LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN MIKROORGANI

LAPORAN PRAKTIKUM
Mikrobiologi Pangan
Pengamatan Mikroorganisme dari Tepung

Disusun Oleh :
Annisa Alviah (1406113)
Eulis Safitri (1407300)
Intan Risma Yanti (1404842)
Meti Maryati (1405875)
Sarah Tsamrotul Fuadah (1404231)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015

I.

TEORI

Produk karbohidrat seperti tepung dan gula merupakan bahan makanan kering

yang sering terkontaminasi oleh mikroba, karena kondisi pengepakan maupun
penyimpanan pada umumnya kurang higienis. Tepung dan gula sering mengandung
spora bakteri termofilik, yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu 40-60 oC atau lebih.
Spora bakteri termofilik poenyebab kerusakan makanan pada umumnya tergolong
jenis Bacillus dan Clostridium.
 Uji Spora Flat Sour
Produk makanan yang banyak mengandung gula sering terkontaminasi oleh
mikroba karena kondisi pengempakan ataupun penyimpanannya yang kurang
higienis.
Mikroba yang sering tumbuh pada sirup terdiri dari jenis (1) spora penyebab busuk
asam (spora flat sour), (2) spora bakteri anaerobik dan (3) spora bakteri anaerobik
termofilik.
Spora bakteri penyebab busuk asam (flat sour) yang mudah tumbuh pada
makanan berasam rendah dengan pH 4-4,5 adalah Bacillus stearothermophillus.
Spora bakteri busuk asam yang sering tumbuh pada makanan asam dengan pH < 4
adalah Bacillus coagulans (Bacillus thermoacudurans).
Untuk menghitung jumlah spora termofilik, sampel harus mengalami
perlakuan pemanasan untuk membunuh sel-sel vegetatif dan untuk memberikan
kejutan panas (heat shock).
Menurut National Canners Association spora pembentuk asam (flat sour) yang

diijinkan tidak lebih dari 50 spora per 10 gram sampel.
 Uji Spora Anaerob Termofilik
Produk makanan yang banyak mengandung gula sering mengandung spora
bakteri termofilik, yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu 40-60oC atau lebih.
Spora bakteri termofilik penyebab kerusakan pada makanan pada umumnya tergolong
Bacillus dan Clostridium. Kerusakan yang disebabkan oleh bakteri termofilik
bervariasi tergantung dari spesies bakteri.

Spora bakteri anaerobik yang tidak memproduksi H2S yang bersifat termofilik
misalnya Clostridium thermosaccharolyticum.
Sedangkan yang bersifat mesofilik misalnya Clostridium botulinum dan Clostridium
sporogenes.
Bakteri anaerob yang dapat tumbuh pada makanan asam misalnya
Clostridium pasteurianum dan Clostridium thermosaccharolyticum.
Untuk menghitung jumlah spora termofilik, sampel harus mengalami perlakuan
pemanasan untuk membunuh sel-sel vegetatif dan untuk memberikan kejutan panas
(heat shock).
Menurut National Canners Association jumlah spora anaerob termofilik yang
diijinkan tidak lebih dari 3 dari 5 contoh mengandung spora anaerob termofilik.
 Uji Spora Anaerob Sulfida

Produk makanan yang banyak mengandung gula sering mengandung spora
bakteri anaerob penyebab kebusukan sulfida (sulfide spoilage) yaitu bakteri anaerob
yang memproduksi gas H2S, misalnya Clostridium nigricans.
Ada pula bakteri yang menyebabkan kebusukan sulfida namun bakteri tersebut
bersifat anaerob fakultatif, misalnya Bacillus betanigrificans.
Menurut National Canners Association jumlah spora anaerob sulfide yang diijinkan
adalah 3 dari 5 contoh per 10 gram sampel.
Media adalah suatu substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh yang
disesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Media kultur berasarkan konsistensinya
dibedakan atas tiga macam, yaitu media cair, media semi padat, dan media padat
(Nurohaianah et al, 2007).

Pengenceran biasanya menggunakan larutan berupa larutan fosfat buffer, larutan
garam fisiologis 0,9 % atau larutan ringer. Dengan pengenceran dapat mengurangi

kepadatan bakteri yang ditanam. Secara umum, metode penanaman dapat dibedakan
atas dua macam yaitu metode tuang (pour plate) dan metode sebar (spread plate)
(Dwidjoseputro. 1964).
Total Plate Count (TPC) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menghitung jumlah mikroba dalam bahan pangan. Metode hitungan cawan (TPC)

merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam analisa, karena koloni dapat
dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Untuk menghitung
total bakteri dengan metode cawan digunakan Nutrient Agar (NA) (Pelczar et
al,1986).
II.

TUJUAN

Menghitung jumlah total mikroorganisme yang terdapat dalam tepung.
III.

ALAT DAN BAHAN

Alat
Cawan petri
Inkubator
Gelas ukur
Erlenmeyer 100 ml
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi

Bunsen
IV.

Bahan
NaCl fisiologis
Tepung beras rose brand
Tepung terigu
Tepung kedelai
Maizena
Tepung talas
Pati kentang

PROSEDUR KERJA
1. Timbang 1 gram bahan lalu masukkan erlenmeyer, tambahkan 9 ml buffer
fosfat, kocok dan biarkan 2-3 menit.
2. Buat

pengenceran

−1


10

,

−2

10

inokulasi 1 ml hasil pengenceran

, 10−3 , 10−4 , 10−5
−5

10

lalu

dalam cawan petri dan


tambahkan medium PCA hangat (40°C) goyangkan sampai merata
penyebarannya.

3. Inkubasikan pada suhu 30° selama 72 jam dengan posisi cawan terbalik.
4. Hitung koloni dengan metode standar plate count.
5. Untuk menghitung kapang dan khamir, mediium yang digunakan adalah
PDA (potato dextrose agar).

V.

HASIL PENGAMATAN
Pengamatan Mikroorganisme pada Tepung
NO

KELO

1.

MPOK
B1


2.

B2

JENIS TEPUNG

WARNA

BENTUK

JUMLAH

MEIZENA

Cream

Bulat Tersebar

TBUD

9
Koloni

PATI KENTANG

Cream

Bulat Tersebar

besar,

Koloni kecil
TBUD
7
Koloni

3.

B3


TALAS

Cream

Bulat Tersebar

4.

B4

KEDELAI

Cream

Bulat Tersebar

5.

B5


TERIGU

Cream

Bulat Tersebar

6

kecil
3
Koloni
besar,

3

Koloni
Kecil
12 Koloni

6.

B6

ROS BRAND

Cream

Bulat Tersebar

Besar,

50

Koloni kecil

VI.

PEMBAHASAN

Nama: Anisah Alviah
NIM: 1406113

Praktikum kali ini meneliti mengenai kandungan mikroorganisme dalam
tepung. Tepung yang dijadikan sampel adalah meizena, pati kentang, tepung talas,
tepung kedelai, tepung terigu, dan tepung beras rose brand. Untuk menguji
kandungan mikroorganisme yang terdapat dalam sampel tepung pertama sampel
tepung diencerkan menggunakan buffer fosfat lalu diencerkan sampai
hasil pengenceran di

−5

10

10−5

, lalu

ditanam dalam media PCA hangat. Lalu diinkubasi

dalam suhu 30ºC selama 3 hari, hal ini bertujuan untuk melihat pertumbuhan koloni
bakteri.
Setelah 3 hari, lalu amati pertumbuhan bakteri yang terjadi pada cawan petri
yang diisi media PCA hangat. Lalu hitung jumlah koloni yang terdapat dalam media.
Dan hasil yang didapat adalah sebagai berikut:
NO

KELOM

1.

POK
B1

2.

B2

Jumlah

JENIS TEPUNG

WARNA BENTUK

MEIZENA

Cream

Bulat Tersebar

koloni
TBUD
tbud
9
Koloni 15 x 105

PATI KENTANG

Cream

Bulat Tersebar

besar,

Koloni kecil
TBUD
tbud
7
Koloni 7 x 105

3.

B3

TALAS

Cream

Bulat Tersebar

4.

B4

KEDELAI

Cream

Bulat Tersebar

5.

B5

TERIGU

Cream

Bulat Tersebar

JUMLAH

6

kecil
3
Koloni 6 x 105
besar,

3

Koloni Kecil
12
Koloni 62 x 105
6.

B6

ROS BRAND

Cream

Bulat Tersebar

Besar,

50

Koloni kecil
Dan koloni bakteri yang paling banyak terdapat dalam tepung pati kentang
dan tepung talas. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Bisa disebabkan
karena ketika inokulasi terkontaminasi dari bakteri yang ada di udara atau juga bisa
disebabkan karena tepung yang memang sudah tak layak pakai lagi. Tepung yang

sudah mengandung banyak koloni merupakan tepung yang sudah tak layak konsumsi
lagi. Secara fisik tepung yang tidak layak konsumsi bisa dilihat secara fisik ataupun
aromanya.
Kesimpulan:
Tepung yang mengandung banyak koloni bakteri adalah tepung yang sudah
tidak layak konsumsi. Tepung yang tidak layak konsumsi juga bisa dilihat secara
fisik, seperti sudah mengandung jamur dan berbau apak.

Nama : Eulis Safitri
Nim : 1407300
Pada praktikum satu dilakukan percobaan pemeriksaan mikroorganisme pada
tepung. Sampel yang digunakan diantaranya, tepung meizena, tepung pati kentang,
tepung talas, tepung kedelai, tepung beras dan tepung terigu. Sedangkan medium
yang digunakan adalah PDA (potato Dextrose Agar),
PDA sendiri digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan
kapang. Menurut Dwidjoseputro, (1964) PDA mengandung sumber karbohidrat
dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga
baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan
bakteri. Cara membuat PDA adalah mensuspensikan 39 g media dalam 1 liter air
yang telah didestilasi. campur dan panaskan serta aduk. Didihkan selama 1 menit
untuk melarutkan media secara sempurna. Sterilisasi pada suhu 121°C selama 15
menit. Dinginkan hingga suhu 40-45°C dan tuang dalam cawan petri dengan pH akhir
5,6+0,2.
Percobaan ini menggunakan pengenceran 10-1 sampai 10-5 mengunakan
Medium pengenceran berupa buffer fosfat, Buffer fosfat adalah buffer netral dengan
kisaran pH 7. Menurut Underwood, A.L. ( 2002 ) Larutan penyangga atau larutan
buffer atau larutan dapar merupakan suatu larutan yang dapat menahan perubahan pH

yang besar ketika ion – ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan
itu diencerkan, serta NaCl fisiologis, NaCl sangat baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme jenis kapang dan khamir. Pengenceran sendiri merupakan proses
yang dilakukan untuk menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan dengan
menambah zat pelarut ke dalam larutan sehingga volume larutan menjadi
berubah sehingga sampel yang akan kita amati mikroorganismenya bisa terlihat
sebab kita memperkecil konsentrasi larutan sampel tersebut.
Sebelum dilakukan pengenceran terlebih dahulu sampel ditimbang untuk
mengetahui beratnya setelah itu masukan ke dalam erlemeyer, selanjutnya tambahkan
9ml buffer fosfat sebagai larutan penyangga. Lalu, kocok hingga tercampur merata
dan biarkan selama 2-3 menit sampai menjadi larutan dan mengendap.
Setelah itu siap untuk melakukan pengenceran. Ambil 1ml sampel dan
masukan ke pengenceran 10-1, kemudian ambil 1ml dari pengenceran 10-1 masukan ke
dalam pengenceran 10-2, selanjutnya ambil lagi 1 ml dari pengenceran 10 -2 dan
masukan ke dalam 10-3. Lalu, ambil 1 ml dari pengenceran 10-3 dan masukan ke
pengenceran 10-4, terakhir ambil 1 ml dari pengenceran 10-4 dan masukan ke dalam
tabung untuk menjadi pengenceran 10-5. Setelah selesai melakukan pengenceran lalu
inokulasi 1 ml dari hasil pengenceran10-5 ke dalam cawan petri yang telah di
tambahkan medium PDA hangat terlebih dahulu, goyangkan sampai merata
penyebarannya ini bertujuan agar mikroorganisme dapat meyebar pertumbuhannya.
Setelah di inkubasi selama 72 jam pada suhu 30OC didapatkan pertumbuhan
mikroorganisme sangat banyak hal ini bisa dihitung dengan metode TPC (Total Plate
Count). Metode TPC sendiri merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
untuk menghitung jumlah mikroba dalam bahan pangan dengan melihat langsung
menggunakan mata telanjang tanpa menggunakan mikroskop. Dibuktikan

pada

sampel tepung talas jumlah mikoorgansime yang terlihat tidak bisa di hitung (TBUD)
hasil ini bisa jadi karena cara kerja dalam melakukan percobaan gagal atau pun masa
simpan si tepung talas yang sudah lama yang menyebabkan pertumbuhan
mikrooranisme pada tepung semakin baik serta jumlah mikoorganisme yang sedikit

terdapat pada sampel terigu, pada sampel terigu diperoleh jumlah mikoorganisme
sekitar 3 koloni besar dan 3 koloni kecil. Namun semua dari sampel meizena, tepung
talas, pati kentang, tepung kedelai,tepung beras maupun tepung terigu sama-sama
menunjukan bahwa mengandung jumlah mikoorganisme yang tidak sedikit.
Oleh karena itu dalam pemeriksaan mikoorganisme pada tepung dapat
ditemukan jenis mikroorganisme jenis kapang dan khamir. Sebab dalam tepung
kapang dan khamir pertumbuhannya dapat berjalan dengan baik mungkin karena
tepung merupakan sumber karbohidrat dan protein yang baik untuk mikroorganisme
ini.
KESIMPULAN
Pada percobaan yang dilakukan pada jenis tepung terdapat jenis
mikoorganisme jenis kapang dan khamir. Pada percobaan ini menggunakan proses
pengenceran untuk mengurangi kepadatan mikroorganisme yang ditanam, medium
pengenceran menggunkan buffer fosfat sebagai larutan penyangga sebab buffer fosfat
mengandung pH yang netral serta NaCl Fisiologis yang berguna untuk mengencerkan
sampel. Pengenceran dimulai dari 10-1 sampai 10-5 kemudian diinokulasi dalam
cawan petri yang telah ditambahkan PDA (Potato Dextrose agar), PDA sendiri
digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang. Setelah
diinkubasi pada suhu 30OC selama 72 jam dapat terlihat jumlah bakteri yang tumbuh
pada cawan tersebut. Untuk menghitung jumlah bakteri dapat menggunakan metode
TPC (Total Plate Count) yaitu metode yang dapat digunakan untuk menghitung
jumlah mikroba dalam bahan pangan dengan melihat langsung menggunakan mata
telanjang tanpa menggunakan mikroskop. Dapat simpulkan jika semua sampel
terdapat jumlah mikoorganisme yang tidak sedikit, hal ini dapat dibuktikan pada
sampel tepung talas jumlah bakteri hingga tidak bisa dihitung (TBUD) dan sampel
jenis tepung terigu hanya terdapat jumlah bakteri yang paling sedikit diantara sampel
meizena, pati kentang, tepung beras dan tepung kedelai.
DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A & A.L.Underwood. 2002. Analisis kimia Kuantitatif, diterjemahkan oleh iis
Sopyan. Erlangga. Jakarta.
Dwidjoseputro. 1964. Dasar – dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan

Nama : Intan Risma Yanti
Nim : 1404842
Mikroorganisme yang terdapat di alam semesta ini memerlukan energi yang
diperlukan untuk memepertahankannya hidup. Salah satunya adalah jenis
mikroorganisme yang disebut dengan mikroba amilolitik. Mikroorganisme yang
bersifat amilolitik dapat memecah pati (amilum) yang terdapat dalam makanan
menjadi senyawa yang lebih sederhana, terutama dalam bentuk glukosa. Reaksi
hidrolisis pati menyebabkan pencairan pati sehingga menyebabkan perubahan pada
cita rasa makanan.
Pada praktikum kali ini kita melakukan Pemeriksaan mikroorganisme dari
tepung dan bahan nabati kering. Namun yang hanya kita lakukan adalah pemeriksaan
mikroorganisme dari tepung saja. Produk tepung merupakan produk kering yang
memiliki Aw yang rendah, tetapi produk ini sering terkontaminasi oleh mikroba. Hal
tersebut dikarenakan kondisi, pengepakan maupun penyimpanan yang kurang
higienis. Mikroba yang sering tumbuh pada produk ini terdiri dari spora penyebab
busuk asam (spora flat sour ), spora bakteri anaerobik dan spora bakteri anaerobik
termofilik.
Pada praktikum kali ini kita menggunakan 6 sampel tepung yaitu tepung
maizena, tepung pati kentang, tepung talas, tepung kedelai, tepung terigu dan tepung
beras rose brand. Media yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu PCA.
Dari hasil pengamatan yang didapat semua sampel yang dipakai terbukti
mengandung mikroorganisme. Dalam tepung maizena misalnya, dari hasil
pengenceran 10-5 yang dilakukan terlihat terdapat koloni bakteri dengan jumlah 70

dalam ukuran yang sangat kecil Bakteri yang tumbuh pada tepung maizena adalah
E.coli. Kemudian tepung pati kentang yang memiliki jumlah koloni dengan ukurun
kecil sebanyak 3 buah dan ukuran koloni yang besar 6 buah.
Selain itu, ada tepung kedelai yang memiliki jumlah koloni 7 besar dengan
ukuran yang besar. Kemudian juga ada tepung terigu, Tepung terigu adalah tepung
atau bubuk halus yang berasal dari bulir gandum yang digunakan untuk membuat kue
atau mie. Tepung terigu mengandung banyak pati dan protein dalam bentuk gluten
yang berperan dalammenentukan kekenyalan makanan. Pada tepung terigu Koloni
yang tumbuh pada pengenceran 10-2 dalam cawan petri 6 koloni dengan ukuran besar
dan kecil dengan jenis bakterinya yaitu Bacillus subtilis.
Tepung beras rose brand adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari
beras yang digunakan untuk membuat kue. Tepung beras mengandung banyak pati
dan protein tanpa gluten (Anonimd, 2009). Hasil yang didapat adalah koloni pada
pengenceran 10-5 yaitu sebanyak 12 koloni dengan ukuran kecil dan 50 koloni dengan
ukuran yang besar, Bakteri amilolitik yang tumbuh pada tepung beras adalah
Clostridium butyricium dan E.coli
Dan dalam praktikum kali ini yang memilki jumlah koloni terbanyak yaitu
pada tepung talas yang menghasilkan koloni terbanyak sehingga tidak dapat terhitung
jumlahnya (TBUD).
Alat praktikum yang tidak steril, ataupun dari kesalahan praktikkan yang bekerja
secara tidak aseptik bisa saja menimbulkan adanya mikroorganisme.
KESIMPULAN
1. Makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi mudah diserang oleh
mikroorganisme amilolitik karena karbohidrat lebih mudah dipecah dan
digunakan oleh mikroorganisme dibandingkan dengan protein dan lemak.
2. Bakteri Amilolitik banyak tumbuh pada bahan pangan yang mengandung pati.

3. Bakteri amilolitik yang tumbuh pada tepung terigu adalah Bacillus subtilis.
4. Bakteri amilolitik yang tumbuh pada tepung beras adalah Clostridium
butyricium dan E.coli
5. Bakteri yang tumbuh pada tepung maizena adalah E.coli.
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Sukarminah E., Sumanti, D.M. dan Hanidah,I. 2010. Mikrobiologi Pangan. Penerbit
Jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas
Padjadjaran, Jatinangor.
Nama: Meti Maryati
NIM: 1405875
Pada

praktikum

kali

ini

kami

melakukan

pengamatan

memeriksa

mikroorganisme dari tepung dan bahan nabati kering. Tujuan dilakukannya praktikum
ini yaitu agar praktikan dapat menghitung jumlah total mikroorganisme yang terdapat
dalam tepung, serta dapat menghitung jumlah total mikroorganisme dalam beberapa
bahan nabati kering.
Namun kami hanya melakukan percobaan pemeriksaan mikroorganisme pada
tepung. Bahan-bahan yang digunakan yaitu tepung maizena, tepung pati kentang,
tepung talas, tepung kedelai, tepung terigu, tepung beras rose brand.
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menimbang 1 gram bahan
sampel

tepung

lalu

dimasukkan

kedalam

erlenmeyer.

Kemudian

dengan

menambahkan 9 ml buffer fosfat, kocok dan dibiarkan hingga 2-3 menit. Setelah itu
melakukan pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, dan 10-4, 10-5. Kemudian inokulasi 1 ml hasil
dari pengenceran 10-5 dalam cawan petri dan menambahkan medium PCA/PDA
hangat (40°C) sambil digoyangkan sampai merata penyebarannya. Setelah itu

inkubasi pada suhu 30°C selama 72 jam dengan posisi cawan terbalik dalam
inkubator.
Setelah kami melakukan pengamatan, yang kami temukan banyak
mikroorganisme yaitu dalam tepung talas karena dalam kandungan talas sebagian
besar terdiri dari air dan karbohidrat. Dan mikroba dapat hidup dalam keadaan yang
banyak mengandung air. Kemudian yang paling sedikit ditemukan mikrobanya yaitu
dalam tepung terigu. Karena dalam tepung terigu kandungan airnya hanya sedikit.
Tepung terigu itu banyak mengandung kalori. Jadi sedikit kemungkinan ditemukan
mikroba didalamnya.
Kesimpulan:
Jadi, dilihat dari hasil pengamatan dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan
bahwa tepung talas yang lebih banyak ditemukan mikroba didalamnya sampai tidak
bisa dihitung mikroba didalamnya. Karena dalam kandungan talas terdiri dari air
dengan ±69% dari energi total talas, maka dari itu mikroba banyak ditemukan dalam
pati talas tersebut karena mikroba hidup dalam keadaan yang banyak mengandung
air. Sedangkan dalam tepung terigu banyak mengandung kalori, dan kandungan air
hanya sedikit didalam tepung terigu, oleh sebab itu dalam tepung terigu hanya
ditemukan sedikit mikroba didalamnya.

Nama : Sarah Tsamrotul Fuadah
NIM : 1404231
Pada kali ini kami melakukan praktikum “Pemeriksaan Mikroorganisme dari
Tepung”. Pada tepung juga ditemukan mikroorganisme dan tujuan dari praktikum ini
adalah untuk menghitung jumlah total mikroorganisme yang terdapat dalam tepung.
Sampel tepung yang digunakan yaitu tepung maizena, pati kentang, tepung talas
tepung kedelai, tepung terigu, dan tepung beras rose brand, juga ada bahan yang
lainnya yaitu NaCl fisiologis / buffer fosfat dan PCA. Alat yang digunakan yaitu

cawan petri, inkubator, gelas ukur, erlenmeyer 100 ml, tabung reaksi, rak tabung
reaksi, dan bunsen.
Cara memeriksa adanya mikroorganisme pada tepung yaitu sampel tepung
(Pati kentang) di timbang menggunakan neraca analitik sebanyak 1 gr. Kemudikan
masukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 ml dan tambahkan 9 ml buffer fosfat.
Kocok sampai merata dan biarkan selama 2-3 menit. Setelah itu nyalakan bunsen dan
setiap akan melakukan pengenceran mulut tabung reaksi dan cawan petri di dekatkan
ke bunsen. Lalu masukkan campuran tepung dan buffer fosfat ke dalam tabung ulir
sebanyak 1 ml, lakukan pengenceran dari 10 -1 sampai 10-5. Pengambilan larutan
menggunakan pipet volumetrik / mikropipet sebanyak 1 ml dan pipetnya harus
diganti. Kemudian ambil 1 ml larutan dari 10-5 dan masukkan ke dalam cawan petri
serta tambahkan PCA hangat sebanyak 1/3 cawan petri. Goyangkan sampai merata
dan diamkan sampai menjadi agar/padat. Setelah padat inkubasi pada suhu 300C
selama 72 jam dengan posisi cawan petri terbalik. Kemudian amati dan hitung koloni
dengan metode standar plate count.
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 1B (Tepung Maizena) terdapat 104
koloni bakteri. Kelompok 2B (Pati Kentang) terdapat 3 koloni bakteri berukuran
besar dan 6 koloni bakteri berukuran kecil. Kelompok 3B (Tepung Talas) terdapat
banyak sekali koloni bakteri / TBUD. Kelompok 4B ( Tepung Kedelai) terdapat 7
koloni bakteri berukuran kecil dan tersebar. Kelompok 5B (Tepung Terigu) terdapat 3
koloni bakteri berukuran kecil dan 3 koloni bakteri berukuran besar. Kelompok 6B
(Tepung Beras Rose Brand) terdapat 12 koloni bakteri berukuran besar dan 50 koloni
bakteri berukuran kecil.
KESIMPULAN
Jadi pada tepung (berbagai macam tepung) terdapat mikroorganisme yang
dapat

tumbuh,

cara

pertumbuhan

mikroorganisme

dapat

dibantu

dengan

mencampurkan larutan tepung dan larutan buffer fosfat ditambah dengan PCA.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri diantaranya aktivitas air (aw),

nilai pH / keasaman, kandungan gizi, suhu oksigen dan kelembaban. Diantara tepungtepung yang kita amati ternyata tepung talas yang terdapat mikroorganisme paling
banyak (TBUD), sedangkan tepung yang terdapat sedikit mikroorganisme yaitu
tepung terigu. Tepung terigu terdapat sedikit mikroorganisme karena aktivitas air (a w)
pada tepung terigu lebih sedikit dibandingkan dengan tepung talas, sehingga tepung
talas terdapat lebih banyak di tumbuhi mikroorganisme karena aktivitas air (a w)
banyak. Juga terdapat faktor lainnya yang mempengaruhi banyaknya mikroorganisme
pada tepung talas.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tepung
https://ilmuthp.wordpress.com/serba-serbi/3-mikrobiologi-pangan/
VII.

Saran:

Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan seorang praktikan dapat mengetahui
dan memilih tepung-tepung yang mana lebih banyak mikroba. Dan dapat mengetahui
kandungan dalam tiap-tiap tepung tersebut. Selain itu, seorang praktikan juga dapat
melakukan riset tersendiri terhadap tepung yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1964. Dasar – dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Pelczar et al,1986. Dasar – dasar Mikrobiologi . Jakarta : UI Press.
Nurohaianah et al, 2007. Media . Jakarta : UI Press.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sumanti, Debby M., dkk. 2008. Diktat Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan.
Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tepung
https://ilmuthp.wordpress.com/serba-serbi/3-mikrobiologi-pangan/

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Sukarminah E., Sumanti, D.M. dan Hanidah,I. 2010. Mikrobiologi Pangan. Penerbit
Jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas
Padjadjaran, Jatinangor
Day, R.A & A.L.Underwood. 2002. Analisis kimia Kuantitatif, diterjemahkan oleh iis
Sopyan. Erlangga. Jakarta.
Dwidjoseputro. 1964. Dasar – dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan

LAMPIRAN