16 pertambangan
terhadap usaha
pertambangan mineral
dan batubara
lintas kabkota yang berdampak regional pertambangan secara optimal
9 Pembinaan dan pengawasan pengusahaan
KP lintas kabupatenkota Penyampaian informasi hasil inventarisasi,
penyelidikan umum, dan penelitian, serta eksplorasi dan eksploitasi kepada Menteri
dan Gubernur 10
Pembinaan dan pengawasan keselamatan dan
kesehatan kerja,
lingkungan pertambangan terhadap KP lintas kabkota
Penyampaian informasi hasil produksi, penjualan dalam negeri, serta ekspor kepada
Menteri dan Gubernur 11
Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan izin usaha pertambangan mineral, dan
batubara untuk operasi produksi lintas kabkota
Pembinaan dan
pengawasan terhadap
reklamasi lahan pascatambang
B. Pengawasan menurut UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara, pengawasan diatur dalam pasal 140, Pasal 141, dan Pasal 143.
Pasal 140.
1 Menteri melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupatenkota sesuai dengan kewenangannya. 2 Menteri dapat melimpahkan kepada gubernur untuk melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan kewenangan pengelolaan di bidang usaha pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang dilaksanakan oleh pemerintah
kabupatenkota.
17 3 Menteri, gubernur, dan bupatiwali kota sesuai dengan kewenangannya melakukan
pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh pemegang IUP, IPR, atau IUPK.
Pasal 141
1 Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140, antara lain dapat berupa: a. teknis pertambangan;
b. pemasaran; c. keuangan;
d. pengolahan data mineral dan batubara; e. konservasi sumber daya mineral dan batubara;
f. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan; g. keselamatan operasi pertambangan;
h. pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi, dan pascatambang; i. pemanfaatan barang, jasa, teknologi, dan kemampuan rekayasa dan rancang
bangun dalam negeri; j. pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan;
k. pengembangan dan pemberdayaan masyarakal setempat: l. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan;
m. kegiatan-kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan yang menyangkut kepentingan umum;
n. pengelolaan lUPatau RPK; dan o. jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan.
18 2 Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a, huruf e, huruf f, huruf g,
huruf h, dan huruf l dilakukan oleh Inspektur tambang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3 Dalam hal pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupatenkota belum mempunyai inspektur tambang, menteri menugaskan inspektur tambang yang sudah
diangkat untuk melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 2.
Pasal 143.
1 BupatiWali kota melakukan pengawasan terhadap usaha pertambangan rakyat. 2 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan pertambangan rakyat diatur dengan
peraturan daerah kabupatenkota. Adapun pengawasan lingkungan di bidang pertambangan sebagaimana tertuang dalam
Pasal 141 huruf h Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yaitu pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi dan pasca tambang.
Mengenai pengelolaan lingkungan hidup berkaitan dengan instrumen lingkungan yang meliputi Baku Mutu Lingkungan BML, Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup KBKL,
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL atau UKL dan UPL serta izin lingkungan. Reklamasi dan pasca tambang berkaitan dengan pemulihan dan perbaikan kualitas lingkungan
yang digunakan setelah kegiatan pertambangan. Untuk melaksanakan Ketentuan Pasal 144 UU No. 4 Tahun 2009 tentang pertambangan
Mineral dan Batubara maka keluarlah Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan.
19 Pengawasan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010, diatur dalam Bab
III, yaitu dalam Pasal 13 -Pasal 37. Dari 24 Pasal ada 3 macam pengawasan yang dilakukan yaitu Pengawasan yang bersifat Umum sebagaimana ditentukan berdasarkan Pasal 13 sebagai berikut:
1. Menteri melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupatenkota sesuai dengan kewenangannya.
Menteri, gubernur, atau bupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertarnbangan yang dilakukan oleh pemegang IUP,
IPR, atau IUPK. Selanjutnya Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan
sebagaimana diatur berdasarkan Pasal 14. Pengawasan ini meliputi : a. penetapan WPR;
b. penetapan dan pemberian WIUP mineral bukan logam dan batuan; c. pemberian WIUP mineral logam dan batubara;
d. penerbitan IPR; e. penerbitan IUP; dan
f. penyelenggaraan pembinaan dan pengawasan kegiatan yang dilakukan oleh pemegang
IPR dan IUP. Lebih lanjut Pengawasan atas Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan sebagaimana
diatur berdasarkan ketentuan PasaI 16. Pengawasan ketiga ini meliputi: a. teknis pertambangan;
b. pemasaran c. keuangan;
20 d. pengelolaan data mineral dan batubara;
e. konservasi sumber daya mineral dan batubara; f.
keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan; g. keselamatan operasi pertambangan;
h. pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi, dan pascatambang; i. pemanfaatan barang, jasa, teknologi, dan kemampuan rekayasa serta rancang bangun dalam
negeri; j. pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan;
k. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat; 1. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan
m. kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan yang menyangkut kepentingan umum; n. pelaksanaan kegiatan sesuai dengan IUP, IPR, atau IUPK; dan
o. jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan. Secara khusus pengaturan mengenai pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan yang berkaitan dengan lingkungan ada di Pasal 16 huruf h PP No. 55 Tahun 2010 tentang pengawasan penyelenggaraan dan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara. Didalam penjelasan lebih lanjut pada Pasal 28 PP tersebut dinyatakan bahwa: Pengawasan pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi. dan pascatambang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 huruf h paling sedikit meliputi: a. pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan dokumen pengelolaan
lingkungan atau izin lingkungan yang dimiliki dan telah disetujui; b. penataan, pemulihan, dan perbaikan lahan sesuai dengan peruntukannya;
c. penetapan dan pencairan jaminan reklamasi:
21 d. pengelolaan pascatambang;
e. penetapan dan pencairan jaminan pascatambang; dan f.
pemenuhan baku mutu lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karangasem No 13 tahun 2012 tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan Batuan Lembaran Daerah Kabupaten Karangasem Tahun
2012 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Karangasem No. 13, pengawasan diatur dalam Pasal sebagai berikut:
Pasal 37 Bupati melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang
dilakukan oleh pemegang IUP atau IPR Pasal 38
1 Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan usaha pertambangan batuan ditujukan untuk tertib administrasi, tertib penggalian serta kelestarian fungsi lingkungan
hidup. 2 Pengawasan dan Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan
oleh Tim yang dikoordinir oleh UnitSatuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan usaha pertambangan batuan.
3 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pertambangan batuan diatur dengan Peraturan Bupati.
Pengawasan sebagaimana diatur dalam Perda tersebut diatas yaitu Bupati melakukan pengawasan terhadap pemegang IUP dan IPR, sedangkan pengawasan terhadap usaha
pertambangan batuan dilaksanakan oleh Tim yang dikoordinir oleh UnitSatuan Kerja Perangkat Daerah. Adapunp pengawasan ditujukan untuk tertib administrasi, tertib penggalian serta
kelestarian fungsi lingkungan hidup.
22
C. Penegakan Hukum Lingkungan Administratif