TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi Petani Dalam Pengelolaan Warisan Budaya Dunia Catur Angga Batukaru.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Budaya sebagaimana dijelaskan oleh UNESCO 2010 dalam pembukaan The Universal Declaration on Cultural Diversity adalah “… serangkaian bagian-bagian spiritual, intelektual, dan ikatan emosional masyarakat atau kelompok sosial yang meliputi selain seni dan sastra, yakni gaya hidup, cara hidup, sistem nilai, tradisi, dan keyanikan yang dianut”. Budaya memberikan solusi bagi kepentingan-kepentingan masyarakat lokal dalam mengawasi pembangunan di suatu wilayah sehingga dapat memberikan hasil maksimal sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat tersebut.Pembangunan dewasa ini telah menerapkan pendekatan pembangunan berkelanjutan dalam pelaksanaannya.Dasar pemikiran dari pendekatan pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada secara bijak. Budaya membentuk hubungan antara manusia dalam kelompok sosialnya dan hubungannya dengan lingkungan disekitarnya yang kemudian akan mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri UNESCO, 2010. Oleh karenanya, budaya harus berperan sebagai pusat dalam strategi pembangunan berkelanjutan. Salah satu upaya yang dilakukan UNESCO dalam memperkenalkan pentingnya budaya dalam pembangunan berkelanjutan adalah dengan memberikan status Warisan Budaya Dunia.Status ini diberikan kepada kawasan-kawasan maupun bentuk-bentuk kebudayaan yang dianggap memiliki nilai luar biasa dan universal Outstanding Universal Value dan terancam hilang atau punah sehingga perlu untuk dilindungi dan dilestarikan.Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO 2010:5 mampu memberikan penghasilan tambahan dari kunjungan wisatawan, penjualan kerajinan tangan, musik, dan produk-produk budaya lokal, termasuk juga memberikan lapangan pekerjaan baru kepada masyarakat setempat. Di Kolumbia misalnya, 650.000 wisatawan memberikan penghasilan ekonomi sebesar USD 800 juta. Sebesar USD 400 juta dari pendapatan Kolombia tersebut berasal dari penjualan kerajinan tangan UNESCO, 2010:8. Di Australia, 15 kawasan yang masuk ke dalam Situs Warisan Budaya Dunia mampu memberikan pendapatan sebesar lebih dari AUSD 12 trilyun dengan lebih dari 40.000 lapangan pekerjaan UNESCO, 2010:8. Stepping Stones for Heritage SSH merupakan sebuah pendekatan berbasis partisipasi masyarakat lokal dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.Pendekatan SSH dilakukan oleh Stepwise Heritage and Tourism di Pulau Lihir di tahun 2007. Pulau Lihir yang terletak di New Ireland, Kepulauan Bismarch, Papua Nugini, merupakan sebuah wilayah yang kaya akan emas. Tahun 1995, Pulau Lihir berubah menjadi pusat pertambangan emas dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat setelah ditandatanganinya perjanjian antara masyarakat Lihir, pemerintah, dan Lihir Management Company LMC Bainton, et al, 2011:88. Akan tetapi, perjanjian yang ditandatangani di tahun 1995 tersebut tidak secara jelas memberikan pembagian hasil pertambangan untuk masyarakat Lihir, serta bagaimana bentuk tanggung jawab dari perusahaan pengelolaan tambang LMC dan Pemerintah Papua Nugini Filler, 1997. Perjanjian tersebut juga tidak memberikan bentuk pengelolaan pelestarian kawasan dan warisan masyarakat Lihir yang akan dilakukan Bainton, et al, 2010:89. Tahun 2007, Stepwise Heritage and Tourism dikontrak oleh Lihir Gold Limited LGL, yang menggantikan LMC di tahun 2005, untuk memfasilitasi workshop pengelolaan pelestarian kawasan dan budaya dengan masyarakat Lihir dan mendokumentasikan hasil yang diperoleh. Stepwise Heritage and Tourism menggunakan pendekatan SSH dan mendapatkan bahwa ada lima hal yang dipercaya oleh masyarakat setempat menjadi dasar dalam pengelolaan pelestarian warisan budaya lokal. Kelima hal tersebut terdiri dari: men’s house institutions, custom law , language , matrilineal clan system , dan leadership . Semuanya dirangkum dalam sebuah Perencanaan Warisan Budaya Lihir yang dijadikan acuan dasar dalam pembuatan kebijakan pengelolaan pelestarian kawasan dan budaya di Pulau Lihir Bainton, et al, 2011. Catur Angga Batukaru merupakan kawasan nominasi Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO yang mencakup areal persawahan yang sangat luas. Sebagai kawasan yang meliputi 20 wilayah subak, dibutuhkan sebuah bentuk perencanaan pengelolaan yang terintegrasi dan menyeluruh antara masyarakat, kelompok subak, dan pemerintah. Masuknya kawasan Catur Angga Batukaru sebagai Situs Warisan Budaya Dunia menarik minat wisatawan baik domestik maupun internasional untuk datang berkunjung.Sebuah perencanaan pengelolaan yang melibatkan gagasan dan partisipasi petani secara langsung dapat menentukan pola pembangunan bagi kawasan Catur Angga Batukaru yang lebih berkelanjutan.

BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN