Role playing sebagai Motode Pembelajaran

10 c. Tuntutan kurikulum bahwa hasil belajar siswa berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor menuntut suatu pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pelaksananaan pembelajaran berpendekatan JAS menunjukkan bahwa penerapan pendekatan JAS dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugroho 2008 menunjukkan bahwa peberapan pendekatan JAS mampu memaksimalkan segala potensi siswa. Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Ngabekti dkk 2006 menunjukkan bahwa pembelajaran materi ekosistem dengan dengan pendekatan JAS dan metode role playing meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dari hasil angket menunjukkan bahwa 63,88 siswa menyatakan sangat senang dengan model pembelajaran yang diterapkan. Penelitian mengenai metode role playing yang dilakukan oleh Priantina 2009 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa secara klasikal untuk dua kelas yang berbeda adalah 80,50 dan 77,78 siswa telah tuntas. Sedangkan aktivitas siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan metode role playing untuk dua kelas yang berbeda adalah 94,4 dan 91,7 siswa aktif. Hasil penelitian yang dilakukan Sukaesih dkk 2008 mengenai model pembelajaran inovatif dengan pendekatan JAS menunjukkan hasil belajar meningkat dengan 67,47 telah memperlihatkan kinerja yang bagus. Penelitian tentang pendekatan JAS juga dilaksanakan oleh Christijanti Marianti 2008 menunjukkan bahwa aktivitas dan motivasi mahasiswa dalam perkuliahan fisiologi hewan dengan hasil positif. Untuk aktivitas mahasiswa datang tepat waktu 98,21, memperhatikan penjelasan dosen dengan tidak mengantuk 97,70, mengobrol dengan teman 3,68, aktif bertanya 15,73 dan menjawab pertanyaan yang dilontaskan oleh dosen sebesar 14,79. Berdasarkan penelitian diatas, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Jelajah Alam Sekitar JAS dan metode role playing menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.

5. Role playing sebagai Motode Pembelajaran

Menurut Yamin 2006 metode bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa 11 melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka memerankan peran terbuka. Metode ini dapat dipergunakan dalam mempraktik isi pelajaran yang baru, mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memerankan sehingga menemukan kemungkinan masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya. Menurut Rustaman dkk 2003 pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah-olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep. Role playing merupakan metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk memainkan peran yang berkaitan dengan pokok kajian yang akan disampaikan, baik topik sosial maupun saineksak Fitzgibbon dan Thomson 1996. Langkah pelaksanaan metode ini meliputi perencanaan, permainan peran dan evaluasi. Tujuan bermain peran Hamalik 2008b yang sesuai dengan jenis belajar adalah sebagai berikut. a. Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan interaktif atau ketrampilan-ketrampilan reaktif. b. Belajar melalui peniruan imitasi. Para siswa pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku aktor dan tingkah laku mereka. c. Balajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari menanggapi perilaku para pemain pemegang peran yang telah ditampilkan. d. Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan. Para peserta dapat memperbaiki ketrampilan-ketrampilan mereka dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya. Bermain peran merupakan salah satu metode pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antar manusia interpersonal relationship, terutama yang menyangkut kehidupan siswa. Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterpretasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran, siswa mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan 12 cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para siswa dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah Sudrajat 2008. Metode bermain peran atau sisiodrama menurut Djamarah dan Zain 2002 mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut : a. Kelebihan metode bermain peran 1 Siswa melatih dirinya utnuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian daya ingatan harus tajam dan tahan lama. 2 Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia. 3 Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. 4 Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik- baiknya. 5 Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya. 6 Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain. b. Kelemahan metode bermain peran 1 Sebagian anak yang tidak ikut bermain drama menjadi kurang kreatif. 2 Banyak memakan waktu. 3 Memerlukan tempat yang cukup luas. 4 Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara para pemain dan tepuk tangan penonton. Bermain peran merupakan jenis permainan yang cukup menyenangkan. Selain siswa harus memerankan peran tertentu, melalui permaian ini siswa juga dapat mengembangkan kemampuan bersosialisasi dengan temennya. Untuk mengetahui 13 dan memahami perannya, sebelumnya siswa harus membaca karakter perannya. Setelah paham, siswa diminta untuk memainkan perannya dalam simulasi bersama temannya. Untuk memperjelas peran seorang siswa, maka perlu apron karton bertuliskan nama peran yang dikalungkan pada siswa sesuai perannya. Menurut Mulyasa 2004 melalui bermain peran dalam pembelajaran diharapkan siswa dapat : a. Mengeksplorasi perasaan-perasaannya b. Memperoleh wawasan tentang sikap, nilai dan persepsinya c. Mengembangkan ketrampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi d. Mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara. Menurut Blatner Blatner 2002 sebelum melakukan permainan peran siswa harus melaksanakan latihan terlebih dahulu. Berikut adalah langkah-langkah dalam pembelajaran dengan metode role playing yaitu : a. Guru menyusunmenyiapkan skenario yang akan ditampilkan b. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 4-5 orang d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan f. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan g. Masing-masing kelompok menyampaikan komentar tentang skenario yang telah diperagakan h. Guru memberikan kesimpulan secara umum i. Evaluasi j. Penutup

6. Materi Sistem Peredaran Darah