Pada pembahasan ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan membandingkan hasil penelitian ini dengan literature dan hasil penelitian lain.
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil
a. Frekuensi pemberian ASI dalam 24 jam
Hasil penelitian mayoritas frekuensi pemberian ASI yang dilakukan oleh responden dalam 24 jam adalah 9 kali dalam 24 jam dengan frekuensi 27 orang 75
. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwani dan
Afidarti 2012 bahwa mayoritas frekuensi menyusui dalam kategori baik sebesar 75,0 dengan jumlah pemberian ASI ±8-12 x per hari.
Menurut IDAI 2008 menyusui bayi harus sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi, sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24 jam. Awalnya bayi menyusu
sangat sering, namun pada usia 2 minggu frekuensi menyusu akan berkurang. Bayi sebiknya disusui sesering mungkin dan selama bayi menginginkannya bahkan pada
malam hari. Menyusui pada malam hari membantu mempertahnkan suplai ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama pada malam hari. Bayi yang puas menyusu akan
melepaskan payudara ibu dengan sendirinya, ibu tidak perlu menyetopnya Menurut IDAI 2010 American Academy of Pediatrics AAP tidak
menganjurkan pemberhentian pemberian ASI dan telah merekomendasikan pemberian ASI terus menerus yaitu minimal 8 – 10 kali dalam 24 jam.
b. Hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi
Dari hasil uji stasistik t-dependen dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh frekuensi pemberian ASI dengan peningkatan berat badan bayi dengan nilai P = 0,000
Universitas Sumatera Utara
0,05 . Peningkatan berat badan bayi setelah mendapat ASI yaitu sebesar 2000 gram - 2400 gram selama 2 bulan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwani dan Afidarti 2012 diperoleh nilai signifikan p = 0,815 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekuensi menyusui dengan berat badan bayi selama proses menyusui pada ibu yang berkunjung di Poliklinik bersalin
Mariani Medan. Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang
seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya
merupakan indikasi risiko kelebihan gizi. Menurut Dewey et al 1992 didalam Wong 2004 menunjukkan bahwa bayi yang
menyusu secara ekslusif bertambah dengan cepat selama 3 bulan pertama kehidupan tetapi setelahnya dan sampai usia 18 bulan menunjukkan pola pertumbuhan berat badan
dan tinggi badan yang lebih lambat. Dan pada usia 0-3 bulan kenaikan berat badan yaitu 700-1000 gram per bulan.. Hal ini dikarenakan bayi yang minum ASI lebih baik
dikarenakan komposisi ASI yang sangat menunjang pertumbuhan anak. Menurut Roesli 2000 ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa, dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, yang berguna bagi makanan bayi dengan komposisi yang relatif konstan untuk meningkatkan
berat badan bayi. Lemak dalam ASI dapat meningkatkan berat badan yang begitu cepat pada bayi. ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik bagi bayi sampai
umur 6 bulan. Pengaruh lemak pada ASI terhadap peningkatan berat badan bayi dapat
Universitas Sumatera Utara
dilihat saat bayi prematur diberikan ASI maka kenaikkan berat badan begitu cepat dan menambah imun pada tubuh bayi.
2. Keterbatasan Penelitian