Tinjauan Yuridis Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan Dan Minuman Kedaluwarsa (Studi Kasus Pada UD. Diamond Swalayan Medan) Chapter III V

BAB III
TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP
MAKANAN DAN MINUMAN YANG TELAH KEDALUWARSA

A. Pengertian Makanan dan Minuman yang Kedaluwarsa
Kedaluwarsa mempunyai arti sebagai sudah lewat ataupun habisnya
jangka waktu sebagaimana yang telah ditetapkan dan apabila dikonsumsi, maka
makanan

tersebut

dapat

membahayakan

bagi

kesehatan

yang


mengkonsumsinya. 66Dengan demikian, kedaluwarsa adalah penjualan barang
ataupun peredaran produk kemasan dan makanan yang sudah tidak layak dijual
kepada konsumen. Hal ini disebabkan karena produk tersebut telah kedaluwarsa
sehingga dapat mengganggu kesehatan dan apabila dikonsumsi dalam jangka
waktu yang cukup lama dapat menyebabkan kanker.67
Menurut Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), pengertian
makanan, yaitu: “makanan adalah setiap barang yang dibuat, dijual atau
dinyatakan sebagai makanan dan minuman untuk dikonsumsi manusia, termasuk
gula-gula atau permen karet, serta semua bahan yang digunakan dalam produksi
makanan.” Sedangkan pengertian minuman adalah “setiap cairan yang dapat
diminum kecuali obat-obatan.”Menurut

Keputusan Dirjen POM Nomor

02591/B/SK/VIII/1991 tentang Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 180/Men.Kes/Per/IV/1985 tentang Makanan Daluwarsa, menyatakan
bahwa:
66

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Departemen Pendidikan, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2007).
67
Dikutip dari: “Maut dalam Makanan Kadaluwarsa”,http://www.faikshare.com/2010/
03/maut-dalam-makanan-kadaluwarsa.html, [Diakses pada tanggal 22 Februari 2017, pukul 20.01
WIB].

59
Universitas Sumatera Utara

60

a. Makanan adalah barang yang diwadahi dan diberikan label dan yang
digunakan sebagai makanan atau minuman manusia akan tetapi bukan obat.
b. Label adalah tanda berupa tulisan, gambar, atau bentuk pernyataan lain yang
disertakan pada wadah atau pembungkus makanan sebagai keterangan atau
penjelasan.
c. Makanan daluwarsa adalah makanan yang telah lewat tanggal daluwarsa.
d. Tanggal daluwarsa adalah batas akhir suatu makanan dijamin mutunya
sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
produsen.

Makanan Kedaluwarsa merupakan salah satu pangan yang dapat
merugikan konsumen apabila dikonsumsi.

Dalam

hal

ini

maka

akan

memungkinkan berkembangnya bakteri atau kuman sehingga memberikan akibat
tidak baik terhadap mutu dari makanan tersebut. Kedaluwarsa mempunyai arti
masa simpan dari produk untuk dapat dikonsumsi oleh masyarakat atau
konsumen. 68 Makanan kedaluwarsa selalu banyak kaitannya dengan daya simpan
(shelf life)makanan tersebut.
Daya simpan yang dimaksudkan disini adalah kisaran waktu sejak
makanan selesai diolah atau diproduksi oleh pabrik sampai konsumen menerima

produk tersebut dalam kondisi dengan mutu yang baik sesuai dengan harapan
konsumen. Dalam hal ini persyaratan makanan yang masih memilki mutu yang
baik merupakan faktor yang penting. Daya simpan inilah yang nanti menentukan
waktu kedaluwarsa suatu produk. Batas kedaluwarsa merupakan batas dimana
mutu makanan masih baik, lebih dari waktu tersebut makanan akan mengalami
tingkat penurunan sedemikian rupa sehingga makanan tersebutdipandang tidak

68

Hasil wawancara dengan Bapak Abdurrahim, SH, M.Si selaku Kepala Bagian Promosi
Bidang Bina Usaha, Ekonomi Kreatif dan Perdagangan Luar Negeri dari Dinas Perdagangan Kota
Medan, [Pada tanggal 16 Maret 2017, pukul 13.30 WIB].

Universitas Sumatera Utara

61

lagi pantas dikonsumsi oleh masyarakat ataukonsumen. 69Selain itu di dalam setiap
produk makanan dan minuman yang dijual biasanya dicantumkan tanggal
kedaluwarsa. Hal tersebut merupakan ciri produk yang baik dan aman dikonsumsi

apabila dicantumkan pula tanggal kedaluwarsa nya, karena banyak produk yang
ditemukan tidak mencantumkan tanggal kedaluwarsa.
Tanggal kedaluwarsa sendiri merupakan batas jaminan produsen atau
pelaku usaha terhadap konsumen ataupun pelaku usaha terhadap keamanan
produk yang diproduksinya. Sebelum mencapai tanggal yang telah ditetapkan
tersebut kualitas atas produk tersebut dapat dijamin oleh produsen atau pelaku
usaha sepanjang kemasannya belum terbuka ataupun penyimpanannya sesuai
dengan

seharusnya.Apabila

makanan

telah

memasuki

batas

tanggal


penggunaannya maka makanan tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi
karena dalam makanan tersebut sudah tercemar oleh bakteri maupun kuman
sehingga kualitas mutu dari produk tersebut tidak dijamin lagi oleh produsen. 70
Penentuan batas kedaluwarsa dapat dilakukan dengan metode tertentu.
Penentuan batas kedaluwarsa dilakukan dengan menentukan umur simpanan
produk. Penentuan ini didasarkan pada faktor-faktor mempengaruhi umur pangan.
Faktor tersebut misalnya keadaan alamiah (sifat makanan), mekanisme
berlangsungnya perubahan (misalnya kepekaan terhadap air dan oksigen), serta
kemungkinan terjadinya perubahan kimia (internal dan eksternal). Faktor lain
adalah ukuran kemasan (volume), kondisi atmosfer (terutama suhu dan
69

F. G. Winarno, Penentuan Waktu Kadaluwarsa bagi Makanan dan Minuman, Seminar
Kadaluwarsa Bahan Makan dan Olahan, (Jakarta: YLKI, 1985), hal. 29.
70
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


62

kelembapan) serta daya tahan kemasan selama transit dan sebelum digunakan
terhadap keluar masuknya air, gas dan bau.Dunia perdagangan mengisyaratkan
jangka waktu kedaluwarsa memilki beberapa istilah. Istilah-istilah lain yang
sering digunakan adalah :
1. “baik digunakan sebelum” (best before),memilki arti bahwa suatu produk
pangan sebaiknya dikonsumsi sebelum tanggal yang tercantum, karena
tanggal tersebut merupakan batas optimal produsen dapat menjamin
kelayakan produk untuk dikonsumsi.
2.

“gunakan sebelum” (use by atau expired date), memiliki arti bahwa produk
pangan harus dikonsumsi maksimal pada tanggal yang tercantum.

3.

“batas sebelum penarikan” (pull date), merupakan cara lain untuk
memberikan infomasi mengenai “gunakan sebelum”. Kalimat “batas waktu
sebelum penarikan” menandakan tanggal akhir yang dianjurkan bagi

konsumen untuk membeli produk tersebut sehingga masih mempunyai
jangka waktu untuk mengkonsumsinya tanpa produk tersebut mulai
mengalami kerusakan.

4.

“tanggal dikemas” (pack date),merupakan informasi yang berupa tanggal
pada saat produk dikemas, baik pengemasan oleh produsen maupun oleh
pengecer.

5.

“tanggal masuk toko” (sell by date), merupakan informasi yang berupa
tanggal pada saat produk memasuki gudang penyimpanan di toko atau di
tempat penjualan.

Universitas Sumatera Utara

63


6. “tanggal pemanjangan” (display date), merupakan informasi yang berupa
tanggal pada saat produk mulai dipajang di rak-rak atau display di toko atau
tempat penjualan. 71
Pencantuman tanggal kedaluwarsa pada kemasan makanan amat penting
dan wajib dilakukan oleh produsen maupun pelaku usaha, pencantuman tersebut
harus jelas agar dapat dibaca oleh konsumen. Karena, jika hal tersebut terjadi
maka akan menimbulkan kerugian bagi konsumen yang mengkonsumi makanan
dan minuman tersebut. Kerugian tersebut menyangkut kepada diri konsumen
misalnya saja sakit, cacat bahkan kematian serta juga kerugian materil. Setiap
produk pangan khususnya produk makanan dan minuman wajib memenuhi standar
keamanan dan mutu pangan, sebagaimana diatur dalam pasal 111 Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa makanan dan minuman yang
dipergunakan untuk masyarakat harus didasarkan pada standar dan/atau persyaratan
kesehatan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi hak konsumen yakni berhak atas
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau
jasa. 72

B.

Akibat yang Ditimbulkan Mengkonsumsi Makanan dan Minuman

Kedaluwarsa
Makanan maupun minuman yang hampir memasuki masa kedaluwarsa

biasanya belum mempunyai tanda atau ciri-ciri yang menyatakan bahwa kondisi

71

Midian Sirait, Pengaturan tentang Makanan Kadaluwarsa, Makalah disampaikan oleh
Wisnu Katim (Direktur Pengawasan Makanan) pada seminar Daluwarsa Bahan Makanan Olahan,
(Jakarta: 27 November 1985), hal. 16-17.
72
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

64

makanan tersebut sudah tidak layak lagi dimakan. Kondisi makanan cenderung
masih terlihat baik, namun sebenarnya makanan yang memasuki masa
kedaluwarsa tersebut, nutrisi pada makanan telah mengalami penguapan sehingga

makanan tidak lagi memiliki nilai gizi yang memadai. Suatu produk sebenarnya
sudah memberikan masa tenggang untuk mengantisipasi timbulnya kerusakan
maupun penurunan mutu yang terjadi lebih cepat dari kondisi normal, sebagai
contoh suatu produk dalam kondisi normal dapat disimpan selama satu tahun
mengalami kerusakan mutu yang nyata. Oleh produsen produk ini ditetapkan
mempunyai masa simpan hanya 10 (sepuluh) bulan. Dengan kata lain, produk ini
mempunyai tanggal kadaluwarsa 10 (sepuluh) bulan setelah diproduksi.
Berikut adalah ciri-ciri makanan maupun minuman yang benar-benar
sudah tidak layak konsumsi:
1. Adanya perubahan rasa;
2. Berbau tidak sedap;
3. Ditumbuhi jamur;
4. Berlendir dan lengket;
5. Mudah hancur;
6. Berulat dan berbelatung;
7. Tampilan bentuk dan warna berubah dari aslinya. 73
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui makanan
tersebut masih dalam keadaan sehat atau sudah tercemar dan cara agar makanan
tersebut tetap terjaga kesegarannya, yaitu:
73

Dikutip dari:“Bahaya Makanan Kadaluarsa untuk Kesehatan Tubuh”
http://halosehat.com/makanan/makanan-berbahaya/bahaya-makanan-kadaluarsa. [Diakses pada
tanggal 27 Februari 2017, pukul 14.40 WIB].

Universitas Sumatera Utara

65

a.

Susu dan keju
Susu kemasan bisa dikonsumsi selama seminggu setelah kemasan dibuka
begitu juga dengan keju. Setelah itu, akan tercium bau asam. Untuk
menghindarinya, bungkus kembali keju dengan alumunium foil, masukkan ke
dalam kotaknya, lalu simpan di lemari es. Jika keju sudah keburu asam, maka
untuk menggunakannya kembali potong bagian yang sudah tercampur udara.
b. Daging ayam, sapi, ikan serta tahu
Cirinya : daging berubah warna, berlendir, dan berbau menyengat. Tak ada jalan
lain untuk mempertahankannya. Anda harus segera membuangnya, agar
daging lebih tahan lama, perhatikan cara menyimpannya. Daging yang kotor
saat dibeli tidak perlu dicuci, tetapu potong saja bagian yang kotor. Jika tidak
langsung dimasak, maka masukkan daging ke dalam freezer. Di dalam
freezer, bahan makanan ini akan tahan hingga 1 bulan.
c. Sayur dan buah-buahan
Sayur atau buah-buahan yang mulai layu masih bisa dikonsumsi, namun
vitaminnya sudah berkurang dan rasanya berbeda. Jika sayur atau buah
menjadi berjamur dan berlendir, maka jangan dimakan.
d. Makanan kering
Seperti biskuit, roti kering dan kue kering bisa bertahan 3-6 bulan jika
kemasannya belum dibuka. Namun ingat, roti tawar tidak bertahan lama
meskipun kemasannya belum dibuka. Rata-rata roti tawar hanya bertahan
selama 1 minggu.
e. Makanan kaleng
Makanan kaleng biasanya bertahan maksimal hingga 2 tahun. Namun jangan
berpatokan pada label kedaluwarsa, jika anda melihat perbedaan dari yang
biasa anda ketahui. Misalnya, buah kalengan berbau asam, airnya menjadi
kental dan berlendir, saat kaleng dibuka mengeluarkan gas, atau terdapat bibit
jamur (bulukan)
f. Produk pasta dan saus
Produk ini pada umumnya memiliki umur simpan yang tinggi. Sebab, walaupun
memiliki kadar air tinggi, aktifitas airnya rendah. Hal ini yang menyebabkan
sedikitnya jenis bakteri yang mampu menyerang produk-produk pasta dan
saus. Meskipun, demikian, masih ada golongan mikroba yang dapat
menyerang, seperti kepang dan kamir. 74
Bahaya makanan dan minuman kedaluwarsa terhadap tubuh manusia dapat
terjadi secara bertahap dan tidak bisa langsung. Pada dasarnya, makanan dan

74

Dikutip
dari:“Tips
Mengenali
Makanan
Kadaluwarsa”,
http://resepmasakanindonesia.info/tips-mengenali-makanan-kadaluarsa/, [Diakses pada tanggal 27
Februari 2017. pukul 15.20 WIB].

Universitas Sumatera Utara

66

minuman yang telah kedaluwarsa tidak disarankan untuk dikonsumsi lagi, karena
dapat menyebabkan beberapa keluhan kesehatan,diantaranya:
1.

Sakit perut atau diare
Makanan maupun minuman yang telah kedaluwarsa atau menunjukkan
tanda tidak layak konsumsi seperti berjamur sudah dipastikan mengandung
bakteri yang muncul akibat enzim pada makanan telah mengalami
pembusukan dan terkontaminasi radikal bebas sehingga terjadilah
penguraian oleh bakteri yang jika masuk kedalam perut dapat
menyebabkan sakit perut/diare.

2.

Sembelit
Makanan dan minuman yang telah mengalami perubahan bentuk, warna
dan rasa seperti halnya bagi produk olahan susu yang sangat rentan
terhadap perubahan tersebut dapat menyebabkan sembelit. Karena nutrisi
maupun zat termasuk serat yang ada didalamnya sudah hilang. Keadaan
makanan tersebut dapat menyebabkan proses pembuangan feses menjadi
sulit.

3.

Keracunan
Makanan dan minuman kedaluwarsa jika dikonsumsi secara lanjut dapat
menyebabkan suatu reaksi kimia yang ada di dalam makanan itu berubah
menjadi racun dan mencederai organ pencernaan dan menyebabkan
seseorang keracunan. Keracunan biasanya diawali dengan muntah-muntah,

Universitas Sumatera Utara

67

mual, badan menjadi lemah sampai pada keadaan yang fatal yaitu
kehilangan kesadaran.
4.

Kematian
Hal ini merupakan dampak yang sangat bahaya akibat dari mengkonsumsi
makanan dan minuman yang sudah kedaluwarsa. Ini merupakan tingkatan
yang tergolong serius bagi konsumen yang berakibat terancamnya jiwa
seseorang. 75
Dengan dilihat dari efek samping dari mengkonsumsi makanan dan

minuman kedaluwarsa diharapkan agar para produsen lebih peduli dan fokus pada
produk yang dijual agar tidak menimbulkan kerugian di kemudian hari dan tentu
saja bagi para konsumen untuk lebih teliti dalam membeli produk makanan dan
minuman yang dijual di pasaran karena efek buruk dari makanan yang sudah
kedaluwarsa sangat berbahaya dan juga selalu waspada terhadap apa yang
dikonsumsi, untuk itu kesehatan tubuh kita adalah hal yang paling penting dijaga
untuk seterusnya.

C. Bentuk Perlindungan Hukum bagi Konsumen atas Produk yang Telah
Kedaluwarsa
Sebagaimana telah dibahas, tujuan perlindungan konsumen adalah untuk
mengangkat harkat hidup dan martabat konsumen, yaitu dengan cara
menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang/jasa. Oleh karena itu,
segala perbuatan yang melanggar hak konsumen harus dihindari. Pelaku usaha
75

Dikutip
dari:“Tips
Mengenali
Makanan
Kadaluwarsa”,
http://resepmasakanindonesia.info/tips-mengenali-makanan-kadaluarsa/, [Diakses pada tanggal 27
Februari 2017. pukul 15.20 WIB].

Universitas Sumatera Utara

68

perlu memerhatikan apa saja perbuatan-perbuatan usaha yang dilarang menurut
UUPK. Upaya untuk melindungi kepentingan konsumen yang dilakukan melalui
perangkat hukum (UUPK) diharapkan mampu menciptakan norma hukum
perlindungan konsumen dan memberikan rasa tanggung jawab kepada dunia
usaha, terutama pelaku usahanya. 76
Jual beli menurut Hasbi Ash-Shiddieqi menjelaskan bahwa jual beli adalah
suatu akad yang tegak atas dasar tukaran harta dengan harta, maka jadilah
penukaran harta dengan harta, maka jadilah penukaran hak milik secara
tetap.77Jika suatu pelaku usaha menjual produk yang sudah kedaluwarsa dan
konsumen menggunakannya akibat kelalaian dari pelaku usaha, berarti konsumen
menggunakan produk yang mutunya sudah tidak berkualitas dan dapat
mengancam kesehatan karena produk tersebut sudah tidak layak untuk
dikonsumsi.
Menyadari lemahnya posisi konsumen untuk memperoleh informasi yang
benar dan jujur dari pelaku usaha, maka konsumen perlu mengetahui bagaimana
kondisi setiap barang atau jasa yang akan dibelinya. Informasi terhadap bentuk
barang atau jasa sangat diperlukan. Dengan mengetahui kondisi sesungguhnya
suatu barang atau jasa, kita akan mengetahui resikonya. Oleh karena inilah maka
konsumen perlu bersikap secara mandiri. 78Berdasarkan pasal 8 UUPK yang
mengatur tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, maka perbuatan
yang dilarang bagi pelaku usaha jual beli barang kedaluwarsa adalah :

76

Happy Susanto, Op.Cit., hal. 44-56.
Hasbi Ash-Shiddieq, Pengantar Fiqh Mu’amalah, (Bandung: Al Ma’rif, 1983), hal. 97.
78
Happy Susanto, loc.cit.

77

Universitas Sumatera Utara

69

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan;
Tidak sesuai dengan berat isi bersih atau netto;
Tidak sesuai dengan ukuran, takaran timbangan, dan jumlah dalam
hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;
Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan sebagaimana
dinyatakan dalam label, etika atau keterangan barang dan jasa tersebut;
Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label;
Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal;
Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat
barang, ukuran berat isi, netto. 79
Berdasarkan perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dalam jual beli

barang kedaluwarsa, maka adanya tanggung jawab pelaku usaha yaitu
memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran atau ganti kerugian konsumen
akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkan atau diperdagangkan, kerugian
tersebut misalnya adalah timbulnya gangguan kesehatan atau kematian yang
disebabkan oleh mengkonsumsi barang yang dijualnya. Untuk itu perlu adanya
peraturan perundang-undangan yang khusus untuk mengatur hal tersebut, dan
menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen sesuai dengan yang telah
diatur di dalam UUPK. Setelah itu, maka dilakukanlah pengumpulan data
peraturan perundang-undangan yang dilakukan, maka didapatkan beberapa
peraturan, baik dalam undang-undang maupun peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM), yaitu sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan yang diganti
dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan
79

Zaenab, Makanan Kadaluarsa, (Jakarta: Mikroba Pangan, 2000), hal. 34.

Universitas Sumatera Utara

70

5.
6.

7.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
180/Men.Kes/Per/IV/1985 tentang Makanan Daluwarsa, tanggal 10 April
1985
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.00.05.23.0131 tentang Pencantuman Asal Bahan Tertentu, Kandungan
Alkohol dan Batas Kadaluwarsa Pada Penandaan/Label Obat, Obat
Tradisional, Suplemen Makanan, dan Pangan. 80
Berhubungan dengan kepentingan konsumen maka terdapat beberapa

pengaturan mengenai makanan yang telah diatur di dalam beberapa pengaturan
yang salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
yang sudah diganti dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan. Undang-undang ini merupakan landasan hukum bagi penyelenggaraan,
pelaksanaan, perencanaan dan ketersediaan pangan terhadap kegiatan proses
produksi, peredaran serta perdagangan pangan. Berdasarkan pasal 21 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa
setiap makanan dan minuman yang di kemas wajib diberi tanda atau label yang
berisi:
a)

Bahan yang dipakai;

b) Komposisi setiap bahan;
c)

Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa;

d) Ketentuan lainnya. 81
Pemberian tanda atau label dimaksudkan agar konsumen mendapat
informasi yang benar tentang produk. Pilihan konsumen yang benar mengenai
80

John Pieris dan Wiwik Sri Widiarty, Negara Hukum dan Perlindungan Konsumen
Terhadap Produk Pangan Kedaluwarsa, (Jakarta: Pelangi Cendikia, 2007), hal. 93.
81
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

71

barang atau jasa yang dibutuhkan sangat tergantung pada kebenaran dan
bertanggung jawabnya informasi yang disediakan oleh pihak-pihak kalangan
usaha bersangkutan. 82Mengenai standar mutu makanan sesuai dengan UndangUndang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan bahwa makanan yang sudah
kedaluwarsa dianggap sebagai pangan yang tercemar. Dan setiap pelaku usaha
yang dengan sengaja memperdagangkan makanan tidak memenuhi standar mutu
dan keamanan pangan dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda
paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). 83Dan apabila
perbuatan tersebut mengakibatkan luka berat atau membahayakan nyawa orang,
pelaku pidana dengan penjara paling lama 7 (tujuh) tahun atau denda maksimal
Rp. 14.000.000.000,00 (empat belas miliar rupiah). Dan jika menyebabkan
kematian maka pelaku dipidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
maksimal Rp. 20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).
Pelaku usaha yang tidak boleh melakukan pengedaran bagi makanan dan
minuman yang telah kedaluwarsa diatur di dalam pasal 23 huruf e Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004. Bahwa pangan yang sudah kedaluwarsa
dilarang dijual oleh pelaku usaha. Selanjutnya, di dalam pasal 2 Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 180/Men.Kes/Per/IV/1985 tentang
Makanan

Daluwarsa

pelaku

usaha

dilarang

memproduksi

dan/atau

memperdagangkan barang dan/atau jasa yang:
a.

Pada label dari makanan tertentu yang diproduksi, diimpor dan diedarkan
harus dicantumkan tanggal daluwarsa secara jelas.
82
83

Az. Nasution, Op. Cit., hal. 39.
Lihat lebih lanjut pada Pasal 140 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang

Pangan.

Universitas Sumatera Utara

72

b.

Makanan tertentu adalah : susu pasteurisasi, susu steril, susu fermentasi,
susu bubuk, makanan dan atau minuman yang mengandung susu, makanan
bayi, makanan kaleng yang steril komersial. 84
Pelaku

usaha

yang

melanggar

ketentuan

memproduksi

dan

memperdagangkan barang yang tidak aman kepada konsumen sebagaimana yang
telah diatur di dalam UUPK, selanjutnya akan mendapatkan sanksi akibat dari
perbuatannya itu. Aturan mengenai sanksi-sanksi yang dapat dikenakan kepada
pelaku usaha yang melanggar ketentuan dapat ditemukan dalam Bab XIII UUPK,
yang dimulai dari pasal 60 sampai dengan pasal 63. Sanksi-sanksi yang dapat
dikenakan terdiri dari:
1.

Sanksi administratif
Undang-Undang Perlindungan Konsumen menegaskan mengenai sanksi

ini pada Bab XIII Bagian Pertama, hal tersebut dapat dilihat dan diatur mengenai
sanksi administratif yang dikenakan kepada pelaku usaha, mengenai hal itu maka
Sanksi Administratif dapat dilihat dalam pasal 60, yang berbunyi sebagai berikut:
1) Badan penyelesaian sengketa konsumen berwenang menjatuhkan
sanksi administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar Pasal 19
ayat 2 dan 3, Pasal 20, Pasal 25, dan Pasal 26.
2) Sanksi Administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
3) Tata cara penetapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan.
Mengenai sanksi administratif ini lebih tepat dikatakan sanksi perdata,
buktinya ditunjukkan oleh angka Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang

84

Lihat lebih lanjut pada Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
: 180/Men.Kes/Per/IV/1985 tentang Makanan Daluwarsa, tanggal 10 April 1985.

Universitas Sumatera Utara

73

ditentukan di dalam pasal 60 ayat (1), selain itu adanya penunjukan pasal 19 ayat
(2) dan ayat (3), pasal 20, pasal 25 dan pasal 26. Pasal-pasal ini menuntut
tanggung jawab pembayaran ganti kerugian dari pelaku usaha kepada konsumen
yang dirugikan akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan (pasal 19 ayat (1), (2) dan (3)).
2.

Sanksi pidana pokok
Berdasarkan pasal 61 dan pasal 62 UUPK diatur mengenai sanksi pidana

pokok, yang dimaksud dengan sanksi pidana pokok adalah sanksi yang dapat
dikenakan dan dijatuhkan oleh pengadilan atas tuntutan jaksa penuntut umum
terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha. UUPK memungkinkan
dilakukannya penuntutan pidana terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya.
Sebagaimana disebutkan di pasal 61 dan pasal 62 UUPK, pasal 61 UUPK
berbunyi sebagai berikut:
“Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau
pengurusnya.”
Kemudian mengenai sanksi pidana pokok diatur selanjutnya di dalam
pasal 62 UUPK yang berbunyi sebagai berikut:
1) Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17
ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar
rupiah);
2) Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16 dan
Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana dengan penjara paling
lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

Universitas Sumatera Utara

74

3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat,
cacat tetap, atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang
berlaku.
Sanksi pidana denda yang dipandang sekedar ongkos operasional produksi
atau pemasaran, akan mengakibatkan perusahaan sebagai subyek hukum pidana
tidak menjadi jera atau sanksi pidana denda yang dimaksud tidak mengubah
perilaku perusahaan yang dimaksud. Akibat perbuatan pidana dapat selalu
berulang. Jika hal ini terjadi berarti sanksi pidana denda saja, masih belum cukup
apalagi sanksi denda yang diputuskan kecil jumlahnya sehingga harus ada
pertimbangan terhadap kemungkinan memberikan sanksi tambahan. 85
3.

Sanksi pidana tambahan. 86
Sanksi pidana tambahan adalah sanksi pidana yang hanya dapat dijatuhkan

di samping pidana pokok. Penjatuhan sanksi pidana tambahan sifatnya fakultatif
namun menjatuhkan sanksi pidana tambahan tidak bisa tanpa dengan menjatuhkan
sanksi pidana pokok.87 Mengenai sanksi pidana tambahan ini telah diatur di dalam
pasal 63 UUPK yang berbunyi:
Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 62, dapat
dijatuhkan hukuman tambahan, berupa:
a. Perampasan barang tertentu;
b. Perampasan keputusan hakim;
c. Pembayaran ganti rugi;
d. Perintah penghentian kerugian tertentu yang menyebabkan timbulnya
kerugian konsumen;
e. Pencabutan izin usaha.

85

Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Op. Cit., hal. 290.
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen ,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hal. 16.
87
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal.
121.
86

Universitas Sumatera Utara

75

Salah satu jenis hukuman tambahan dalam ketentuan pasal 63 UUPK ini
adalah pembayaran ganti rugi. Pembayaran ganti kerugian sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal ini, adalah kurang tepat, karena ganti kerugian
merupakan kajian dari hukum perdatadan bukan hukum pidana. Sedangkan sanksi
pidana yang berupa pembayaran sejumlah uang bukan merupakan ganti kerugian,
melainkan denda. Demikian pula, dengan hukuman tambahan yang berupa
pencabutan izin usaha, yang hal ini merupakan sanksi administratif. 88Pengaturan
yang mengatur mengenai produk pangan pada dasarnya sudah cukup memadai
untuk dijadikan dasar pelaksanaan peredaran makanan yang sesuai dengan
standar. Pemberian sanksi hukum kepada pelaku usaha yang melanggar hak-hak
konsumen adalah upaya negara untuk menciptakan suatu konsep negara
kesejahteraan, dimana negara dituntut untuk bertanggung jawab terhadap masalah
ekonomi sosial yang dihadapi oleh masyarakat sehingga negara berkewajiban
melakukan intervensi terhadap masalah ekonomi sosial yang berkaitan dengan
perlindungan hukum bagi konsumen.
Bagi konsumen akhir yang selanjutnya disebut sebagai konsumen, mereka
memerlukan produk konsumen yang merupakan barang dan jasa yang aman bagi
kesehatan tubuh dan jiwa, serta pada umumnya untuk kesejahteraan keluarga atau
rumah tangganya. Karena itu diperlukan adanya kaidah-kaidah hukum yang
menjamin syarat-syarat aman setiap produk konsumen untuk dikonsumsi,
dilengkapi dengan informasi yang benar, jujur, dan bertanggung jawab. 89

88

Ibid.
Dedi Harianto, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Iklan Yang
Menyesatkan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 10.
89

Universitas Sumatera Utara

76

D. Pertanggungjawaban Produsen atau Pelaku Usaha Terhadap Makanan
dan Minuman Kedaluwarsa
Tanggung jawab produk adalah suatu konsepsi hukum yang intinya
dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Di dalam
praktik yang dapat kita temukan beberapa penyebab timbulnya kerusakan pada
suatu produk, misalnya produk makanan dan minuman dikarenakan lewat tanggal
kedaluwarsa, tidak sempurnanya tahap pensterilan, terkontaminasinya bahan
dengan zat atau bahan berbahaya lainnya; masuknya bakteri, mikroba maupun
jamur ke dalam produk; pecah, penyok atau lubang pada kemasan sehingga
mengotori, mencampuri atau mencemari isi pada kemasan kaleng; digunakan zat
pewarna, zat pengawet, pemanis sintetis, atau bahan-bahan kimia lainnya yang
dilarang digunakan untuk dimakan. Pada pokoknya pihak produsen makanan dan
minuman bertanggung jawab penuh atas kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh
mutu dan kualitas kemanan dari produk-produk yang dihasilkan. Dalam hal ini
kualitas dan keamanan produk yang dihasilkan harus dalam keadaan baik pula. 90
Pertanggungjawaban yang diberikan oleh pelaku usaha terhadap produk
yang dihasilkan harus sesuai dengan prinsip pertanggungjawaban produk yang
dikenal dalam dunia hukum, khususnya bisnis, yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (liability based on
fault);
2. Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab (presumption of
nonliability);
90

Adrian Sutedi, S.H, M.H, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan
Konsumen, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), hal. 32.

Universitas Sumatera Utara

77

3. Prinsip paraduga untuk selalu tidak tanggung jawab (strict liability);
4. Prinsip tanggung jawab mutlak (limitation of liability). 91
Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan adalah prinsip yang
cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan hukum perdata. Dalam
KUHPerdata khususnya pada pasal 1365, 1366, 1367, prinsip ini dipegang secara
teguh.Prinsip

ini

menyatakan,

pertanggungjawabannya

secara

seseorang

hukum

jika

baru

dapat

ada unsur

dimintakan

kesalahan

yang

dilakukannya. Pasal 1365 KUHPerdata, yang lazim dikenal sebagai pasal tentang
perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok,
yaitu:
a) Adanya perbuatan;
b) Adanya unsur kesalahan;
c) Adanya kerugian yang diderita;
d) Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian. 92
Teori tanggung jawab berdasarkan kelalaian merupakan yang paling
merugikan konsumen, karena gugatan konsumen dapat diajukan kalau telah
memenuhi dua syarat tersebut, yaitu adanya unsur kesalahan atau kelalaian dan
hubungan kontrak antara produsen dan konsumen. Pembentukan teori tanggung
jawab dengan dasar adanya unsur kesalahan dan hubungan kontrak pada dasarnya
dipengaruhi oleh beberapa pemikiran yairu paham individualisme dalam prinsip

91
92

Ibid. hal. 59-61.
Ibid., hal. 61-62.

Universitas Sumatera Utara

78

laissez faire, kuatnya kepentingan produsen yang dianggap sebagai pelaku
pembangunan industri/ekonomi. Perkara yang perlu diperjelas dalam prinsip
iniyang sebenarnya juga berlaku umum untuk prinsip-prinsip lainnya adalah
definisi tentang subjek pelaku kesalahan. 93
Mengenai prinsip tanggung jawab mutlak atau yang diidentikkan dengan
tanggung jawab absolutmerupakan hal yang patut diperhatikan. Kendati demikian
ada pula para ahli yang membedakan kedua terminologi diatas. Ada pendapat
yang mengatakan, tanggung jawab mutlak adalah prinsip tanggung jawab yang
menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun ada
pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab
misalnya dalam keadaan darurat. Sebaliknya tanggung jawab mutlak adalah
prinsip tanggung jawab tanpa ada kesalahan dan tidak ada pengecualiannya.
Prinsip tanggung jawab mutlak dalam hukum perlindungan konsumen
secara umum digunakan untuk “menjerat” pelaku usaha, khususnya produsen
barang, yang memasarkan produknya yang merugikan konsumen. Asas tanggung
jawab itu dikenal dengan nama product liability. Menurut asas ini produsen wajib
bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen atas penggunaan produk
yang dipasarkannya. Istilah product liability secara historis lahir karena adanya
ketidakseimbangan tanggung jawab antara produsen dan konsumen dimana
produsen yang pada awalnya menerapkan strategi produk oriented dalam
pemasaran produknya, harus mengubah strateginya menjadi consumer oriented.
Lebih jelasnya lagi bahwa product liabilty adalah suatu tanggung jawab secara
93

Lihat lebih lanjut pada Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Universitas Sumatera Utara

79

hukum dari orang atau badan yang menghasilkan suatu produk atau dari orang
atau badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu produk
atau dari orang atau badan yang menjual atau mendistribusikan produk
tersebut.94Adapun Agnes M. Toar memberikan pengertian product liability yaitu
“tanggung jawab para produsen untuk produk yang telah dibawanya ke dalam
peredaran yang menimbulkan/menyebabkan kerugian karena cacat yang melekat
pada produk tersebut.”95
Mengenai ciri-ciri dari product liability dengan mengambil pengalaman
dari masyarakat Eropa dan terutama negeri Belanda, dapat dikemukakan secara
singkat sebagai berikut:
1) Yang dapat dikualifikasikan sebagai produsen adalah :
a. Pembuat produk jadi;
b. Penghasil bahan baku;
c. Pembuat suku cadang;
d. Setiap orang yang menampakkan dirinya sebagai produsen dengan
jalan mencantumkan namanya, tanda pengenal tertentu, atau tanda
lain yang membedakan dengan produk asli, pada produk tertentu;
e. Importer suatu produk dengan maksud untuk diperjualbelikan,
disewakan, disewagunakan, atau bentuk distribusi lain dalam
transaksi perdagangan;
f. Pemasok, dalam hal ini dari produsen atau importir yang tidak
dapat ditentukan.
2) Yang dapat dikualifikasikan sebagai konsumen adalah konsumen akhir;
3) Yang dapat dikualifikasi sebagai produk adalah benda bergerak, sekalipun
benda bergerak tersebut telah menjadi komponen/bagian dari benda
bergerak atau benda tetap lain, listrik dengan pengecualian produk-produk
pertanian dan perburuhan;
4) Yang dapat dikualifikasi sebagai kerugian adalah kerugian pada manusia
dan kerugian pada harta benda, selain dari produk yang bersangkutan;

94

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit., hal. 101.
Agnes M. Toar, Penyalahgunaan Keadaan (Pada Umumnya) dan Tanggung Jawab
Produk atas Produk di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hal. 7.
95

Universitas Sumatera Utara

80

5) Produk diskualifikasi sebagai mengandung kerusakan apabila produk itu
tidak memenuhi keamanan yang dapat diharapkan oleh seseorang dengan
mempertimbangkan semua aspek, antara lain :
a. Penampilan produk (the presentation of the product);
b. Maksud penggunaan produk (intended use of the product);
c. Saat ketika produk ditempatkan di pasaran (the time when the product
was put into circulation). 96
Tanggung jawab tersebut sehubungan dengan produk yang cacat/rusak
sehingga menyebabkan atau turut menyebabkan kerugian bagi pihak lain
(konsumen), baik kerugian badaniah, kematian atau harta benda. Perlindungan
kesehatan dan harta konsumen yang dimaksud adalah perlindungan terhadap
manusia agar kesehatannya tidak menurun/hartanya tidak berkurang sebagai
akibat penggunaan produk. Perlindungan ini penting bagi konsumen, sehingga
perlu bagi setiap konsumen.
Ketentuan tentang tindakan perlindungan kesehatan manusia tidak hanya
berlaku terhadap produk impor, namun juga terhadap produk pangan lokal,
sehingga setiap orang dilarang mengadakan kegiatan atau proses produksi,
penyimpanan, pengangkutan dan/atau peredaran pangan dalam keadaan yang
tidak memenuhi persyaratan sanitasi. 97Dengan diterapkannya tanggung jawab
mutlak ini, produsen telah dianggap bersalah atas terjadinya kerugian kepada
konsumen akibat produk cacat bersangkutan, kecuali apabila ia dapat
membuktikan sebaliknya bahwa kerugian itu bukan disebabkan oleh produsen.
Pada umumnya, ganti rugi karena adanya cacat barang itu sendiri adalah tanggung
jawab penjual. Dengan adanya product liability maka terhadap kerugian pada
96

Johannes Gunawan, Product Liability dalam Hukum Bisnis Indonesia, (Bandung:
Universitas Parahyangan, 1994), hal. 8.
97
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.

Universitas Sumatera Utara

81

barang yang dibeli, konsumen dapat mengajukan tuntutan berdasarkan adanya
kewajiban produsen untuk menjamin kualitas suatu produk.
Tuntutan itu dapat berupa pengembalian barang sambil menuntut kembali
harga pembelian atau penukaran barang dengan yang baik mutunya. Tuntutan
ganti rugi ini dapat ditujukan kepada produsen dan juga kepada penjual sebagai
pihak yang menyediakan jasa untuk menyalurkan barang/produk dari produsen
kepada pihak penjual (penyalur) yang berkewajiban menjamin kualitas produk
yang mereka pasarkan. Yang dimaksud dengan jaminan atas kualitas produk ini
adalah suatu jaminan atau garansi bahwa barang-barang yang dibeli akan sesuai
dengan standar kualitas produk tertentu. Jika standar ini tidak terpenuhi maka
pembeli atau konsumen dapat memperoleh ganti rugi dari pihak produsen/pelaku
usaha. Pelaku usaha selalu dituntut untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
produk yang dihasilkannya. Mereka juga harus mempertanggungjawabkan atas
apa yang terjadi pada setiap produknya. 98
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
terdapat 3 (tiga) pasal yang menggambarkan sistem tanggung jawab produk dalam
hukum perlindungan konsumen di Indonesia, yaitu ketentuan pasal 19, pasal 23
dan pasal 28. Pasal 19 telah mengatur tanggung jawab produk secara tegas yang
dinyatakan sebagai berikut :
1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang
dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis
atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian
98

Happy Susanto, Op.Cit., hal. 40.

Universitas Sumatera Utara

82

santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
yang berlaku.
3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari
setelah tanggal transaksi.
4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan
pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.
5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku
apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut
merupakan kesalahan konsumen. 99
Ketentuan pasal 19 kemudian dikembangkan pada pasal 23 UUPK yang
menyatakan “Pelaku Usaha yang menolak dan/atau memberi tanggapan dan/atau
tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam
pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dapat digugat melalui Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen atau mengajukan gugatan ke badan peradilan
di tempat kedudukan konsumen.”
Berdasarkan pasal 23 UUPK bahwa produsen tidak membayar ganti
kerugian dalam batas waktu yang telah ditentukan. Sikap produsen ini membuka
peluang bagi konsumen untuk mengajukan gugatan ke pengadilan atau
penyelesaian sengketa melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
Ketentuan lanjutan yang relevan dan signifikan dengan pasal 23 UUPK adalah
rumusan dalam pasal 28 UUPK yang berbunyi sebagai berikut: “Pembuktian
terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam gugatan ganti kerugian sebagaimana
dimaksud dalam pasal 19, pasal 22 dan pasal 23 merupakan beban dan tanggung

99

Dr. Abdul Halim Barakatulah, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung: Nusa
Media, 2008), hal. 71.

Universitas Sumatera Utara

83

jawab pelaku usaha.” Rumusan inilah yang kemudian dikenal dengan sistem
pembuktian terbalik. 100
Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen menganut prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan
dengan dua modifikasi, yaitu pertama prinsip tanggung jawab berdasarkan
praduga bersalah/lalai atau produsen sudah dianggap bersalah, sehingga tidak
perlu dibuktikan kesalahannya (presumption of negligence) dan kedua adalah
prinsip untuk selalu bertanggung jawab dengan beban pembuktian terbalik
(presumption of liability principle). Jelas bahwa, konstruksi hukum yang
demikian menggambarkan adanya kemajuan dari sistem tanggung jawab
sebelumnya, namun belum sepenuhnya menganut prinsip tanggung jawab mutlak
sebagaimana yang secara tegas dirumuskan dalam beberapa hukum positif di
negara lain. Hal ini tergambar pula dalam pendapat akhir ketika memberikan
persetujuan

terhadap

Rancangan tentang

Perlindungan

Konsumen

yang

menyatakan: “Dalam undang-undang ini, dimasukkan pasal yang memungkinkan
adanya pembuktian terbalik baik dalam hal pidana maupun perdata. Hal ini
merupakan suatu terobosan baru di dunia hukum negara kita di era reformasi. 101

100

Ibid. hal. 72-73.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Proses Pembahasan Rancangan
tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sekretariat Jendral DPR RI, 2001), hal. 1146.
101

Universitas Sumatera Utara

84

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK
MAKANAN DAN MINUMAN KEDALUWARSA DI UD. DIAMOND
SWALAYAN MEDAN

A. Jenis-Jenis Makanan dan Minuman yang Dijual dan Bentuk Pengawasan
UD. Diamond Swalayan Medan
1. Profil tentang UD. Diamond Swalayan Medan
UD. Diamond Swalayan Medan adalah usaha dagang yang didirikan sejak
tahun 2002 dengan nama pemiliknya yaitu Sanditurangan. Awal mula berdirinya
swalayan ini terdapat di Jalan Karya Wisata Medan Johor yang berlokasi di
Komplek Perumahan Citra Wisata Medan Johor. Usaha dagang ini berbentuk
swalayan atau supermarket yang menjual berbagai macam produk makanan,
minuman, perlengkapan alat tulis, perlengkapan rumah tangga hingga barang
pecah belah. UD. Diamond Swalayan Medan sendiri mempunyai 2 cabang di
Medan yaitu yang terletak di Perumahan Bumi Asri Helvetia dan Perumahan
Menteng Raya. UD. Diamond Swalayan Medan berdiri seluas 1.296 m2 dengan
areal parkir, ATM Center dan Stand Snack and Food. 102
UD. Diamond Swalayan Medan tersebut berdiri diatas areal yang di
sebelah utara UD. Diamond Swalayan Medan ini berhadapan dengan Jalan Karya
Kasih Medan Johor, sebelah timur berhadapan dengan Komplek Citra Wisata,
sebelah selatan berhadapan dengan Komplek J. City dan sebelah barat berhadapan

102

Hasil wawancara dengan Bapak Ilham Ashari selaku Kepala Pengawas Penjualan
(Head Supervisor Sales) dari UD. Diamond Swalayan, [Pada tanggal 23 Februari 2017, pukul
17.00 WIB].

85
Universitas Sumatera Utara

86

dengan Jalan Karya Wisata. UD. Diamond Swalayan Medan berdiri di areal
tersebut karena di area tersebut merupakan kawasan strategis di Medan Johor
yang dihubungkan langsung dengan Komplek Perumahan Citra Wisata dan
tempat berlalu lalang kendaraan bermotor. Adapun motto dari UD. Diamond
Swalayan Medan sendiri adalah “Karena Anda Kami Ada”. 103Masyarakat
merupakan tujuan utama berdirinya usaha dagang ini. Dengan menyediakan
berbagai macam bentuk kebutuhan masyarakat baik dari segi pangan dan sandang.
Setiap pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya pastilah mempunyai
visi dan misi yang menjadi inti dari berdirinya atau berjalannya kegiatan usaha
tersebut. Untuk itu terdapat 3 (tiga) visi dan misi dari UD. Diamond Swalayan
Medan yaitu :
1. Memberikan pelayanan terbaik agar masyarakat dapat merasakan kenyamanan
pada saat berbelanja
2. Menjual produk yang bermutu dan berkualitas agar tercapainya kepuasan
pelanggan
3. Meningkatkan hubungan yang baik dengan pelanggan dan profesional kerja
para karyawan. 104
Tujuan berdirinya usaha dagang ini, yaitu untuk mengembangkan kegiatan
jual-beli yang menguntungkan bagi masyarakat yaitu dapat memperoleh barang
dalam bentuk eceran dengan harga grosir. Bangunan utama dibuat luas dan

103

Hasil wawancara dengan Bapak
(Head Supervisor Sales) dari UD. Diamond
17.00 WIB].
104
Hasil wawancara dengan Bapak
(Head Supervisor Sales) dari UD. Diamond
17.00 WIB].

Ilham Ashari selaku Kepala Pengawas Penjualan
Swalayan, [Pada tanggal 23 Februari 2017, pukul
Ilham Ashari selaku Kepala Pengawas Penjualan
Swalayan, [Pada tanggal 23 Februari 2017, pukul

Universitas Sumatera Utara

87

bertingkat tiga, akan tetapi untuk penjualan barang hanya ada 2 tingkat saja
sedangkan untuk di lantai tiga bagian kantor dan gudang. Display lantai pertama
makanan dan minuman, sembako, dan perlengkapan kebersihan seperti:deterjen,
sabun, pembersih pakaian dan lain-lain. Kemudian di lantai dua berisikan
displaynon food seperti misalnya: peralatan tulis, barang pecah belah, peralatan
rumah tangga, peralatan memasak, produk kecantikan, perlengkapan bayi, dan
lain-lain. Terdapat 3(tiga) kasir pada UD.Diamond Swalayan Medan. Disetiap rak
display produk dijaga dan diawasi oleh karyawan atau yang disebut dengan
pramuniaga. Kemudian, bagian pihak penanggung jawab pramuniaga atau yang
disebut dengan koordinator tersebut melakukan pengawasan dengan melihat
kinerja dari para pramuniaga dalam melaksanakan tugasnya. Koordinator tersebut
berjumlah 3 (tiga) orang, yaitu di bagian depan sebagai koordinator kasir, lalu
koordinator lantai 1 (satu) dan koordinator lantai 2 (dua).
Pramuniaga tersebut berkoordinasi dengan setiap koordinator yang ada di
setiap lantai. Terkhusus pada kasir maka berkoordinasi dengan koordinator kasir.
Karyawan UD. Diamond Swalayan Medan yang berlokasi di Medan Johor terdiri
dari 60 karyawan dengan bagian-bagian tertentu. Gudang penyimpanan terletak di
lantai tiga dimana di dalamnya ditempatkan untuk barang-barang yang akan di
display dan dijaga oleh setiap pramuniaga. Setiap pramuniaga mempunyai tugas
yang cukup penting dalam menjaga dan mengawasi setiap produk yang dijual oleh
UD. Diamond Swalayan Medan. Pembelian produk dapat dilakukan dengan
pembayaran uang cash maupun dengan kartu kredit atau kartu ATM.

Universitas Sumatera Utara

88

2. Struktur Organisasi UD. Diamond Swalayan Medan
Berikut adalah bagan struktur organisasi UD. Diamond Swalayan Medan :
OWNER

HRD/ KEPALA
PENJUALAN/ KEUANGAN

KEPALA PEMBELIAN

HEAD SUPERVISOR
HEAD SUPERVISOR
SHIFT A

HEAD SUPERVISOR
SHIFT B

KEPALA BAGIAN
UMUM / SECURITY

ASISTEN
SUPERVISOR

ANGGOTA
ANGGOTA
ASISTEN SUPERVISOR

KOORDINATOR
PRAMUNIAGA

PRAMUNIAGA

3. Jenis-Jenis Makanan dan Minuman yang Dijual UD. Diamond
Swalayan Medan
Makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan setelah dicerna
serta diserap tubuh akan berguna bagi kesehatan dan kelangsungan hidup. 105
Makanan biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan yang dimakan oleh makhluk

105

Dikutip dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Makanan, [Diakses pada tanggal 1 Maret
2017, pukul 15.09 WIB].

Universitas Sumatera Utara

89

hidup mendapatkan tenaga dan nutrisi. UD. Diamond Swalayan Medan menjual
berbagai macam pangan olahan Non Perishable (Stable Food) contoh: gula, beras,
mie kering, tepung, susu bubuk, dan sebagainya, dan Semi Perishable Food,
contoh: roti kering, makanan beku (sosis dan nugget), roti basah dan sebagainya.
Tetapi, tidak menjual makanan maupun minuman Perishable Food seperti: ikan,
daging, sayur dan sebagainya. 106
Jenis-jenis

pangan dibedakan

olahan. Pengertian pangan

atas

pangan

segar adalah pangan

segar

yang

dan

belum

pangan

mengalami

pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku
pengolahan pangan, misalnya beras, gandum, segala macam buah, ikan, air segar,
dan sebagainya. Sedangkan, pengertian pangan olahan adalah pangan atau
minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan
tambahan. Pangan olahan dibedakan lagi menjadi dua jenis, yaitu:
1.

Pangan olahan adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok
tertentu, dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan
kelompok tersebut.

2.

Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah diolah dan
bisa langsung disajikan ditempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar
pesanan. 107

106

Hasil wawancara dengan Bapak Ilham Ashari selaku Kepala Pengawas Penjualan
(Head Supervisor Sales) dari UD. Diamond Swalayan, [Pada tanggal 23 Februari 2017, pukul
17.00 WIB].
107
Dikutip dari: http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-pangan-dan-jenisjenis-pangan.html, [Diakses pada tanggal 1 Maret 2017, pukul 15.17 WIB].

Universitas Sumatera Utara

90

Pengertian makanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 329
Tahun 1976 adalah barang yang digunakan sebagai makanan atau minuman manusia,
termasuk permen karet dan sejenisnya tetapi bukan obat. Makanan penting untuk
pertumbuhan karena sebagai bahan yang diperlukan untuk membangun dan
mengganti jaringan tubuh, untuk memelihara pertahanan tubuh terhadap penyakit dan
memberikan energi untuk bekerja. 108Bahan makanan perlu dipilih yang sebaikbaiknya dilihat dari segi kebersihan, penampilan dan kesehatan. Diharapkan kepada
konsumen dalam memilih bahan yang akan diolah harus mengetahui sumber-sumber
makanan yang baik serta memperhatikan ciri-ciri bahan yang baik.

Berdasarkan stabilisasinya makanan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Non Perishable (Stable Food)
Yaitu makanan yang stabil, tidak mudah rusak, kecuali jika diperlukan
secara tidak baik, seperti gula, mie dan tepung.
b) Semi Perishable Food
Yaitu makanan yang semi stabil dan agak mudah membusuk atau rusak.
Makanan ini tahan terhadap pembusukan dalam waktu yang relatif agak
lama, seperti roti kering dan makanan beku yang dapat disimpan pada
suhu 0°C.
c) Perishable Food
Yaitu makanan yang tidak stabil dan mudah membusuk, seperti ikan, susu,
daging, telur, buah dan sayur. 109

108

Anwar S., Sanitasi Makanan dan Minuman pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi,
Pusat Pendidikan Tenaga Sanitasi, (Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI,
1997), hal. 4.
109
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

91

Pengawasan terhadap berbagai produk makanan dan minuman yang dijual
adalah kewajiban yang harus dilaksanakan UD. Diamond Swalayan Medan s