Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan anggaran pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating Chapter III VI

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1.

Kerangka Konseptual
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam

penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih ( Sugiyono, 2014). Kerangka
konsep akan menghubungkan secara teoritis antaravariabel-variabel penelitian yaitu
antara variabel bebas dengan variabel terikat (Erlina, 2008). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kerangka konseptual merupakan gambaran hubungan antara
variabel-variabel yang akan digunakan, diteliti dan dianalisis dalam suatu penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat 4 (empat) variabel independen yaitu Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran (SILPA) (X1), perubahan anggaran (X2), Pendapatan Asli
Daerah (PAD) (X3) dan dana perimbangan (X4) yang diperkirakan mempengaruhi
baik secara simultan maupun parsial terhadap variabel dependen yaitu serapan
anggaran Pemerintah Daerah (Y), kemudian waktu penetapan anggaran sebagai
variabel moderating (Z) yang diperkirakan mampu memoderasi hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
Berdasarkan latar belakang, landasan teori, pernyataan-pernyataan tentang

kerangka konseptual, serta variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini,
maka dibangun suatu kerangka konseptual yang akan diteliti seperti ditunjukkan
pada gambar 3.1.

Universitas Sumatera Utara

Variabel IndependenVariabel ModeratingVariabel Dependen
Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (X1)

Perubahan anggaran (X2)
Serapan Anggaran
Pemerintah Daerah (Y)
Pendapatan Asli Daerah
(X3)
Dana Perimbangan (X4)

Waktu penetapan anggaran (Z)

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menggambarkan analisis pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen tanpa dan melalui variabel moderating.
Hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen dapat
dilihat pada uraian sebagai berikut :
1.

Hubungan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) dengan serapan anggaran
Sisa anggaran adalah dana milik pemerintah yang belum terpakai selama
tahun anggaran atau masih tersisa pada akhir tahun anggaran. Sisa anggaran
akan menjadi penerimaan ditahun berikutnya dan bebas untuk dipergunakan
untuk membiayai kegiatan-kegiatan tahun berjalan.Sisa anggaran mencerminkan
kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan anggarannya serta
keakurasian estimasi pendapatan, belanja dan pembiayaan yang ditetapkan
sebelum pelaksanaan anggaran. Sisa anggaran yang besar menunjukkan
rendahnya daya serap anggaran untuk belanja dan atau tingginya kemampuan

Universitas Sumatera Utara

pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatannya di atas target yang telah
ditetapkan (Abdullah, 2015). Menurut penelitian terdahulu sisa anggaran tahun

lalu dapat mengakibatkan rendahnya realisasi (serapan) SKPD diakibatkan
kurangnya kesiapan aparatur baik secara kualitas maupun kuantitas dan akibat
penambahan kegiatan yang bersumber dari sisa anggaran tahun lalu tersebut.
2.

Hubungan perubahan anggaran dengan serapan anggaran
Perubahan anggaran adalah penyesuaian yang dilakukan terhadap APBD
sesuai dengan perkembangan dan perubahan keadaan yang terjadi pada tahun
berjalan sehingga dana yang tersedia dapat dioptimakan penggunaannya dan
dapat menekan varian anggaran. Perubahan anggaran dapat mengakibatkan
perubahan posisi, proporsi, dan komposisi rekening-rekening dalam APBD.
Perubahan anggaran dapat berupa penambahan atau pengurangan pendapatan
atau penambahan dan pengurangan belanja. Dengan adanya perubahan tersebut
diharapkan akan menyebabkan perbaikan kinerja dan kualitas anggaran yang
akhirnya akan meningkatkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam menyerap
anggaran APBD namun adakalanya perubahan yang bertempo singkat
menimbulkan kesulitan dalam melaksanakan anggaran dikarenakan dibebani
anggaran murni dan anggaran perubahan dalam waktu yang relatif singkat
sehingga pada akhirnya akan menimbulkan sisa anggaran yang besar di akhir
tahun anggaran. Hasil penelitian Abdullah (2015) menunjukkan bahwa

perubahan anggaran tidak berpengaruh terhadap serapan anggaran.

3.

Hubungan Pendapatan Asli Daerah dengan serapan anggaran
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber dana bagi
pemerintah untuk melaksanakan anggaran, pemerintah daerah mempunyai beban
yang semakin besar untuk menghasilkan pendapatan sebagai sumber penerimaan

Universitas Sumatera Utara

yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan program-program dan kegiatankegiatan yang telah disetujui oleh DPRD.
Dalam menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah dalam
kewenangan fiskal, pemerintah harus mengidentifikasi dan menggali setiap
potensi yang ada untuk dapat memenuhi kebutuhan pembangunan dan
pembiayaan daerahnya yang bersumber dari PAD. Pendapatan Asli Daerah tiaptiap daerah tentunya berbeda-beda, daerah yang memiliki kemajuan di bidang
industri dan memiliki kekayaan alam yang melimpah cenderung memiliki
kemandirian keuangan dengan PAD yang tinggi demikian juga sebaliknya
daerah yang tidak memiliki banyak potensi dan sumber daya alam akan
memiliki PAD yang rendah.

Meskipun

persentase

jumlah

PAD

dibandingkan

dengan

total

penerimaan keseluruhan pada umumnya sangat kecil dan hanya beberapa daerah
saja yang memiliki jumlah PAD yang , namun ketersediaan PAD dapat
membantu pemerintah daerah untuk dapat melaksanakan anggarannya.
Ketersediaan PAD mempengaruhi tingkat serapan anggaran pemerintah
daerah dimana semakin banyak dan semakin cepat PAD yang ditargetkan
mampu dicapai untuk membiayai kegiatan dan program Pemerintah Daerah

maka kegiatan tersebut dapat dilaksanakan tepat waktu dan pada akhirnya akan
meningkatkan kemampuan pemerintah untuk menyerap anggaran serta
meningkatkan kemandirian daerah tersebut (Abdullah (2016).
4.

Hubungan Dana Perimbangan dengan serapan Anggaran
Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan
anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) yang dialokasi kan untuk
mendanai kebutuhan daerah. Dana perimbangan merupakan salah satu sumber

Universitas Sumatera Utara

dana yang diharapkan mampu membantu Pemerintah Daerah dalam membiayai
program dan kegiatannya. Dana Perimbangan dimaksudkan untuk meningkatkan
pemerataan pembangunan di seluruh daerah dan meminimalisasi kesenjangan
pembangunan antara daerah yang memiliki potensi dan sumber daya alam tinggi
dan pendapatan sendiri yang besar dengan daerah yang lebih sedikit pendapatan
dan potensi ekonominya.

Dengan ketersediaan dana perimbangan maka


pemerintah daerah dapat dengan segera menjalankan roda pembangunan melalui
pelaksanaan anggaran dan pada akhirnya dapat mempercepat dan meningkatkan
serapan anggaran pemerintah daerah.
5.

Hubungan Ketepatan waktu penetapan anggaran dengan serapan anggaran
pemerintah daerah.
Dengan terlambatnya suatu anggaran yakni APBD pada Pemerintah
Daerah ditetapkan dalam suatu tahun anggaran, maka pelaksanaanya tidak bisa
dimulai diawal tahun anggaran berkenaan, sehingga jumlah waktu pelaksanaan
yang

direncanakan

tidak

bisa

dilaksanakan


dalam

satu

tahun

anggaran.Penetapan APBD yang tidak sesuai dengan batas waktu yang
ditetapkan akan berimplikasi pada terhambatnya proses pelaksanaan program
atau kegiatan yang pada akhirnya menghambat daya serap anggaran APBD.
Akan ada kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan dikarenakan
keterbatasan waktu, atau adanya proyek-proyek yang sampai pada akhir tahun
anggaran belum selesai sesuai dengan jadwal yang ditetapkan karena proses
lelang yang juga terlambat.
Dalam penelitiannya Andalia, et al. (2012) mengatakan APBD yang
dibahas bersama antara pemerintah daerah (Eksekutif) dengan DPRD
(Legislatif) tidak disahkan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah

Universitas Sumatera Utara


ditentukan dengan kata lain terlambat maka anggaran sering kali menjadi tidak
efektif atau bahkan tidak terserap sepenuhnya saat tahun anggaran berakhir dan
akan menjadi SILPA ( Sisa Lebih Perhitungan Anggaran ).
Semakin sedikit waktu pelaksanaan anggaran maka akan semakin sedikit
anggaran yang mampu diserap, sebaliknya ketika penetapan anggaran bisa tepat
waktu maka akan semakin banyak anggaran yang mampu diserap.

3.2.

Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2011) hipotesis penelitian adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut
Kuncoro (2007), hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun oleh
peneliti, yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang akan
dilakukan.Dari penjelasan pengertian tentang hipotesis di atas, maka dapat
dinyatakan bahwa suatu hipotesis penelitian terkandung 3 (tiga) unsur utama, yaitu:
(1) jawaban sementara penelitian, (2) dapat diuji melalui penelitian, dan (3)
tersedianya data populasi/sampel penelitian.
Berdasarkan kerangka konseptual dan unsur-unsur yang terkandung dalam

rumusan masalah dan landasan teoritis sebelumnya , maka hipotesis penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
3. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA), perubahan anggaran, Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan dana perimbangan berpengaruh secara Simultan dan
parsial terhadap serapan anggaran Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera
Utara.
4. Ketepatan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating mampu
memoderasi hubungan antara Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA),

Universitas Sumatera Utara

perubahan anggaran, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dana perimbangan
dengan serapan anggaran Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1.


Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian assosiatif yang bersifat kausal/sebab

akibat. Penelitian assosiatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2011). Penelitian
kausal (Causal Research) bertujuan untuk melihat hubungan antara beberapa
variabel yang belum pasti, Umar ( 2008) menyebutkan bagaimana desain kausal
berguna untuk menganalisa bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel yang
lain, dan juga berguna pada penelitian eksperimen dimana variabel independennya
diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel
dependen secara langsung. Penelitian kausal juga bertujuan untuk menguji hipotesis
dan merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar
variabel (Erlina, 2008).
4.2.

Lokasi dan Jadwal Penelitian Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terhadap 33

(tiga puluh tiga) kabupaten/kota yang terdiri dari 25 (dua puluh lima) kabupaten dan
8 (delapan) kota . Waktu penelitian dimulai padabulan Januari 2016sampai dengan
bulan Agustus 2016 dengan jadwal penelitian yang tercantum pada lampiran 1.

Universitas Sumatera Utara

4.3.

Populasi dan Sampel
Populasi menurut Erlina (2011) adalah sekelompok entitas yang lengkap

berupa orang, kejadian atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu yang
berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang terkait dengan
masalah penelitian. Menurut Sugiyono (2011) Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang

ditetapkan

oleh

peneliti

untuk

dipelajari

dan

kemudian

ditarik

kesimpulannya.Sejalan dengan pernyataan tersebut,Margono (2010) mengemukakan
bahwa populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang
lingkup dan waktu yang kita tentukan.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikemukakan bahwa populasi
merupakan keseluruhan data yang terdapat dalam waktu dan lingkungan penelitian.
Di dalam penelitian ini,populasi yang digunakan adalah seluruh Kabupaten/Kotadi
Provinsi Sumatera Utara, yaitu sebanyak 33 (tiga puluh tiga) Kabupaten/Kota, yang
terdiri dari 25 (dua puluh lima) Kabupaten dan 8 (delapan) Kota.
Sugiyono(2010) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, sementaraMargono (2010) menyatakan
bahwa sampel adalah sebagai bagian dari populasi. Pendapat lainnya, Arikunto
(2010) menyebutkan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Dari beberapa pendapat ini, maka dapat dikemukakan bahwa sampel
merupakan bagian yang diambil dari populasi dan yang dapat mewakili populasi.
Pengambilan sampel di dalam penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2010). Adapun penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(kriteria) dalam penelitian ini adalah tersedianya data yang lengkap selama tahun

Universitas Sumatera Utara

amatan penelitian, yaitu: tersedianya data Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
(SILPA), Perubahan anggaran, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan
dan waktu penetapan anggarandari 4 tahun amatan (2011-2014).
Dari populasi sebanyak 33 (tiga puluh tiga) kabupaten/kota di Provinsi
Sumatera Utara, yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian sebanyak
24 (dua puluh empat) kabupaten/kota, yang terdiri dari 18 ( delapan belas)
Pemerintah Kabupaten dan 6 (enam) Pemerintah Kota dengan data amatan sejumlah
96. Adapun Kabupaten/Kota yang menjadi populasi dan sampel dalam penelitian ini
dapat dilihat pada lampiran 2.
4.4.

Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

bersumber dari dokumen APBD dan P-APBD serta Laporan Keuangan

pada

Kabupaten/Kota yang diperoleh dengan teknik observasi dan penyelusuran data
dimana jumlah observasi sebanyak 96 (sembilan puluh enam) yakni 24 dokumen
APBD dan P-APBD serta Laporan Keuangan dari 24 (dua puluh empat)
Kabupaten/Kota selama 4 (empat) tahun (2011-2014).
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen yaitu
Serapan Anggaran Pemerintah Daerah (Y) dan variabel independen yang terdiri dari
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (X1), Perubahan Anggaran (X2), Pendapatan Asli
Daerah (X3) dan Dana Perimbangan (X4)serta variabel moderating Waktu Penetapan
Anggaran (Z).

Universitas Sumatera Utara

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan pelaksanaan
penelitian, maka perlu diberikan defenisi operasional atas variabel-variabel yang
akan diteliti.
4.5.1. Serapan Anggaran Pemerintah Daerah (Y)
Serapan anggaran pemerintah daerah merupakan realisasi anggaranyang
mampu dibelanjakan pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang
menunjukkan kemampuan pemerintah untuk melaksanakan anggaran. Indikator
pengukuran melalui data besaran realisasi P-APBD dengan menggunakan skala rasio
sebagai skala pengukuran.
4.5.2. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) (X1)
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) adalah salah satu sumber
penerimaan daerah yang berasal dari sisa anggaran tahun lalu yang dapat digunakan
untuk membiayai belanja pemerintah dalam meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat tahun berikutnya. Indikator yang digunakan adalah jumlah sisa lebih
pembiayaan anggaran tahun sebelumnya dan skala pengukuran menggunakan skala
rasio.
4.5.3. Perubahan Anggaran (X2)
Perubahan anggaran atau P-APBD dapat diartikan sebagai upaya pemerintah
daerah untuk menyesuaikan rencana keuangannya dengan perkembangan yang
terjadi setelah penetapan anggaran. Indikator yang digunakan adalah selisih antara
data besaran P-APBD dengan APBD, dan variabel ini diukur dengan skala rasio.
4.5.4. Pendapatan Asli Daerah (X3)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah total realisasi penerimaan daerah yang
bersumber dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain penerimaan PAD yang sah. Indikator

Universitas Sumatera Utara

pendapatan asli daerah adalah data realisasi PAD setelah perubahan. Variabel ini
diukur dengan menggunakan skala rasio.
4.5.5. Dana Perimbangan (X4)
Dana Perimbangan merupakan transfer pemerintah pusat untuk pemerintah
daerah yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai
kebutuhannya. Yang menjadi indikator bagi dana perimbangan adalah besaran dana
perimbangan P-APBD dan variabel ini diukur dengan skala rasio.
4.5.6. Waktu Penetapan Anggaran (Z)
Waktu penetapan anggaran adalah tanggal dimana APBD ditetapkan oleh
eksekutif dan legislatif, dimana dapat dinyatakan terlambat ataupun tidak terlambat.
Indikator pengukuran yaitu terlambat apabila melewati batas waktu yang telah
ditentukan dan tidak terlambat apabila tidak melewati batas waktu yang telah
ditentukan. Batas waktu penetapan anggaran paling lambat yaitu tanggal 31
Desember sebelum tahun anggaran berkenaan. Waktu penetapan anggaran
dinyatakan dengan menggunakan data dummy.
Definisi operasional dan skala pengukuran penelitian secara singkat
dijelaskan pada tabel 4.1.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1. Definisi Operasional Variabel
Variabel

Definisi Operasional

Indikator Pengkuran

1

2

3

Serapan
anggaran
(Y)
Waktu
penetapan
anggaran
(Z)

Sisa
pembiayaan
anggaran
(SILPA)
(X1)
Perubahan
anggaran
(X2)

Selisih antara anggaran yang
telah
ditetapkan
dengan
realisasinya.
Tanggal
dimana
APBD
ditetapkan dan terlambat bila
melewati tanggal yang telah
ditetapkan dan tidak terlambat
bila tidak melewati tanggal yang
telah ditetapkan.

1. Besaran P-APBD
2. Besaran realisasi
P-APBD
1. Batas
waktu
penetapan
anggaran
2. Terlambat
bila
melewati tanggal
batas waktu
3. Tidak
terlambat
bila tidak melewati
tanggalbatas waktu
Besarnya sisa anggaran tahun Jumlah sisa anggaran
lalu yang dapat digunakan untuk tahun lalu
membiayai
belanja
tahun
berjalan.

Skala
Pengukuran
4

Rasio

Dummy

Rasio

Penganggaran
ulang
yang 1. Besaran APBD
bertujuan untuk menyesuaikan 2. Besaran P-APBD
anggaran dengan perubahan
terkini agar lebih sesuai tujuan
dengan kondisi terkini.

Rasio

Pendapatan
Asli Daerah
(X4)

total realisasi penerimaan daerah 1. Realisasi PAD
yang bersumber dari hasil pajak
daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan lain-lain
penerimaan PAD yang sah.

Rasio

Dana
Perimbangan
(X5)

merupakan transfer pemerintah
pusat untuk pemerintah daerah
yang dapat digunakan oleh
pemerintah
daerah
untuk
membiayai kebutuhannya.

Rasio

Jumlah dana
perimbangan

Universitas Sumatera Utara

4.6.

Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda atau MRA (Multiple
Regression Analysis) dengan menggunakan program Statistic Package for Social
Sciences (SPSS). Analisis regresi bergandaadalah alat untuk meramalkan nilai
pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat(Muhidin dan
Abdurahman, 2007).Sejalan dengan pendapat tersebut, Priyatno (2014) menyatakan
bahwa analisa regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh atau
hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen dengan satu
variabel dependen. Dari kedua pendapat inidapat disebutkan bahwa analisis regresi
berganda akan melibatkan dua atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat
dengan menggunakan analisis statistik.
4.6.1. Statistik Deskriptif
Statistik ini digunakan untuk memberikan gambaran secara umum profil dari
sampel. Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata,
deviasi standar, minimum dan maksimum.
4.6.2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan sebelum dilakukan pengujian hipotesis.
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk menentukan apakah data yang digunakan
untuk penelitian dapat diterimadan tidak ada pelanggaran terhadap ketentuan asumsiasumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas dan Uji Heteroskedastisitas dan Uji
Autokorelasi.

Universitas Sumatera Utara

4.6.2.1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam
penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal (Nugroho, 2005: 18). Untuk
menguji apakah distribusi normal atau tidak dapat dilihat melalui normal probability
plot dengan membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Data normal
akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan
dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali,
2005: 110).Cara untuk menguji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan normalitas
distribusi residual. “Jika sig atau p-value > 0,05 maka data berdistribusi normal
(Ghozali, 2013). Dasar pengambilan keputusan dalam uji One Sample Kolmogorov
Smirnov adalah :
1.

Nilai Signifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah tidak
normal.

2.

Nilai Signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah
normal.

4.6.2.2. Uji Multikolinearitas
Multikolonieritas adalah kolerasi sempurna (100%) diantara variabel yang
digunakan dalam model. Uji Multikolinieritas, diperlukan untuk mengetahui ada
tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen
lain dalam satu model (Nugroho, 2005:58). Selain itu deteksi terhadap
multikoliniearitas juga bertujuan untuk menghindari bias dalam proses pengambilan
keputusan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen

Universitas Sumatera Utara

terhadap variabel dependen.Dasar pengambilan keputusan pada uji Multikolonieritas ini
adalah:

1. Jika Variance Inflation Faktor (VIF) > 10 maka artinya terdapat
masalahmultikolonieritas diantara variabel independen.
2. Jika Variance Inflation Faktor (VIF) =0.05, sehingga dapat dinyatakan bahwa data terdistribusi secara normal.
5.2.1.2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terdapat
korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk pengujian multikolinieritas,
digunakan pendekatan analisis statistik dengan menggunakan nilai Variance
Inflation Factor (VIF). Hasil uji multikolinieritas asumsi klasik penelitian ini,
ditunjukkan pada Tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3. Hasil Uji Multikolinieritas denganVIF
Coefficients

a

Unstandardized
Standardized
Coefficients

Coefficients

Model

B

Std. Error

(Constant)

2,588

1,108

LnX1

-,031

,012

LnX2

-,001

LnX3
LnX4

Beta

Collinearity Statistics
T

Sig.

Tolerance

VIF

2,335

,022

-,083

-2,492

,015

,965

1,036

,013

-,002

-,053

,958

,866

1,155

,079

,023

,168

3,419

,001

,440

2,271

,868

,054

,823

16,209

,000

,412

2,428

a. Dependent Variable: LnY

Berdasarkan hasil uji multikolinieritas padaTabel 5.3, ditunjukkan bahwa
nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel independen
dibawah angka 10 (VIF = Test Value

48

Total Cases

96

Number of Runs

39

Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

-,878
,380

a. Median

Sumber: Diolah dari data sekunder

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil uji autokorelasi pada Tabel 5.5 dengan menggunakan Run
Test, didapatkan nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,380. Hal ini berarti bahwa nilai
Asymp.Sig. (2-tailed) = 0,380> = 0,05. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
pada model tidak terdapat masalah autokorelasi.
5.3.Pengujian Hipotesis Pertama
Setelah diketahui bahwa ridak ada uji asumsi klasik yang dilanggar, maka
pengujian hipotesis dengan analisis linier berganda sudah dapat dilakukan. Uji
statistik F digunakan untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen secara
simultan dan uji statistik t untuk melihat pengaruh masing-masing variabel
independen secara parsial.
5.3.1. Uji Statistik F
Uji statistik F dimaksudkan untuk menjelaskan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan. Pada penelitian ini, uji
statistik F bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel-variabel
independen X1 (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran), X2 (Perubahan Anggaran), X3
(Pendapatan Asli Daerah),dan X4 (Dana Perimbanganl) terhadap variabel dependen
Y (Serapan Anggaran) secara serempak (simultan). Hasil uji statistik F ditunjukkan
pada Tabel 5.5 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.5. Hasil Uji Statistik F
a

ANOVA
Model
1

Sum of Squares

Regression
Residual
Total

Df

Mean Square

11,215

4

2,804

1,028

91

,013

12,242

95

F

Sig.

215,533

,000

b

a. Dependent Variable: LnY
b. Predictors: (Constant), LnX4, LnX1, LnX2, LnX3

Sumber: Diolah dari data sekunder

Berdasarkan Tabel 5.6 di atas, diketahui nilai uji statistik F dengan nilai
signifikansiSig. =0,00.Hasil ini menunjukkan bahwa nilaiSig. =0,00< α=0,05.
Interpretasi dari nilai Sig ini,menyimpulkan bahwa Artinya, secara simultan Sisa
Lebih Pembiayaan Anggaran (X1), Perubahan Anggaran (X2), Pendapatan Asli
Daerah (X3), dan Dana Perimbangan (X4) berpengaruh signifikan terhadap Serapan
Anggaran (Y).

5.3.2. Uji Statistik t
Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa jauh variabel-variabel
independen Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (X1), Perubahan Anggaran (X2),
Pendapatan Asli Daerah (X3), dan Dana Perimbangan (X4) berpengaruh

secara

parsial terhadap variabel dependen Y (Serapan Anggaran), maka dilakukan uji
statistik t.Pada Tabel 5.6 berikut ini ditampilkan hasil uji statistik t.

Universitas Sumatera Utara

Coefficients

Model
(Const

Unstandardized

Standardized

Collinearity

Coefficients

Coefficients

Statistics

B

Std. Error

2,588

1,108

LnX1

-,031

,012

LnX2

-,001

LnX3
LnX4

ant)

a

Beta

T

Sig.

Tolerance

VIF

2,335

,022

-,083

-2,492

,015

,965

1,036

,013

-,002

-,053

,958

,866

1,155

,079

,023

,168

3,419

,001

,440

2,271

,868

,054

,823 16,209

,000

,412

2,428

a. Dependent Variable: LnY

Tabel 5.6. Hasil Uji Statistik t
Sumber: Diolah dari data sekunder

Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 5.7, dapat diketahui nilai signifikansi
uji statistik t(parsial), dengan interpretasi sebagai berikut:
a.

Variabel X1 (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran)
Nilai signifikansi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (X1) Sig.= 0,015. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai signifikansi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (X1)
Sig.=0,015 < α=0,05. Berdasarkan nilai Sig ini, makadapat dinyatakan bahwa H0
ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa secara parsial, Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran (X1) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Serapan Anggaran (Y).

Universitas Sumatera Utara

b.

Variabel X2 (Perubahan Anggaran)
Nilai signifikansi Perubahan Anggaran (X2) sebesar 0,958. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai signifikansi Perubahan Anggaran (X2)

Sig.=0,958 > α=0,05.

Berdasarkan nilai Sig ini, maka dapat dinyatakan bahwa H0 diterima dan H1
ditolak, yang berarti bahwa secara parsial, Perubahan Anggaran (X2)
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap serapan Anggaran (Y).
c.

Variabel X3 (Pendapatan Asli Daerah)
Nilai signifikansi Pendapatan Asli Daerah (X3) sebesar 0,001. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai signifikansi Pendapatan Asli Daerah (X3)Sig.=0,001<
α=0,05. Berdasarkan nilai Sig ini, makadapat dinyatakan bahwa H0 ditolak dan
H1 diterima, yang berarti bahwa secara parsial, Pendapatan Asli Daerah (X3)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Serapan Anggaran (Y).

d.

Variabel X4 (Dana Perimbangan)
Nilai signifikansi Dana Perimbangan (X4) sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai signifikansi Dana Perimbangan (X4)

Sig.= 0,000 < α=0,05.

Berdasarkan nilai Sig ini, maka dapat dinyatakan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima, yang berarti bahwa secara parsial, Dana Perimbangan (X4)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Serapan Anggaran (Y).
Y = 2,588 - 0,031X1 - 0,001X2 + 0,079X3+ 0,868X4…………

(5.1)

Keterangan:
Ŷ

=

Serapan Anggaran

X1 =

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

X2 =

Perubahan Anggaran

X3 =

Pendapatan Asli Daerah

X4 =

Dana Perimbangan

Universitas Sumatera Utara

Interpretasi dari persamaan model regresi di atas, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Konstanta k= 2,588
Nilai konstanta sebesar 2,588 dapat diartikan bahwa jika nilai variabel X1 (Sisa
Lebih Pembiayaan Anggaran), X2 (Perubahan Anggaran), X3 (Pendapatan Asli
Daerah), dan X4 (Dana Perimbangan) diasumsikan 0 (nol), maka Serapan
Anggaran (Y) sebesar Rp. 2,588 juta.
b. Koefisien b1= -0,031
Nilai koefisien regresib1 terhadap variabel X1 (Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran) sebesar

-0,031, yang bermakna bahwa Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran (X1) berpengaruhnegatif terhadap Serapan Anggaran (Y). Koefisien
b1= -0.031 terhadap variabel X1 (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) ini, dapat
diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan 1% Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
(X1), akan menurunkan Serapan Anggaran (Y) sebesar Rp.0,031 juta. Dilihat dari
nilai signifikansi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (X1) bernilai 0,015. Hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (X1)
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan Serapan Anggaran (Y).
c. Koefisien b2= - 0,001
Nilai koefisien regresi b2 terhadap variabel X2 (Perubahan Anggaran) sebesar -0,001, yang bermakna bahwa Perubahan Anggaran (X2) bernilai negatif terhadap
Serapan Anggaran (Y). Koefisien b2= -0,001 terhadap variabel X2 (Perubahan
Anggaran) ini, dapat diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan 1% Perubahan
Anggaran (X2), akan menurunkan Serapan Anggaran (Y) sebesar Rp. 0,001 juta.

Universitas Sumatera Utara

Dilihat dari nilai signifikansi, Perubahan Anggaran (X2) bernilai 0,958. Hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh Perubahan Anggaran (X2) tidak signifikan
terhadap peningkatan Serapan Anggaran (Y).
d. Koefisien b3= 0,079
Nilai koefisien regresi b3 terhadap variabel X3 (Pendapata Asli Daerah) sebesar
0,079, yang bermakna bahwa Pendapatan Asli Daerah (X3) bernilai positif
terhadap Serapan Anggaran (Y). Koefisien b3= 0,079 terhadap variabel X3
(Pendapatan Asli Daerah) ini, dapat diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan 1%
Pendapatan Asli Daerah (X3), akan menaikkan Serapan Anggaran (Y) sebesar
Rp. 0,079 juta. Dilihat dari nilai signifikansi, Pendapatan Asli Daerah (X3)
bernilai 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Pendapatan Asli Daerah
(X3) signifikan terhadap peningkatan Serapan Anggaran (Y).
e. Koefisien b4=0,868
Nilai koefisien regresi b4 terhadap variabel X4 (Dana Perimbangan) sebesar
0,868, yang bermakna bahwa DanaPerimbangan (X4) bernilai positif terhadap
Serapan Anggaran (Y). Koefisien b4=0,868 terhadap variabel X4 (Dana
Perimbangan) ini, dapat diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan 1% Dana
Perimbangan (X4), akan menaikkan Serapan Anggaran (Y) sebesar Rp. 0,868
juta.Dilihat dari nilai signifikansi, Dana Perimbangan (X4) bernilai 0,000. Hal
ini menunjukkan bahwa pengaruh Dana Perimbangan (X4) signifikan terhadap
peningkatan Serapan Anggaran (Y).

Universitas Sumatera Utara

5.3.3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pengukuran seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen dalam model, maka dilakukan uji koefisien determinasi. Hasil uji
koefisien determinasi (R2) penelitian ini, dapat dilihat Tabel 5.7 berikut.
Tabel 5.7. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
b

Model Summary

Model
1

R
,957

R Square
a

,916

Adjusted R

Std. Error of

Square

the Estimate
,912

,11405

Durbin-Watson
1,379

a. Predictors: (Constant), LnX4, LnX1, LnX2, LnX3
b. Dependent Variable: LnY

Sumber: Diolah dari data sekunder

Dari hasil regresi linier pada Tabel 5.8, diketahui bahwa nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,916 atau 91,6 %.Namun kelemahan mendasar
penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen
yang dimasukkan ke dalam model sehingga banyak peneliti yang menganjurkan
untuk menggunakan nilai adjusted R2untuk mengevaluasi modelregresi terbaik. Nilai
AdjustedR2dalam penelitian ini adalah 0,912 atau sebesar 91,2 % . Nilai Adjusted R2
ini menunjukkan bahwa variabel independen Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (X1),
Perubahan Anggaran (X2), Pendapatan Asli Daerah (X3), dan Dana Perimbangan
(X4) dapat menjelaskan variasi variabel dependen Serapan Anggaran (Y) sebesar
91,2% sedangkan sisanya sebesar 8,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

5.4. Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua ini menggunakan analisis regresi berganda dengan
uji residual, dan variabel moderating berupa waktu penetapan anggaran. Penggunaan
variabel moderating ini dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis bahwa variabel
waktu penetapan anggarana dapat memoderasi yaitu memperkuat hubungan antara
variabel sisa lebih pembiayaan anggaran, perubahan anggaran, pendapatan asli
daerah dan dana perimbangan dengan serapan anggaran pemerintah daerah. Hasil
persamaan regresi linear terhadap variabel moderating dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Hasil Pengujian Regresi Hipotesis Kedua
Coefficients

Model

Unstandardized

Standardized

Collinearity

Coefficients

Coefficients

Statistics

B
1(Constant)

Std. Error

-2,346

4,704

LnX1

-,052

,053

LnX2

,019

LnX3
LnX4
a.

a

Beta

T

Sig.

Tolerance

VIF

-,499

,619

-,113

-,995

,323

,965

1,036

,053

,042

,350

,727

,866

1,155

-,035

,099

-,059

-,353

,725

,440

2,271

,161

,227

,123

,709

,481

,412

2,428

Dependent Variable: WPA

Model (a) yang dapat dikembangkan dari hasil penelitian hipotesis kedua adalah
Z = - 2,346 - 0,52X1 +0,19X2- 0,

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Dengan Perubahan Anggaran Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 15

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Dengan Perubahan Anggaran Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Dengan Perubahan Anggaran Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Sumatera Utara Chapter III VI

0 0 40

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Serapan Anggaran Skpd Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2015 Dengan Silpa Sebagai Variabel Moderating Chapter III VI

0 0 47

Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan anggaran pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating

0 0 15

Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan anggaran pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating

0 0 2

Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan anggaran pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating

0 1 10

Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan anggaran pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating

0 0 23

Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan anggaran pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating

0 2 4

Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan anggaran pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating

1 1 11