PERAN INSPEKTORAT DALAM PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

NEGERI SIPIL (PNS) KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Raydo Deagustama

Salah satu hal yang menjadi penanda kualitas seorang PNS adalah kedisiplinan.

Disiplin menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010

tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan PNS untuk menaati

kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang

undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar

dijatuhi hukuman disiplin. Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung

Nomor 20 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat Kota

Bandar Lampung, Inspektorat berwenang dalam penegakan disiplin PNS di Kota

Bandar Lampung. Berdasarkan hal ini, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan permasalahan sebagai berikut: a) Bagaimanakah peran

Inspektorat dalam penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Bandar

Lampung? b) Apakah faktor penghambat peran Inspektorat dalam penegakan

disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Bandar Lampung? Pendekatan masalah

dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan normatif dan pendekatan

empiris.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) Peran Inspektorat Kota Bandar Lampung

dalam penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah melakukan

pemeriksaaan terhadap PNS di lingkungan pemerintahan Kota Bandar Lampung

yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dengan tingkatan sedang dan berat

berdasarkan laporan dari Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait

dan masyarakat. Hasil pemerikasaan yang dilakukan inspektorat berupa

rekomendasi kepada walikota dalam menentukan jenis hukuman disiplin yang

akan diberikan kepada PNS yang bersangkutan. b) Faktor penghambat Peran

Inspektorat Kota Bandar Lampung dalam penegakan disiplin Pegawai Negeri

Sipil (PNS) adalah adalah koordinasi antara Inspektorat dan instansi lain belum

berjalan dengan baik dan jumlah petugas pengawas inspektorat yang masih

kurang.

Adapun saran yang diajukan peneliti adalah: a) Sebaiknya Inspektorat

mengoptimalkan koordinasi dengan instansi terkait lainnya, yaitu Badan


(2)

Inspektorat

meningkatakan

kembali

pengawasan

terhadap

PNS

guna

melaksanakan penegakan hukum yang lebih ketat terhadap pemberian hukuman

disiplin kepada PNS dimana tidak hanya sebatas penegakan disiplin jam kerja saja

namun mengenai kinerja juga.


(3)

I. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan pemerintahannya menekankan asas desentralisasi yang secara utuh dilaksanakan di daerah kota/kabupaten untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dilakukan menurut prakarsanya sendiri serta didasari oleh aspirasi rakyat sesuai yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Perbedaan mendasar antara pelakanaan otonomi daerah dan era orde baru dengan pelaksanaan otonomi daerah setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 terletak pada azas desentralisasi. Pada masa orde baru penerapan otonomi daerah hanya dengan prinsip nyata dan bertanggung jawab, sedangkan setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 penerapan otonomi daerah menekankan prinsip luas, nyata dan bertanggung jawab.

Otonomi daerah yang menganut prinsip luas, nyata dan bertanggung jawab membutuhkan pemahaman yang tepat terhadap wawasan kebangsaan dimana pemahaman tersebut antara lain sosial budaya, ekonomi, politik, hukum, pertahanan, keamanan, penanaman nilai-nilai kebangsaan serta rasa cinta tanah air.


(4)

Penyelenggaraan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam pelaksanaannya telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Penjelasan umum undang-undang tersebut menyebutkan bahwa prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.

2. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten/kota sedangkan otonomi provinsi merupakan otonomi yang terbatas.

Otonomi daerah pada dasarnya ditujukan untuk lebih mendekatkan pelayanan masyarakat di daerah sesuai kebutuhannya, sehingga dengan demikian pemerintah daerah mempunyai keleluasaan untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Pada hakekatnya semangat otonomi harus tercermin dalam pengelolaan keuangan daerah, mulai dari proses perencanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi seluruh fungsi-fungsi pemerintah yang telah didesentralisasikan.

Dengan demikian pemerintah pusat beralih lebih menjadi fasilitator, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dapat berperan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah dan ini berarti bahwa kewenangan serta tanggungjawab yang diemban oleh pemerintah daerah juga akan bertambah banyak.


(5)

Otonomi daerah memiliki implikasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Perubahan paradigma ini membawa konsekuensi bagi pemerintah. Untuk mewujudkan otonomi daerah dan desentralisasi yang luas, nyata dan bertanggungjawab diperlukan pengawasan terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pengawasan ini salah satunya berbentuk pengawasan intern yang dilakukan oleh inspektorat.

Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai, melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pengawasan, pemerintah dapat menerapkan sanksi kepada penyelenggaraan pemerintahan daerah apabila diketemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran.

Pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan dengan tetap memperhatikan asas sentralisasi dan desentralisasi secara bersama-sama, dengan


(6)

penekanan yang bergeser secara dinamis dari waktu ke waktu dengan penjaminan eksistensi sistem pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah oleh Pemerintah dan Penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Sampai saat ini, rendahnya disiplin pegawai negeri sipil masih mendapatkan sorotan dari berbagai pihak, baik intenal pemerintahan maupun dari masyarakat melalui berbagai lembaga swadaya masyarakat. Hal ini karena, rendahnya disiplin PNS telah berakibat langsung kepada kualitas pelayanan publik dari instansi pemerintahan.

Kesuksesan suatu unit kerja dalam proses pencapaian tujuannya selain ditentukan oleh mutu profesionalitas juga ditentukan oleh disiplin aparatur. Bagi PNS, disiplin meliputi unsur-unsur ketaatan, kesetiaan, kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kesanggupan berkorban, dalam arti mengorbankan kepentingan pribadi dan golongannya untuk kepentingan negara dan masyarakat. Keluhan masyarakat atas pelayanan yang lambat karena petugas yang tidak berada di tempat pada saat jam kerja, pelayanan yang tidak maksimal dan terkesan lambat karena petugas yang bekerja tidak profesional, berkas yang hilang karena kelalaian petugas, merupakan keluhan yang lumrah terhadap rendahnya kualitas kinerja PNS dalam melakukan pelayanan publik. Ini semua merupakan gejala rendahnya disiplin PNS.

Salah satu masalah pokok yang dihadapi dalam urusan birokrasi, yakni pertumbuhan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tumbuh sangat pesat dari tahun ke tahun dan tidak diimbangi dengan kualitas yang baik. Salah satu hal yang menjadi penanda kualitas seorang PNS adalah kedisiplinan. Disiplin menurut Pasal 1 ayat


(7)

(1) Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

Sementara itu, Pasal 1 ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. Salah satu kewajiban seorang PNS menurut Pasal 3 ayat (11) Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 adalah masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja.

Lembaga pengawasan internal pemerintah dalam lingkungan pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota adalah Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Inspektorat adalah lembaga perangkat daerah yang mempunyai tugas membantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pengawasan dalam wilayah dan jajaran pemerintah, yang secara organisatoris dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bertanggungjawab kepada kepala daerah (gubernur, bupati/walikota).

Pengawasan penyelenggaraan pemerintahan di Kota Bandar Lampung dilakukan oleh Inspektorat Kota Bandar Lampung. Inspektorat Kota Bandar Lampung memiliki tugas untuk melaksanakan pengawasan pemerintah daerah. Hal tersebut guna mewujudkan good governance yang menjadi tuntutan utama dari masyarakat. Semakin tingginya tuntutan masyarakat mengharuskan Inspektorat


(8)

semakin meningkatkan kemampuan dan profesionalisme Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP). Pengawasan dari Inspektorat tersebut masih lemah terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan pemerintahan kota, karena kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) saat ini terlihat santai karena tidak diawasi. Padahal kewajiban Pegawai Negeri Sipil (PNS) yakni bekerja dengan baik dan memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan oleh Inspektorat Kota Bandar Lampung selama ini telah dilakukan, namun target yang ingin dicapai dari kinerja badan ini bertolak belakang dan masih belum mencapai tujuan yang diinginkan, kenyataan bahwa masih banyak terdapat berbagai bentuk pelanggaran disiplin yang dilakukan PNS di lingkungan pemerintahan Kota Bandar Lampung. merupakan bukti yang riil masih kurangnya pembinaan dan pengawasan, baik yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional yang bersangkutan maupun yang dilakukan oleh pimpinan/atasan langsung.

Anggapan ini barangkali ada benarnya, karena banyak penyimpangan dan kejanggalan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang terindikasi merugikan kepentingan masyarakat luas belum (tidak) tertangani dan teratasi dengan baik. Hal itu menunjukan, bahwa pengawasan terhadap disiplin PNS di lingkungan pemerintahan Kota Bandar Lampung belum terlaksana dengan optimal.

Optimalisasi pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah belum terlaksana sebagaimana seharusnya, selain karena faktor-faktor tersebut di atas, juga disebabkan oleh beberapa faktor lain, di antaranya faktor ketersedian sumber daya manusia, faktor anggaran, dan faktor komitmen (political will)


(9)

gubernur, bupati/walikota selaku atasan langsung yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan kedudukan Inspektorat yang demikian, maka independensi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan akan sulit dilakukan. Karena dengan posisi yang demikian, pengaruh dan intervensi dari kepala daerah tidak dapat dihindari, sehingga terkesan bahwa inspektorat merupakan perangkat daerah yang dibentuk untuk melengkapi syarat formal kelembagaan perangkat daerah, yang dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan terkesan lebih melindungi dan mengamankan kebijakan dan kepentingan pribadi kepala daerah daripada melaksanakan pemerintahan daerah di bidang pengawasan.

Komitmen kepala daerah sangat penting dan menentukan untuk mewujudkan optimalisasi fungsi pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah, karena secara organisatoris Inspektorat provinsi, kabupaten/kota adalah lembaga perangkat daerah yang dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan bertanggungjawab kepada kepala daerah. Sehingga akan sulit bagi Inspektorat provinsi, kabupaten/kota untuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan dengan optimal apabila tidak didukung oleh kepala daerah.

Peringatan dan pembinaan yang dilakukan oleh atasan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersangkutan tidak membuat efek jera, barulah setelah itu dapat dilaporkan ke inspektorat. Sedangkan untuk pelanggaran berat, seperti indikasi korupsi yang ditangani langsung oleh Inspektorat, itu pun setelah ada laporan dari kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).


(10)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Peran Inspektorat Dalam Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Bandar Lampung”.

1. 2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. 2. 1 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah peran Inspektorat dalam penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Bandar Lampung?

b. Apakah faktor penghambat peran Inspektorat dalam penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Bandar Lampung?

1. 2. 2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah kajian bidang Hukum Administrasi Negara mengenai peran Inspektorat dalam penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Bandar Lampung.

1. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. 3. 1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui dan menganalisis peran Inspektorat dalam penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kota Bandar Lampung.


(11)

b. Mengetahui dan menganalisis faktor penghambat peran Inspektorat dalam penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kota Bandar Lampung.

1. 3. 2 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, kegunaan penelitian ini adalah: a. Kegunaan teoritis, yaitu sebagai upaya pengembangan wawasan pemahaman

di bidang ilmu Hukum Administrasi Negara mengenai peran Inspektorat dalam penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kota Bandar Lampung.

b. Kegunaan praktis, yaitu menambah pengetahuan penulis dan pembaca serta sebagai sumber informasi bagi para penentu kebijakan dalam pemerintahan ataupun rekan-rekan mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian dalam bidang yang sama.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengertian Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. Peran adalah suatu pola sikap, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang yang berdasarkan posisinya di masyarakat. Posisi ini merupakan identifikasi dari status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial dan merupakan perwujudan aktualisasi diri. Peran juga diartikan sebagai serangkaian prilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu dalam berbagai kelompok sosial. Peran merupakan salah satu komponen dari konsep diri.

Menurut Soerjono Soekanto, peran adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan perilaku, pada kedudukan-kedudukan tertentu dalam masyarakat, kedudukan dimana dapat dimiliki pribadi atau kelompok-kelompok (Soerjono Soekanto, 1982: 60). Istilah peran sering diucapkan banyak orang. Kata peran dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Atau peran dikaitkan dengan apa yang dimainkan oleh seorang aktor dalam suatu drama. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat tingkah yang


(13)

diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 854).

2. 2 Pengawasan

2. 2. 1 Pengertian Pengawasan

Pengawasan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting agar pekerjaan maupun tugas yang dibebankan kepada aparat pelaksana terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan (Nurmayani, 2009: 81). Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sondang P. Siagian yang menyatakan pengawasan adalah suatu proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang P. Siagian, 1980: 135). Menurut Sujamto, pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak (Sujamto, 1983: 17). Pengertian pengawasan tersebut menekankan pada suatu proses pengawasan yang berjalan secara sistematis sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Soekarno K. yang menyatakan bahwa pengawasan adalah proses yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana (Nurmayani, 2009: 82). Hal ini dipertegas kembali oleh T. Hani Handoko yang menyatakan bahwa


(14)

pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai (T. Hani Handoko, 1984: 354).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, penulis sepaham dengan pengertian pengawasan yang diungkapkan oleh Sondang P. Siagian karena pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya. Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna pula sebagai pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan


(15)

rencana dan peraturan atau suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya. Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai sebagai proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan atau diperintahkan.

Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan terjadinya kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri.

Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external control). Di samping mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control). Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:


(16)

b. menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;

c. mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana. 2. 2. 2 Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan adalah suatu kegiatan yang dijalankan oleh pimpinan ataupun suatu badan dalam mengamati, membandingkan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepada aparat pelaksana dengan standar yang telah ditetapkan guna mempertebal rasa tanggung jawab untuk mencegah penyimpangan dan memperbaiki kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan (Nurmayani, 2009: 82). Hakekatnya setiap kebijaksanaan yang dilakukan oleh pimpinan suatu badan mempunyai fungsi tertentu yang diharapkan dapat terlaksana, sejalan dengan tujuan kebijaksaan tersebut. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan pengawasan pada suatu lingkungan kerja atau suatu organisasi tertentu. Pengawasan yang dilaksanakan mempunyai fungsi sesuai dengan tujuannya. Mengenai hal ini, Soerwarno Handayanigrat menyatakan empat hal yang terkait dengan fungsi pengawasan, yaitu:

a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaannya;

b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan;

c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian, dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan;


(17)

d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan-hambatan dan pemborosan (Nurmayani, 2009: 82).

2. 2. 3 Maksud dan Tujuan Pengawasan

Pengawasan dimaksudkan untuk mencegah atau untuk memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidak-sesuaian, penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan. Pengawasan yang dilakukan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan sehingga dapat terwujud daya guna, hasil guna, dan tepat guna sesuai rencana dan sejalan dengan itu, untuk mencegah secara dini kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan. Dengan demikian, pada prinsipnya pengawasan itu sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga pengawasan itu diadakan dengan maksud sebagai berikut:

a. mengetahui lancar atau tidaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan yang telah direncanakan;

b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat dengan melihat kelemahan-kelemahan, kesulitan-kesulitan dan kegagalan-kegagalan dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru;

c. Mengetahui apakah penggunaan fasilitas pendukung kegiatan telah sesuai dengan rencana atau terarah pada sasaran;

d. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula;


(18)

e. Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan dapatkah diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut, sehingga mendapatkan efisiensi yang besar.

Tujuan pengawasan akan tercapai apabila hasil-hasil pengawasan maupun memperluas dasar untuk pengambilan keputusan setiap pimpinan. Hasil pengawasan juga dapat digunakan sebagai dasar untuk penyempurnaan rencana kegiatan rutin dan rencana berikutnya. Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Sujamto, pengawasan diadakan dengan tujuan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas dan pekerjaan, apakah sesuai dengan semestinya atau tidak (Sujamto, 1986: 115).

2. 2. 4 Jenis-Jenis Pengawasan

Pengawasan dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis, dengan tinjauan dari beberapa segi, antara lain:

a. Pengawasan dari dalam (Internal Control).

Pengawasan dari dalam merupakan pengawasan yang dilakukan oleh Aparat/Unit Pengawasan yang dibentuk di dalam organisasi itu sendiri. b. Pengawasan dari luar organisasi (External Control).

Pengawasan eksternal (external control) merupakan pengawasan yang dilakukan oleh aparat atau unit pengawasan dari luar organisasi.


(19)

Pengawasan Preventif ialah Pengawasan yang dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan. Maksud daripada Pengawasan preventif ini ialah untuk mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan dalam pelaksanaan. Pengawasan preventif dapat dilakukan dengan usaha-usaha sebagai berikut:

a. Menentukan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan sistem prosedur, hubungan dan tata kerjanya.

b. Membuat pedoman sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

c. Menentukan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. d. Mengorganisasikan segala macam kegiatan, penempatan pegawai dan

pembagian pekerjaannya.

e. Menentukan sistem koordinasi, pelaporan dan pemeriksaan.

f. Menetapkan sanksi-sanksi terhadap pejabat yang menyimpang dari peraturan yang telah ditetapkan.

d. Pengawasan Represif.

Pengawasan represif ialah pengawasan yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan. Maksud diadakannya pengawasan repressif ialah untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan pekerjan agar hasilnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan represif ini dapat menggunakan sistem-sistem pengawasan sebagai berikut:

a) Sistem Komperatif


(20)

1. MempeIajari laporan-laporan kemajuan (progress report) dari pelaksanaan pekerjaan, dibandingkan dengan jadwal rencana pelaksanaan.

2. Membandingkan laporan-laporan hasil pelaksanaan pekerjaan dengan rencana yang telah diputuskan sebelumnya.

3. Mengadakan analisa terhadap perbedaan-perbedaan tersebut, termasuk faktor lingkungan yang mempengaruhinya.

4. Memberikan penilaian terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan, termasuk para penanggung jawabnya.

5. Mengambil keputusan atas usaha perbaikan atau penyempurnaannya. b) Sistem verifikatif

Pengawasan dengan sistem verifikatif dilakukan dengan cara, yaitu: 1. Menentukan ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan

prosedur pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut harus dibuat laporan secara periodik atau secara khusus.

2. Mempelajari laporan untuk mengetahui perkembangan dari hasil pelaksanaannya.

3. Mengadakan penilaian terhadap hasil pelaksanaannya. 4. Memutuskan tindakan perbaikan atau penyempurnaan. c) Sistem inspektif.

Sistem inspektif dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dari suatu laporan yang dibuat oleh para petugas pelaksanaannya. Dalam pemeriksaan di tempat (on the spot inspection) instruksi-instruksi diberikan dalam rangka perbaikan dan pe-nyempurnaan pekerjaan.


(21)

d) Sistem investigatif

Sistem ini lebih menitikberatkan terhadap penyelidikan atau penelitian yang lebih mendalam terhadap sesuatu masalah yang bersifat negatif. 2. 2. 5 Prinsip dan Syarat Pengawasan

Dalam pengawasan terdapat prinsip-prinsip yang harus dilakukan. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

a. Pengawasan harus berorientasi kepada tujuan organisasi;

b. Pengawasan harus obyektif, jujur, dan mendahulukan kepentingan umum c. Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut

peraturan-peraturan yang berlaku (wetmatigheld);

d. Pengawasan harus menjamin daya dan hasil guna pekerjaan;

e. Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektifi, teliti (accurate) dan tepat;

f. Pengawasan harus bersifat terus-menerus (continue);

g. Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik (feed-back) terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan dan kebijaksanaan waktu yang akan datang.

Syarat-syarat daripada Pengawasan umum dapat dipergunakan sebagai berikut: a. Menentukan standar pengawasan yang baik dan dapat dilaksanakan;

b. Menghindarkan adanya tekanan atau paksaan yang menyebabkan penyimpangan dari tujuan pengawasan itu sendiri;

c. Melakukan koreksi rencana yang dapat digunakan untuk mengadakan per-baikan serta penyempurnaan rencana yang akan datang.


(22)

Sesuai dengan keterangan tersebut di atas, maka beberapa cara yang baik dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang diawasi agar memberikan keterangan-keterangan yang jelas dan ikut serta memecahkan hal-hal yang mempengaruhinya;

b. Pengakuan atas hasil/nilai manusia yang telah dilakukannya (hasil karya manusia), artinya penghargaan atas hasil pekerjaannya;

c. Melakukan suatu kerja sama agar diperoleh saling pengertian, saling percaya mempercayai yang bersifat memberikan pendidikan.

2. 2. 6 Peran Pimpinan Dalam Proses Pengawasan

Pengawasan adalah fungsi pimpinan yang fundamental (pokok). Pimpinan harus mempunyai alat-alat pengawasan dalam hal-hal yang diperlukan, tetapi ia harus menggunakan pertimbangan di dalam pengembangan dan melaksanaannya (penerapannya). Pengawasan dalam arti sebagai fungsi pimpinan bukan dalam arti mendominasi (menguasai) bawahannya, tetapi dalarn arti memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap usaha-usaha daripada bawahannya untuk mencapai hasil-hasil yang dimaksudkan. Syarat-syarat pengawasan efektif yang dapat dilakukan oleh pimpinan, yaitu:

a. Pengawasan harus dihubungkan dengan rencana dan kedudukan seseorang; b. Pengawasan harus dihubungkan dengan individu pimpinan dan pribadinya. c. Pengawasan harus menunjukkan penyimpangan-penyimpangan pada hal-hal

yang penting;

d. Pengawasan harus objektif;


(23)

f. Pengawasan harus hemat;

g. Pengawasan harus membawa tindakan perbaikan (corrective action).

2. 3 Pemerintahan

2. 3. 1 Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan

Pemerintah dan pemerintahan mempunyai pengertian yang berbeda. Pemerintah merujuk kepada organ atau alat perlengkapan, sedangkan pemerintahan menunjukkan bidang tugas atau fungsi. Dalam arti sempit pemerintah hanyalah lembaga eksekutif saja. Sedangkan dalam arti luas, pemerintah mencakup aparatur negara yang meliputi semua organ-organ, badan-badan atau lembaga-lembaga, alat perlengkapan negara yang melaksanakan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan negara. Dengan demikian, pemerintah dalam arti luas adalah semua lembaga negara yang terdiri dari lembaga-lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif.

Dalam arti sempit pemerintahan adalah segala kegiatan, fungsi, tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga eksekutif untuk mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam arti luas adalah segala kegiatan yang terorganisir yang bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar negara, rakyat atau penduduk dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara. Menurut J. Kristiadi, Pemerintahan merupakan kegiatan memerintah yang dilakukan oleh pemerintah yang melakukan kekuasaan memerintah atas nama negara terhadap orang yang diperintah (masyarakat). Sedangkan menurut P.N.H Simanjuntak, pemerintahan merupakan suatu kumpulan kegiatan yang


(24)

diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, tetapi yang dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah (http://carapedia.com/pengertian_definisi_pemerintahan, diakses tanggal 7 April 2012, pukul 15. 30 WIB). Di samping itu, dari segi struktural fungsional pemerintahan dapat didefinisikan pula sebagai suatu sistem struktur dan organisasi dari berbagai macam fungsi yang dilaksanakan atas dasar-dasar tertentu untuk mewujudkan tujuan negara. (Haryanto dkk, 1997: 2-3). Pemerintah dan pemerintahan dibentuk berkaitan dengan pelaksanaan berbagai fungsi yang bersifat operasional dalam rangka pencapaian tujuan negara yang lebih abstrak, dan biasanya ditetapkan secara konstitusional. Berbagai fungsi tersebut dilihat dan dilaksanakan secara berbeda oleh sistem sosial yang berbeda, terutama secara ideologis. Hal tersebut mewujud dalam sistem pemerintahan yang berbeda, dan lebih konkrit terwakili oleh dua kutub ekstrim masing-masing rezim totaliter (sosialis) dan rezim demokratis. Substansi perbedaan keduanya terletak pada perspektif pembagian kekuasaan negara (pemerintah). Pemencaran kekuasaan (dispersed of power), menurut Leslie Lipson, merupakan salah satu dari lima isu besar dalam proses politik (Josef Riwu Kaho, 2001: 1). Pemerintahan daerah merupakan konsekuensi pelaksanaan pemencaran kekuasaan itu.

Berdasarkan pengertian pemerintahan yang telah disampaikan oleh beberapa ahli di atas, penulis sepakat dengan pendapat yang diungkapkan oleh J. Kristiadi karena pengertian yang disampaikan mudah dimengerti dan sesuai dengan perkembangan.


(25)

2. 3. 2 Asas-Asas Pemerintahan yang Layak

Berkenaan dengan ketetapan (beschikking), AAUPL terbagi dalam dua bagian, yaitu asas yang bersifat formal atau prosedural dan asas yang bersifat material atau substansial. Menurut P. Nicolai, “Een onderscheid tussen procedurele en materiele beginselen van behoorlijk bestuur is relevant voor de rechtsbescherming“ (perbedaan antara asas-asas yang bersifat procedural dan material, AAUPL ini penting untuk perlindungan hukum). Asas yang bersifat formal berkenaan dengan prosedur yang harus dipenuhi dalam setiap pembuatan ketetapan, atau asas-asas yang berkaitan dengan cara-cara pengambilan keputusan seperti asas kecermatan, yang menuntut pemerintah untuk mengambil keputusan dengan persiapan yang cermat, dan asas permainan yang layak (fair play beginsel).

Menurut Indroharto, asas-asas yang bersifat formal yaitu asas-asas yang penting artinya dalam rangka mempersiapkan susunan dan motivasi dari suatu beschikking. Jadi, menyangkut segi lahiriah dari beschikking itu, yang meliputi asas-asas yang berkaitan dengan proses persiapan dan proses pembentukan keputusan, dan asas-asas yang berkaitan dengan pertimbangan (motivering) serta susunan keputusan.

Asas-asas yang bersifat material tampak pada isi dari keputusan pemerintah. Termasuk kelompok asas yang bersifat material atau substansial ini adalah asas kepastian hukum, asas persamaan, asas larangan sewenang-wenang, larangan penyalahgunaan kewenangan. SF. Marbun membagi macam-macam AAUPL tersebut adalah sebagai berikut:


(26)

a. Asas kepastian hukum; b. Asas keseimbangan;

c. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan; d. Asas bertindak cermat atau asas kecermatan; e. Asas motivasi untuk setiap keputusan; f. Asas tidak mencampuradukkan kewenangan; g. Asas permainan yang layak (fair play); h. Asas keadilan dan kewajaran;

i. Asas kepercayaan dan menanggapi pengharapan yang wajar; j. Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal;

k. Asas perlindungan atas pandangan atau cara hidup pribadi; l. Asas kebijaksanaan;

m. Penyelenggaraan kepentingan umum.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 disebutkan beberapa asas umum penyelenggaraan negara, yaitu sebagai berikut:

a. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalan negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara.

b. Asas tertib penyelenggaraan negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara.

c. Asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.


(27)

d. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memerhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

e. Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.

f. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

g. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. 4 Inspektorat Daerah

Dalam tata aturan pemerintahan di Indonesia dikenal adanya lembaga Pengawasan Pembangunan, baik pengawasan internal maupun eksternal. Untuk tingkat kementerian dikenal adanya Irjen (Inspektoratral Jendral), sebagai pengawas internal. Sedangkan pengawas eksternal adalah BPK dan BPKP.

Pengawasan internal di Pemerintah Provinsi dan Kabupaten pengawasan internal dilakukan oleh Inspektorat Daerah yang merupakan unsur pengawas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Inspektorat Daerah dipimpin oleh


(28)

Inspektur dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Gubernur atau Bupati dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah, diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atau Bupati sesuai ketentuan/peraturan perundang-undangan.

Inspektorat Daerah mempunyai fungsi perencanaan program pengawasan, perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan, pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan, pemeriksaan serta pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati di bidang pengawasan. Untuk menyelenggarakan fungsi tersebut Inspektorat mempunyai tugas:

a. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan; b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan perekonomian; c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan kesejahteraan sosial; d. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan keuangan dan asset;

dan

e. Melaksanakan kegiatan ketatausahaan.

Inspektorat Daerah sebagai Aparat pengawas internal pemerintah daerah memiliki peran dan posisi yang sangat strategis baik ditinjau dari aspek fungsi-fungsi manajemen maupun dari segi pencapaian visi dan misi serta program-program pemerintah. Dari segi fungsi-fungsi dasar manajemen, inspektorat mempunyai kedudukan yang setara dengan fungsi perencanaan atau fungsi pelaksanaan. Sedangkan dari segi pencapaian visi, misi dan program-program pemerintah, Inspektorat daerah menjadi pilar yang bertugas sebagai pengawas sekaligus


(29)

pengawal dalam pelaksanaan program yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Sebagai pengawas internal, Inspektorat Daerah yang bekerja dalam organisasi pemerintah daerah tugas pokoknya dalam arti yang lain adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak (Kepala Daerah) telah dipatuhi dan berjalan sesuai dengan rencana, menentukan baik atau tidaknya pemeliharaan terhadap kekayaan daerah, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur dan kegiatan pemerintah daerah, serta yang tidak kalah pentingnya adalah menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai Unit/Satuan Kerja sebagai bagian yang integral dalam organisasi Pemerintah Daerah. Dari penjelasan itu dapat dikatakan bahwa Inspektorat Daerah sebagai pengawas internal memiliki karakteristik yang spesifik, dan inspektorat memiliki ciri antara lain adalah:

a. Alat dalam organisasi Pemerintah Daerah yang menjalankan fungsi quality assurance atau penyediaan kualitas pelayanan yang baik;

b. Pengguna laporan pengawas internal adalah top manajemen (Kepala Daerah) dalam organisasi Pemerintah Daerah yang bersangkutan;

c. Dalam pelaksanaan tugas seperti halnya pengawas eksternal dapat menggunakan prosedur pemeriksaan bahkan harus memiliki prosedur yang jelas;

d. Kegiatan pemeriksaan bersifat sebelum dan sepanjang proses kegiatan berlangsung;


(30)

e. Fungsi pemeriksaan yang dilakukan lebih banyak bersifat pembinaan dan dalam praktiknya memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Daerah, ia tidak berwenang untuk menghakimi apalagi menindak.

2. 5 Disiplin Pegawai Negeri Sipil

2. 5. 1 Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah salah satu jenis Kepegawaian Negeri di samping anggota TNI dan Anggota POLRI (Undang-Undang No. 43 Tahun 1999). Pengertian Pegawai Negeri adalah warga negara RI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 43 Tahun 1999).

2. 5. 2 Konsep Profesionalisme Pegawai Negeri Sipil

Konsep profesionalisme Pegawai Negeri Sipil harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menguasai pengetahuan di bidangnya

Selalu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperdalam pengetahuannya dengan tujuan agar dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna. Untuk dapat mengetahui penguasaan pengetahuan di bidangnya dapat ditelusuri melalui:


(31)

Merupakan keinginan dan kesungguhan dari seorang PNS untuk selalu meningkatkan pengetahuannya agar dapat mengikuti perkembangan yang terjadi dalam lingkungan kerjanya.

b. Menguasai bidang tugas

Merupakan bentuk kesadaran dan kesanggupan yang mendorong dari seorang PNS untuk selalu memiliki tekat dan ketekunan dalam melaksanakan tugas pekerjaan.

c. Efektivitas dalam melaksanakan pekerjaan

Merupakan keinginan dari seorang PNS untuk dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna.

2. Komitmen pada kualitas

Sebagai rasa keterikatan untuk selalu meningkatkan kepandaian, kecakapan dan mutu pekerjaan dari seorang PNS agar dapat mendorong kinerja. Untuk dapat mengetahui komitmen pada kualitas dapat ditelusuri melalui:

a. Memiliki kecakapan

Merupakan kepedulian PNS untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.

b. Kesanggupan dalam bekerja

Sebagai rasa keterikatan dalam dirinya terhadap tugas pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik.

c. Selalu meningkatkan mutu kerja

Merupakan keseriusan dari seorang PNS untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar diperoleh hasil kerja yang optimal.


(32)

3. Dedikasi

Sebagai suatu bentuk pengabdian dari seorang PNS atas segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya dalam rangka membantu/melayani masyarakat atau orang lain. Untuk dapat mengetahui dedikasi PNS dapat ditelusuri:

a. Kebanggaan pada pekerjaan

Merupakan perasaan yang ada pada diri seseorang yang dapat menciptakan kepuasan apabila dapat melakukan pekerjaan yang baik. b. Tanggungjawab pada pekerjaan

Merupakan kecenderungan sikap dari seseorang untuk berani mengambil resiko atas pekerjaan yang telah dilakukannya.

c. Mengutamakan pada kepentingan umum

Sebagai kecenderungan sikap dan keinginan yang kuat dari seseorang untuk selalu mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri/golongan.

4. Keinginan untuk membantu

Sebagai suatu sikap seseorang yang mencerminkan kejujuran dan keihlasan dalam bekerja untuk membantu masyarakat. Untuk dapat mengetahui keinginan PNS untuk membantu masyarakat dapat ditelusuri melalui:

a. Kejujuran

Merupakan sikap yang harus dimiliki oleh seorang PNS untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang dibebankan kepadanya.

b. Keihlasan

Merupakan kecenderungan seorang PNS untuk melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya secara tulus.


(33)

Dari teori-teori sebagaimana diuraikan di atas, dapat diketahui bahwa profesionalisme sangat diperlukan di kalangan Pegawai Negeri Sipil, karena profesionalisme sangat berkaitan dengan kompetensi, yang ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan; 2. Komitmen pada kualitas; 3. Dedikasi;

4. Keinginan untuk membantu.

2. 5. 3 Pengertian Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. Bagi PNS yang melakukan pelanggaran disiplin diberikan hukuman disiplin. Mengenai kewajiban dan larangan bagi PNS telah diatur secara jelas dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.


(34)

III. METODE PENELITIAN

3. 1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan normatif dan pendekatan empiris. Pendekatan normatif dimaksudkan sebagai usaha mengadakan pembahasan dengan bertitik tolak kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendekatan empiris dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap kenyataan yang ada di lapangan dalam rangka pelaksanaan peraturan-peraturan yang berlaku, khususnya mengenai peran Inspektorat sebagai pengawas pemerintah dalam penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Bandar Lampung.

3. 2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

a. Data primer adalah data yang bersumber dari hasil studi lapangan yaitu wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dengan penelitian. Wawancara tersebut dilakukan dengan informan dan narasumber, yaitu Zainal Amrin selaku Sekretaris Inspektorat Kota Bandar Lampung;

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka terhadap bahan hukum yang terdiri dari:


(35)

Dari teori-teori sebagaimana diuraikan di atas, dapat diketahui bahwa profesionalisme sangat diperlukan di kalangan Pegawai Negeri Sipil, karena profesionalisme sangat berkaitan dengan kompetensi, yang ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan; 2. Komitmen pada kualitas; 3. Dedikasi;

4. Keinginan untuk membantu.

2. 5. 3 Pengertian Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. Bagi PNS yang melakukan pelanggaran disiplin diberikan hukuman disiplin. Mengenai kewajiban dan larangan bagi PNS telah diatur secara jelas dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.


(36)

3. Dedikasi

Sebagai suatu bentuk pengabdian dari seorang PNS atas segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya dalam rangka membantu/melayani masyarakat atau orang lain. Untuk dapat mengetahui dedikasi PNS dapat ditelusuri:

a. Kebanggaan pada pekerjaan

Merupakan perasaan yang ada pada diri seseorang yang dapat menciptakan kepuasan apabila dapat melakukan pekerjaan yang baik. b. Tanggungjawab pada pekerjaan

Merupakan kecenderungan sikap dari seseorang untuk berani mengambil resiko atas pekerjaan yang telah dilakukannya.

c. Mengutamakan pada kepentingan umum

Sebagai kecenderungan sikap dan keinginan yang kuat dari seseorang untuk selalu mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri/golongan.

4. Keinginan untuk membantu

Sebagai suatu sikap seseorang yang mencerminkan kejujuran dan keihlasan dalam bekerja untuk membantu masyarakat. Untuk dapat mengetahui keinginan PNS untuk membantu masyarakat dapat ditelusuri melalui:

a. Kejujuran

Merupakan sikap yang harus dimiliki oleh seorang PNS untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang dibebankan kepadanya.

b. Keihlasan

Merupakan kecenderungan seorang PNS untuk melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya secara tulus.


(37)

Merupakan keinginan dan kesungguhan dari seorang PNS untuk selalu meningkatkan pengetahuannya agar dapat mengikuti perkembangan yang terjadi dalam lingkungan kerjanya.

b. Menguasai bidang tugas

Merupakan bentuk kesadaran dan kesanggupan yang mendorong dari seorang PNS untuk selalu memiliki tekat dan ketekunan dalam melaksanakan tugas pekerjaan.

c. Efektivitas dalam melaksanakan pekerjaan

Merupakan keinginan dari seorang PNS untuk dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna.

2. Komitmen pada kualitas

Sebagai rasa keterikatan untuk selalu meningkatkan kepandaian, kecakapan dan mutu pekerjaan dari seorang PNS agar dapat mendorong kinerja. Untuk dapat mengetahui komitmen pada kualitas dapat ditelusuri melalui:

a. Memiliki kecakapan

Merupakan kepedulian PNS untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.

b. Kesanggupan dalam bekerja

Sebagai rasa keterikatan dalam dirinya terhadap tugas pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik.

c. Selalu meningkatkan mutu kerja

Merupakan keseriusan dari seorang PNS untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar diperoleh hasil kerja yang optimal.


(38)

e. Fungsi pemeriksaan yang dilakukan lebih banyak bersifat pembinaan dan dalam praktiknya memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Daerah, ia tidak berwenang untuk menghakimi apalagi menindak.

2. 5 Disiplin Pegawai Negeri Sipil

2. 5. 1 Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah salah satu jenis Kepegawaian Negeri di samping anggota TNI dan Anggota POLRI (Undang-Undang No. 43 Tahun 1999). Pengertian Pegawai Negeri adalah warga negara RI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 43 Tahun 1999).

2. 5. 2 Konsep Profesionalisme Pegawai Negeri Sipil

Konsep profesionalisme Pegawai Negeri Sipil harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menguasai pengetahuan di bidangnya

Selalu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperdalam pengetahuannya dengan tujuan agar dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna. Untuk dapat mengetahui penguasaan pengetahuan di bidangnya dapat ditelusuri melalui:


(39)

pengawal dalam pelaksanaan program yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Sebagai pengawas internal, Inspektorat Daerah yang bekerja dalam organisasi pemerintah daerah tugas pokoknya dalam arti yang lain adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak (Kepala Daerah) telah dipatuhi dan berjalan sesuai dengan rencana, menentukan baik atau tidaknya pemeliharaan terhadap kekayaan daerah, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur dan kegiatan pemerintah daerah, serta yang tidak kalah pentingnya adalah menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai Unit/Satuan Kerja sebagai bagian yang integral dalam organisasi Pemerintah Daerah. Dari penjelasan itu dapat dikatakan bahwa Inspektorat Daerah sebagai pengawas internal memiliki karakteristik yang spesifik, dan inspektorat memiliki ciri antara lain adalah:

a. Alat dalam organisasi Pemerintah Daerah yang menjalankan fungsi quality assurance atau penyediaan kualitas pelayanan yang baik;

b. Pengguna laporan pengawas internal adalah top manajemen (Kepala Daerah) dalam organisasi Pemerintah Daerah yang bersangkutan;

c. Dalam pelaksanaan tugas seperti halnya pengawas eksternal dapat menggunakan prosedur pemeriksaan bahkan harus memiliki prosedur yang jelas;

d. Kegiatan pemeriksaan bersifat sebelum dan sepanjang proses kegiatan berlangsung;


(40)

Inspektur dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Gubernur atau Bupati dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah, diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atau Bupati sesuai ketentuan/peraturan perundang-undangan.

Inspektorat Daerah mempunyai fungsi perencanaan program pengawasan, perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan, pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan, pemeriksaan serta pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati di bidang pengawasan. Untuk menyelenggarakan fungsi tersebut Inspektorat mempunyai tugas:

a. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan; b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan perekonomian; c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan kesejahteraan sosial; d. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan keuangan dan asset;

dan

e. Melaksanakan kegiatan ketatausahaan.

Inspektorat Daerah sebagai Aparat pengawas internal pemerintah daerah memiliki peran dan posisi yang sangat strategis baik ditinjau dari aspek fungsi-fungsi manajemen maupun dari segi pencapaian visi dan misi serta program-program pemerintah. Dari segi fungsi-fungsi dasar manajemen, inspektorat mempunyai kedudukan yang setara dengan fungsi perencanaan atau fungsi pelaksanaan. Sedangkan dari segi pencapaian visi, misi dan program-program pemerintah, Inspektorat daerah menjadi pilar yang bertugas sebagai pengawas sekaligus


(41)

d. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memerhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

e. Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.

f. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

g. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. 4 Inspektorat Daerah

Dalam tata aturan pemerintahan di Indonesia dikenal adanya lembaga Pengawasan Pembangunan, baik pengawasan internal maupun eksternal. Untuk tingkat kementerian dikenal adanya Irjen (Inspektoratral Jendral), sebagai pengawas internal. Sedangkan pengawas eksternal adalah BPK dan BPKP.

Pengawasan internal di Pemerintah Provinsi dan Kabupaten pengawasan internal dilakukan oleh Inspektorat Daerah yang merupakan unsur pengawas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Inspektorat Daerah dipimpin oleh


(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Peran Inspektorat Kota Bandar Lampung sebagai pengawas pemerintah dalam penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah melakukan pemeriksaaan terhadap PNS di lingkungan pemerintahan Kota Bandar Lampung yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dengan tingkatan sedang dan berat berdasarkan laporan dari Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait dan masyarakat. Hasil pemerikasaan yang dilakukan inspektorat berupa rekomendasi kepada walikota dalam menentukan jenis hukuman disiplin yang akan diberikan kepada PNS yang bersangkutan. b. Faktor penghambat peran Inspektorat Kota Bandar Lampung sebagai

pengawas pemerintah dalam penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah koordinasi antara Inspektorat dan instansi lain belum berjalan dengan baik danjumlah petugas pengawas inspektorat yang masih kurang.


(43)

5. 2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan:

a. Sebaiknya Inspektorat mengoptimalkan koordinasi dengan instansi terkait lainnya, yaitu Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), sehingga pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PNS dapat diproses dengan cepat dan dapat memberikan efek jera kepada PNS lainnya.

b. Sebaiknya Inspektorat meningkatkan kembali pengawasan terhadap PNS guna melaksanakan penegakan hukum yang lebih ketat terhadap pemberian hukuman disiplin kepada PNS dimana tidak hanya sebatas penegakan disiplin jam kerja saja namun mengenai kinerja juga.


(44)

(Skripsi)

Oleh:

Raydo Deagustama

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(45)

Oleh

Raydo Deagustama

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

pada

Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(46)

Nama Mahasiswa

: Raydo Deagustama

NPM

: 0852 011 174

Program Studi

: Hukum Administrasi Negara

Fakultas

: Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Charles Jackson, S.H., M.H.

Nurul Fajri Oesman, S.H., M. H.

NIP 19551217 198103 1 003

NIP 19600606 198703 2 002

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S. H., M. H.

NIP 19611219 198803 2 002


(47)

1. Tim Penguji

Ketua

: Charles Jackson, S.H., M.H.

Sekretaris/ Anggota

: Nurul Fajri Oesman, S.H., M. H.

Penguji Utama

: Upik Hamidah, S. H., M.H.

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S. H., M. S.

NIP 19621109 198703 1 003


(48)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 14

Desember 1990, yang merupakan putra pertama dari empat

bersaudara pasangan Bapak Drs. Hernadi Zaini (alm) dan Ibu

Dra. Rosita. Penulis menyelesaikan studi di TK Pratama

Antasari pada tahun 1996, SDN 3 Rajabasa lulus pada tahun 2002. Penulis

melanjutkan studi di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung lulus pada tahun 2005,

kemudian SMA Negeri 14 Bandar Lampung lulus pada tahun 2008.

Penulis pada tahun 2008 diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Lampung. Penulis pada tahun 2011 mengikuti kegiatan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bernung, Kecamatan Gedong Tataan,

Kabupaten Pesawaran.


(49)

Jika anda membiarkan diri anda sendiri tidak disiplin dalam hal kecil,

kemungkinan juga anda tidak disiplin dalam hal besar.

(Warren Buffet)

“Perubahan tidak akan datang jika kita menunggu

orang lain atau lain waktu. Diri

kitalah yang ditunggu-

tunggu, diri kitalah perubahan yang kita tunggu.”


(50)

Puji syukur ku ucapkan ke hadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam tak

hentinya kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.

Ku persembahkan karya skripsi ini untuk:

Papa dan Mama tercinta yang dengan penuh pengorbanan memberikan dorongan

moril dan kasih sayang, serta adik-adikku tersayang telah memberikan semangat,

sehingga penulis berhasil menyelesaikan perkuliahan ini.

Semua pamanku, saudara, terimakasih untuk bantuan moril dan materi.

Teman-teman seperjuangan selama masa kuliah yang telah

banyak membantu, baik dalam suka maupun duka.

Para dosen pembimbingku, terima kasih untuk bantuan dan dukungannya

dalam pembuatan skripsi ini.


(51)

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-

Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi dengan judul ”

Peran

Inspektorat Dalam Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Bandar

Lampung

” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Charles Jackson, S.H., M.H. selaku Pembimbing I yang telah sabar

memberi saran dan masukan yang bermanfaat guna perbaikan skripsi ini dan

penyelesaian studi;

2. Bapak Nurul Fajri Oesman, S.H., M. H. selaku Pembimbing II yang telah

membantu memberikan saran dan masukan sehingga penulisan skripsi ini

lebih baik dan bermanfaat;

3. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H.selaku Pembahas I yang telah memberikan

saran dan masukan yang bermanfaat di dalam perkuliahan di Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

4. Ibu Eka Deviani, S.H, M.H. selaku Pembahas II yang yang telah memberi

masukan, bantuan dan motivasi guna perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini;


(52)

Bandar Lampung yang telah membantu dan memberikan informasi yang

berguna dalam penyelesaian skripsi ini;

6. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

7. Ibu Nurmayani, S.H., M.H selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi

Negara;

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas lampung yang telah

memberikan wawasan dan cakrawala pengetahuan ilmu hukum yang sangat

berguna bagi pengembangan wawasan penulis;

9. Terima kasih buat ayahanda Drs. Hernadi Zaini (alm) dan ibunda Dra. Rosita

tercinta atas semua yang telah diberikan, walaupun papa sudah tiada, tapi

abang pasti bisa buktikan sama papa kalau abang bisa jadi apa yang papa

inginkan dan papa banggakan sukses baik di dunia dan di akhirat. Juga buat

Mama tercinta atas semuanya yang telah diberikan, secara materil maupun

moril, sudah terlalu banyak bersabar menghadapi anak-anaknya terutama

abang “you are my everything”

;

10. Terima kasih juga buat adik-adikku Raysa Deagustami, Risky Tripanggala

dan Refani Ilham atas semua dukungan dan bantuannya di segala kondisi baik

suka maupun duka, semuanya sudah kita jalanin bersama-sama;

11. Terima kasih buat keluarga, saudara, keluarga besar, terima kasih atas semua

bantuan, saran, dukungan dan motifasinya;


(53)

dalam menghadapi segalanya;

13. Terima kasih juga buat keluarga besar PERSIKUSI terutama angkatan 2008,

Jelly (alm), Dandi, Anda, Bachrul, Pitoy, Rio, Erik, Riki, Sandy, Berry, Agus,

Ika, Linda, Dea, Adel, Indah, Meriska, Riko, Icol, Ibni, abang-abang senior

dan adik-

adik di persikusi “Keep Solid Guys”

;

14. Terimakasih juga Buat keluarga besar HIMA HAN Angkatan 2008, Iyay

Iqbal, Cikwo Tya, Mona, Jeke, Nadia, Ira, Umi Ines, Bachrul, Gerry, Zikri,

James, Yuda, Raden, Susi, Angga, Bagus Erlangga, Trisna, Siti, Dimas,

Dova, Danu, Andre, Tiara, Adel, Citra, Dira, Queen, Tia, Anday, Aldi,

Meyzon, Tangguh, Ferry, Ersad, Fery P dan kawan-kawan lainnya yang tidak

bisa disebutkan satu persatu atas segala apa yang telah kalian berikan;

15. Terima kasih juga buat temen-temen Law Faculty Agus, Jefri, Emil, Kamal,

Bos Nata, Redo, Bayu, Fikri, Adia, Reja, Ari, Topik, Fadlin, Jaya, Sumantri,

Mars Dian, Adi, Rio komandan, Merwan, Hengky, Ganti, Dery, Herdi,

Kamal,

Pe’I,

Fery, Nizar, Vera, Mami Uci, Tria, Silca, Reza F, Selvi dan

teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas pertemanan

kita selama ini;

16. Terima kasih juga buat teman-teman KKN (Anggi, Defi, Devi, Iyan, Ferly,

Robby, Tama, Iduy) dan keluarga Desa Bernung, Ibu dan Bapak Kadir, Alip,

mas Tyo Pak Kades, Pak Kadus, ibu-ibu kader posyandu dan lainnya atas apa

yang telah kalian berikan selama saya tinggal di sana;


(54)

Edo, Amat, Rully, Iyal, Oot), Road Management (Mas Rully, Bang Alex,

Andi, Bibi), temen-Temen TETRIS (Repong, Ucang, Anis, Dul, MauQ,

Balank, Kudil, Adit, Egi, Papi, Surya), Bang Angga Jendral, Bang Adis, Kak

Deska Davinci, Kak Andi & Iman Beage dan teman-teman lainnya yang tidak

bisa disebutkan satu persatu;

18. Terima kasih juga buat keluarga besar ICIRL (Interisti Club Indonesia

Regional Lampung) Bang Hendra, Bang Achan, Bang Reymond, Bang

Engky, Ajil, Bujang, Oyi, Bembeng, Mushaab, Riko, Galih, Derry, Defri,

Cornel, Adit, Koko, Edi dan temen-temen ICI yang tidak bisa disebutkan satu

persatu yang penting FORZA INTER;

19. Terima kasih juga kepada teman-teman SMA dan teman-teman SMP atas

dukungan dan persahabatannya selama ini;

20. Terima kasih juga yang sebesar-besarnya buat Mas Marlan, Bu Hera, Prop

Misyo, kiyay Apri, Kiyay Basir dan semuanya yang telah banyak membantu

di Fakultas Hukum.

Akhir kata, Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan

tetapi Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Bandar Lampung,

Mei 2012

Penulis


(55)

I. PENDAHULUAN ...

1

1. 1 Latar Belakang ...

1

1. 2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian...

8

1. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...

8

II. TINJAUAN PUSTAKA ...

10

2. 1

Pengertian Peran

...

10

2. 2 Pengawasan

...

11

2. 2. 1 Pengertian Pengawasan...

11

2. 2. 2 Fungsi Pengawasan ...

14

2. 2. 3 Maksud dan Tujuan Pengawasan...

15

2. 2. 4 Jenis-Jenis Pengawasan ...

16

2. 2. 5 Prinsip dan Syarat Pengawasan...

18

2. 2. 6 Peranan Pimpinan Dalam Proses Pengawasan...

20

2. 3 Pemerintahan...

20

2. 3. 1 Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan...

20

2. 3. 2 Asas-Asas Pemerintahan yang Layak ...

22

2. 4 Inspektorat Daerah

...

25

2. 5 Disiplin Pegawai Negeri Sipil...

27

2. 5. 1 Pengertian Pegawai Negeri Sipil...

27

2. 5. 2 Konsep Profesionalisme Pegawai Negeri Sipil...

28

2. 5. 3 Pengertian Disiplin Pegawai Negeri Sipil...

31

III. METODE PENELITIAN ...

32

3. 1 Pendekatan Masalah ...

32

3. 2 Sumber Data ...

32

3. 3 Pengumpulan dan Pengolahan Data ...

33

3. 4 Analisis Data ...

35

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

36

4. 1 Gambaran Umum Inspektorat Kota Bandar Lampung...

36

4. 2 Peran Inspektorat Dalam Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Kota Bandar Lampung ...

38

4. 2. 1 Pengawasan Preventif Oleh Inspektorat Dalam Penegakan Disiplin

Pegawai Negari Sipil ...

40

4. 2. 2 Pengawasan Represif Oleh Inspektorat Dalam Penegakan Disiplin

Pegawai Negari Sipil ...

42

4. 3 Faktor penghambat Peran Inspektorat Dalam Penegakan Disiplin

Pegawai Negeri Sipil Kota Bandar Lampung ...

52


(56)

5. 2 Saran...

56

DAFTAR PUSTAKA ...


(57)

a. Buku:

Atmosudirdjo, Prajudi, 1985.

Dasar-Dasar Ilmu Administrasi

. Ghalia Indonesia,

Jakarta.

Hadjon, Philipus M. 2005.

Pengantar Hukum Administrasi Indonesia

. Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

Handayaningrat, Soearno, 2000.

Pengantar Ilmu Administrasi dan manajemen

.

CV Haji Masagung, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2008.

Metode Penelitian Hukum

. PT Citra Aditya Bakti.

Bandung.

Nurmayani. 2009.

Hukum Administrasi Daerah

. Universitas Lampung, Bandar

Lampung.

Ridwan, H. R. 2002.

Hukum Administrasi Negara

. UII Press, Yogyakarta.

Siagian, P. Sondang, 2001.

Kerangka Dasar Ilmu Administrasi

. Rineka Cipta,

Jakarta.

Sujamto. 1986.

Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan

. Ghalia Indonesia,

Jakarta.

Sunarno, Siswanto. 2006.

Hukum Pemerintahan Daerah

. Sinar Grafika, Jakarta.

Thoha, Miftah. 2008.

Ilmu Administrasi Publik Kontemporer

. Kencana Prenada

Media Group, Jakarta.

Wasistiono, Sadu. 2003.

Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah

.

Penerbit Fokus Media, Jakarta.

b. Peraturan perundang-undangan:


(58)

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri

Sipil

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas

Permendagri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara

Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 20 Tahun 2008 tentang Tugas,

Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat Kota Bandar Lampung


(1)

12. Terima kasih juga buat Adinda Fitri Chitra Amelia yang udah nge”raise” saat sedang “down”, dan atas semua dukungan, masukan, waktu dan saran-saran dalam menghadapi segalanya;

13. Terima kasih juga buat keluarga besar PERSIKUSI terutama angkatan 2008, Jelly (alm), Dandi, Anda, Bachrul, Pitoy, Rio, Erik, Riki, Sandy, Berry, Agus, Ika, Linda, Dea, Adel, Indah, Meriska, Riko, Icol, Ibni, abang-abang senior dan adik-adik di persikusi “Keep Solid Guys”;

14. Terimakasih juga Buat keluarga besar HIMA HAN Angkatan 2008, Iyay Iqbal, Cikwo Tya, Mona, Jeke, Nadia, Ira, Umi Ines, Bachrul, Gerry, Zikri, James, Yuda, Raden, Susi, Angga, Bagus Erlangga, Trisna, Siti, Dimas, Dova, Danu, Andre, Tiara, Adel, Citra, Dira, Queen, Tia, Anday, Aldi, Meyzon, Tangguh, Ferry, Ersad, Fery P dan kawan-kawan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala apa yang telah kalian berikan;

15. Terima kasih juga buat temen-temen Law Faculty Agus, Jefri, Emil, Kamal, Bos Nata, Redo, Bayu, Fikri, Adia, Reja, Ari, Topik, Fadlin, Jaya, Sumantri, Mars Dian, Adi, Rio komandan, Merwan, Hengky, Ganti, Dery, Herdi, Kamal, Pe’I, Fery, Nizar, Vera, Mami Uci, Tria, Silca, Reza F, Selvi dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas pertemanan kita selama ini;

16. Terima kasih juga buat teman-teman KKN (Anggi, Defi, Devi, Iyan, Ferly, Robby, Tama, Iduy) dan keluarga Desa Bernung, Ibu dan Bapak Kadir, Alip, mas Tyo Pak Kades, Pak Kadus, ibu-ibu kader posyandu dan lainnya atas apa yang telah kalian berikan selama saya tinggal di sana;


(2)

17. Terima kasih juga buat temen-temen seperjuangan Bowo, Indra, Aldi, Aim, Vino, Gandol, Erik, Putra, temen-temen CARTOON Band (Bang Wahyu, Edo, Amat, Rully, Iyal, Oot), Road Management (Mas Rully, Bang Alex, Andi, Bibi), temen-Temen TETRIS (Repong, Ucang, Anis, Dul, MauQ, Balank, Kudil, Adit, Egi, Papi, Surya), Bang Angga Jendral, Bang Adis, Kak Deska Davinci, Kak Andi & Iman Beage dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu;

18. Terima kasih juga buat keluarga besar ICIRL (Interisti Club Indonesia Regional Lampung) Bang Hendra, Bang Achan, Bang Reymond, Bang Engky, Ajil, Bujang, Oyi, Bembeng, Mushaab, Riko, Galih, Derry, Defri, Cornel, Adit, Koko, Edi dan temen-temen ICI yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang penting FORZA INTER;

19. Terima kasih juga kepada teman-teman SMA dan teman-teman SMP atas dukungan dan persahabatannya selama ini;

20. Terima kasih juga yang sebesar-besarnya buat Mas Marlan, Bu Hera, Prop Misyo, kiyay Apri, Kiyay Basir dan semuanya yang telah banyak membantu di Fakultas Hukum.

Akhir kata, Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis


(3)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ... 1

1. 1 Latar Belakang ... 1

1. 2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian... 8

1. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2. 1Pengertian Peran... 10

2. 2 Pengawasan... 11

2. 2. 1 Pengertian Pengawasan... 11

2. 2. 2 Fungsi Pengawasan ... 14

2. 2. 3 Maksud dan Tujuan Pengawasan... 15

2. 2. 4 Jenis-Jenis Pengawasan ... 16

2. 2. 5 Prinsip dan Syarat Pengawasan... 18

2. 2. 6 Peranan Pimpinan Dalam Proses Pengawasan... 20

2. 3 Pemerintahan... 20

2. 3. 1 Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan... 20

2. 3. 2 Asas-Asas Pemerintahan yang Layak ... 22

2. 4 Inspektorat Daerah... 25

2. 5 Disiplin Pegawai Negeri Sipil... 27

2. 5. 1 Pengertian Pegawai Negeri Sipil... 27

2. 5. 2 Konsep Profesionalisme Pegawai Negeri Sipil... 28

2. 5. 3 Pengertian Disiplin Pegawai Negeri Sipil... 31

III. METODE PENELITIAN ... 32

3. 1 Pendekatan Masalah ... 32

3. 2 Sumber Data ... 32

3. 3 Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 33

3. 4 Analisis Data ... 35

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 36

4. 1 Gambaran Umum Inspektorat Kota Bandar Lampung... 36

4. 2 Peran Inspektorat Dalam Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil Kota Bandar Lampung ... 38

4. 2. 1 Pengawasan Preventif Oleh Inspektorat Dalam Penegakan Disiplin Pegawai Negari Sipil ... 40

4. 2. 2 Pengawasan Represif Oleh Inspektorat Dalam Penegakan Disiplin Pegawai Negari Sipil ... 42

4. 3 Faktor penghambat Peran Inspektorat Dalam Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil Kota Bandar Lampung ... 52


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55 5. 1 Kesimpulan ... 55 5. 2 Saran... 56 DAFTAR PUSTAKA ...


(5)

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku:

Atmosudirdjo, Prajudi, 1985.Dasar-Dasar Ilmu Administrasi. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Hadjon, Philipus M. 2005.Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Handayaningrat, Soearno, 2000.Pengantar Ilmu Administrasi dan manajemen. CV Haji Masagung, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2008.Metode Penelitian Hukum. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.

Nurmayani. 2009.Hukum Administrasi Daerah. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Ridwan, H. R. 2002.Hukum Administrasi Negara. UII Press, Yogyakarta. Siagian, P. Sondang, 2001.Kerangka Dasar Ilmu Administrasi. Rineka Cipta,

Jakarta.

Sujamto. 1986.Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sunarno, Siswanto. 2006.Hukum Pemerintahan Daerah. Sinar Grafika, Jakarta. Thoha, Miftah. 2008.Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Kencana Prenada

Media Group, Jakarta.

Wasistiono, Sadu. 2003.Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah. Penerbit Fokus Media, Jakarta.

b. Peraturan perundang-undangan:


(6)

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2009 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara

Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 20 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat Kota Bandar Lampung