Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan anggaran pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Penelitian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat dengan

APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan Pemerintah daerah yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU No.17 Tahun 2003 Pasal 1 butir 8
tentang Keuangan Negara).
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun
anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua pendapatan daerah dan
semua belanja daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dalam tahun
angggaran tertentu. Pemungutan semua penerimaan daerah bertujuan untuk
memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD. Demikian juga dengan pengeluaran
daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang telah ditetapkan dalam APBD. Karena
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan Daerah, maka APBD menjadi dasar
pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.
APBD disusun dengan pendekatan berbasis kinerja yaitu suatu sistem

anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari
perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Dengan pendekatan ini
pemerintah akan mengakomodir lebih banyak kebutuhan publik dan aparatur daerah
sehingga menimbulkan beban yang semakin besar untuk menghasilkan pendapatan
sebagai sumber penerimaan supaya program dan kegiatan yang sudah disetujui
DPRD berupa APBD dapat dilaksanakan dengan baik pada tahun berkenaan.

Universitas Sumatera Utara

Dalam proses penyusunan anggaran daerah, penggelembungan (Mark
Up/Mark Down ) untuk target belanja dan target pendapatan dapat terjadi di level
SKPD karena SKPD berperan untuk mengajukan usulan anggaran nya masingmasing yang kemudian disampaikan ke Tim Anggaran Pemerintah daerah (TAPD).
Penggelembungan dalam penyusunan anggaran tersebut dapat berdampak pada
terjadinya sisa anggaran. Sisa anggaran adalah dana milik pemerintah daerah yang
belum terpakai selama satu tahun anggaran atau masih tersisa pada akhir tahun
anggaran. Sisa anggaran sama dengan seluruh jumlah uang atau kas pemerintah
daerah yang sebenarnya, baik yang berada di kas daerah Bendahara Umum Daerah
(BUD) maupun kas kecil yang berada di bendahara pengeluaran/penerimaan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 71 tahun 2010

tentang Sistem Akuntansi Pemerintah pada lampiran I.02, Sisa Lebih/Kurang
Pembiayaan Anggaran (SILPA) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi
pendapatan LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam
APBD/APBD selama satu periode pelaporan. Sisa lebih anggaran tahun sebelumnya
akan menjadi sumber penerimaan pada tahun berikutnyayang bersifat bebas dan
dapat digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan tahun berjalan. Sisa anggaran
pada akhir tahun anggaran (SILPA) yang akan menjadi penerimaan pada awal tahun
berikutnya ( SiLPA) merupakan indikator dalam menilai kualitas penganggaran pada
Pemerintah daerah (Abdullah, 2013). Sisa anggaran mencerminkan kemampuan
Pemerintah daerah dalam merealisasikan anggarannya serta keakurasian estimasi
pendapatan, belanja dan pembiayaan yang ditetapkan sebelum pelaksanaan anggaran
( Abdullah, et al.2015). Sisa anggaran dapat memperlihatkan rendahnya daya serap
anggaran untuk belanja dan/atau tingginya kemampuan pemerintah daerah

Universitas Sumatera Utara

merealisasikan pendapatannya di atas rencana atau anggaran yang telah ditetapkan.
Para ekonom memandang rendahnya tingkat serapan anggaran sebagai salah satu
indikator kegagalan birokrasi yang dapat menghambat pembangunan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah (BPKP, 2011).

Sisa anggaran merupakan gambaran tidak akuratnya proses penyusunan
anggaran itu sendiri dan merupakan bentuk inefisiensi anggaran walaupun disisi lain
dalam paparan SKPD hal ini dikatakan sebagai penghematan belanja. Dalam
penilaian penyerapan anggaran yang efisien atau tidak ini masih belum jelas tolok
ukurnya. Untuk dapat menilai efisien nya penyerapan anggaran, maka perlu dilihat
target penyerapan anggaran yang telah disusun di awal, apakah telah sesuai target
out come yang diinginkan atau tidak. Selain itu penyerapan anggaran yang rendah
disebabkan juga oleh adanya revisi anggaran seperti contoh penghematan anggaran
yang berdasarkan perubahan atau penetapan kebijakan pemerintah (www.bpkp.go.id)
.
Rendahnya penyerapan anggaranjuga mengakibatkan hilangnya manfaat
belanja, karena dana yang dialokasikan ternyata tidak semuanya dapat dimanfaatkan.
Apabila pengalokasian anggaran efisien, maka keterbatasan sumber dana yang
dimiliki negara dapat dioptimalkan untuk mendanai kegiatan strategis. Sumbersumber penerimaan negara yang terbatas mengharuskan pemerintah menyusun
prioritas kegiatan dan pengalokasian anggaran yang efektif dan efisien. Ketika
penyerapan anggaran gagal memenuhi target, berarti telah terjadi inefisiensi dan
inefektivitas pengalokasian anggaran (Cardisiawan, 2008).
Besaran sisa anggaran Pemerintah daerah terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Pada Tahun 2012 sendiri angka SILPA sudah mencapai Rp.97,026
trilliun. Trend Peningkatan SILPA tersebut dapat dilihat dalam grafik berikut :


Universitas Sumatera Utara

Data SILPA se- Indonesia tahun 2009 s/d 2012
120.000
97.026

100.000
78.317
80.000
60.000

52.234

56.574
SiLPA

40.000
20.000
2009


2010

2011

2012

Gambar 1.1 Jumlah dana SILPAPemerintah daerah se-Indonesia tahun 2009-2012

Provinsi sumatera utara, sebagaimana yang disampaikan oleh kepala
perwakilan BI Sumut Difi A. Johansyah yang ditulis dalam surat kabar online
Bisnis.com (2015) diprediksi mengalami penurunan persentase serapan anggaran
terburuk selama tiga tahun terakhir yaitu sekitar 86% saja atau lebih rendah dari ratarata tiga tahun terakhir sebesar 87,1% untuk semester pertama. Rendahnya serapan
anggaran tersebut diperkirakan disebabkan oleh rendahnya realisasi PAD tahun
berkenaan.
Dalam laporan realisasi anggaran kabupaten/kota yang ada di Provinsi
Sumatera Utara dapat dilihat bahwa kemampuan serapan anggaran masing-masing
daerah sangat beragam namun besarnya sisa anggaran terus menunjukkan
peningkatan yang menonjol dari tahun ke tahun. Provinsi Sumatera Utara juga
pernah menduduki peringkat pertama Provinsi dengan penyerapan anggaran terburuk

yang diikuti Provinsi Riau dan Aceh. Gambaran rendahnya serapan anggaran
Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat dari gambar berikut :

Universitas Sumatera Utara

Jumlah SILPA se Provinsi Sumut tahun 2011-2014
3.218
3.500
3.000
2.500
2.000

1.877
1.410

1.569
SiLPA

1.500
1.000

500
2.011

2.012

2.013

2.014

Gambar 1.2 Jumlah dana SILPA Pemerintah Daerah Se-Sumatera Utara
tahun anggaran 2011-2014

Penyerapan anggaran yang terlambat ini perlu mendapat perhatian yang
serius dari pemerintah terutama untuk jenis belanja barang dan belanja modal.
Belanja tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja,
peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi.
Banyak penelitian yang telah dilakukan seputar penyerapan anggaran antara
lain, penelitian oleh Priatno, et al.(2013) yang menganalisis faktor- faktor yang
mempengaruhi penyerapan anggaran pada satuan kerja lingkup pembayaran KPPN

Blitar, hasil penelitiannya menunjukkan faktoryang mempengaruhi penyerapan
anggaran secara signifikan adalah faktor perencanaan serta faktor pengadaan barang
dan jasa sedangkan faktor administrasi dan faktor SDM tidak berpengaruh
signifikan.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Miliasih (2012) mengenai
analisis keterlambatan penyerapan anggaran belanja satuan kerja kementerian
negara/lembaga TA 2010 di wilayah pembayaran KPPN Pekanbaru menghasilkan
bahwa 75,25% satker mengalami keterlambatan penyerapan anggaran belanja dan
masalah utama penyebab keterlambatan penyerapan anggaran yaitu kebijakan teknis
dan kultur pengelolaan anggaran di satuan kerja yang berasal dari internal Satker.
Kuswoyo (2012) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor penyebab
penumpukan anggaran belanja diakhir tahun anggaran pada satuan kerja di wilayah
KPPN Kediri yang disebabkan oleh

faktor perencanaan anggaran, faktor

pelaksanaan anggaran, faktor pengadaan barang dan jasa, dan faktor internal satker.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Abdullah, et al.
(2015) yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi serapan anggaran pada
Pemerintah daerah studi pada Kabupaten/kota di Aceh. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara bersama-sama, waktu penetapan anggaran, sisa anggaran
tahun sebelumnya dan perubahan anggaran berpengaruh terhadap serapan anggaran.
Secara sendiri-sendiri dengan signifikansi 5% hanya faktor sisa anggaran tahun
sebelumnya berpengaruh (negatif) terhadap serapan anggaran. Pada signifikansi 5%
perubahan anggaran tidak berpengaruh terhadap serapan anggaran dan waktu
penetapan anggaran tidak berpengaruh terhadap serapan anggaran.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dimana penelitian ini
diteliti di tempat yang berbeda, yaitu di Provinsi Sumatera Utara. Alasan peneliti
melakukan penelitian dengan judul ini adalah karena adanya fenomena yang terjadi
di Provinsi Sumatera Utara mengenai beberapa Kabupaten/kota yang tingkat serapan
anggaran yang masih rendah, sehingga peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi serapan anggaran agar Pemerintah Provinsi Sumatera

Universitas Sumatera Utara

Utaradapat mengevaluasi hal-hal apa saja yang dapat ditingkatkan agar penyerapan
anggaran juga dapat meningkat.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka peneliti tertarik
untuk melakukan pengujian kembali apakah dengan teori yang sama, tetapi pada
waktu dan tempat yang berbeda akan memberikan hasil yang sama atau berbeda
dengan penelitian sebelumnya dengan menganalisa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penyerapan anggaran pemerintah daerah di Provinsi Sumatera Utara
dalam bentuk Tesis dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Serapan
Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
dengan Ketepatan Waktu Penetapan Anggaran sebagai Variabel Moderating”.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.

Apakah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA), perubahan anggaran,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dana perimbangan berpengaruh secara
simultan


dan

parsial

terhadap

serapan

anggaran

pemerintah

daerah

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara ?
2.

Apakah ketepatan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating
mampu memoderasi hubungan antara Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
(SILPA) , perubahan anggaran, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dana
perimbangan dengan serapan anggaran pemerintah daerah Kabupaten/kota di
Provinsi Sumatera Utara ?

Universitas Sumatera Utara

1.3.Tujuan Penelitian
Sebagaimana telah dinyatakan dalam rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Menguji dan menganalisis pengaruh simultan dan parsial Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SILPA), perubahan anggaran, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
dana perimbangan terhadap serapan anggaran pemerintah daerah di Provinsi
Sumatera Utara.
2. Menguji dan menganalisis pengaruh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA),
perubahan anggaran, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dana perimbangan
terhadap serapan anggaran Pemerintah daerah di Provinsi Sumatera Utara dengan
ketepatan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating.
1.4.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang

membutuhkan, yaitu:
1.

Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan peneliti tentang akuntansi sektor publik khususnya tentang pengaruh Sisa
Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA), perubahan anggaran dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan dana perimbangan terhadap serapan anggaran pemerintah daerah
di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara.

2.

Bagi Pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah Kabupaten/kota di Provinsi
Sumatera Utara, sebagai referensi dalam membuat kebijakan di masa yang akan
datang yang mungkin berpengaruh terhadap serapan anggaran dan peningkatan
serapan anggaran pemerintah di daerah masing-masing.

3.

Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dalam hal pengembangan wawasan dibidang anggaran pemerintah daerah

Universitas Sumatera Utara

serta dapat bermanfaat untuk menambah wacana dalam perkembangan ilmu
akuntansi sektor publik dan dapat dijadikan referensi atau bukti tambahan
untuk peneliti-peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang topik yang sama.
1.5.

Originalitas
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Abdullah, et al. (2015)

yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi serapan anggaran Pemerintah daerah
studi pada Pemerintah daerah Kabupaten/kota di Aceh. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah:
1. Variabel penelitian.
Penelitian terdahulu menggunakan tiga variabel independen yaitu waktu penetapan
anggaran, Sisa anggaran tahun lalu, dan perubahan anggaran. Sedangkan penelitian
ini menambahkan dua variabel lainnya yaitu pendapatan asli daerah dan dana
perimbangan.
Penambahan variabel ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui apakah pendapatan

asli daerah dan dana perimbangan sebagai sumber dana dalam anggaran
pemerintah berpengaruh terhadap serapan anggaran.
2. Peneliti sebelumnya tidak menggunakan variabel moderating, sedangkan dalam
penelitian ini ketepatan waktu penetapan anggaran dijadikan sebagai variabel
moderating.
3. Populasi dan sampel penelitian.
Populasi penelitian terdahulu adalah seluruh Pemerintah daerah kabupaten/kota di
Indonesia dengan sampel seluruh pemerintah kabupaten/kota di Aceh (data
Pooling) yang terdiri dari 18 (delapan belas) kabupaten dan 5 (lima) kota.
sedangkan penelitian ini menggunakan populasi dan sampel seluruh pemerintah
Kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 25 (dua puluh lima)
kabupaten dan 8 (delapan) kota dengan menggunakan metode purposive sampling.

Universitas Sumatera Utara

4. Lokasi dan waktu penelitian.
Perbedaan lain antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah lokasi
dan waktu penelitian. Penelitian terdahulu merupakan studi pada kabupaten/kota
di Aceh pada tahun 2015, sedangkan penelitian ini dilakukan pada Provinsi
Sumatera Utara pada tahun 2016.
Untuk lebih ringkasnya, perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu
dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Originalitas Penelitian
Uraian

Penelitian Terdahulu

Penelitian Sekarang

Variabel
Independen

Waktu Penetapan Anggaran, Sisa Sisa Anggaran Tahun lalu,
Anggaran Tahun Sebelumnya, Perubahan
anggaran,
Perubahan Anggaran.
Pendapatan Asli Daerah,
Dana Perimbangan.

Variabel Moderating

Tidak ada

Ketepatan waktu penetapan
anggaran.

Populasi Penelitian

Seluruh Kabupaten/kota di
Indonesia

Seluruh Kabupaten/kota di
Sumatera Utara

Sampel Penelitian

Seluruh Kabupaten/kota di Aceh

Kabupaten/kota di Provinsi
Sumatera
Utara
yang
memenuhi kriteria dalam
purposive sampling

Lokasi Penelitian

Pemerintah Kabupaten/kota di
Aceh

Pemerintah Kabupaten/kota
di Sumatera Utara

Waktu Penelitian

Tahun 2015

Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Dengan Perubahan Anggaran Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 15

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Dengan Perubahan Anggaran Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Dengan Perubahan Anggaran Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 9

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Dengan Perubahan Anggaran Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 4 20

Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan anggaran pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating

0 0 15

Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan anggaran pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating

0 0 2

Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan anggaran pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating

0 0 23

Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan anggaran pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating Chapter III VI

0 0 49

Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan anggaran pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating

0 2 4

Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan anggaran pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan waktu penetapan anggaran sebagai variabel moderating

1 1 11