1. Kerusakan pada otak Tekanan darah yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan
pembuluh sulit meregang sehingga darah yang ke otak kekurangan oksigen. Pembuluh darah di otak juga sangat sensitif, sehingga ketika
semakin melemah maka dapat menimbulkan pendarahan akibat pecahnya pembuluh darah.
2. Ganguan dan kerusakan mata Tekanan darah tinggi melemahkan bahkan merusak pembuluh darah di
belakang mata, gejalanya yaitu pandangan kabur dan berbayang. 3. Gangguan dan kerusakan jantung
Akibat tekanan darah yang tinggi, jantung harus memompa darah dengan usaha yang lebih tinggi lagi. Otot jantung semakin menebal dan melemah
sehingga mudah kehabisan energi untuk memompa lagi. Jika terjadi penyumbatan darah akibat atheriosklerosis, maka dapat menimbulkan
komplikasi yang lebih serius. Gejalanya yaitu, pembengkakan pada pergelangan kaki swollen ankles, peningkatan berat badan, dan nafas
yang tersenggal-senggal. 4. Gangguan dan kerusakan ginjal
Ginjal berfungsi untuk menyaring darah serta mengeluarkan air dan zat sisa yang tidak diperlukan tubuh. Ketika tekanan darah tinggi, pembuluh
darah kecil akan rusak. Akibatnya ginjal tidak mampu lagi menyaring dan mengeluarkan zat-zat sisa. Umumnya gejala pada ginjal tidak segera
tampak, namun komplikasinya menimbulkan gejala yang serius.
2.1.6. Gejala Klinis
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menunjukkan gejala sampai bertahun-tahun. Oleh karena itulah hipertensi dikenal sebagai silent killer.
Peninggian tekanan darah terkadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang spesifik. Namun jika terjadi komplikasi maka akan muncul gejala seperti pada
ginjal, mata, otak, atau jantung karena akibat dari kerusakan organ akibat tingginya tekanan darah. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala,
Universitas Sumatera Utara
epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata
berkunang-kunang, dan pusing Mansjoer, 2005.
2.1.7. Evaluasi Hipertensi
Evaluasi hipertensi pada pasien hipertensi bertujuan untuk: 1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor risiko
kardiovaskular lainnya atau menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan.
2. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah. 3. Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit
kardiovaskular Yogiantoro, 2007. Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang
keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang Yogiantoro, 2007.
Anamnesis meliputi: 1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder a. Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
b. Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuria, pemakaian obat-obat analgesik dan obatbahan lain
c. Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi d. Episode lemah otot dan tetani aldosteronisme
3. Faktor-faktor risiko a. Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau
keluarga pasien b. Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya
c. Riwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarganya. d. Kebiasaan merokok .
e. Pola makan f. Kegemukan, intensitas olahraga
g. Kepribadian
Universitas Sumatera Utara
4. Gejala kerusakan organ a. Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,
transient ischemic attack, defisit sensoris atau motoris. b. Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuria .
c. Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki. d. Arteri perifer : ekstremitas dingin .
5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:
a. Tes darah rutin b. Glukosa darah sebaiknya puasa
c. Kolesterol total serum d. Kolesterol LDL dan HDL serum
e. Trigliserida serum f. Asam urat serum
g. Kreatinin serum h. Kalium serum
i. Hemoglobin dan hematokrit j. Urinalisis
k. Elektrokardiogram Yogiantoro, 2007.
Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan organ target dapat dilakukan secara rutin, sedangkan pemeriksaan
lainnya hanya dilakukan bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala pasien Yogiantoro, 2007.
2.2. Persepsi