PARADIGMA KOMUNIKASI POLITIK id. docx

PARADIGMA KOMUNIKASI POLITIK

Menurut Thomas Kuhn, paradigma merupakan landasan berpikir atau konsep
dasar yang dianut atau dijadikan model atau pola yang dimaksud unutk para ilmuwan
dalam upayanya mengadalkan studi-studi keilmuan. Thomas Kuhn dalam karyanya The
Structure of Scientific Revolution (Chicago: The Univercity of Cicago Press, 1970).
Paradigma disini diartikan Khun sebagai kerangka referensi atau pandangan yang
menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Secara etimologis, paradigma adalah
konstruk berpikir pandangan yang menyeluruh dan konseptual terhadap suatu
permasalahan dengan menggunakan teori formal, ekprerimentasi dan metode keilmuan
yang terpercaya. Suatu pandangan terhadapa dunia alam sekitarnya, yang merupakan
prespektif umum, suatu cara untuk menjabarkan masalah-masalah dunia nyata yang
kompleks.
Berdasarkan hal tersebut, paradigma dapat digunakan dalam khasanah keilmuan
sebagai model dan pola yang mana dari odel dan pola itulah fenomena yang dijelaskan
paradigma tertentu menjadi dasar untuk menyeleksi berbagai problem serta pola-pola
untuk mencari dan menemukan problem riset. Paradigma membantu merumuskan
tentang apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan yang harus dijawab, bagaimana
harus menjawabnya, serta aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam
menginterpretasikan informasi yang harus dikumpulkan dalam menjawab persoalanpersoalan tersebut.
Dalam komunikasi politik, ada empat macam paradigma, antara lain:

1.
2.
3.
4.

Paradigma Linier
Paradigma Divergen
Paradigma Konvergen
Paradigma Aksi-Reaksi

PARADIGMA LINEAR

1 | Page

Munculnya stigma negatif versus positif terhadap sebuah rezim kekuasaan lebih
disebabkan pola pandang yang linear atas sejarah. Paradigma linear ini cenderung
mendorong munculnya reduksi, predictability, dan determinasi. Akibatnya, sebuah
realitas tidak mampu dipotret secara utuh dan komprehensif serta menutup munculnya
kemungkinan yang lain (the others) atau alternatif-alternatif baru.
Paradigma linear ini berkembang seiring dengan stigmatisasi politis yang

berkembang saat ini. Sebuah kinerja hanya dilihat secara umum dan dampaknya
diprediksi secara pasti. Padahal, ada sisi keberhasilan yang bisa ditingkatkan dan ada
juga kegagalan yang harus diperbaiki atau ditinggalkan. Bahkan ada inovasi-inovasi
baru yang harus dikreasi karena situasi yang menghendaki. Ini semua akan terungkap
ketika ada pembacaan secara spesifik atas realitas kekuasaan.
Pembacaan secara spesifik terhadap realitas ini sangat diperlukan sehingga tidak
terjadi simplifikasi yang justru merugikan kita semua. Simplifikasi atas eksistensi
Soeharto memicu keparadoksalan makna yang sama sekali tak bermanfaat bagi
pembangunan karakter bangsa. Inilah salah satu agenda yang seharusnya dipecahkan
agar reformasi tidak menggali kuburnya sendiri, yaitu pembacaan secara objektif kinerja
pemerintahan sehingga pergantian kepemimpinan berdampak pada peningkatan
kesejahteraan rakyat. Ini merupakan tantangan yang tidak mudah karena kita belum
terbiasa membangun dan menempatkan kepemimpinan (rezim) sebagai sebuah
kontinuitas. Setiap rezim terjebak dalam demarkasinya masing-masing. Soekarno,
Soeharto, Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, dan Yudhoyono seakan hadir
sebagai rezim antitesis. Padahal, negara ini bergerak dari langgam sejarah yang sama.
Perlu kejujuran sejarah para pemimpin untuk mengakui kekurangan dan
kelebihannya. Begitu juga kita sebagai warga. Perlu kejujuran untuk menempatkan
pemimpin secara rasional dan proporsional. Kejujuran sejarah ini akan membuka
kejernihan berpikir dan bertindak kita sebagai sebuah bangsa dan memberi manfaat bagi

negara.

PARADIGMA DIVERGEN

2 | Page

Cara berpikir divergen adalah membiarkan pikiran kita untuk bergerak kemanamana secara statis. kita dituntut untuk mengeluarkan apapun yang muncul di benak dan
otak kita. munculnya satu ide akan dapat memicu timbulnya ide yang lain. sebanyak dan
sejelek apapun ide yang muncul tetap akan ditampung. proses berpikir divergen adalah
proses berpikir yang paling mudah muncul pada seseorang yang tidak terlalu
memperhatikan baik-buruknya suatu nilai sehingga dapat dengan mudah melompat dari
satu ide ke ide yang lain. ketika melahirkan sebuah ide, dituntut untuk mampu melihat
dunia di sekeliling kita secara menyeluruh. dengan langkah inilah proses kreatif dalam
berpikir semakin tajam sehingga ide yang muncul pun semakin bervariatif. pada
dasarnya dalam metode divergen ini adalah menghilangkan penilaian. karena jika
penilaian menghantui kita akan sulit untuk dapat menjalankan proses berpikir divergen
secara efektif.
Divergenitas Pilihan Politik di Indonesia
Sikap politik masyarakat Indonesia selalu bersifat divergen. Divergen adalah
sebuah jalan pemikiran, sikap, dan tindakan politik yang bercabang-cabang, yang

kadang kontradiktif antara satu cabang pemikiran dengan cabang pemikiran lainnya.
Bahasa gampangnya, pilihan politik tidak konsisten. Jatuhnya pilihan mayoritas pada
Pemilu tahun 2009, hasil survey Indobarometer yang baru-baru ini dirilis dan berbagai
survey lainnya menunjukkan popularitas Presiden SBY turun sampai di bawah 50
persen. Banyak lagi fenomena politik lain menunjukkan adanya divergenitas itu. Yang
lebih unik, tetapi juga sekaligus tidak impresif, ialah adanya hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa kelompok berpendidikan tinggi kurang berpartisipasi memberikan
suara dalam pemilu untuk memilih calon yang dinilai kompeten, tetapi ikut mengkritisi
kinerja pemerintah yang terbentuk setelah pemilu.

Kelompok Menengah ke atas
Kualitas partisipasi politik kelompok menengah ke atas ini cukup besar dalam
menjalankan politik yang produktif bagi kehidupan bangsa. Sayangnya, partisipasi
politik itu dilakukan dengan jalur yang sekunder, seperti mengkritik pemerintah,
bersimpati kepada demonstran, berbicara di media massa, atau mendiamkan berbagai

3 | Page

ketidakberesan dengan alasannya sebagian besar adalah karena kesibukan. Di sini,
terlihat lagi jalan pemikiran yang divergen, yaitu untuk datang ke TPS memberi suara

kepada calon yang kompeten atau membentuk partai politik idealis, mereka tidak
sempat. Tetapi bersitegang di forum-forum ilmiah atau seminar-seminar, mereka begitu
partisipatif seolah partisipasi politik jalur sekunder itu bisa begitu efektif memengaruhi
pemerintah. Orang boleh menyebut divergenitas ini sebagai dinamika politik kelas atas.
yang jelas, mereka yang divergen ini kehilangan kemampuan berpikir sederhana dalam
politik, yaitu bukankah seharusnya mereka mendiseminasikan informasi tentang track
record jagoannya sejak lama kepada orang-orangnya dan lalu pergi ke TPS untuk
memberi suara. Ironis sekali kalau tidak berpartisipasi memberi suara dalam pemilu
hanya karena berpikir bahwa suara mereka hanya satu, yang berarti tidak akan
berpengaruh besar terhadap suara kelompok menengah ke bawah. Soal fenomena sikap
politik yang divergen di kelompok menengah ke atas ini hanya satu dari sekian banyak
kasus divergenitas sikap politik dalam kaitannya dengan struktur sosial. Mereka
menjadi pihak pertama yang dibahas dalam tulisan ini karena status mereka yang lebih
tinggi seharusnya diiringi juga dengan tanggung jawab yang lebih besar dalam
memberikan pendidikan dan memengaruhi pilihan politik kelompok menengah ke
bawah secara legal.

Kelompok Menengah ke Bawah
Di media massa, suara mereka relatif sama dengan kelompok menengah ke atas
ketika menilai pemerintah, yaitu sebagian besar menilai kondisi ekonomi atau

penegakan hukum buruk. Hanya pilihan kata dalam menilai itu saja yang berbeda.
Tetapi, hasil pemilu atau hasil penelitian lembaga survey juga menunjukkan adanya
divergenitas pilihan politik itu kembali. Kalau menurut mereka sebuah pemerintahan
telah gagal, mengapa dipilih lagi atau diapresiasi dalam survey. Di sisi lain, kalau
mereka memberi apresiasi dalam survai atau memilih kembali, mengapa dalam waktu
relatif singkat dikatakan pemerintah telah ternyata telah gagal.

PARADIGMA KONVERGEN

4 | Page

Siapapun yang berada dalam setting politik bisa disebut sebagai komunikator
politik. Dalam kaitan materi ini komunikator yang dimaksud adalah komunikator politik
yang utama atau komunikator utama dalam politik. Komunikator politik disini adalah
orang yang secara tetap dan berkesinambungan melakukan komunikasi politik. Oleh
karenanya kemudian komunikator politik ini akan dititiktekankan kepada pemimpin
dalam proses politik.
Setiap komunikator politik pasti memiliki strategi atau cara berpikir yang
dipegang teguh demi tersampaikannya pesan secara efektif. Salah satu dari cara brpikir
tersebut adalah paradigma konvergen. Pengertian paradigma konvergen adalah sebuah

kerangka berpikir yang bersifat menuju satu titik atau bisa juga dikatakan memusat.
Konvergensi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu untuk
menyebarkan gagasan-gagasan politik secara lebih leluasa dibandingkan dengan media
massa konvensional. Bagi pemodal yang berafiliasi dengan kelompok politik,
konvergensi memberi peluang yang lebih terbuka untuk mentransformasikan gagasan
politik tertentu untuk meraup suara publik. Dengan demikian maka konvergensi media
berarti juga berpotensi menjadi medium hegemoni baru bagi kekuatan-kekuatan
ekonomi dan politik untuk meraih keuntungan sepihak. Konfigurasi kekuatan semacam
ini dapat mengancam terselenggaranya kehidupan demokrasi, karena, hakikatnya suara
publik cenderung akan dikendalian oleh kekuatan dominan dari pemilik modal sekaligus
kelompok kepentingan.
Dari tahun ke tahun, semakin jelas bagaimana dunia politik saat ini tidak dapat
lepas dari pemanfatan media. Termasuk pemanfaatan internet yang berkonvegensi
dengan media lama (surat kabar, majalah, TV, radio) dan media jejaring sosial
(facebook, twitter, dan lain-lain) yang memiliki dampak yang besar terhadap dinamika
dan perkembangan demokrasi dan politik di banyak negara.
Menurut Pramono Anung, “Teknologi Informasi (TI) yang kini berkembang
amat pesat, tak bisa dipungkiri memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
perubahan seluruh proses kehidupan, Perubahan informasi kini tidak lagi ada dalam
skala minggu atau hari atau bahkan jam, melainkan sudah berada dalam skala menit dan

detik”. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Information and

5 | Page

Communication Technology/ICT) telah membawa sejumlah perubahan dalam
kehidupan masyarakat dunia.
Sebagai contoh lengsernya Presiden Husni Mubarak, berawal dari protes yang
bermula dari Twitter dan Facebook. Lebih dari sejuta pemuda, mahasiswa, pengacara,
jurnalis, pengusaha, dan politikus kemudian berkumpul di pusat Kota Kairo. Mereka
menuntut Presiden Husni Mubarak mundur. Apa yang terjadi di Tahrir merupakan
akibat dari pergerakan yang tak terlihat di bawah tanah, sebuah perlawanan dari dunia
maya. Para demonstran datang karena ada seruan bersama di Twitter.Juga di
Facebook. Ada akun "We are all Khaled Said" yang memiliki fans lebih dari 370 ribu
orang. Khaled Said adalah pedagang yang tewas akibat dianiaya polisi tahun lalu. Akun
ini menyerukan aksi antipemerintah berkali-kali, hingga berhasil melengserkan Husni
Mubarak.
Era Konvergensi Media Teknologi informasi mutakhir telah berhasil
menggabungkan sifat-sifat teknologi telekomunikasi konvensional yang bersifat massif
dengan teknologi komputer yang bersifat interaktif. Fenomena ini lazim disebut sebagai
konvergensi, yakni bergabungnya media telekomunikasi tradisional dengan internet

sekaligus. Konvergensi menyebabkan perubahan radikal dalam penanganan,
penyediaan, distribusi dan pemrosesan seluruh bentuk informasi baik visual, audio, data
dan sebagainya. Kunci dari konvergensi adalah digitalisasi, karena seluruh bentuk
informasi maupun data diubah dari format analog ke format digital sehingga dikirim ke
dalam satuan bit (binary digit). Karena informasi yang dikirim merupakan format
digital, konvergensi mengarah pada penciptaan produk-produk yang aplikatif yang
mampu melakukan fungsi audiovisual sekaligus komputasi.
Sifat alamiah perkembangan teknologi selalu saja mempunyai dua sisi, positif
dan negatif. Di samping optimalisasi sisi positif, antisipasi terhadap sisi negatif
konvergensi nampaknya perlu dikedepankan sehingga konvergensi teknologi mampu
membawa kemaslahatan bersama. Pada aras politik ini diperlukan regulasi yang
memadai agar khalayak terlindungi dari dampak buruk konvergensi media. Regulasi
menjaga konsekuensi logis dari permainan simbol budaya yang ditampilkan oleh media
konvergen. Tujuannya jelas, yakni agar tidak terjadi tabrakan kepentingan yang
menjadikan salah satu pihak menjadi dirugikan.

6 | Page

Di era kedigdayaan media massa, politik dan laku politisi menjadi panggung
hiburan. Di era ini, politisi lebih suka tampil di media dan membuat sensasi berita.

Lebih suka retorika daripada karya, lebih suka fashion ketimbang vision. Televisi tampil
sebagai media utama kanal komunikasi elite politik sekaligus kanal gosip politik.
Televisi tidak hanya menjadi media talkshow yang kian mencerdaskan. Akan tetapi
lewat televisi, pertengkaran dan perkelahian elite politik menjadi drama dan telenovela
politik di ruang keluarga.
Oleh karena itu, pada aras politik diversifikasi konvergensi menuntut kebijakan
politik yang menjamin adilnya distribusi dan perlindungan konsumen. Pada tingkat ini,
diperlukan regulasi yang memadai agar akses konvergensi dapat dinikmati secara relatif
merata untuk semua kalangan.

PARADIGMA AKSI-REAKSI
Paradigma aksi-reaksi dapat dianalogikan sebagai hubungan sebab-akibat,
bahwasanya suatu aksi dapat memicu timbulnya reaksi tertentu. Adapun reaksi muncul
sebagai timbal balik reaksi. Dalam kajian komunikasi politik, pemikiran aksi-reaksi
adalah studi tentang pola-pola aksi dan reaksi antarnegara berdaulat melalui para elit
pemerintah. Paradigma aksi reaksi ini identik dengan kegiatan diplomatik dan militer,
baik dalam bentuk hubungan kerjasama maupun adanya konflik.
Paradigma aksi-reaksi yang dianut oleh bangsa Indonesia meliputi beberapa
tahap. Awalnya, para pembuat kebijakan merumuskan, membuat, dan menetapkan
tindakan, berdasarkan masalah yang ada di lapangan. Dalam merumuskan tindakan

tersebut, para pembuat kebijakan tidak perlu melakukan pengkajian terhadap masalah
yang terjadi di lapangan tersebut. Bahkan masyarakat pun memberikan istilah “Muncul
masalah, baru melakukan tindakan”. Beberapa kasus yang terkait dengan istilah
tersebut, antara lain: kelangkaan BBM (Bahan Bakar Minyak), proses berlangsungnya
Pilkada, demonstrasi, dan masalah ketahanan pangan. Keempat kasus tersebut adalah
sebagian kasus yang penanganannya menggunakan paradigma aksi reaksi.

7 | Page

Penelitian dan Pengembangan (Litbang) memiliki peranan yang besar dalam
menentukan pengaruh kebijakan terhadap pengembangan negara. Selain itu, peranan
Litbang dapat memperkecil terjadinya paradigma aksi-reaksi tersebut. Bahkan beberapa
negara maju sangat memberikan perhatian terhadap peranan Litbang dalam membangun
negaranya, sehingga mereka tidak sayang dalam mengalokasikan anggaran dana yang
sangat besar untuk kegiatan Litbang. Sebaliknya, Litbang di Indonesia hanya
mendapatkan alokasi anggaran sebesar 1% dari APBD. Oleh karena tidak
mengherankan bila Litbang di Indonesia sulit berkembang jika dibandingkan dengan
negara lainnya.
Lembaga Litbang sebenarnya telah menyusun perencanaan terhadap
permasalahan-permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, bahkan saat
mendatang. Tidak hanya itu, Litbang juga sudah menyediakan solusi penanganan dari
permasalahan-permasalahan tersebut. Namun, sekali lagi hasil kajian tersebut sama
sekali tidak dilirik oleh pemerintah dan hanya menjadi sampah, serta disimpan dibawah
meja saja. Hal inilah yang kemudian menjadikan kebijakan atau tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah hanya berefek sesaat sesuai dengan paradigma aksi-reaksi.
Misalkan terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa. Mahasiswa melakukan
aksi demo bukan tanpa alasan, bahkan mereka berani membeberkan kelemahankelemahan pemerintah yang bisa menghancurkan masa depan bangsa Indonesia.
Semenjak ada demo mahasiswa tersebut, pemerintah mulai menunjukkan reaksinya,
mulai dari mengintrospeksi dirinya, meminta maaf, bahkan sampai pada tahap bersaha
untuk memberikan solusi sebagai jawaban atas protes dari demonstrasi mahasiswa.

Analisis Kasus Komunikasi Politik Paradigma Konvergen

8 | Page

Kajian politik saat ini merupakan suatu tema yang menarik bagi masyarakat.
Jika dulu, sinetron, drama, film, dan acara musik saja yang ditampilkan sebuah media
khususnya televisi, saat ini telah berubah haluan. Berita, merupakan suatu hal yang
diminati masyarakat. Sehingga banyak stasiun telivisi swasta saat ini yang lebih
memfokuskan pada tayangan berita. Sebut saja TV One, dan Metro Tv. kedua stasiun
televisi swasta ini mengedepankan aspek informasi dan mengemas berita semenarik
mungkin dan update. Disamping pengemasan berita, ada hal menarik dari kedua televisi
swasta ini.
Keduanya, sama-sama memberikan sajian politik sebagai tayangan prime time
nya. Disamping berita, informasi berupa politik, baik dari segi informasi dan juga
“drama politiknya”. Bahkan fenomena konglomerasi media saat ini turut mempengaruhi
demokrasi politik di Negara kita. Sudah menjadi rahasia umum jikalau kedua media
besar ini merupkan milik petinggi partai yang cukup “terkenal” di Negara Indonesia.
Yaitu Partai Golkar dan Nasdem.
Bukan hal yang baru lagi jika media massa saat ini, khususnya televisi
merupakan alat penting untuk kampanye politik. Iklan nasdem yang mendominasi
Metro Tv dan iklan ARB yang setiap menit hadir di Tv One. Hal ini menarik jika
dianalisis dalam paradigma konvergen. Jika dalam paradigma konvergen hal ini dapat
kita sebut sebagai setting politik. Siapapun yang berada dalam setting politik bisa
disebut sebagai komunikator politik. Komunikator politik disini adalah orang yang
secara tetap dan berkesinambungan melakukan komunikasi politik. Oleh karenanya
kemudian komunikator politik ini akan dititik beratkan kepada pemimpin dalam proses
politik. Setiap komunikator politik pasti memiliki strategi atau cara berpikir yang
dipegang teguh demi tersampaikannya pesan secara efektif. Salah satu dari cara brpikir
tersebut adalah paradigma konvergen. Pengertian paradigma konvergen adalah sebuah
kerangka berpikir yang bersifat menuju satu titik atau bisa juga dikatakan
memusat. Konvergensi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu untuk
menyebarkan gagasan-gagasan politik secara lebih leluasa dibandingkan dengan media
massa konvensional.
Salah satu strategi pemilik modal untuk mempersuasi masyarakat yaitu dengan
cara iklan kampanye dan juga agenda setting, kedua cara tersebut intinya sama, yaitu

9 | Page

mengedepankan tentang calon presiden 2014, partainya, ataupun figure bahkan juga
bisa sebaliknya yaitu menghancurkan rival-rivalnya melalui provokasi judul berita dan
program acara yang dikemas secara persuasive, layaknya ILC (Indonesian Lawyers
Club) di TV one dan juga Forum Indonesia di Metro Tv.
. Bagi pemodal yang berkecimpung dengan kelompok politik, konvergensi
memberi peluang yang labih terbuka untuk mempersuasi gagasan politik tertentu untuk
meraup suara publik. Kedua Pemilik modal tersebut, hebatnya selain memiliki media
televisi, mereka juga mempunyai media-media lain seperti Koran dan juga portal-portal
berita, yang semakin mempersuasi perhatian masyarakat ataupun penonton terhadap
tokoh-tokoh politik serta partainya.
Pada zaman yang dipengaruhi oleh kekuatan politik dan media massa ini
diperlukan regulasi yang memadai agar khalayak terlindungi dari dampak buruk
konvergensi media. Regulasi menjaga masyarakat dari permainan symbol pesan dan
budaya yang ditampilkan oleh media konvergen. Tujuannya jelas, yakni agar tidak
terjadi kepentingan yang menjadikan salah satu pihak menjadi dirugikan.
Di era keemasan media massa ini, politik dan politisi dijadikan layaknya
panggung hiburan. Di era ini, politisi lebih suka tampil di media dan membuat sensasi
serta kehebohan. Lebih suka “koar-koar” tidak jelas, apalagi dalam menjatuhkan
lawannya daripada berprestasi, Televisi tampil sebagai media utama komunikasi elite
politik sekaligus gosip politik. Televisi tidak hanya menjadi media yang kian
mencerdaskan. Akan tetapi lewat televisi, pertengkaran dan perkelahian elite politik
menjadi drama politik di ruang keluarga (lihat saja perdebatan-perdebatan di ILC dan
Forum Indonesia).
Dengan adanya konfigurasi kekuatan semacam ini dapat mengancam
terselenggaranya kehidupan demokrasi, karena pada hakikatnya suara publik cenderung
akan dikenakan oleh kekuatan dominan dari pemilik modal sekaligus kelompok
kepentingan.
Oleh karena itu, dengan adanya fenomena diatas dituntut adanya kebijakan
politik yang menjamin adilnya distribusi dan perlindungan audience. Pada tingkat ini,
diperlukan regulasi yang memadai agar akses konvergensi dapat dinikmati secara relatif

10 | P a g e

merata untuk semua kalangan. Dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Selain itu,
diperlukannya pembentukan suatu lembaga yang netral, tanpa ada campur tangan politik
tertentu untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, agar masyarakat
tidak asal terpengaruh oleh media saat ini. Sedangkan untuk ranah pemilik modal,
sebaiknya dibentuk peraturan ataupun undang-undang yang melarang pemilik modal
yang berkecimpung dalam ranah politik untuk mendirikan suatu media. Jika perlu
diberikan sanksi yang berat, sehingga para pemilik modal jera dan juga mampu
mendirikan media yang benar-benar netral, dan tanpa campur tangan kepentingan
golongan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Gramedia: Jakarta.

11 | P a g e

Khun, Thomas S. 2002. The Structure of Scientific Revolution (terj. Tjun Sujarman).
Bandung: Rosda.
A.

Bakir Ihsan. (02 Februari 2008). Kejujuran Sejarah Pemimpin. Diakses pada
Minggu,

06

Oktober

2013

pukul

15.00

WIB.

http://www.seputar-

indonesia.com/edisicetak/opini/kejujuran-sejarah-pemimpin-3.html

12 | P a g e