Uji Aktivitas Antibakteri Dari Hasil Optimasi Transesterifikasi Minyak Kelapa Sawit (Elaeis guineensisJacq) Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
yang meliputi persiapan bahan, pembuatan pereaksi, analisis asam lemak dengan
kromatografi gas, proses transesterifikasi dengan variasi penambahan katalisator
KOH 1, 2, 3 ,4, dan 5 g dan variasi suhu yaitu suhu 30°C, 55°C dan 65°C serta
variasi waktu yaitu 30, 60, 90, 120 menit, pemisahan hasil transesterifikasi crude
palm oil penentuan ester dengan kromatografi gas serta uji aktivitas antibakteri.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Oleopangan, kelompok peneliti
(KELTI) Pengolahan Hasil dan Mutu (PAHAM), Pusat Penelitian Kelapa Sawit,
Medan dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara. Penelitian ini berlangsung selama 2 ( dua ) bulan yaitu dari tanggal 25 juli
2016 s.d. 26 september 2016.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat-alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex),
alumunium foil, autoklaf (Fison), cawan petri, Kromatografi Gas (Shimadzu), hot

plate (crimarec), inkubator (Memmert), jangka sorong, kompor gas (Rinnai), lemari
pendingin (Toshiba), magnetic stirrer, miko pipet (Eppendorf), neraca analitik
(Metler AE 200) , oven (Gallenkomp), pinset, spatula dan alat refluk.

16
Universitas Sumatera Utara

3.2.2 Bahan – Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Minyak Sawit Mentah
yang diperoleh dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Sumatera Utara,
bakteri Staphylococcus Aureus yang diperoleh dari Laboratorium Biologi FMIPA USU , Nutrient agar (NA), Nutrient broth (NB), Bahan kimia lain yang digunakan
dalam penelitian ini berkualitas pro-analis berasal dari Merck yaitu Etanol ,Asam
Klorida (HCl) pekat, Kalium Hidroksida (KOH) anhidrat, metanol, n-hexana,
Na2SO4 anhidrat dan Phenolfthalein (Sigma-Aldrich).

3.3 Pembuatan Pereaksi
3.3.1 Larutan KOH-metanolat
Metanol 70% dimasukkan ke dalam labu alas bulat sebanyak 200 ml yang
berkapasitas 500 ml serta dilengkapi dengan pengaduk magnet. Kemudian
ditambahkan KOH anhidrat dengan variasi 1, 2, 3, 4, dan 5 g sambil dilakukan

pengadukan sampai semua KOH larut. Labu alas bulat ditutup untuk mencegah
terjadinya penguapan (Kusumaningsih, dkk., 2006).
3.3.2 Larutan metanol 70%
Akuades dimasukkan ke dalam labu tentukur 250 ml secukupnya ,
kemudian ditambahkan metanol 96% sebanyak 182,3 ml secara perlahan - lahan.
Kemudian diaduk dan dicukupkan dengan akuades sampai 250 ml (Ditjen POM
RI, 1995).
3.3.3 Larutan Indikator Phenolfthalein (PP)
Serbuk Phenolfthalein (PP) ditimbang sebanyak 0,05 g lalu larutkan dalam
etanol 70% sebanyak 50 ml, kemudian dituang ke dalam labu tentukur 50 ml secara
kuantitatif (Ditjen POM RI, 1995).

17
Universitas Sumatera Utara

3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Analisis asam lemak menggunakan kromatografi gas
Sebanyak 0.025 g sampel minyak sawit mentah di tambahkan dengan
NaOH metanolik 0,5 N ( 2,9 g NaOH dilarutkan dalam 500 ml methanol p.a ). Lalu
fortex selama 1 – 2 menit, kemudian dipanaskan dalam penangas air pada suhu

100ºC selama 5 menit. Dinginkan sampai 30ºC lalu tambah 2 ml BF3 dan fortex
selama 1 – 2 menit. Tutup rapat dan panaskan pada suhu 100ºC selama 30 menit.
Lalu dinginkan tabung hingga suhu 30ºC dan tambahkan 2,5 ml iso oktane
kemudian difortex selama 1 menit. Tambahkan NaCl jenuh sebanyak 5 ml ( 36 g
NaCl dalam 100 ml air ) lalu fortex kembali. Lapisan iso oktane dipisahakan dan
dimasukan kedalam vial, diekstrak kembali dengan 1 ml iso oktane, fortex kembali
dan hasil ekstraksi digabung. Sampel siap untuk di injek ke Kromatografi Gas.
3.4.2 Transesterifikasi crude palm oil
Sebanyak 200 ml larutan KOH-metanolat yang telah dibuat sebelumnya
dengan berbagai variasi dimasukan ke dalam labu alas bulat 1000 ml yang telah
terdapat 100 ml sampel crude palm oil sedikit demi sedikit disertai pengadukan
menggunakan pengaduk magnet. Suhu reaksi divariasikan pada suhu 30ºC, 55ºC
dan 65ºC selama 2 jam, reaksi dihentikan dengan penambahan THF sebanyak 4 ml.
Proses

selanjutnya

didinginkan

kemudian


dilakukan

pemisahan

hasil

(Kusumaningsih, dkk., 2006).
3.4.3 Pemisahan hasil
Sampel yang berupa metil ester asam lemak dimasukkan dalam corong
pisah kapasitas 500 ml, ditambahkan 50 ml akuades dan ditambahkan 5 ml HCl 5
M. Lapisan yang terbentuk dipisahkan lapisan atas (lapisan organik) dan lapisan
bawah (lapisan air). Lapisan organik diekstrak dengan 50 ml n-hexana, terbentuk

18
Universitas Sumatera Utara

dua lapisan yaitu lapisan ester dan air. Lapisan ester kemudian dicuci dengan
50 ml akuades sebanyak 2 x untuk menghilangkan KOH yang tersisa ditambahkan
Na2SO4 anhidrat secukupnya, disaring dan pelarut diuapkan pada penangas air.

Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan kromatografi gas. Hasil analisis
dengan kandungan ester terbanyak digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri
(Kusumaningsih, dkk., 2006).
3.4.4 Transesterifikasi crude palm oil dengan variasi waktu
Sebanyak 200 ml larutan KOH-metanolat yang telah dibuat sebelumnya
dengan jumlah KOH sebanyak 2 g dimasukan ke dalam labu alas bulat 1000 ml
yang telah terdapat 100 ml sampel minyak sawit mentah sedikit demi sedikit
disertai pengadukan. Waktu reaksi divariasikan yaitu pada 30, 60, 90, dan 120
menit dengan suhu reaksi dilakukan pada suhu kamar, reaksi dihentikan dengan
penambahan THF sebanyak 4 ml. Proses selanjutnya dilakukan pemisahan hasil
(Kusumaningsih, dkk., 2006).
3.4.5 Pemisahan hasil
Sampel yang berupa metil ester asam lemak dimasukkan dalam corong
pisah kapasitas 500 ml, ditambahkan 50 ml akuades dan ditambahkan 5 ml HCl 5
M. Lapisan yang terbentuk dipisahkan lapisan atas (lapisan organik) dan lapisan
bawah (lapisan air). Lapisan organik diekstrak dengan 50 ml n-hexana, terbentuk
dua lapisan yaitu lapisan ester dan air. Lapisan ester kemudian dicuci dengan 50 ml
akuades sebanyak 2 kali untuk menghilangkan KOH yang tersisa. Ditambahkan
Na2SO4 anhidrat secukupnya, disaring dan pelarut diuapkan pada penangas air.
Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan kromatografi gas (Kusumaningsih,

dkk., 2006).

19
Universitas Sumatera Utara

3.4.6 Penentuan ester dengan kromatografi gas
Sampel berupa ester minyak sawit mentah yang diperoleh dari hasil
transesterifikasi minyak sawit mentah ditimbang sebanyak 0,05 g, dimasukan
kedalam vial. Kemudian ditambahkan internal standar Tricapri sebanyak 100 µl
dan MSTFA (N-Metil-N- trimethylsilyl trifluoroasetamida) sebanyak 60 µl.
Tambahkan Tetrahidrofuran(THF) sebanyak 0,1 ml dan tutup rapat lalu di fortex
selama 1 menit dan diamkan selama 10 menit. Kemudian ditambahkan n-hexana
sebanyak 2,5 ml, lalu difortex selama 1 menit, selanjutnya sampel siap untukl
dilakukan pengukuran dengan kromatografi gas dan diinjeksikan sebanyak 1 µl.
3.4.7 Kondisi kromatografi gas yang digunakan
Kondisi pada saat menggunakan kromatografi gas antara lain :
-

Kolom


: Kapiler bahan isian silika, panjang 15 m;id 0,25 mm

-

Bahan isian

: Silika

-

Jenis

: DB 5 HT

-

Gas pembawa

: Helium


-

suhu injektor

: 360 ºC

-

Suhu detektor

: 360ºC

-

Volume injeksi

: 1 µl

3.5 Pembuatan Media
3.5.1 Media NA

Komposisi:
− Lab-lemco powder 1 g
− Yeast extract 2 g
− Peptone 5 g

20
Universitas Sumatera Utara

− Sodium chloride 5 g dan agar 15 g
Cara Pembuatan:
Sebanyak 28 g media NA yang sudah jadi ditimbang, disuspensikan ke
dalam air suling 1000 ml, lalu dipanaskan sampai larut sempurna. Media kemudian
dimasukkan dalam labu dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama
15 menit (Bridson, 2006).
3.5.2 Media NB
Komposisi:
− Lab-lemco powder 1 g
− Yeast extract 2 g
− Peptone 5 g
− Sodium chloride 5 g

Cara Pembuatan:
Sebanyak 13 g media NB yang sudah jadi ditimbang, disuspensikan ke
dalam air suling 1000 ml, lalu dipanaskan sampai larut sempurna. Media kemudian
dimasukkan dalam labu dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama
15 menit (Bridson, 2006).

3.6 Peremajaan Bakteri
Koloni Staphylococcus aureus diambil dengan menggunakan jarum ose
steril, lalu masing-masing ditanam pada media NA miring dengan cara menggores.
Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37ºC selama 24 jam (Chasani,
dkk., 2015).

21
Universitas Sumatera Utara

3.7 Penyiapan Inokulum Bakteri
Koloni Staphylococcus aureus diambil dari stok kultur dengan jarum ose
steril lalu masing-masing disuspensikan dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml NB.
Suspensi divorteks hingga diperoleh kekeruhan yang sama dengan standar
Mc.Farland No. 0.5 (108CFU/ml). Sebanyak 0,1 ml dari suspensi dimasukkan ke

dalam tabung reaksi yang telah berisi 9,9 ml nutrient broth dan dihomogenkan
sehingga diperoleh inokulum bakteri dengan kekeruhan 106 CFU/ml (Rizal, 2016)

3.8 Pembuatan Bahan Uji
Bahan uji dibuat dalam konsentrasi 12,5 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml, 100
mg/ml, dan 200 mg/ml

dengan menggunakan etanol absolut sebagai pelarut.

Sejumlah bahan uji diukur volumenya sesuai konsentrasi, dimasukkan kedalam vial
(Nuraida, dkk., 2008).

3.9 Pengujian Antibakteri
Metode ini merupakan uji untuk mengetahui aktivitas antimikroba ester
minyak kelapa sawit. Tahap ini dimulai dengan inokulasi mikroba uji sebanyak
0.5 ml berumur 24 jam kedalam 50 ml NA. Kemudian NA tersebut dituang
kedalam dua cawan petri sebanyak masing-masing 25 ml. Setelah NA padat, dibuat
sumur dengan diameter 6 mm dan kedalamnya dimasukkan larutan sampel
sebanyak 50 µl. Setelah itu, diinkubasi selama 48 jam serta diukur zona hambatnya
yaitu area di sekeliling sumur yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan
bakteri. Larutan ester minyak kelapa sawit yang akan digunakan dilarutkan dahulu
kedalam etanol absolut agar mampu berdifusi kedalam media agar. Konsentrasi

22
Universitas Sumatera Utara

ester minyak kelapa sawit yang digunakan adalah 12,5 mg/ml, 25 mg/ml, 50
mg/ml, 100 mg/ml, dan 200 mg/ml (Nuraida, dkk., 2008).

23
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Analisis Asam Lemak Menggunakan Kromatografi Gas
Hasil analisis asam lemak minyak sawit mentah menggunakan

kromatografi gas dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan gambar kromatogram pada
Lampiran 9 halaman 44.
Tabel 4.1 Hasil analisis asam lemak dari minyak kelapa sawit menggunakan
kromatografi gas
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jenis Asam Lemak
asam laurat
asam miristat
asam palmitat
asam palmitoleat
asam stearat
asam oleat
asam linoleat
asam linolenat
asam arasidat
asam 11-eiksanoat
Total

% Asam Lemak
0,0413
1,2077
42,8275
0,1276
4,7898
39,9214
10,3561
0,2876
0,3267
0,1141
100

Berdasarkan hasil analisis asam lemak dari minyak kelapa sawit
menggunakan Kromatografi Gas diperoleh asam lemak yang paling dominan yaitu
asam palmitat sebanyak 42,8275% dan asam oleat sebanyak 39,9214%,terdapat
sedikit perbedaan kandungan asam lemak jika dibandingkan dengan literatur, hal
ini mungkin dikarenakan perbedaan bahan baku yang di peroleh.
Kandungan minyak kelapa sawit yang diperoleh dari minyak mesokarp
mengandung lebih kurang 44% asam palmitat (C16:0), 5% asam stearat (C18:0),
39% asam oleat (C18:1) dan 10% asam linoleat (C18:2) (Fathurrahman, 2013).

24
Universitas Sumatera Utara

4.2

Hasil Transesterifikasi minyak sawit mentah gengan Kromatografi Gas
Hasil transesterifikasi minyak sawit mentah dengan Kromatografi Gas

dilakukan dengan berbagai variasi penambahan katalisator KOH yaitu 1, 2, 3, 4 dan
5 g serta dengan variasi suhu yaitu pada 30ºC, 55ºC dan 65ºC. Berdasarkan
percobaan yang dilakukan maka daiperoleh hasil transesterifikasi dari minyak sawit
mentah dengan menggunakan kromatografi gas dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan
gambar kromatogram pada Lampiran 10 – 25 halaman 45 – 76.
Tabel 4.2 Hasil analisis transesterifikasi yang diperoleh dari minyak sawit mentah
menggunakan kromatografi gas dengan berbagai variasi KOH pada
suhu 30ºC
Jumlah
KOH (gr )
Bahan baku
1
2
3
4
5

% Ester
55 C
9.0756*
16.9220
95.9953
98.3675
98.1294
98.4044

30ºC
15.9414
99.0571
98.5182
98.6313
98.6537

65 C
22.3472
95.5045
98.5087
96.8126
98.4452

Keterangan :
* Bahan baku dianalisis sebelum dilakukan reaksi transesterifikasi
Berdasarkan hasil analisis minyak kelapa sawit dengan kromatografi gas
diperoleh % ester sebesar 9,0756, hasil ini diperoleh dari dua kali percobaan yang
kemudiaan dirata-ratakan.
Hasil analisis transesterifikasi yang diperoleh dari minyak sawit mentah
dengan Kromatografi Gas menggunakan berbagai variasi katalisator KOH pada
suhu 30ºC didapat kadar ester dengan jumlah tertinggi yaitu 99,0571% dan jumlah
penambahan katalis KOH sebanyak 2 g. Kadar ester dari minyak sawit mentah
dengan jumlah terendah diperoleh pada 30ºC dengan jumlah penambahan katalis
KOH sebanyak 1 g yaitu 15,9414%.
25
Universitas Sumatera Utara

Perlakuan transesterifikasi dari crude palm oil dilakukan sebanyak dua kali
pengulangan kemudian hasil yang diperoleh dirata-ratakan. Hasil analisis
transesterifikasi yang diperoleh dari crude palm oil menggunakan GC dengan
berbagai variasi KOH pada suhu 55ºC didapat kadar ester dengan jumlah tertinggi
yaitu 98,4044% dengan jumlah penambahan katalis KOH sebanyak 5 g. Kadar
ester dari crude palm oil dengan jumlah terendah diperoleh pada suhu 55ºC dengan
jumlah penambahan katalis KOH sebanyak 1 g yaitu 16,9220%.
Perlakuan transesterifikasi dari minyak sawit mentah dilakukan sebanyak
dua kali pengulangan kemudian hasil yang diperoleh dirata-ratakan. Hasil analisis
transesterifikasi yang diperoleh dari minyak sawit mentah menggunakan
Kromatografi Gas dengan berbagai variasi KOH pada suhu 65ºC didapat kadar
ester dengan jumlah tertinggi yaitu 96,8126% dengan jumlah penambahan katalis
KOH sebanyak 4 g. Kadar ester dari minyak sawit mentah dengan jumlah terendah
diperoleh pada suhu 65ºC dengan penambahan katalis KOH sebanyak 1 g yaitu
22,3472%.
Hasil penelitiaan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil transesterifikasi dari
minyak sawit mentah yang tertinggi yaitu perlakuan pada suhu 30ºC dengan
penambahan katalis KOH sebanyak 2 g, menunjukkan kadar ester 99,0571%. Oleh
karena itu, sampel yang akan dijadikan untuk pengujian aktivitas antibakteri adalah
sampel dengan kadar ester dari transesterifikasi minyak sawit mentah yang
tertinggi dari seluruhnya.
Kesetimbangan reaksi transesterifikasi memerlukan waktu empat jam pada
temperature kamar. Perolehan FAME optimum pada waktu 60 menit pada
temperatur 45ºC dan 60ºC (Jimmy, 2012).

26
Universitas Sumatera Utara

4.3

Hasil Transesterifikasi minyak sawit mentah variasi waktu dengan
Kromatografi Gas
Hasil transesterifikasi minyak sawit mentah dengan kromatografi gas

dilakukan dengan penambahan katalisator KOH sebanyak 2 g serta dengan suhu
30ºC pada berbagai variasi waktu yaitu 30, 60, 90, dan 120 menit. Berdasarkan
percobaan yang dilakukan maka diperoleh hasil transesterifikasi dari minyak sawit
mentah dengan menggunakan kromatografi gas dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan
gambar kromatogram pada Lampiran 26 – 29 halaman 77 – 80.
Tabel 4.3 Hasil analisis transesterifikasi yang diperoleh dari minyak sawit mentah
menggunakan kromatografi gas dengan berbagai variasi waktu pada suhu
30ºC
Waktu ( menit )

% Ester dari minyak sawit mentah dengan KOH 2 g

30

35,3475

60

37,3502

90

80,5632

120

98,8476

Berdasarkan penelitian diatas maka diperoleh hasil analisis transesterifikasi
dari minyak sawit mentah menggunakan Kromatografi Gas memengalami
peningkatan dari menit kegunakan 30, 60, 90, dan 120 menit. Sampai akhirnya
diperoleh kadar ester yang tertinggi yaitu perlakuan pada 30ºC dengan penambahan
katalis KOH sebanyak 2 g dan waktu reaksi selama 120 menit yaitu sebesar
98,8476%.
Optimasi proses transesterifikasi diperlukan untuk menentukan kondisi
proses yang paling sesesuai sehingga diperoleh hasil yang optimum. Hasil
transesterifikasi dipengaruhi oleh kecepatan pengadukan, suhu, konsentrasi katalis,
rasio molar metanol-minyak dan waktu transesterifikasi (Sudradjat, dkk., 2010).

27
Universitas Sumatera Utara

Proses dengan menggunakan katalis basa seperti kalium hidroksida
umumnya berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan katalis asam dikarenakan
reaksi berlangsung searah. Namun pemakaian katalis basa hanya berlangsung
sempurna bila minyak atau lemak dalam kondisi netral dan tanpa air (Manurung,
2006).

4.4 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ester minyak sawit mentah
Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode sumur, dan ester yang
digunakan yaitu ester pada suhu 30ºCdengan penambahan katalis KOH sebanyak 2
g menunjukkan nilai 99,0571%. Hasil uji aktivitas antibakteri ester minyak sawit
mentah dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.1- 4.3.
Tabel 4.4 Hasil pengujian aktivitas antibakteri ester minyak sawit mentah
Diameter daerah hambatan (mm)*
Konsentrasi (mg/ml)
Staphylococcus aureus
200

9,7

100

7

50

6,8

25

6,5

12,5

6,4

28
Universitas Sumatera Utara

B1

D1

C1

E1

A1

F1

Gambar 4.1 Hasil pengujian aktivitas antibakteri ester minyak kelapa sawit
terhadap staphylococcus aureus (percobaan I).

Keterangan gambar :
A1
= blanko (percobaan 1)
B1
= diameter daerah hambat dengan konsentrasi 12,5 mg/ml (percobaan 1)
C1
= diameter daerah hambat dengan konsentrasi 25 mg/ml (percobaan 1)
D1
= diameter daerah hambat dengan konsentrasi 50 mg/ml (percobaan 1)
E1
= diameter daerah hambat dengan konsentrasi 100 mg/ml (percobaan 1)
F1
= diameter daerah hambat dengan konsentrasi 200 mg/ml (percobaan 1)

B2

D2

C2

E2

A2
F2

Gambar 4.2 Hasil pengujian aktivitas antibakteri ester minyak kelapa sawit
terhadap staphylococcus aureus (percobaan II).

Keterangan gambar :
A2
= blanko (percobaan 2)
B2
= diameter daerah hambat dengan konsentrasi 12,5 mg/ml (percobaan 2)
C2
= diameter daerah hambat dengan konsentrasi 25 mg/ml (percobaan 2)
D2
= diameter daerah hambat dengan konsentrasi 50 mg/ml (percobaan 2)
E2
= diameter daerah hambat dengan konsentrasi 100 mg/ml (percobaan 2)
F2
= diameter daerah hambat dengan konsentrasi 200 mg/ml (percobaan 2)

29
Universitas Sumatera Utara

D3

B3

C3
E3
A3
F3

Gambar 4.3 Hasil pengujian aktivitas antibakteri ester minyak kelapa sawit
terhadap staphylococcus aureus (percobaan III).
Keterangan gambar :
A3
= blanko (percobaan 3)
B3
= diameter daerah hambat dengan konsentrasi 12,5 mg/ml (percobaan 3)
C3
= diameter daerah hambat dengan konsentrasi 25 mg/ml (percobaan 3)
D3
= diameter daerah hambat dengan konsentrasi 50 mg/ml (percobaan 3)
E3
= diameter daerah hambat dengan konsentrasi 50 mg/ml (percobaan 3)
F3
= diameter daerah hambat dengan konsentrasi 200 mg/ml (percobaan 3)

Berdasarkan hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus memperlihatkan bahwa ester minyak sawit mentah
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Diameter daerah
hambatan antibakteri yang paling tinggi terhadap uji antibakteri adalah 9,7 mm
yaitu hambatan pertumbuhan pada bakteri Staphylococcus aureus dengan
konsentrasi 200 mg/ml.
Dinding sel gram positif memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal dan
membran sel, sementara dinding sel gram negatif memiliki tiga lapisan: membran
dalam, membran luar dan lapisan peptidoglikan yang lebih tipis (Radji , 2013).
Bakteri gram negatif mengandung lipid, lemak, atau substansi seperti lemak dalam
persentase lebih tinggi dari pada yang dikandung bakteri gram positif (Ngaisah,
2010).
30
Universitas Sumatera Utara

Ester gliserol hanya aktif pada bakteri gram positif sehingga tidak dapat
menghambat Escherichia coli. Penambahan monokaprin pada kondisi asam dapat
membunuh Escherichia coli

tetapi bakteri gram negatif ini resisten pada pH

netral.Penambahan gliserol monolaurat sampai konsentrasi 1000 dan 2000 µg/ml
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan E. coli karena adanya lapisan
lipopolisakarida yang menghambat penetrasi gliserol monolaurat ke dalam sel
(Nuraida, dkk., 2008).
Mekanisme

penghambatan

dan

kerusakan

mikroba

oleh senyawa

antimikroba secara umum disebabkan oleh gangguan pada komponen penyusun sel
terutama komponen penyusun dinding sel, reaksi dengan membran sel yang dapat
mengakibatkan perubahan permeabilitas dan kehilangan komponen penyusun sel,
penghambatan terhadap sintesis protein, dan gangguan fungsi material genetik
.Monolaurin

dilaporkan

dapat

mengakibatkan

kerusakan membran,

menyebabkan kebocoran protein intraselular dan asam nukleat sehingga
menurunkan aktivitas enzim yang berperan dalam metabolisme. Sifat lipolitik dari
MAG memungkinkan untuk menembus plasma dan bekerja sebagai antimikroba
(Nuraida, dkk., 2008).
Penemuan suatu obat melalui proses yang panjang dan berlarut-larut, penuh
dengan resiko dengan biaya besar. Pengetahuan yang dihimpun oleh ahli
bioteknologi dan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana penyakit
berkembang justru menawarkan peluang baru untuk mengembangkan bahan-bahan
obat yang sangat spesifik. Peluang baru terbuka berkat genomik penelitian dan
pemahaman kita yang lebih baik dari cara penyakit berkembang pada tingkat
molekular (Anonim, 2014).

31
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
a. Kadar ester paling optimum yang diperoleh dari hasil transesterifikasi minyak
sawit mentah adalah 99,0571 % yang dianalisis dengan Kromatografi Gas.
b. Hasil transesterifikasi minyak sawit mentah mempunyai diameter sebesar 9,7
mm pada konsentrasi 200 mg/ml terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut :
a. Diharapkan pada penelitian selanjutnya hasil transesterifikasi minyak kelapa
sawit dapat diisolasi menjadi ester asam lemak tunggal.

32
Universitas Sumatera Utara