik (2004: 171) yang menyatakan “pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan siswa belajar sendiri atau melakukan aktivitas”.

Belajar tidak terjadi secara kebetulan tetapi belajar merupakan suatu proses atau aktivitas pemikiran maupun aktivitas fisik, sebagai suatu proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Menurut Jarome Bruner (2009: 38) belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang lebih baik.

Selain dari usaha yang dilakukan oleh siswa, peran serta guru sangat

dibutuhkan agar selama proses pembelajaran aktivitas siswa meningkat, yaitu dengan cara memberikan arahan-arahan dan selanjutnya secara bertahap siswa melakukan kegiatan secara mandiri dengan penuh kesadaran akan pentingnya belajar. Menurut Winkel (2003: 6) “aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai suatu kegiatan tujuan belajar yaitu perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan pada siswa yang

melakukan kegiatan belajar”. Berdasarkan perdapat tersebut, jelas bahwa

manusia dengan belajar dapat merubah tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang diperoleh dan aktivitas mental dan berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya.


(29)

17 Menurut Dieriech (2001: 172), aktivitas belajar dapat digolongkan menjadi delapan jenis sebagai berikut.

1. Visual activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain,

2. Oral activities, masalnya: mengemukakan suatu fakta,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, mamberi saran, mengemukan pendapat,

3. Listening activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, percakapan, diskusi, musik dan pidato,

4. Writing activities, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan dan angket,

5. Drawing activities, antara lain: menggambar, membuat grafik, chart, peta, diagram,

6. Motor activities, seperti: melakukan percoban, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak,

7. Mental activities, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan, dan

8. Emotional activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Menurut Momes (2001: 36), terdapat indikator terhadap aktivitas yang relevan dalam pembelajaran meliputi sebagai berikut.

1. Interaksi anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) dalam kelompok meliputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan maslah,

2. Keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendpat,

3. Partisipasi anak dalam Proses Belajar Mengajar (melihat dan aktif dalam diskusi),

4. Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (menyelesaikan tugas dan aktif dalam memecahkan masalah),

5. Hubungan anak dengan anak selama Proses Belajar Mengajar, 6. Hubungan anak dengan guru selama Proses Belajar Mengajar.

Belajar merupakan bagian dari aktivitas. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Aktivitas belajar harus dilakukan siswa


(30)

18 sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Seiring dengan itu, Djamarah (2006: 67) menyatakan bahwa “belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik”.

Menurut Sardiman (2006: 100) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) maupun mental (rohani). Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Oleh karenanya Rohani (2004: 6) menjelaskan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, aktivitas belajar dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan adanya perubahan dalam dirinya banyak yang tampak maupun yang tidak tampak diamati, sehingga tercapainya aktivitas siswa secara aktif dan tercapainya hasil belajar yang optimal.

D.Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Chatarina (2004: 4). Perolehan aspek-aspek perilaku tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik Sudjana (1999: 3). Pada dasarnya kemampuan kognitif

merupakan hasil belajar, sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan (Sunarto 1999: 11).


(31)

19 Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pengajaran pada waktu tertentu dalam bentuk nilai (Depdikbud, 1987: 140). Hasil belajar siswa adalah akumulasi nilai pada raport.

Bermacam-macam prestasi diantaranya adalah: prestasi baik, prestasi cukup, prestasi kurang. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam prestasi belajar antara lain: faktor individu, faktor lingkungan belajar, dan faktor materi pembelajaran. Beberapa cara untuk menentukan hasil belajar dengan menggunakan tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan atau keterampilan proses.

Upaya menumbuhkan motivasi belajar dalam rangka untuk meraih prestasi, dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya sebagai berikut.

1. Menumbuhkan keyakinan dan percaya diri bahwa seseorang dapat

melaksanakan tugas atau belajar dengan baik, dan keyakinan tersebut akan mampu berkembang bila ada upaya yang bersungguh-sungguh,

2. Dalam melaksanakan tugas atau belajar untuk mencapai prestasi dilakukan dengan rasa ikhlas dan senang, serta mempunyai tujuan yang jelas,

3. Antara tujuan yang ingin dicapai dan keberhasilan yang dicapai pada diri seseorang ada keterkaitanya.

Berbagai hasil penelitian, menurut Nasution (1993: 8), telah menunjukan hubungan erat antara IQ dengan hasil belajar di sekolah. Hasil belajar

disekolah dapat dijelaskan dengan tes intelegensi. Anak-anak yang mempunyai IQ 90-100 pada umumnya akan mampu menyelesaikan sekolah dasar tanpa kesukaran, sedang anak-anak yang mempunyai IQ 70-89 pada umumnya akan memerlukan bantuan khusus untuk dapat menyelesaikan sekolah dasar. Pada sisi lain, pemuda mempunyai IQ di atas 120 pada umunya akan mempunyai kemampuan untuk belajar diperguruan tinggi Djamarah (2002: 161).

Menurut Bloom (2004: 6) untuk mendapatkan hasil belajar kognitif seseorang memiliki 6 (enam) tingkatan kognitif, sebagai berikut.

1. Pengetahuan (knowlage), yaitu sebagai perilaku mengingat atau menggali informasi (materi pembelajarn) yang telah dicapai sebelumnya,


(32)

20 2. Pemahaman (comprehention), yaitu sebagai kemampuan memperoleh

makna dari materi pembelajaran. Hal ini ditunjukan melalui penerjemahan materi pembelajaran,

3. Penerapan (application), yaitu penerapan yang mengacu pada kemampuan menggunakan pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan konkrit. Ini mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil dan teori, 4. Analisis (analysis), yaitu mengacu pada kemampuan memecahkan

materi ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hal ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis antar bagian, dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian,

5. Sintesis (synthesis), yaitu mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hal ini mencakup komunikasi yang unik (tema atau percakapan), perencanaan operasional (proposal), atau seperangkat hubungan yang abstrak (skema untuk mengklasifikasi informasi),

6. Penilaian (evaluation), yaitu mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi pembelajaran untuk tujuan tertentu.

Menurut Gagne (2000: 101), hasil belajar pada proses belajar ditentukan oleh 5 (lima) faktor, sebagai berikut.

1. Informasi Verbal (Verbal Information)

Yang dimaksud adalah pengetahuan awal/dasar yang memiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tulisan. Apabila siswa hendak belajar/menerima pelajaran suatu pokok bahasan, maka pengetahuan awal sebelum pokok bahasan diberikan siswa harus sudah menguasai.

2. Kemahiran Intelektual (Intelektual Skill)

Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya dalam bentuk suatu representasi. Intelektual atau kecerdasan bila dikembangkan dapat berupa

Intellegence Quiotion (IQ), Intellegence Emotional (EI), Spiritual Intellegence (IS). IQ berhubungan dengan intelegensi atau kecerdasan otak, IE berkaitan dengan emosi atau tingkat pengendalian diri, IS berhubungan dengan tingkat keyakinan kepada Tuhan (Suharsono, 2009:96).

3. Strategi kognitif (pengaturan kegiatan kognitif) merupakan aktivitas mentalnya sendiri, sedangkan ruang gerak kemahiran intelektual adalah representensi dalam kesadaran terhadap lingkungan hidup dan diri sendiri. Strategi kognitif mencakup, penggunaan konsep dan kaidah yang telah dimiliki, terutama bila sedang menghadapi suatu problem.


(33)

21 4. Keterampilan Motorik (Motor Skill)

Yang dimaksud adalah kemampuan melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmaniah dalam urutan tertentu yang terkodinir dan terpadu. Cirri khas dari keterampilan motorik adalah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan secara lancar dan luwes tanpa banyak dibutuhkan refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti gerak-gerik tertentu.

5. Sikap (Attitude)

Kecenderungan menerima atau menolakl suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu serta berguna/berharga atau tidak sering dinyatakan sebagai suatu sikap dan hal bila dimungkinkan adanya berbagai tindakan. Misalnya, seorang siswa harus mengambil tindakan/keputusan, apakah belajar untuk menghadapi ujian, atau nonton film dengan temanya pada waktu yang sama.

Penialaian hasil belajar merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan mengajar dan pelaksanaan belajar mengajar. Guru hendaknya dapat menyelesaikan masalah pembelajaranya melalui kegiatan nyata

dikelasnya. Kegiatan nyata ditunjukan untuk meningkatkan suatu proses dan hasil pembelajaranya yang dilaksanakan secara professional (Arikunto, 2006: 55).

Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) menyatakan bahwa.

“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar.

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hsail belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”.

Hasil belajar pada suatu sisi adalah terkait dengan tindak guru, suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 yaitu dampak pengajaran dan pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi


(34)

22 guru dan juga siswa. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti nilai dalam mengerjakan latihan atau ulangan, nilai dalam rapor, nilai dalam ijazah. Sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain. Oleh karena itu hasil belajar yang berkualitas bukan sekedar ketercapaian menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan target kurikulum, tetapi dapat diukur dari perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terjadi pada siswa.

Tercapainya suatu tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang telah diperoleh siswa. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan. Penilaian hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhsilan siswa dalam mencapai tujuanyang telah ditetapkan (Ariyanti 2006: 55).

Selanjutnya pendapat Sagala (2003: 57) mengatakan bahwa agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan tertentu antara lain seperti dikemukakan berikut ini:

1. kemampuan yang berfikir tinggi bagi para siswa, hal ini ditandai dengan berfikir kritis, logis, sistematis, dan objektif (Scolastic Aptitude Test),

2. menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran (Interest Inventory),

3. bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya (Differensial Aptitude Test), dan

4. menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran di sekolah yang menjadi lanjutanya (Achievement Test) dan sebagainya.


(35)

23 Sehubungan dengan itu, adapun hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. 2. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik, pengetahuan proses

belajar-mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan mempengaruhi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa adalah hasil atau perubahan yang positif yang dicapai dari proses belajar baik secara kognitif, afektif, dan psikomotorik dan sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Namun, pada penelitian ini peneliti menekankan hasil belajar dari segi kognitif yaitu hasil dari tes formatif yang diberikan selama pembelajaran untuk setiap akhir siklus.

E.Kerangka Pikir

Model pembelajaran merupakan suatu setrategi pembelajaran dimana dalam pembelajaran itu akan mengajak peserta didik untuk belajar lebih aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari dalam kehidupan nyata melalui pembelajaran aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.


(36)

24 Desain penelitian ini dirancang untuk menyelidiki upaya penerapan Model

Problem-Based Learning untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Peneliti menduga Model Problem-Based Learning dengan tahap-tahapan pembelajarannya lebih efektif meningkatkan hasil belajar siswa dengan aktivitas siswa tinggi.

Berdasarkan kerangka pikir tersebut maka dapat di gambarkan paradigma penelitian ini sebagai berikut.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Ada peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan Model

Problem-Based Learning pada mata pelajaran IPS di kelas VII.3 semester genap pada SMP Negeri 2 Gadingrejo Kab. Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Ada peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan Model Problem-Based Learning pada mata pelajaran IPS di kelas VII.3 semester genap

Model Problem-Based Learning

Aktivitas Belajar Meningkat

Hasil belajar meningkat


(37)

25 pada SMP Negeri 2 Gadingrejo Kab. Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012.


(38)

III. METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPS di kelas VII.3 SMP Negeri 2 Gadingrejo Kab. Pringsewu mulai bulan Februari sampai dengan April 2012.

B.Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah di kelas VII.3 Semester Genap SMP Negeri 2 Gadingrejo Kab. Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 35 siswa terdiri dari 15 orang siswa laki-laki dan 20 orang perempuan.

C.Faktor Yang Diteliti

Beberapa faktor yang akan diteliti pada penelitian ini, sebagai berikut.

1. Aktivitas belajar siswa pada saat proses pebelajaran berlangsung. 2. Hasil belajar IPS siswa dilihat dari tes pada setiap akhir siklus.


(39)

27 D.Rencana Tindakan

Model penelitin tindak kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dibebankan oleh Ellot Aronson dan Robert E. Salvin model penelitian ini direncanakan terbagi menjadi 3 siklus atau putaran dimana setiap siklus terdiri dari 4 komponen yang meliputi.

1. Perencanaan (Planing)

Perencanaan adalah langkah yang akan dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya. Guru menyusun sebuah rencana kegiatan misalnya: a) apa yang harus dilakukan oleh siswa, b) kapan dan berapa lama dilakukan, c) dimana dilakukan, d) jika diperlukan peralatan atau sarana, wujudnya apa, e) jika sudah selesai, apa tindakan selanjutnya.

2. Tindakan (acting)

Tindakan atau pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Guru harus memperhatikan hal-hal yang sebagai berikut: a) apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, b) apakah proses tindakan yang dilakukan siswa cukup lancar, c) bagaimanakah situasi proses tindakan, d) apakah siswa melaksanakan dengan bersemangat, e) bagaimanakah hasil keseluruhan dan tindakan.

3. Observasi (observating)


(40)

28 4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

Rangkaian rencana penelitian tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Berdasarkan Gambar 2 di atas dapat dipaparkan kegiatan persiklusnya sebagai berikut.

a. Perencanaan

Dalam perencanaan meliputi beberapa kegiatan untuk persiapan pembelajaran sebagai berikut.

1. Merencanakan strategi yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi. 2. Menyusun RPP sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan materi yang akan diajarkan 3. Menyiapkan materi yang akan diajarkan

Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan Perencanaan

Siklus I, II dan III

Pelaksanaan

Pengamatan


(41)

29 4. Menyiapkan soal dan media sebagai penunjang pembelajaran

b. Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan, peran peneliti sebagai berikut.

a. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan mengabsen siswa.

b. Memberikan apersepsi sesuai dengan materi yang akan di ajarkan. c. Memberikan motivasi mengenai materi pembelajaran yang akan

disampaikan.

d. Menyampaikan materi pembelajaran, setelah menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan indikator dan tujuan, maka guru

menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan. e. Guru membagi siswa atas beberapa kelompok.

f. Masing-masing kelompok mempresentasikan tugasnya disepan kelas, sedangkan kelompok lain menanggapinya.

g. Siswa yang lain boleh mengajukan pertanyaan, kritik dan saran sebagai umpan balik dalam diskusi.

h. Setelah selesai diskusi guru menyimpulkan materi yang sudah diajarkan.

c. Pengamatan

Setelah pelaksanaan tindakan dilaksanakan, peneliti melakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrument pengumpulan data yang telah dibuat. Selain itu juga mengamati


(42)

30 kendalan apa saja yang dihadapi ketika pelaksanaan tindakan dengan

menggunakan Model Problem-Based Learning. d. Refleksi

Kegiatan ini merupakan kegiatan terakhir dari beberapa rangkaian kegiatan sebelumnya. Refleksi merupakan kegiatan terakhir dalam rangkaian rencana tindakan untuk mengingat kembali kekurangan dan kendala yang di hadapi dalam pelaksanaan tindakan. Sehingga akan menjadi bahan perbaikan untuk siklus selanjutnya.

E. Data Penelitian

Data penelitian ini terdiri dari

a. Data siswa, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, terjadi di dalam kelas pada setiap siklus.

b. Data hasil belajar siswa, yaitu data yang diperoleh dari hasil belajar berupa nilai tes yang diberikan setiap akhir siklus.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan sebagai berikut. a. Observasi

Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran selama penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan.


(43)

31 b. Tes

Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah diberikan Model Problem-Based Learning. Nilai diambil dari tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran.

G.Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan lapangandan perangkat tes. Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas yaitu perilaku yang relevan dengan kegiatan pembelajaran antara lain:

Tabel 4. Format untuk melihat aktivitas dalam pembelajaran

No.

Kelompok No.

Nama Siswa

Waktu Pengamatan

Jumlah

Kriteria 2 X 40 Menit

Aktif Kurang Aktif Pertemuan ke-

1 2 3 4 5 6 I

1

2 3 4

Kegiatan yang relevan dalam proses pembelajaran diberi tanda ceklist (√) 1. Mendengar atau memperhatikan penjelasan guru

2. Membaca buku atau menulis materi yang diajarkan 3. Bekerja sama dalam kelompok

4. Mempresentasikan hasil kelompok

5. Berdiskusi atau bertanya dengan guru atau antar siswa 6. Tidak bermain-main dan mengobrol


(44)

32 Kegiatan yang tidak relevan antara lain.

1. Tidak memperhatikan penjelasan guru 2. Tidak menulis atau tidak mencatat 3. Mengantuk

4. Tidak bertanya dengan guru atau antar siswa 5. Mengobrol

6. Bermain-main

Instrument penelitian yang berupa perangkat tes, yang diberikan kepada siswa pada akhir setiap siklus untuk mengukur dan mengetahui hasil belajar siswa pada pelajaran akuntansi. Untuk menganalisis datanya maka digunakan beberapa uji instrument, sebagai berikut.

a. Uji Validitas

Pengujian validasi tiap butir instrument menggunakan analis item, yaitu

mengkorelasi skor tiap buti dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam memberi interprestasi terhadap koefisien korelasi, item yang

mempunyai korelasi positif dengan korelasi yang tinggi menunjukan bahwa item tersebut tidak tinggi pula. Uji validitas menurut Arikunto (2006: 79)

menggunakan rumus korelasi biserial

γ pbi = Mp – Mt / Si √p / q keterangan :


(45)

33 Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab

benar bagi item yang dicari validitasnya. Mt = Rerator skor total

Si = Standar deviasi dari skor total P = Proporsi siswa menjawab benar Q = Proporsi siswa menjawab salah

Dengan kriteria pengujian jika harga rhit rtabel dengan α=0,05 maka alat ukur tersebut dinyatakan valid,dan sebaliknya apabila rhitung rtabel maka alat ukur tersebut dinyatakan tidak valid.

Tabel 5. Uji Validitas Butir Soal Siklus I

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0.334 0.486 V

No. 2 0.334 0.649 V

No. 3 0.334 0.620 V

No. 4 0.334 0.317 TV

No. 5 0.334 0.505 V

No. 6 0.334 0.698 V

No. 7 0.334 0.594 V

No. 8 0.334 0.613 V

No. 9 0.334 0.433 TV

No. 10 0.334 0.709 V

No. 11 0.334 0.567 V

No. 12 0.334 0.453 V

No. 13 0.334 0.545 V

No. 14 0.334 0.583 V

No. 15 0.334 0.626 V

No. 16 0.334 0.700 V

No. 17 0.334 0.620 V

No. 18 0.334 0.728 V

No. 19 0.334 -0.070 TV

No. 20 0.334 0.588 V

Sesuai dengan soal yang diberikan kepada siswa berjumlah 20 item soal dan terdapat 2 buah soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 4 dan 19 dengan nilai r hitung ˃ r tabel. r tabel (n= 20, α= 5%) atau sama dengan 0,334.


(46)

34 Tabel 6. Uji Validitas Butir Soal Siklus II

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0.334 0.412 V

No. 2 0.334 0.495 V

No. 3 0.334 0.648 V

No. 4 0.334 0.400 V

No. 5 0.334 0.495 V

No. 6 0.334 0.673 V

No. 7 0.334 0.720 V

No. 8 0.334 0.540 V

No. 9 0.334 0.478 V

No. 10 0.334 0.714 V

No. 11 0.334 0.545 V

No. 12 0.334 0.419 V

No. 13 0.334 0.587 V

No. 14 0.334 0.620 V

No. 15 0.334 0.458 V

No. 16 0.334 0.668 V

No. 17 0.334 0.576 V

No. 18 0.334 0.715 V

No. 19 0.334 0.502 V

No. 20 0.334 0.598 V

Soal yang dianalisis pada siklus II masih berjumlah 20 item soal dan tidak terdapat butir soal yang tidak valid, nilai r hitung ˃ r tabel. r tabel (n= 20, α= 5%) atau sama dengan 0,334.

Tabel 7. Uji Validitas Butir Soal Siklus III

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0.334 0.583 V

No. 2 0.334 0.519 V

No. 3 0.334 0.391 V

No. 4 0.334 0.446 V

No. 5 0.334 0.449 V

No. 6 0.334 0.389 V

No. 7 0.334 0.371 V

No. 8 0.334 0.435 V

No. 9 0.334 0.394 V

No. 10 0.334 0.441 V

No. 11 0.334 0.413 V


(47)

35

No. 13 0.334 0.503 V

No. 14 0.334 -0.234 TV

No. 15 0.334 0.491 V

No. 16 0.334 0.453 V

No. 17 0.334 0.578 V

No. 18 0.334 0.418 V

No. 19 0.334 0.369 V

No. 20 0.334 0.627 V

Siklus III berjumlah 20 item soal dan terdapat 1 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 14 dengan nilai r hitung ˃ r tabel. r tabel (n= 20, α= 5%) atau sama dengan 0,334.

b. Uji Realibilitas

Reabilitas atau tingkat ketetapan ( consistensi atau keajegan ) adalah tingkat kemampuan intrumen untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok individu. Instrumen yang memiliki tingkat reabilitas tinggi cenderung

menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel unsur – unsurnya, jika diulang pada waktu berbeda pada kelompok individu yang sama menurut Hadari dalam Merlinda (1992: 190).

Pengukuran reabilitas instrumen menurut Arikunto (2006: 101) dilakukan dengan menggunakan rumus :

K – R.20 Perhitungan dilkukan secara manual. Berikut ini adalah rumus

K – R.20.

R11 = ( k/k – 1 ) ( S² - ∑pq / S² ) Lanjutan Tabel 7


(48)

36 Keterangan :

R11 = Reabilitas secara keseluruhan

P = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar

Q = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah ( q = 1 –p )

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes ( standar deviasi adalah akar varians )

Berdasarkan analisis butir soal dari siklus I sampai dengan siklus III dengan jumlah 20 butir soal, didapat untuk uji reabilitas siklus Idi peroleh 0,984 atau nilai reliable yang tinggi, dan pada siklus II diperoleh 0,966 serta pada siklus III diperoleh 0,965. Dari ketiga siklus tersebut dinyatakan soal yang diberikan kepada siswa untuk uji siklus mempunyai nilai reliabel yang tinggi.

c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukan mudahnya atau sukarnya suatu soal tersebut disebut dengan indeks kesukaran.

Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai 1,0 indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaiknya jika indeks

menunjukan 1,0 maka soal tersebut terlalu mudah, sehingga semakin mudah soal tersebut semakin besar bilangan indeksnya. Dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P, singkatan dari proporsi”.


(49)

37 Tingkat kesukaran dapat dicari dengan rumus :

P= B / JS

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto ( 2006 : 208 ) ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklafikasikan sebagai berikut :

- Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar - Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang - Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

Berdasarkan analisis butir soal untuk uji kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Tingkat kesukaran soal siklus I dan Siklus II

SIKLUS I

No. Soal Kesukaran soal Kategori

0,00 – 0,30 Sukar 6,9,11,12,13,14,16,18,20 0,31 – 0,70 Sedang 1,2,3,4,5,7,8,10,15,17,19 0,71 – 1,00 Mudah SIKLUS II

0,00 – 0,30 Sukar 1,6,9,11,12,13,16,18,19,20 0,31 – 0,70 Sedang 2,3,4,5,7,8,10,14,15,17 0,71 – 1,00 Mudah

SIKLUS III

0,00 – 0,30 Sukar 1,2,4,5,16,18 0,31 – 0,70 Sedang 3,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15

17,19,20


(50)

38 d. Daya Beda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan yang tinggi) dengan siswa yang bodoh

(kemampuan rendah) angka yang menunjukan besarnya daya pembeda tersebut disebut indeks diskriminasi disingkat D. Daya pembeda berkisar antara 0,00 sampai 1,00 sama halnya dengan indeks kesukaran namun bedanya pada indeks diskriminasi ini ada tanda negatif. Tanpa negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas tes yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Suatu soal yang dapat dijawab oleh siswa yang pandai maupun siswa yang bodoh maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda, demikian juga apa bila soal tersebut tidak dapat dijawab benar oleh seluruh siswa pandai maupun siswa baik, maka soal tersebut tidak mempunyai daya beda sehingga soal tersebut tidak baik digunakan untuk tes. Suatu soal yang baik adalah yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai saja.

Seluruh kelompok tes akan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu.

Kelompok atas dan kelompok bawah dengan jumlah yang sama, jika seluruh kelompok atas bisa menjawab soal dengan benar dan kelompok bawah menjawab dengan salah, maka nilai tersebut memiliki D paling besar yaitu 1,00 sebaliknya jika kelompok semua atas menjawab salah dan kelompok bawah menjawab benar, maka nilai D = 1,00 tetapi jika kelompok atas


(51)

39 tersebut mempunyai nilai D = 0,00 karena tidak mempunyai daya beda sama sekali.

Untuk menentukan indeks diskriminasi digunakan rumus : D = BA / JA – BB / JB = PA – PB

Dimana :

D = Daya pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah

Klasifikasi daya pembeda D = 0,00 – 0,20 = Jelek D = 0,21 – 0,40 = Cukup D = 0,41 – 0,70 = Baik D = 0,71 – 1,00 = Baik Sekali

Negatif, Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja, Arikunto (2006: 213 ).

Tabel 9. Hasil Analisis Daya Beda

SIKLUS I

No. Soal Daya Pembeda Kategori

19 0,00 – 0,20 Jelek

1,2,4,9,10 0,21 – 0,40 Cukup

3,5,7,8,11,13,15,17,20 0,41 – 0,70 Baik 6,12,14,16,18 0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS II

0,00 – 0,20 Jelek

1,2,4,10 0,21 – 0,40 Cukup

3,5,7,8,9,11,12,15,17,19,20 0,41 – 0,70 Baik 6,13,14,16,18 0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS III

3,8,14 0,00 – 0,20 Jelek

2,5,7,10,11,12,13,15,17,18 0,21 – 0,40 Cukup

1,4,9,20 0,41 – 0,70 Baik


(52)

40 H. Analisis Data

1. Analisis data aktivitas siswa

Analisis data jumlah aktivitas siswa dilakukan dengan membagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa diamati aktivitasnya secara klasikal dalam setiap pertemuan dengan member tanda ceklis pada lembar observasi yang telah diadakan,

Setelah observasi lalu dihitung jumlah aktivitas yang telah dilakukan, kemudian dipresentasikan. Data pada setiap siklus diolah menjadi

presentase aktivitas siswa. Seorang siswa dikategorikan aktif minimal 61% dari jenis kegiatan yang telah dilakukan, kemudian dipresentasekan. Hal ini sesuai dengan criteria Arikunto (1992: 17) sebagai berikut.

a. Antara 81%-100% adalah aktivitas siswa sangat baik b. Antara61%-80% adalah aktivitas siswa yang baik c. Antara 41%-60% adalah aktivitas siswa cukup d. Antara 21%-40% adalah aktivitas siswa kurang e. Antara 0%-20% adalah aktivitas siswa kurang sekali

Jika lebih dari 61%-80% aktivitas yang dilakukan, maka siswa tersebut sudah termasuk siswa yang aktif. Dapat dilakukan perhitungan persentase keaktifan siswa dengan rumus:


(53)

41 Keterangan:

%A = persentase jumlah siswa yang aktif Na = jumlah siswa yang aktif

N = jumlah siswa keseluruhan

2. Analisis data hasil belajar siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diambil rata-rata tes formatif yang diberikan pada setiapa akhir siklus.

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat dari siklus ke siklus

2. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM dalam kegiatan pembelajaran meningkat dari siklus ke siklus.


(54)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pembelajaran kooperatif tipe problem-based learning pada Siswa Kelas VII.3 SMP Negeri 2 Gadingrejo dapat meningkatkan aktivitas belajar Siswa. siklus I pertemuan pertama sebanyak 19 siswa dari 35 siswa dengan persentase 54,28% dan siklus I pertemuan kedua siswa yang aktif sebanyak 22 siswa dari 35 siswa dengan persentase 62,86. Siklus I dapat diambil rata-rata aktivitas siswa sebesar 58,57%. Kemudian siklus II pertemuan pertama siswa yang aktif sebanyak 24 siswa dari 35 siswa dengan persentase 68,57% dan siklus II pertemuan kedua siswa yang aktif sebanyak 26 siswa dari 35 siswa dengan persentase 74,28% dengan rata-rata aktivitas belajar siswa siklus II sebesar 71,42%. Antara siklus I ke siklus II ada peningkatan aktivitas belajar sebesar 12,85%. Kemudian siklus III pertemuan pertama siswa yang aktif sebanyak 28 siswa dari 35 siswa dengan persentase 80% dan siswa yang aktif pada siklus III pertemuan kedua sebanyak 32 siswa dari 35 siswa dengan persentase


(55)

71 91,42% dengan nilai rata-rata siklus III sebesar 85,71%. Ada peningkatan aktivitas belajar dari siklus II ke siklus III sebesar 14,29%.

2. Pembelajaran kooperatif tipe problem-based learning pada Siswa Kelas VII.3 SMP Negeri 2 Gadingrejo dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 19 siswa dari 35 siswa dengan persentase 54,29%. Dengan nilai rata-rata 61,86. Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 25 siswa dari 35 siswa dengan persentase 71,43%. Nilai rata-rata pada siklus II sebesar 70,29. Dari siklus I ke siklus II ada peningkatan hasil belajar sebesar 17,29%. Siklus III siswa yang tuntas sebanyak 31 siswa dari 35 siswa dengan persentase 88,57%. Dengan nilai rata-rata sebesar 80. Untuk siklus II ke siklus III terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 17,14%.

B. Saran

Berdasarkan hasil analsis dan penelitian yang telah dilaksanakan terdapat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan hasil belajar Siswa maka penulis menyarankan sebagai berikut.

1. Hendaknya guru mengenalkan dan melatih keterampilan proses kooperatif sebelum atau selama pembelajaran. Agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep. Serta siswa dapat

menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

2. Siswa hendaknya diberi wawasan atau tekanan untuk tidak sering alpa atau tidak masuk sekolah, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Selain itu siswa hendaknya dituntut untuk menguasai


(56)

72 sejumlah informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran, sehingga di dalam kelompok siswa tidak bingung untuk mendiskusikan materi baginya, lebih dari pada itu siswa akan mampu mengembangkan kalimat dan potensinya secara mandiri. Diharapkan kemudian hari siswa tidak hanya berkembang intelektualnya saja tetapi mampu meningkatkan seluruh pribadi siswa termasuk sikap mental yang dimiliki.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Renny.2009. Studi Perbandingan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan Kooperatif Tipe STAD dengan Memperhatikan Kemampuan Awal. Skripsi, FKIP.

Universitas Lampung.

A. M. Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 233 hlm.

Ayu Mirnasari, Rosi. 2010. Studi perbandingan hasil belajar akuntansi siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas XI SMA Negeri 4 Kotabumi tahun pelajaran 2009/2010. Skripsi, FKIP. Universitas Lampung.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Bumi Aksara: Jakarta.

B. Uno, Hamzah. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

Rineka Cipta: Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual;Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama: Bandung

Koestoro, Budi dan Basrowi. 2006. Stategi Penelitian Sosial dan Pendidikan.

Yayasan Kampusina: Surabaya.

Purnamasari, Lora. 2010. Penggunaan Animasi Multimedia Dengan Pembelajaran Tipe Jigsaw dan TSTS Terhadap Penguasaan Materi Pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia Dan Hewan. Skripsi, FKIP. Universitas Lampung.

Rusman.2011.Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajagrafindo Persada: Jakarta.


(58)

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara: Jakarta.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.

---. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.

Suryosubroto, 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta: Jakarta Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Prenada


(1)

41 Keterangan:

%A = persentase jumlah siswa yang aktif Na = jumlah siswa yang aktif

N = jumlah siswa keseluruhan

2. Analisis data hasil belajar siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diambil rata-rata tes formatif yang diberikan pada setiapa akhir siklus.

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat dari siklus ke siklus

2. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM dalam kegiatan pembelajaran meningkat dari siklus ke siklus.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pembelajaran kooperatif tipe problem-based learning pada Siswa Kelas VII.3 SMP Negeri 2 Gadingrejo dapat meningkatkan aktivitas belajar Siswa. siklus I pertemuan pertama sebanyak 19 siswa dari 35 siswa dengan persentase 54,28% dan siklus I pertemuan kedua siswa yang aktif sebanyak 22 siswa dari 35 siswa dengan persentase 62,86. Siklus I dapat diambil rata-rata aktivitas siswa sebesar 58,57%. Kemudian siklus II pertemuan pertama siswa yang aktif sebanyak 24 siswa dari 35 siswa dengan persentase 68,57% dan siklus II pertemuan kedua siswa yang aktif sebanyak 26 siswa dari 35 siswa dengan persentase 74,28% dengan rata-rata aktivitas belajar siswa siklus II sebesar 71,42%. Antara siklus I ke siklus II ada peningkatan aktivitas belajar sebesar 12,85%. Kemudian siklus III pertemuan pertama siswa yang aktif sebanyak 28 siswa dari 35 siswa dengan persentase 80% dan siswa yang aktif pada siklus III pertemuan kedua sebanyak 32 siswa dari 35 siswa dengan persentase


(3)

71 91,42% dengan nilai rata-rata siklus III sebesar 85,71%. Ada peningkatan aktivitas belajar dari siklus II ke siklus III sebesar 14,29%.

2. Pembelajaran kooperatif tipe problem-based learning pada Siswa Kelas VII.3 SMP Negeri 2 Gadingrejo dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 19 siswa dari 35 siswa dengan persentase 54,29%. Dengan nilai rata-rata 61,86. Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 25 siswa dari 35 siswa dengan persentase 71,43%. Nilai rata-rata pada siklus II sebesar 70,29. Dari siklus I ke siklus II ada peningkatan hasil belajar sebesar 17,29%. Siklus III siswa yang tuntas sebanyak 31 siswa dari 35 siswa dengan persentase 88,57%. Dengan nilai rata-rata sebesar 80. Untuk siklus II ke siklus III terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 17,14%.

B. Saran

Berdasarkan hasil analsis dan penelitian yang telah dilaksanakan terdapat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan hasil belajar Siswa maka penulis menyarankan sebagai berikut.

1. Hendaknya guru mengenalkan dan melatih keterampilan proses kooperatif sebelum atau selama pembelajaran. Agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep. Serta siswa dapat

menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

2. Siswa hendaknya diberi wawasan atau tekanan untuk tidak sering alpa atau tidak masuk sekolah, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Selain itu siswa hendaknya dituntut untuk menguasai


(4)

72 sejumlah informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran, sehingga di dalam kelompok siswa tidak bingung untuk mendiskusikan materi baginya, lebih dari pada itu siswa akan mampu mengembangkan kalimat dan potensinya secara mandiri. Diharapkan kemudian hari siswa tidak hanya berkembang intelektualnya saja tetapi mampu meningkatkan seluruh pribadi siswa termasuk sikap mental yang dimiliki.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Renny.2009. Studi Perbandingan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan Kooperatif Tipe STAD dengan Memperhatikan Kemampuan Awal. Skripsi, FKIP.

Universitas Lampung.

A. M. Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 233 hlm.

Ayu Mirnasari, Rosi. 2010. Studi perbandingan hasil belajar akuntansi siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas XI SMA Negeri 4 Kotabumi tahun pelajaran 2009/2010. Skripsi, FKIP. Universitas Lampung.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Bumi Aksara: Jakarta.

B. Uno, Hamzah. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

Rineka Cipta: Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual;Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama: Bandung

Koestoro, Budi dan Basrowi. 2006. Stategi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yayasan Kampusina: Surabaya.

Purnamasari, Lora. 2010. Penggunaan Animasi Multimedia Dengan Pembelajaran Tipe Jigsaw dan TSTS Terhadap Penguasaan Materi Pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia Dan Hewan. Skripsi, FKIP. Universitas Lampung.

Rusman.2011.Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajagrafindo Persada: Jakarta.


(6)

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara: Jakarta.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.

---. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.

Suryosubroto, 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta: Jakarta Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Prenada


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII 1 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 26 71

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII 1 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 70

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.H SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 79

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.3 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 58

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.4 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/

0 7 67

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS VIII D SEMESTER GENAP SMP NEGERI 3 GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 60

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.7 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 4 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 55

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.7 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 4 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 10 56

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII 4 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 4 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 60

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.D SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 PULAU PANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 36