Akibat Hukum dalam Penyusunan AMDAL

B. Akibat Hukum dalam Penyusunan AMDAL

1. Bagi Konsultan Adanya pembuatan Analisis Dampak Lingkungan karena adanya perjanjian antara Konsultan dengan Pemrakarsa atau pemilik proyek. Di sini pihak Konsultan bertugas untuk membuat atau menyusun Analisis Dampak Lingkungan. Dalam membuat Analisis Dampak Lingkungan seorang Konsultan harus bertanggung jawab atas semua data yang dibuatnya, baik karena kesengajaan atau kelalaiannya. Apabila seorang Konsultan telah melakukan kesalahan di atas maka dikatakan Konsultan telah melakukan prestasi yang bukan seharusnya ia lakukan. Hal ini di dalam hukum perjanjian dinamakan ingkar janji wanprestasi. Di sini Konsultan tidak membuat data yang sebenarnya akibatnya akan menimbulkan data fiktif. Terhadap data yang sedemikian seorang Konsultan harus bertanggung jawab dan memikul atas semua kerugian dari Pemilik proyek. Wanprestasi dalam KUHPer terbagi menjadi 3 konsep, yaitu tidak menjalankan perjanjian sama sekali, menjalankan tetapi sebagian, menjalankan tetapi tidak sesuai yang diperjanjikan. Berdasarkan uraian kerugian atas seorang Konsultan yang tidak menjalankan perjanjian sama sekali harus mengganti semua kerugian atas perbuatan baik itu karena kesengajaan atau karena kelalaian sehingga Pemilik proyek dapat dibenarkan menurut hukum yang berlaku atas tuntutan ganti ruginya. Namun dalam pelaksanaan pembuatan AMDAL RSUD Kabupaten Kudus, Konsultan CV Daya Cipta Mandiri tidak melakukan wanprestasi, karena pelaksanaan pembuatan AMDAL sesuai dengan yang diperjanjikan. 2. Bagi Pemrakarsa Pembuatan Analisis Dampak Lingkungan karena adanya perjanjian antara Konsultan dengan Pemrakarsa atau Pemilik proyek. Pemrakarsa atau pemilik proyek sebagai pihak yang mempunyai rencana kegiatan pembuatan Analisis Dampak Lingkungan sehubungan dengan proyek tersebut mempunyai dampak penting terhadap lingkungan. Setelah terjadinya perjanjian, Pemrakarsa menyerahkan semua tanggung jawab pembuatan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan pada Konsultan, kecuali ketentuan lain yang telah disepakati dalam perjanjian, misalnya : penunjukan Konsultan pengganti, batal hukum jika terjadi kelalaian salah satu pihak. Kesepakatan tersebut harus diketahui oleh dua belah pihak. Pemrakarsa adalah Pemilik proyek, tetapi bukan berarti dapat bertindak sewenang-wenang. Adanya perjanjian mengikat secara hukum antar kedua pihak. Pemrakarsa tidak dapat membatalkan penyusunan AMDAL sepihak, tanpa alasan-alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Atas kelalaian tersebut, Pemrakarsa dapat dibebani ganti rugi yang telah disepakati. Atau tetap membayar upah Konsultan selama proyeknya berjalan sampai Pemrakarsa menggagalkan proyek dan proyek berhenti serta Konsultan berhak lepas dari tanggung jawab penyusunan AMDAL. 3. Bagi Dokumen AMDAL Dalam membuat dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan seorang Konsultan harus bertanggung jawab atas semua data yang dibuatnya, berdasarkan perjanjian yang dibuat antara Pemrakarsa dengan Konsultan. Apabila seorang Konsultan melakukan kesalahan, baik karena kesengajaan atau kelalaian mengakibatkan data yang dibuat Konsultan bukan data yang sebenarnya akibatnya akan menimbulkan data fiktif. Hal ini yang menyebabkan gagalnya atau batalnya pembuatan dokumen AMDAL. Gagal atau batalnya dokumen ini telah berkekuatan hukum, karena telah dilindungi secara hukum dengan bukti bahwa sebelum terjadi pembuatan analisis mengenai dampak lingkungan telah dibuat suatu perjanjian antar pihak. Perjanjian inilah yang mengakibatkan dokumen tersebut berkekuatan hukum. Batal atau gagalnya penyusunan AMDAL tidak hanya terjadi karena kelalaian Konsultan, tetapi dapat pula terjadi karena kelalaian Pemrakarsa. Sikap kecerobohan dalam pengambilan keputusan dan sifat sewenang- wenang Pemrakarsa dapat membuyarkan pembuatan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan tersebut. Jadi kerjasama antara Konsultan dan Pemrakarsa sangat diperlukan dalam proses pembuatan AMDAL.

C. Kerangka Berpikir