PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN BENTUK TES DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN BENTUK TES DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA DITINJAU DARI

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

Oleh

YUSITA WARDANI Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRACT

COMPARATIVE STUDY OF THE USE OF FORM TEST IN PHYSIC EVALUATION LEARNING SEEN FROM CRITICAL THINKING

ABILITY OF SMP STUDENT’S

By

Yusita Wardani

The result of student learning is influenced by student critical thinking ability which is owned by the student , and can be improved by using essay test form and reasoning plural option in physic learning evaluation. This research aims to: (1) knowing the different of student ‘s learning physic result between the using of essay test form and reasoning plural option; (2) the different learning physic result seen from critical thinking ability in high category and low category; (3) the interaction between test form with critical thinking ability in improving student’s learning physic.

This research has been held on odd semester for academic year 2012/2013 in SMP N 19 Bandar Lampung, and the sample is this student from VIIIB and VIIIC

classes wich has 72 students. The taking sample technique that is used by purposive sampling. The desain of this research is factorial 2x2. The technique


(3)

Yusita Wardani

ii

that is used to analize the cognitive result data learning wich has two factors by using the scoring of study result and hypothesis test by using Two Way ANOVA. Based on the result of the research is reached: (1) there is the different of student

‘s learning physic result between the using of essay test form and reasoning plural

option. Student who evaluates their study uses reasoning plural options test have the average studing result higher than the student who uses essay form; (2) there is the different learning physic result seen from critical thinking ability. It shows the student with high critical thinking ability in two classes the result of their study is different from the student who has low critical thiking ability in both class; (3) ) the interaction between test form with critical thinking ability in improving

student’s learning physic.

Keywords: essay test form, reasoning plural options, critical thinking ability, and the result of the study


(4)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN BENTUK TES DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA DITINJAU DARI

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

Oleh Yusita Wardani

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa dan dapat ditingkatkan dengan menggunakan bentuk tes uraian dan pilihan jamak beralasan dalam evaluasi pembelajaran fisika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar fisika siswa antara menggunakan bentuk tes uraian dan pilihan jamak beralasan; (2) perbedaan hasil belajar fisika dilihat dari kemampuan berpikir kritis kategori tinggi dengan kategori rendah; (3) interaksi antara bentuk tes dengan kemampuan berpikir kritis dalam peningkatan hasil belajar fisika siswa.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SMPN 19 Bandarlampung dan sampelnya adalah siswa kelas VIIIB dan VIIIC yang berjumlah 72 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara purposive sampling. Desain penelitian ini adalah Factorial 2x2. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data hasil belajar kognitif yang


(5)

Yusita Wardani

ii

memiliki dua faktor menggunakan nilai hasil belajardan pengujian hipotesis menggunakan analisis varian dua jalur (Two Way ANOVA).

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa: (1) terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa, yang evaluasi pembelajarannya menggunakan bentuk tes uraian dan pilihan jamak beralasan. Siswa yang evaluasi pembelajarannya menggunakan bentuk tes pilihan jamak beralasan memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang menggunkan bentuk uraian; (2) terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dilihat dari kemampuan berpikir kritis. Hal ini berarti siswa dengan kemampuan berpikir kritistinggi pada kedua kelas hasil belajarnya berbeda dengan siswa dengan kemampuan berpikir kritisrendah pada kedua kelas; (3) terdapat interaksi antara bentuk tes dalam evaluasi pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis dalam peningkatan hasil belajar fisika siswa.

Kata kunci: Bentuk tes uraian, pilihan jamak beralasan, kemampuan berpikir kritis, dan hasil belajar


(6)

(7)

(8)

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar ... 6

2. Bentuk Tes a. Tes Pilihan Jamak Beralasan ... 8

b. Tes Uraian ... 10

3. Kemampuan Berpikir Kritis. ... 11

B.Kerangka Pemikiran ... 13

C.Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar ... 16

2. Hipotesis ... 17

III.METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 18

B. Sampel Penelitian ... 18


(10)

D. Variabel Penelitian ... 20

E. Instrumen Penelitian ... 21

F. Analisis Instrumen 1. Validitas ... 21

2. Reliabilitas ... 22

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data ... 24

2. Sumber Data ... 24

H. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas Data ... 26

2. Uji Homogenitas ... 27

3. Pengujian Hipotesis ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas ... 32

b. Uji Reliabilitas ... 33

2. Tahapan Pelaksanaan a. Kelas Eksperimen 1 (VIIIB) ... 35

b. Kelas Eksperimen 2 (VIIIC) ... 36

3. Hasil Pengumpulan Data ... 36

4. Hasil Uji Penelitian a. Uji Normalitas DataHasil Belajar Siswa ... 38

b. Hasil Uji Homogenitas ... 38

c. Hasil Analisis Varians ... 40


(11)

B. Pembahasan

1. Perbedaan hasil belajar fisika antara siswa menggunakan bentuk

tes uraian dan pilihan jamak beralasan ... 45

2. Perbedaan hasil belajar fisika siswa dilihat dari kemampuan berpikir kritis kategori tinggi dan kategori rendah ... 47

3. Interaksi antara bentuk tes dengan kemampuan berpikir kritis dalam peningkatan hasil belajar fisika siswa ... 48

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 51

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 57

2. Silabus ... 60

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 64

4. Buku Siswa ... 71

5. Kisi-Kisi Soal ... 79

6. Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 85

7. Kunci Jawaban LKK ... 106

8. Lembar Uji Kemampuan Berpikir Kritis ... 113

9. Kunci Jawaban Uji Kemampuan Berpikir Kritis ... 115

10. Lembar Uji Hasil Belajar Kognitif ... 116

11. Kunci Jawaban Uji Hasil Belajar Kognitif ... 118

12. Soal-soal Tugas Berstruktur Bentuk Uraian ... 120


(12)

14. Rubrik Penilaian ... 125

15. Data Hasil Uji Instrumen Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 127

16. Data Hasil Uji Instrumen Soal Tes Hasil Belajar Bentuk Uraian ... 128

17. Data Hasil Uji Instrumen Soal Tes Hasil Belajar Bentuk Pilihan Jamak Beralasan ... 129

18. Hasil Uji Validitas Soal ... 130

19. Hasil Reliabilitas Soal ... 133

20. Hasil Uji Kemampuan Berpikir Kritis Kelas VIIIB ... 136

21. Hasil Uji Kemampuan Berpikir Kritis Kelas VIIIC ... 138

22. Hasil Tes Hasil Belajar Uji Kognitif Kelas VIIIB ... 140

23. Hasil Tes Hasil Belajar Uji Kognitif Kelas VIIIC ... 142

24. Data Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Tinggi dan Rendah Kelas VIIIB ... 144

25. Data Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Tinggi dan Rendah Kelas VIIIC ... 145

26. Uji Normalitas Data ... 146

27. Uji Homogenitas Data ... 152

28. Hasil Uji Varian Dua Jalur ... 153

29. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 157


(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada jenjang SMP merupakan mata pelajaran terpadu yang mencakup aspek biologis (biologi), aspek fisis (fisika), dan aspek kimiawi (kimia). Secara aspek fisis, sains memfokuskan pada pembahasan benda tak hidup, mulai dari benda tak hidup yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari seperti air, tanah, udara, batuan dan logam, sampai dengan benda-benda luar bumi dalam susunan tata surya dan sistem galaksi di alam semesta. Bidang ilmu fisika sebagai salah satu cabang IPA merupakan bidang yang terdiri dari produk dan proses yang meliputi fakta, konsep, prinsip, prosedur, teori, hukum dan postulat, serta beberapa keterampilan sebagai proses pembelajaran IPA.

Keterampilan proses IPA mencakup keterampilan dasar (basic skill) sebagai kemamapuan terendah sampai keterampilan tertinggi yaitu keterampilan investigasi (investigation skill). Keterampilan inilah yang diharapkan dapat

menumbuhkembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif pada setiap materi yang diajarkan guru. Sehingga siswa tidak hanya berpikir secara sengaja, namun mampu menggunakan bukti dan logika. Tidak berhenti disitu, kemampuan berpikir kritis siswa diharapkan mampu menggali potensi siswa secara berkala mulai dari memberikan penjelasan dasar,


(14)

2 membangun kemampuan dasar dan mengaplikasikan konsep serta memberikan alternatifnya dalam kehidupan sehari-hari. Harapannya. kemampuan berpikir kritis inipun mampu berkolerasi terhadap hasil pembelajaran yang telah

berlangsung sehingga benar-benar terjadi proses pembelajaran yang bermakna.

Hasil belajar fisika yang tergolong masih rendah atau belum mencapai standar KKM, menjadi salah satu tantangan bagi guru untuk memberikan rangsangan yang lebih menarik lagi bagi siswanya. Mulai dari variansi model dan metode yang digunakan, kemenarikan media pembelajaran yang dibuat, sampai bentuk evaluasinya. Meskipun evaluasi sering dianggap sebagai salah satu hal yang menakutkan bagi siswa karena mempertaruhkan kemampuan yang dimiliki untuk mendapatkan skor yang terbaik. Padahal seharusnya evaluasi dijadikan kebutuhan, sebab dengan evaluasi mereka akan tahu sejauh mana mereka dikatakan berhasil atau tidak dalam menyerap pembelajaran yang telah berlangsung. Evaluasi juga diperlukan untuk menentukan sejauh mana keberhasilan guru dalam memberikan materi.

Meskipun memiliki banyak pilihan bentuk tes, pada kenyataannya bentuk tes objektif berbentuk pilihan jamak dan tes uraian berbentuk essay menjadi bentuk tes yang paling sering digunakan sebagai evaluasi pembelajaran. Padahal tes pilihan jamak berisiko terjadi penembakan jawaban oleh siswa, sehingga jawaban yang dipilih kurang mampu mewakili kemampuan yang dimiliki siswa, sedangkan tes uraian memiliki keterbatasan jumlah pokok bahasan dan membutuhkan waktu yang relatif lama. Untuk itu, bentuk tes pilihan jamak beralasan dibuat untuk memperbaiki kelemahan bentuk tes pilihan jamak biasa sehinggu mampu


(15)

3 meminimalisir terjadinya penembakan. Selain bentuk tes dalam evaluasi,

penerapan teknik evaluasi yang kurang menyeluruh untuk mengukur perkembangan yang dicapai siswa selama proses pembelajaran juga dapat

menyebabkan rendahnya hasil belajar. Sehingga semua kegiatan dari awal sampai akhir pembelajaran mampu memberikan sinergi yang baik terhadap hasil akhirnya terhadap siswa maupun guru. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka telah dilakukan penelitian dengan judul Perbandingan Hasil Belajar Menggunakan Bentuk Tes dalam Evaluasi Pembelajaran Fisika Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kristis Siswa SMP.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah perbedaan hasil belajar fisika siswa antara menggunakan bentuk tes uraian dengan bentuk tes pilihan jamak beralasan?

2. Adakah perbedaan hasil belajar fisika dilihat dari kemampuan berpikir kritis kategori tinggi dengan kategori rendah?

3. Adakah interaksi antara bentuk tes dengan kemampuan berpikir kritis dalam peningkatan hasil belajar fisika siswa?


(16)

4 C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa antara menggunakan bentuk tes uraian dengan bentuk tes pilihan jamak beralasan.

2. Mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa dilihat dari kemampuan berpikir kritis kategori tinggi dengan kategori rendah.

3. Mengetahui interaksi antara bentuk tes dengan kemampuan berpikir kritis dalam peningkatan hasil belajar fisika siswa.

D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai penambah wawasan ilmu pengetahuan dan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

2. Memberi wawasan kepada pembaca mengenai perbedaan bentuk tes dan hubungannya dengan hasil belajar fisika siswa.

3. Memberi wawasan kepada pembaca mengenai kemampuan berpikir kritis dan hubungannya dengan hasil belajar fisika siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku dalam interaksi belajar mengajar sehingga dimiliki oleh individu yang melakukan pembelajaran, baik


(17)

5 dalam bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Pada penelitian ini, hasil belajar dibatasi pada bidang kognitif saja.

2. Bentuk tes merupakan deskripsi tentang alat ukur dalam evaluasi, yang dalam penelitian ini bentuk yang digunakan yaitu tes uraian dan tes pilihan jamak beralasan. Tes uraian mengharapkan siswa menjawab pertanyaan dengan menguraikan atau menjelaskan melalui kalimat yang disusunnya dan tes pilihan jamak beralasan mengharapkan siswa memilih jawaban yang sudah ditentukan serta uraian sebagai alasan jawaban yang dipilih.

3. Kemampuan berpikir kritis merupakan keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan. Pada penelitian ini indikator pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa SMP meliputi: memberikan penjelasan dasar, membangun keterampilan dasar, dan menyimpulkan.

4. Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini hanya mencakup kemampuan berpikir kritis kategori tinggi dan kategori rendah saja. Mengacu pada

pendapat Noer bahwa seorang siswa dikatakan berpikir kritis tinggi jika memiliki skor > 70 dan kemampuan berpikir kritis kategori rendah yang memiliki skor < 60.

5. Materi pokok yang dibelajarkan dalam penelitian ini adalah Tekanan. 6. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB dan VIIIC SMP Negeri 19


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar

Evaluasi merupakan proses penilaian yang dilakukan setelah melakukan kegiatan. Tujuannya untuk mengetahui kekurangan yang terjadi agar kegiatan yang

dilakukan lebih baik. Dalam proses belajar mengajar, evaluasi digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami pembelajaran yang sudah

berlangsung.

Menurut Sanjaya (2010: 241), evaluasi merupakan suatu proses. Artinya, dalam suatu pelaksanaan evaluasi mestinya terdiri dari berbagai macam tindakan yang harus dilakukan. Evaluasi juga berhubungan dengan pemberian nilai atau arti, sehingga dapat menunjukkan kualitas nilai. Evaluasi secara keseluruhan setelah pembelajaran berlangsung bertujuan untuk melihat hasil belajar yang dimiliki siswa.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3), pengertian hasil belajar yaitu:

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses penilaian.


(19)

7 Sudjana (2005: 3), juga mengungkapkan bahwa:

Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku.

Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.

Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar yaitu perubahan tingkah laku dalam interaksi belajar mengajar sehingga dimiliki oleh individu yang melakukan pembelajaran, baik dalam bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.

Salah satu upaya mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa itu. Kemudian keberhasilan itu akan diukur untuk melihat seberapa besar usaha yang telah dilakukan siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung. Pengukuran ini biasa dilakukan dalam bentuk tes.

Abdullah (2008: 1), mengungkapkan pengertian hasil belajar yaitu:

Hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok

pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Hasil belajar merupakan bagian dari pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Menurut Gagne dalam Suprijono (2009: 5), hasil belajar berupa:

Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis; (2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang; (3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri; (4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; (5) Sikap adalah

kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.


(20)

8 Berdasarkan pendapat di atas, hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh nilai melalui tes. Sehingga mendapatkan nilai berupa skor melalui kemampuannya mengungkapkan pengetahuan yang dimiliki dalam bentuk bahasa, lisan maupun tertulis. Pada penelitian ini hasil belajar menggunakan bentuk tertulis.

2. Bentuk Tes

Hasil akhir dari proses belajar adalah mengukur tingkat pencapaian kompetensi yang dimiliki siswa. Pengukuran tersebut dapat dilakukan tes dan non tes. Tes meliputi tes lisan, tertulis, dan perbuatan. Sedangkan pengukuran non tes yaitu sikap, minat, dan lifeskill.

a. Tes Pilihan Jamak Beralasan

Pilihan jamak beralasan adalah bentuk tes pilihan jamak yang disertai uraian sebagai alasan jawaban yang dipilih. Alasan yang dikemukakan dapat mencerminkan pemahaman yang dimiliki siswa tersebut.

Menurut Treagus dalam Anonim (2008: 21), pilihan ganda beralasan

dikembangkan dan digunakan untuk menganalisis pemahaman serta kesulitan belajar siswa. Artinya, bentuk tes ini disusun sebagai jalan untuk menduga penyebab kesulitan belajar siswa. Pada dasarnya, bentuk pilihan ganda beralasan sama dengan pilihan ganda biasa. Hanya saja, dalam bentuk ini digunakan alasan yang sebagai alternatif jawaban untuk mengatasi kelemahan bentuk tes pilihan ganda biasa, yaitu penembakan.


(21)

9 Menurut Jaelani (2009: 5), tes objektif beralasan adalah bentuk tes yang efektif dan efisien untuk mengukur kemampuan penguasaan materi siswa. Penggunaan bentuk tes objektif beralasan yaitu:

Tes ini harus diusahakan dan kemudian diasumsikan bahwa salah satu alasan yang disediakan merupakan satu-satunya jalan untuk dapat mengetahui jalan pikiran maupun kemampuan penguasaan materi anak didiknya. Karena dalam menjawab, siswa hanya memilih satu huruf dari option yang disediakan serta satu pilihan alasan yang disediakan, maka bentuk tes ini objektif penskorannya tinggi serta hasilnya relatif cepat diketahui.

Menurut Vermalia (2011: 19), tes pilihan ganda beralasan memiliki kelebihan dan kelemahan yang hampir sama dengan tes pilihan ganda biasa. Adapun kelebihan dari bentuk tes pilihan ganda beralasan yaitu:

1) Jumlah materi tidak terbatas dan soal relatif banyak; 2) Mengukur jenjang kognitif dari ingatan sampai evaluasi; 3) Penskoran mudah, cepat, objektif dan mencakup materi yang luas; 4) Sangat tepat untuk ujian yang pesertanya banyak dan hasilnya harus segera, seperti UN; 5) Reliabilitas soal relatif tinggi; 6) Penskoran bisa digantikan oleh mesin; 7) Dapat digunakan untuk mengukur kemampuan Problem Solving; 8) Tidak ada peluang untuk menerka atau menebak jawaban.

Adapun kelemahan dari tes pilihan ganda beralasan yaitu:

1) Kurang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan verbal; 2) Peserta didik tidak mempunyai keleluasaan dalam menulis,

mengorganisasikan, dan mengekspresikan gagasan yang mereka miliki yang dituangkan ke dalam kata atau kalimatnya sendiri; 3) Penyusunan soal yang baik memerlukan waktu yang relatif lama; 4) Sangat sukar menentukan alternatif jawaban dan alasan yang benar-benar homogen, logis dan berfungsi.

Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini tes pilihan jamak beralasan yaitu suatu bentuk tes pilihan jamak yang mengharapkan siswa menjawab pilihan


(22)

10 dengan memberikan alasan sebagai pertimbangan. Alasan pada setiap jawaban yang dipilih bertujuan untuk mengukur kemampuan yang dimiliki siswa.

b. Tes Uraian

Jenis tes ini menuntut kemampuan siswa untuk mengemukakan, menyusun, dan memadukan gagasan yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Tes jenis ini memungkinkan siswa menjawab pertanyaan secara bebas.

Menurut Sudijono (2008: 100), tes uraian (essay test) adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

1) Bentuk pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa uraian atau kalimat yang cukup panjang; 2) Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada testee untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan sebagainya; 3) Jumlah butir soal umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai dengan sepuluh butir; 4) Pada umumnya butir-butir soal tersebut diawali dengan kata-kata jelaskan, mengapa, bagaimana, atau kata-kata lain yang serupa dengan itu.

Menurut Silverius (1991: 63-65), beberapa keunggulan dan kelemahan dari tes bentuk uraian diantaranya, yaitu:

1) Menjawab pertanyaan tes secara bebas; 2) Mampu meningkatkan kemampuannya dalam hal menulis, mengutarakan ide-ide atau jalan pikirannya secara terorganisir, berpikir kreatif dan kritis; 3) Mampu mengukur kemampuan siswa mengemukakan pandangan dalam bentuk tulisan; 4) Mampu mengukur kemampuan siswa menjelaskan,

membandingkan, merangkumkan, membedakan, menggambarkan, dan mengevaluasi suatu topik atau pokok bahasan; 5) Relatif lebih mudah menyusun pertanyaannya; 6) Sangat memperkecil kemungkinan siswa menebak jawaban yang benar; 7) Dapat menggalakkan siswa untuk mempelajari secara luas konsep-konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan topik pembahasan atau pengajarannya.


(23)

11 Adapun kelemahan dari tes bentuk uraian, yaitu:

1) Sukar diskor secara benar-benar obyektif, walaupun itu tes yang dikualifikasi sebagai tes uraian obyektif sekalipun; 2) Membutuhkan waktu yang lama untuk menjawab pertanyaan; 3) Jumlah pokok bahasan atau subpokok bahasan yang dapat diambil sebagai sumber pertanyaan sangat terbatas; 4) Membutuhkan waktu yang jauh lebih lama bagi guru untuk membaca dan menilai semua jawaban siswa; 5) Sering terbuka untuk hallo effect yang berupa kecenderungan untuk memberi nilai tinggi bagi siswa yang dianggap atau dinilai mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman sekelasnya.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini tes bentuk uraian sebagai salah satu alat ukur hasil belajar untuk mengungkap daya ingat dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes. Siswa diharapkan mampu memberikan jawaban secara terurai.

3. Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa dapat dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis jika siswa mampu merumuskan dan mengevaluasi apa yang dipercaya dan diyakininya dalam memecahkan masalah. Menurut Suryabrata (2001: 54), menyatakan bahwa:

Berpikir adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan seseorang. Bagian pengetahuan tersebut, yaitu sesuatu yang telah dimiliki, yang berupa pengertian-pengertian dan dalam batas tertentu juga tanggapan-tanggapan.

Berpikir kritis dapat terjadi bila diberi rangsangan (stimulus) yang bertujuan untuk memberikan arahan dalam berpikir dan bekerja. Artinya, seorang siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya memikirkan sesuatu dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika. Johnson (2009: 48), mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir untuk menyelidiki


(24)

12 secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Spliter dalam Komalasari (2010: 267), mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan siswa untuk dapat merumuskan dan mengevaluasi apa yang

dipercaya dan diyakininya dalam memecahkan masalah secara konvergen, yaitu menuju ke satu titik.

Kemampuan berpikir kritis memiliki beberapa indikator untuk mencapai kemampuan yang diinginkan. Menurut Ennis dalam Aryati (2009: 3),

mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas yaitu:

(1) memberikan penjelasan sederhana, meliputi: a) memfokuskan pertanyaan, b) menganalisis pertanyaan, c) bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan; (2) membangun keterampilan dasar, meliputi: a) mempertimbangkan kriteria dan

keabsahan informasi, b) mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi; (3) menyimpulkan, meliputi: a) mendeduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi, b) menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi, c) membuat dan menentukan nilai pertimbangan; (4) memberikan penjelasan lanjut, meliputi: a)

mendefinisikan istilah dan definisi pertimbangan dalam tiga dimensi, b) mengidentifikasi asumsi; (5) mengatur strategi dan taktik, yang meliputi: a) menentukan tindakan, b) berinteraksi dengan orang lain.

Menurut Tresnawati (2010: 19) berpikir kritis dibagi dalam dua aspek besar yang meliputi aspek pembentukan watak dan aspek keterampilan. Beberapa aspek keterampilan berpikir kritis seperti diuraikan pada Tabel 2.1.


(25)

13 Tabel 2.1. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis yang Diamati

Keterampilan Berpikir Kritis Sub Keterampilan Berpikir Kritis Indikator 1. Memberikan penjelasan dasar 1. Menganalisis argument

1. Mencari persamaan dan perbedaan 2. Membangun

keterampilan dasar

2. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak?

2. Kemampuan memberikan alasan 3. Menyimpulkan 3. Menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

3. Berhipotesis 4. Menggeneralisasi 4. Membuat dan

mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan 5. Mengaplikasikan konsep 6. Mempertimbangkan alternative

Selain indikator berpikir kritis, siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis memiliki ciri-ciri tersendiri. Ada pula ciri-ciri dari berpikir kritis yang

dikemukakan Zeidler, et al dalam Suprapto (2008: 8) menyatakan ciri-ciri orang yang mampu berpikir kritis adalah:

(1) memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati gagasannya, dan memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan masalah, (2) bersikap skeptis yaitu tidak mudah menerima ide atau gagasan kecuali dia sudah dapat membuktikan kebenarannya.

Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini, untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa meliputi: kemampuan mendefinisikan masalah, kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, kemampuan merumuskan hipotesis, dan kemampuan menarik kesimpulan.

B. Kerangka Pemikiran

Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan perubahan baik berupa tingkah laku maupun ilmu pengetahuan. Setelah kegiatan


(26)

14 ini dilaksanakan maka diperlukan adanya evaluasi. Dalam dunia pendidikan kata evaluasi sangat identik dengan pemberian nilai sebagai tolak ukur seberapa berhasilkah kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan sebagai bahan pertimbangan untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya. Evaluasi yang dilakukan guru kepada para siswa biasanya merupakan evaluasi hasil belajar. Gunanya untuk mengetahui kualitas pemahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan.

Evaluasi hasil belajar ini berupa tes, baik secara tertulis, lisan maupun perbuatan. Tes yang sering digunakan yaitu tes tertulis seperti tes pilihan jamak dan uraian. Bentuk tes ini dipilih karena alasan kepraktisan. Padahal masih banyak bentuk tes yang dapat digunakan, seperti pengembangan dari bentuk tes pilihan jamak yaitu pilihan jamak beralasan. Tes ini mengharapkan siswa dapat memberikan alasan pada setiap jawaban yang dipilihnya.

Penelitian ini mengunakan dua bentuk tes yaitu bentuk tes uraian dan bentuk tes pilihan jamak beralasan sebagai modifikasi dari bentuk tes pilihan jamak pada umumnya. Masing-masing bentuk tes akan menghasilkan skor sebagai keluaran hasil belajar fisika siswa yang berfokus pada ranah kognitif saja. Peninjauan hasil belajar dari tiap bentuk tes tersebut dilihat dari kemampuan berpikir kritis siswa yang dibagi menjadi dua kategori saja, yaitu kategori tinggi dan kategori rendah.

Variabel dalam penelitian ini berjumlah tiga variabel yaitu variabel bebas,

variabel terikat dan variabel moderator. Variabel bebas meliputi bentuk tes uraian (X1) dan bentuk tes pilihan jamak beralasan (X2). Kemudian variabel terikat berupa hasil belajar fisika siswa (Y) dan variabel moderatornya yaitu kemampuan berpikir kritis.Pada variabel terikat berupa hasil belajar akan didapat dua hasil


(27)

15 belajar fisika siswa yaitu hasil belajar dengan perlakuan bentuk tes uraian (Y1) dan hasil belajar dengan perlakuan bentuk tes pilihan jamak beralasan (Y2). Kedua hasil belajar tersebut dibagi menjadi dua kategori berdasarkan kemampuan

berpikir kritis yang dimiliki siswa yaitu kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan berpikir kritis rendah. Selanjutnya hasil belajar dianalisis untuk mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah.

Penjelasan lebih lanjut untuk menganalisis variabel-variabel dalam penelitian ini, dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir

Penggunaan bentuk tes dan peninjauan kemampuan berpikir kritis siswa akan berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa. Masing-masing variabel berada dalam dua kategori yaitu bentuk tes uraian dengan pilihan jamak beralasan dan kemampuan berpikir kritis tinggi dengan kemampuan berpikir kritis rendah yang berdampak pada hasil belajar fisika siswa.

X1

X2

Y1

Y2 KBK

Z1


(28)

16 Kemampuan berpikir kritis dan bentuk tes yang bervariasi akan saling mempengaruhi sehingga terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa. Terutama bagi tingkatan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa. Siswa dengan kemampuan berpikir kritis kategori tinggi akan meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan bentuk tes uraian. Karena, bentuk tes ini mampu merangsang kemampuan yang dimiliki siswa. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis mampu meningkatkan hasil belajar menggunakan bentuk tes pilihan jamak beralasan daripada bentuk tes uraian. Karena, pada bentuk tes pilihan jamak beralasan pemberian skor lebih mudah diberikan ketika siswa hanya menjawab pilihannya saja atau hanya memberikan alasannya saja.

Berdasarkan hipotesis yang saling berhubungan, maka masing-masing variabel memungkinkan adanya interaksi yaitu interaksi antara bentuk tes dan kemampuan berpikir kritis dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis

1. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

a. Siswa dari kedua kelompok sampel memperoleh materi yang sama.

b. Siswa dari kedua kelas eksperimen mendapatkan alokasi waktu belajar yang sama.

c. Siswa pada kedua kelas eksperimen memiliki kemampuan kognitif yang sama jika dilihat dari nilai rata-rata semester ganjil.


(29)

17

2. Hipotesis

Pasangan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

Hipotesis pertama

H01 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa antara menggunakan bentuk tes uraian dengan bentuk tes pilihan jamak beralasan.

H11 : Terdapat hasil belajar fisika siswa antara menggunakan bentuk tes uraian dengan bentuk tes pilihan jamak beralasan.

Hipotesis kedua

H02 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika dilihat dari kemampuan berpikir kritis kategori tinggi dengan kategori rendah.

H12 : Terdapat perbedaan hasil belajar fisika dilihat dari kemampuan berpikir kritis kategori tinggi dengan kategori rendah

Hipotesis ketiga

H03 : Tidak terdapat interaksi antara bentuk tes dengan kemampuan berpikir kritis dalam peningkatan hasil belajar fisika siswa.

H13 : Terdapat interaksi antara bentuk tes dengan kemampuan berpikir kritis dalam peningkatan hasil belajar fisika siswa


(30)

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 19 Bandar Lampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013. Siswa terbagi dalam delapan kelas, yaitu kelas VIIIA sampai dengan kelas VIIIH dengan jumlah keseluruhannya yaitu 289 siswa.

B.Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Teknik ini merupakan berdasarkan analisis nilai hasil belajar semester 1. Sampel penelitian yang diambil yaitu kelas VIIIB dan VIIIC masing-masing berjumlah 36 orang siswa.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode eksperiemen dan desain

faktorial (2x2). Studi ini menggunakan dua kelas yang diberikan perlakuan bentuk tes berbeda yaitu, bentuk tes uraian pada kelas eksperimen 1 dan bentuk tes pilihan jamak beralasan pada kelas eksperimen 2. Faktor pertama adalah bentuk tes dalam evaluasi hasil belajar siswa yaitu dengan bentuk tes uraian (X1) dan bentuk tes pilihan jamak beralasan (X2). Faktor kedua adalah kemampuan berpikir


(31)

19 kritis siswa, terbagi dalam dua kategori yaitu kemampuan berpikir kritis kategori tinggi (X3) dan kemampuan berpikir kritis kategori rendah (X4). Didesain seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Desain Penelitian Bentuk Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Tes Uraian (X1) Tes Pilihan Jamak Beralasan (X2)

Tinggi (X3) X1X3 X2X3

Rendah (X4) X1X4 X2X4

Sumber: Modifikasi dari Hardiansyah (2006)

Keterangan:

X1X3 = Hasil belajar fisika siswa yang diberikan perlakuan menggunakan bentuk tes uraian pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi.

X2X3 = Hasil belajar fisika siswa yang diberikan perlakuan menggunakan bentuk tes pilihan jamak beralasan pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi.

X1X4 = Hasil belajar fisika siswa yang diberikan perlakuan menggunakan bentuk tes uraian pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis.

X2X4 = Hasil belajar fisika siswa yang diberikan perlakuan menggunakan bentuk tes pilihan jamak beralasan pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah.

Masing-masing kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu penerapanbentuk tes uraian pada kelas eksperimen 1 dan bentuk tes pilihan jamak beralasan pada kelas


(32)

20 eksperimen 2 dengan keduanya diberikan model pembelajaran TPS (Think Pair and Share). Pada awal pertemuan, siswa diberikan tes berupa soal uraian untuk mengukur kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa. Kemudian masing-masing kelompok eksperimen dikategorikan berdasarkan kemampuan berpikir kritisnya, yaitu kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan berpikir kritis rendah menggunakan nilai hasil tes pada masing-masing kelas eksperimen. Perlakuan bentuk tes diberikan kepada siswa melalui soal-soal sebagai tugas terstruktur yang dikerjakan dirumah setelah pembelajaran berlangsung. Tugas berupa soal-soal dengan bentuk uraian di kelas eksperimen 1 dan soal pilihan jamak beralasan di kelas eksperimen 2. Pada akhir pertemuan di akhir

pembelajarn, masing-masing kelas eksperimen diberikan tes berupa perpaduan soal antara bentuk uraian dan pilihan jamak beralasan untuk mengukur hasil belajar fisika siswa meliputi kemampuan kognitifnya.

D.Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas meliputi bentuk tes uraian (X1) dan bentuk tes pilihan jamak beralasan (X2). Kemudian variabel terikat berupa hasil belajar fisika siswa (Y) yang terdiri dari (Y1) dan (Y2). Variabel moderator yaitu kemampuan berpikir kritis tersebut dibagi menjadi dua kategori berdasarkan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa yaitu kemampuan berpikir kritis tinggi (X3) dan kemampuan berpikir kritis rendah (X4).


(33)

21 E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan instrumen berbentuk uraian. Tes ini digunakan pada saat awal pertemuan dengan jumlah soal yaitu 5 butir. 2. Hasil belajar pada ranah kognitif menggunakan instrumen perpaduan antara

bentuk tes, yaitu 2 butir soal bentuk uraian dan 3 butir soal bentuk pilihan jamak beralasan. Tes ini digunakan pada saat akhir pertemuan dengan jumlah soal yaitu 5 butir.

F. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Sebuah tes dikatakan valid jika hasilnya sesuai dengan kriterium, artinya memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur

(ketepatan).Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

∑ ∑ ∑


(34)

22 Keterangan:

= Koefisien korelasi yang menyatakan validitas = Skor butir soal

= Skor total = Jumlah sampel

(Arikunto, 2008: 72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika rhitung > rtabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. (Sugiyono, 2010: 188)

Berdasarkan kutipan di atas, sebuah instrumen dinyatakan valid jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3. Sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika rhitung > rtabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriteria uji bila correlated item – total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data tersebut kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Setelah instrumen dikatakan valid, selanjutnya instrumen harus dikatakan reliabel yaitu, jika instrumen tersebut digunakan beberapa kali untuk mengukur objek


(35)

23 yang sama maka akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109), menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.

Menurut Sayuti dalam Saputri (2010: 30), instrumen dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan pada Tabel 3.2.


(36)

24 Tabel 3.2. Interpretasi ukuran kemantapan nilai alpha

Nilai Alpha Cronbach’s Keterangan

0,00-0,20 kurang reliabel.

0,21-0,40 agak reliabel.

0,41-0,60 cukup reliabel.

0,61-0,80 0,81-1,00

reliabel. sangat reliabel.

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian instrumen akan diujikan kepada sampel penelitian. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.

G.Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Data penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu penguasaan materi pokok tekanan yang diperoleh dari nilai tes siswa di awal dan akhir pertemuan. Setelah mengikuti tes, siswa akan memperoleh suatu skor yang besarnya ditentukan dari banyaknya soal yang dijawab benar.

2. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari nilai tes kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar. Nilai tes diambil pada awal pertemuan sebelum pembelajaran dan akhir pertemuan setelah pembelajaran pada kedua kelompok kelas


(37)

25 H. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh dibuat dalam bentuk nilai dengan rumus:

Syah dalam Ulfarina (2010: 34)

Adapun kriteria hasil kemampuan berpikir kritis siswa dapat dikategorikan dalam 3 kategori yang dapat dilihat pada Tabel 3.5, Sedangkan rencana kriteria hasil belajar ranah kognitif siswa disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.3 Kriteria Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Kategori Kriteria

Tinggi > 70

Sedang > 60 sampai < 70

Rendah < 60

Noer (2010: 88)

Tabel 3.4 Kriteria Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa

Nilai Kriteria

80,1-100 60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,0-20

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah (dimodifikasi dari Arikunto, 2008: 245)

Pengujian kebenaran hipotesis yang diajukan dilakukan melalui analisis data yang diperoleh. Pertama melakukan uji persyaratan analisis yang diperlukan guna


(38)

26 mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Uji prasyarat analisis berupa uji normalitas data dan uji homogenitas data, kemudian melakukan uji anova dua jalur (Two Way ANOVA) untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Keputusan hasil pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil analisis dengan kriteria uji dari masing-masing jenis pengujian.

1. Uji Normalitas Data

Untuk menguji apakah sampel penelitian berdistribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik kolmogrov smirnov. Caranya adalah

menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

Ho : data tidak terdistribusi secara normal.

H1 : data terdistribusi secara normal.

Dasar dari pengambilan keputusan di atas kemudian dihitung menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode kolmogrov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai , nilai α yang digunakan adalah 0,05 dengan pedoman pengambilan keputusan adalah:

1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka H0 diterima

dengan artian bahwa data tidak terdistribusi secara normal.

2. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka H1 diterima


(39)

27 Selain menggunakan uji statistik non-parametrik kolmogorov smirnov, dapat juga digunakan pengujian Normal Probability Plot of Regression Standardized

Residual terhadap masing-masing variabel. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka data terdistribusi normal, sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal maka data terdistribusi tidak normal (Ghozali, 2005: 36).

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas yang dapat digunakan jika masing-masing variabel berdistribusi normal. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel atau lebih memiliki varian yang sama. Terlebih dulu mempertimbangkan hipotesis pengujiananya, yaitu:

H0 : Kedua sampel mempunyai variansi sama

H1 : Kedua sampel mempunyai variansi berbeda

Pertimbangan efisiensi uji ini dilakukan dengan menggunakan fungsi univariate pada program komputer. Menurut Sudjana (2005: 250), kriteria uji yang

digunakan adalah: (1) jika nilai sig< α (0,05) atau Fhitung > Ftabel maka data dari perlakuan yang diberikan tidak homogen, (2) jika nilai sig> α (0,05) atau Fhitung≤ Ftabel maka data dari perlakuan yang diberikan adalah homogen.

3. Pengujian Hipotesis

Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x2, maka digunakanlah analisis varians dua arah (Two Way ANOVA), yaitu cara yang digunakan untuk menguji perbedaan variansi dua variabel atau lebih. Unsur utama dalam analisis variansi adalah variansi antar kelompok dan variansi di dalam kelompok. Variansi antar


(40)

28 kelompok dapat dikatakan sebagai pembilang dan variansi di dalam kelompok sebagai penyebut.

Beberapa asumsi yang harus dipenuhi pada uji ANOVA yaitu:

a) Varians homogen (sama)

b) Sampel kelompok dependent atau independent ketegorikal c) Data berdistribusi normal

Tahapan-tahapan yang diambil dalam pengujian menggunakan ANOVA adalah:

1) Penentuan hipotesis nol (H0) baik antar kolom (antar kemampuan berpikir

kritis ) maupun antar baris (antar bentuk tes)

Hipotesis nol-kolom (H0-kolom) : Rata-rata hasil belajar fisika siswa kedua

kemampuan berpikir kritis siswa adalah sama

Hipotesis nol-baris (H0-baris) : Rata-rata hasil belajar fisika siswa kedua

bentuk tes adalah sama. 2) Memasukkan data dalam program SPSS 17.0

3) Struktur Informasi pokok analisis ANOVA antara lain: a) Deskripsi rata-rata dan standar deviasi dari sampel.

Pada tabel Descriptive nilai mean, standar deviasi, dan nilai minimum serta maksimum dapat diketahui.

b) Uji Homoskedastisitas Dengan hipotesis:

H0: varians k populasi sama


(41)

29 Bila nilai Sig. di dapat > α maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima dengan kata lain asumsi kesamaan ragam terpenuhi.

c) Hasil uji beda rata-rata k populasi

Terlihat pada tabel ANOVA, Bila nilai signifikansi atau p-valuedidapat ≤ α, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima dengan kata lain minimal ada satu diantara tiap populasi yang memiliki perbedaan rata-rata. Oleh karena itu uji ANOVA dipenuhi.

Hipotesis statistik disusun berdasarkan hipotesis verbal yang telah dikemukakan dalam hipotesis penelitian. Hipotesis statistik disusun sebagai berikut:

Hipotesis pertama

H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa yang evaluasi

pembelajarannya menggunakan bentuk tes uraian dan pilihan jamak beralasan.

H1 :Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa yang evaluasi

pembelajarannya menggunakan bentuk tes uraian dan pilihan jamak beralasan.

Hipotesis statistik:

H0 :

H1 :


(42)

30 µx21 = Hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan bentuk tes pilihan jamak

beralasan.

Kriteria Uji:

Jika nilai Sig. > 0,050 maka H0diterima. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan

hasil belajar fisika siswa antara model bentuk tes uraian dan pilihan jamak beralasan. (Trihendradi, 2005: 172). Kemudian jika hasil belajar fisika siswa adalah maka H0 ditolak.

Hipotesis kedua

H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dilihat dari kemampuan

berpikir kritis.

H1 :Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dilihat dari kemampuan

berpikir kritis.

Hipotesis statistik:

H0 :

H1 :

µx11 = Hasil belajar fisika pada siswa kemampuan berpikir kritistinggi.


(43)

31 Kriteria Uji:

Jika nilai Sig. > 0,050 maka H0diterima. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan

hasil belajar fisika siswa dilihat dari kemampuan berpikir kritis. (Trihendradi, 2005: 172). Kemudian jika hasil belajar fisika siswa adalah maka H0ditolak.

Hipotesis ketiga

H0 : Tidak terdapat interaksi antara bentuk tes dengan kemampuan berpikir kritis

dalam peningkatan hasil belajar fisika siswa.

H1 : Terdapat interaksi antara bentuk tes dengan kemampuan berpikir kritis

dalam peningkatan hasil belajar fisika siswa.

Hipotesis statistik:

H0 : Interaksi A = B A = Bentuk tes

H1: Interaksi A ≠ B B = Kemampuan berpikir kritis

Kriteria uji:

Jika nilai Sig. interaksi Bentuk tes *kemampuan berpikir kritis > 0,050 maka H0

diterima.


(44)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa yang evaluasi pembelajarannya menggunakan bentuk tes uraian dan bentuk tes pilihan jamak beralasan. Hasil belajar fisika siswa yang evaluasi pembelajarannya menggunakan bentuk tes pilihan jamak berlasan lebih tinggi daripada bentuk tes uraian.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dilihat dari kemampuan berpikir kritissiswa. Hasil belajar fisika siswa dengan kemampuan berpikir kritis kategori tinggi lebih tinggi daripada siswa dengan kemampuan berpikir kritis katgori rendah.

3. Terdapat interaksi antara bentuk tes dengan kemampuan berpikir kritissiswa. Bentuk tes pilihan jamak beralasan mampu meningkatkan hasil belajar fisika siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi. Sedangkan, bentuk tes uraian dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah.


(45)

52 B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan dan juga analisis terhadap hasil pengamatan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru dapat menggunakan bentuk tes pilihan jamak beralasan karena dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik daripada menggunakan bentuk tes uraian.

2. Bagi guru hendaknya dapat meningkatkan penggalian kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa. Karena dengan dasar kemampuan berpikir kritis yang tinggi, siswa mampu mendapatkan hasil belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah.

3. Bagi guru dapat menggunakan bentuk tes uraian maupun pilihan jamak untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi. Sedangkan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah, guru dapat menggunakan bentuk tes uraian.

4. Bagi pihak lain yang ingin menerapkan bentuk tes yang telah dilakukan oleh peneliti ini, sebaiknya terlebih dahulu dianalisis kembali untuk disesuaikan penerapannya, terutama dalam hal bentuk soal dan rubrikasi penilaian sesuai dengan kebutuhan.


(46)

53

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Panduan Penulisan Butir Soal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Abdullah, Abu Muhammad Ibnu. 2008. Hasil dan Prestasi Belajar. Artikel Pendidikan. [Network] diakses 18 Februari 2012 dari http://spesialis-torch.com/content/view/120/29

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aryati, Rosmedi. 2009. Bagaimana Strategi Pembelajaran Quantum Teaching Dan Quantum Learning Dapat Dilaksanakan. [Network] diakses 25 November 2010 dari

http://blog.unila.ac.id/momon/2009/09/07/bagaimana-strategi- pembelajaran-quantum-teaching-dan-quantum-learning-dapat-dilaksanakan/

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fatmasari, Yuli. 2012. Pengaruh Keterampilan Berpikir Kritis Siswa melalui

Metode Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Swadhipa 1 Natar. Skripsi. Lampung: Universitas Lampung.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halpen. 1996. Memahami Berpikir Kritis. Bandung: Artikel Pendidikan. Hardiansyah. 2006. Jenis-Jenis Desain Penelitian Secara Umum dan

Pendekatannya. Makalah. [Network] diakses 4 Juli 2011 dari

http://Te.Ugm.Ac.Id/~Risanuri/V01/Wp-Content/Uploads/2011/05/Final-Hardi-Dan-Kholis.Pdf

Jaelani, Ahmad. 2009. Tes Objektif Beralasan (TOB) Studi Eksperimen Penggunaan Alat Evaluasi pada Mapel Kimia di MAN 3 Kediri. Jurnal. Surabaya: Badan Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Surabaya.[Network] diakses 2009 dari


(47)

54

http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/TESOBJEKTIFBERALAS ANJaelani.pdf

Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching Learning (CTL). Bandung: Kaifa Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.

Bandung: Refika Aditama.

Nafah, Isti. 2010. Pengaruh Perbedaan Bentuk Tes dalam Evaluasi Hasil Belajar Fisika Ditinjau dari Kemampuan Bahasa Indonesia. Skripsi. Surabaya: UNS. [Network] diakses 24 November 2010 dari

http://eprints.uns.ac.id/id/eprint/92.

Noer, Sri Hastuti. 2010. Penerapan Modified Jigsaw dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Reprsentasi Matematis.Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom.

Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Silverius, Suke. 2005. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Grasindo.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suprapto. 2008. Menggunakan Ketrampilan Berpikir Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Artikel. [Network] diakses 01 November 2012 dari http://supraptojielwongsolo.wordpress.com.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(48)

55

Tresnawati, Erna. 2010. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP (online). Skripsi. Bandung: UPI. Diakses 10 November 2010 dari

http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=859.

Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by Step SPSS 13 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi

Ulfarina, Loviza. 2010. Penggunaan Pendekatan Multi Representasi Pada Pembelajaran Konsep Gerak Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Memperkecil Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMP. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Vermalia, Seftima. 2011. Analisis Pemahaman Konsep Kimia Pada Materi Pokok Redoks Menggunakan Soal Pilihan Ganda Beralasan Pada Siswa Kelas XII. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.[Network] diakses 22 Juni 2011 dari http://repository.upi.edu/skripsiview.php?start=10880


(1)

31 Kriteria Uji:

Jika nilai Sig. > 0,050 maka H0 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dilihat dari kemampuan berpikir kritis. (Trihendradi, 2005: 172). Kemudian jika hasil belajar fisika siswa adalah maka H0 ditolak.

Hipotesis ketiga

H0 : Tidak terdapat interaksi antara bentuk tes dengan kemampuan berpikir kritis dalam peningkatan hasil belajar fisika siswa.

H1 : Terdapat interaksi antara bentuk tes dengan kemampuan berpikir kritis dalam peningkatan hasil belajar fisika siswa.

Hipotesis statistik:

H0 : Interaksi A = B A = Bentuk tes

H1: Interaksi A ≠ B B = Kemampuan berpikir kritis

Kriteria uji:

Jika nilai Sig. interaksi Bentuk tes *kemampuan berpikir kritis > 0,050 maka H0 diterima.


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa yang evaluasi pembelajarannya menggunakan bentuk tes uraian dan bentuk tes pilihan jamak beralasan. Hasil belajar fisika siswa yang evaluasi pembelajarannya menggunakan bentuk tes pilihan jamak berlasan lebih tinggi daripada bentuk tes uraian.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dilihat dari kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil belajar fisika siswa dengan kemampuan berpikir kritis kategori tinggi lebih tinggi daripada siswa dengan kemampuan berpikir kritis katgori rendah.

3. Terdapat interaksi antara bentuk tes dengan kemampuan berpikir kritis siswa. Bentuk tes pilihan jamak beralasan mampu meningkatkan hasil belajar fisika siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi. Sedangkan, bentuk tes uraian dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah.


(3)

52

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan dan juga analisis terhadap hasil pengamatan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru dapat menggunakan bentuk tes pilihan jamak beralasan karena dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik daripada menggunakan bentuk tes uraian.

2. Bagi guru hendaknya dapat meningkatkan penggalian kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa. Karena dengan dasar kemampuan berpikir kritis yang tinggi, siswa mampu mendapatkan hasil belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah.

3. Bagi guru dapat menggunakan bentuk tes uraian maupun pilihan jamak untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi. Sedangkan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah, guru dapat menggunakan bentuk tes uraian.

4. Bagi pihak lain yang ingin menerapkan bentuk tes yang telah dilakukan oleh peneliti ini, sebaiknya terlebih dahulu dianalisis kembali untuk disesuaikan penerapannya, terutama dalam hal bentuk soal dan rubrikasi penilaian sesuai dengan kebutuhan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Panduan Penulisan Butir Soal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Abdullah, Abu Muhammad Ibnu. 2008. Hasil dan Prestasi Belajar. Artikel Pendidikan. [Network] diakses 18 Februari 2012 dari http://spesialis-torch.com/content/view/120/29

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aryati, Rosmedi. 2009. Bagaimana Strategi Pembelajaran Quantum Teaching Dan Quantum Learning Dapat Dilaksanakan. [Network] diakses 25 November 2010 dari

http://blog.unila.ac.id/momon/2009/09/07/bagaimana-strategi- pembelajaran-quantum-teaching-dan-quantum-learning-dapat-dilaksanakan/

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fatmasari, Yuli. 2012. Pengaruh Keterampilan Berpikir Kritis Siswa melalui

Metode Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Swadhipa 1 Natar. Skripsi. Lampung: Universitas Lampung.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halpen. 1996. Memahami Berpikir Kritis. Bandung: Artikel Pendidikan. Hardiansyah. 2006. Jenis-Jenis Desain Penelitian Secara Umum dan

Pendekatannya. Makalah. [Network] diakses 4 Juli 2011 dari

http://Te.Ugm.Ac.Id/~Risanuri/V01/Wp-Content/Uploads/2011/05/Final-Hardi-Dan-Kholis.Pdf

Jaelani, Ahmad. 2009. Tes Objektif Beralasan (TOB) Studi Eksperimen Penggunaan Alat Evaluasi pada Mapel Kimia di MAN 3 Kediri. Jurnal. Surabaya: Badan Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Surabaya.[Network] diakses 2009 dari


(5)

54

http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/TESOBJEKTIFBERALAS ANJaelani.pdf

Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching Learning (CTL). Bandung: Kaifa Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.

Bandung: Refika Aditama.

Nafah, Isti. 2010. Pengaruh Perbedaan Bentuk Tes dalam Evaluasi Hasil Belajar Fisika Ditinjau dari Kemampuan Bahasa Indonesia. Skripsi. Surabaya: UNS. [Network] diakses 24 November 2010 dari

http://eprints.uns.ac.id/id/eprint/92.

Noer, Sri Hastuti. 2010. Penerapan Modified Jigsaw dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Reprsentasi Matematis.Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom.

Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Silverius, Suke. 2005. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Grasindo.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suprapto. 2008. Menggunakan Ketrampilan Berpikir Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Artikel. [Network] diakses 01 November 2012 dari http://supraptojielwongsolo.wordpress.com.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(6)

Tresnawati, Erna. 2010. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP (online). Skripsi. Bandung: UPI. Diakses 10 November 2010 dari

http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=859.

Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by Step SPSS 13 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi

Ulfarina, Loviza. 2010. Penggunaan Pendekatan Multi Representasi Pada Pembelajaran Konsep Gerak Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Memperkecil Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMP. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Vermalia, Seftima. 2011. Analisis Pemahaman Konsep Kimia Pada Materi Pokok Redoks Menggunakan Soal Pilihan Ganda Beralasan Pada Siswa Kelas XII. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.[Network] diakses 22 Juni 2011 dari http://repository.upi.edu/skripsiview.php?start=10880


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN LABORATORIUM VIRTUIL PADA PEMBELAJARAN FISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 7 111

PENGARUH PERBEDAAN BENTUK TES DALAM EVALUASI HASIL BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BAHASA INDONESIA

0 3 68

HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DITINJAU DARI KEDISIPLINAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA Hasil Belajar Kewirausahaan Ditinjau Dari Kedisiplinan Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Siswa Kelas X Smk Muhammadiyah Kartasura Tahun Ajar

0 2 15

HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DITINJAU DARI KEDISIPLINAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA Hasil Belajar Kewirausahaan Ditinjau Dari Kedisiplinan Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Siswa Kelas X Smk Muhammadiyah Kartasura Tahun Ajar

0 2 17

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN METODE PROYEK DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA.

0 1 19

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE PICTORIAL RIDDLE DAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN ANALISIS.

0 0 23

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP.

1 1 339

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI ASPEK EXPLANATION DALAM PENYELESAIAN MASALAH PERBANDINGAN DI SMP

0 0 10

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN BENTUK TES DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Yusita Wardani

0 0 11

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

0 2 6