Hubungan Pengetahuan dan Sikap Wanita Pekerja Seks (WPS) terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) di Medan Johor tahun 2016 Chapter III VI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survey bersifat analitik menggunakan

metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang bersifat cross sectional.
Penelitian cross sectional dimaksudkan bahwa pengambilan dan analisis data antara
variabel bebas atau varaiabel independen yakni pengetahuan dan sikap wanita
pekerja seks (WPS) mengenai penyakit menular seksual (PMS), dengan variabel
terikat atau variabel dependen yakni

tindakan pencegahan penyakit menular

seksual (PMS) di Medan Johor dilakukan pada waktu yang bersamaan.
3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1


Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Medan Johor kota Medan Provinsi

Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan September 2016 sampai dengan
Januari 2017.
3.3

Populasi dan Sampel

3.3.1

Populasi
Populasi atau dalam penelitian ini adalah wanita pekerja seks komersial

(PSK) yang beroperasi di wilayah Medan Johor kota Medan, yang menurut data
yang didapatkan dari hasil observasi dan wawncara peneliti dengan berjumlah 38
orang. Sehingga jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 38 orang.


41
Universitas Sumatera Utara

42

3.3.2

Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah wanita pekerja seks (WPS) yang

beroperasi di wilayah Medan Johor kota Medan, dengan kriteria bersedia
diwawancarai langsung oleh peneliti. Jumlah responden yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini didapat dengan menggunakan teknik Snowbal Sampling yakni
teknik pengambilan sampel dimana sampel yang ditentukan mempertimbangkan
rekomendasi dari responden yang sudah diteliti. Alasan mengambil snowball
sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100, dan tidak ada data valid
mengenai populasi yang diteliti (Sugiyono, 2008).
Kriteria responden dalam penelitian ini ialah responden merupakan wanita
pekerja seks yang beroperasi di wilayah Medan Johor kota Medan, serta responden

bersedia untuk diwawancarai langsung oleh peneliti dengan panduan berdasarkan
kuesioner yang telah disusun.
3.4

Metode Pengumpulan Data

3.4.1

Data Primer
Untuk memperoleh data primer yang diperlukan, teknik yang digunakan

adalah pengisian kuesioner melalui wawancara langsung oleh peneliti kepada
responden penelitian. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan
memberikan daftar pertanyaan kepada responden secara langsung dengan harapan
responden akan memberi respon jawaban yang sebenar-benarnya atas pertanyaan
yang diajukan dalam kuesioner.

Universitas Sumatera Utara

43


3.4.2

Data Sekunder
Pengumpulan sumber data sekunder berasal dari studi kepustakaan dan studi

literatur yang terkait dengan rumusan permasalahan yang sedang diteliti dalam
penelitian yang sedang dilaksanakan.
3.5

Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

3.5.1

Variabel Penelitian
Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini ialah

pengetahuan dan sikap wanita pekerja seks komersial mengenai penyakit menular
seksual (PMS), dan variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini
adalah tindakan pencegahan penyakit menular seksual (PMS) di Medan Johor tahun

2016.
3.5.2

Defenisi Operasional
Defenisi operasional mengenai masing-masing variabel penelitian adalah

sebagai berikut :
1. Umur, yaitu jumlah tahun yang dihitung mulai lahir sampai ulang tahun
terakhir responden.
2. Suku bangsa, yaitu karakteristik suku bangsa yang melekat pad diri responden
sebagai warisan kebudayaannya.
3. Status

perkawinan,

yaitu

status

perkawinan


responden

saat

ini

(menikah/belum menikah atau bercerai).
4. Jenis status perkawinan, yaitu jenis status perkawinan yang dimiliki oleh
responden yang didasarkan ada hukum perkawinan yang berlaku (sah atau
sirri).

Universitas Sumatera Utara

44

5. Pendidikan, yaitu jenis pendidikan formal yang terakhir diselesaikan oleh
responden.
6. Pekerjaan, yaitu sumber mata pencaharian yang dilakukan oleh responden
sehari-hari selain sebagai WPS.

7. Pendapatan, yaitu jumlah pendapatan yang dimiliki atau didapatkan
responden dalam setiap bulan.
8. Lama menjadi PSK, yaitu lamanya responden menjadi PSK sampai saat ini.
9. Dukungan rekan WPS, yaitu dukungan yang diberikan oleh rekan WPS yang
berkaitan dengan pencegahan PMS.
10. Pengetahuan, yaitu pengetahuan responden mengenai penyakit menular
seksual (PMS).
11. Sikap, yaitu respon atau pernyataan yang menyatakan persetujuan atau
penolakan responden terhadap penyakit menular seksual (PMS).
12. Tindakan, yaitu tindakan responden dalam mencegah infeksi penyakit
menular seksual (PMS).
3.6

Metode Pengukuran

3.6.1

Metode Pengukuran Variabel Independen
Metode pengukuran variabel independen berdasarkan pada jawaban


responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan pada kuesioner yang
disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti.
1. Pengetahuan
Pengukuran variabel independen yaitu pengetahuan PSK mengenai
penyakit menular seksual (PMS) dihitung berdasarkan 15 (lima belas) pertanyaan

Universitas Sumatera Utara

45

pilihan berganda dengan alternatif jawaban “Benar” (bobot nilai 1) , dan “Salah”
(bobot nilai 0). Semakin tinggi skor maka semakin baik pengetahuan PSK
mengenai infeksi penyakit menular seksual (PMS). Nilai maksimal dari
keseluruhan skor yaitu 15x1=15.
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka nilai variabel independen
yakni pengetahuan PSK mengenai penyakit menular seksual (PMS) dapat
dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2006) :
1) Baik

: Jika skor yang diperoleh responden > 60% atau 9-15.


2) Kurang Baik : Jika skor yang diperoleh responden ≤ 60% atau 0-8.
2. Sikap
Sikap responden dinilai berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh dari
jawaban kuesioner mengenai sikap responden dengan jumlah 15 (lima belas)
pertanyaan yang dibedakan dengan pertanyaan untuk sikap positif dan pertanyaan
untuk sikap negatif. Untuk penilaian sikap positif responden didasarkan pada 4
(empat) pilihan jawaban dari skala Likert , yaitu :


SS (Sangat Setuju) dengan bobot nilai 3;



S (Setuju) dengan bobot nilai 2;



TS (Tidak Setuju) dengan bobot nilai 1; dan




STS (Sangat Tidak Setuju) dengan bobot nilai 0.

Untuk penilaian sikap negatif responden juga didasarkan pada 4 (empat)
pilihan jawaban dari skala Likert , yaitu :


SS (Sangat Setuju) dengan bobot nilai 0;



S (Setuju) dengan bobot nilai 1;

Universitas Sumatera Utara

46




TS (Tidak Setuju) dengan bobot nilai 2; dan



STS (Sangat Tidak Setuju) dengan bobot nilai 3.

Sehingga didapatkan jumlah nilai maksimal yang dapat diperoleh dari penilaian
sikap responden ialah sebanyak 3x15=45.
Berdasarkan jawaban tersebut, sikap responden kemudian dikategorikan
dalam 3 (tiga) kategori, yaitu sebagai berikut (Arikunto, 2006) :
1) Baik

: Jika skor yang diperoleh responden > 60% atau 27-45.

2) Kurang Baik : Jika skor yang diperoleh responden ≤ 60% atau 0-26.
3.6.2

Metode Pengukuran Variabel Dependen
Metode pengukuran variabel dependen berdasarkan pada jawaban

responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan pada kuesioner yang
disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti. Pengukuran variabel dependen
yaitu tindakan pencegahan penyakit menular seksual (PMS) dihitung berdasarkan
10 (sepuluh) pertanyaan dengan alternatif jawaban “YA” (bobot nilai 1), dan
“TIDAK” (bobot nilai 0). Semakin tinggi skor maka semakin baik tindakan PSK
dalam pencegahan penyakit menular seksual (PMS). Nilai maksimal dari
keseluruhan skor yaitu 10x1=10.
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka nilai variabel dependen
yakni tindakan PSK dalam pencegahan penyakit menular seksual (PMS) dapat
dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2006) :
1) Baik

: Jika skor yang diperoleh responden > 60% atau 6-10.

2) Kurang Baik : Jika skor yang diperoleh responden ≤ 60% atau 0-5.

Universitas Sumatera Utara

47

3.7

Metode Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1

Metode Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai

berikut :
1. Editing (Pemeriksaan Data)
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban
atas pertanyaan yang diajukan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau
terdapat keluhan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara atau
menanyakan kembali jawaban pengisian kuesioner kepada responden.
2. Coding (Pemberian Kode)
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual.
3. Entry (Memasukkan Data)
Data yang akan dimasukkan yakni jawaban-jawaban dari masing-masing
pertanyaan yang diajukan pada responden dalam bentuk “kode” (angka atau huruf)
yang dimasukkan dalam program atau software statistik komputer. Dalam
penelitian ini program statisitik komputer yang dipakai ialah program SPSS
(Statistical Product Service Solution).
4. Cleaning (Pembersihan Data)
Cleaning atau pembersihan data yang artinya semua data dari setiap sumber
data yang telah selesai dimasukkan, perlu diperiksa kembali untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya,
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi kembali.

Universitas Sumatera Utara

48

5. Scoring (Pemberian Skors)
Scoring atau pemberian skors ialah pemberian nilai yang dilakukan oleh
peneliti terhadap isian kuisinoner yang diisi oleh responden, pemberian skors
terhadap isian kuesioner dilakukan untuk menyesuiakan dengan statistik uji yang
akan dipakai dalam penelitian.
3.7.2

Metode Analisa Data
Metode analisa data yang digunkan dalam penelitian ini yaitu :

1. Analisa univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabelvariabel penelitian baik independen maupun dependen dalam bentuk distribusi
frekuensi dan hitungan persentasenya.
2. Analisa bivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat ada tidaknya
pengaruh pengetahuan dan sikap wanita pekerja sekskomersial (PSK) terhadap
tindakan pencegahan penyakit menular seksual (PMS) di Medan Johor tahun
2016 dengan menggunakan analisis Uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan
95% dengan asumsi bahwa data yang dianalisis berupa data kategorik.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Medan Johor adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota

Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Johor berbatasan dengan
Medan Tuntungan di sebelah barat, Medan Amplas di timur, Kabupaten Deli
Serdang di selatan, dan Medan Polonia di utara. Kecamatan ini merupakan daerah
resapan air bagi kota Medan. Luas Kecamatan Medan Johor adalah 14,58 km².
Kecamatan Medan Johor merupakan daerah pemukiman penduduk, daerah
pengembangan wisata dan berada di kawasan pinggiran bahagian selatan Kota
Medan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang. Jumlah
penduduk di Kecamatan Medan Johor meningkat dari 123.851 jiwa pada tahun
2011 menjadi 147.752

jiwa

pada

tahun

2015.

Hal

ini

menunjukkan

peningkatan jumlah penduduk sebesar 23.901 jiwa sepanjang tahun 2011 sampai
tahun 2015.
Luas areal keseluruhan ± 1.696 Ha yang terdiri dari 6 kelurahan, memiliki
81 lingkungan dengan batas-batas sebagai berikut :


Sebelah Utara

: Berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimoon
dan Medan Polonia, Medan Kota, Medan Baru, dan
Medan Selayang



Sebelah Selatan

: Berbatasan dengan Kecamatan Namo Rambe dan
Deli Tua Kabupaten Deli Serdang



Sebelah Timur

: Berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas

49
Universitas Sumatera Utara

50



Sebelah Barat

: Berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang
dan Medan Tuntungan.

4.2

Gambaran Umum Karakteristik Reponden
Responden dalam penelitian ini adalah wanita pekerja seks komersial (PSK)

yang beroperasi di wilayah Medan Johor kota Medan, adapun gambaran umum
mengenai karakteristik responden yang akan digambarkan dalam penelitian ini
ialah meliputi umur, suku bangsa, status perkawinan, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, tingkat pendapatan , dan lama menjadi WPS, dengan responden
berjumlah 38 orang. Gambaran umum karakteristik responden dapat dilihat pada
tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1

Distribusi Frekuesni
Responden

Karakteristik Responden

Gambaran

Umum

Karakteristik

Jumlah (n)

Persentase (%)

Umur
15 – 20 Tahun
21 – 25 Tahun
26 – 30 Tahun
Total

6
20
12
38

15,8
52,6
31,6
100

Suku Bangsa
Batak
Melayu
Jawa
Minang
Tionghoa
Total

12
11
9
4
2
38

31,6
28,9
23,7
10,5
5,3
100

35
3
38

92,1
7,9
100

25
13
38

65,8
34,2
100

Status Perkawinan
Belum Menikah
Sudah Menikah
Total
Tingkat Pendidikan
SMA/Sederajat
Perguruan Tinggi
Total

Universitas Sumatera Utara

51

Jenis Pekerjaan
Hanya WPS
Pelajar/Mahasiswa
Wiraswasta
Pegawai/Buruh

16
11
5
6

42,1
28,9
13,2
15,8

Total

38

100

Dibawah Rp.1.000.000,Antara Rp.1.000.000,- s.d
Rp. 3.000.000,Diatas Rp.3.000.000,Total
Lama Menjadi WPS
Kurang dari 6 bulan
6 bulan – 1 tahun
1 tahun – 3 tahun
Lebih dari 3 tahun

6
12

15,8
31,6

20
38

52,6
100

3
4
13
18

7,9
10,5
34,2
47,4

Total

38

100

Tingkat Pendapatan

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa gambaran umum karakteristik
responden berdasarkan umur sebagian besar responden berada pada rentang usia 21
– 25 tahun yakni sebanyak 20 orang (52,6%), kemudian responden yang berada
pada rentang usia 26 – 30 tahun yakni sebanyak 12 orang (31,6%), dan responden
yang berada pada rentang usia 15 – 20 tahun yakni sebanyak 6 orang (15,8%).
Gambaran umum karakteristik responden berdasarkan suku bangsa sebagian besar
responden merupakan suku Batak yakni sebanyak 12 orang (31,6%), responden
yang bersuku Jawa yakni sebanyak 9 orang (23,7%), kemudian responden yang
bersuku Minang yakni sebanyak 4 orang (10,5%), dan responden yang bersuku
Tionghoa yakni sebanyak 2 orang (5,3%).
Gambaran umum karakteristik responden berdasarkan status perkawinan,
sebagian besar yakni sebanyak 35 orang (92,1%) masih berstatus belum menikah,

Universitas Sumatera Utara

52

dan sebanyak 3 orang responden (7,9%) berstatus sudah menikah. Gambaran umum
karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar responden
telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMA Sederajat yakni sebanyak 25
orang (65,8%), dan responden yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan pada
jenjang perguruan tinggi yakni sebanyak 13 orang (34,2%). Gambaran umum
karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan sebagian besar responden
bekerja hanya sebagai WPS yakni sebanyak 16 orang (42,1%), selain bekerja
sebagai seorang WPS sebagian responden juga masih bestatus sebagai
mahasiswi/pelajar yakni sebanyak 11 orang (28,9%), kemudian responden yang
bekerja sebagai pegawai/buruh yakni sebanyak 6 orang (15,8%), dan responden
yang bekerja sebagai wiraswasta yakni sebanyak 5 orang (13,2%).
Gambaran umum karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan
sebagian besar responden memiliki pendapatan lebih dari Rp. 3.000.000,- setiap
bulannya yakni sebanyak 20 orang (52,6%), kemudian responden yang memiliki
pendapatan antara Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 3.000.000,- setiap bulanny
yakni sebanyak 12 orang (31,6%), dan responden yang memiliki pendapatan
kurang dari Rp.1.000.000,- setiap bulannya yakni sebanyak 6 orang (15,8%).
Gambaran umum karakteristik responden berdasarkan lama menjadi WPS,
sebagian besar responden telah menjadi WPS lebih dari 3 tahun yakni sebanyak 18
orang (47,4%), yang telah menjadi WPS antara 1 sampai dengan 3 tahun yakni
sebanyak 13 orang (34,2%), kemudian responden yang telah menjadi WPS antara
6 bulan sampai dengan 1 tahun yakni sebanyak 4 orang (10,5%), dan responden
yang telah menjadi WPS kurang dari 6 bulan sebanyak 3 orang responden (7,9%).

Universitas Sumatera Utara

53

4.3

Gambaran Dukungan Rekan WPS terhadap Pencegahan Tindakan
Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS)
Gambaran dukungan rekan WPS terhadap pencegahan tindakan pencegahan

penyakit menular seksual (PMS) kepada WPS di Medan Johor kota Medan dapat
dilihat pada tabel 4.2 berikut :

No.

Dukungan Rekan WPS

Jawaban
Ya
Tidak
n
%
n
%

n

%

Total

1

Rekan WPS memberikan informasi
yang baik mengenai pencegahan IMS

13

34,2 25

65,8

38

100

2

Rekan WPS memberitahukan bahwa
perilaku seksual WPS rentan untuk
terkena IMS

12

31,6 26

68,4

38

100

3

Rekan WPS pernah menyuruh
menggunakan kondom pada saat
berhubungan seksual

11

28,9 27

71,1

38

100

4

Rekan WPS pernah menyuruh untuk
memeriksakan kesehatan ke tenaga
kesehatan

8

21,1 30

78,9

38

100

5

Rekan WPS pernah menemani untuk
memeriksakan kesehatan ke tenaga
kesehatan

8

21,1 30

78,9

38

100

6

Rekan WPS memberikan dukungan
untuk memiliki perilaku yang baik
dalam upaya pencegahan IMS

15

39,5 23

60,5

38

100

7

Rekan WPS selalu memperhatikan
kondisi kesehatan anda

5

13,2 33

86,8

38

100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa dukungan rekan WPS
terhadap pencegahan tindakan pencegahan penyakit menular seksual (PMS) secara
keseluruhan dapat dinilai masih dalam kategori yang kurang baik, yaitu hanya ada
11 orang responden responden (28,9%) yang menyatakan bahwa rekan WPS pernah

Universitas Sumatera Utara

54

menyuruh menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual, kemudian hanya
ada 8 orang responden (21,1%) yang menyatakan bahwa rekan WPS pernah
menyuruh untuk memeriksakan kesehatan ke tenaga kesehatan, serta responden
yang menyatakan bahwa rekan WPS pernah menemani untuk memeriksakan
kesehatan ke tenaga kesehatan, dan hanya ada sebanyak 5 orang responden (13,2%)
yang menyatakan bahwa rekan WPS selalu memperhatikan kondisi kesehatan
mereka.
Keseluruhan indikator dukungan rekan WPS terhadap pencegahan tindakan
pencegahan penyakit menular seksual (PMS) kemudian dikategorikan menjadi 2
(dua) kategori yaitu “Baik”, dan “Kurang Baik”, yang dapat dilihat pada tabel 4.3
berikut :
Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Kategori Dukungan Rekan WPS terhadap
Pencegahan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual
(PMS)

Kategori Dukungan
Rekan WPS
Baik
Kurang Baik
Total

Jumlah (n)

Persentase (%)

11
27

28,9
71,1

38

100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden
yakni sebanyak 27 orang (71,1%) memiliki dukungan rekan WPS terhadap
pencegahan tindakan pencegahan penyakit menular seksual (PMS) dalam kategori
yang kurang baik, dan hanya sebanyak 11 orang responden (28,9%) yang memiliki
dukungan rekan WPS terhadap pencegahan tindakan pencegahan penyakit menular
seksual (PMS) dalam kategori yang baik.

Universitas Sumatera Utara

55

4.4

Gambaran Pengetahuan
Seksual (PMS)

Responden terhadap Penyakit Menular

Gambaran pengetahuan responden terhadap penyakit menular seksual
(PMS) dapat dilihat pada 4.4 berikut:
Tabel 4.4

No.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Penyakit Menular Seksual (PMS)

Pengetahuan Responden

Responden

Jawaban
Benar
Salah
n
%
n
%

terhadap

Total
n

%

1

Kelompok penyakit infeksi yang
ditularkan melalui kontak seksual
disebut infeksi menular seksual (IMS)

22

57,9

16

42,1 38 100

2

Sumber utama penularan IMS adalah
Wanita Pekerja Seksual (WPS)

16

42,1

22

57,9 38 100

3

Yang bukan merupakan jenis penyakit
menular seksual ialah Tetanus
Toksoid

12

31,6

26

68,4 38 100

4

Jenis penyakit menular seksual yang
paling berbahaya ialah HIV-AIDS

22

57,9

16

42,1 38 100

5

Yang paling beresiko terkena penyakit
IMS adalah Wanita Pekerja Seksual
(WPS)

15

39,6

23

60,5 38 100

6

Yang dimaksud dengan hubungan
seks yang tidak aman adalah tidak
menggunakan kondom

17

44,7

21

55,3 38 100

7

Infeksi menular seksual dengan
mudah menular dengan cara bergantiganti pasangan seksual

19

50,0

19

50,0 38 100

8

Prinsip utama dalam pencegahan
penyakit IMS adalah menggunakan
kondom dalam setiap melakukan
hubungan seks

15

39,5

23

60,5 38 100

Universitas Sumatera Utara

56

9

Tanda jika seseorang terkena penyakit
IMS selalu terlihat di bagian kemaluan

18

47,4

20

52,6 38 100

10

Gejala jika seseorang sudah terinfeksi
penyakit menular seksual adalah nyeri
pada saat buang air kecil

18

47,4

20

52,6 38 100

11

Hal-hal yang tidak dapat menularkan
penyakit menular seksual ialah duduk
disamping orang yang terkena IMS

23

60,5

15

39,5 38 100

12

Salah satu upaya untuk pencegahan
penyakit IMS adalah menggunakan
kondom pada saat berhubungan
seksual

14

36,8

24

63,2 38 100

13

Bahaya yang dapat ditimbulkan akibat
terkena penyakit menular seksual
ialah dapat menyebabkan kemandulan
dan kematian

13

34,2

25

65,8 38 100

14

Tidak semua penyakit infeksi menular
seksual dapat disembuhkan

24

63,2

14

36,8 38 100

15

Hal yang harus dilakukan apabila
sudah mengetahui tertular penyakit
menular seksual ialah melakukan
pengobatan dengan segera ke fasilitas
kesehatan terdekat

12

31,6

26

68,4 38 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa gambaran pengetahuan
responden terhadap penyakit menular seksual (PMS) yang sudah dinilai baik yaitu
sebagian besar responden yakni sebanyak 24 orang responden (63,2%) sudah
mengetahui bahwa tidak semua penyakit infeksi menular seksual dapat
disembuhkan, kemudian sebanyak 23 orang responden (60,5%) sudah mengetahui
bahwa hal-hal yang tidak dapat menularkan penyakit menular seksual ialah duduk
disamping orang yang terkena IMS, dan sebanyak 22 orang responden (57,9%)
sudah mengetahui bahwa kelompok penyakit infeksi yang ditularkan melalui
Universitas Sumatera Utara

57

kontak seksual disebut infeksi menular seksual (IMS), serta jenis penyakit menular
seksual yang paling berbahaya ialah HIV-AIDS.
Sedangkan pengetahuan responden terhadap penyakit menular seksual
(PMS) yang dinilai masih dianggap kurang baik dan perlu ditingkatkan
pengetahuannya yaitu hanya ada sebanyak 14 orang responden (36,8%) yang sudah
mengetahui bahwa salah satu upaya untuk pencegahan penyakit IMS adalah
menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual, kemudian hanya ada
sebanyak 13 orang responden (34,2%) yang sudah mengetahui bahwa bahaya yang
dapat ditimbulkan akibat terkena penyakit menular seksual ialah dapat
menyebabkan kemandulan dan kematian, dan hanya ada sebanyak 12 orang
responden (31,6%) yang sudah mengetahui bahwa hal yang harus dilakukan apabila
sudah mengetahui tertular penyakit menular seksual ialah melakukan pengobatan
dengan segera ke fasilitas kesehatan terdekat.
Keseluruhan indikator pengetahuan responden terhadap penyakit menular
seksual (PMS) kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori yaitu “Baik”, dan
“Kurang Baik”, yang dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan
terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS)

Kategori Pengetahuan
Responden
Baik
Kurang Baik
Total

Responden

Jumlah (n)

Persentase (%)

15
23

39,5
60,5

38

100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden
yakni sebanyak 23 orang (60,5%) memiliki pengetahuan terhadap penyakit menular

Universitas Sumatera Utara

58

seksual (PMS) dalam kategori yang kurng baik, dan hanya sebanyak 15 orang
responden (39,5%) yang memiliki pengetahuan terhadap penyakit menular seksual
(PMS) dalam kategori yang baik.
4.5

Gambaran Sikap Responden terhadap Pencegahan Penyakit Menular
Seksual (PMS)
Sikap responden terhadap pencegahan penyakit menular seksual (PMS)

pada WPS di Kecamatan Medan Johor kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.6
berikut :
Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Sikap Responden terhadap Pencegahan
Penyakit Menular Seksual (PMS)
Jawaban

No.

Sikap Responden

Sangat
Setuju

Setuju

Tidak
Setuju

n

n

n

%

1

Kondom efektif dan aman untuk
16 42,1
pencegahan infeksi menular seksual

2

5

%

%

Sangat
Tidak
Setuju
n %

13,2 12 31,6

5

13,2

Tidak perlu melakukan tindakan
khusus sebagai upaya pencegahan 11 28,9 13
IMS

34,2

9

5

13,2

3

Penggunaan kondom salah satu cara
yang aman untuk mencegah
penularan infeksi menular seksual

9

23,7

2,6

15 39,5 13 34,2

4

WPS tidak beresiko terinfeksi PMS

5

13,2 18 47,4 14 36,8

1

2,6

5

Setiap
WPS
seharusnya
menggunakan pelayanan kesehatan 11 28,9 11 28,9 15 39,5
yang terkhusus untuk IMS

1

2,6

6

Setiap melakukan hubungan seksual
12 31,6 16 42,1
tidak perlu mempergunakan kondom

5

13,2

1

5

23,7

13,2

Universitas Sumatera Utara

59

7

Oral seks tidak beresiko tinggi
12 31,6
menyebabkan IMS

4

10,5 12 21,6 10 26,3

8

Berhubungan
seksual
dengan
berganti-ganti
pasangan
dapat 12 31,6
menularkan PMS

6

15,8 11 18,9

9

23,7

9

WPS yang beresiko tinggi untuk
tertular PMS sangat penting
memeriksakan kesehatannya ke 27 71,1
petugas kesehatan untuk mengetahui
apakah terinfeksi PMS

7

18,4

3

7,9

1

2,6

10

Merasa
tidak
perlu
untuk
memanfaatkan layanan kesehatan
27 71,1
untuk memeriksa apabila terinfeksi
PMS

7

18,4

1

2,6

3

7,9

11

Anal
seks
tidak
menyebabkan IMS

18 47,4

6

15,8

8

21,1

6

15,8

12

Setiap WPS sebaiknya segera pergi
ke pelayanan kesehatan jika 15 39,5
mengalami gejala sakit

3

7,9

18 47,4

2

5,3

13

Sebaiknya WPS harus menambah
22 57,9
informasi tentang PMS

5

13,2

6

15,8

5

13,2

14

PMS tidak menjadi masalah untuk
24 63,2
tetap melayani pelanggan

5

13,2

7

18,4

2

5,3

15

Pemakaian
kondom
berhubungan
seksual
mengurangi
kenikmatan
perasaan tidak nyaman

8

21,1

9

23,7

2

5,3

beresiko

saat
dapat
19 50,0
dan

Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa sikap responden terhadap
pencegahan penyakit menular seksual (PMS) pada WPS yang sudah dinilai baik
yaitu sebagian besar responden yakni sebanyak 27 orang responden (71,7%)
menyatakan sangat setuju bahwa WPS yang beresiko tinggi untuk tertular PMS
sangat penting memeriksakan kesehatannya ke petugas kesehatan untuk

Universitas Sumatera Utara

60

mengetahui apakah terinfeksi PMS, kemudian sebanyak 22 orang responden
(57,9%) yang menyatakan sangat setuju bahwa Sebaiknya WPS harus menambah
informasi tentang PMS, dan sebanyak 16 orang responden (42,1%) yang
menyatakan sngat setuju bahwa kondom efektif dan aman untuk pencegahan infeksi
menular seksual.
Sedangkan sikap responden terhadap sikap responden terhadap pencegahan
penyakit menular seksual (PMS) pada WPS yang dinilai masih dianggap kurang
baik dan perlu ditingkat yaitu sebanyak 27 orang responden (71,7%) yang
menyatakan sangat setuju bahwa merasa tidak perlu untuk memanfaatkan layanan
kesehatan untuk memeriksa apabila terinfeksi PMS, kemudian 24 orang responden
(63,2%) yang menyatakan sangat setuju bahwa PMS tidak menjadi masalah untuk
tetap melayani pelanggan, dan sebanyak 19 orang responden (50%) yang
menyatakan sangat setuju bahwa pemakaian kondom saat berhubungan seksual
dapat mengurangi kenikmatan dan perasaan tidak nyaman.
Keseluruhan indikator sikap responden terhadap pencegahan penyakit
menular seksual (PMS) pada WPS di Kecamatan Medan Johor kota Medan
kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori yaitu “Baik” dan “Kurang”, yang
dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden terhadap
Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS)

Kategori Sikap
Responden
Baik
Kurang Baik
Total

Jumlah (n)

Persentase (%)

13
25

34,2
65,8

38

100

Universitas Sumatera Utara

61

Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden
yakni sebanyak 25 orang (65,8%) memiliki sikap terhadap pencegahan penyakit
menular seksual (PMS) pada WPS di Kecamatan Medan Johor kota Medan dalam
kategori yang kurang baik, dan hanya sebanyak 13 orang responden (34,2%) yang
memiliki sikap terhadap pencegahan penyakit menular seksual (PMS) pada WPS di
Kecamatan Medan Johor kota Medan dalam kategori yang baik.
4.6

Gambaran Tindakan Responden terhadap Pencegahan Penyakit
Menular Seksual (PMS)
Gambaran tindakan responden terhadap pencegahan penyakit menular

seksual (PMS) pada WPS di Kecamatan Medan Johor kota Medan dapat dilihat
pada tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8

No.

Distribusi Frekuensi Tindakan Responden
Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS)

Tindakan Responden

terhadap

Jawaban
Ya
Tidak
n
%
n
%

n

%

Total

1

Membatasi hubungan seksual dengan
hanya beberapa orang pelanggan

13

34,2 25

65,8

38

100

2

Memakai kondom ketika berhubungan
seksual dengan pasangan seksual

11

28,9 27

71,1

38

100

3

Hanya melakukan hubungan seksual
jika tahu dan yakin bahwa pasangan
seksual tidak terkena PMS

8

21,1 30

78,9

38

100

4

Tidak akan melakukan hubungan
seksual jika pasangan seksual
dicurigai telah terinfeksi PMS

14

36,8 24

63,2

38

100

5

Hanya mau melakukan hubungan
seksual jika pasangan seksual
menggunakan kondom

9

23,7 29

76,3

38

100

Universitas Sumatera Utara

62

6

Pernah
melakukan
konsultasi
kesehatan dengan tenaga kesehatan
mengenai pencegahan PMS

8

21,1 30

78,9

38

100

7

Pernah ke fasilitas kesehatan (klinik
VCT-HIV, Puskesmas, Rumah Sakit)
untuk melakukan tes IMS

4

10,5 34

89,5

38

100

8

Meminta pasangan seksual saya untuk
menggunakan kondom

16

42,1 22

57,9

38

100

9

Tidak mau melakukan hubungan
seksual apabila pasangan seksual tidak
menggunakan kondom

14

36,8 24

63,2

38

100

10

Menggunakan narkoba, terutama jenis
narkoba suntik yang beresiko tinggi
menularkan virus HIV

3

7,9

92,1

38

100

35

Berdasarkan tabel 4.8 diatas diketahui bahwa secara keseluruhan tindakan
responden terhadap pencegahan penyakit menular seksual (PMS) pada WPS di
Kecamatan Medan Johor kota Medan dinilai masih kurang baik dan perlu
ditingkatkan yaitu diketahui bahwa hanya ada sebanyak 9 orang responden (23,7%)
yang menyatakan bahwa hanya mau melakukan hubungan seksual jika pasangan
seksual menggunakan kondom, kemudian hanya ada sebanyak 8 orang responden
(21,1%) yang menyatakan bahwa hanya melakukan hubungan seksual jika tahu dan
yakin bahwa pasangan seksual tidak terkena PMS, serta responden yang
menyatakan bahwa pernah melakukan konsultasi kesehatan dengan tenaga
kesehatan mengenai pencegahan PMS, dan hanya ada sebanyak 4 orang responden
(10,5%) yang menilai bahwa pernah ke fasilitas kesehatan (klinik VCT-HIV,
Puskesmas, Rumah Sakit) untuk melakukan tes IM.

Universitas Sumatera Utara

63

Keseluruhan indikator tindakan responden terhadap pencegahan penyakit
menular seksual (PMS) pada WPS di Kecamatan Medan Johor kota Medan
kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori yaitu “Baik” dan ” “Kurang
Baik”, yang dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Kategori Tindakan Responden terhadap
Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS)

Kategori Tindakan
Responden
Baik
Kurang Baik
Total

Jumlah (n)

Persentase (%)

7
31

18,4
81,6

38

100

Berdasarkan tabel 4.9 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden
yakni sebanyak 31 orang (81,6%) memiliki tindakan responden terhadap
pencegahan penyakit menular seksual (PMS) pada WPS di Kecamatan Medan
Johor kota Medan dalam kategori yang kurang baik, dan hanya sebanyak 7 orang
responden (18,4%) yang tindakan responden terhadap pencegahan penyakit
menular seksual (PMS) pada WPS di Kecamatan Medan Johor kota Medan dalam
kategori yang baik.
4.7

Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan adalah dengan analisis tabulasi silang

menggunakan uji Chi Squre Test untuk mengetahui hubungan antara variabelvariabel penelitian yang diasumsikan memiliki hubungan terhadap tindakan
responden terhadap pencegahan penyakit menular seksual (PMS) pada WPS di
Kecamatan Medan Johor kota Medan. Pada analisis penelitian ini variabel yang
diasumsikan memiliki hubungan terhadap tindakan responden terhadap pencegahan
Universitas Sumatera Utara

64

penyakit menular seksual (PMS) pada WPS di Kecamatan Medan Johor kota
Medan yang berupa pengetahuan dan sikap responden yang dihubungkan dengan
variabel tindakan responden terhadap pencegahan penyakit menular seksual (PMS)
pada WPS di Kecamatan Medan Johor kota Medan.
4.7.1

Hubungan Pengetahuan Responden terhadap Pencegahan Penyakit
Menular Seksual (PMS)
Hubungan pengetahuan responden terhadap pencegahan penyakit menular

seksual (PMS) pada WPS di Kecamatan Medan Johor kota Medan dapat dilihat
pada tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.10

Hasil Uji Statistik Hubungan Pengetahuan Responden terhadap
Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS)

Kategori
Pengetahuan
Responden

Baik
Kurang Baik
Total

Pencegahan Penyakit Menular
Seksual (PMS)

Jumlah

Baik
n
%

Kurang Baik
n
%

N

%

4
3
7

11
20
31

15
23
38

39,5
60,5
100

10,5
7,9
18,4

29,0
52,6
81,6

Nilai p

0,002

Berdasarkan tabel 4.10 diatas diketahui bahwa dari 15 orang responden
(39,5%) yang memiliki pengetahuan terhadap pencegahan penyakit menular
seksual (PMS) dalam kategori yang baik, hanya ada 4 orang responden (10,5%)
yang memiliki tindakan pencegahan terhadap penyakit menular seksual (PMS)
dalam kategori yang baik dan sebanyak 11 orang responden (29%) yang memiliki
tindakan pencegahan terhadap penyakit menular seksual (PMS) dalam kategori
yang kurang baik, dan dari 23 orang responden (60,5%) yang memiliki pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

65

terhadap pencegahan penyakit menular seksual (PMS) dalam kategori yang kurang
baik, hanya ada 3 orang responden (7,9%) yang memiliki tindakan pencegahan
terhadap penyakit menular seksual (PMS) dalam kategori yang baik, dan sebanyak
20 orang responden (52,6%) yang memiliki tindakan pencegahan terhadap penyakit
menular seksual (PMS) dalam kategori yang kurang baik.
Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa nilai p=0,002 (p