Analisa Penggunaan Private Military Comp

Analisa Penggunaan Private Military Companies (PMCs) Oleh Amerika
Serikat Pada Studi Kasus Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 20092011
Oleh: Tegar Punang Mahardi

ABSTRAK
Penggunaan PMCs oleh Amerika Serikat pada invasi di Irak telah
digunakan sejak tahun 2003. Dimana layanan yang diberikan berupa penjagaan
keamanan bagi petinggi Amerika Serikat yang datang ke Irak. Pada tahun 2004,
terjadi peningkatan layanan yang menyatakan PMCs untuk ikut dalam operasi
militer di Irak. Terjadinya pergantian pemerintahan pada tahun 2009
menyebabkan adanya perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Obama
sebagai presiden terpilih, masih tetap menggunakan kebijakan penggunaan PMCs
pada invasinya di Irak. Hal ini tidak lepas dari kebijakan lain yaitu kebijakan
penarikan pasukan militer Amerika Serikat. Setelah dianalisi smenggunakan
rational actor model, penggunaan PMCs dikarenakan untuk menjaga citra politik
Obama dimata publik Amerika Serikat. Selain itu adanya krisis ekonomi yang
terjadi di Amerika Serikat tahun 2008 juga melatarbelakangi adanya kebijakan
penggunaan PMCs oleh AmerikaSerikat.
Katakunci: Penggunaan PMCs, Amerika Serikat, Irak, Rational Actor Model
Pendahuluan
Pada tahun 2003, Amerika Serikat melakukan penyerangan ke Irak. Hal ini

dikarenakan Amerika Serikat menganggap bahwa Irak merupakan ancaman bagi

stabilitas keamanan internasional. Intervensi Amerika Serikat ke Irak pada tahun
2003 hingga 2011 merupakan salah satu penyerangan yang menggunakan private
military sebagai unsur yang terlibat dalam perang. Penyerangan ini tidak mutlak
dilakukan oleh Amerika Serikat, tetapi Amerika Serikat mengikutsertakan PMCs
dalam intervensi tersebut.
Penggunaan PMCs yang dilakukan oleh Amerika Serikat tidak hanya ketika
Amerika Serikat melakukan intervensi ke Irak pada tahun 2003-2011. Dari data
yang didapatkan, pada tahun 1994-2002 Amerika Serikat menggunakan 3000
kontraktor dan mengeluarkan dana sebesar 300 juta USD 1. Dapat diuraikan dari
data yang telah ditemukan bahwa Amerika Serikat telah melakukan hubungan
dengan PMCs untuk mempertahankan keamanan nasional baik di dalam ataupun
diluar negeri dengan layanan-layanan yang disediakan oleh PMCs tersebut.
Dalam kurun waktu 2003 hingga 2007 pemerintah Amerika Serikat
menganggarkan sebanyak 85 miliar USD yang diberikan pemerintah kepada
PMCs 2. PMCs yang ikut dalam intervensi di Irak tidak hanya memproduksi alatalat perang yang digunakan tetapi juga menurunkan mercenaries dalam intervensi
tersebut. Pada tahun 2010 tercatat 250.000 mercenaries yang dipekerjakan di
Irak 3. Dari data yang ada dapat dikatakan bahwa penyerangan Amerika Serikat ke
Irak tidak murni dilakukan oleh Amerika Serikat sendiri, tetapi Amerika Serikat

menggandeng perusahaan militer untuk ikut dalam penyerangan yang mereka
lakukan. Tercatat ada dua PMCs besar yang ikut dalam invasi Amerika Serikat di

1

Paul D. Williams, (2008) Security Studies: An Introduction. Hal.441
Hannah Tonkin, (2011) State Control Over Private Millitary and Security Companies in Armed
Conflict. Hal.36
3
Ibid. hal.36
2

Irak, yaitu Blackwater dan DynCorp 4. Mereka memberikan layanan armed site
security dan police advice and training.
Pemakaian PMCs pada invasi di Irak tidak lepas dari kebijakan pemerintah
Presiden George W. Bush untuk mengkontrak PMCs dan ikut turun langsung
dalam invasi tersebut 5. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Bush berdasarkan
dengan International Traffic of Arms Regulation (ITAR) yang menjelaskan
tentang ekspor tenaga militer dalam militer Amerika Serikat 6. Pada tahun 2003,
PMCs dikontrak hanya untuk menjaga aset negara pada saat invasi Irak, tetapi

pada tahun 2004 adanya kontrak baru yang berisikan tentang keikutsertaan PMCs
untuk ikut turun langsung serangan di Irak 7. Kebijakan pemerintah Amerika
Serikat akan pemakaian PMCs, dilihat dari kapabilitas PMCs dalam melakukan
penjagaan kepada administrator AS yang menjadi korban atas resistensi
keamanan di Irak pada tahun 2003 8.
Pada tahun 2009 Amerika Serikat mengalami pergantian presiden dari
presiden sebelumnya yaitu George W. Bush digantikan Barack Obama.
Pergantian presiden ini berpengaruh terhadap perubahan kebijakan Amerika
Serikat tentang invasi di Irak. Adanya penarikan pasukan secara bertahap mulai
tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, dimana tahun 2011 seluruh pasukan

4

Paul D. Williams, (2008) Security Studies: An Introduction. Hal.443
Jeremy Scahill, (2007) Blackwater: The Rise of the Worlds Most Powerful Mercenary Armies.
Hal.55
6
Christopher Kinsey, (2006) Corporate Soldiers and international security : The rice of private
military companies. Hal.136
7

August Cole and Evan Perez, (2007) Blackwater Is Put on the Hot Seat; Congress Summons
Chief To Defend Force in Irak; FBI Joins Shooting Probe. Diakses melalui
pada tanggal 25 Oktober
2013
8
Jeremy Scahill, (2007) Blackwater: The Rise of the WorldsMost Powerful Mercenary Armies.
Hal.144
5

Amerika Serikat ditarik seluruhnya untuk kembali ke negara 9.Hal ini dapat dilihat
dari berkurangnya pasukan militer Amerika Serikat yang beroperasi di Irak pada
tahun 2008 sekitar 150.000 pasukan berkurang pada tahun 2009 menjadi 100.00
pasukan dan terus berkurangpada tahun 2010 menjadi 50.000 pasukan 10.
Dari data yang ada dapat dikatakan bahwa Amerika Serikat pada masa
pemerintahan Obama masi bergantung terhadap penggunaan PMCs pada
invasinya di Irak. Meskipun terjadi pengurangan personel PMCs pada kurun
waktu 2009-2011. Tetapi jumlah pengurangan pasukan lebih banyak terjadi pada
militer Amerika Serikat dibandingkan dengan pasukan kontraktor. Sehingga dapat
dijadikan pertanyaan mendapa Amerika Serikat masih menggunakan PMCs pada
tahun 2009-2011 ketika terjadi perubahan presiden dari era presidan George W.

Bush ke era presiden Barack Obama. Sehingga dalam tulisan ini permasalahan
yang diangkat adalah mengapa Amerika Serikat masih menggunakan PMCs pada
invasi ke Irak pada tahun 2009-2011?
Rational Actor Model
Rational Actor Model merupakan salah satu model dari pengambilan
kebijakan luar negeri. Dalam model ini, pengambilan kebijakan bergantung pada
tindakan rasional individu dalam pengambilan sebuah kebijakan 11. Tindakan
rasional ini bergantung pemikiran pembuat kebijakan yang telah terkonstruk
dalam idealis yang dimiliki 12. Selain itu dalam pengambilan kebijakan luar negeri

9

Mohammed M. Zaki, (2011) American Global Challenges: The Obama Era. Hal.95
www.bbc.uk/special_report/2013/02/130216_iraq_statistics.shtml (diakses pada tanggal 25
April 2014)
11
Branislav L. Slantchev, (2005) The Rational Actor Model. Hal.4
12
Ibid. Hal. 4
10


aktor pembuat kebijakan didasarkan pada kondisi politik dan juga tingkah laku
sosial dari negara 13. Dapat dijabarkan bahwa dalam rational actor model, aktor
yang berpengaruh dalam pengambilan kebijakan merupakan pemimpin negara
yang mengambil kebijakan berdasarkan kondisi politik dan juga tingkah laku
sosial dari negara yang dipimpin. Serta pengambilan kebijakan juga berasal dari
idealis aktor pengambil kebijakan yang disimpulkan dengan pengambilan
keputusan yang objektif dengan memperhitungkan kondisi negara.
Menurut Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr. pengambilan kebijakan luar
negeri menggunakan model ini dilatarbelakangi dengan tiga asumsi utama 14.
Tiga asumsi utama itu adalah purposive actions, consistent preferences, dan
utility maximitizations. Tiga asusmsi ini yang melatarbelakangi pengambilan
kebijakan dalam menentukan kebijakan luar negeri.
Purposive actions menjelaskan bahwa pembuat kebijakan harus mampu
mengidentifikasikan tujuan yang dijadikan sebagai prioritas dan bertindak
berdasarkan tujuan

yang diinginkan berdasarkan prioritas

yang telah


ditetapkan 15. Sehingga dari beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam
pengambilan kebijakan, dipilih salah satu yang menjadi prioritas utama dalam
kebijakan luar negeri yang akan diambil. Hal ini didasarkan pada rasionalitas
pembuat kebijakan dalam mengambil kebijakan luar negeri 16. Hasil dari
pemikiran pembuat kebijakan luar negeri tergantung pada idealis pembuat

13

Alex Mintz and Karl DeRouen Jr., (2010) Understanding Foreign Policy Decision Making. Hal.
57
14
Ibid. Hal. 58
15
Ibid. Hal. 58
16
Branislav L. Slantchev, (2005) The Rational Actor Model. Hal. 1

kebijakan, ini dikarenakan pemikiran yang berdasarkan rasional dilatar
belakangi oleh idealis para pembuat kebijakan 17.

Consistent preference merupakan asumsi dari pembuat kebijakan yang
berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai dengan memperhitungkan dampak
yang akan diterima oleh negara 18. Sehingga asumsi dari pembuat kebijakan
harus saling melengkapi dengan asumsi yang lain dengan mempertimbangkan
data yang telah ada dalam menangani sebuah kasus. Premis dalam consistent
preference adalah seperti, jika A menghasilkan B dan B menghasilkan C maka A
dapat menghasilkan C

19

. Sehingga dari premis yang telah ada, pembuat

kebijakan memiliki asumsi yang saling menguatkan untuk dapat mengambil
kebijakan luar negeri untuk negaranya.
Utility maximizations merupakan pembuat kebijakan telah menentukan
alternatif untuk mendapatkan keuntungan dari kebijakan luar negeri yang telah
ditetapkan dengan keuntungan yang paling besar 20. Dimana pembuat kebijakan
telah beranggapan bahwa, dengan kebijakan luar negeri yang telah ditetapkan
negara mendapatkan keuntungan yang optimal sesuai dengan tujuan dari
pembuatan


kebijakan

luar

negeri

tersebut 21.

Sehingga

dengan

utility

maximizations, dapat dilihat seberapa besar keuntungan yang diterima oleh negara
dengan kebijakan luar negeri yang telah ditetapkan.

17


Ibid. Hal. 2
Alex Mintz and Karl DeRouen Jr., (2010) Understanding Foreign Policy Decision Making. Hal.
58
19
Ibid. Hal. 58
20
Ibid. Hal. 58
21
Branislav L. Slantchev, (2005) The Rational Actor Model. Hal. 2
18

Penggunaan PMCs oleh Amerika Serikat pada invasi di Irak
Keberadaan PMCs di Amerika Serikat mendapatkan lisensi ekspor dari
defense article yang menyetujui berbagai macam tekhnikal data dan peralatan
militer, sedangkan dalam jasa pertahanan meliputi millitary forces, police force,
dan national guard. Dari ITAR ini Amerika Serikat dengan leluasa menggunakan
PMCs sebagai partner dalam urusan keamanan dan pertahanan Amerika Serikat.
Dalam invasi ke Irak, Amerika Serikat menggunakan PMCs dalam operasi
militer yang dilakukan. Penggunaan PMCs yang dilakukan oleh Amerika Serikat
berdasarkan hukum nasional Amerika Serikat yang tercantum dalam ITAR atas

penggunaan PMCs. Tercatat lebih dari 60 perusahaan militer dan sekitar 20.000
personel swasta terlibat dalam invasi militer di Irak 22. Tercatat beberapa PMCs
besar yang berpusat di Amerika Serikat dikontrak dalam invasi di Irak,
diantaranya adalah GlobalRisk International, Dyncorp, Vinnel, Blackwater
Security Consulting, dan Erinys International 23. Porsi pasukan PMCs yang ikut
dalam invasi di Irak terbilang cukup besar. Sebesar 50% dari total jumlah pasukan
yang dikirim dalam invasi ke Irak merupakan personil dari PMCs 24.
Dalam keikutsertaan nya dalam invasi di Irak, PMCs memberikan layananlayanan khusus terhadap Amerika Serikat. Layanan yang diberikan seperti
military operational support, military advice, logistical support, dan security

22

Peter W. Singer, (2004) The Private Military Industry and Iraq: What Have We Learned and
Where to Next?. Hal.4
23
Olsson Christian, (2005) Private Military Companies in Iraq : a Force for Good?
24
Deborah C. Kidwell, (2005) Public War, Private Fight? The United States and Private Military
Companies. Hal.32

services 25. Dalam layanan military support, PMCs menyediakan dukungan militer
dan partisipasi dalam operasi militer. Dalam military advice, PMC memberikan
layanan yang memberikan penyediaan pelatihan bagi angkatan militer negara
termasuk penyediaan senjata, taktik, dan struktur kekuatan. Logistical support,
PMC memberikan layanan dukungan berupa suplai perlengkapan, melindungi
aset-aset berharga dan membantu dalam membangun kembali infrastruktur publik.
Dalam layanan security services, PMCs memberikan layanan penyediaan
perlindungan, baik individu ataupun aset negara.
Analisa Penggunaan PMCs pada invasi di Irak tahun 2009-2011
Penggunaan PMCs oleh Amerika Serikat pada invasi di Irak pada tahun
2009-2011 merupakan alternatif bagi Amerika Serikat untuk menempatkan
pasukan Amerika Serikat di Irak. Ini dikarenakan pasukan Amerika Serikat tidak
hanya berasal dari militer Amerika Serikat tetapi Amerika Serikat juga
mengkontrak PMCs sebagai pasukannya. Pada tahun 2009 terjadi pergantian
pemerintahan dari pemerintahan presiden George W. Bush ke pemerintahan
Barack Obama. Adanya pergantian pemerintahan menyebabkan

adanya

pergantian kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Akan tetapi kebijakan
penggunaan PMCs pada invasi di Irak masih tetap digunakan oleh Amerika
Serikat.
Dalam penelitian ini penggunaan PMCs dianalisis menggunakan rational
actor model yang menganalisis mengapa Amerika Serikat masih menggunakan

25

Oldrich Bures, (2005) Private Military Companies: A Second Best Peacekeeping Option?.
Hal.536

PMCs di Irak dalam kurun waktu 2009-2011. Rational actor model menggunakan
tiga variabel yaitu purposive actions, consistent preferences, dan utility
maximization. Dari ketiga variabel ini, setiap variabel memiliki indikator yang
dapat menganalisis mengenai mengapa PMCs masih digunakan oleh Amerika
Serikat dalam kurun waktu 2009-2011.
Purposive Actions
Variabel yang pertama yaitu purposive actions menjabarkan dengan dua
indikator. Indikator yang pertama adalah identifikasi tujuan pembuatan kebijakan.
Analisa identifikasi pengambilan kebijakan luar negeri Amerika Serikat mengenai
penggunaan PMCs terbagi dalam tiga aspek identifikasi. Yang pertama adalah
adanya status politik presiden baru Barack Obama yang salah satu misi pertama
untuk menyelesaikan perang di Irak. identifikasi yang kedua adalah adanya krisis
ekonomi yang menimpa Amerika Serikat. Identifikasi yang terakhir adalah adanya
pengurangan anggaran militer Amerika Serikat. Dari hasil identikasi ini
selanjutnya dapat dinalisis menggunakan variabel kedua, yaitu menentukan hasil
identifikasi berdasarkan rasionalitas pembuat kebijakan. Berdasarkan rasionalitas
Obama sebagai pembuat kebijakan ditentukan bahwa penggunaan PMCs
merupakan kebijakan yang dipilih oleh Amerika Serikat. Hal ini berdasarkan
identikasi pada variabel pertama dan juga berdasarkan kebijakan lainnya yaitu
adanya penarikan pasukan militer Amerika Serikat dari Irak. Sehingga dapat
dianalisis bahwa dengan adanya penarikan militer Amerika Serikat dan semakin
meningkatnya kerjasama antara PMCs dan pemerintah Amerika Serikat,

kebijakan penggunaan PMCs pada invasi di Irak masih digunakan pada masa
pemerintahan Obama yaitu dalam kurun waktu 2009-2011.
Consistent Preferences
Variabel yang kedua adalah consistent preferences yang menjabarkan
mengenai dampak dari adanya kebijakan penggunaan PMCs oleh Amerika
Serikat. Adanya kebijakan mengenai penggunaan PMCs oleh Amerika Serikat
dilihat dari dampak ekonomi dan juga dampak politik yang nantinya akan
diterima oleh Amerika Serikat. Dampak ekonomi yang terlihat adalah adanya
pengalihan dana alokasi militer yang berkurang dengan pengurangan pasukan
militer Amerika Serikat, sehingga dana yang seharusnya dialokasikan ke militer
dipindah untuk memperkuat ekonomi dalam negeri yang pada tahun 2008 terjadi
krisis ekonomi di Amerika Serikat. Selain itu dengan menggunakan PMCs,
Amerika Serikat dapat mengurangi political cost yang harus dikeluarkan oleh
Amerika Serikat. Dari sisi politik dampak yang diberikan adalah adanya
kepercayaan publik Amerika Serikat terhadap pemerintah dan pembuat kebijakan.
Selain itu, citra politik Obama dimata publik Amerika Serikat terjaga seiring
dengan baru terpilihnya Obama sebagai presiden Amerika Serikat.
Utility Maximizations
Variabel yang terakhir adalah utility maximizations yang menjabarkan
mengenai keuntungan yang diperoleh dari kebijakan penggunaan PMCs oleh
Amerika Serikat. Kebijakan yang dikeluarkan oleh negara selanjutnya dilihat
keuntungan yang akan diterima dengan keuntungan yang paling besar. Dalam
studi kasus penggunaan PMCs oleh Amerika Serikat di Irak pada tahun 2009-

2011, kebijakan yang diambil oleh Amerika Serikat yang pertama adalah
kebijakan mengenai penarikan mundur pasukan militer Amerika Serikat dari Irak.
Kebijakan ini berpengaruh pada kebijakan penggunaan PMCs oleh Amerika
Serikat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan seberapa banyak pasukan dari
pasukan militer Amerika Serikat dan juga pasukan dari PMCs yang disewa oleh
Amerika Serikat. Berikut ini perbandingan antara pasukan milter Amerika Serikat
dan pasukan PMCs:
Gambar 1. Perbandingan jumlah pasukan militer AS dan PMCs di Irak
150000
100000
50000
0
AS

MarMarMarJun-09 Sep-09 Des-09
Jun-10 Sep-10 Des-10
Jun-11 Sep-11 Des-11
09
10
11
AS

14130 13457 13000 11430 95900 88320 48410 47305 45660 46010 44755 11455

PMCs 13261 11970 11373 10003 95461 79621 74106 71142 64253 62689 52637 23886
Sumber: Department of Defense’s Use of Contractors to Support Military Operations: Background, Analysis,
and Issues for Congress

Gambar 11. dapat dilihat bahwa adanya pengurangan militer Amerika Serikat
berimpilikasi kepada penggunaan PMCs di Irak. Dalam kurun waktu 2009-2011,
adanya pengurangan jumlah pasukan militer Amerika Serikat. Begitu juga dengan
pasukan PMCs yang ada di Irak. Tetapi apabila dilihat jumlah pengurangan nya,
pasukan militer Amerika Serikat mengalami pengurangan yang sangat signifikan.

Bahkan pada tahun 2010, jumlah pasukan PMCs lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah pasukan Amerika Serikat. Hal ini dilihat pada bulan September
2010, jumlah pasukan Amerika Serikat sebanyak 48.410 personel dibandingkan
jumlah pasukan PMCs sebesar 74.106 personel. Jumlah perbedaan pasukan yang
cukup banyak antara personel militer Amerika Serikat dan pasukan PMCs.
Adanya kebijakan penggunaan PMCs oleh Amerika Serikat memberikan
keuntungan. Keuntungan yang didapatkan dapat dilihat dari segi ekonomi, politik,
dan respon publik Amerika Serikat. Keuntungan yang didapatkan oleh Amerika
Serikat dari segi politik adalah citra politik pembuat kebijakan atau dapat
dikatakan disini adalah Presiden Obama tetap terjaga. Keuntungan selanjutnya
yang didapatkan oleh Amerika Serikat dari segi ekonomi adalah adanya
pengalihan dana militer Amerika Serikat yang dialihkan untuk menguatkan
perekonomian dalam negeri Amerika Serikat 26. Hal ini dikarenakan pada tahun
2008 telah terjadi krisi ekonomi di Amerika Serikat.
Kesimpulan
Purposive actions menjelaskan mengenai pembuat kebijakan harus mampu
mengidentifikasikan tujuan yang dijadikan sebagai prioritas dan bertindak
berdasarkan tujuan yang diinginkan berdasarkan prioritas yang telah ditetapkan.
Setelah dianalis variabel ini menjelaskan ada beberapa identifikasi yang
dikeluarkan oleh pemerintah sebelum mengambil kebijakan penggunaan PMCs
dalam invasi di Irak. Identifikasi yang pertama adalah pada tahun 2008 terjadi

26

Donald E. Nuechterlein, (2009) Economic Downturn Impacts U.S. Foreign Policy. Diakses
di http://donaldnuechterlein.com/2009/2009.11.economy.html pada tanggal 11 Mei 2014

krisis ekonomi dalam negeri Amerika Serikat. Adanya krisis ekonomi ini
menyebabkan pemerintah Amerika Serikat memotong anggaran militer Amerika
Serikat pada tahun 2009-2011. Sehingga dari kurangnya anggaran militer
Amerika Serikat dapat dialokasikan ke anggaran yang lain untuk memperkuat
ekonomi dalam negeri Amerika Serikat. Identifikasi yang kedua adalah adanya
kebijakan mengenai pengurangan pasukan militer Amerika Serikat yang ada di
Irak. Adanya pengurangan pasukan yang terjadi di Irak menyebabkan pemerintah
harus memikirkan bagaimana keadaan di Irak pasca terjadinya invasi yang
dilakukan oleh Amerika Serikat. Sehingga alternatif yang dikeluarkan adalah
menggunakan

PMCs

untuk

membantu

militer Amerika Serikat

dalam

merokonstruksi Irak pasca invasi yang terjadi.
Consistent preferences menjelaskan asumsi dari pembuat kebijakan yang
berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai dengan memperhitungkan dampak
yang akan diterima oleh negara. Adanya kebijakan mengenai penggunaan PMCs
oleh Amerika Serikat dilihat dari dampak ekonomi dan juga dampak politik yang
nantinya akan diterima oleh Amerika Serikat. Dampak ekonomi yang terlihat
adalah adanya pengalihan dana alokasi militer yang berkurang dengan
pengurangan pasukan militer Amerika Serikat, sehingga dana yang seharusnya
dialokasikan ke militer dipindah untuk memperkuat ekonomi dalam negeri yang
pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi di Amerika Serikat. Selain itu dengan
menggunakan PMCs, Amerika Serikat dapat mengurangi political cost yang harus
dikeluarkan oleh Amerika Serikat. Dari sisi politik dampak yang diberikan adalah
adanya kepercayaan publik Amerika Serikat terhadap pemerintah dan pembuat

kebijakan. Selain itu, citra politik Obama dimata publik Amerika Serikat terjaga
seiring dengan baru terpilihnya Obama sebagai presiden Amerika Serikat.
Utility maximization menjelaskan pembuat kebijakan telah menentukan
alternatif untuk mendapatkan keuntungan dari kebijakan luar negeri yang telah
ditetapkan dengan keuntungan yang paling besar. Keuntungan yang didapatkan
oleh Amerika Serikat dalam kebijakan penggunaan PMCs pada invasi di Irak
dapat dilihatdari segi ekonomi, politik, dan respon publik Amerika Serikat.
Keuntungan politik yang diterima adalah citra politik pembuat kebijakan atau
dapat dikatakan disini adalah Presiden Obama tetap terjaga. Keuntungan dari segi
ekonomi adalah adanya pengalihan dana militer Amerika Serikat yang dialihkan
untuk menguatkan perekonomian dalam negeri Amerika Serikat. Keuntungan dari
opini publik adalah dilihat dari kebijakan penarikan militer Amerika Serikat,
kepercayaan publik Amerika Serikat dengan janji kampanye Obama pada saat
kampanye presiden tahun 2008 mengenai invasi Irak telah tercapai dengan
ditariknya mundur pasukan militer Amerika Serikat.
Sehingga kesimpulan dari analisa penggunaan PMCs oleh Amerika Serikat
pada invasi di Irak adalah dengan adanya kebijakan penarikan penarikan militer
Amerika Serikat berimplikasi terhadap adanya kebijakan mengenai penggunaan
PMCs di Irak. PMCs dipergunakan untuk mengisi pos yang kosong yang
ditinggalkan oleh militer Amerika Serikat yang ditarik mundur secara bertahap
mulai tahun 2009 sampai 2011. Layanan yang diberikan oleh PMCs berupa
rekonstruksi pasca perang dan juga memberikan pelatihan terhadap pasukan Irak.

Daftar Pustaka
Avant, Deborah D. and Renée de Nevers, Military Contractors & the American
Way of War, American Academy of Arts & Sciences, 2011
Bull, Hedley, The Anarchical Society A Study of Order in World Politics, 1977
Bures, Oldrich, Private Military Companies: A Second Best Peacekeeping
Option?, Oxford: Oxford University Press, 2005
George, Eric, The Market for Peace
Hildreth, Steven A, Iraq: International Attitudes to Operation Iraqi Freedom and
Reconstruction, The Library of Congress 2003
Kidwell, Deborah C, Public War, Private Fight? The United States and Private
Military Companies, Kansas: Combat Studies Institute Press, 2005
Kinsey, Christopher, Corporate Soldier and International Security: The Rise of
Private Military Company, New York: Routledge, 2006
Lilly, Damian, The Privatization of Security and Peacebuilding: A Framework for
Action, London: International Alert, 2000
Mansour, Ayman Ahmed Nada, The Influence of the Public Opinion on the
American Foreign Policy towards Iraq (1990-2011), 2012
Mintz, Alex and Karl DeRouen Jr., Understanding Foreign Policy Decision
Making, New York: Cambridge University Press, 2010
Pingeot, Lou, Dangerous Partnership: Private Military and Security Companies
and the UN, New York: Global Policy Forum, 2012
Scahill, Jeremy, Blackwater: The Rise of the World’s Powerful Mercenary Army,
New York : Avlon Publishing Group, 2007
Sefriani, Hukum Internasional Suatu Pengantar, 2012
Singer, Peter W., War, Profits, and the Vacuum of Law: Privatized Military Firms
and International Law, Columbia Journal of Tramsnational Law, 2004
Singer, Peter W., The Private Military Industry and Iraq: What Have We Learned
and Where to Next?, Geneva, 2004
Slantchev, Branislav L., The Rational Actor Model, San Diego: University of
California Press, 2005
Tonkin, Hannah, State Control Over Private Millitary and Security Companies in
Armed Conflict, New York: Cambridge University Press, 2011
Williams, Paul D. Security Studies: An Introduction, New York: Routledge, 2008

Zaki, Mohammed M., American Global Challenges: The Obama Era, New York:
Palgrave Macmillan, 2011
Jurnal
Baylis, et al, The US Invasion of Iraq: The American Way of War and the
Dilemmas of Counterinsurgency, 2007
Gomez, Jose L. del Prado, The Privatization of War: Mercenaries, Private
Military and Security Companies (PMSC), 2010
Jurnal Online
August Cole and Evan Perez, (2007) Blackwater Is Put on the Hot Seat; Congress
Summons Chief To Defend Force in Irak; FBI Joins Shooting Probe.
Diakses dari
pada
tanggal 25 Oktober 2013
Christian, Olsson, Private Military Companies in Iraq : a Force for Good?, 2005.
Diakses dari http://www.libertysecurity.org/article127.html. pada tanggal 20
Januari 2014
Donald E. Nuechterlein, (2009) Economic Downturn Impacts U.S. Foreign
Policy. Diakses di
http://donaldnuechterlein.com/2009/2009.11.economy.html pada tanggal 11
Mei 2014
Lilly, Damian, The Privatization of Peacekeeping; Prospects and Realities,
Geneva: UNIDIR, 2000. Diakses dari
http://www.peacepalacelibrary.nl/ebooks/files/UNIDIR_pdf-art135.pdf.
pada tanggal 10 Desember 2013
Report
Congress of The United State House of Representatives : Committee on Oversight
and Government Reform. 2007. Memorandum
Corcoran Berliner dan L.L.P Rowe, US International Traffic in Arms Regulation
(“ITAR”)
DCAF Backgrounder: Private Military Companies, 2006
Mosche Schwartz dan JenniferChurch, Department of Defense’s Use of
Contractors to Support Military Operations: Background, Analysis, and
Issues for Congress, 2013
WebSite
www.bbc.uk/special_report/2013/02/130216_iraq_statistics.shtml (diakses pada
tanggal 25 April 2014)

http://projects.washingtonpost.com/2008-presidentialcandidates/issues/candidates/barack-obama/ diakses pada tanggal 11 mei
2014
http://www.securityinfonet.com/contract_security_firms.htm diakses pada tanggal
15 mei 2014
www.washingtonpost.com/Barack-Obama-on-the-Issues-Campaign-2008/html
diakses pada tanggal 10 Mei 2014