Larangan Pendaftaran Merek yang Sama Pada Pokoknya Dengan Merek Terdaftar (Studi Terhadap Beberapa Putusan Mahkamah Agung)

BAB II
FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB TERJADINYA GUGATAN PEMBATALAN MEREK
KARENA ALASAN MEMPUNYAI PERSAMAAN PADA POKOKNYA
DENGAN MEREK TERDAFTAR ATAU MEREK TERKENAL

A.

Pengertian dan Kriteria “Persamaan Pada Pokoknya”
Istilah “Persamaan Pada Pokoknya” muncul ketika dua buah Merek yang

“kelihatannya” sama disandingkan. Dalam praktek, hal ini sering menjadi persoalan
ketika merek yang satu dianggap melanggar merek lain. Undang-undang Nomor 15
tahun 2001 tentang Merek pun tidak mengatur terminologi “Persamaan Pada
Pokoknya” dengan rinci dan terang, sehingga dalam kasus-kasus pelanggaran Merek
persoalan ini sering tidak selesai di meja debat. Hakim tidak memiliki persepsi yang
sama dalam hal sebagaimana dijelaskan di atas. 22
Bagian Penjelasan, khususnya penjelasan pasal 6 ayat (1) huruf a, UndangUndang Merek hanya mendefinisikan “persamaan pada pokoknya” sebagai:
Kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara Merek
yang satu dan Merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan
baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsurunsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut.


22

Insan Budi Maulana. Kompilasi Undamg-Undang Hak Cipta, Paten, Merek, dan
Terjemahan Konvensi-Konvensi di Bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2005), hal 46.

Universitas Sumatera Utara

Menurut penjelasan tersebut, Persamaan Pada Pokoknya merupakan suatu
“kemiripan”. Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka menerjemahkan
“kemiripan” yang berasal dari kata dasar “mirip” ini sebagai “hampir sama atau
serupa”. Dengan demikian, maka dalam Persamaan Pada Pokoknya merek-merek
tersebut hanya “hampir sama” atau “serupa” bentuknya, jadi bukan “sama persis”
atau “sama secara utuh”.
Kemiripan antara merek satu dengan yang lain ini disebabkan oleh adanya
unsur-unsur yang menonjol dari masing-masing merek yang diperbandingkan. Unsurunsur yang menonjol itu, kalau disimpulkan dari bunyi pasal 1 angka 1 undangundang merek tentang pengertian merek, dapat terdiri dari: 1) Nama 2) Kata 3)
Huruf-huruf 4) Angka-angka 5) Susunan warna 6) Atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut.
Kemiripan antara Merek yang satu dengan Merek lain yang terdaftar lebih

dulu muncul karena masing-masing unsur “nama”, atau “kata”, atau “huruf-huruf”,
atau “angka-angka”, atau “susunan warna”, atau kombinasi dari semua unsur itu ada
yang menonjol. Sampai sejauh mana unsur-unsur tersebut dikatakan menonjol,
penjelasan pasal 6 ayat (1) huruf a hanya menyebutkan sampai unsur-unsur itu
menimbulkan “kesan” adanya persamaan pada: 1) Bentuk 2) Cara penempatan 3)
Cara penulisan 4) atau kombinasi antara unsur-unsur tersebut 5) Serta bunyi ucapan.
Merek terdaftar adalah merek yang telah didaftarkan di Direktorat Jendral Hak
Kekayaan Intelektual. Merek yang telah terdaftar mendapatkan perlindungan hukum,
sehingga apabila terjadi kasus-kasus kecurangan seperti peniruan yang menimbulkan

Universitas Sumatera Utara

kerugian terhadap merek yang telah terdaftar lebih dahulu tersebut dapat ditindak
lanjuti ke Pengadilan dan menghukum pihak yang melakukan peniruan. 23
Dengan demikian, maka dalam persamaan pada pokoknya kemiripan itu
bersifat substansial, yaitu meskipun Merek-merek tersebut tidak sama persis, namun
perbedaannya masih dapat dilacak, sehingga persamaan yang muncul dari Merekmerek itu hanya berupa “kesan”. Dalam hal ini tidak ada persamaan secara utuh
antara masing-masing Merek, hanya saja Merek-merek tersebut menurut pandangan
umum “terkesan mirip”. Untuk mengukur secara presisi sampai sejauh mana merekmerek tersebut memiliki “kesan” yang sama, perlu diteliti lagi unsur-unsurnya. Hal
ini mengingat undang-undang merek tidak merinci lebih lanjut sampai sejauh mana

“kesan” itu dapat diukur persamaan visual, konseptual dan fonetik.
Menurut Kasubdit Pemeriksaan Direktorat Merek Ditjen HKI, Didik Taryadi,
jika merangkum pasal 6 ayat (1) huruf a undang-undang merek di atas, untuk menilai
Persamaan Pada Pokoknya bisa dilakukan secara visual, konseptual dan fonetik[2].
Persamaan Visual dapat diukur dari sisi “tampilan” merek itu sendiri, yang
karena persamaan bentuknya, penempatan unsur-unsur, susunan warna atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut menimbulkan kesan adanya persamaan yang
dapat membuat orang keliru. Hal yang paling substansial disini adalah adanya “kesan
visual”, sehingga dengan kesan itu orang bisa keliru. Misalnya merek rokok
“Djenam“, yang secara visual menyerupai rokok merek “Djarum“.

23

Muhammad Djumahana, R, Djubaedilah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan
Prakteknya di Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm 149.

Universitas Sumatera Utara

Persamaan Konseptual, kesan adanya persamaan lebih menekankan pada
kesamaan “filosofi dan makna” yang terkandung dalam Merek tersebut. Misalnya

suatu produk bermerek gambar ”Harimau“. Merek lain dengan kata-kata atau tulisan
“Harimau“ mungkin saja memiliki persamaan filosofi dan makna yang dapat
mengaburkan pemahaman masyarakat terhadap barang tersebut.
Persamaan Fonetik didasarkan pada adanya persamaan secara “pengucapan
atau bunyi” Merek sehingga menimbulkan kesan adanya persamaan. Suatu merek
“House“ memiliki pengucapan yang sama dengan “Haus“, sehingga keduanya dapat
menimbulkan kemiripan.
Menurut Beverly W. Pattishall, et. al. dalam “Trademarks and Unfair
Competition Fifth Edition”[3], faktor yang dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
menentukan adanya Persamaan Pada Pokoknya yaitu: 1) Persamaan Bentuk
(Similarity of Appearance), 2) Istilah Asing (Foreign Terms), 3) Persamaan Konotasi
(Similarity of Connotation), 4) Persamaan Kata dan Tanda Gambar (Word and
Picture Marks), 5) Persamaan Bunyi (Similarity of Sound). 24
Persamaan Bentuk (Similarity of Appearance), pertimbangan utama
Persamaan Pada Pokoknya terletak pada “kesan visual” (Visual imprresion) secara
keseluruhan dari masing-masing bentuk Merek. Persamaan Bentuk ini tidak
mempersoalkan persamaan atau perbedaan masing-masing unsurnya. Cukup dapat
dikatakan terdapat persamaan pada pokoknya bila konsumen mendapat kesan bahwa

24


Insan Budi Maulana, Ibid

Universitas Sumatera Utara

suatu merek yang palsu secara visual terkesan seperti aslinya. Kesan visual ini
muncul dengan cara menggeneralisir keseluruhan unsur tanpa membedakan variasi
unsurnya. contoh persamaan bentuk misalnya dalam memperbandingkan merek
QUIRST dengan merek SQUIRT untuk produk soft drink. Kedua merek itu
menampilkan kesan visual yang secara keseluruhan hampir sama sebagai produk soft
drink, meskipun unsur-unsur mereknya yang berupa nama, kata atau huruf-hurufnya
berbeda. Begitupun dalam perbandingan merek CARTIER dengan merek CATTIER
untuk produk kosmetik, atau merek TORNADO dengan merek VORNADO untuk
produk mesin-mesin elektrik.
Persamaan Pada Pokoknya bisa juga disimpulkan dari adanya persamaan
bunyi pada merek-merek yang diperbandingkan, terutama pada merek-merek yang
mengandalkan kekuatan bunyi kata. Dalam persamaan bunyi ini pelafalan atau cara
pengucapan (pronunciation) merek yang “benar” bukanlah faktor yang menentukan.
Pelafalan atau pengucapan yang tidak benar bisa juga menyebabkan adanya
persamaan bunyi merek. Merek HUGGIES dan merek DOUGIES untuk produk

popok bayi kalau dilafalkan akan memiliki persamaan bunyi, meskipun pelafalannya
sedikit berbeda. Begitupun merek CROWNSCRIBER dan SOUNDSCRIBER untuk
merek produk tape recorder, serta LE CONTE dan CONTI untuk merek produk
perawatan rambut.
Persamaan Pada Pokoknya bisa juga muncul karena antara beberapa Merek
yang diperbandingkan memiliki kesamaan konotasi yang mengasosiasikan Merek
tersebut pada suatu hal tertentu. Misalnya antara Merek APPLE dengan Merek

Universitas Sumatera Utara

PINEAPPLE. Kedua Merek tersebut merupakan produk komputer, dan secara
semantik kedua istilah Merek itu memiliki keterkaitan sebagai nama buah yang
berasosiasi sebagai Merek barang komputer. Contoh lain misalnya majalah merek
PLAYBOY dan PLAYMEN. Kedua Merek majalah itu secara semantik memiliki
keterkaitan dan berasosiasi sebagai majalah untuk kaum pria.
Persamaan Pada Pokoknya juga muncul dengan memperbandingkan Merek
yang berupa kata (Word) dengan Merek yang berupa gambar yang merepresentasikan
kata tersebut. Dua merek yang diperbandingkan itu masing-masing berupa “kata” dan
“gambar yang merepresentasikan kata”. Persamaan kata dan tanda gambar ini dapat
kita jumpai misalnya dengan memperbandingkan merek TIGER HEAD dengan

Merek yang bergambar “kepala harimau” untuk produk barang atau jasa yang sama.
Gambar kepala harimau dalam perbandingan tersebut merepresentasikan kata yang
terdapat dalam merek TIGER HEAD (Kepala harimau). Begitu juga misalnya dalam
memperbandingkan merek PEGASUS dengan merek yang bergambar “kuda terbang
(Flying Horse)”.
Persamaan Pada pokoknya muncul apabila merek yang menggunakan istilah
bahasa asing memiliki konotasi yang sama dengan merek yang menggunakan istilah
dalam negeri. Dalam hal ini, meskipun terdapat perbedaan bentuk, kata maupun
bunyi, namun kedua merek yang diperbandingkan itu memiliki kesamaan arti karena
salah satunya berasal dari istilah bahasa asing. Misalnya produk sabun mandi merek
GOOD MORNING diperbandingkan dengan merek sabun mandi BUENOS DIAS
atau SELAMAT PAGI, yang kesemua istilah dalam merek itu mempunyai arti sama.

Universitas Sumatera Utara

Letak pokok persamaan merek-merek itu adalah pada konotasi atau arti yang sama
dari istilah-istilah yang digunakan dalam masing-masing merek.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Persamaan Pada Pokoknya
muncul karena adanya persamaan dalam bentuk, makna, serta bunyi dari Merekmerek yang diperbandingkan. Bentuk ini terdiri dari bentuk kata, nama, huruf, angka,
warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut. Pengertian makna dalam hal ini

dapat diperluas hingga meliputi makna secara keseluruhan, makna kata dengan
representasi gambar serta penggunaan istilah asing dengan pengertian yang sama. 25

B.

Pengertian dan Kriteria Merek Terkenal Dan Merek Terdaftar
Pengertian mengenai Merek Terkenal, di dalam Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 tentang Merek, secara harafiah tidak disebutkan secara tegas, namun
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b disebutkan ketentuan mengenai perlindungan merek
terkenal yaitu bahwa permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila
merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan /atau jasa sejenis.
Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf b menyatakan bahwa:
Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhan dengan Merek Terkenal untuk barang dan/atau jasa sejenis
dilakukan dengan memperhatikan pengetauhan umum masyarakat mengenai
merek tersebut dibidang usaha yang bersangkutan. Di samping itu,
diperhatikan pula reputasi merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang
gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang


25

http://legalakses.com/persamaan-pada-pokoknya-3/ diakses pada tanggal 10 Februari 2012

Universitas Sumatera Utara

dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek tersebut di
beberapa negara. Apabila hal-hal diatas belum dianggap cukup, pengadilan
Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukan
survei guna memperoleh okesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya merek
yang menjadi dasar penolakan.
Bahasa Indonesia kata asing “well-known” diterjemahkan menjadi terkenal
begitu juga kata “famous” sehingga pengertian Merek Terkenal tidak membedakan
arti atau tidak menentukan tingkatan arti “famous mark” dan “well-know marks”.
Banyak terdapat kasus dimana barang yang di produksi secara pokoknya sama
dengan merek atas barang atau jasa yang diproduksi secara pokoknya sama dengan
merek atas barangatau jasa yang sudah terkenal dengan maksud menimbulkan kesan
kepada khalayak ramai, seakan barang ataujasa yang diproduksinya sama dengan
produksi barang atau jasa yang sudah terkenal itu. 26

Menurut Imam Sjahputra , Heri Herjandono dan Parjio, Merek terkenal ialah
suatu merek yang sudah dikenal meluas oleh masyarakat didasarkan pada reputasi
yang diperolehnya karena promosi yang terus menerus oleh pemiliknya yang diikuti
dengan bukti pendaftaran merek di berbagai negara.
Selain itu ketentuan Merek terkenal juga terdapat dalam artikel 6 bis Konvensi
Paris. Pasal tersebut menentukan bahwa merek terkenal yang telah dipakai oleh
pemakai merek yang beitikad tidak baik, maka selalu dapat dimintakan
pembatalannya atau dilakukan pembatalan oleh Pejabat Pendaftaran. Dalam Pasal 6
bis ayat (3) dinyatakan bahwa tidak ada jangka waktu yang ditentukan untuk meminta

26

OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Right), Jakarta,
Rajawali Pers, 2007, hlm 357

Universitas Sumatera Utara

pembatalan daripada merek itu atau larangan untuk memakai merek terdaftar tersebut
jika dipakainya dengan itikad buruk (in bad faith), sedangkan definisi atau kriteria
tentang merek terkenal (well-known mark) diserahkan pada masing-masing negara

anggota Konvensi Paris. Pengertian merek terkenal di Indonesia, selain menagacu
pada syarat-syarat mengenai merek terkenal yang terdapat dalam Penjelasan Pasal 6
Undang-Undang No.15 Tahun 2001 tentang Merek juga mengacu pada Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI Nomor 1486 K/Pdt/1991 yang menyatakan bahwa:
Pengertian Merek Terkenal yaitu apabila suatu merek telah beredar keluar dari batasbatas regional sampai batas-batas internasional, dimana telah beredar keluar negeri
asalnya dan dibuktikan dengan adanya pendaftaran merek yang bersangkutan di
berbagai negara. Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 1997 pengaturan mengenai
Merek Terkenal dapat diketahui dalam beberapa pasal seperti Pasal 6 ayat (3), ayat
(4), Penjelasan Umum dan Penjelasan Pasal 6 Adapun kriteria Merek terkenal dapat
diketahui dari Penjelasan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 14 tahun 1997 yang
menyatakan bahwa:
Adapun

mengenai

kriteria

Merek

Terkenal,

selain

memperhatikan

pengetahuan umum masyarakat, penentuan juga didasarkan pada reputasi merek yang
bersangkutan yang diperoleh karena promosi yang dilakukan oleh pemiliknya yang
disertai dengan bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa negara (jika ada).
Apabila hal-hal di atas belum dianggap cukup maka hakim dapat memerintahkan
lembaga yang bersifat mandiri (independent) untuk melakukan survei guna
memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya merek yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, pengaturan Merek terkenal dapat
diketahui pada Pasal 6 ayat (1) huruf b dan ayat (2) maupun dalam penjelasan pasal
tersebut. penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf b menyatakan bahwa:
Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhan dengan Merek Terkenal untuk barang dan /atau jasa sejenis dilakukan
dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai Merek tersebut di
bidang usaha yang bersangkutan. Disamping itu, diperhatikan pula reputasi Merek
Terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di
beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti
pendaftaran merek tersebut di beberapa negara. Apabila hal-hal di atas belum
dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat
mandiri untuk melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal
atau tidaknya merek yang menjadi dasar penolakan. Pengaturan mengenai pengertian
dan kriteria Merek Terkenal menurut ketentuan Hukum Internasional dapat diketahui
pada:
1. Menurut Paris Convention
Saat ini Paris Convention beranggotakan 163 negara per 15 Juli 2002.
Indonesia ikut serta dalam meratifikasi konvensi itu tanggal 18 Desember 1979 dan
juga menjadi anggota Paris Union. Paris Convention berlaku terhadap hak kekayaan
industrial (industrial property) dalam pengertian luas termasuk paten, merek, desain
industri, utility models, nama dagang, indikasi geografis serta pencegahan persaingan
curang.

Universitas Sumatera Utara

Indonesia sendiri meratifikasi Paris Convention melalui keputusan Presiden
No.24 Tahun 1979 pada tanggal 18 Desember 1979, namun masih mereservasi Pasal
1 sampai dengan 12 dan Pasal 28 ayat (1) Paris Convention. Pada tahun 1997 melalui
keputusan Presiden No.15 Tahun 1997 Indonesia mencabut reservasi Pasal 1 sampai
dengan 12, akan tetapi masih tetap mereservasi Pasal 28 ayat (1) tentang dispute
settlement.
Paris Convention tidak mengatur pengertian atau kriteria bakunya tentang
Merek terkenal. Bentuk perlindungan Merek Terkenal tercantum dalam Pasal 6 bis,
yang menyebutkan bahwa masing-masing anggota atau competent authority di suatu
negara harus menolak permohonan pendaftaran yang sama atau mirip dengan merek
yang dianggap terkenal di negara itu.
2. Menurut Trade Related Aspects of Intellectual Property Agrement (TRIPs
Agreement)
Adapun ketentuan tentang merek dapat diketahui pada bagian II Pasal 16 ayat
(2) dan ayat (3) dan bagian III mengenai sanksi pada Pasal 41 sampai dengan Pasal
61. Pasal 16 ayat (2) TRIPs Agreement mengatur unsur penting yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan Merek Terkenal yaitu:
…..in determining whether a trademark is well-known, Member shall take
account of the knoeledge of the trademark in the relevant sector of the public,
including knowledge in the Member concerned which has been obtained as a result of
the promotion of the trademark.

Universitas Sumatera Utara

(…..Dalam menentukan apakah suatu merek terkenal atau tidak, para anggota
harus mempertimbangkan pengetahuan mengenai merek di sektor publik yang
relevan, termasuk pengetahuan Anggota mengenai hal mana yang didapat sebagai
hasil promosi atas suatu merek). Disamping itu Pasal 16 ayat (2) TRIPs Agreement
juga mengatur bahwa ketentuan Pasal 6 Paris Convention juga dipakai secara mutlak
untuk jasa. Pasal 16 ayat (3) TRIPs Agreement juga menyatakan bahwa:
Articles 6 bis of the Paris Convention (1967) shall apply, mutatis mutandis, to
goods or services which are not similar to those in respect of which a trademark is
registered, provided that use of that trademark in relation to those goods or services
would indicate a connection between those goods or services and the owner of
registered trademark and provided that the interests of the registered trademark are
likely to be damaged by such use. (Pasal 6 bis Konvensi Paris (1967) harus berlaku,
mutantis mutandis, terhadap barang atau jasa yang tidak sejenis dengan barang atau
jasa dimana suatu merek telah didaftar atasnya dengan ketentuan bahwa penggunaan
merek dagang sehubungan dengan barang atau jasa dan pemilik merek terdaftar
tersebut serta dengan ketentuan bahwa ketentuan pemilik merek terdaftar akan
dirugikan oleh penggunaan tersebut).
Pengertian dan kriteria Merek Terkenal menurut Badan Internasional dan
Negara-negara lain:
1.

Menurut laporan hasil pertemuan The Committee of Expert onWell-known Mark
atau Komisi Ahli mengenai Merek Terkenal Tahun 1997, telah merumuskan
kriteria Merek Terkenal sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

a. Pemakaian merek yang begitu lama;
b. Penampilan merek yang mempunyai ciri khas tersendiri yang melekat pada
ingatan masyarakat;
c. Pendaftaran merek di beberapa negara;
d. Reputasi merek yang bagus karena produk-produk atau jasa yang dihasilkan
mempunyai mutu yang prima dan nilai estetis serta nilai komersial yang
tinggi;
Pemasaran dan peredaran produk dengan jangkauan yang luas di hampir
seluruh dunia.
2. Menurut WIPO
Di samping itu telah ada guidelines yang dikeluarkan oleh WIPO yang intinya
menyangkut faktor-faktor dalam mempertimbangkan apakah suatu merek terkenal
atau tidak. Pihak yang berwenang harus mempertimbangkan antara lain hal-hal di
bawah ini:
a. Tingkat pengetahuan dan pengakuan mengenai merek tersebut dalam sektor
publik yang bersangkutan;
b. Masa, jangkauan dan daerah geografis dari penggunaan merek;
c. Masa, jangkauan dan daerah geografis dari promosi merek, termasuk
pengiklanan dan publisitas serta presentasi pada pameran dari barang-barang
atau jasa-jasa merek tersebut.

Universitas Sumatera Utara

a. Masa dan daerah geografis dari setiap pendaftaran dan setiap aplikasi
pendaftaran sampai pada satu tingkat sehingga merefleksikan penggunaan
atau pengakuan merek;
b. Catatan dari penegak hukum yang berhasil atas hak yang melekat pada merek
sampai pada suatu tingkat dimana merek tersebut diakui sebagai merek
terkenal oleh pejabat yang berwenang;
c. Nilai yang berkaitan dengan merek tersebut. 27
3. Menurut Negara China
Kantor merek China menetapkan kriteria-kriteria atas Merek Terkenal sebagai
berikut:
a. Ruang lingkup dari daerah geografis dimana merek tersebut dipakai (the
extent of geographical areas in whicht hemark isused).
b. Jangka waktu merek tersebut telah dipakai (the period during which the mark
has been used)
c. Jumlah dan hasil minimum penjualan dari pemakai merek (the scale and
turnover of the applicant business).
d. Pengetahuan dari masyarakat tentang merek tersebut (the awereness of the
mark among the public).
e. Status dari merek tersebut apakah terdaftar di negara lain (the status of the
mark (whether registered) in other countries).

27

WIPO Joint Recommendation Concerning Provisons on the Protection of Well Known
Mark 1999, “Article 2”, www.wipo.int/ip-dev/en, diakses tanggal 14 April 2011.

Universitas Sumatera Utara

f. Biaya pengeluaran dari iklan tersebut berikut daerah jangkauan dari iklan
tersebut (the advertising expenditures and the area covered by the
advertisement).
g. Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pemilik merek dalam melindungi
merek tersebut (the afforts made by the trademark owner in protecting iis
trademark).
h. Kemampuan dari pemilik merek untuk mempertahankan kualitas yang baik
dari merek yang dipakainya (the ability of the owner to maintain a cosistent
good quality of the products bearing the mark).
4. Menurut Negara Jerman
Pengadilan Jerman berpatokan pada survei pasar untuk menyatakan suatu
Merek Terkenal, yang dilakukan secara objektif. Apabila survei pasar membuktikan
bahwa lebih dari 80% (delapan puluh persen ) masyarakat mengenal dan mengetahui
merek yang diselidiki, maka merek tersebut adalah merek terkenal. (lihat kasus Avon,
putusan Mahkamah Agung Jerman tertanggal 21 Maret 1991).
Adapun kriteria-kriteria Merek Terkenal menurut para sarjana adalah sebagai
berikut:
a. Todung Mulya Lubis dan Insan Budi Maulana
Menyatakan bahwa kriteria Merek Terkenal adalah apabila terdaftar di
berbagai negara, telah dipromosikan secara gencar di dalam dan di luar negeri,
digunakan di negara yang bersangkutan, serta dikenal luas oleh anggota
masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

b. Annette Kur di dalam bukunya Insan Budi Maulana
Telah memilah Merek Terkenal atas dua konsep yaitu “mashur”
(renown) dan “reputasi” (reputation). Konsep “mashur” dianggap sebagai
hukum merek secara tradisional. Dalam konsep ini kriteria yang esensi adalah
“kuantitas”. Suatu merek mempunyai tingkat kemahsuran dinyatakan dalam
prosentase sejauh mana masyarakat atau kelompok tertentu akrab dengan
merek tertentu. Kekurangan konsep ini adalah apabila konsep ini terlalu kaku
diterapkan, misalnya apabila ditentukan tingkat minimum untuk suatu tingkat
kemashuran itu, ternyata tidak dipenuhi. Selain itu, konsep “kemahsuran” ini
dapat menimbulkan salah pengertian pada masyarakat apabila digunakan oleh
pihak yang berwenang. Konsep lain adalah “mempunyai/mendapat reputasi”
(having reputation) yang dianggap modern dan pendekatannya lebih luwes.
Reputasi suatu merek berarti “independent attractiveness” yang juga dapat
digambarkan sebagai suatu “advertising value”. Jadi kriteria utama konsep ini
adalah “kualitas”. Berarti, kriteria ini mengacu pada suatu kualitas tertentu
suatu merek daripada syarat kuantitas. Dalam interpretasi ini, dihubungkan
dengan perlindungan merek lebih luas maka pendekatan kualitas merupakan
pendekatan yang lebih realistis.
c. Menurut Monstret, untuk menentukan apakah merek tersebut masuk kategori
“well-known” atau “famous”, maka ada beberapa kriteria yang harus
diperhatikan, yaitu:
1) Tingkat pengakuan akan merek yang bersangkutan;

Universitas Sumatera Utara

2) Tingkat penggunaan serta jangka waktu penggunaan merek;
3) Tingkat keluasan dan jangka waktu iklan dan promosi dari merek;
4) Tingkat keluasan dimana merek tersebut diakui, digunakan, diiklankan,
didaftarkan dan dilaksanakan secara geografis, atau faktor-faktor yang
berhubungan yang dapat menentukan jangkauan merek tersebut secara
geografis, yaitu lokal, regional atau seluruh dunia;
5) Tingkat daya pembeda yang dimiliki merek tersebut;
6) Derajat keeksklusifan merek serta sifat dan keluasan penggunaan
merek yang sama atau serupa oleh pihak ketiga;
7) Sifat barang atau jasa serta jalur perdagangan atas barang dan jasa
yang menunjang merek tersebut;
8) Derajat dimana reputasi merek melambangkan kualitas barang; dan
9) Keluasan dan nilai komersial yang dihubungkan dengan merek. 28
5. Menurut Negara Amerika
Kriteria merek terkenal yang dianut oleh Amerika Serikat diatur Pasal 43 (c)
(1) Lanhnham Act yang diperbaharui. Dalam pasal tersebut ditentukan bahwa untuk
menentukan apakah suatu merek mempunyai sifat daya pembeda dan terkenal,
Pengadilan dapat mempertimbangkan faktor-faktor seperti (tetapi tidak terbatas
pada). 29

28
29

http://hukumit.blogspot.com/2011/09/pengertian-mengenai-merek-terkenal.html
Iman Syahputra, Op. cit., hlm 21-22

Universitas Sumatera Utara

a. Derajat sifat yang tidak terpisahkan atau mempunyai sifat daya pembeda
dari merek tersebut;
b. Jangka waktu dan ruang lingkup pemakaian merek yang berkaitan dengan
barang atau jasa dari merek;
c. Jangka waktu dan ruang lingkup dari pengiklanan dan publisitas merek
tersebut;
d. Ruang lingkup geografis dari daerah perdagangan tempat merek tersebut
dipakai;
e. Jaringan perdagangan barang atau jasa dari merek yang dipakai;
f. Derajat pengakuan atas merek tersebut dari arena perdagangan dan
jaringan perdagangan dari pemilik merek dan larangan terhadap orang atas
pemakaian merek tersebut dilaksanakan.
g. Sifat umum dan ruang lingkup pemakaian merek yang sama oleh pihak
ketiga; dan
h. Keberadaan pendaftaran merek tersebut berdasarkan Undang-Undang
Tanggal 3 Maret 1981 atau Undang-Undang Tanggal 20 Februari 1905
atau pendaftaran pertama. 30

30

http://prasetyohp.wordpress.com/problematika-perlindungan -merek-di-Indonesia

Universitas Sumatera Utara

C.

Faktor-faktor Yang Menyebabkan Banyaknya Kasus Gugatan
Pembatalan Merek Karena Alasan Mempunyai Persamaan Pada
Pokoknya Dengan Merek Terdaftar Atau Merek Terkenal
Kasus gugatan pembatalan Merek terdaftar dengan alasan mempunyai

persamaan pada pokoknya baik dengan Merek yang sudah terdaftar sebelumnya,
maupun dengan Merek Terkenal

cukup banyak jumlahnya. Kasus ini terjadi

disebabkan oleh adanya suatu merek yang didaftarkan di Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Ditjen HKI)
yang diklaim mempunyai persamaan pada pokoknya dengan

merek yang sudah

terdaftar sebelumnya atau pemilik merek terkenal oleh pemilik merek terdaftar atau
merek terkenal tersebut.
Gejala tersebut di satu sisi dapat menunjukkan bahwa fungsi dan peranan
merek dalam perdagangan barang maupun jasa semakin penting, sehingga
mendorong para pelaku usaha untuk mendaftarkan mereknya.
Menurut Endang Purwaningsih merek memiliki fungsi:
1. Fungsi pembeda, yakni membedakan produk satu perusahaan dengan produk
perusahaan lain;
2. Fungsi jaminan reputasi, yakni sebagai tanda asal usul produk, juga secara
pribadi menghubungkan reputasi produk bermerek tersebut dengan
produsennya, sekaligus nmemberi jaminan kualitas akan produk tersebut;
3. Fungsi promosi, yakni merek juga digunakan sebagai sarana memperkenalkan
produk baru dan mempertahankan reputasi produk lama yang diperdagangkan,
sekaligus untuk menguasai pasar;

Universitas Sumatera Utara

4. Fungsi rangsangan investasi dan pertumbuhan industri, yakni merek dapat
menunjang pertumbuhan industri melalui penanaman modal, baik asing
maupun dalam negeri dalam menghadapi mekanisme pasar bebas. 31
Sudaryat dkk. Melihat fungsi merek selain sebagai tanda pembeda adalah:
1. Pengenalan perusahaan yang bersangkutan atau identifikasi perusahaan
tersebut. Dengan menyebut nama dagang saja, sudah dapat diketahui
perusahaan mana yang dimaksud;
2. Menunjukkan reputasi perusahaan-baik ataukah bonafide sehingga
masyarakat dapat mengetahuinya;
3. Sumber informasi bagi konsumen. Artinya, konsumen dapat mengetahui
aktivitas dagang perusahaan yang bersangkutan. 32
Cassavera mengatakan:
” Secara historis, merek diciptakan untuk melindungi produsen dari para
pencuri. Merek hewan piaraan (cattle brand) berupa tanda khusus pada masingmasing ternak mengidentifikasi pemilik dan memudahkan pencarian dan pembuktian
manakala ternak tersebut dicuri”. 33
Oleh karena sistem perlindungan merek yang dianut oleh UU No.15 Tahun
2001 tentang Merek bersifat konstitutif, artinya hanya merek terdaftar saja yang
mendapat perlindungan hukum. Namun di sisi lain, menggambarkan pula bahwa
budaya persaingan curang yang semakin menggejala merasuki para pelaku usaha itu
sendiri.
Banyak faktor yang mungkin menyebabkan banyaknya terjadi kasus gugatan
pembatalan merek dengan alasan mempunyai persamaan pada pokoknya dengan
merek terdaftar atau merek terkenal tersebut. Untuk melakukan identifikasi mengenai

31

Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights: Kajian Hukum
Terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual dan Kajian Komparatif Hukum Paten, Ghalia Indonesia,
Bogor, 2005, hal.11
32
Sudaryat, Sudjana, dan Rika Ratna Permata, Hak Kekayaan Intelektual: Memahami Prinsip
Dasar, Cakupan, dan Undang-undang Yang Berlaku, Penerbit Oase Media, Bandung, 2010, hal.65
33
Casasavera, Kasus Sengketa Merek Di Indonesia, Graha Ilmu, Yokyakarta, 2009, hal.9

Universitas Sumatera Utara

faktor-faktor penyebabnya tersebut dalam studi ini akan dilakukan pendekatan
dengan meminjam teori sistem hukum dari Lawrence M.Friedman, yakni: faktor
substansi hukum (legal substance), faktor aparatur hukum (legal structure), dan
faktor budaya hukum (legal culture).
a. Faktor Substansi Hukum (legal substance)
Dari aspek substansi hukum, sekurang-kurangnya terdapat tiga kelemahan
yang terdapat dalam UUM 2001.
a. Pengertian dan kriteria “mempunyai persamaan pada pokoknya” yang
kurang jelas
Pada sub bab terdahulu, telah diuraikan secara jelas bagaimana pengertian dan
kriteria “mempunyai persamaan pada pokok” dilihat secara normatif dalam UUM
2001. Kriteria “mempunyai persamaan pada pokoknya”, hanya dijumpai dalam
penjelasan Pasal ayat (1) Huruf a yang memberikan penjelasan yang dimaksud
dengan:
“Persamaan pada pokoknya adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya
unsur-unsur yang menonjol antara Merek yang satu dan Merek yang lain, yang dapat
menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara
penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang
terdapat dalam merek-merek tersebut”.
Dengan kriteria tersebut berarti penilaian mengenai ada atau tidak adanya
persamaan pada pokoknya suatu merek yang dimohonkan pendaftarannya dengan
merek terdaftar atau merek terkenal tersebut kewenangannya sepenuhnya ada pada
subyektifitas pemeriksa merek. Hal sangat berpeluang menimbulkan sengketa, di
mana mungkin saja menurut penilaian Pemeriksa Merek merek yang dimohonkan

Universitas Sumatera Utara

pendaftarannya tersebut tidak mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek
terdaftar atau merek terkenal. Sedangkan dari pemilik merek terdaftar atau merek
terkenal merek tersebut nyata-nyata mempunyai persamaan pada pokoknya. Sehingga
setelah merek tersebut didaftarkan pemilik merek yang sudah terdaftar sebelumnya
atau pemilik merek terkenal memajukan gugatan pembatalannya ke Pengadilan
Niaga.
Seperti terjadi dalam perkara putusan Mahkamah Agung RI No.738
K/Pdt.Sus/2011 tanggal 5 Januari 2012 yo. Putusan Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.55/MEREK/2011/PN.NIAGA.JKT.PST tanggal
8 September 2011, antara: PT.Sanbe Farma melawan PT.Pharos Indonesia dkk.
PT.Sanbe Farma dalam gugatannya minta agar pendaftaran Merek ELASTYN yang
terdaftar pada Daftar Umum Merek dengan No.IDM000220115 sejak tanggal 6
Oktober 2009 untuk barang Kelas 5 dibatalkan karena mempunyai persamaan pada
pokoknya dengan Merek PELASTIN milik Penggugat yang sudah terdaftar sejak
tahun 1998 dengan Nomor DKL 9822224244A1 yang telah diperpanjang
perlindungannya dengan daftar No.IDM000252217 untuk Kelas 05 untuk jenis
barang: hasil-hasil pharmasi, Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, hasil-hasil
makanan pantang untuk anak-anak dan orang-orang sakit, plester-plester dan
pembalut; sedia-sediaan untuk menambal gigi dan untuk membasmi tumbuhtumbuhan dan binatang-binatang perusak.
Kasus tersebut terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan penilaian antara
Pemeriksa Merek dengan pemilik Merek terdaftar. Di mana menurut penilaian

Universitas Sumatera Utara

Pemeriksa Merek ternyata Merek ELASTYN tidak mempunyai persamaan pada
pokoknya dengan Merek PELASTIN yang sudah terdaftar sebelumnya, sehingga oleh
Ditjen HKI pendaftaran Merek ELASTYN tersebut dikabulkan. Namun bagi pemilik
Merek PELASTIN dianggap mempunyai persamaan pada pokoknya.
b. Pengertian dan kriteria merek terkenal tidak terukur
UUM 2001 pengertian dan kriteria merek terkenal diatur dalam
Penjelasan Pasal 6 ayat (1) Huruf b yang melihat kriteria merek terkenal untuk
barang dan/atau jasa sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan
umum masyarakat mengenai merek tersebut di bidang usaha yang
bersangkutan. Serta dengan memperhatikan reputasi Merek terkenal yang
diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di
beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti
pendaftaran Merek tersebut di beberapa negara.
Kriteria yang digambarkan dengan kata-kata “pengetahuan umum
masyarakat”,

“promosi yang gencar dan besar-besaran”,

dan “beberapa

negara” penilaiannya bersifat relatif, dan subyektif.
Berapa orang yang mengetahui dan untuk wilayah mana saja
sebarannya baru dikatakan masyarakat umum telah mengetahui tidak jelas
dan tidak terukur. Bagaimana ukuran yang dikatakan telah melakukan
promosi yang gencar dan besar-besaran juga tidak jelas. Termasuk istilah
beberapa negara, tidak jelas berapa jumlah negara yang dimaksudkan
sehingga memenuhi kriteria beberapa negara.

Universitas Sumatera Utara

Oleh karena itu, untuk menentukan apakan suatu merek itu sebagai
merek terkenal atau tidak sangat rentan menimbulkan perdebatan dan
perbedaan pendapat.
Insan Budi Maulana mengatakan Merek terkenal tidak dapat didefinisikan,
ahli-ahli di bidang merek pun sepakat untuk tidak mau mendefinisikan
bahkan sampai sekarang ini. 34
c. Dimungkinkan pendaftaran merek yang sama keseluruhan atau pada
pokoknya dengan Merek terdaftar atau Merek terkenal
UU No.15 Tahun 2001 terdapat beberapa pasal yang memberikan

peluang untuk didaftarkannya merek yang mempunyai persamaan baik pada
keseluruhan ataupun pada pokoknya dengan merek terdaftar atau merek
terkenal, dengan syarat asalkan tidak sejenis. Antara lain:
Pasal 1 Angka 2 yang menyebutkan: Merek Dagang adalah Merek
yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan
dengan barang-barang sejenis lainnya.
Pasal 1 Angka 3 menyebutkan: Merek Jasa adalah Merek yang
digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang
secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa
sejenis lainnya.

34

Insan Budi II, Op.Cit., hal. 207

Universitas Sumatera Utara

Ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf a dan b terdapat kata-kata “untuk
barang dan/atau jasa sejenis lainnya”. 35
Adanya kata-kata “untuk barang dan ataupun jasa sejenis lainnya”
dalam ketentuan-ketentuan tersebut jelas memberi kemungkinan untuk
mendaftarkan Merek barang ataupun jasa yang sama keseluruhan atau pada
pokoknya dengan Merek barang ataupun jasa yang sudah terdaftar asalkan
tidak sejenis. Salah satu contoh misalnya Merek Baterai ABC dengan Merek
Kecap ABC yang mereknya sama tapi pemiliknya berbeda dan kedua-duanya
terdaftar di Ditjen HKI.

Namun dengan adanya ketentuan Pasal 4 yang

menyebutkan:”Merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang
diajukan oleh Pemohon yang beriktikad tidak baik”, maka permohonan
pendaftaran merek tersebut harus didasarkan pada iktikad baik.
Peluang tersebut digunakan oleh pelaku usaha untuk mencoba
berspekulasi memajukan permohonan pendaftaran Merek yang sama pada
pokoknya dengan merek terdaftar atau merek terkenal untuk jenis barang
ataupun jasa yang berbeda. Jika permohonan itu diajukan atas dasar iktikad
baik menurut UU No.15 Tahun 2001 tidak dilarang, tetapi jika atas dasar
iktikad tidak baik untuk membonceng pada popularitas dari merek terdaftar
atau merek terkenal, seharusnya menurut No.15 Tahun 2001

ditolak

pendaftarannya. Namun penilaian mengenai ada atau tidak adanya iktikad

35

Sudaryat, Sudjana, Ibid.

Universitas Sumatera Utara

tidak baik tersebut hingga saat ini masih menjadi perdebatan, sehingga hal ini
memicu terjadinya sengketa merek di pengadilan.
b. Faktor Aparatur Hukum (Legal Structure)
Salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya yang menyebabkan
terjadinya sengketa Merek di Pengadilan dengan alasan mempunyai
persamaan pada pokoknya dengan merek terdaftar atau merek terkenal adalah
faktor aparatur hukum (legal structure).
Fungsi dan tugas dari Pemeriksa Merek pada Ditjen HKI sangat
menentukan untuk menyatakan apakah suatu permohonan pendaftaran merek
itu diterima atau ditolak. Oleh karena itu, untuk memberikan pelayanan yang
baik kepada masyarakat khususnya para pemohon merek diperlukan aparatur
Pemeriksa Merek yang jujur, adil, profesional, dan mempunyai pengetahuan
yang luas mengenai merek terdaftar; merek terkenal; indikasi geografis yang
sudah dikenal; nama orang terkenal; foto, atau nama badan hukum; singkatan
nama, bendera, lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga
nasional maupun internasional; serta tanda atau cap atau stempel resmi yang
digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah. Di samping itu, Pemeriksa
Merek juga harus mempunyai kemampuan untuk menganalisis apakah
permohonan Merek itu dilakukan atas dasar iktikad baik atau tidak. Sebab,
dalam Pasal 4 No.15 Tahun 2001

disebutkan bahwa Merek tidak dapat

didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang beriktikad

Universitas Sumatera Utara

tidak baik. Serta dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (3) adanya kewajiban dari
Ditjen HKI untuk menolak permohonan pendaftaran Merek, jika:
a. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang
dan/atau jasa sejenis;
b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa
sejenis;
c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
indikasi geografis yang sudah dikenal;
d. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan
hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang
berhak;
e. Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera,
lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional atau
internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang;
atau
f. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda ata cap atau stempel resmi yang
digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan
tertulis dari pihak yang berwenang;
Dari semua komponen tersebut, salah satu yang menuntut adanya ketelitian
dan kecermatan Pemeriksa Merek adalah melakukan penilaian apakah suatu merek

Universitas Sumatera Utara

itu mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek terdaftar atau merek
terkenal atau tidak. Hal ini antara lain disebabkan dalam UU No.15 Tahun 2001
tentang merek sendiri kriteria dari “persamaan pada pokoknya” dan “merek terkenal”
itu kurang memadai, dan berpeluang menjadi perdebatan dan penafsiran yang
berbeda.
Salah satu tolok ukur dari penilaian apakah Pemeriksa Merek telah bekerja
secara baik dan profesional atau tidak tentu dari hasil keputusannya mengabulkan
atau menolak permohonan Merek. Dengan asumsi bahwa apabila gugatan pembatalan
merek sedikit berarti relatif Pemeriksa Merek telah bekerja dengan baik. Tetapi
sebaliknya, jika gugatan pembatalan merek banyak, berarti tingkat profesionalisme
Pemeriksa Merek masih rendah.
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan terhadap putusan pengadilan dalam
perkara Merek, ternyata cukup banyak gugatan pembatalan Merek yang diajukan
pemilik merek terdaftar ataupun merek terkenal dengan alasan mempunyai persamaan
pada pokoknya dengan merek pihak lain yang sudah terdaftar sebelumnya ataupun
dengan merek terkenal.
Pada tahun 2004 terdapat 19 (sembilan belas) kasus gugatan pembatalan
pendaftaran merek yang diputus di tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung RI terdapat
6 (enam) kasus yang dikabulkan dengan alasan mempunyai persamaan pada

Universitas Sumatera Utara

pokoknya dengan merek terdaftar dan 6 (enam) kasus mempunyai persamaan pada
pokoknya dengan merek terkenal. 36
Putusan-putusan itu, adalah:
a. Putusan MA RI No.049 K/N/HaKI/2004 tanggal 13 Mei 2004 jo.putusan
Pengadilan

Niaga

Pada

PN

Jakarta

Pusat

No.60/MEREK/2003/

PN.NIAGA.JKT.PST. tanggal 18 November 2003 (Kasus Merek ROYAL
CANIN v Merek ROYAL GREEN). Pendaftaran Merek ROYAL GREEN
dibatalkan karena mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek
terkenal ROYAL CANIN);
b. Putusan MA RI No.01 K/N/HaKI/2004 tanggal 26 Oktober 2004
jo.putusan

Pengadilan

Niaga

Pada

PN

Jakarta

Pusat

No.70/MEREK/2003/PN.NIAGA.JKT.PST. tangal 18 Desember 2003
(Kasus Merek PIEN TZE HUANG v Merek ZHANG ZHOU PIEN TZE
HUANG). Pendaftaran Merek ZHANG ZHOU PIEN TZE HUANG
dibatalkan karena mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Merek
PIEN TZE HUANG.
c. Putusan MA RI No.05 K/N/HaKI/2004 tanggal 12 Oktober 2004
jo.putusan Pengadilan Niaga Pada PN Jakarta Pusat No.83/MEREK/2003/
PN.NIAGA JKT.PST. tanggal 1 Maret 2004 (Kasus Merek Sarikaya v
Merek Sarikaya).Pendaftaran Merek Sarikaya milik Tergugat dibatalkan

36

Tim Redaksi Tatanusa, Himpunan Putusan-putusan Mahkamah Agung Dalam Perkara
HaKI, Penrbit PT.Tatanusa, Jakarta, 2005, hal.v-viii

Universitas Sumatera Utara

karena mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Merek Sarikaya
milik Penggugat yang sudah terdaftar sebelumnya.
d. Putusan MA RI No.06 K/N/HaKI/2004 tanggal 14 Juni 2004 jo.putusan
Pengadilan

Niaga

Pada

PN

Jakarta

Pusat

No.01/MEREK/2004/

PN.NIAGA.JKT.PST tanggal 24 Maret 2004 (Kasus Merek Terkenal
VERSUS,VERSUS GIANI VERSACE dan VERSUS VERSACE v
Merek VERSUS). Pendaftaran Merek VERSUS dibatalkan karena
mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Merek terkenal VERSUS,
VERSUS GIANI VERSACE dan VERSUS VERSACE.
e. Putusan MA RI No.13 K/N/HaKI/2004 tanggal 18 Agustus 2004
jo.putusan

Pengadilan

Niaga

Pada

PN

Jakarta

Pusat

No.

08/MEREK/2004/PN.NIAGA>JKT.PST tanggal 01 Juni 2004 (Kasus
Merek ROTARI & DESAIN DAN ROTARY

v Merek ROTARY).

Pendaftaran Merek ROTARY dibatalkan karena mempunyai persamaan
pada pokoknya dengan Merek ROTARI & DESAIN dan ROTARY.
f. Putusan MA RI No.015 K/N/HaKI/2004 tanggal 13 Desember 2004
jo.putusan

Pengadilan

Niaga

Pada

PN

Jakarta

Pusat

No.12/MEREK/2004/PN.NIAGA.JKT.PST tanggal 16 Juni 2004 (Kasus
Merek GARUDA v Merek GARUDA). Pendaftaran Merek GARUDA
milik Tergugat dibatalkan karena mempunyai persamaan pada pokoknya
dengan Merek GARUDA milik Penggugat yang sudah terdaftar
sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

g. Putusan MA RI No.017 K/N/HaKI/2004 tanggal 28 Oktober 2004
jo.putusan Pengadilan Niaga Pada PN Jakarta Pusat No.22/MEREK/2004/
PN.NIAGA.JKT.PST tanggal 21 Juni 2004 (Kasus Merek ESSO v Merek
ASSO). Pendaftaran Merek ASSO dibatalkan karena mempunyai
persamaan pada pokoknya dengan Merek ESSO.
h. Putusan MA RI No.021 K/N/HaKI/2004 tanggal 26 Oktober 2004 jo.
Putusan Pengadilan Niaga Pada PN Jakarta Pusat No.24/MEREK/2004/
PN.NIAGA.JKT.PST. tanggal 16 Agustus 2004 (Kasus Merek RODY v
NEWRODYSPECIAL).Pendaftaran

Merek

NEWRODYSPECIAL

dibatalkan dengan alasan mempunyai persamaan pada pokoknya dengan
Merek RODY.
i. Putusan MA RI No.024 K/N/HaKI/2004 tanggal 2 Februari 2005 jo.
Putusan Pengadilan Niaga Pada PN Jakarta Pusat No.27/MEREK/2004/
PN.NIAGA.JKT.PST. tanggal 31 Agustus 2004 (Kasus Merek terkenal
A/X, A/X ARMANI EXCHANGE, GIORGIO ARMANI, EMPERIO
ARMANI, ARMANI, ARMANI EXCHANGE, ARMANI MANIA,
MANIA GIORGIO ARMANI, MANI dan TERRA DI ARMANI v A/X).
Pendaftaran Merek A/X dibatalkan dengan alasan mempunyai persamaan
pada pokoknya maupun keseluruhannya dengan Merek-merek terkenal
A/X, A/X ARMANI EXCHANGE, GIORGIO ARMANI, EPERIO
ARMANI, ARMANI, ARMANI EXCHANGE, ARMANIMANIA,
MANIA GIORGIO, ARMANI, MANI, dan TERRA DI ARMANI.

Universitas Sumatera Utara

j. Putusan MA RI No.036 K/N/HaKI/2004 tanggal 17 Januari 2005
jo.putusan Pengadilan Niaga Pada PN Jakarta Pusat No.36/MEREK/2004/
PN.NIAGA.JKT.PST. tanggal 27 Oktober 2004 (Kasus Merek DAWN v
DAWN dan MORNING DAWN). Pendaftaran Merek DAWN dan
MORNING DAWN dibatalkan karena mempunyai persamaan pada
pokoknya maupun keseluruhannya dengan Merek DAWN.
Di samping itu, masih ada lagi putusan Mahkamah Agung RI yang juga
membatalkan pendaftaran Merek karena mempunyai persamaan pada pokoknya
dengan Merek yang sudah terdaftar sebelumnya maupun dengan merek terkenal. Di
antaranya adalah:
a. Putusan Mahkamah Agung RI dalam perkara No.738 K/Pdt.Sus/20011
tanggal 5 Januari 2012 jo.putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat No.55/MEREK/2011/PN.NIAGA.JKT.PST. tanggal
8 September 2011, antara: PT.SANBE FARMA melawan PT.PHAROS
INDONESIA dk (Kasus Merek PELASTIN v Merek ELASTYN).
Pendaftaran Merek ELASTYN dibatalkan dengan alasan mempunyai
persamaan pada pokoknya dengan Merek PELASTIN.
b. Putusan Mahkamah Agung RI No.485 K/Pdt.Sus/2009 tanggal27 Agustus
2009 jo. Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
No.80 MEREK/2008/PN.NIAGA.JKT.PST tanggal 12 Mei 2009, dalam
perkara antara: JTEKT Corporation melawan Supardi (Kasus Merek
terkenal KOYO v KOY). Pendaftaran Merek KOY disertai Logo Kelaher

Universitas Sumatera Utara

dibatalkan dengan alasan mempunyai persamaan pada pokoknya dengan
Merek terkenal KOYO.
c. Putusan Mahkamah Agung RI No.010 PK/N/HaKI/2006 tanggal 17 Maret
2008 jo.putusan Mahkamah Agung RI No.035 K/N/HaKI/2005 tanggal 13
September 2005 yo.putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat No.14/MEREK/2005/PN.NIAGA.JKT.PST tanggal 20 Juni
2005,

antara:

Dama

S.p.A

melawan

Sutejo

(Kasus

Merek

PAUL&SHARK YACHTING v PAUL & SHARK). Pendaftaran Merek
PAUL&SHARK dibatalkan karena mempunyai persamaan pada pokoknya
dengan Merek PAUL&SHARK YACHTING.
d. Putusan PK Mahkamah Agung RI No.015 PK/Pdt.Sus/2007 tanggal 27
November 2008 jo. Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat No.61/MEREK/2006/PN-NIAGA.JKT.PST. tanggal 22
November 2006, antara: Rony Ridwan melawan Kurnain Gunardi (Kasus
Merek LOVE, MY LOVE v MY LOWE). Pendaftaran Merek LOWE
dibatalkan dengan alasan mempunyai persamaan pada pokoknya dengan
Merek LOVE dan MY LOVE.
Berdasarkan kenyatan tersebut menunjukkan bahwa cukup banyak Merek
terdaftar yang dibatalkan oleh pengadilan karena mempunyai persamaan pada
pokoknya baik dengan merek yang sudah terdaftar sebelumnya maupun dengan
Merek terkenal.

Universitas Sumatera Utara

Hal ini mencerminkan bahwa profesionalisme para Pemeriksa Merek pada
Ditjen HKI dalam melakukan pemeriksaan terhadap permohonan Merek sangat
lemah. Terlebih-lebih lagi jika dilihat dari merek-merek yang dibatalkan tersebut
pada umumnya mempunyai kemiripan yang cukup menonjol. Bahkan ada beberapa di
antaranya yang sama pada keseluruhannya dengan merek yang sudah terdaftar
sebelumnya maupun dengan merek terkenal. Serta kedua merek tersebut berada
dalam satu kelas dan jenis barang yang sama.
3. Budaya Hukum Masyarakat (Legal Culture)
Di samping faktor substansi hukum dan aparatur Pemeriksa Merek yang
bekerja kurang profesional, faktor budaya hukum masyarakat khususnya para pelaku
usaha juga turut mendorong banyaknya terjadi kasus pendaftaran merek yang
mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek terdaftar atau merek terkenal
tersebut. Hal ini tergambar dari kasus-kasus yang telah dikemukakan di atas. Di mana
merek yang dibatalkan karena mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek
terdaftar atau merek terkenal tersebut pada umumnya berada pada kelas dan jenis
barang yang sama dengan Merek yang sudah terdaftar sebelumnya atau merek
terkenal. Serta dalam putusan pengadilan tersebut ditegaskan bahwa pendaftaran
merek yang dibatalkan tersebut dilakukan atas dasar iktikad tidak baik.
Iktikad tidak baik dari pemilik merek terdaftar tersebut akan lebih jelas lagi kelihatan
jika dianalisis dari kasus Merek A/X v A/X, A/X ARMANI EXCHANGE. Dalam
posita gugatannya GA MODEFINE S.A ada mesebutkan bahwa Tergugat I (Sutedjo)
dengan iktikad buruk telah berulang kali melakukan pelanggaran atas merek-merek

Universitas Sumatera Utara

Penggugat lainnya, dan telah diproses di pengadilan dalam perkara perdata maupun
pidana, yakni:
a. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 15 November 1999
No.216/PDT.G/1999/PN.JKT.PST
b. Putusan Pengadilan Negeri jakarta Pusat tanggal 20 Januari 1992
No.225/PDT.G/1991/PN.JKT.PST.yo.putusan MA RI tanggal 26 Februari
1994 No.1520 K/Pdt/1992;
c. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat tanggal 11 Desember 2001
No.497/PID.B/2001/PN.JKT.PST.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa