HUKUM INTERNASIONAL presentasion 1

HUKUM INTERNASIONAL
“Pembahasan
Permasalahan MoU
antara Indonesia & GAM”
Disusun oleh :
Dedy Praba Saputra
A10040243

Pengertian Perjanjian
Internasional
Rumusan mengenai perjanjian Internasional dalam arti
yang luas dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja
sebagai berikut:
“perjanjian Internasional adalah perjanjian yang diadakan
antara anggota masyarakat bangsa-bangsa yang
bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum
tertentu.”
Dari batasan tersebut jelas kiranya, bahwa untuk dapat
dinamakan perjanjian internasional, perjanjian itu harus
diadakan oleh subyek-subyek hukum internasional yang
menjadi anggota masyarakat internasional. Jadi,

pertama-tama termasuk di dalamnya adalah perjanjian
antar negara, antara negara dengan organisasi
internasional dan diantara organisasi itu sendiri.

Beligerensi
Manakala suatu kelompok
pemberontak dalam suatu negara
telah berkembang menjadi cukup
kuat dan besar serta menentang
pemerintah yang berkuasa maka
kelompok tersebut dapat
digolongkan beligerensi.

Ciri pokok beligerensi:
1. Berkembang cukup kuat dan besar serta
menentang pemerintah
2. Diakui keberadaannya oleh negara lain melalui
dua syarat sebagai berikut :
a.Pertama, pertempuran yang sedang
berlangsung harus telah mencapai tingkatan

sedemikian rupa seolah-olah sedang terjadi
peperangan yang sebenarnya.
b. Kedua perkembangan dari peperangan itu
harus sedemikian rupa sifatnya sehingga n
negara-negara lain tidak mungkin terus berdiri
di luar garis.

Menurut Oppenheim-Lauterpacht, untuk
dapat digolongkan sebagai beligerensi, ada
syarat-syarat yang harus dipenuhi guna
mendapat pengakuan:
 adanya peperangan sipil yang diikuti
dengan pertikaian terbuka
 adanya pendudukan wilayah-wilayah
tertentu dan penyelenggaraan
pengaturannya
 pihak pemberontak tersebut berada
dibawah seseorang pimpinan dan
menaati kaidah-kaidah hukum perang;
 adanya negara ketiga yang menyatakan

sikapnya terhadap perang sipil tersebut

Pengakuan belligerency
berarti :






memberikan pada pihak memberontak hak-hak dan kewajiban
suatu negara merdeka selama selama berlangsungnya
peperangan.
ini berarti:
a. Angkatan perangnya adalah kesatuan yang sah sesuai
dengan hukum perang dan bukan pembajak.
b. Peperangan antara pihak harus sesuai dengan hukum
perang.
c. Kapal-kapal perangnya adalah kapal-kapal yang sah dan
bukan bajak laut.

d. Blokade-blokade yang dilakukannya di laut harus dihormati
oleh negara-negara netral.
di lain pihak, pemerintah yang memberontak tersebut tidak
dapat merundingkan perjanjian-perjanjian internasional, tidak
dapat menerima dan mengirim wakil-wakil diplomatik dan
hubungannya dan negara-negara lain hanya bersifat informal.
Pemerintah tersebut tidak dapat menuntut hak-hak dan
kekebalan-kekebalan di bidang internasional. Ia merupakan
subjek hukum internasional dalam bentuk terbatas, tidak
penuh dan abersifat sementara.









sebagai akibat pengakuan belligerency oleh negaranegara ke-3 negara induk dibebaskan dari tanggung

jawab terahadap negara-negara ke-3 tersebut
sehubungan dengan perbuatan-petrbuatan kelompok
yang memberontak.
bila negara induk memberikan pula pengakuan
bellgerency kepada pihak yang memberonta, ini berarti
kedua pihak harus melakukan perang sesuai dengan
hukum perang. Dalam hal ini, pihak ke-3 tidak boleh
ragu-ragu lagi untuk memberikan pengakuan yang
sama.
pengakuan belligerency bersifat terbatas dan sementara
serta hanya selama berlangsungnya perang tanpa
memperhatikan apakah kelompok yang memberontak itu
akan menang atau kalah dalam peperangan.
dengan pengakuan belligerency ini negara-negara ke-3
akan mempunyai hak-hak dan kewajiban sebagai negara
netral dan pengakuan belligerency ini terutanma
diberikan karena alasan humaniter