Tinjauan Yuridis Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan Dan Minuman Kedaluwarsa (Studi Kasus Pada UD. Diamond Swalayan Medan)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Globalisasi adalah gerakan perluasan pasar, dan di semua pasar yang
berdasarkan persaingan, selalu ada yang menang dan kalah. Perdagangan bebas
juga menambah kesenjangan antara negara maju dan berkembang yang akan
membawa akibat pada komposisi masyarakat dan kondisi kehidupan mereka.
Dalam perjalanannya, hal tersebut tidak terlepas dari hambatan dan rintangan.
Setiap orang pada suatu waktu, dalam posisi tunggal atau sendiri maupun
berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen
untuk suatu produk barang atau jasa tertentu. 1
Keadaan yang universal ini pada beberapa sisi menunjukkan adanya
berbagai kelemahan pada konsumen sehingga konsumen tidak mempunyai
kedudukan yang “aman”. 2Oleh karena itu, secara mendasar konsumen juga
membutuhkan perlindungan hukum yang sifatnya universal. Mengingat lemahnya
kedudukan konsumen pada umumnya dibandingkan dengan kedudukan produsen
yang relatif lebih kuat dalam banyak hal, maka pembahasan perlindungan
konsumen akan selalu terasa aktual dan selalu penting untuk dikaji
ulang.Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara material maupun formal
semakin terasa penting, mengingat semakin majunya ilmu pengetahuan dan


1

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal. 13.
2
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika,
2008), hal. 5.

1
Universitas Sumatera Utara

2

teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktivitas dan efisiensi
produsen atas barang dan/atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai
sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya
baik langsung dan tidak langsung, konsumenlah pada umumnya akan merasa
dampaknya. Perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum yang memuat
asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat

yang melindungi kepentingan konsumen.
Hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidahkaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu
sama lain yang berkaitan dengan barang dan/atau jasa konsumen dalam pergaulan
hidup. 3 Hal ini juga tercantum di dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 (selanjutnya disebut dengan UU No. 8 Tahun 1999) tentang
perlindungan konsumen yang menyebutkan bahwa “Perlindungan Konsumen
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.” Oleh karena itu, berbicara mengenai
perlindungan konsumen berarti mempersoalkan mengenai jaminan ataupun
kepastian mengenai terpenuhinya hak-hak konsumen. Sebagaimana yang
diketahui bahwa dengan adanya globalisasi dan perkembangan perekonomian
yang terjadi secara pesat di dalam era perekonomian modern ini telah
menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari barang dan/atau jasa yang dapat
dikonsumsi oleh masyarakat.

3

AZ Nasution, Konsumen dan Hukum: Tinjauan Sosial Ekonomi dan Hukum Pada
Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995 ), hal. 64-65.


Universitas Sumatera Utara

3

Upaya untuk

memberikan perlindungan yang

memadai terhadap

kepentingan konsumennya merupakan suatu hal yang penting dan mendesak
untuk segera dicari solusinya, terutama di Indonesia, mengingat sedemikian
kompleksnya permasalahan yang menyangkut perlindungan konsumen, lebihlebih menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang. Konsumen yang
keberadaannya sangat tidak terbatas dengan strata yang sangat bervariasi
menyebabkan produsen melakukan kegiatan pemasaran dan distribusi produk
barang atau jasa dengan cara seefektif mungkin agar dapat mencapai konsumen
yang sangat majemuk tersebut. Untuk itu semua cara pendekatan diupayakan
sehingga mungkin menimbulkan berbagai dampak, termasuk keadaan yang
menjurus pada tindakan yang bersifat negatif bahkan tidak terpuji yang berawal
dari itikad buruk. Dampak buruk yang lazim terjadi antara lain menyangkut

kualitas, atau mutu barang, informasi yang tidak jelas bahkan menyesatkan
pemalsuan dan sebagainya. 4
Apabila diperhatikan kondisi konsumen di Indonesia saat ini, maka
tampak bahwa posisi konsumen masih sangat lemah dibanding dengan posisi
produsen, sehingga perlu adanya pemberdayaan konsumen agar posisinya tidak
selalu pada pihak yang dirugikan. Pemberdayaan konsumen dapat dilakukan
melalui penerapan hukum perlindungan konsumen yang memadai, dimana hukum
perlindungan konsumen ini menjadi relevan pada tiga tahap transaksi konsumen
yaitu pra pembelian, saat pembelian dan purna pembelian. Yang diartikan sebagai
konsumen tidak selalu memberikan prestasinya dengan cara membayar uang
4

Sri Redjeki Hartono, dalam makalah “Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen”,
(Dalam Buku: Hukum Perlindungan Konsumen, (Yogyakarta: 2001), hal. 34.

Universitas Sumatera Utara

4

untuk memperoleh barang dan/atau jasa itu. Dengan kata lain, dasar hubungan

hukum antara konsumen dan pelaku usaha tidak harus kontraktual (The Privity Of
Contract). 5
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(selanjutnya disebut dengan UUPK), dimaksudkan agar menjadi landasan hukum
yang kuat bagi masyarakat agar dapat melakukan upaya pemberdayaan konsumen
melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. UUPK bertujuan untuk menjamin
kepastian dan perlindungan terhadap konsumen dan pelaku usaha, khususnya
terhadap pelaku usaha agar menjalankan usahanya dengan jujur agar konsumen
tidak mengalami kerugian atas barang dan/atau jasa yang dikonsumsi oleh
konsumen.
Barang yang dikonsumsi oleh konsumen pada dasarnya adalah berkaitan
dengan makanan dan minuman, hal ini merupakan kepentingan untuk
kelangsungan hidup manusia (konsumen). Berdasarkan pasal 1 angka 2 Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2015 tentang Kategori Pangan menyebutkan bahwa:
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air, baik
yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia termasuk Bahan Tambahan Pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,

dan/atau pembuatan makanan atau minuman. 6
Pemenuhan pangan yang aman dan bermutu merupakan hak asasi setiap
manusia, tidak kecuali produk pangan yang dihasilkan oleh Industri Rumah
5

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2004), hal. 6.
Pasal 1 ayat (2) Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 tentang Kategori Pangan.
6

Universitas Sumatera Utara

5

Tangga Pangan (IRTP). Pangan yang digunakan masyarakat harus didasarkan
pada standar dan persyaratan kesehatan, sehingga makanan dan minuman yang
tidak memenuhi ketentuan standar, persyaratan kesehatan, dan membahayakan
kesehatan dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar dan
disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 7 Karena pada dasarnya peraturan yang mengatur tentang produk
pangan untuk saat ini, sebenarnya sudah cukup memadai. Tetapi, sampai sejauh

mana produsen pangan mampu menerapkan atau menindaklanjuti setiap ketentuan
itu, serta bagaimana sebenarnya pemerintah secara efektif dan berkelanjutan
melakukan pengawasan terhadap setiap produk pangan tanpa ada laporan dari
anggota masyarakat lembaga atau yayasan perlindungan konsumen. Sementara
itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang bertujuan untuk
membantu konsumen agar tidak dirugikan dalam mengonsumsi barang dan jasa,
belum sepenuhnya dapat membantu konsumen sebagaimana yang diharapkan.
Adanya beberapa produk yang tidak layak konsumsi terkadang masih bisa
diperjualbelikan tanpa adanya tindakan untuk menarik dari peredaran. Misalnya
saja produk yang kemasannya sudah rusak ataupunyang sudah lewat tanggal
kedaluwarsanya.Efek negatif dari produk tersebut pastilah merugikan jika kita
tidak

menyadarinya

dan

tidak

melakukan


pengecekan

terlebih

dahulu

sebelummengkonsumsinya. Bukan manfaat yang timbul melainkan munculnya
permasalahan dikemudian hari yang akan mengancam pada kesehatan tubuh.
Kedaluwarsa mempunyai arti masa simpan dari produk untuk dapat

7

Lihat lebih lanjut pada Pasal 111 ayat (6) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

6


dikonsumsi oleh masyarakat atau konsumen. 8 Hal itu dimaksudkan bahwa suatu
makanan ataupun minuman haruslah dikonsumsi oleh konsumen dengan
membawa dampak yang baik bagi kesehatan si konsumen sendiri. Tanggal
kedaluwarsa tersebut dibuat dan ditentukan oleh pihak pelaku usaha sendiri sesuai
dengan ketahanan produk makanan dan minuman tersebut. Hal tersebut berkaitan
erat dengan masalah tangggung jawab produsen, karena adanya kesadaran dari
para produsen terhadap tanggung jawabnya secara hukum (product liability) akan
berakibat pada adanya sikap penuh kehati-hatian baik dalam menjaga kualitas
produk, penggunaan bahan, maupun dalam kehati-hatian kerja. 9
Pasar swalayan merupakan salah satu distributor yang memasarkan produk
makanan dan minuman dari para supplier, tidak tertutup kemungkinan adanya
barang-barang cacat yang lepas dari pengawasan divisi quality control pihak
supplier yang bersangkutan, rusak dalam proses pengiriman, atau sudah
melampaui masa kedaluwarsa. Pasar swalayan sebagai perusahaan eceran (retail)
tentunya juga harus bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan dalam
memasarkan produk makanan atau minuman sesuai standar nasional Indonesia
termasuk kaitannya dengan produk-produk yang kedaluwarsa, selain itu pasar
swalayan juga harus dapat memberikan penyelesaian yang tidak merugikan
konsumen apabila konsumen mengajukan tuntutan dan atau ganti rugi atas produk
tersebut.


8

Hasil wawancara dengan Bapak Abdurrahim, SH, M.Si selaku Kepala Bagian Promosi
Bidang Bina Usaha, Ekonomi Kreatif dan Perdagangan Luar Negeri dari Dinas Perdagangan Kota
Medan, [Pada tanggal 16 Maret 2017, pukul 13.30 WIB].
9
Prof. Dr. Erman S.H Rajagukguk, LL.M, dkk, Hukum Perlindungan Konsumen,
(Bandung: Mandar Maju, 2000), hal. 42-43.

Universitas Sumatera Utara

7

Akibat dari pengaruh buruknya makanan kedaluwarsa itu telah terjadi di
swalayan yang berada di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Zulham (35
tahun) pada tanggal 24 Januari 2016, menemukan adanya roti kemasan telah
kedaluwarsa yang dijual di Indomaret Jalan S. Parman Kota Medan, Kecamatan
Medan Petisah, Provinsi Sumatera Utara dengan merek bernama Sari Roti. Saat
itu, beliau sedang memilih makanan di rak swalayan tersebut, dan setelah memilih

dan meneliti tanggal kedaluwarsa yang tercantum, terbukti bahwa kemasan roti
tersebut sudah kedaluwarsa. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya tulisan baik
digunakan sebelum pada tanggal 23 Januari 2016. Lalu, beliau menegur karyawan
swalayan, dan karyawan itu langsung menutupi roti kedaluwarsa yang ingin dibeli
oleh Zulham. Setelah kejadian itu, beliau langsung melaporkan hal ini ke Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) sebagai lembaga yang bertugas
menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. 10
Kemudian terjadi kembali permasalahan yang timbul akibat makanan
kedaluwarsa, masalah ini ditemukan di Kota Jaya, Provinsi Papua pada saat itu
ditemukan berbagai makanan yang sudah tidak layak konsumsi masih dijual
bebas. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (selanjutnya disebut dengan
BPOM) di Kota Jaya, Provinsi Papua menemukan 25.702 kemasan pangan yang
Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK) atau kedaluwarsa, sepanjang Ramadhan dan
menjelang Idul Fitri 1436 H. Temuan ini paling banyak beredar di Kota Jaya,
Provinsi Papua dengan total 15.699 kemasan, lalu di Kabupaten Puncak Jaya
3.012 kemasan dan Kabupaten Jayapura sebanyak 2.391 kemasan, dengan nilai
10

Hasil wawancara dengan Bapak H. M. Dharma Bakti Nasution, SE, SH, MH selaku
Wakil Ketua dari Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Medan, [Pada tanggal 13 Maret
2017, pukul 14.00 WIB].

Universitas Sumatera Utara

8

ekonomis lebih dari Rp 156.000.000,00.Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) di Kota Jaya juga merilis makanan kedaluwarsayang paling rendah izin
edarnya ditemukan di Kabupaten Yapen sebanyak 52 kemasan dengan total harga
sekitar Rp 3.000.000,00. Selain itu, juga di Kabupaten Mimika ditemukan
sebanyak 79 kemasan dengan total nilai ekonomis Rp 696.000,00.11

Balai

Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Makassar melakukan Inspeksi
Mendadak (Sidak) di 3 (tiga) Supermarket besar di wilayah Kecamatan Makassar,
Sulawesi Selatan. Tiga supermarket yang bernama Gelael berada di Jalan Sultan
Hasanudin, kemudian Alam Indah dan Baji Pamai berada di Jalan Ranggong.
Dalam sidak tersebut ditemukan sejumlah makanan kedaluwarsa dan tidak
berlabel Dinas Kesehatan dan BPOM. Sejumlah makanan yang ditemukan
beberapa di antaranya sudah kedaluwarsa dan lainnya tidak memiliki lisensi atau
label dari Dinas Kesehatan dan BPOM dalam kemasan. BPOMMakassar bersama
tim

terpadu

Pemerintah

Kota

(Pemkot)Makassarakan

terus

melakukan

pemantauan dan sidak di berbagai pasar dan tempat jajanan berbuka. Tujunnya,
menghindari adanya praktikpenjualan makanan kedaluwarsa dan mengunakan
bahan kimia pada makanan. 12
Ketiga contoh kasus dari kerugian yang dialami oleh konsumen akibat
penjualan makanan kedaluwarsa hanyalah sebagian kecil dari banyaknya kasus
yang ada. Penjualan makanan yang telah kedaluwarsa yang dialami dapat terjadi
beberapa kali. Makanan dan minuman yang sudah kedaluwarsa sangat berbahaya

11

Dikutip dari: http://ramadan.liputan6.com/read/2273657/jelang-lebaran-kota-jayapuradiserbu-makanan-kedaluwarsa, [Diakses pada, 28 Januari 2017, pukul 19:00 WIB].
12
Dikutipdari:
http://www.beritasatu.com/kesra/283897-bpom-makassar-temukanmakanan-kadaluarsa-di-supermarket.html. [Diakses pada, 28 Januari 2017, pukul 19:25 WIB].

Universitas Sumatera Utara

9

apabila konsumen mengkonsumsinya dengan jumlah yang banyak. Tentu saja ini
akan menimbulkan kerugian bagi konsumen itu sendiri. Namun, tidak semua
konsumen sadar akan kerugian yang ia alami, karena sering menganggap bahwa
makanan dan minuman kedaluwarsa dapat langsung diselesaikan di kasir dengan
cara penggantian barang yang baru dan penggantian sejumlah uang yang setara
dengan harga makanan dan minuman tersebut. Dalam hal ini dimanakah letak
kesalahan tersebut, apakah makanan dan minuman kedaluwarsa ini terjadi karena
kesalahan di pihak pelaku usaha ataupun kepada pihak pramuniaga yang tidak
teliti dalam memeriksa tanggal kedaluwarsa yang tercantum disetiap makanan dan
minuman di rak-rak barang yang telah disediakan, karena pada dasarnya untuk
melakukan pengecekan tanggal kedaluwarsa yang tercantum tidak membutuhkan
waktu yang terlalu lama.
Akibatnya, timbul banyak pertanyaan dari masyarakat

mengenai

bagaimana perlindungan hukum yang diberikan oleh pelaku usaha kepada para
konsumen menyangkut makanan dan minuman kedaluwarsa. Timbulnya
pertanyaan tersebut dikarenakan masyarakat sangat mengharapkan adanya suatu
perlindungan hukum untuk melindungi hak-hak mereka sebagai konsumen dan
mendapatkan kepastian hukum. Kepentingan pelaku usaha dalam memperoleh
laba sebanyak-banyaknya dari konsumen membuat pelaku usaha dan konsumen
menjadi semakin tidak seimbang, sebab pelaku usaha memiliki kecenderungan
melecehkan hak-hak konsumen serta memanfaatkan kelemahan konsumen tanpa

Universitas Sumatera Utara

10

mendapatkan sanksi hukum. 13 Pemberian sanksi hukum kepada setiap pelaku
usaha yang melanggar hak konsumen adalah upaya negara untuk menciptakan
suatu konsep negara kesejahteraan (welfare state), dimana negara dituntut untuk
bertanggung jawab terhadap masalah ekonomi sosial di masyarakat, sehingga
negara berkewajiban melakukan intervensi terhadap masalah ekonomi sosial yang
berkaitan dengan perlindungan hukum bagi konsumen, yang bertujuan untuk
menciptakan masyarakat yang sejahtera. 14
Pembaruan hukum harus diartikan sebagai mengadopsi nilai-nilai hukum
yang baru sebagai akibat perubahan nilai-nilai hidup bermasyarakat. Nilai-nilai
hukum yang baru inilah yang merupakan landasan filosofis bagi substansi hukum
yang baru. 15 Namun, undang-undang tentang perlindungan konsumen masih perlu
dilengkapi Peraturan Pemerintah, agar dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Demikian pula masih terbuka kemungkinan terbentuknya undang-undang baru
yang pada dasarnya memuat ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen
khususnya terhadap makanan dan minuman kedaluwarsa.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan ini akan
dibahas serta dikaji dan dituangkan dalam bentuk penulisan yang berjudul
”TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP
PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN KEDALUWARSA (Studi Kasus
Pada UD.Diamond Swalayan Medan)”.

13

Abdul Hakim Barakatullah, Hak-Hak Konsumen, Cet. ke-1, (Bandung: Nusa Media,
2010), hal. 15.
14
Jimly Asshidique, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya
di Indonesia, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), hal. 223.
15
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

11

B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang diangkat sehubungan dengan judul skripsi ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa sajakah jenis-jenis makanan dan minuman yang dijual dan
bagaimana bentuk pengawasan UD. Diamond Swalayan Medan?
2. Bagaimana upaya UD. Diamond SwalayanMedan dalam melakukan
pengawasan terhadap produk makanan dan minuman yang dijual?
3. Bagaimana upaya penyelesaian masalah atas produk makanan dan
minuman kedaluwarsa atas klaim konsumen terhadap produk makanan
dan minuman yang dijual di UD. Diamond SwalayanMedan?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:
1.

Untuk mengetahui jenis-jenis makanan dan minuman yang dijual dan
bagaimana bentuk pengawasan UD. Diamond Swalayan Medan.

2.

Untuk mengetahuiupaya UD. Diamond SwalayanMedan dalam
melakukan pengawasan terhadap produk makanan dan minuman yang
dijual.

3.

Untuk mengetahui upaya penyelesaian masalah atas produk makanan
dan minuman kedaluwarsa atas klaim konsumen terhadap produk
makanan dan minuman yang dijual di UD. Diamond SwalayanMedan.

Universitas Sumatera Utara

12

D. Manfaat Penulisan
Secara garis besar dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka manfaat
penelitian ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1.

Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah kepustakaan di
bidang perlindungan konsumen pada umumnya, serta dapat dijadikan
sebagai bahan informasi yang memuat data empiris sebagai dasar
penelitian juga menjadi sumbangan pemikiran dan pengembangan
ilmu hukum khususnya tentang hukum perlindungan konsumen atas
beredarnya makanan dan minuman kedaluwarsa.

2.

Manfaat Praktis
Sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat, Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (selanjutnya disebut dengan YLKI), Badan
Legislatif, Pemerintah serta peraturan yang berkaitan dengan hukum
perlindungan konsumen dan memberi masukan dalam menata
Peraturan Perlindungan Konsumen khususnya tentang makanan
kedaluwarsa.

E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi
ini adalah kombinasi antara penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris.

Universitas Sumatera Utara

13

Penelitian yuridis normatif yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang
terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan norma-norma hukum yang
ada dalam masyarakat. Penelitian yuridis normatif dilakukan dengan cara
penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur topik yang penulis angkat, serta
memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur
di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, majalah, situs internet, dan
sebagainya.

Sementara

penelitian

yuridis

empiris

adalah

penelitian

permasalahan mengenai hal-hal yang bersifat yuridis dan didasarkan atas
fakta-fakta yang diperoleh dari hasil penelitian dengan mengacu kepada polapola perilaku masyarakat yang nyata di lapangan. 16
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang
manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah
terutamauntuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di
dalam memperkuat teori-teori lama, atau didalam kerangka menyusun
teori. 17
3. Sumber Data
Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung ke
lapangan melalui wawancara yang dilakukan penulis dengan narasumber
16

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 105.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
2007), hal. 41.
17

Universitas Sumatera Utara

14

dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan 3 (tiga) narasumber,
pertama, dengan Kepala Pengawas Penjual (Head Supervisor Sales) dari UD.
Diamond Swalayan Medan kemudian yang kedua, dengan Wakil Ketua dari
Badan Penyelesaian Sengketa (BPSK) Kota Medan dan yang ketiga, dengan
Kepala Bagian Promosi Bidang Bina Usaha, Ekonomi Kreatif dan
Perdagangan Luar Negeri dari Dinas Perdagangan Kota Medan yang
berhubungan dengan masalah konsumen di UD. Diamond Swalayan Medan.
Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi
kepustakaan, meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku, artikel
hukum dari internet, media massa dan kamus serta data yang terdiri atas:
a.

Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni
seperti Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 180/Men.Kes/Per/IV/1985 Tentang Makanan Daluwarsa,
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, UndangUndang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.

b.

Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer, seperti:

hasil-hasil penelitian, karya dari

kalangan hukum, hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya
yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media elektronik.

Universitas Sumatera Utara

15

c.

Bahan hukum tersier, yang berkaitan dengan judul skripsi yang
memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum
primer dan sekunder, kamus, ensiklopedia, majalah, koran, makalah,
dan sebagainya yang berkaitan denganpermasalahan.

4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain menggunakan metode-metode sebagai berikut:
a.

Studi Kepustakaan (Data Sekunder)
Dilakukan dengan mempelajari berbagai sumber bacaan yang
berhubungan dengan masalah yang penulis teliti seperti buku-buku
hukum, makalah hukum, surat kabar, artikel hukum dari internet,
pendapat para sarjana hukum dan bahan-bahan lainnya.

b.

Studi Lapangan (Data Primer)
Penelitian dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan pihak
yang terkait dalam hal ini adalah Kepala Pengawas Penjualan (Head
Supervisor Sales) dari UD. Diamond Swalayan Medan, Wakil Ketua
dari Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Medan (BPSK),
serta Kepala Bagian Promosi Bidang Usaha, Ekonomi Kreatif dan
Perdagangan Luar Negeri dari Dinas Perdagangan Kota Medan,
sebagai informan serta pihak yang berhubungan dengan masalah
konsumen di UD. Diamond Swalayan Medan.

5. Analisa Data

Universitas Sumatera Utara

16

Untuk

mengolah

data

yang

didapatkan

dari

penelusuran

kepustakaan, studi dokumen, dan penelitian lapangan maka hasil penelitian
ini menggunakan analisa kualitatif. Analisis kualitatif ini pada dasarnya
merupakan pemaparan tentang teori-teori yang dikemukakan, sehingga dari
teori-teori tersebut dapat ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan
kesimpulan dan pembahasan skripsi ini.

E. Keaslian Penulisan
Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis
Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan dan Minuman
Kedaluwarsa (Studi Kasus Pada UD. Diamond Swalayan Medan)” ini
merupakan hasil pemikiran, gagasan serta ide dari penulis sendiri. Penulisan
skripsi ini tidak sama dengan penulisan skripsi lainnya. Oleh karena itu,
keaslian dari penulisan ini terjamin adanya. Kalaupun ada terdapat judul
skripsi terdahulu yang menyerupai, terdaftar di Perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara yaitu yang berjudul “Tanggungjawab
Swalayan Macan Yohan Akibat Perbuatan Menjual Produk Daluarsa Kepada
Konsumen Ditinjau dari UU No 8 Tahun 1999” dan “Tinjauan Yuridis
Terhadap Perlindungan Konsumen Atas Beredarnya Makanan Kadaluwarsa“.
Akan tetapi pembahasan utama dari skripsi ini berbeda dari kedua skripsi
tersebut diatas, jika ada beberapa hal seperti pendapat ataupun kutipan dari
penulisan ini semata-mata hanya untuk menunjang sebagai faktor pelengkap
dalam menyelesaikan skripsi ini karena dibutuhkan dalam penyempurnaan isi

Universitas Sumatera Utara

17

skripsi ini. Sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.

F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini akan mempermudah penulisan dan penjabaran
penulisan skripsi dengan memberikan gambaran yang lebih jelas. Penelitian ini
dibagi menjadi lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I

Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang, yaitu apa yang melatar belakangi
penulis mengangkat judul ini. Permasalahan, yaitu hal-hal yang menjadi
permasalahan dalam skripsi ini. Tujuan penulisan, yaitu maksud dari
penulis menulis skripsi. Manfaat penelitian, yaitu apa yang menjadi
manfaatnya bagi penulis dan setiap pembaca. Metode penelitian, yaitu
metode yang penulis gunakan dalam mengkaji setiap permasalahan.
Keaslian penulisan, yaitu penegasan bahwa skripsi ini dapat dijamin
keasliannya dan bukan merupakan bentuk plagiat dari penulisan lain.
Sistematika penulisan, yaitu uraian ringkas dari skripsi ini.

Bab II Tinjauan Umum Tentang Konsumen dan Perlindungan Hukum Bagi
Konsumen
Bab ini menguraikan tentang sejarah dan pengertian konsumen dan
pelaku usaha, hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha, pengertian

Universitas Sumatera Utara

18

perlindungan konsumen dan sejarah perlindungan konsumen, dan asas
dan tujuan hukum perlindungan bagi konsumen.

Bab III Tinjauan Umum Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan dan
Minuman yang Telah Kedaluwarsa
Bab ini membahas dan menguraikan tentang pengertian kadaluwarsa dan
makanan dan minuman yang kedaluwarsa, akibat yang ditimbulkan
mengkonsumsi

makanan

dan

minuman

kedaluwarsa,

bentuk

perlindungan hukum bagi konsumen atas produk yang telah kedaluwarsa,
pertanggungjawaban produsen atau pelaku usaha terhadap makanan dan
minuman kedaluwarsa.
Bab IV Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan
dan Minuman Kedaluwarsa yang Dijual Di UD. Diamond Swalayan
Medan
Bab ini berisi mengenai sejarah singkat profil UD. Diamond Swalayan
Medan, jenis-jenis makanan dan minuman yang dijual dan bentuk
pengawasan UD. Diamond Swalayan Medan, upaya UD. Diamond
SwalayanMedan dalam melakukan pengawasan terhadap produk
makanan dan minuman yang dijual, upaya penyelesaian masalah atas
produk makanan dan minuman kedaluwarsa atas klaim konsumen
terhadap produk makanan dan minuman yang dijual di UD. Diamond
SwalayanMedan.
Bab V Kesimpulan Dan Saran

Universitas Sumatera Utara

19

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hal yang dibahas dan
diuraikan dalam bab-bab sebelumnya sebagai hasil analisis penulisan atas
permasalahan dalam skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara