Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Inspektorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Kota Tening Tinggi Di Tinjau Dari Hukum Administrasi Negara

(1)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

RIRI SOFIRA LUBIS 080200393

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN INSPEKTORAT TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGERA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

RIRI SOFIRA LUBIS 080200393

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

SURIA NINGSIH, SH., M.Hum NIP. 196002141987032002

Pembimbing I Pembimbing II

Suria Ningsih, SH., M.Hum Erna Herlinda, SH., M.Hum NIP. 196002141987032002 NIP. 196705091993032001.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

ABSTRAK

PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN INSPEKTORAT TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Riri Sofira Lubis* Suria Ningsih**

Erna Herlinda***

Pegawai negeri sipil merupakan sumber daya manusia aparatur negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat scara professional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintah dan pembangunan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimana fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh inspektorat terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil. Bagaimana mekanisme pengawasan inspektorat terhadap disiplin pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah Kota Tebing Tinggi. Bagaimana akibat hukum dari pegawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, artinya permasalahan yang ada diteliti berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan.

Fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh inspektorat terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah Inspektorat Kota mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah di bidang pengawasan yang meliputi pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan serta keuangan dan kekayaan daerah. Mekanisme pengawasan inspektorat terhadap disiplin pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah Kota Tebing Tinggi adalah PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dipanggil secara tertulis oleh atasan langsung untuk dilakukan pemeriksaan, kemudian pemanggilan kepada PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dilakukan paling lambat tujuh hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan, selanjutnya apabila ada tanggal yang seharusnya yang bersangkutan diperiksa tidak hadir, maka dilakukan pemanggilan kedua paling lambat tujuh hari kerja sejak tanggal seharusnya yang bersangkutan diperiksa pada pemanggilan pertama. Akibat hukum dari pegawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil, PNS yang melanggar disiplin Inspektorat akan memberikan sanksi berupa teguran secara lisan, teguran tertulis.

Kata Kunci : Fungsi Pengawasan Inspektorat, Disiplin Pegawai Negeri Sipil  * Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I, Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara ***Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum USU


(4)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis sampaikan rasa syukur kehadirat Allah Swt, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi merupakan salah satu persyaratan bagi setiap mahasiswa yang ingin menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Sehubungan dengan itu, disusun skripsi yang berjudul: Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Inspektorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil Dilingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

Dalam menyelesaikan skripsi ini, telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. DR. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Suria Ningsih, SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara dan sekaligus Dosen Pembimbing I penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.


(5)

6. Ibu Erna Herlinda, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II Penulis yang telah memberikan pengarahan dalam proses pengerjaaan skripsi ini. 7. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

yang telah memberikan ilmu khususnya dalam bidang hukum.

8. Kedua orang tua penulis Ayahanda H. Sofinhar Lubis dan Ibunda Hj. Mahrani, SE, Abangda Aidil Syahputra Lubis, ST, Kakanda Rizky Syaputri Lubis, SH, adinda Dina Maulina Lubis, S.Ked dan Nurul Qorina Lubis yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun material sehingga terselesaikanya skripsi ini.

9. Teman-Teman stambuk 2008 yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan sampai selesainya penulisan skripsi ini terutama Zola Sondra Siregar yang tak henti-hentinya mendukung penulis selama ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan. Oleh karena itu penulis meminta maaf kepada pembaca skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan dari penulis. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis sendiri.


(6)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kita semua dan semoga doa yang telah diberikan mendapatkan berkah dari Allah Swt dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan perkembangan hukum di negara Republik Indonesia. Amin.. Ya Robbal Al-amin…

Medan, Maret 2014 Hormat Saya


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Kepustakaan ... 8

F. Metode Penelitian ... 17

G. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II FUNGSI PENGAWASAN YANG DILAKSANAKAN OLEH INSPEKTORAT TERHADAP DISIPIN PEGAWASI NEGERI SIPIL ... 26

A. Pengertian Pengawasan ... 26

B. Tugas dan Wewenang Inspektorat Secara Umum ... 32

C. Disiplin Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 2010 ... 34

BAB III MEKANISME PENGAWASAN INSPEKTORAT TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI ... 42

A. Pegawai Negeri Sipil di Pemerintahan Kota Tebing Tinggi . 42 B. Pengawasan yang Dilakukan oleh Inspektorat terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kota Tebing Tinggi ... 50


(8)

BAB IV AKIBAT HUKUM DARI PENGAWASAN YANG DILAKUKAN OLEH INSPEKTORAT TERHADAP

DISIPLIN PENGAWAI NEGERI SIPIL ... 62

A. Hasil kekuatan dari pengawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil ... 62

B. Prosedur Pemberian Sanksi kepada Pegawai Negeri Sipil Yang Melakukan Pelanggaran Disiplin ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(9)

ABSTRAK

PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN INSPEKTORAT TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Riri Sofira Lubis* Suria Ningsih**

Erna Herlinda***

Pegawai negeri sipil merupakan sumber daya manusia aparatur negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat scara professional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintah dan pembangunan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimana fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh inspektorat terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil. Bagaimana mekanisme pengawasan inspektorat terhadap disiplin pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah Kota Tebing Tinggi. Bagaimana akibat hukum dari pegawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, artinya permasalahan yang ada diteliti berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan.

Fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh inspektorat terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah Inspektorat Kota mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah di bidang pengawasan yang meliputi pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan serta keuangan dan kekayaan daerah. Mekanisme pengawasan inspektorat terhadap disiplin pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah Kota Tebing Tinggi adalah PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dipanggil secara tertulis oleh atasan langsung untuk dilakukan pemeriksaan, kemudian pemanggilan kepada PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dilakukan paling lambat tujuh hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan, selanjutnya apabila ada tanggal yang seharusnya yang bersangkutan diperiksa tidak hadir, maka dilakukan pemanggilan kedua paling lambat tujuh hari kerja sejak tanggal seharusnya yang bersangkutan diperiksa pada pemanggilan pertama. Akibat hukum dari pegawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil, PNS yang melanggar disiplin Inspektorat akan memberikan sanksi berupa teguran secara lisan, teguran tertulis.

Kata Kunci : Fungsi Pengawasan Inspektorat, Disiplin Pegawai Negeri Sipil  * Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I, Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara ***Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum USU


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan sumber daya manusia merupakan salah satu faktor utama yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif merupakan jalan suatu organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, keberhasilan atau kemunduran suatu organisasi tergantung pada keahlian dan keterampilan pegawainya masing-masing yang bekerja didalamnya.

Pegawai negeri sipil merupakan sumber daya manusia aparatur negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat scara professional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintah dan pembangunan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedudukan dan peranan pegawai negeri sipil di Indonesia dirasakan semakin penting untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dalam usaha mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat yang madani yang taat akan hukum, berperadapan modern, demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi. Hal ini ditandai oleh adanya tuntutan bagi masyarakat, akan menunjang terciptanya aparatur pemerintahan yang bersih dan berwibawa, tertib dan teratur dalam menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tuntutan bagi masyarakat itu timbul karena ada sebabnya, yaitu adanya praktek-praktek yang tidak terpuji yang dilakukan oleh aparatur pemerintah umumnya dan


(11)

aparatur pemerintah daerah khususnya. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dikalangan aparatur pemerintah daerah, salah satunya disebabkan oleh kurang efektifnya pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh badan yang ada dalam tubuh pemerintah daerah itu sendiri.1

Dasar hukum yang dijadikan acuan dalam pelaksanan pengawasan adalah mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diperkuat oleh Peraturan Pemerintahan No. 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Keputusan Presiden No. 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Keputusan Menteri No. 41 Tahun 2001 tentang Pengawasan Represif Kebijakan Daerah.

Kedisiplinan pegawai untuk mentaati peraturan jam kerja, dan pelaksanaan tugas yang lainnya masih terkadang diremehkan. Keadaan tersebut disebabkan oleh tingkat kesadaran para pegawai yang tugasnya belum maksimal, sehingga terkadang pegawai lebih mengurus kepentingan pribadi atau golongannya.2

Pimpinan perlu melakukan pengawasan, tanpa pengawasan akan mengakibatkan terjadi penyelewengan-penyelewengan, maka perlu dilakukan pengawasan yang efektif, khususnya yang berkaitan dengan tugas-tugas pokok pemerintahan dan pembangunan, hal ini bertujuan untuk menunjang terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa, dan untuk mewujudkannya, maka perlu diterapkan fungsi pengawasan terhadap kinerja pemerintahan dan pembangunan.

      

1

Victor, M. Situmorang, dan Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat, (Yogyakarta, Rineka Cipta, 1994), hal 28.

2


(12)

Fungsi pengawasan dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaan fungsi manajemen lainnya seperti fungsi perencanaan, pengorganisasian dan penggerakan. Salah satu fungsi pengawasan yang efektif untuk diterapkan adalah pengawasan fungsional, karena setiap gejala penyimpangan akan lebih mudah dan lebih cepat diketahui. Dalam melaksanakan keempat dari fungsi manajemen tersebut secara baik, akan secara otomatis menunjang pencapaian tugas-tugas pokok yang sesuai dengan yang direncanakan.3

Pelaksanaan tugas pokok suatu organisasi, tidak akan tercapai dengan baik alasannya karena faktor pelaksanaan pengawasan belum sesuai dengan yang direncanakan. Pengawasan yang kurang baik akan berdampak terhadap efektivitas pelaksanaan pengawasan yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itulah akan diterapkan petunjuk yang akan dilakukan guna menunjang efektivitas perencanaan pengawasan.4

Pengawasan erat sekali kaitannya dengan perencanaan, yang artinya harus ada sesuatu obyek yang diawasi, jadi pengawasan hanya akan berjalan kalau ada rencana program/kegiatan untuk diawasi. Rencana digunakan sebagai standar untuk mengawasi, sehingga tanpa rencana hanya sekedar meraba-raba. Apabila rencana telah ditetapkan dengan tepat dan memulai pengawasannya begitu rencana dilaksanakan, maka tidak ada hal yang menyimpang. Maksud pengawasan itu dalam rumusan yang sederhana adalah untuk memahami dan menemukan apa yang salah demi perbaikan di masa mendatang. Hal itu sebetulnya sudah disadari oleh semua pihak baik yang mengawasi maupun pihak

      

3

Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, , (Jakarta, edisi revisi, cetakan ketujuh, Ghalia Indonesia, 2006, hal 13

4


(13)

yang diawasi termasuk masyarakat awam. Sedangkan tujuan pengawasan itu adalah untuk meningkatkan pendayagunaan aparatur negara dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan menuju terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean government).

Kantor Inspektorat di Kota Tebing Tinggi yang memiliki fungsi dalam melakukan pengawasan kinerja pemerintahan daerah. Di mana salah satu misi yang ingin dicapai adalah dengan mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan manajemen pemerintahan daerah. Kemudian fungsi lainnya adalah dengan melakukan pengawasan, pemeriksaan, penilaian dan pengusutan atas dua asas, yaitu : Badan Pengawasan Daerah Provinsi sebagai wujud vertikalnya, dan Bupati sebagai sumber penerimaan tugas, sehingga untuk menunjang pelaksanaan tenaga pengawasan maka digunakan tenaga pengawas atau pembantu pengawasan, yang diperlukan penandatanganan dalam surat perintah tugas pemeriksaan dan penilaian. Sedang pengusutan dilakukan sendiri oleh Inspektorat Pemerintah Kota Tebing Tinggi.

Sekretariat Inspektorat Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam upaya menerapkan dan memantapkan pelaksanaan pengawasan fungsional kepada segenap komponen yang ada dalam organisasi lingkup kerjanya untuk memikirkan dan mengemban tugas dan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya agar dapat memberikan nilai kontribusi dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik mungkin. Dengan demikian diharapkan dapat mengendalikan segala bentuk kegiatan kerja sehingga dapat terlaksana sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang telah diberikan.


(14)

Berdasarkan pelaksanaan pengawasan pada Inspektorat Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah, Kota Tebing Tinggi tersebut di atas, maka keberadaan Badan Pengawasan Daerah merupakan instansi vertical dari Badan Pengawasan yang ditugaskan di Kota sebagai aparat pengawasan umum, dimana dalam melakukan pengawasan tugas-tugas secara administratif maupun operasional diperlukan adanya mekanisme kerja, baik sebagai pembantu Walikota dalam pelaksanaan pengawasan maupun kedudukannya sebagai instansi vertical yang bertanggungjawab kepada Inspektorat Daerah kota Tebing Tinggi. Namun permasalahan yang terjadi bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan belum dilakukan secara efektif, alasannya karena pelaksanaan pemeriksaan kinerja pemerintahan selama ini belum sesuai dengan yang direncanakan, di mana dapat dilihat pelaksanaan pengawasan tidak tepat waktu, hal ini disebabkan karena adanya keterlambatan dalam pengumpulan data yang akan digunakan dalam pemeriksaan dan selain itu dalam pemeriksaan belum dapat diputuskan bidang-bidang penyimpangan yang seringkali terjadi penyelewengan pemerintahan daerah, khususnya di Kota Tebing Tinggi.

Ada sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh birokrasi Indonesia, permasalahan tersebut antara lain besarnya jumlah PNS Daerah dan tingkat pertumbuhan yang tinggi dari tahun ke tahun, rendahnya kualitas dan ketidaksesuaian kompetensi yang dimiliki, kesalahan penempatan dan ketidakjelasan jalur karier yang dapat ditempuh.5

      

5

Teguh Sulistiyani Ambar, Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Gaya Media, 2004, hal. 329.


(15)

Sebuah kenyataan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari tentang birokrasi dinyatakan bahwa mereka, Pegawai Negeri Sipil Daerah kerja santai, pulang cepat dan mempersulit urusan serta identik dengan sebuah adagium “mengapa harus dipermudah apabila dapat dipersulit”. Gambaran umum tersebut sudah sedemikian melekatnya dalam benak publik di Indonesia sehingga banyak kalangan yang berasumsi bahwa perbedaan antara dunia preman dengan birokrasi hanya terletak pada pakaian dinas saja.6

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam penulisan Skripsi dengan judul “Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Inspektorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil Di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasa di atas maka, penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh inspektorat terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil?

2. Bagaimana mekanisme pengawasan inspektorat terhadap disiplin pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah Kota Tebing Tinggi? 3. Bagaimana akibat hukum dari pegawasan yang dilaksanakan oleh

Inspektorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil?

      

6

Widya Wicaksono Kristian, Administrasi dan Birokrasi Pemerintah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006, hal. 7.


(16)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan oleh penulis, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh inspektorat terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil.

b. Untuk mengetahui mekanisme pengawasan inspektorat terhadap disiplin pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah Kota Tebing Tinggi

c. Untuk mengetahui akibat hukum dari pegawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil?

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah: a. Secara teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum. Dan sebagai tambahan wacana referensi acuan penelitian yang sejenis dari permasalahan yang berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memajukan perkembangan Ilmu Hukum pada umumnya dan khususnya dibidang Hukum Administrasi Negara.

b. Secara praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang mendalam terhadap pemahaman pengawasan dan masalah yang timbul


(17)

dalam suatu pengawasan Inspektorat Terhadap disiplin pegawai negeri sipil Dilingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari peneliti sendiri atas masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penelitian dimaksud. Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penelitian tentang Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Inspektorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil Dilingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Ditinjau dari hukum administrasi negara, belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, apabila ternyata dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Hukum Administrasi Negara

Ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para sarjana, antara lain : R.J.H.M Huisman bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan bagian dari hukum publik, yakni hukum yang mengatur tindakan pemerintah dan mengatur hubungan pemerintah dengan warga negara atau hubungan antar organ pemerintah. Hukum Administrasi Negara memuat keseluruhan peraturan yang berkenaan dengan cara bagaimana organ pemerintahan melaksanakan tugasnya.


(18)

Jadi Hukum Administrasi Negara berisi aturan main yang berkenaan dengan fungsi organ-organ pemerintahan.7

Hukum Administrasi Negara diartikan juga seperangkat peraturan yang memungkinkan administrasi negara menjalankan fungsinya, yang sekaligus juga melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi negara, dan melindungi administrasi negara itu sendiri.8

Berdasarkan beberapa definisi di atas, tampak bahwa dalam Hukum Administrasi Negara terkandung dua aspek, yaitu :

a. Aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat-alat perlengkapan negara itu melakukan tugasnya;

b. Aturan-aturan yang mengatur hubungan hukum (rechtsbetrekking) antara alat perlengkapan administrasi negara atau Pemerintah dengan warga negaranya.9

Menurut J.M Baron de Gerando bahwa obyek Hukum Administrasi adalah peraturan-peraturan yang melihat hubungan timbal balik antara Pemerintah dan rakyat. Deskripsi tentang obyek Hukum Administrasi dari De Gerando seperti tersebut di atas kiranya mewarnai Hukum Administrasi dalam perkembangan selanjutnya.10

J. Oppenheim membedakan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi berdasarkan tinjauan negara menurut keduanya. Hukum Tata Negara

       7

R.J.H.M Huisman, Inleiding Algemeen Bestuurscrecht, Samson H.D Tjeenk Willink, (Alphen aan den Rijn, 1984), hal 4.

8

Ridwan. HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta, Rajawali Pers, 2006), hal 34.

9

Soehino, Asas-asas Hukum Tata Pemerintahan, (Yogyakarta, Liberty, 1984), hal 2.

10

Philipus M. Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Indonesia, (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1994), hal 22.


(19)

menyoroti negara dalam keadaan diam, sedangkan Hukum Administrasi menyoroti negara dalam keadaan bergerak. Pendapat tersebut selanjutnya dijabarkan oleh C. Van vollenhoven dalam definisi Hukum Tata Negara dan definisi Hukum Administrasi. Hukum Tata Negara adalah keseluruhan peraturan hukum yang membentuk alat-alat perlengkapan negara dan menentukan kewenangan alat-alat perlengkapan negara tersebut, sedangkan Hukum Administrasi adalah keseluruhan ketentuan yang mengikat alat-alat perlengkapan negara, baik tinggi maupun rendah, setelah alat-alat perlengkapan negara itu akan menggunakan kewenangan-kewenangan ketatanegaraan. 11

Definisi-definisi tersebut kemudian mendapat kritikan dari J.H.A Logemann, karena tidak cukup memisahkan Hukum Administrasi dari Hukum Tata Negara. Tidak cukup pembeda tersebut karena dari definisi tersebut, masalah penetapan wewenang masuk bidang Hukum Tata Negara sedangkan penggunaan wewenang adalah bidang Hukum Administrasi.12

R. Kranenburg dan juga J.H.A Logemann tidak memisahkan Hukum Administrasi dari Hukum Tata Negara secara tegas. Keduanya memandang Hukum Administrasi sebagai segi khusus dari Hukum Tata Negara.13 Terhadap penyelenggaraan tugas-tugas Pemerintahan dan kenegaraan dalam suatu negara hukum terdapat aturan-aturan hukum yang tertulis dalam konstitusi atau peraturan- peraturan yang terhimpun dalam Hukum Tata Negara. Untuk menyelenggarakan persoalan-persoalan yang bersifat teknis, Hukum Tata Negara

       11

Ibid,, hal 22. 12

Ibid., hal. 23 13


(20)

ini tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan efektif. Dengan kata lain Hukum Tata Negara membutuhkan hukum lain yang lebih bersifat teknis. Hukum tersebut adalah Hukum Administrasi Negara.

Utrecht Hukum Administrasi Negara menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan akan memungkinkan para pejabat administrasi negara melakukan tugas mereka yang khusus. Selanjutnya E. Utrecht menjelaskan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang mengatur sebagian lapangan pekerjaan administrasi negara. Bagian lain lapangan administrasi negara diatur oleh Hukum Tata Negara, Hukum Privat dan sebagainya.14

Prajudi Atmosudirdjo dalam bukunya Hukum Administrasi Negara merumuskan definisi Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang secara khas mengenai seluk-beluk daripada administrasi Negara dan terdiri atas dua tingkatan, yaitu :15 Hukum Administrasi Heteronom, yang bersumber pada Undang-Undang Dasar, TAP MPR, dan undang-undang, adalah hukum yang mengatur seluk-beluk organisasi dan fungsi administrasi negara. Hukum Administrasi Negara otonom adalah hukum operasional yang dicipta oleh pemerintah dan administrasi negara sendiri.16

Menurut Hartono Hadisoeprapto dalam bukunya Pengantar Tata Hukum Indonesia, Hukum Administrasi Negara diartikan sebagai rangkaian-rangkaian

      

14

Ibid,. hal 26 15

Ibid. 16


(21)

aturan-aturan hukum yang mengatur cara bagaimana alat-alat perlengkapan negara menjalankan tugasnya.17

Alat-alat administrasi negara dalam melaksanakan tugasnya, dengan sendirinya menimbulkan hubungan-hubungan yang disebut hubungan hukum. Hubungan-hubungan ini dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni :

a) Hubungan hukum antara alat administrasi negara yang satu dengan alat administrasi negara yang lain;

b) Hubungan hukum antara alat administrasi negara dengan perseorangan(individual), yakni para warga negara, atau dengan badan – badan hukum swasta.18

Dalam suatu negara hukum, hubungan-hubungan hukum tersebut disalurkan dalam kaidah-kaidah tertentu, dan kaidah-kaidah hukum inilah yang merupakan materi dari Hukum Administrasi Negara. Kaidah-kaidah hukum tersebut terdiri dari:

a) Aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat-alat administrasi negara mengadakan kontak satu sama lain.

b) Aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan antara alat administrasi negara (Pemerintah) dengan para warga negaranya.

Dalam ilmu Hukum Administrasi Negara yang penting adalah perbuatan hukum alat administrasi negara dalam hubungannya dengan warga negara, dimana hubungan ini akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara.19

       17

Hartono Hadisoeprapto, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Yogyakarta, Liberty, 1993), hal 61.

18

Ibid. hal 62 19


(22)

2. Kedudukan Hukum Administrasi Negara Dalam Lapangan Hukum Dalam ilmu hukum terdapat pembagian hukum ke dalam dua macam yaitu Hukum Privat dan Hukum Publik. Penggolongan ke dalam Hukum Privat dan Hukum Publik itu tidak lepas dari isi dan sifat hubungan yang diatur, hubungan mana bersumber dari kepentingan- kepentingan yang hendak dilindungi. Adakalanya kepentingan itu bersifat perorangan (individu/ privat) tetapi ada pula yang bersifat umum (publik). Hubungan hukum itu memerlukan pembatasan yang jelas dan tegas yang melingkupi hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari dan terhadap siapa orang itu berhubungan.

Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur tiap – tiap hubungan di antara negara atau alat-alat negara sebagai pendukung kekuasaan penguasa di satu pihak dengan warga negara pada umumnya di lain pihak atau setiap hukum yang mengatur hubungan antara negara dan alat-alat perlengkapannya, begitu pula hubungan antara alat-alat perlengkapan negara yang satu dengan alat-alat perlengkapan negara yang lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Hukum Publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara atau perlengkapannya dengan perseorangan (warga negara) yang satu dengan warganya atau hukum yang mengatur kepentingan umum, seperti Hukum Pidana, Hukum Tata Negara dan lain sebagainya.20 Hukum Privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain atau mengatur

       20


(23)

kepentingan individu, seperi Hukum Perdata, Hukum Dagang dan lain sebagainya. Hukum Administrasi Negara itu merupakan bagian dari Hukum Publik karena berisi pengaturan yang berkaitan dengan masalah-masalah kepentingan umum. Kepentingan umum yang dimaksud adalah kepentingan nasional (bangsa), masyarakat dan negara.

3. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara

Pengertian Hukum Administrasi Negara yang sudah diuraikan pada bagian sebelumnya menunjukan bahwa Hukum Administrasi Negara berkenaan dengan kekuasaan Pemerintah atau eksekutif. Pengertian eksekutif di sini berbeda dengan yang dimaksud dalam ajaran Trias Polika yaitu menempatkan kekuasaan eksekutif sebagai pelaksana Undang-Undang.21

Istilah Hukum Administrasi Negara dalam kepustakaan Belanda dikenal dengan Istilah bestuursrecht dengan unsur utama bestuur. Menurut Philipus M. Hadjon istilah bestuur berkenaan dengan sturen dan sturing. Bestuur dirumuskan sebagai lingkungan kekuasaan negara di luar lingkungan kekuasaan legislatif dan yudikatif. Dengan demikian kekuasaan pemerintah tidak sekedar melaksanakan Undang-Undang saja tetapi merupakan kekuasaan yang aktif. Sifat aktif dalam konsep hukum administrasi secara instrisik merupakan unsur utama dari sturen.22

Sturen merupakan suatu kegiatan yang kontinyu. Kekuasaan pemerintahan

dalam hal menerbitkan izin mendirikan bangunan misalnya, tidaklah berhenti dengan diterbitkannya izin mendirikan bangunan. Kekuasaan pemerintahanan

      

21

Ridwan. HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta, Rajawali Pers, 2006), hal 34 22


(24)

senantiasa mengawasi agar izin tersebut digunakan dan ditaati. Dalam hal pelaksanaan mendirikan bangunan tidak sesuai dengan izin yang diterbitkan, pemerintah akan menggunakan kekuasaan penegakan hukum berupa penertiban yang mungkin berupa tindakan pembongkaran bangunan yang tidak sesuai.

Sturen berkaitan dengan penggunaan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah

konsep hukum publik. Konsep hukum publik, penggunaan kekuasaan harus dilandasi pada asas-asas negara hukum. Sturen menunjukan lapangan di luar legislatif dan yudikatif. Lapangan ini lebih luas daripada sekedar lapangan eksekutif semata.23

Kekuasaan pemerintahan yang menjadi objek kajian Hukum Administrasi Negara amat luas. Hal ini dikarenakan bahwa selain melakukan tindakan hukum dalam bidang legislasi seperti pembuatan Undang-Undang dan peraturan pelaksanaan tetapi juga melakukan aktifitas di luar perundangan, peradilan dan juga melakukan tindakan hukum di luar bidang legislasi, oleh karena itu tidak mudah untuk menentukan ruang lingkup Hukum Administrasi Negara. Kesukaran untuk menentukan ruang lingkup Hukum Administrasi Negara dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Hukum Administrasi Negara berkaitan dengan tindakan pemerintahan yang tidak semuanya dapat ditentukan secara tertulis dalam Peraturan Perudang-Undangan, seiring dengan perkembangan kemasyarakatan yang memerlukan pelayanan Pemerintah dan masing-masing masyarakat di suatu daerah atau negara berbeda tuntutan dan kebutuhan;

      

23


(25)

2. Pembuatan peraturan-peraturan, keputusan-keputusan, dan instrumen yuridis bidang administrasi lainnya tidak hanya terletak satu tangan atau lembaga;

3. Hukum Administrasi Negara berkembang sejalan dengan perkembangan tugas-tugas pemerintahan dan kemasyarakatan, yang menyebabkan pertumbuhan bidang Hukum Administrasi Negara tertentu berjalan secara sektoral.

Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan Hukum Administrasi Negara tidak dapat dikodifikasikan. 24 E. Utrecht dalam bukunya Ridwan HR, menyebutkan alasan-alasan Hukum Administrasi Negara sulit dikodifikasi yaitu: Peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara berubah lebih cepat dan sering secara mendadak, sedangkan peraturan-peraturan hukum privat dan hukum pidana hanya berubah secara berangsur-angsur saja, Pembuatan peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara tidak dalam satu tangan. Di dalam pembuatan Undang-Undang pusat hampir semua Departemen dan Pemerintah Daerah otonom membuat juga peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara sehingga lapangan Hukum Administrasi Negara itu sangat beraneka warna dan tidak bersistem. Karena tidak dapat dikodifikasikan, maka sukar didentifikasikan ruang lingkupnya dan yang dapat dilakukan hanyalah membagi bidang-bidang atau bagian-bagian Hukum Administrasi Negara.25

Prajudi Atmosudirdjo membagi Hukum Administrasi Negara dalam dua bagian, yaitu:

      

24

Ibid., hal 38 25


(26)

1. Hukum Administrasi Negara Heteronom

Bersumber pada Undang-Undang Dasar 1945, TAP MPR, UU adalah huku yang mengaur seluk beluk organisasi dan fungsi administrasi negara.

2. Hukum Administrasi Negara otonom

Hukum operasional yang diciptakan pemerintah dan administrasi negara.26 Berdasarkan pendapat beberapa sarjana di atas dapat disebutkan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang berkenaan dengan pemerintahan yaitu hukum yang secara garis besar mengatur: Perbuatan pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam bidang publik; Kewenangan Pemerintah (dalam melakukan perbuatan di bidang publik tersebut); didalamnya diatur mengenai dari mana, dengan cara apa, dan bagaimana pemerintah menggunakan kewenanggannya; penggunaan kewenangan ini dituangkan dalam bentuk instrumen hukum sehingga diatur pula tentang pembuatan dan penggunaan instrumen hukum;Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan kewenangan pemerintah itu; Penegakan hukum dan penerapan saksi-saksi dalam bidang pemerintahan.27

F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, artinya permasalahan yang ada diteliti berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan

       26

Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2001), hal 56.

27


(27)

permasalahan.28 Yuridis normatif, yaitu metode pendekatan yang menggunakan konsepsi legis positivis. Konsep ini memandang hukum identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang dan meninjau hukum sebagai suatu sistem normatif yang mandiri, bersifat tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat yang nyata serta menganggap bahwa norma-norma lain bukan sebagai hukum.”

2. Metode Pendekatan

Pendekatan yang penulis gunakan Pendekatan Undang-Undang (Statute

Approach). Pendekatan Undang-undang (Statute Approach) dilakukan dengan

menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang berkembang saat ini yaitu lahirnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Bagi penelitian untuk kegiatan praktis, pendekatan undang-undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang-undang dengan undang-undang lainnya atau antara undang-undang dengan undang-undang dasar atau antara regulasi dengan undang-undang. Hasil dari telaah tersebut merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang dihadapi. Bagi penelitian untuk kegiatan akademis, penelitian perlu mencari ratio logis dan dasar ontologis lahirnya undang-undang tersebut.

Mempelajari ratio logis dan dasar ontologis suatu undang-undang, peneliti mampu menangkap kandungan filosofi yang ada dibelakang undang-undang itu,

      

28

Soerjono Soekanto dan Srimamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta Cet. V, Ind-Hillco, 2001), hal. 13.


(28)

yang akan dapat menyimpulkan mengenai ada dan tidaknya benturan filosofis antara undang-undang dengan isu yang dihadapi dan skripsi ini menggunakan penelitian hukum normatif dengan metode pendekatan analisis (Analytical

Approach) yaitu menganalisis bahan hukum untuk mengetahui makna yang

terkandung dalam istilah yang digunakan oleh peraturan perundang-undangan secara konsepsional, sekaligus mengetahui penerapannya dalam putusan-putusan hukum. Pendekatan perundang-undangan digunakan karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral dalam penelitian ini. 29 Objek penelitian ini adalah tentang Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Inspektorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil Dilingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negera.

3. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesifikasi penelitian preskriptif. Ilmu hukum mempunyai sifat sebagai ilmu yang preskriptif, artinya sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum.

Sejalan dengan pendapatnya Peter Mahmud Marzuki bahwa:30 “Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan ilmu hukum menetapkan standar

       29

Johnny, Ibrahim, Teori Metodologi & Penelitian Hukum Normatif, (Malang, Bayumedia Publishing, 2006), hal 63

30

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Surabaya, Kencana Perdana Media Group, 2007), hal 22.


(29)

prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum.”

4. Sumber Bahan Hukum

Sumber Bahan Hukum diperoleh dari : Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Penelitian ini, bahan-bahan hukum yang digunakan oleh peneliti adalah penjelasan terhadap sumber bahan hukum dalam pendekatan yuridis normative terdapat bahan hukum yang dikaji meliputi:31

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat, terdiri dari:

1) Peraturan dasar, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945

2) Peraturan Perundang-undangan, antara lain:

a) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

c) Peraturan Pemerintahan Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

d) Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

       31

Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2004), hal 31.


(30)

e) Keputusan Menteri Nomor 41 Tahun 2001 tentang Pengawasan Represif Kebijakan Daerah.

f) Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Lembaga Teknis Daerah Kota Tebing Tinggi

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, terdiri dari:

1) Pustaka di bidang ilmu hukum, 2) Hasil penelitian di bidang hukum,

3) Artikel-artikel ilmiah, baik dari koran maupun internet 5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu dengan menginventarisir peraturan Perundang-undangan untuk dipelajari sebagai suatu kesatuan yang utuh dan dengan studi kepustakaan, internet browsing, telah artikel ilmiah, telaah karya ilmiah sarjana dan studi dokumen, termasuk di dalamnya karya tulis ilmiah maupun jurnal surat kabar. Metode pengumpulan data menggunakan Studi Kepustakaan yaitu Teknik mengumpulkan data dengan jalan membaca dan mempelajari buku-buku kepustakaan yang berkaitan dengan materi penelitian, kemudian menyususn sebagai sajian data. Metode dokumentasi adalah salah satu cara pengumpulan data yang digunakan penulis dengan cara menelaah dokumen-dokumen pemerintah maupun non pemerintah yang berkaitan dengan penelitian ini. Instrument yang digunakan berupa form dokumentasi, form kepustakaan, dan alat-alat perpustakaan lainnya.


(31)

6. Analisis data

Data bahan-bahan hukum yang diperoleh akan dianalisis secara normatif-kualitatif tentang Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Inspektorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil Dilingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara. Normatif karena penelitian ini bertitik tolak dari peraturan-peraturan yang ada sebagai norma hukum positif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara-cara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, danlain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Kualitatif karena data yang diperoleh, kemudian disusun secara sistematis, untuk selanjutnya dianalisa secara kualitatif, untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas. Metode analisis datanya adalah sebagai berikut: 32

      

32

Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2004), hal 31.


(32)

a. Metode interpretasi menurut bahasa (gramatikal) yaitu suatu cara penafsiran undang menurut arti kata-kata (istilah) yang terdapat pada Undang-undang. Hukum wajib menilai arti kata yang lazim dipakai dalam bahasa sehari-hari yang umum.

b. Metode interpretasi secara sistematis yaitu penafsiran yang menghubungkan pasal yang satu dengan apasal yang lain dalam suatu per Undang-undangan yang bersangkutan, atau dengan Undang-undang lain, serta membaca penjelasan Undang-undang tersebut sehingga kita memahami maksudnya.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi yang berjudul Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Inspektorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil Dilingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara, terdiri atas lima bab yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II FUNGSI PENGAWASAN YANG DILAKSANAKAN OLEH INSPEKTORAT TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Pada bab ini akan membahas tentang pengertian pengawasan, tugas dan wewenang inspektorat secara umum dan disiplin Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 2010.


(33)

BAB III MEKANISME PENGAWASAN INSPEKTORAT TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MEDAN.

Pada bab ini bagian A akan membahas tentang Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Tebing Tinggi yang berisikan mengenai gambaran umum Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Tebing Tinggi, Pelanggaran disiplin yang terjadi di Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Tebing Tinggi dan B. Pengawasan yang dilaksanakan oleh Inspetorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi yang membahas mengenai strategi pengawasan inspektorat dalam memaksimalkan hasil pengawasan disiplin terhadap Pegawai Negeri Sipil dan hambatan atau factor-faktor yang menjadi kendala dalam pengawasan disiplin oleh inspektorat terhadap pegawai negeri sipil.

BAB IV AKIBAT HUKUM DARI PEGAWASAN YANG

DILAKSANAKAN OLEH INSPEKTORAT TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Bab ini akan membahas tentang Hasil Kekuatan dari Pengawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan Prosedur pemberian sanksi kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan sanksi kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Pelanggaran Disiplin.


(34)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dan saran. kesimpulan merupakan sumbangan pemikiran penulis yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan


(35)

A. Pengertian Pengawasan

Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya. Di dalam suatu organisasi terdapat tipe-tipe pengawasan yang digunakan, seperti pengawasan Pendahuluan

(preliminary control), Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent

control), Pengawasan Feed Back (feed back control).

Di dalam proses pengawasan juga diperlukan tahap-tahap pengawasan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tahap-tahap pengawasan tersebut terdiri dari beberapa macam, yaitu Tahap Penetapan Standar, tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan dan Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi. Menurut Sule dan Saefullah mendefinisikan bahwa:”Pengawasan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambialan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut”. 33 Reksohadiprodjo mengemukakan bahwa:”Pengawasan merupakan usaha

       33

Sule Erni Trisnawati, dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta, Edisi Pertama, Prenada Media, 2005), hal 317.


(36)

memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana”.34

Sarwoto menyatakan bahwa: ”Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki.35

Hakekat pengawasan adalah mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan, kegagalan dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Pengawasan adalah proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuai rencana yang telah ditentukan sebelumnya36

Berdasarkan surat keputusan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 1989 tentang pedoman organisasi dan tata kerja pendapatan daerah tingkat II, yang melaksanakan tugas pengawasan adalah seksi perencanaan dan pengendalian operasional. Seksi perencanaan dan pengendalian operasional terdiri dari dua sub seksi yaitu sub seksi perencaanaan dan pembinaan teknis pemungutan, dan sub seksi penggalian dan peningkatan. Seksi perencanaan dan pengendalian operasional yang terdiri dari sub seksi perencanaan dan pembinaan teknis pemungutan, dan sub seksi penggalian dan peningkatan tersebut mempunyai hak dan wewenang yang meliputi segala kegiatan untuk melaksanakan pengamanan

       34

Reksohadiprodjo, Sukanto, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta, Edisi Keenam, BPFE, 2008), hal 63.

35

Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta, cetakan keenambelas, Ghalia Indonesia, 2010, hal 94.

36


(37)

teknis atas pelaksanaan tugas pokoknya sesuaidengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh kepala daerah serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dari definisi tersebut jelas terlihat bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan, sedemikian eratnya hubungan tersebut sehingga oleh H. Koontz dan CO. Donnell disebutkan bahwa antara perencanaan dan pengawasan ini ibaratnya seperti kedua sisi dari mata uang yang sama.

Macam-macam pengawasan. Dalam suatu negara terlebih-lebih negara yang sedang berkembang atau membangun, maka kontrol atau pengawasan itu sangat urgen (beragam) atau penting baik pengawasan secara vertikal, horisontal, eksternal, internal, preventif maupun represif agar maksud dan tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Oleh karena untuk mencapai tujuan negara atau organisasi, maka dalam hal pengawasan ini dapat pula diklasifikasikan macam-macam pengawasan berdasarkan berbagai hal, yakni :

1) Pengawasan Langsung

Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi noleh pimpinan atau pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara on the spot ditempat pekerjaan, dan menerima laporan-laporan secara langsung pula dari pelaksana. Hal ini dilakukan dengan inspeksi. 2) Pengawasan tidak langsung

Pengawasan tidak langsung diadakan dengan mempelajari laporan-laporan yang diterima dari pelaksana baik lisan maupun tertulis, mempelajari pendapat-pendapat masyarakat dan sebagainya tanpa pengawasan on the spot.


(38)

1. Pengawasan Preventif dan Represif

Walaupun prinsip pengwasan adalah preventif, namun bila dihubungkan dengan waktu pelaksanaan pekerja, dapat dibedakan antara pengwasan preventif dan pengawasan represif.

a. Pengawasan Preventif

Pengawasan preventif dilakukan melalui pre audit sebelum pekerjaan dimulai. Misalnya dengan mengadakan pengawasan terhadap persiapan-persiapan rencana anggaran, rencana penggunaan tenaga dan sumber-sumber lain.

b. Pengawasan Represif

Adapun pengawasan represif dilakukan melalui pre audit, dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan dan sebagainya.

2. Pengawasan Intern dan Ekstern a. Pengawasan Intern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu sendiri. Pada dasarnya pengawasan harus dilakukan oleh pucuk pimpinan sendiri. Akan tetapi, didalam praktek hal ini tidak selalu mungkin terjadi. Oleh karena itu, setiap pimpinan unit dalam organisasi pada dasarnya berkewajiban membantu pucuk pimpinan mengadakan pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Pengawasan sebagai fungsi organik, built-in pada setiap jabatan pimpinan mereka harus mengawas pimpinan melakukan pengawasan


(39)

tehadap keseluruhan aparat dalam organisasi itu, seperti oleh Inspektorat Jendral dalam Departemen.

b. Pengawasan Ekstern

Pengawasan Ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat luar orgsanisasi itu sendiri, seperti halnya pengawasan dibidang keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sepanjang meliputi seluruh Aparatur Negara dan Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara terhadap departemen dan instansi pemerintah lain. Ditinjau dari segi keseluruhan organisasi aparatur pemerintah (lembaga eksekutif), pengawasan oleh Direktorat Jenderal, Pengawasan Keuangan Negara merupakan pengawasan intern.

Macam-macam pengawasan ini didasarkan pada pengklasifikasian pengawasan. Disamping itu ada pula macam pengawasan ditinjau dari bidang pengawasannya yakni:

1. Pengawasan anggaran pendapatan (budgetry control)

2. Pengawasan biaya (cost sontrol)

3. Pengawasan barang inventaris (inventory control) 4. Pengawasan Produksi (production control) 5. Pengawasan jumlah hasil kerja (quantity control) 6. Pengawasan pemeliharaan (maintenance control) 7. Pengawasan kualitaas hasil kerja (quality control).


(40)

Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1989, ditegaskan mengenai macam-macam pengawasan. Adapun macam-macam pengawasan menurut Instruksi Presiden tersebut sebagai berikut:

a. Pengawasan melekat

Pengawasan melekat merupakan pengawasan yang dilakukan melalui : penggarisan struktur organisasi, perincian kebijaksanaan pelaksanaan yang dituangkan secara tertulis yang dapat menjadi pegangan dalamm pelaksanaan oleh bawahan, rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, melalui prosedur kerja, pencatatan hasil kerja dan pelaporannya, serta melalui pembinaan personil.

b. Pengawasan fungsional

Pengawasan fungsional merupakan kebijakan pengawasan yang digariskan oleh Presiden, kegiatan pengwasan dilaksanakan berdasarkan rencana atau program kerja pengawas tahunan.

c. Pengawasan legislatif

Pengawasan legislatif merupakan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga legislatif, dalam hal ini adalah DPRD.

d. Pengawasan masyarakat

Pengawasan masyarakat merupakan pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat yang dipilih untuk mengawasi jalannya suatu kegiatan, misalnya oleh LSM atau Lembaga Swadaya Masyarakat.


(41)

B. Tugas dan Wewenang Inspektorat Secara Umum

Inspektorat Kabupaten/Kota merupakan organisasi perangkat daerah, yang bertanggung jawab kepada Bupati dan membantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri atas Sekretariat Daerah, sekretariat DPRD, Dinas daerah, dan lembaga tehnis daerah (kecamatan dan kelurahan). Inspektorat mempunyai tugas membantu Bupati/Walikota dalam melaksanakan tugas pengawasan dalam penyelenggraan pemerintahan, administrasi, organisasi dan tatalaksana yang menjadi acuan, arahan, ketentuan dalam pedoman penyelenggaraan peraturan daerah. Tugas lain yang diberikan oleh Bupati/Walikota sesuai tugas dan fungsinya. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat mempunyai fungsi :

(1) Inspektorat merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah dipimpin oleh Inspektur yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada walikota dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah.

(2) Inspektorat mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan kelurahan dan pelaksanaan urusan pemerintahan kelurahan. (3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Inspektorat

menyelenggarakan fungsi:

a. Perencanaan program pengawasan

b. Perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan


(42)

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) inspektur membawahkan :

a. Sekretaris, membawahkan: (1) Sub bagian perencanaan

(2) Sub bagian evaluasi dan pelaporan dan (3) Sub bagian administrasi dan umum

b. Inspektur pembantu bidang pemerintahan pertanahan, kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat membawahkan:

(1) Seksi pengawasan bidang pemerintahan umum dan pertanahan

(2) Seksi pengawasan bidang kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat dan

(3) Seksi pengawasan barang aparatur, Hukum dan perundang-undangan c. Inspektur pembantu bidang keuangan, asset dan barang daerah

membawahkan:

(1) Seksi pengawasan bidang pengelolaan keuangan

(2) Seksi pengawasan bidang perhitungan dan pelaksanaan anggaran daerah

(3) Seksi pengawasan bidang asset dan barang daerah.

d. Inspektur Pembantu bidang badan usaha dan barang daerah, perekonomian daerah dan kesejahteraan rakyat membawahkan:


(43)

(1) Seksi pengawasan bidang perusahaan daerah dan usaha daerah (2) Seksi pengawasan bidang perekonomian daerah dan

(3) Seksi pengawasan bidang kesejahteraan rakyat

e. Inspektur pembantu bidang pembangunan, membawahkan

(1) Seksi pengawasan bidang pembangunan kota dan perhubungan

(2) Seksi pengawasan bidang program bantuan pembangunan kota dan proyek bantuan pembangunan

(3) Seksi pengawasan bidang perumahan, permukiman, pertanian dan lingkungan hidup.

f. Kelompok jabatan fungsional

(5) Rincian tugas jabatan inspektur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam lampiran peraturan ini.

C. Disiplin Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 2010.

1. Pembinaan Disiplin

Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sesuatu tujuan selain sangat ditentukan oleh dan mutu profesionalitas juga ditentukan oleh disiplin para anggotanya. Bagi aparatur pemerin-tahan disiplin tersebut mencakup unsur-unsur ketaatan, kesetiaan, kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kesanggupan berkorban, dalam arti mengorbankan kepentingan pribadi dan golongannya untuk kepentingan negara dan masyarakat.

Dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43


(44)

dinyatakan bahwa "Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, maka untuk menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, diadakan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil".

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah peraturan yang mengatur mengenai kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor PP 53 Tahun 2010 tentang "Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil". Dalam Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil diatur ketentuan-ketentuan mengenai:

a. Kewajiban, b. Larangan,

c. Hukuman disiplin,

d. Pejabat yang berwenang menghukum, e. Penjatuhan hukuman disiplin,

f. Keberatan atas hukuman disiplin,

g. Berlakunya keputusan hukuman disiplin. 2. Kewajiban

Peraturan Pemerintah 53 Tahun 2010 Pasal 3 Setiap PNS wajib: a. Mengucapkan sumpah/janji PNS;

b. Mengucapkan sumpah/janji jabatan;

c. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;


(45)

d. Menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan;

e. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;

f. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS; g. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,

seseorang, dan/atau golongan;

h. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan;

i. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara;

j. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;

k. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja; l. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;

m. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik baiknya;

n. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat; o. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;

p. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier; dan

q. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.


(46)

3. Larangan

Peraturan Pemerintah 53 Tahun 2010 Pasal 4, Setiap PNS dilarang: a. Menyalahgunakan wewenang;

b. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;

c. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional;

d. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing;

e. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;

f. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;

g. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;

h. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;


(47)

j. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;

k. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

l. Memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden, dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:

1) ikut serta sebagai pelaksana kampanye;

2) menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS;

3) sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau 4) sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara; m. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan

cara:

1) Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau 2) Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap

pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;

n. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan


(48)

surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundangundangan; dan o. Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala

Daerah, dengan cara:

1) Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;

2) Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;

3) Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau 4) Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap

pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

4. Pelanggaran Disiplin

Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, baik di dalam maupun di luar jam kerja.

Pegawai Negeri Sipil dinyatakan melanggar Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil apabila dengan ucapan, tulisan, dan atau perbuatannya tersebut secara sah terbukti melanggar ketentuan mengenai kewajiban dan atau larangan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010


(49)

5. Hukuman Disiplin

Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan terhadap seorang Pegawai Negeri Sipil karena melangar Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Tingkat hukuman disiplin menurut Peraturan Pemerintah 53 Tahun2010 Pasal 7 : a. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:

1) Hukuman disiplin ringan, 2) Hukuman disiplin sedang, dan 3) Hukuman disiplin berat.

b. Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari:

1) Tegoran lisan, 2) Tegoran tertulis,

3) Pernyataan tidak puas secara tertulis.

c. Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:

1) Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun; 2) Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan

3) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun..

d. Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari:

1) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun; 2) Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah; 3) Pembebasan dari jabatan


(50)

4) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan

5) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS

Setiap hukuman disiplin dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum sesuai tata cara tersebut dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tanggal 1 Oktober 2010 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pejabat Yang Berwenang Menghukum Pejabat yang berwenang menghukum adalah pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin. Ketentuan mengenai pejabat yang berwenang menghukum diatur dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010


(51)

BAB III

MEKANISME PENGAWASAN INSPEKTORAT TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

KOTA TEBING TINGGI

A. Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Tebing Tinggi.

1. Gambaran umum Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Tebing Tinggi. a. Kondisi Geografis Kota Tebing Tinggi.

Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu pemerintah daerah dari 25 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan luas 38.438 km2, yang berjarak sekitar 80 km dari Kota Medan Provinsi Sumatera Utara yang terletak pada jalur lintas Sumatera adalah merupakan kota yang menghubungkan Lintas Timur dan Lintas Tengah Sumatera Utara melalui Lintas Diagonal pada jalan Tebing Tinggi-P. Siantar-Parapat ke P. Sidempuan atau Tebing Tinggi-Kisaran-Rantau Prapat ke P. Sidempuan.

Kota Tebing Tinggi dengan luas wilayah 38.438 km2 terletak di antara 3019’3021’ Lintang Utara dan 9809’,110 Bujur Timur dengan batas-batas:

a. Sebelah Utara dengan PTP III Kebun Rambutan Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai.

b. Sebelah Selatan dengan PTPN IV Kebun Pabatu dan Perkebunan Paya Pinang Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai.

c. Sebelah Timur dengan PT. Socfindo Tanah Besi dan PTPN III Kebun Rambutan Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai

d. Sebelah Barat dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai.


(52)

Berdasarkan letak geografisnya Kota Tebing Tinggi beriklim tropis. Dengan ketinggian 26-24 meter dpl (diatas permukaan laut) dengan topografi mendatar 0-2% dan bergelombang 2-15%. Temperatur udara di kota ini cukup panas yaitu berkisar 250-270 C. Sebagaimana kota-kota di Sumatera Utara, Kota Tebing Tinggi mempunyai dua musim yakni musim penghujan dan kemarau dengan jumlah curah hujan sepanjang tahun rata-rata 1.776 mm/tahun dengan kelembaban udara 80%-90%. Sungai Padang merupakan sungai utama yang melintasi Kota Tebing Tinggi sepanjang ± 2.150 m dengan ± 65. Sungai besar lainnya adalah sungai Bahilang, sungai Kelembah dan Sungai Sibarau. Sedangkan sungai-sungai kecil yang berada di wilayah kota yaitu sungai Segiling, sungai Sibangoan, sungai Mandaris, sungai Marimah dan sungai Martebing. Sungai-sungai tersebut mempunyai pola aliran arah utara dan timur laut.

Kota Tebing Tinggi yang dikelilingi oleh Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Serdang Bedagai, Simalungun dengan luas wilayah 38.438 km2 dengan dikelilingi oleh Perkebunan Pemerintah maupun swasta. Luas lahan Kota Tebing Tinggi menurut penggunaannya adalah sebagai berikut:

1) Pemukiman luasnya 1.382.21 Ha (35.96%) 2) Sarana Sosekbud luasnya 240,19 Ha (6,25%)

3) Pertanian (sawah, tegalan/kebun) luasnya 1.959,10 Ha (50.97%) 4) Industri luasnya 22.85 Ha (0,59%)


(53)

b. Wilayah Administrasi dan Pemerintahan

Secara administratif Kota Tebing Tinggi dibagi menjadi 5 (lima) kecamatan dengan 35 (tiga puluh lima) kelurahan yang ditetapkan melalui Perda Nomor 15 Tahun 2006 tentang Pembentukan Kecamatan dan Kelurahan, dimana jumlah kecamatan dan kelurahan yang telah dimekarkan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1. Jumlah Kecamatan dan Kelurahan dan Luas Pemekaran

No Kecamatan Kelurahan Luas

(Hektare) 1 Kecamatan Padang Hulu 1. Pabatu

2. Padang Merbau 3. Bandarsono 4. Persiakan 5. Tualang 6. Lubuk Baru 7. Lubuk Raya

116.33 149.67 139.70 90.20 113.20 140.11 101.89 851.10 2 Kecamatan Padang Hilir 1. Tebing Tinggi

2. Damarsari 3. Tambangan 4. Tambangan Hulu 5. Satria

Bagelen

7. Deblod Sundoro

357.38 97.62 137.34 239.16 58.91 191.23 62.47 1.144.11 3 Kecamatan Rambutan 1. Tanjung Marulak

2. Tanjung Marulak Hilir 3. Rantau Laban

4. Merkar Sentosa 5. Lalang

6. Sri Padang 7. Karya Jaya

48.19 65.31 11.63 8817 89.7 61.3 229.2 893.5 4 Kecamatan Bajenis 1. Bulian

2. Bandar Sakti 3. Berohol

4. Pinang Mancung 5. Teluk Karang 6. Durian 150.1 78.1 246.6 126.83 36.17 140.4


(54)

7. Pelita 129.6 907.8 5 Kecamatan Tebing Tinggi Kota 1. Pasar Gambir

2. Pasar Baru 3. Badak Berujung 4. Bandar Utama 5. Rambung

6. Tebing Tinggi Lama 7. Mandailing 33.4 28.2 43.3 96 72.2 48 24.2 347.3 Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Tahun 2012

Pada laporan pertanggungjawaban struktur organisasi Kota Tebing Tinggi terdiri dari Sekretaris Daerah dan DPRD yang telah diperdakan No. 14 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Lembaga Teknis Daerah Kota Tebing Tinggi. Tabel 3.2. Jumlah Unit/Instansi Kerja Pemerintah Kota Tebing Tinggi

No Sekretaris/Badan/Dinas/Kantor/BUMD/UPTD

I Sekretaris Daerah A. Asisten I Tata Praja dan Ekonomi Pembangunan

1. Bagian Adm. Keuangan

2. Bagian Adm. Perekonomian dan Pembangunan

3. Bagian Adm. Tata Pemerintahan 4. Bagian Adm. Kesejahteraan Rakyat B. Asisten II Administrasi Umum

1. Bagian Adm. Organisasi dan Hukum 2. Bagian Adm. Asset dan Barang Daerah 3. Bagian Adm. Umum

4. Bagian Adm. Humas dan Protokol Pimpinan

No Sekretariat/Badan/Dinas/Kantor/BUMD/UPTD II Sekretariat DPRD 1. Bagian Umum dan Keuangan

2. Bagian Persidangan dan Risalah

3. Bagian Protokoler dan Perundang-Undangan III Sekretaris KPU

IV Badan 1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

2. Badan Pengawasan Kota (Bawasko)

3. Badan Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (BPMK)

4. Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP)


(55)

5. Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas)

V Dinas 1. Dinas Pendidikan 2. Dinas Kesehatan

3. Dinas Pekerjaan Umum

4. Dinas UKM dan Perindustrian, Perdagangan, Koperasi

5. Dinas Pendapatan 6. Dinas Pertanian 7. Dinas Perhubungan

8. Dinas Kebersihan dan Pertamanan 9. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

10.Dinas Pemuda dan Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata

11.Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil VI Kantor 1. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi

2. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 3. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu 4. Kantor Lingkungan Hidup

5. Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

6. Kantor Ketahanan Pangan

No Sekretariat/Badan/Dinas/Kantor/BUMD/UPTD VII BUMD Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Balian VIII UPTD Rumah Sakit Umum Kota Tebing Tinggi

c. Persebaran PNS di Pemerintah Kota Tebing Tinggi

Jumlah PNS di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi pada tahun 2011 adalah 3863 orang yang tersebar di masing-masing SKPD (Badan, Dinas, Kantor dan Instansi Teknis Lainnya) yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2. Persebaran PNS pada SKPD di Lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi

No Nama SKPD Jumlah Persentase

(%)

1 Sekretariat Daerah 143 3.70

2 Sekretariat DPRD 27 0.70

3 Sekretariat KPU 12 0.31

4 Sekretariat KORPRI 4 0.10

5 Inspektorat 31 0.80

6 Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan 39 1.01 7 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 39 1.01


(56)

8

Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

23 0.60

9

Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Kelurahan

28 0.72 10 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 10 0.26

11 Dinas Pendidikan 81 2.10

12 Dinas Pendapatan 48 1.24

13 Dinas Kesehatan 328 8.49

14 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 41 1.06

15 Dinas Perhubungan 43 1.11

16 Dinas Pekerjaan Umum 65 1.68

17 Dinas Kebersihan dan Pertamanan 75 1.94

18 Dinas Sosial dan Tenaga Kerja 32 0.83

19 Dinas Pemuda Olahraga Budaya & Pariwisata 27 0.70

20 Dinas Koperasi dan Umum 46 1.19

21 Dinas Pertanian 38 0.98

22 Kantor Ketahanan Pangan 11 0.28

23 Kantor Lingkungan Hidup 20 0.52

24 Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB 37 0.96 25 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 38 0.98 26 Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu 15 0.39 27 Kantor Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi 19 0.49

28 RSUD H. Kumpulan Pane 312 8.08

29 Akademi Kebidanan Pemko Tebing Tinggi 29 0.75

30 Kecamatan Rambutan 17 0.44

31 Kecamatan Karya Jaya 7 0.18

32 Kelurahan Lalang 8 0.21

33 Kelurahan Mekar Sentosa 5 0.33

34 Kelurahan Rantau Laban 8 0.21

35 Kelurahan Sri Padang 5 0.13

36 Kelurahan Tanjung Marulak 7 0.18

37 Kelurahan Tanjung Marulak Hilir 7 0.18

38 Kecamatan Bajenis 15 0.39

39 Kelurahan Bandar Sakti 6 0.16

40 Kelurahan Bulian 5 0.13

41 Kelurahan Berohol 7 0.18

42 Kelurahan Pinang Mancung 10 0.26

43 Kelurahan Teluk Karang 8 0.21

44 Kelurahan Durian 7 0.18

45 Kelurahan Pelita 9 0.23

46 Kecamatan Padang Hulu 18 0.47

47 Kelurahan Bandarsono 6 0.16

48 Kelurahan Lubuk Baru 8 0.21

49 Kelurahan Lubuk Raya 9 0.23


(57)

51 Kelurahan Padang Merbau 8 0.21

52 Kelurahan Persiakan 7 0.18

53 Kelurahan Tualang 8 0.21

54 Kecamatan Tebing Tinggi Kota 18 0.47

55 Kelurahan Badak Bejuang 7 0.18

56 Kelurahan Bandar Utama 8 0.21

57 Kelurahan Mandailing 5 0.13

58 Kelurahan Pasar Baru 8 0.21

59 Kelurahan Pasar Gambir 9 0.23

60 Kelurahan Rambung 7 0.18

61 Kelurahan Tebing Tinggi Lama 6 0.16

62 Kecamatan Padang Hilir 19 0.49

63 Kelurahan Bagelan 8 0.21

64 Kelurahan Damar Sari 6 0.16

65 Kelurahan Deblod Sundoro 6 0.16

66 Kelurahan Satria 9 0.203

67 Kelurahan Tambangan 9 0.203

68 Kelurahan Timbangan Hulu 5 0.13

69 Kelurahan Tebing Tinggi 9 0.203

70 SMP Negeri 1 71 1.84

71 SMP Negeri 2 56 1.45

72 SMP Negeri 3 60 1.55

73 SMP Negeri 4 53 1.37

74 SMP Negeri 5 55 1.42

75 SMP Negeri 6 42 1.09

76 SMP Negeri 7 30 0.78

77 SMP Negeri 8 44 1.14

78 SMP Negeri 9 41 1.06

79 SMP Negeri 10 17 0.44

80 SMA Negeri 1 75 1.94

81 SMA Negeri 2 55 1.42

82 SMA Negeri 3 73 1.89

83 SMA Negeri 4 46 1.19

84 SMK Negeri 1 79 2.05

85 SMK Negeri 2 78 2.02

86 SMK Negeri 3 48 1.24

87 SMK Negeri 4 49 1.27

88 SD. Kec. Padang Hulu 161 4.17

89 SD. Kec. Bajenis 145 3.75

90 SD. Kec. Padang Hilir 160 4.14

91 SD. Kec. Tebing Tinggi Kota 226 5.85

92 SD. Kec. Rambutan 190 4.92

93 TK. Negeri Pembina 7 0.18

Jumlah 3.863 100


(58)

2. Pelanggaran Disiplin yang Terjadi di Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Tebing Tinggi

Ada sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh birokrasi Indonesia, khususnya Pemerintah Kota Tebing Tinggi permasalahan tersebut antara lain besarnya jumlah PNS Daerah dan tingkat pertumbuhan yang tinggi dari tahun ke tahun, rendahnya kualitas dan ketidaksesuaian kompetensi yang dimiliki, kesalahan penempatan dan ketidakjelasan jalur karier yang dapat ditempuh.37

Salah satu indikasi rendahnya kualitas PNS Daerah tersebut adalah adanya pelanggaran disiplin yang banyak dilakukan oleh PNS Daerah. Pembangunan yang sedang giat dilakukan di Indonesia sering mengalami banyak hambatan dan permasalahan yang cukup kompleks. Hal tersebut dapat menimbulkan ketidak tertiban dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peningkatan disiplin dalam lingkungan aparatur negara adalah salah satu upaya untuk mengatasi ketidak tertiban tersebut.

Pelanggaran disiplin yang sering terjadi Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Tebing Tinggi antara lain tidak mengikut upacara (Apel), memperpanjang libur seperti libur-libur hari besar agama, sering terlambat masuk kantor, waktu jam kerja sering di duduk-duduk di warung kopi.38

Berdasarkan penelitian dilapangan PNS di Pemerintah Kota Tebing Tinggi yang mendapatkan hukuman disiplin pada tahun 2012 ada berkisar 4 orang pegawai, diantaranya hukuman disiplin ringan sebanyak 3 pegawai (hukuman

      

37

Teguh Sulistiyani Ambar, Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Gaya Media, 2004, hal. 329.

38


(59)

disiplin ringan mendapat teguran) dan disiplin berat 1 orang (hukuman disiplin berat berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun.39

Upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam rangka mengurangi jumlah pelanggaran disiplin adalah, melakukan sosialisasi untuk memberikan penyegaran tentang peraturan-peraturan yang berkaitan dengan disiplin PNS diantaranya PP No. 53 tahun 2010 tentang Peraturan disiplin, Kegiatan sosialisasi bisa melalui pendidikan dan latihan (Diklat), Bimbingan Teknis (Bintek) serta bentuk program kerja lainnya yang bertujuan memberikan pemahaman dan mengaplikasikan peraturan yang berkaitan disiplin PNS.40

B. Pengawasan yang dilaksanakan oleh Inspetorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi

1. Strategi Pengawasan Inspektorat Dalam Memaksimalkan Hasil Pengawasan Disiplin terhadap Pegawai Negeri Sipil

Strategi Pengawasan Inspektorat dalam memaksimalkan hasil pengawasan disiplin terhadap Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Tebing Tinggi adalah dengan pemeriksaan rutin, setiap hari Senin dalam pelaksanaan apel gabungan seluruh absensi PNS ditiap-tiap SKPD dihimpun oleh Inspektorat Kota Tebing Tinggi dan setiap pelaksanaan pemeriksaan rutin dilakukan Kepala SKPD diutamakan yang diperiksa dan ditinjau adalah absensi SKPD tersebut terhadap kehadiran PNS dijajaran SKPDnya. 41

      

39 Ibid. 40

Wawancara dengan Dewi Sekretaris Inspektorat Tebing Tinggi 41


(60)

2. Hambatan atau Faktor-Faktor yang Menjadi Kendala dalam Pengawasan Disiplin Oleh Inspektorat Terhadap Pegawai Negeri Sipil.

Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam peningkatan disiplin Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah:42

a. Kurang tegasnya Sanksi yang diberikan oleh Pejabat yang berwenang.

Pejabat yang berwenang harus memberikan sanksi/tindakan secara tegas bilamana seorang PNS terbukti melakukan pelanggaran disiplin dengan tujuan untuk memberikan efek jera dan shock terapi agar PNS yang lain tidak meniru atau melakukannya. Dan juga agar tidak melakukan pelanggaran disiplin yang hukumannya lebih berat lagi. Oleh karena itu setiap pejabat yang berwenang menghukum wajib memeriksa lebih dahulu dengan seksama terhadap Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil.

b. Lunturnya Kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil

Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil kedisiplinan harus menjadi acuan hidupnya. Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang semakin tinggi membutuhkan aparatur yang bersih, berwibawa, dan berdisiplin tinggi dalam menjalankan tugas. Sikap dan perilaku seorang PNS dapat dijadikan panutan atau keteladanan bagi PNS di lingkungannya dan masyarakat pada umumnya.

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari mereka harus mampu mengendalikan diri sehingga irama dan suasana kerja berjalan harmonis, Namun kenyataan yang berkembang sekarang justru jauh dari kata sempurna. Masih banyak PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dengan berbagai cara.

      

42 Ibid


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut :

1. Fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh inspektorat terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah Inspektorat Kota mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah di bidang pengawasan yang meliputi pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan serta keuangan dan kekayaan daerah. Sedangkan Inspektorat Kota/kota mempunyai kedudukan, tugas pokok dan fungsi yang hampir sama tapi dalam konteks Kota/Kota masing-masing, yang diatur dan ditetapkan dengan Perda masing-masing kota/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh sebab itu, orang-orang yang akan ditempatkan pada lembaga-lembaga pengawasan perlu dipersiapkan secara matang melalui pola pembinaan terpadu dan berkesinambungan.

2. Mekanisme pengawasan inspektorat terhadap disiplin pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah Kota Tebing Tinggi adalah PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dipanggil secara tertulis oleh atasan langsung untuk dilakukan pemeriksaan, kemudian pemanggilan kepada PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dilakukan paling lambat tujuh hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan, selanjutnya apabila ada tanggal yang


(2)

seharusnya yang bersangkutan diperiksa tidak hadir, maka dilakukan pemanggilan kedua paling lambat tujuh hari kerja sejak tanggal seharusnya yang bersangkutan diperiksa pada pemanggilan pertama, dan apabola pada tanggal pemeriksaan PNS yang bersangkutan tidak hadir juga maka pejabat yang berwewenang menghukum/menjatuhkan hukuman disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada tanpa dilakukan pemeriksaan.

3. Akibat hukum dari pegawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil, PNS yang melanggar disiplin Inspektorat akan memberikan sanksi berupa teguran secara lisan, teguran tertulis; dan Pernyataan tidak puas secara tertulis (hukuman ringan), hukuman sedang berupa; Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun; Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun; dan Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun, hukuman berat meliputi: Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama satu tahun; Pembebasan dari jabatan; Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan Pemberhentian dengan tidak hormat sebagai PNS serta bagi PNS tidak melanggar disiplin akan menerima satya lencana karya satya.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Disarankan agar perlunya diterapkan fungsi perencanaan program pengawasan, hal ini bertujuan untuk dapat menunjang kecepatan dalam


(3)

memperoleh data dan selain itu penyajian data/ informasi yang akurat selama ini akan menunjang pelaporan terhadap penyimpangan yang terjadi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

2. Disarankan pula, agar terselenggaranya aparatur pengawas yang bersih dan memiliki rasa tanggungjawab dalam menangani setiap pekerjaan yang berhubungan dengan fungsi pengawasan penyelenggaraan pemeriksaan daerah di Kota Tebing Tinggi.

3. Sebaiknya inspektorat dalam melakukan pengawasan terhadap PNS di Badan Kepegawaian Daerah Kota Tebing Tinggi harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar Pegawai Negeri Sipil tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas serta kewajibannya dengan baik dan penuh tanggung jawab.


(4)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2004

Ambar, Teguh Sulistiyani, Memahami Good Governance Dalam Perspektif

Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Gaya Media, 2004.

Atmosudirdjo, Prajudi, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2001.

HR, Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Rajawali Pers, 2006

Hartini, Sri, Upaya Keberatan terhadap PNS yang Dijatuhi Hukuman

Pemberhentian Tidak dengan Hormat, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11

No. 2 Mei 2011

Ibrahim, Johnny, Teori Metodologi & Penelitian Hukum Normatif, Malang, Bayumedia Publishing, 2006.

Lawrence M. Freidman, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Bandung: Nusa Media, 2011.

Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta, edisi revisi, cetakan ketujuh, Ghalia Indonesia, 2006

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Surabaya, Kencana Perdana Media Group, 2007.

R.J.H.M Huisman, Inleiding Algemeen Bestuurscrecht, Samson H.D Tjeenk Willink, Alphen aan den Rijn, 1984

Ridwan. HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta, Rajawali Pers, 2006

Rabert Biersted dalam Tedi Sudrajat, Problematika Penegakan Hukuman Disiplin

Kepegawaian, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 8, No. 3, September 2008

Soehino, Asas-asas Hukum Tata Pemerintahan, Yogyakarta, Liberty, 1984. Soeroso, R, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafik, 1992.

Soerjono Soekanto dan Srimamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta Cet. V, Ind-Hillco, 2001


(5)

Sule Erni Trisnawati, dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, Jakarta, Edisi Pertama, Prenada Media, 2005

Sukanto, Reksohadiprodjo, Dasar-dasar Manajemen, Yogyakarta, Edisi Keenam, BPFE, 2008.

Soekanto, Soerjono, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: Radja Grafindo Persada, 2004.

Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta, cetakan keenambelas, Ghalia Indonesia, 2010.

Siagian, Pokok-Pokok Pengawasan, Jakarta, Rineka Cipta, 1990

Widya Wicaksono Kristian, Administrasi dan Birokrasi Pemerintah, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Victor, M. Situmorang, dan Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat, Yogyakarta, Rineka Cipta, 1994.

B. Peraturan Perundang-Undangan .

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintahan Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Keputusan Menteri Nomor 41 Tahun 2001 tentang Pengawasan Represif Kebijakan Daerah.

Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Lembaga Teknis Daerah Kota Tebing Tinggi


(6)

C. Internet

http://lienchow.blogspot.com/2011/07/pentingnya-pengawasan-di-inspektorat.html

D. Wawancara

Wawancara dengan Mora Pusuk Sembiring, Kepala Inspektorat Tebing Tinggi Wawancara dengan Dewi Sekretaris Inspektorat Tebing Tinggi