Laporan Praktikum Pengamatan Tanah Denga

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA IV

PENGAMATAN TANAH DENGAN INDRA

Oleh :

Nama : MARTHA WIRA PRATAMA

NIM : A1L114013

Rombongan : AGROTEKNOLOGI Pararel A1 PJ Asisten : Ardi Luqman Hakim

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO


(2)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan bagian dari kerak bumi yang mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang berinteraksi dengan cairan dan udara.Tanah terbentuk dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah berbeda dari batuan induknya karna interaksi antara hidrosfer,atmosfer,litosfer, dan biosfer ini adalah campuran dari konstituen mineral dan organik yang dalam keadaan padat,gas, dan cair.

Tanah dalam pertanian mempunyai peranan sebagai media tumbuh tanaman dalam hal tempat akar memenuhi cadangan makanan, cadangan nutrisi (hara) baik yang berupa ion-ion organik maupun anorganik. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan pengetahuan dalam mengetahui sifat fisik tanah seperti warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah dan lain-lain.

Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan-lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.


(3)

Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.

Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan di lapang. Warna mencerminkan jenis mineral penyusun tanah, reaksi kimiawi, dan akumulasi bahan- bahan yang terjadi, misalnya kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah akan menimbulkan warna lebih gelap. Tekstur mencerminkan ukuran partikel dari fraksi-fraksi tanah sedangkan struktur tanah merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel primer tanah hingga partikel sekunder yang membentuk agregat. Konsistensi tanah merupakan ketahanan tanah terhadap tekanan gaya-gaya dari luar yang merupakan indikator derajat manifestasi kekuatan dan corak gaya-gaya fisik yang bekerja pada tanah selaras dengan tingkat kejenuhan airnya.

B. Tujuan

1. Menetapkan warna dasar beberapa jenis tanah dengan menggunakan buku Munsell Soil Color Chart.

2. Menetapkan tekstur dari beberapa jenis tanah 3. Menetapkan struktur dari beberapa jenis tanah.

4. Menetapkan konsistensi berbagai jenis tanah dalam keadaaan basah, lembab, dan kering.


(4)

(5)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, yang menduduki sebagian besar planet bumi, mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu, selama jangka waktu tertentu pula. Berdasarkan definisi tanah, terdapat lima faktor pembentuk tanah, yaitu :

1. Iklim 2. Kehidupan 3. Bahan induk 4. Topografi 5. Waktu.

Dari kelima faktor tersebut yang, iklim memiliki pengaruh yang bebas. Oleh karena itu pembentukan tanah kering dinamakan dengan istilah weathering. Proses pembentukan tanah dibagi menjadi dua tahap, yaitu proses pelapukan dan proses perkembangan tanah (Hardjowigeno, 1992).

Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang banyak digunakan untuk mendeskripsikan karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap tanaman, tetapi secara tidak langsung berpengaruh terhadap temperatur dan kelembapan tanah.Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tidak murni seperti, campuran kelabu, coklat, dan bercak, kerapkali terdapat 2-3 warna dalam bentuk spot-spot yang disebut karatan (Tan, 1995).


(6)

Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan tanah terbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped, sedangkan ikatan yang merupakan gumpalan tanah yang sudah dibentuk akibat penggarapan tanah disebut clod. Untuk mendapatkan stuktur tanah yang baik dan valid harus dengan melakukan kegiatan di lapangan, sedang laboratorium relatif sukar terutama dalam mempertahankan keasliannya dari bentuk agregatnya (Hardjowigeno, 1992).

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah. Konsistensi tanah adalah suatu sifat tanah yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – parkikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang disebabkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengarui bentuk tanah (Kohnke, 1968).

Tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan organik


(7)

umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. Di daerah berdrainase buruk, yaitu di daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam kondisi reduksi (Fe2+). Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3. 3 H2O (limonit) yang berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu- abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat-tempat tersebut. Keberadaan jenis mineral dapat menyebabkan warna lebih terang (Hardjowigeno, 1992).


(8)

III.

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum adalah contoh tanah halus (<0,5mm) dan tanah yang masih berbentuk gumpalan (Inseptisol, Andisol, Ultisol, Fertisol, Entisol), cawan porselin, botol semprot, colet/spatel, dan buku Munsell Soil Color Chart.

B. Prosedur Kerja 1. Warna Tanah

a. Gumpalan tanah inceptisol diambil.

b. Gumpalan tanah diletakkan di bawah lubang kertas buku Munsell Soil Color Chart

c. Gumpalan tanah diamati lalu notasi dan nama warnanya dicatat 2. Tekstur Tanah

a. Sebongkah tanah inceptisol diambil

b. Bongkahan tanah dibasahi hingga tanah dapat ditekan c. Tanah dipijit dan dirasakan tekstur kasar dan halusnya. 3. Struktur Tanah

a. Bongkahan tanah inceptisol diambil

b. Bongkahan tanah dijatuhkan di atas meja hingga tanah pecah c. Pecahan tanah yang besar diamati strukturnya dengan lup, diukur


(9)

4. Konsistensi

a. Tanah inceptisol diambil secukupnya b. Tanah yang kering diamati

c. Basahi tanah hingga lembab (1-2 tetes) dan dirasakan d. Basahi tanah (> 2 tetes) kemudian dirasakan lekat dan liatnya.


(10)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Warna dan Tekstur Tanah

No .

Jenis Tanah

Warna Tanah

Notasi Tanah Nama Tanah Tekstur Tanah 1

Inseptiso l

7.5 YR 34 Dark Brown

Lempung Berdebu 2 Entisol 5 YR 4

6 Dark Brown Liat Berpasir

3 Andisol

2.5 YR

2.5 2

Very Dusxy Red

Lempung Berpasir 4 Ultisol 5 YR 4

6 Yellowish Red Lempung Berliat 5 Vertisol 5 YR 31 Very Dark Grey Liat

2. Struktur Tanah

No .

Jenis Tanah

Struktur Tanah

Tipe Kelas Derajat 1. Inseptiso l Gumpa l Halus Cukupa n 2. Entisol Gumpa l Halus Cukupa n 3. Andisol Gumpa l Kasar Cukupa n 4. Ultisol Remah Kasar

Cukupa n 5. Vertisol Gumpa l Sangat Halus Kuat


(11)

3. Konsistensi No . Konsistensi Basah Konsistesnsi Lembab Konsistensi Kering Kelekata n Keliata n

1. Ss po vf S

2. Ss Ps f sh

3. So Po vf sh

4. Ss po f h

5. vs Vp vt sh

B. Pembahasan

Pengamatan dengna indra adalah suatu pengamatan yang menggunakan indra pada tubuh kita dalam melaksanakan suatu praktikum. Hubungan dan manfaat praktikum dalam bidang pertanian di lapangan yakni dengan kita melakukan praktikum dasar ilmu tanah mengenai tekstur, struktur, serta konsistensi tanah maka kita akan mengetahui hal-hal yang penting untuk membudidayakan suatu tanaman yang berhubungan dengan media tanam. Tekstur tanah sangat mempengaruhi usaha pertanian, di mana tekstur tanah yang kasar, tidak dapat menjadi media tanam yang baik. Tekstur tanah yang halus, dapat menjadi media tanam, tetapi kurang baik karena mempengaruhi kuat tidaknya perakaran.

Pengaruh struktur tanah terhadap pertumbuhan terjadi secara langsung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman lebih tinggi dibandingkan struktur tanah yang padat. Konsistensi tanah sendiri juga berpengaruh pada media tanam suatu tanaman,


(12)

dengan mengetahui kemantapan suatu tanah dan kegemburan tanah, sehingga dapat diolahdengan baik (Zapata,F., 2002,)

Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan dilapang. Warna tanah mencerminkan beberapa sifat tanah. Kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah akan menimbulkan warna lebih gelap. Tanah dengan drainase yang jelek atau sering jenuhair berwarna kelabu. Tanah yang mengalami dehidratasi senyawa besiakan berwarna merah.Warna tanah akan berpengaruh pada keseimbangan panas dankelembaban tanah. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman, aktivitas organisme dan struktur tanah. (Maslul,2003)

Berikut jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia menurut Dudal dan Suparaptoharjo (1957), yaitu:

a. Tanah Vulkanik

Tanah vulkanik adalah tanah hasil pelapukan abu vulkanik dari gunung berapi. Tanah vulkanik dibagi menjadi dua:

1. Latosol: adalah tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dengan kandungan bahan organik, mineral primer dan unsur hara rendah, bereaksi masam (pH 4.5 – 5.5), terjadi akumulasi seskuioksida, tanah berwarna merah, coklat kemerahan hingga coklat kekuningan atau kuning. Tanah terdapat mulai dari daerah pantai hingga 900 m dengan curah hujan antara 2500 – 7000 mm per tahun. Tanah ini cocok untuk tanaman palawija, padi, kelapa, karet, kopi, dll. Jenis tanah ini banyak terdapat di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bali, Jawa, Minahasa, dan Papua


(13)

2. Regosol: merupakan tanah muda yang berkembang dari bahan induk lepas (unconsolidated) yang bukan dari bahan endapan alluvial dengan perkembangan profil tanah lemah atau tanpa perkembangan profil tanah. Tanah regosol berciri-ciri: berbutir kasar, berwarna kelabu sampai kuning, dan berbahan organik sedikit. Tanah ini cocok untuk tanaman palawija (seperti jagung), tembakau, dan buah-buahan. Jenis tanah ini banyak terdapat di P. Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara.

b. Tanah Organosol

Tanah organosol merupakan tanah hasil pelapukan bahan-bahan organik dan mengandung banyak bahan organik. Biasanya bersifat subur. Tanah jenis ini dibagi empat, yaitu:

1. Tanah Humus, merupakan tanah hasil pembusukan bahan-bahan organik dan bersifat sangat subur. Tanah humus berwarna kecoklatan dan cocok untuk tanaman kelapa, nanas, dan padi. Tanah jenis ini banyak terdapat di P. Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat, Kalimantan, dan Papua.

2. Tanah Gambut, merupakan tanah hasil pembusukan yang kurang sempurna di daerah yang selalu tergenang air seperti rawa. Tanah ini kurang baik untuk pertanian karena kurang subur dan selalu tergenang air. Tanah gambut banyak terdapat di Kalimantan Barat, pantai timur Sumatra, dan pantai selatan-barat Papua.

3. Andosol: merupakan tanah yang berwarna hitam sampai coklat tua dengan kandungan bahan organik tinggi, remah dan porous, licin (smeary) dan


(14)

reaksi tanah antara 4.5 – 6.5. Horison bawah-permukaan berwarna coklat sampai coklat kekuningan dan kadang dijumpai padas tipis akibat semenatsi silika. Horison A dapat terdiri dari molik atau umbrik yang terdapat diatas horison kambik. Cri lainnya adalah BV rendah (< 85 g/cm3 ) lasifikasi Tanah Indonesia Dian Fiantis (2012) 161 dan kompleks pertukaran didominasi oleh bahan amorf. Tanah ini dijumpai pada daerah dengan bahan induk vulkanis mulai dari pinggiran pantai sampai 3000 m diatas permukaan laut dengan curah hujan yang tinggi serta suhu rendah pada daerah dataran tinggi.

4. Tanah Sawah: disebut juga sebagai ‘paddy soil’ yang mempunyai horison permukaan berwarna pucat karena terjadi reduksi Fe dan Mn akibat genangan air sawah. Senyawa Fe dan Mn akan mengendap dibawah lapisan reduski dan membentuk konkresi dan horison agak memadas. Sifat tanah sawah beragam tergantung dari bahan induk penyusunnya.

c. Tanah Aluvium (Alluvial)

1. Tanah aluvium adalah tanah hasil erosi yang diendapkan di dataran rendah. Ciri-ciri tanah aluvium adalah berwarna kelabu dan subur. Tanah ini cocok untuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa, tembakau, dan buah-buahan. Tanah jenis ini banyak terdapat di Sumatra bagian Timur, Jawa bagian utara, Kalimantan bagian barat dan selatan, serta Papua utara dan selatan. 2. Regur: merupakan tanah yang berwarna kelabu tua sampai hitam, kadar

bahan organik rendah, tekstur liat berat, reaksi tanah netral sampai alkalis. Tanah akan retak-retak jika kering dan lekat jika basah. Bahan induk tanah


(15)

dari marl, shale (napal), berkapur, endapan alluvial atau volkanik. Ditemukan mulai dari muka laut sampai 200 m dengan iklim tropis basah sampai subtropics dengan curah hujan tahunan antara 800 – 2000 mm d. Tanah Podzol

Tanah ini terbentuk akibat pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podzol bercirikan miskin unsur hara, tidak subur, dan berwarna merah sampai kuning. Merupakan tanah dengan bahan organik cukup tinggi yang terdapat diatas lapisan berpasir yang mengalami pencucian dan berawrna kelabu pucat atau terang. Dibawah horison berpasir terdapat horison iluviasi berwarna coklat tua sampai kemerahan akibat adanya iluviasi bahan organik dengan oksida besi dan alumunium. Tanah ini berkembang dari bahan induk endapan yang mengandung silika , batu pasir atau tufa volkanik masam. Tanah dijumpai mulai dari permukaan laut sampai 2000 m dengan curah hujan 2500 – 3500 mm/tahun Tanah ini baik untuk tanaman kelapa dan jambu mete. Tanah podzol banyak dijumpai di daerah pegunungan tinggi Sumatra, Jabar, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan Papua.

e. Tanah Laterit

Tanah laterit adala tanah hasil ‘pencucian’ sehingga kurang subur, kehilangan unsur hara, dan tandus. Tanah ini awalnya subur namun karena zat haranya dilarutkan oleh air maka menjadi tidak subur. Warna tanah ini kekuningan sampai merah. Tanah ini baik untuk kelapa dan jambu mete. Tanah jenis ini banyak terdapat di Jawa Tengah, Lampung, Jabar, Kal-Bar, dan Sulawesi Tenggara.


(16)

f. Tanah Litosol

Tanah litosol adalah tanah hasil pelapukan batuan beku dan batuan sedimen yang baru terbentuk sehingga butirannya besar. Ciri-ciri tanah ini yaitu miskin unsur hara dan mineralnya masih terikat pada butiran yang besar. Tanah litosol kurang subur sehingga hanya cocok bagi tanaman-tanaman besar di hutan. Tanah litosol banya terdapat di P. Sumatra, Jawa Tengah dan Timur, Nusa Tenggara, Maluku selatan, dan Papua.

g. Tanah Kapur

Tanah kapur merupakan hasil pelapukan batuan kapur (gamping). Tanah ini terbagi jadi empat jenis, yakni:

1. Renzina. Tanah ini merupakan hasil pelapukan batuan kapur di daerah dengan curah hujan tinggi. Ciri tanah ini yaitu berwarna hitam dan miskin zat hara. Tanah renzina banyak terdapat di daerah berkapur seperti Gunung Kidul (Yogyakarta).

2. Mediteran, meruapakn hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Warna tanah ini kemerahan sampai coklat. Tanah jenis ini meski kurang subur namun cocok untuk tanaman palawija, jati, tembakau, dan jambu mete.

3. Mediteran Merah Kuning: merupakan tanah yang berkembang dari bahan induk batu kapur dengan kadar bahan organik rendah, kejenuhan basa sedang sampai tinggi, tekstur berat dengan struktur tanah gumpal, reaksi tanah dari agam masam sampai sedikit alkalis (pH 6.0 – 7.5). Dijumpai pada daerah mulai dari muka laut sampai 400 m pada iklim tropis basah


(17)

dengan bulan kering nyata dan curah hujan tahunan antara 800 – 2500 mm.

4. Regur: merupakan tanah yang berwarna kelabu tua sampai hitam, kadar bahan organik rendah, tekstur liat berat, reaksi tanah netral sampai alkalis. Tanah akan retak-retak jika kering dan lekat jika basah. Bahan induk tanah dari marl, shale (napal), berkapur, endapan alluvial atau volkanik. Ditemukan mulai dari muka laut sampai 200 m dengan iklim tropis basah sampai subtropics dengan curah hujan tahunan antara 800 – 2000 mm. h. Podsolik Merah Kuning

Merupakan tanah sangat tercuci yang berwarna abu-abu muda sampai kekuningan pada horison permukaan sedang lapisan bawah berwarna merah atau kuning dengan kadar bahan organik dan kejenuhan basa yang rendah serta reaksi tanah yang masam sampai sangat masam (pH 4.2 – 4.8). Pada horison bawah permukaan terjadi akumulasi liat dengan struktur tanah gumpal dengan permeabilitas rendah. Tanah mempunyai bahan induk batu endapan bersilika, napal, batu pasir dan batu liat. Tanah ini dijumpai pada ketinggian antara 50 – 350 m dengan curah hujan antara 2500 – 3500 mm/tahun.

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam bentuk persentase) fraksi-fraksi pasir, debu, dan liat. Partikel-partikel pasir memiliki luas permukaan yang kecil dibandingkan debu dan liat tetapi ukurannya besar. Semakin banyak ruang pori diantara partikel tanah semakin dapat memperlancar gerakan udara dan air. Luas permukaan debu jauh lebih besar dari permukaan pasir, dimana tingkat pelapukan dan pembebasan unsur hara untuk diserap akar lebih besar dari pasir.


(18)

Tanah yang memiliki kemampuan besar dalam memegang air adalah Fraksi Liat. Tanah disusun dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan halus tanah. Bahan halus tanah dibedakan menjadi: 1. Pasir (sand), yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm. 2. Debu (silt), yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm. 3. Liat (clay), yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm. Partikel berukuran diatas 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai tanah fraksi, tetapi menurut Lal (1979) harus diperhitungankan evaluasi tekstur tanah. Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa (SiO2) yang sangat tahan terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah bertestur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah bertekstur pasir (Masbu Hanimah, 2007).

Besar partikel tanah relative sangat kecil, diistilahkan dengan tekstur. Tekstur menunjukan sifat halus atau kasar butiran-butiran tanah lebih khas lagi tekstur ditentukan oleh perimbangan kandungan antara pasir (sand) liat (clay) dan debu (slit) yang terdapat dalam tanah. Suatu gumpal tanah tidak pernah tersusun hanya oleh satu macam tekstur sendiri. Langkah pertama untuk menentukan tektur tanah dengan cara menganalisis fraksifraksi (butiran-butiran tanah tersebut). Liat adalah fraksi yang berpengaruh terhadap campuran fraksi lain, dengan ini kata sifat liat dipergunakan dalam nama kelas kebanyakan tanah yang berisikan


(19)

persentase yang lebih besar dari pada yang lain. Untuk menentukan tekstur tanah USDA telah membuat suatu diagram bidang untuk membandingkan persentase fraksi-fraksi liat, debu dan pasir. Diagram tersebut dinamakan segitiga tekstur tanah. Segitiga tersebut adalah segitiga sama sisi dengan titik puncak liat. Kemudian titik sudut debu dan pasir. Titik-titik fraksi tersebut adalah titik-titik kedudukan 100 % fraksi yang bersangkutan ( Suryatna Rafi’1989).

Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan kempuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tektur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman. Tanah bertekstur pasir yaitu tanah dengan kandungan pasir > 70 %, prositasnya rendah ( 35 % kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada diserap dengan energi yang tinggi, sehingga liat sulit dilepaskan terutama bila kering sehingga kurang tersedia untuk tanaman. Tanah liat juga disebut tanah berat karena sulit diolah, tanah berlempung, merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu, dan liata sedemikian rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat. Jadi aerasi dan tata udara serta udara cukup baik, kemampuan menyimpan dan menyediakan air untuk tanaman tinggi. Mineral liat merupakan kristal yang terdiri dari susunan silika tetrahedral dan alumia oktahedral. Didalam tanah selain dari mineral liat, muatan negatif juga berasal dari bahan organik. Muatan negatif ini berasal dari inonisasi hidrogen pada gugusan karboksil atau penolik (Islami dan Utomo, 1995).


(20)

Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan dan kekasaran tanah. Lebih khasnya tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu dan tanah liat. Partikel pasir berukuran relatif lebih besar dan oleh karena itu menunjukan permukaan yang kecil dibandingkan dengan yang ditunjukan oleh partikel-partikel debu dan tanah liat yang berbobot sama. Tanah yang bertekstur kasar dengan 20 % bahan organik atau lebih dan tanah bertekstur halus dengan 30 % bahan organik atau lebih berdasarkan robot mempunyai sifat yang didominasi oleh fraksi organik dan bukanya oleh fraksi mineral. Penentuan tekstur tanah sering perlu bila memerikasa tanah dilapangan, menggunakan metode rasa untuk menentukan tekstur tanah berbagai horizon, polipedon, dan untuk mengindentifikasi tanah dengan seri dan tipe dan untuk membedakan antara tanah tanah yang berbeda langskap. Lempung yang terasa sangat berpasir merupakan lempung berpasir. Tektur tanah menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah. Terdapat perbedaan penting lainya antara pasir, dan liat pada beberapa tanah yang dihubungkan dengan kemampuan tanah tertentu untuk menyediakan element-element tanaman yang esensial (kesuburan tanah). Pada umumnya unsur hara yang esensial dan dapat tersedia sebagai partikel debu, area permukaanya per gram lebih besar, dan tingkat pelapukannya lebih cepat dari pada pasir yang menyebabkan tanah lebih subur dari pada tanah berpasir. Hukum stokes menghubungakan kecepatan penurunan sebatas dari suatu bola yang lunak dan kasar dalam suatu cairan yang kental yang diketahui densitas dan viskositas terhadap diameternya jika dicoba pada kekuatan lapang yang ketahui (Arsy, MacMadd, 2007).


(21)

Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tektur disajikan dalam Gambar 4.1 Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase kandungan pasir, debu dan liat.

Gambar 4.1 Diagram segi tiga tekstur tanah yang dibedakan menjadi 12 klas tektur tanah.

Kelas Tekstur Utama dalam Tanah, yakni:

• Tektur Pasir – Kandungan Pasir > 70%.

Kemampuan untuk menahan air dan hara rendah, aerasi baik, permeabilitas baik dan cepat, serta tidak mengembang dan mengempis.


(22)

• Tektur Liat – Kandungan Liat > 35 %

Kemampuan menahan air dan hara tinggi, aerasi buruk, mempunyai sifat mengembang dan mengempis, dan daya kohesi tinggi.

• Tekstur Lempung – Peralihan.

Kemampuan menahan air dan hara sedang, aerasi sedang, permeabilotas sedang, dan daya kohesi sedang.

Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:

1. Pasir

Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.

2. Pasir Berlempung

Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.

3. Lempung Berpasir

Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.


(23)

Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.

5. Lempung Berdebu

Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.

6. Debu

Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat. 7. Lempung Berliat

Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.

8. Lempung Liat Berpasir

Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.

9. Lempung Liat Berdebu

Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.


(24)

Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.

11. Liat Berdebu

Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.

12. Liat

Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan (Hardjowigeno, 2003).

Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan keruangan partikel-partikel tanah yang bergabung dengan satu dengan yang lain membentuk agregat. Dalam tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok (cluster) yang disebut agregat yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi. Dalam tinjauan edafologi, sejumlah faktor yang berkaitan dengan struktur tanah jauh lebih penting dari sekedar bentuk agregat. Dalam hubungan tanah-tanaman, agihan ukuran pori, stabilitas agregat, kemampuan teragregasi kembali saat kering dan kekerasan (hardness) agregat jauh lebih penting dari ukuran dan bentuk agregat itu sendiri (Suci dan Bambang, 2002).

Istilah struktur tanah merujuk cara butiran-butiran tanah saling mengelompok secara bersama-sama diikat oleh koloida tanah. Tingkat perkembangan struktur tanah ditentukan berdasarkan atas kemantapan dan


(25)

ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain atau saling melekat menjadi satu satuan yang padu dan disebut massive atau pejal. Tanah dengan struktur yang baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah (Hardjowigeno, 2003).

Struktur tanah sangat berpengaruh pada pertumbuhan akar dan bagian tanaman di atas tanah. Apabila tanah padat maka ruang pori tanah berkurang sehingga pertumbuhan akar terbatas yang akhirnya produksi menurun. Struktur tanah berpengaruh kuat terhadap kerapatan isi tanah (Winarso, 2005).

Bentuk dan stabilitas agregat serta persentase tanah yang teragregasi sangat berperan dalam menetukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Tanah yang peka terhadap erosi adalah tanah yang paling rendah persentase agregasinya. Tanah-tanah dengan tingkat agregasi yang tinggi, berstruktur kersai, atau granular tingkat penyerapan airnya lebih tinggi dari pada tanah yang tidak berstruktur atau susunan butir-butir primernya lebih rapat (Meyer dan Harmon, 1984).


(26)

Tekstur tanah, biasa juga disebut besar butir tanah, termasuk salah satu sifat tanah yang paling sering ditetapkan. Hal ini disebabkan karena tekstur tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas, berat volume tanah, luas permukaan spesifik (specific surface), kemudahan tanah memadat (compressibility), dan lain-lain (Hillel, 2004)

Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat, yaitu partikel tanah yang diameter efektifnya ≤ 2 mm. Di dalam analisis tekstur, fraksi bahan organik tidak diperhitungkan. Bahan organik terlebih dahulu didestruksi dengan hidrogen peroksida (H2O2). Tekstur tanah dapat dinilai secara kualitatif dan kuantitatif. Cara kualitatif biasa digunakan surveyor tanah dalam menetapkan kelas tekstur tanah di lapangan. Penetapan tekstur di laboratorium dapat


(27)

dilakukan dengan analisa mekanis. Adapun 2 metode yang sering digunakan untuk menentukan tekstur yaitu :

1. Metode Pipet

2. Metode Hydrometer

Tekstur juga dapat ditetapkan secara kualitatif di lapangan. Cara ini disebut penetapan tekstur dengan perasaan (texture by feel). Hal ini senada diungkapkan oleh (Hardjowigeno, 1995) .

Akan tetapi menurut (Lubis, 1989) Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode feeling yang dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk) dengan memijit tanah basah diantara jari-jari, metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang teliti, dan metode hydrometer atau disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik.

a. Metode pipet.

Salah satu komponen tanah yang paling banyak jumlahnya adalah bahan mineral (kecuali tanah organik). Sifat-sifat bahan mineral sangat menentukan sifat tanah. Oleh karena itu untuk mengetahui sifat-sifat tanah harus diketahui lebih dulu sifat-sifat bahan mineralnya. Salah satu sifat yang paling mendasar adalah


(28)

ukuran partikel dan jumlah atau komposisinya dalam tanah. Untuk menentukan ukuran, jumlah dan komposisi partikel dalam tanah dilakukan analisis mekanik. Setelah diketahui komposisi berbagai ukuran partikel penyusun tanah, maka dapat diketahui sifat-sifatnya : berat atau ringannya tanah, yang disebut dengan tekstur tanah.

Partikel-partikel tanah merupakan butiran tunggal, tetapi dalam tanah biasanya berkelompok sebagai agregat . Untuk menentukan jumlah dan kelompok ukurannya perlu dipisahkan lebih dulu sesuai dengan kekuatan yang mengikatnya, misalnya karena kohesi & adhesi, ikatan elektrostatik atau karena bahan organik. Proses ini mengawali analisis mekanik dan dinamakan sebagai proses dispersi. Cara dispersi ada 3 macam yaitu :

a.1 Menghilangkan ikatan organik dengan cara membakar atau oksidasi, misalnya diberi peroksida (contoh : H2O2).

a.2 Melepaskan ikatan secara mekanik dengan mengocok atau menggetarkan tanah dalam larutan alkalin encer dari Natrium -metafosfat (NaPO4)

a.3 Menghilangkan ion atau senyawa perekat dengan perekasi yang sesuai misalnya Fe dengan dithionit ; CaCO3 dengan HCl, NaOH, Na2CO3, Na2C2O4 (Natrium oksalat), Na4P2O7 (Natrium pirofosfat), Na2PO3 (Calgon), dsb.


(29)

Setelah partikel-partikel tanah terpisah satu sama lain, barulah ditentukan ukuran dan jumlahnya. Prinsip penetapan distribusi ukuran partikel didasarkan pada Hukum Stoke :

b. Metode hidrometer

Pada proses pengamatan untuk meneliti tekstur tanah menggunakan hidrometer harus dilakukan secara teliti.

c. Metode Lapang (feeling)

Dengan cara merasakan tanah dan meraba. Dari hasil tersebut bisa ditafsirjan bagaimana keadaan tekstur tanah tersevut. Biasanya ini lebih subyektif dan belum tentu bisa dijadikan bahan yang pasti dalam pengamatan.

Macam-Macam Struktur tanah dan perbedaanya, yaitu:

1. Struktur tanah berbutir (granular): Agregat yang membulat, biasanya diameternya tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada horizon A.


(30)

2. Kubus (Bloky): Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu vertikal. Jika sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya membulat maka disebut kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya dapat mencapai 10 cm.

3. Lempeng (platy): Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi (deposited).


(31)

4. Prisma: Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu horizontal. Jadi agregat terarah pada sumbu vertikal. Seringkali mempunyai 6 sisi dan diameternya mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada horizon B tanah berliat. Jika bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan membulat disebut kolumner.

Pengaruh konsistensi dalam mengetahui konsistensi tanah maka terdapat berbagai manfaat terutama dalam bidang pertanian, yaitu dapat menentukan cara pengolahan tanah yang baik, dapat menentukan jenis tanaman yangcocok serta dapat mengetahui kadar air dalam tanah.(Guswono,1983)

Makin tinggi tingkat konsistensi tanah maka pengolahan padatanah tersebut akan makin sulit. Sama halnya sebagaimana pengaruhtekstur dan struktur,


(32)

konsistensi tanah juga memengaruhi perakarantanaman, infiltrasi, serta tingkat pengolahan tanah. makin tinggikonsistensi suatu tanah, makin terhambat perakaran suatu tanaman daninfiltrasi air, serta makin sulit pengolahan pada tanah. (Gliessman,2000).

Dalam pengamatan warna dan tekstur tanah, didapatkan bahwa tanah Inceptisol berwarna dark brown dan bertekstur lempung berdebu, tanah Entisol berwarna dark brown dan bertekstur lempung berliat, tanah Andisol berwarna very duxy red dan bertekstur lempung berliat, tanah Ultisol berwarna yellowish brown dan bertekstur liat berpasir, dan tanah Vertisol berwarna very dark grey dan bertekstur liat.

Dalam pengamatan struktur tanah, didapatkan bahwa Inseptisol bertipe remah, kelasnya kasar, dan derajat cukupan. Tanah Entisol bertipe gumpal, kelasnya halus, dan berderajat cukupan. Tanah Andisol bertipe gumpal, kelasnya sedang, dan berderajat cukupan. Tanah Ultisol bertipe remah, kelasnya kasar, dan berderajat cukupan. Tanah Vertisol bertipe gumpal, kelasnya sangat halus, dan berderajat kuat.

Dalam pengamatan konsistensi, tanah Inseptisol kelekatannya ss atau agak lekat, keliatannya po (tidak plastis), konsistensi lembabnya vf (sangat gembur), dan konsistensi keringnya s (lunak). Tanah Entisol kelekatannya ss atau agak lekat, keliatannya ps (agak plastis), konsistensi lembabnya f (gembur), dan konsistensi keringnya sh (agak keras). Tanah Andisol kelekatannya so (tak lekat), keliatannya po (tidak plastis) , dan konsistensi lembabnya vf (sangat gembur),


(33)

serta konsitensi keringnya sh (agak keras). Tanah Ultisol kelekatannya ss atau agak lekat, keliatannya po (tidak plastis), konsistensi lembabnya f (gembur, dan konsistensi keringnya h (keras). Tanah Vertisol kelekatannya vs atau bisa dibilang sangat lekat, keliatannya vp ( sangat plastis ), konsistensi lembabnya vt (sangat teguh), dan konsistensi keringnya pada tanah Vertisol adalah sh (agak keras).

Tanah Inceptisol memiliki tekstur yang beragam tergantung tingkat pelapukan batu induknya. Kesuburan tanah Inceptisol rendah sehingga tidak begitu baik untuk ditanam. Tanah Entisol berwaran keabu hingga kuning dan bertekstur dari kelabu hingga kuning serta konsistensinya gembur. Tanah Ultisol berkosistensi teguh dan bertekstur halus (Alexandra, 2001)


(34)

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Warna dasar dari masing-masing tanah adalah: a. Inceptisol = dark brown

b. Entisol = dark rown c. Andisol = very duxy red d. Ultisol = yellowish red e. Vertisol = very dark grey

2. Tekstur tanah dari masing-masing tanah adalah: a. Inceptisol = lempung berdebu

b. Entisol = lempung berliat c. Andisol = lempung berpasir d. Ultisol = liat berpasir e. Vertisol = liat

3. Struktut tanah dari masing-masing tanah dengan urutan tipe, kelas, dan derajat adalah:

a. Inceptisol = remah, halus, cukupan b. Entisol = gumpal, halus, cukupan c. Andisol = gumpal, sedang, cukupan d. Ultisol = remah, kasar, cukupan e. Vertisol = gumpal, sangat halus, kuat

4. Konsistensi tanah dari masing-masing tanah dengan urutan kelekatan, keliatan, konsistensi lembab, dan konsistensi kering adalah:

a. Inceptisol = vs, vp, vt, sh b. Entisol = ss, ps, f, sh c. Andisol = so, po, vf, sh d. Ultisol = ss, po, f, h e. Vertisol = vs, vp, vt, sh A. Saran

Pengamatan dalam praktikum ini perlu ketelitian dan keahlian dalam menentukan warna tanah dengan buku Munsell Soil Color Chart. Dalam menentukan tekstur, struktur, dan konsistensi pun memerlukan perasaan dalam merasakan kasar halusnya tanah. Dalam


(35)

menentukan konsistensi lembab dan basah juga diperlukan ketelitian dalam menentukan air untuk membasahi tanahnya. Selain itu dalam peralatan praktikum perlu diperbaharui agar bisa menunjang praktikan dalam melaksanakan praktikum, dan semoga cepat direalisasikan agar hasilnya maksimal.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Fahmuddin, Yusrial, Sutono. 2011. “Penetapan Tekstur Tanah”. Jurnal Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Perencanaan Sumber Daya Lahan. Hlm 43-45.

Alexandra. 2001. Incubation Experiments on Net Nmineralization in Sandy Soils of Northern Greece. Procceeding of 17th World Congress on Soil Science 14-21 August 2002 in Bangkok, Thailand. 8p e-Magazine.

Arsy, MacMadd. 2007. Removal N, P, K and Ca by an Onion crop (Allium cepa L) in a silty-clay soil, in a semiarid region of venezuela. Acta horticultura 555: 103-109.

Dudal dan Suparaptoharjo. 1957. Klasifikasi Tanah-Tanah di Indonesia. http://ilearn.unand.ac.id/pluginfile.php/17581/mod_resource/content/1 /Klasifikasi%20Tanah%20Indonesia.pdf Diakses pada tanggal 16 April 2015, Pukul 22.34

Foth, H. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Guswono, Andasa. 1983. Dasar- Dasar Geologi dan Mineralogi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press

Hanifah, Masbu. 2007. KETERSEDIAAN NITROGEN AKIBAT PEMBERIAN BERBAGAI JENIS KOMPOS PADA TIGA JENIS TANAH DAN


(37)

EFEKNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.). Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337- 6597

Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. Jakarta: Akasara Press.

. 1995. Ilmu Tanah – Edisi Kedua. Jakarta: Akasara Press.

. 2003. Ilmu Tanah – Edisi Ketiga. Jakarta: Akasara Press.

Hillel. 2004. Sanchez. 1984. “Biological Management of Tropical Soil Fertility for Sustained Productivity”. Nature and Resources Journal International. 20(4): 2-20.

Islami dan Utomo. 1995. Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian Di Lahan Pasir Pantai Samas Yogyakarta. Ilmu Pertanian 12(2): 140-151.

Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Bombay: Tata Mc Graw-Hill Publishingn Company Ltd.

Kurniawan, Firman. 2012. “Mengenal Tanah sebagai Media Tanam”. Article from Bogor Agricultural University. Hlm 3-5.

Lal, TansioMc. 1979. “Validating the use of caesium-137 measurement to estimate soil erosion rates in a small drainage basin in Calabria, southern Italy “, Jour.of Hyd., 248, p 93-108.

Lubis. 1989. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.

Maslul, Martanadinata. 2003. Pengantar ke Ilmu – Ilmu Pertanian. Jakarta : Litera Antarnusa.


(38)

Meyer dan Harmon. 1984. Soil Organic Mater, Its Nature Its Role In Soil Formstion and In Soil Ferytility, Translated by T.Z. Novakowsky and A.C.D Newman. Oxford: Pergemon Press.

Rafi, Suryana. 1989. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Medan: USU Press. Suci dan Bambang. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi Keempat. Nanggroe

Aceh Darussalam. Universitas Syah Kuala.

Winarso dan Syukur, A. 2005. Pengaruh Pemberian Bahan Organik terhadap Sifat-Sifat Tanah dan Pertumbuhan Caisin di Tanah Pasir Pantai. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan 5(1): 30-38.

Tan, Kim. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Bandung: Balai Penelitian Teh

dan Kina.

Zapata,F. 2002. ”Handbook for the assessment of soil erosion and sedimentology using environmental radionuclide ", Joint FAO/IAEA Division, IAEA, Vienna, Austria , p 97 - 106.


(1)

serta konsitensi keringnya sh (agak keras). Tanah Ultisol kelekatannya ss atau agak lekat, keliatannya po (tidak plastis), konsistensi lembabnya f (gembur, dan konsistensi keringnya h (keras). Tanah Vertisol kelekatannya vs atau bisa dibilang sangat lekat, keliatannya vp ( sangat plastis ), konsistensi lembabnya vt (sangat teguh), dan konsistensi keringnya pada tanah Vertisol adalah sh (agak keras).

Tanah Inceptisol memiliki tekstur yang beragam tergantung tingkat pelapukan batu induknya. Kesuburan tanah Inceptisol rendah sehingga tidak begitu baik untuk ditanam. Tanah Entisol berwaran keabu hingga kuning dan bertekstur dari kelabu hingga kuning serta konsistensinya gembur. Tanah Ultisol berkosistensi teguh dan bertekstur halus (Alexandra, 2001)


(2)

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Warna dasar dari masing-masing tanah adalah: a. Inceptisol = dark brown

b. Entisol = dark rown c. Andisol = very duxy red d. Ultisol = yellowish red e. Vertisol = very dark grey

2. Tekstur tanah dari masing-masing tanah adalah: a. Inceptisol = lempung berdebu

b. Entisol = lempung berliat c. Andisol = lempung berpasir d. Ultisol = liat berpasir e. Vertisol = liat

3. Struktut tanah dari masing-masing tanah dengan urutan tipe, kelas, dan derajat adalah:

a. Inceptisol = remah, halus, cukupan b. Entisol = gumpal, halus, cukupan c. Andisol = gumpal, sedang, cukupan d. Ultisol = remah, kasar, cukupan e. Vertisol = gumpal, sangat halus, kuat

4. Konsistensi tanah dari masing-masing tanah dengan urutan kelekatan, keliatan, konsistensi lembab, dan konsistensi kering adalah:

a. Inceptisol = vs, vp, vt, sh b. Entisol = ss, ps, f, sh c. Andisol = so, po, vf, sh d. Ultisol = ss, po, f, h e. Vertisol = vs, vp, vt, sh A. Saran

Pengamatan dalam praktikum ini perlu ketelitian dan keahlian dalam menentukan warna tanah dengan buku Munsell Soil Color Chart. Dalam menentukan tekstur, struktur, dan konsistensi pun memerlukan perasaan dalam merasakan kasar halusnya tanah. Dalam


(3)

menentukan konsistensi lembab dan basah juga diperlukan ketelitian dalam menentukan air untuk membasahi tanahnya. Selain itu dalam peralatan praktikum perlu diperbaharui agar bisa menunjang praktikan dalam melaksanakan praktikum, dan semoga cepat direalisasikan agar hasilnya maksimal.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Fahmuddin, Yusrial, Sutono. 2011. “Penetapan Tekstur Tanah”. Jurnal Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Perencanaan Sumber Daya Lahan. Hlm 43-45.

Alexandra. 2001. Incubation Experiments on Net Nmineralization in Sandy Soils of Northern Greece. Procceeding of 17th World Congress on Soil Science 14-21 August 2002 in Bangkok, Thailand. 8p e-Magazine.

Arsy, MacMadd. 2007. Removal N, P, K and Ca by an Onion crop (Allium cepa L) in a silty-clay soil, in a semiarid region of venezuela. Acta horticultura 555: 103-109.

Dudal dan Suparaptoharjo. 1957. Klasifikasi Tanah-Tanah di Indonesia.

http://ilearn.unand.ac.id/pluginfile.php/17581/mod_resource/content/1 /Klasifikasi%20Tanah%20Indonesia.pdf Diakses pada tanggal 16 April 2015, Pukul 22.34

Foth, H. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Guswono, Andasa. 1983. Dasar- Dasar Geologi dan Mineralogi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press

Hanifah, Masbu. 2007. KETERSEDIAAN NITROGEN AKIBAT PEMBERIAN BERBAGAI JENIS KOMPOS PADA TIGA JENIS TANAH DAN


(5)

EFEKNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.). Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337- 6597

Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. Jakarta: Akasara Press.

. 1995. Ilmu Tanah – Edisi Kedua. Jakarta: Akasara Press.

. 2003. Ilmu Tanah – Edisi Ketiga. Jakarta: Akasara Press.

Hillel. 2004. Sanchez. 1984. “Biological Management of Tropical Soil Fertility for Sustained Productivity”. Nature and Resources Journal International. 20(4): 2-20.

Islami dan Utomo. 1995. Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian Di Lahan Pasir Pantai Samas Yogyakarta. Ilmu Pertanian 12(2): 140-151.

Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Bombay: Tata Mc Graw-Hill Publishingn Company Ltd.

Kurniawan, Firman. 2012. “Mengenal Tanah sebagai Media Tanam”. Article from Bogor Agricultural University. Hlm 3-5.

Lal, TansioMc. 1979. “Validating the use of caesium-137 measurement to estimate soil erosion rates in a small drainage basin in Calabria, southern Italy “, Jour.of Hyd., 248, p 93-108.

Lubis. 1989. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.

Maslul, Martanadinata. 2003. Pengantar ke Ilmu – Ilmu Pertanian. Jakarta : Litera Antarnusa.


(6)

Meyer dan Harmon. 1984. Soil Organic Mater, Its Nature Its Role In Soil Formstion and In Soil Ferytility, Translated by T.Z. Novakowsky and A.C.D Newman. Oxford: Pergemon Press.

Rafi, Suryana. 1989. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Medan: USU Press. Suci dan Bambang. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi Keempat. Nanggroe

Aceh Darussalam. Universitas Syah Kuala.

Winarso dan Syukur, A. 2005. Pengaruh Pemberian Bahan Organik terhadap Sifat-Sifat Tanah dan Pertumbuhan Caisin di Tanah Pasir Pantai. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan 5(1): 30-38.

Tan, Kim. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Bandung: Balai Penelitian Teh

dan Kina.

Zapata,F. 2002. ”Handbook for the assessment of soil erosion and sedimentology using environmental radionuclide ", Joint FAO/IAEA Division, IAEA, Vienna, Austria , p 97 - 106.