MINI RISET

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konversi lahan atau alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian sebenarnya bukan masalah baru. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan perekonomian menuntut pembangunan infrastruktur baik berupa jalan, bangunan industri dan pemukiman, hal ini tentu saja harus didukung dengan ketersediaan lahan. konversi lahan pertanian dilakukan secara langsung oleh petani pemilik lahan ataupun tidak langsung oleh pihak lain yang sebelumnya diawali dengan transaksi jual beli lahan pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilik lahan mengkonversi lahan atau menjual lahan pertaniannya adalah harga lahan, proporsi pendapatan, luas lahan, produktivitas lahan, status lahan dan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah.

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan bukan pertanian dengan susunan fungsi sebagai kawasan pemukiman perkotaan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan dan pelayanan sosial. Pada umumnya, kota itu selalu dipandang sebagai pusat pendidikan, pusat kegiatan ekonomi, pusat pemerintahan, dan sebagainya. Jadi, fungsi dan perannya sebagi sumber dan pengaruh atau sumber stimulasinya banyak berasal dari kota itu sendiri. Lain halnya dengan kelurahan Tanjung Sari dimana daerah ini memang daerah kota akan tetapi daerah ini berketepatan di pinggiran kota dimana dulu daerah ini banyak lahan pertanian padahal daerah ini adalah termasuk daerah kota yaitu salah satu daerah kota Medan, tidak semua daerah kota itu yang dikatakan bukan daerah pertanian, akan tetapi di beberapa daerah yang ada di kota Medan banyak daerah pertanian salah satunya adalah daerah kelurahan Tanjung Sari. Seiring dengan berjalannya waktu kota tentunya akan banyak mengalami perubahan sesuai dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Maka dari itu hal ini yang melatarbelakangi penulis mengkaji pengalihfugsian lahan di kelurahan Tanjung Sari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan alih fungsi lahan ?

2. Bagaimana pangahlifungsian lahan di Tanjung Sari Medan? 1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan alih fungsi lahan


(2)

BAB II KAJIAN TEORI

Alih fungsi lahan juga biasa disebut dengan konversi lahan. Alih fungsi lahan atau konversi lahan merupakan kegiatan yang berkaitan tentang kegiatan di dalam sektor pertanian. Alih fungsi lahan adalah dirubahnya fungsi lahan yang telah di rencanakan baik itu sebagian maupun seluruh kawasan lahan dari fungsi semula menjadi fungsi yang lain dan biasanya di alih fungsikan ke sektor pembangunan. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai berubahnya guna lahan awal yang telah dialih fungsikan ke guna lahan lain yang telah di rencanakan oleh pihak – pihak tertentu yang bersangkutan dengan pengalih fungsian lahan tersebut.

Irawan (2005), mengemukakan bahwa konversi yang lebih besar terjadi pada lahan sawah dibandingkan dengan lahan kering karena dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

(1) pembangunan kegiatan non pertanian seperti kompleks perumahan, pertokoan, perkantoran, dan kawasan industri lebih mudah dilakukan pada tanah sawah yang lebih datar dibandingkan dengan tanah kering;

(2) akibat pembangunan masa lalu yang terfokus pada upaya peningkatan produk padi maka infrastruktur ekonomi lebih tersedia di daerah persawahan daripada daerah tanah kering; (3) daerah persawahan secara umum lebih mendekati daerah konsumen atau daerah perkotaan yang relatif padat penduduk dibandingkan daerah tanah kering yang sebagian besar terdapat di wilayah perbukitan dan pegunungan.

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Faktor – faktor penting yang menyebabkan alih fungsi lahan tersebut antara lain :

 Banyaknya kebutuhan lahan yang bersifat non-pertanian

Lokasi sekitar kota yang dulunya masih didominasi oleh penggunaan lahan pertanian menjadi sasaran empuk bagi pengenbangan jasa – jasa di bidang non pertanian terutama di bidang industri... Selain itu, terdapat keberadaan lahan terjepit yakni lahan – lahan pertanian yang tidak terlalu luas disebabkan karena daerah sekitarnya sudah beralih menjadi perumahan atau kawasan yang bersifat non pertanian atau industri, mengakibatkan petani yang memiliki lahan pertanian tersebut mengalami kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja, air ter-irigasi, dan sarana produksi lainnya, memaksa mereka untuk mengalih fungsikan lahan pertaniannya atau bahkan menjualnya.


(3)

Seiring berjalannya waktu penduduk pun semakin banyak bertambah. Pesatnya jumlah peningkatan penduduk tersebut tentunya mengakibatkan semakain banyak pula jumlah atau luas tanah yang di butuhkan. Jika dalam suatu keluarga membangun rumah di tanah yang berluaskan 2 are, dan jika keluarga itu disertai dengan 3 orang anak yang nantinya akan mandiri dan membangun rumah sendiri dengan masing – masing luas tanah per rumah sama 2 are, maka akan ada penambahan luas tanah yang di alih fungsikan menjadi bangunan. Dari kejadian tersbut secara otomatis luas lahan pertanian sedikit demi sedikit akan terkikis yang berarti kegiatan alih funsi lahan hari demi hari akan bertambah.

 Peningkatan taraf hidup masyarakat

Peningkatan taraf hidup juga bisa di katakana menjadi salah satu faktor pendorong (penyebab) terjadinya kegiatan alih fungsi lahan, terlihat dari permintaan lahan akibat peningkatan intensitas kegiatan masyarrakat seperti pusat pebelanjaan, jalan raya, obyek wisata (tempat rekreasi), lapangan olah raga, dan tempat – tempat umum lainnya.

 Ekonomi masyarakat

Jauh lebih rendahnya hasil pertanian karena biaya produksi yang amat tinggi sedangkan hasil yang di hasilkan relatif rendah, yang di bandingkan dengan tingginya hasil di sektor non pertanian (industri), sewa tanah , dan tingginya harga tanah jika di jual membuat banyak petani – petani yang mengalih fungsikan lahannya ke bidang non pertanian bahkan menyewakan dan menjual lahan pertaniannya kepada orang lain untuk kegiatan non pertanian (Industri). Selain itu karena kebutuhan keluarga lainnya seperti pendidikan, mencari pekejaaan non pertanian atau yang lainnya sering kali membuat petani tidak mempunysi pilihan lain untuk menjual sebagian lahan pertaniannya.

 Degradasi lingkungan

Penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia secara berlebihan yang berdampak pada meningkatnya serangan hama tertentu akibat hilangnya predator – predator alami dair hama yang bersangkutan, pencemaran air irigasi, rusaknya sawah pinggiran pantai dan kemarau panjang yang menimbulkan kekurangan air untuk kegiatan pertanian mengakibatkan hancurnya sektor pertanian karena petani susah untuk mengembangkan kegiatan pertaniannya. Menjadi suatu faktor petani beralih pekerjaan atau mngalih fungsikan lahan – lahan pertanian yang merekan miliki.

 Kebijakan pemerintah

Aspek regulasi yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian.


(4)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH

4.1 Kelurahan Tanjung Sari

4.1.1 Kondisi Fisik Wilayah 1. Letak dan Luas

Batas-batas lokasi studi, yaitu meliputi : - Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Ring Road Kelurahan Tanjung Sari - Sebelah barat berbatasn dengan Jalan Bunga Asoka Kelurahan Tanjung Sari - Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Pasar II Kelurahan Tanjung Sari - Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Pasar VI Kelurahan Tanjung Sari. 2. Iklim

Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada daerah yang luas dan dalam jangka waktu yang relatif lama. Cuaca dan iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam sehingga kehidupan baik manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh atmosfer dengan prosesnya.


(5)

Kondisi klimatologi kota Medan menurut stasiun BMG Sampali mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 23,3oC – 24,1oC dan suhu maksimum berkisar antara 31,0oC – 31,1oC. Kelembaban udara untuk kota Medan rata-rata berkisar antara 84 – 85 %. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/det, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya adalah 104,3 mm. Hari hujan di kota Medan pada tahun 2003 rata-rata per bulannya adalah 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya adalah 299,5 mm.

3. Topografi

Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi. Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief adalah bentuk permukaan suatu lahan yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude) dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform). Lokasi studi merupakan relief yang menggambarkan ketinggian tempat dari permukaan bumi. Lokasi studi merupakan dataran rendah kota Medan, yang terletak pada ketinggian 14 m dari permukaan laut. Kemiringan daerah bervariasi dari datar landai dan agak curam.

5. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kelurahan Tanjung Sari terbagi atas beberapa jenis penggunaan lahan, dimana penggunaan lahan terdiri dari permukiman, pertanian, industri, dan lahan kosong. Penggunaan lahan untuk permukiman merupakan penggunaan lahan yang memiliki persentase yang besar dibandingkan dengan penggunaan lahan untuk keperluan lainnya. Hal itu dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Penggunaan Lahan Tahun 2014 No Penggunaan Lahan Luas (%)

1. 2. 3. 4.

Pertanian Permukiman Industri Lahan Kosong

25 55 10 20


(6)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Berdasarkan hasil penelitian penurunan luas lahan pertanian akibat konversi lahan pertanian menjadi permukiman non pertanian dapat dilihat dari berbagai tolak ukur seperti, penurunan luas areal pertanian, berkurangnya luasan pertanian, dan sebagainya. Disamping itu penurunan luas lahan pertanian ini, dapat diindikasikan terhadap peningkatan jumlah bangunan yang dibangun di wilayah Tanjung Sari Medan.

Berikut merupakan citra foto kelurahan tanjung sari di tahun 2016. Dan pada awanya lebih dari 30% daerah pertanian dan lahan kosong namun sekarang sudah ber alihfungsi. Beberapa daerah yang sekarang telah dialihfungsikan yakni :


(7)

Ruko baru di Tanjung Sari yang pada awalnya lahan pertanian.

Berikut juga awalnya lahan kosong dan sekarang telah dibangun ruko sebagai aktivitas masyarakat.

 Dampak Ahli fungsi Lahan Tanjung Sari

4.3. Dampak Alih Fungsi Lahan Perubahan fungsi lahan yang dilakukan oleh banyak pihak baik itu alih fungsi lahan yang dilakukan oleh individu, atau perkelompok yang ada di lingkungan sekitar khususnya yang terjadi di daerah kelurahan Tanjung Sari, adanya alih Universitas Sumatera Utara fungsi sendiriitu merupakan salah satu gejala tuntutan hidup


(8)

masyarakat dan fungsi akan lahan tersebut semakin banyak dilakaukan oleh banyak orang, pada umumnya perubahan ini akan berdampak positif dan berdampak negatif baik itu dampak yang terjadi pada kehidupan masyarakat yang melakukan alih fungsi lahan tersebut juga dampak yang akan terjadi pada lingkungan yang dimana masyarakat tersebut tinggal, adapun dampak positif yang terlihat dan yang ada di lingkungan atau yang ada di kelurahan Tanjung Sari tersebut yaitu: • Lengkapnya fasilitas sosial seperti pendidikan, kesehatan, perabatan, rekreatif olahraga dan sebagainya • Adanya bangunan-bangunan suatu usaha dan akan membuat masyarakat lebih gampang untuk mendapatkan uang, tentunya dari penghasilan dari usaha mereka • Tersedianya sarana-sarana akan kebutuhan kerja bagi masyarakt yang ingin membuka atau membuat suatu pekerjaan sesudah dilakukannya alih fungsi lahan tersebut. Adanya alih fungsi lahan yang terjadi di Kelurahan ini, dimana lahan pertanian yang dijadikan menjadi lahan non-pertanian yang semakin lama semakin sempit dan sudah jarang dijumpai di lingkungan inilahan pertnian apalagi untuk yang sekarang ini, yang semakin banyak digunakan untuk lahan nonpertanian dengan berbagai macam fungsi mengakibatkan dampak yang bisa merugikan bagi masyarakat juga bisa merugikan orang lain atau kalangan masyarakat lainnyaatau berdampak negatif bagi lingkungan yang mereka tempati pastinya terutama dampak negatif, adapun dampak negatif yang dialami ketika adanya alih fungsi lahan yaitu: Universitas Sumatera Utara • Semakin sempitnya lahan pertanian. • Semakin berkurangya pendapatan masyarakat petani yang masih mengolah lahan pertanian sampai sekarang ini. • Beresiko pada lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. • Lahan-lahan yang sudah ada yang dialih fungsikan itu bisa berakibat pada manusia itu sendiri dan bisa juga lahan yang sudah dialih fungsikan . • Sumber pangan dari lahan pertanian yang ada di perkotaan semakin berkurang, terutama di kelurahan Tanjung Sari ini. Semakin maraknya alih fungsi lahan yang dilakukan di berbagai tempat yang ada di kota Medan terutama yang ada di kelurahan Tanjung Sari akan mengakibatkan berkurangnya sumber pangan atau terancamnya sumber pangan di Sumut yaitu daerah kota Medan yang khususnya di kelurahan Tanjung Sari, karena di daerah Tanjung Sari ini adalah salah satu daerah yang ada di kota Medan yang beberapa tahun yang lalu masih banyak dan terkenal dengan sumber hasil pertanian yang bagus, atau sumber hasil pertanian yang cukup memberi hasil tani terutama pada hasil tani pada padi yang sangat memuaskan atau bisa dikatakan sumber hasil pertanian yang berhasil, mengingat bahwa lahan pertanian di wilayah Tanjung Sari ini memang subur dan cocok untuk dijadikan untuk lahan pertanianatau cocok dijadaikan dan ditanami padi, karena sebelumnya juga hasil pertanian yang didapat beberapa tahun yang lalu terutama penghasilan pertanianpada padi di kota Medan yang lumayan memuaskan hasil pertaniannya,


(9)

karena memang di daerah ini banyak lahan pertanian sebelumnya dan sampai sekarang juga masih ada lahan pertanian, akan tetapi sudah mulai jarang untuk dijumpai lahan pertanian dan sekarang jika dilihat di berbagai tempat yang ada di Universitas Sumatera Utara kota Medan khususnya di kelurahan Tanjung Sari sudah jarang untuk dijumpai, ada pun lahan pertanian yang dijumpai diberbagai tempat tertentu dalam pencapaian hasil pertanian sudah jauh lebih bagus atau jauh lebih berhasil daripada tahun-tahun yang sebelumnya. Lahan pertanian yang masih tersisa dan lahan yang diolah oleh masyarakat untuk sekarang ini memang sangat sedikit dan jarang untuk dijumpai hanya saja bisa dijumpai di beberapa lingkungan saja diantara beberapa lingkungan yang ada di keluraha Tanjung Sari tersebut. Lahan yang masih tersisa tersebut memang sangat tersisa melihat bahwa banyaknya bangunan-bangunan yang ada di sekitar lahan pertanian yang masih tersisa tersebut, tersiksanya lahan pertanian tersebut akan mengakibatkan berkurangnya hasil dari pertanian yang didapat beberapa tahun yang belakangan ini, karena memang jika dilihat bahwa untuk mendapatkan perawatan yang bagus yang semestinya didapat oleh lahan yang masih tersisa tersebut memang sudah tidak ada lagi, dan lahan tersebut sebenarnya sudah tidak cocok lagi untuk diolah karena banyak yang melakukan alih fungsi lahan, dan masyarakat yang masih mengolah lahan pertanian tersebut yang diolah sampai sekarang ini hanya bisa mengeluh dengan kondisi lahan pertanian yang diolah mereka, terutama keluhan yang selalu ada pada mereka yaitu keluhan pada hasil dari pertanian yang didapat belakangan ini. Seperti yang ada pada (tribun Medan Rabu.8-februari pkl.14.00 Wib.Tribunmedan.com, akses 19-4-2012) Indonesia terutama kawasan Sumatra diprediksi akan terjadi krisis pangan, hal itu terjadi karena lonjakan penduduk yang semakin tinggi dan dibarengi mulai maraknya alih fungsi lahan yang ada yang digunakan oleh masyarakat untuk menjadi bangunan-bangunan. Seperti yang Universitas Sumatera Utara dikatan oleh Bapak B. Nasution kepada Tribun Medan, apabila lahan sawah dijual dan peradapannya akan tetap menjadi lahan sawah itu tidak jadi masalah supaya tidak terancam untuk mendapatkan beras. Akan tetapi dengan hal yang demikian banyak masyarakat yang masih kurang tahu tentang hal yang demikian, dengan secara leluasanya masyarakat banyak yang membuat lahan pertanian itu menjadi lahan non-pertanian, hal itu yang membuat hasil pangan terancam kalau hal-hal laih fungsi lahan masih tetap di lakukan oleh masyarakat. Sesuai dengan alih fungsi lahan yang dilakukan oleh masyarakat di Kota Medan terutama yang dilakukan oleh masyarakat Tanjung Sari ada sangkut pautnya dengan Rencana Tata Ruang Kota Medan, dimana Rencana Tata ruang kota Medan terutamanya akan tetap mempertahankan Ruang Terbuka Hijau, akan tetapi seperti yang ada di wilayah Tanjung Sari


(10)

pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat yang membuat berdamapak negatif bagi Rencana Tata Ruang yang hendak dicapai oleh Kota Medan kareana banyaknya alih fungsi lahan yang terjadi diberbagai tempat dan samapi sekarang masih banyak kendalakeldala yang dialami untuk menangani hal tersebut dan untuk mencapai Tata Ruang kota yang diidamkan selama ini belum bisa tercapai sepenuhnya. Rencana Tata Ruang Kota Medan itu sendiri membuat rencana bangunanbangun sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku,dan adanya suatu Rencana Tata Ruang kota itu tentunya mendapatkan suatu hasil dari setiap alih fungsi lahan yang ada di Kota tersebut, seperti yang terlihat di berbagai tempat,banyak yang melakukan alih fungsi lahan.Jika peraturan-peraturan tersebut Universitas Sumatera Utara tidak disosialisaikan kepada masyarakat luas tidak akan tercapai rencana Tata Ruang yang akan dicapai. Seperti halnya yang terjadi ketika banyak yang melakukan alih fungsi lahan sesuai lahan yang dimilki masyarakat, dan masyarakat banyak yang tidak tahu bagaimana Rencana Tata Ruang Kota Medan itu yang sebenarnya, ketika itu dijumpai dan ketika masyarakat tidak tahu mereka hanya bisa melakukan alih fungsi lahan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan hidup sesuai dengn perkembangan zaman yang modern dan progresif. Masyarakat tidak bisa disalahkan, mereka hanya bisa melakukan apa keinginan mereka seperti pemakaian lahan dan lahan tersebut dipakai untuk lahan non-pertanian. Alih fungsi lahan yang dilakukan oleh masyarakat lokal dan pendatang itu bisa mengurangi pendapatan pangan untuk mereka sendiri, karena di wilayah ini banyaknya lahan pertanian beberapa tahun yang lalu dan dari hasil lahan pertanian itu banyak menghasilkan seperti penghasilan pada padi, penghasilan padi yang sangat menguntungkan bagi mereka yang menanam padi itu sekarang sudah hampir punah,dan lahan-lahan pertanian tersebutpun banyak yang telah dialih fungsikan untuk lahan non-pertanian,daerah ini adalah daerah pinggiran kota,di dalam kota sudah susah didapat lahan-lahan yang kosong terutama lahan pertanian, hanya di daerah pinggiran saja seperti daerah ini yang bisa didapat daerah lahan pertanian,itupun hanya didapat beberapa saja dalam arti lahan pertanian sudah mulai sempit. Penghasilan untuk bahan pangan semakin lama semakin sedikit,kebanyakan masyarakat lebih memilih untuk membuat lahan pertanian yang mereka miliki untuk lahan pertanian, keputusan masyarakat melakukan alih fungsi lahan tersebut sebagai akibat dan peningkatan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang mulai banyak berdatangan ke daerah pinggiran kota yang banyak dari berbagai kalangan dan peningkatan akan kebutuhan lahan untuk kegiatan pembangunan telah merubah struktur pemilikan dan penggunaan lahan secara terus menerus.Selain untuk memenuhi kebutuhan industri alih fungsi lahan pertanian juga terjadi secara cepat untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang jumlahnya semakin besar,dan untuk sekarang ini juga


(11)

masih ada dalam proses pembangunan yang alahannnya dialih fungsikan dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian,rumah yang dibangun tersebut untuk sekarang ini semakin lama semakin rapat antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya atau bangunan yang satu dengan bangunan yang lainnya. Lahan pertanian untuk saat ini semakin sempit,dan lahan pertanian tersebut dikelilingi oleh bangunan-bangunan rumah,atau bangunan-bangunan lainnya,untuk saat ini lahan pertanian tersebut semakin susah untuk mendapatkan air dan hasil panen dari hasil pertanian yang beberapa tahun yang lalu dibandingkan untuk sekarang ini berubah total, karena banyaknya bangunan yang ada di sekelilingnya disebelah kanan rumah, sebelah kiri rumah, di belakang rumah di depan dibuatnya jalan untuk menuju rumah warga. Semakin lama orang atau pemilik lahan pertanian juga semakin ada keinginan ingin untuk menjual ataupun langsung membuat lahan pertanian mereka itu menjadi lahan non-pertanian. Seperti pemilik lahan yang ada di daerah tersebut dimana lahan pertaniannya dibuat menjadi lahan non-pertanian,seperti dibangunnya rumah, akan tetapi rumah yang dibangunnya ini disewakan kepada oang pendatang dan ada juga lahan yang dibuat menjadi suatu bangunan untuk Universitas Sumatera Utara kos-kosan dan kos-kosan ini disewakan bagi mereka pendatang baik itu yang sudah berkeluarga maupun yang datang dari luar kota untuk menuntut ilmu ada itu yang mahasiswa, ada juga yang masih sekolah, dan bangunan ini dijadikan untuk disewakan kepada orang pendatang yang ingin menyewa. Lahan pertanian yang dulunya menghasilkan padi atau yang lainnya berubah menjadi penghasilan yang berbeda, yang tadinya langsung mendapat hasil dari padi dan untuk saat ini sesudah dijadikannya lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian maka pendapatan berbeda, secara praktis datang setiap bulan ataupun setiap tahunnya. Masyarakat yang melakukan alih fungsi lahan terdorong karena banyak hal-hal yang selalu membuat keinginan pemilik lahan pertanian berubah pikiran auntuk menjual langsung lahan pertaniannya atau membangun terlebih dahalu dan dijual kepada pendatang. Misalnya seperti jika seorang membuat lahan pertaniannya membuat rumah atau bangunan lainnya untuk disewakan kepada orang lain membuat pemilik lahan pertanian lainnya ikut-ikutan secara rasa ingin mengikuti adanya rasa ingin mengikuti keadaan yang ada untuk sekarang ini, melihat tetangganya yang menjual lahan pertaniannnya atau membuat lahan pertaniannya bisa menjadi lahan yang multifungsi dan secara pandangan untuk pendapatan pemilik lahan yang lain juga ikut secara perlahan. Adanya proses alih fungsi lahan yang dilakukan itu tidak bisa dihindari dari pembangunan, setiap orang yang ingin melakukan pembangunan dan hendak membuat lahannya menjadi lahan non-pertanian itu harus ada perijinan dulu, adapun perijinan yang dilakukan yaitu: ijin


(12)

tersebut sebenarnya tidak ada Universitas Sumatera Utara maka tidak akan bisa melakukan pembangunan,akan tetapi ada saja masyarakat yang membangun rumah atau bangunan lainnya dengan kemauan sendiri, selain itu juga akan ada dampak negatif yang lainnya yang bisa mengancam banyak kalangan terutama masyarakat itu sendiri seperti adanya bangunan-bangunan yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang yang hendak dicapai sebuah kota terutama kota Medan seperti bangunan yang permanen dimana bangunanbangunan tersebut akan mengakibatkan banjir karena daya serap air kurang seperti keseringan terjadi banjir di berbagai tempat yang ada di Kota Medan karena masyarakat banyak yang mendirikan bangunan-bangunan yang semestinya dibuat menjadi Ruang Hijau Terbuka (RHT).


(13)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

 Berdasarkan hasil penelitian penurunan luas lahan pertanian akibat konversi lahan pertanian menjadi permukiman non pertanian dapat dilihat dari berbagai tolak ukur seperti, penurunan luas areal pertanian, berkurangnya luasan pertanian, dan sebagainya. Disamping itu penurunan luas lahan pertanian ini, dapat diindikasikan terhadap peningkatan jumlah bangunan yang dibangun di wilayah Tanjung Sari Medan.

 Dapat dipahami bahwa penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian yang semakin marak itu bisa dikatakan multidimensi. Lahan itu sendiri sudah menjadi multifungsi, dan adapun pihak-pihak yang mengendalikan alih fungsi lahan yang terjadi di dalam perkotaan terutama yang ada di Kelurahan Tanjung Sari, tidak mungkin hanya dilakukan oleh satu pihak saja. Melihat aspek-aspek yang terjadi dan aspek-aspek yang ada pada fungsi dari lahan tersebut, alih fungsi lahan yang terjadi dapat berpengaruh terhadap turunnya produksi pertanian serta akan berdampak pada dimensi yang dimana berkaitan dengan aspek-aspek perubahan orientasi ekonomi, sosial budaya , politik serta lingkungan hidup.

B. Saran

Alih fungsi lahan yang terjadi di perkotaan terutama pada alih fungsi lahan pertanian yang dijadikan menjadi bangunan-bangunan supaya lebih diperhatikan oleh pejabat daerah setempat dan lebih menegaskan kembali perturan-pertauran yang sudah ada dan tentunya dalam pengendalian alih fungsi lahan pada perkotaan juga jika itu tidak cocok untuk dijadikan bangunan-bangunan harus ada partisipasi dari masyarakat itu juga bukan hanya peraturan saja yang diberlakukan, Karena partisipasi masyarakat itu sangat penting kalau hanya peraturan yang dibuat tentang masalah alih fungsi lahan yang telah terjadi di berbagai tempat itu tidak akan bisa terpebihu,hanya saja masyarakat itu sendiri yang berperan aktif dalam rangka masalah yang terjadi terutama masalah alih fungsi lahan yang terjadi di lingkungan dimana mereka berada.


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1985. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta Gramedia Adisasmita Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan Dan Perkotaan.Yogyakarta: Graha Ilmu D.Dwidjoseput. 1991. Ekologi Manusia Dan Lingkungannya, Jakarta: Penerbit Erlangga Fuad Amsyari. 1992. Dasar-Dasar Dan Metode Perencanaan Lingkungan Dalam Pembangunan Nasional,Jakarta: Widya Medika


(1)

karena memang di daerah ini banyak lahan pertanian sebelumnya dan sampai sekarang juga masih ada lahan pertanian, akan tetapi sudah mulai jarang untuk dijumpai lahan pertanian dan sekarang jika dilihat di berbagai tempat yang ada di Universitas Sumatera Utara kota Medan khususnya di kelurahan Tanjung Sari sudah jarang untuk dijumpai, ada pun lahan pertanian yang dijumpai diberbagai tempat tertentu dalam pencapaian hasil pertanian sudah jauh lebih bagus atau jauh lebih berhasil daripada tahun-tahun yang sebelumnya. Lahan pertanian yang masih tersisa dan lahan yang diolah oleh masyarakat untuk sekarang ini memang sangat sedikit dan jarang untuk dijumpai hanya saja bisa dijumpai di beberapa lingkungan saja diantara beberapa lingkungan yang ada di keluraha Tanjung Sari tersebut. Lahan yang masih tersisa tersebut memang sangat tersisa melihat bahwa banyaknya bangunan-bangunan yang ada di sekitar lahan pertanian yang masih tersisa tersebut, tersiksanya lahan pertanian tersebut akan mengakibatkan berkurangnya hasil dari pertanian yang didapat beberapa tahun yang belakangan ini, karena memang jika dilihat bahwa untuk mendapatkan perawatan yang bagus yang semestinya didapat oleh lahan yang masih tersisa tersebut memang sudah tidak ada lagi, dan lahan tersebut sebenarnya sudah tidak cocok lagi untuk diolah karena banyak yang melakukan alih fungsi lahan, dan masyarakat yang masih mengolah lahan pertanian tersebut yang diolah sampai sekarang ini hanya bisa mengeluh dengan kondisi lahan pertanian yang diolah mereka, terutama keluhan yang selalu ada pada mereka yaitu keluhan pada hasil dari pertanian yang didapat belakangan ini. Seperti yang ada pada (tribun Medan Rabu.8-februari pkl.14.00 Wib.Tribunmedan.com, akses 19-4-2012) Indonesia terutama kawasan Sumatra diprediksi akan terjadi krisis pangan, hal itu terjadi karena lonjakan penduduk yang semakin tinggi dan dibarengi mulai maraknya alih fungsi lahan yang ada yang digunakan oleh masyarakat untuk menjadi bangunan-bangunan. Seperti yang Universitas Sumatera Utara dikatan oleh Bapak B. Nasution kepada Tribun Medan, apabila lahan sawah dijual dan peradapannya akan tetap menjadi lahan sawah itu tidak jadi masalah supaya tidak terancam untuk mendapatkan beras. Akan tetapi dengan hal yang demikian banyak masyarakat yang masih kurang tahu tentang hal yang demikian, dengan secara leluasanya masyarakat banyak yang membuat lahan pertanian itu menjadi lahan non-pertanian, hal itu yang membuat hasil pangan terancam kalau hal-hal laih fungsi lahan masih tetap di lakukan oleh masyarakat. Sesuai dengan alih fungsi lahan yang dilakukan oleh masyarakat di Kota Medan terutama yang dilakukan oleh masyarakat Tanjung Sari ada sangkut pautnya dengan Rencana Tata Ruang Kota Medan, dimana Rencana Tata ruang kota Medan terutamanya akan tetap mempertahankan Ruang Terbuka Hijau, akan tetapi seperti yang ada di wilayah Tanjung Sari yang cocok untuk wilayah Ruang Terbuka Hijau semakin lama semakin marak dengan


(2)

pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat yang membuat berdamapak negatif bagi Rencana Tata Ruang yang hendak dicapai oleh Kota Medan kareana banyaknya alih fungsi lahan yang terjadi diberbagai tempat dan samapi sekarang masih banyak kendalakeldala yang dialami untuk menangani hal tersebut dan untuk mencapai Tata Ruang kota yang diidamkan selama ini belum bisa tercapai sepenuhnya. Rencana Tata Ruang Kota Medan itu sendiri membuat rencana bangunanbangun sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku,dan adanya suatu Rencana Tata Ruang kota itu tentunya mendapatkan suatu hasil dari setiap alih fungsi lahan yang ada di Kota tersebut, seperti yang terlihat di berbagai tempat,banyak yang melakukan alih fungsi lahan.Jika peraturan-peraturan tersebut Universitas Sumatera Utara tidak disosialisaikan kepada masyarakat luas tidak akan tercapai rencana Tata Ruang yang akan dicapai. Seperti halnya yang terjadi ketika banyak yang melakukan alih fungsi lahan sesuai lahan yang dimilki masyarakat, dan masyarakat banyak yang tidak tahu bagaimana Rencana Tata Ruang Kota Medan itu yang sebenarnya, ketika itu dijumpai dan ketika masyarakat tidak tahu mereka hanya bisa melakukan alih fungsi lahan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan hidup sesuai dengn perkembangan zaman yang modern dan progresif. Masyarakat tidak bisa disalahkan, mereka hanya bisa melakukan apa keinginan mereka seperti pemakaian lahan dan lahan tersebut dipakai untuk lahan non-pertanian. Alih fungsi lahan yang dilakukan oleh masyarakat lokal dan pendatang itu bisa mengurangi pendapatan pangan untuk mereka sendiri, karena di wilayah ini banyaknya lahan pertanian beberapa tahun yang lalu dan dari hasil lahan pertanian itu banyak menghasilkan seperti penghasilan pada padi, penghasilan padi yang sangat menguntungkan bagi mereka yang menanam padi itu sekarang sudah hampir punah,dan lahan-lahan pertanian tersebutpun banyak yang telah dialih fungsikan untuk lahan non-pertanian,daerah ini adalah daerah pinggiran kota,di dalam kota sudah susah didapat lahan-lahan yang kosong terutama lahan pertanian, hanya di daerah pinggiran saja seperti daerah ini yang bisa didapat daerah lahan pertanian,itupun hanya didapat beberapa saja dalam arti lahan pertanian sudah mulai sempit. Penghasilan untuk bahan pangan semakin lama semakin sedikit,kebanyakan masyarakat lebih memilih untuk membuat lahan pertanian yang mereka miliki untuk lahan pertanian, keputusan masyarakat melakukan alih fungsi lahan tersebut sebagai akibat dan peningkatan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang mulai banyak berdatangan ke daerah pinggiran kota yang banyak dari berbagai kalangan dan peningkatan akan kebutuhan lahan untuk kegiatan pembangunan telah merubah struktur pemilikan dan penggunaan lahan secara terus menerus.Selain untuk memenuhi kebutuhan industri alih fungsi lahan pertanian juga terjadi secara cepat untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang jumlahnya semakin besar,dan untuk sekarang ini juga


(3)

masih ada dalam proses pembangunan yang alahannnya dialih fungsikan dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian,rumah yang dibangun tersebut untuk sekarang ini semakin lama semakin rapat antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya atau bangunan yang satu dengan bangunan yang lainnya. Lahan pertanian untuk saat ini semakin sempit,dan lahan pertanian tersebut dikelilingi oleh bangunan-bangunan rumah,atau bangunan-bangunan lainnya,untuk saat ini lahan pertanian tersebut semakin susah untuk mendapatkan air dan hasil panen dari hasil pertanian yang beberapa tahun yang lalu dibandingkan untuk sekarang ini berubah total, karena banyaknya bangunan yang ada di sekelilingnya disebelah kanan rumah, sebelah kiri rumah, di belakang rumah di depan dibuatnya jalan untuk menuju rumah warga. Semakin lama orang atau pemilik lahan pertanian juga semakin ada keinginan ingin untuk menjual ataupun langsung membuat lahan pertanian mereka itu menjadi lahan non-pertanian. Seperti pemilik lahan yang ada di daerah tersebut dimana lahan pertaniannya dibuat menjadi lahan non-pertanian,seperti dibangunnya rumah, akan tetapi rumah yang dibangunnya ini disewakan kepada oang pendatang dan ada juga lahan yang dibuat menjadi suatu bangunan untuk Universitas Sumatera Utara kos-kosan dan kos-kosan ini disewakan bagi mereka pendatang baik itu yang sudah berkeluarga maupun yang datang dari luar kota untuk menuntut ilmu ada itu yang mahasiswa, ada juga yang masih sekolah, dan bangunan ini dijadikan untuk disewakan kepada orang pendatang yang ingin menyewa. Lahan pertanian yang dulunya menghasilkan padi atau yang lainnya berubah menjadi penghasilan yang berbeda, yang tadinya langsung mendapat hasil dari padi dan untuk saat ini sesudah dijadikannya lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian maka pendapatan berbeda, secara praktis datang setiap bulan ataupun setiap tahunnya. Masyarakat yang melakukan alih fungsi lahan terdorong karena banyak hal-hal yang selalu membuat keinginan pemilik lahan pertanian berubah pikiran auntuk menjual langsung lahan pertaniannya atau membangun terlebih dahalu dan dijual kepada pendatang. Misalnya seperti jika seorang membuat lahan pertaniannya membuat rumah atau bangunan lainnya untuk disewakan kepada orang lain membuat pemilik lahan pertanian lainnya ikut-ikutan secara rasa ingin mengikuti adanya rasa ingin mengikuti keadaan yang ada untuk sekarang ini, melihat tetangganya yang menjual lahan pertaniannnya atau membuat lahan pertaniannya bisa menjadi lahan yang multifungsi dan secara pandangan untuk pendapatan pemilik lahan yang lain juga ikut secara perlahan. Adanya proses alih fungsi lahan yang dilakukan itu tidak bisa dihindari dari pembangunan, setiap orang yang ingin melakukan pembangunan dan hendak membuat lahannya menjadi lahan non-pertanian itu harus ada perijinan dulu, adapun perijinan yang dilakukan yaitu: ijin lokasi atau ijin perubahan lahan nonpertanian ke lahan non-pertanian. Jika hal perijinan


(4)

tersebut sebenarnya tidak ada Universitas Sumatera Utara maka tidak akan bisa melakukan pembangunan,akan tetapi ada saja masyarakat yang membangun rumah atau bangunan lainnya dengan kemauan sendiri, selain itu juga akan ada dampak negatif yang lainnya yang bisa mengancam banyak kalangan terutama masyarakat itu sendiri seperti adanya bangunan-bangunan yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang yang hendak dicapai sebuah kota terutama kota Medan seperti bangunan yang permanen dimana bangunanbangunan tersebut akan mengakibatkan banjir karena daya serap air kurang seperti keseringan terjadi banjir di berbagai tempat yang ada di Kota Medan karena masyarakat banyak yang mendirikan bangunan-bangunan yang semestinya dibuat menjadi Ruang Hijau Terbuka (RHT).


(5)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

 Berdasarkan hasil penelitian penurunan luas lahan pertanian akibat konversi lahan pertanian menjadi permukiman non pertanian dapat dilihat dari berbagai tolak ukur seperti, penurunan luas areal pertanian, berkurangnya luasan pertanian, dan sebagainya. Disamping itu penurunan luas lahan pertanian ini, dapat diindikasikan terhadap peningkatan jumlah bangunan yang dibangun di wilayah Tanjung Sari Medan.

 Dapat dipahami bahwa penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian yang semakin marak itu bisa dikatakan multidimensi. Lahan itu sendiri sudah menjadi multifungsi, dan adapun pihak-pihak yang mengendalikan alih fungsi lahan yang terjadi di dalam perkotaan terutama yang ada di Kelurahan Tanjung Sari, tidak mungkin hanya dilakukan oleh satu pihak saja. Melihat aspek-aspek yang terjadi dan aspek-aspek yang ada pada fungsi dari lahan tersebut, alih fungsi lahan yang terjadi dapat berpengaruh terhadap turunnya produksi pertanian serta akan berdampak pada dimensi yang dimana berkaitan dengan aspek-aspek perubahan orientasi ekonomi, sosial budaya , politik serta lingkungan hidup.

B. Saran

Alih fungsi lahan yang terjadi di perkotaan terutama pada alih fungsi lahan pertanian yang dijadikan menjadi bangunan-bangunan supaya lebih diperhatikan oleh pejabat daerah setempat dan lebih menegaskan kembali perturan-pertauran yang sudah ada dan tentunya dalam pengendalian alih fungsi lahan pada perkotaan juga jika itu tidak cocok untuk dijadikan bangunan-bangunan harus ada partisipasi dari masyarakat itu juga bukan hanya peraturan saja yang diberlakukan, Karena partisipasi masyarakat itu sangat penting kalau hanya peraturan yang dibuat tentang masalah alih fungsi lahan yang telah terjadi di berbagai tempat itu tidak akan bisa terpebihu,hanya saja masyarakat itu sendiri yang berperan aktif dalam rangka masalah yang terjadi terutama masalah alih fungsi lahan yang terjadi di lingkungan dimana mereka berada.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1985. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta Gramedia Adisasmita Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan Dan Perkotaan.Yogyakarta: Graha Ilmu D.Dwidjoseput. 1991. Ekologi Manusia Dan Lingkungannya, Jakarta: Penerbit Erlangga Fuad Amsyari. 1992. Dasar-Dasar Dan Metode Perencanaan Lingkungan Dalam Pembangunan Nasional,Jakarta: Widya Medika