Gender dalam pendidikan Islam (1)

GENDER DALAM PENDIDIKAN ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
1.

latar belakang
Gender tidak bersifat biologis, melainkan dikontruksikan secara sosial. Karena gender tidak dibawa
sejak lahir, melainkan dipelajari melalui sosialisasi, oleh sebab itu gender dapat berubah. Dalam berbagai
masyarakat atau kalangan tertentu dapat kita jumpai nilai dan aturan agama ataupun adat kebiasaaan yang dapat
mendukung dan bahkan melarang keikutsertaan anak perempuan dalam pendidikan formal, sebagai
akibaketidaksamaan kesempatan demikian maka dalam banyak masyarakat dapat dijumpai ketimpangan dalam
angka partisipasi dalam pendidikan formal

2.

Rumusan masalah

a.

Menjelaskam Pengertian Gender


b.

Menjelaskam Konsep Gender

c.

Menyebutkan kesetaraan Gender dalam Al Qur’an

d.

Menjelaskam Pengertian Pendidikan Islam

e.

Menyebutkan Prinsip Pendidikan islam

f.

Menyebutkan tujuan pendidikan islam


g.

Menjelaskam dasar-dasar Pendidikan Islam

h.

Menjelaskan subjek Pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gender
Gender artinya suatu konsep, rancangan atau nilai yang mengacu pada system hubungan sosial yang
membedakan fungsi serta peran perempuan dan laki-laki dikarenakan perbedaan biologis atau kodrat, yang oleh
masyarakat kemudian dibakukan menjadi ’budaya’ dan seakan tidak lagi bisa ditawar, ini yang tepat bagi lakilaki dan itu yang tepat bagi perempuan. Apalagi kemudian dikuatkan oleh nilai ideologi, hukum, politik,
ekonomi, dan sebagainya. Atau dengan kata lain, gender adalah nilai yang dikonstruksi oleh masyarakat
setempat yang telah mengakar dalam bawah sadar kita seakan mutlak dan tidak bisa lagi diganti.
Jadi, kesetaraan gender adalah suatu keadaan di mana perempuan dan laki-laki sama- sama menikmati
status, kondisi, atau kedudukan yang setara, sehingga terwujud secara enuh hak-hak an potensinya bagi
pembangunan di segala aspek kehidupan berkeluarga, berbangsa dan bernegara.
Islam


mengamanahkan

manusia

untuk

memperhatikan

konsep

keseimbangan,

keserasian, keselarasan, keutuhan, baik sesama umat manusia maupun dengan lingkungan alamnya. Konsep
relasi gender dalam Islam lebih dari sekedar mengatur keadilan gender dalam masyrakat, tetapi secara teologis
dan teleologis mengatur pola relasi mikrokosmos (manusia), makrosrosmos (alam), dan Tuhan. Hanya dengan
demikian manusia dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah, dan hanya khalifah sukses yang dapat
mencapai derajat abid sesungguhnya.
Islam memperkenalkan konsep relasi gender yang mengacu kepada ayat-ayat (al-Qur’an) substantif
yang sekaligus menjadi tujuan umum syari’ah (maqashid al-syariah), antara lain: mewujudkan keadilan dan

kebajikan (Q.S. an-Nahl [16]: 90):
Yang Artinya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambi pelajaran”.
B.

Konsep Gender
Islam

mengamanahkan

manusia

untuk

memperhatikan

konsep


keseimbangan,

keserasian, keselarasan, keutuhan, baik sesama umat manusia maupun dengan lingkungan alamnya. Konsep
relasi gender dalam Islam lebih dari sekedar mengatur keadilan gender dalam masyrakat, tetapi secara teologis
dan teleologis mengatur pola relasi mikrokosmos (manusia), makrosrosmos (alam), dan Tuhan. Hanya dengan
demikian manusia dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah, dan hanya khalifah sukses yang dapat
mencapai derajat abid sesungguhnya.
Laki-laki
menjalankan

dan

peran

perempuan
khalifah

dan

mempunyai

hamba.

hak
Soal

dan
peran

kewajiban
sosial

yang

dalam

ditemukan ayat al-Qur’an atau hadits yang melarang kaum perempuan aktif di dalamnya.

sama

masyarakat


dalam
tidak

Sebaliknya al-Alqur’an dan hadits banyak mengisyaratkan kebolehan perempuan aktif menekuni
berbagai profesi.
Dengan demikian, keadilan gender adalah suatu kondisi adil bagi perempuan dan laki-laki untuk dapat
mengaktualisasikan dan mendedikasikan diri bagi pembangunan bangsa dan negara. Keadilan dan kesetaraan
gender berlandaskan pada prinsip-prinsip yang memposisikan laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai:
hamba Tuhan (kapasitasnya sebagai hamba,
·

laki-laki dan perempuan masing-masing akan mendapatkan penghargaan dari Tuhan sesuai dengan
pengabdiannya Q.S. an-Nahl;[16]: 97),

·

khalifah di bumi ditegaskan dalam surat al-A’raf [7]: 165,

·


penerima perjanjian primordial (perjanjian dengan Tuhannya) sebagaimana disebutkan dalam surat al-A’raf
[7]: 172,

·

dan Adam dan Hawa dalam cerita terdahulunya yang telah disebutkan dalam surat al- A’raf [7]:22.
Ayat ayat tersebut diatas mengisyaratkan konsep kesetaraan dan keadilan gender serta memberikan
ketegasan bahwa prestasi individual baik dalam bidang spiritual maupun urusan karir profesiona, tidak mesti
dimonopoli oleh salah satu jenis kelamin saja. Laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yan sama
meraih prestasi yang optimal. Namun dalam realitas masyarakat, konsep ideal ini membutuhkan tahapan dan
sosialisasi, karena msih terdapat sejumlah kendala, terutama kendala budaya yang sulit diselesaikan.
Tujuan al-Qur’an adalah terwujudnya keadilan bagi masyarakat. Keadilan dalam al-Qur’an mencakup
segala segi kehidupan umat manusia, baik sebagai inividu maupu sebagai anggota masyarakat. Al-Qur’an tidak
mentolerir segala bentuk penindasan, baik berdasarkan kelompok etnis, warna kulit, suku bangsa, kepercayaan,
maupun yang berdasarkan jenis kelamin. Dengan demikian, terdapat suatu hasil pemahaman atau penafsiran
yang bersifat menindas atau menyalahi nilai-nilai luhur kemanusiaan, maka hasil pemahaman dan penafsiran
tersebut terbuka untuk diperdebatkan (debatable), apakah sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya sebagai
”rahmatan lil’alamin”
Tujuan al-Qur’an adalah terwujudnya keadilan bagi masyarakat. Keadilan dalam al-Qur’an mencakup

segala segi kehidupan umat manusia, baik sebagai inividu maupun sebagai anggota masyarakat. Al-Qur’an
tidak mentolerir segala bentuk penindasan, baik berdasarkan kelompok etnis, warna kulit, suku bangsa,
kepercayaan, maupun yang berdasarkan jenis kelamin. Dengan demikian, terdapat suatu hasil pemahaman atau
penafsiran yang bersifat menindas atau menyalahi nilai-nilai luhur kemanusiaan, maka hasil pemahaman dan
penafsiran tersebut terbuka untuk diperdebatkan (debatable), apakah sesuai dengan ajaran Islam yang
sebenarnya sebagai ”rahmatan lil’alamin”

C.

C. Kesetaraan Gender Dalam Al Qur’an
Di dalam ayat-ayat Alqur’an maupun sunnah nabi yang merupakan sumber utama ajaran islam,
terkandung nilai-nilai universal yang menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia dulu, kini dan akan datang.
Nilai-nilai tersebut antara lain nilai kemanusiaan, keadilan, kemerdekaan, kesetaraan dan sebagainya. Berkaitan
dengan nilai keadilan dan kesetaraan, Islam tidak pernah mentolerir adanya perbedaan atau perlakuan

diskriminasi diantara umat manusia. Berikut ini beberapa hal yang perlu diketahui mengenai kesetaraan Gender
dalam Al-quran.
1. Apa yang Dimaksud dengan Istilah "Gender"?
Gender adalah pandangan atau keyakinan yang dibentuk masyarakat tentang bagaimana seharusnya
seorang perempuan atau laki-laki bertingkah laku maupun berpikir. Misalnya Pandangan bahwa seorang

perempuan ideal harus pandai memasak, pandai merawat diri, lemah-lembut, atau keyakinan bahwa perempuan
adalah mahluk yang sensitif, emosional, selalu memakai perasaan. Sebaliknya seorang laki-laki sering
dilukiskan berjiwa pemimpin, pelindung, kepala rumah-tangga, rasional, tegas dan sebagainya.
Singkatnya, gender adalah jenis kelamin sosial yang dibuat masyarakat, yang belum tentu benar.
Berbeda dengan Seks yang merupakan jenis kelamin biologis ciptaan Tuhan, seperti perempuan memiliki
vagina, payudara, rahim, bisa melahirkan dan menyusui sementara laki-laki memiliki jakun, penis, dan sperma,
yang sudah ada sejak dahulu kala.
2. Apakah Al-quran mengatur tentang kesetaraan Gender?
Ya, dalam alquran surat Al-Isra ayat 70 yang berbunyi ( ditulis alqurannya dalam buku perempuan
sebagai kepala rumah tangga hal 41) Bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia yaitu laki-laki dan
perempuan dalam bentuk yang terbaik dengan kedudukan yang paling terhormat. Manusia juga diciptakan
mulia dengan memiliki akal, perasaan dan menerima petunjuk. Oleh karena itu Al-quran tidak mengenal
pembedaan antara lelaki dan perempuan karena dihadapan Allah SWT, lelaki dan perempuan mempunya derajat
dan kedudukan yang sama, dan yang membedakan antara lelaki dan perempuan hanyalah dari segi biologisnya.
Adapun dalil-dalil dalam Al-quran yang mengatur tentang kesetaraan gender adalah:
a.

Tentang hakikat penciptaan lelaki dan perempuan
Surat Ar-rum ayat 21, surat An-nisa ayat 1, surat Hujurat ayat 13 yang pada intinya berisi bahwa Allah
SWT telah menciptakan manusia berpasang-pasangan yaitu lelaki dan perempuan, supaya mereka hidup tenang

dan tentram, agar saling mencintai dan menyayangi serta kasih mengasihi, agar lahir dan menyebar banyak
laki-laki dan perempuan serta agar mereka saling mengenal. Ayat -ayat diatas menunjukkan adanya hubungan
yang saling timbal balik antara lelaki dan perempuan, dan tidak ada satupun yang mengindikasikan adanya
superioritas satu jenis atas jenis lainnya.
b. Tentang kedudukan dan kesetaraan antara lelaki dan perempuan
Surat Ali-Imran ayat 195, surat An-nisa ayat 124, surat An-nahl ayat 97, surat Ataubah ayat 71-72, surat
Al-ahzab ayat 35. Ayat-ayat tersebut memuat bahwa Allah SWT secara khusus menunjuk baik kepada
perempuan maupun lelaki untuk menegakkan nilai-nilai islam dengan beriman, bertaqwa dan beramal. Allah
SWT juga memberikan peran dan tanggung jawab yang sama antara lelaki dan perempuan dalam menjalankan
kehidupan spiritualnya. Dan Allah pun memberikan sanksi yang sama terhadap perempuan dan lelaki untuk

semua kesalahan yang dilakukannya. Jadi pada intinya kedudukan dan derajat antara lelaki dan perempuan
dimata Allah SWT adalah sama, dan yang membuatnya tidak sama hanyalah keimanan dan ketaqwaannya.
3. Apa Saja Prinsip Kesetaraan Gender dalam Al-Qur’an?
Menurut D.R. Nasaruddin Umar dalam "Jurnal Pemikiran Islam tentang Pemberdayaan Perempuan"
(2000) ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa prinsip-prinsip kesetaraan gender ada di dalam Qur’an,
yakni:
a. Perempuan dan Laki-laki Sama-sama Sebagai Hamba
Menurut Q.S. al-Zariyat (51:56), (ditulis alqurannya dalam buku argumen kesetaraan gender hal 248)
Dalam kapasitas sebagai hamba tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya mempunyai
potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba ideal. Hamba ideal dalam Qur’an biasa diistilahkan
sebagai orang-orang yang bertaqwa (mutaqqun), dan untuk mencapai derajat
b. Perempuan dan Laki-laki sebagai Khalifah di Bumi
Kapasitas manusia sebagai khalifah di muka bumi (khalifah fi al’ard) ditegaskan dalam Q.S. alAn’am(6:165), dan dalam Q.S. al-Baqarah (2:30) Dalam kedua ayat tersebut, kata ‘khalifah" tidak menunjuk
pada salah satu jenis kelamin tertentu, artinya, baik perempuan maupun laki-laki mempunyai fungsi yang sama
sebagai khalifah, yang akan mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi.
.D.

Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam yaitu bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuk kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain Pendidikan Islam merupakan suatu bentuk kepribadian utama
yakni kepribadian muslim. kepribadian yg memiliki nilai-nilai agama Islam memilih dan memutuskan serta
berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dgn nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam
merupakan pendidikan yg bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yg bercorak diri berderajat tinggi
menurut ukuran Allah dan isi pendidikan adl mewujudkan tujuan ajaran Allah (Djamaluddin 1999: 9).
Menurut Hasan Langgulung yg dikutip oleh Djamaluddin (1999) Pendidikan Islam ialah pendidikan yg
memiliki empat macam fungsi yaitu :
· Menyiapkan generasi muda utk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yg akan
datang. Peranan ini berkaitan erat dgn kelanjutan hidup masyarakat sendiri.
· Memindahkan ilmu pengetahuan yg bersangkutan dgn peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada
generasi muda.
· Memindahkan nilai-nilai yg bertujuan utk memilihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yg menjadi syarat
mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.
· Mendidik anak agar beramal di dunia ini utk memetik hasil di akhirat.
An-Naquib Al-Atas yg dikutip oleh Ali mengatakan pendidikan Islam ialah usaha yg dialakukan
pendidik terhadap anak didik utk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yg benar dari segala sesuatu di
dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yg tepat
di dalam tatanan wujud dan keberadaan (1999: 10 ).

Adapun Mukhtar Bukhari yg dikutip oleh Halim Soebahar mengatakan pendidikan Ialam adl seganap
kegiatan yg dilakukan seseorang atau suatu lembaga utk menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri sejumlah
siswa dan keseluruhan lembaga-lembaga pendidikan yg mendasarkan program pendidikan atau pandangan dan
nilai-nilai Islam (2002: 12).
Pendidikan Islam adl jenis pendidikan yg pendirian dan penyelenggaraan didorong oleh hasrat dan
semangat cita-cita utk mengejewantahkan nilai-nilai Islam baik yg tercermin dalam nama lembaga maupun
dalam kegiatan-kegiatan yg diselenggarakan (Soebahar 2002: 13).
Kendati dalam peta pemikiran Islam upaya menghubungkan Islam dgn pendidikan masih diwarnai
banyak perdebatan namun yg pasti relasi Islam dgn pendidikan bagaikan dua sisi mata uang mereka sejak awal
mempunyai hubungan filosofis yg sangat mendasar baik secara ontologis epistimologis maupun aksiologis.
Yang dimaksud dgn pendidikan Islam disini adl : pertama ia merupakan suatu upaya atau proses yg dilakukan
secara sadar dan terencana membantu peserta didik melalui pembinaan asuhan bimbingan dan pengembangan
potensi mereka secara optimal agar nanti dapat memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai
keyakinan dan pandangan hidup demi keselamatan di dunia dan akherat.Kedua merupakan usaha yg sistimatis
pragmatis dan metodologis dalam membimbing anak didik atau tiap individu dalam memahami menghayati dan
mengamalkan ajaran islam secara utuh demi terbentuk kepribadian yg utama menurut ukuran islam.
Dan ketiga merupakan segala upaya pembinaan dan pengembangan potensi anak didik utk diarahkan mengikuti
jalan yg islami demi memperoleh keutamaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.
Menurut Fadlil Al-Jamali yg dikutip oleh Muzayyin Arifin pendidikan Islam adl proses yg mengarahkan
manusia kepada kehidupan yg baik dan mengangkat derajat kemanusiaan sesuai dgn kemampuan dasar (fitroh)
dan kemampuan ajar (2003: 18).
Maka dgn demikian pendidikan Islam dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa
pendidikan Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia baik dari aspek rohaniah
jasmaniah dan juga harus berlangsung secara hirarkis. oleh krn itu pendidikan Islam merupakan suatu proses
kematangan perkembangan atau pertumbuhan baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi
proses kearah tujuan transformatif dan inovatif.
E.

F.

Prinsip Pendidikan islam
·

Prinsip tauhid

·

Prinsip Integrasi

·

Prinsip Keseimbangan

·

Prinsip persamaan

·

Prinsip pendidikan seumur hidup dan

·

Prinsip keutamaan.

tujuan pendidikan islam
· Untuk membentuk akhlakul karimah.

· Membantu peserta didik dalam mengembangkan kognisi afeksi dan psikomotori guna memahami menghayati
dan mengamalkan ajaran islam sebagai pedoman hidup sekaligus sebagai kontrol terhadap pola fikir pola laku
dan sikap mental.
· Membantu peserta didik mencapai kesejahteraan lahir batin dangan membentuk mereka menjadi manusia
beriman bertaqwa berakhlak mulia memiliki pengetahuan dan keterampilan berkepribadian integratif mandiri
dan menyadari sepenuh peranan dan tanggung jawab diri di muka bumi ini sebagai abdulloh dan kholifatulloh.
Dengan demikian sesungguh pendidikan islam tak saja fokus padaeducation for the brain tetapi juga
pada education for the heart. Dalam pandangan islam krn salah satu misi utama pendidikan islam adl dalam
rangka membantu peserta didik mencapai kesejahteraan lahir batin maka ia harus seimbang sebab bila ia hanya
focus pada pengembangan kreatifiats rasional semata tanpa diimbangi oleh kecerdasan emosional maka
manusia tak akan dapat menikmati nilai kemajuan itu sendiri bahkan yg terjadi adl demartabatisasi yg
menyebabkan manusia kehilangan identitas dan mengalami kegersangan psikologis dia hanya meraksasa dalam
tehnik tapi merayap dalam etik.
Demikian pula pendidikan islam mesti bersifat integralitik arti ia harus memandang manusia sebagai
satu kesatuan utuh kesatuan jasmani rohani kesatuan intelektual emosional dan spiritual kesatuan pribadi dan
sosial dan kesatuan dalam melangsungkan mempertahankan dan mengembangkan hidup dan kehidupannya.
G. Dasar-Dasar Pendidikan Islam
Dalam tiap aktivitas manusia sebagai instrumen transformasi ilmu pengetahuan budaya dan sebagai
agen perubahan sosial pendidikan memerlukan satu landasan fundamental atau basik yg kuat. Adapaun dasar yg
di maksud adl dasar pendidikan Islam suatu totalitas pendidikan yg wajib bersandar pada landasan dasar
sebagaimana yg akan dibahas dalam bagian berikut ini.
Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yg bergaerak dalam rangka pembinaan
kepribadian yg utuh paripurna atau syumun memerlukan suatu dasar yg kokoh. kajian tentang pendidikan Islam
tak lepas dari landasan yg terkait dgn sumber ajaran Islam yaitu :
·

Al-Qur’an

Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yg disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Di dalam terkandung ajaran pokok yg dapat dikembangkan utk keperluan aspek kehidupan melalui ijtihad.
Ajaran yg terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar yaitu yg berhubungan dgn masalah
keimanan yg disebut aqidah dan yg berhubungan dgn amal disebut syari’ah. Oleh krn itu pendidikan Islam
harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam
sesuai dgn perubahan dan pembaharuan (Darajat 2000: 19).
·

As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan rasul. Yang di maksud dgn pengakuan itu ialah
kejadian atau perbuatan orang lain yg diketahui oleh Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau
perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an yg juga sama berisi
pedoman utk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspek utk membina umat menjadi manusia seutuh atau
muslim yg bertaqwa. Untuk itulah rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama.

Maka dari pada itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim
dan selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebab mengapa ijtihad perlu ditingkatkan
dalam memahami termasuk yg berkaitan dgn pendidikan. As-Sunnah juga berfungsi sebagai penjelasan
terhadap beberapa pembenaran dan mendesak utk segara ditampilkan yaitu :
·

Menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an yg bersifat umum

·

Sunnah mengkhitmati Al-Qur’an.

 Ijtihad
Ijtihad adl istilah para fuqoha yaitu berfikir dgn menggunakan seluruh ilmu yg dimiliki oleh ilmuan
syari’at Islam utk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syara’ dalam hal-hal yg ternyata belum
ditegaskan hukum oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Namun dgn demikian ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi
seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Oleh krn itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yg sangat dibutuhkan sepanjang
masa setelah rasul Allah wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yg diperlukan dalam kehidupan yg
senantiasa berkembang. Ijtihad dalam bidang pendidikan sejalan dgn perkembangan zaman yg semakin maju
bukan

saja

dibidang

materi

atau

isi

melainkan

juga

dibidang

sistem.

Secara substansial ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah yg diolah oleh
akal yg sehat dari para ahli pendidikan Islam.
H. Subjek Pendidikan.
Subjek pendidikan adalah orang yang berkenaan langsung dengan proses pendidikan dalam hal ini
pendidik dan peserta didik. Peserta didik yaitu pihak yg merupakan sabjek terpenting dalam pendidikan. Hal ini
disebabkan atau tindakan pendidik itu diadakan atau dilakukan hanyalah utk membawa anak didik kepada
tujuan pendidikan Islam yg dicita-citakan. Dalam PPRI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
disebutkan bahwa yg dimaksud dgn peserta didik ialah anggota masyarakat yg berusaha menyumbangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yg tersedia pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu (PPRI
2005: 12)
Pendidik atau guru secara implisit ia telah merelakan diri dan memikul dan menerima sebagai tanggung
jawab pendidikan yg terpikul dipundak pada oranag tua. (Dzarajat 2000: 39) Maka dgn demikian subjek
pendidikan Islam yaitu semua manusia yg berproses dalam dunia pendidikan baik formal informal maupunn
nonformal yg sama-sama mempunyai tujuan demi pengembangan kepribadiannya. Sehingga menjadi insan yg
mempunyai kesadaran penuh kepada sang pencipta.
I.

Kurikulum dan Materi.
Hal penting yg perlu diketahui dalam proses belajar mengajar atau proses kependidikan dalam suatu
lembaga adlh kurikulum (Arifin 2003: 77).
Menurut Soedijarto yg dikutip Khoiron Rosyadi mengartikan kurikulum dgn lima tingkatan yaitu :
Pertama sebagai serangkaian tujuan yg menggambarkan berbagai kemapuan (pengetahuan dan
keterampilan) nilai dan sikap yg harus dikuasi dan dimiliki oleh peserta didik dari suatu satuan pendidikan;

Kedua sebagai kerangka materi yg memberikan gambaran tentang bidang-bidang study yg harus
dipelajari oleh peserta didik utk menguasai serangkaian kemampuan nilai dan sikap yg secara institusional
harus dikuasi oleh peserta didik setelah selesai dgn pendidikannya;
Ketiga diartikan sebagai garis besar materi dari suatu bidang study yg telah dipilih utk dijadikan objek
belajar.
Keempat adalah sebagai panduan dan buku pelajaran yg disusun utk menunjang terjadi proses belajar
mengajar;
Kelima adalah sebagai bentuk dan jenis kegiatan belajar mengajar yg dialami oleh para pelajar termasuk
di dalam berbagai jenis bentuk dan frekuensi evaluasi yg digunakan sebagai bagian terpadu dari strategi belajar
mengajar yg direncanakan utk dialami para pelajar. (2004:243-244)
Oleh karena itu kurikulum menggambarkan kegiatan belajar mengajar dalam suatu lembaga
kependidikan tak hanya dijabarkan serangkai ilmu pengetahuan yg harus diajarkan pendidik kepada anak didik
dan anak didik mempelajarinya. Tetapi juga segala kegiatan yg bersifat kependidikan yg dipandanag perlu krn
mempunyai pengaruh terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Adapun pengertian
kurikulum secara etimologi berasal dari bahasa latin (suatu jarak yg harus ditempuh dalam pertandingan
olahraga) kemudian yg dialihkan kedalam pengertian pendidikan menjadi suatu lingkaran pengajaran dimana
guru dan murid terlibat didalamnya. Dan secara termenologi adl menunjukkan tentang segala mata pelajaran yg
dipelajarai dan juga semua pengalamam yg harus diperoleh serta semua kegiatan yg harus dilakukan anak.
Adapun yg dimaksud dgn materi yaitu bahan-bahan atau pengalaman belajar ilmu agama Islam yg
disusun sedemikian rupa atau disampaikan kepada anak didik.(Uhbiyati 2003:14)
Materi dan kurikulum memiliki keterkaitan atau depadensi yg sangat erat mengingat meteri merupakan
integral dari kurikulum dan pencapaian materi secara sistematis diatur dari kurikulum yg ada.
KESIMPULAN
Gender artinya suatu konsep, rancangan atau nilai yang mengacu pada system hubungan sosial yang
membedakan fungsi serta peran perempuan dan laki-laki dikarenakan perbedaan biologis atau kodrat, yang oleh
masyarakat kemudian dibakukan menjadi ’budaya’ dan seakan tidak lagi bisa ditawar, ini yang tepat bagi lakilaki dan itu yang tepat bagi perempuan. Apalagi kemudian dikuatkan oleh nilai ideologi, hukum, politik,
ekonomi, dan sebagainya. Atau dengan kata lain, gender adalah nilai yang dikonstruksi oleh masyarakat
setempat yang telah mengakar dalam bawah sadar kita seakan mutlak dan tidak bisa lagi diganti.
Islam

mengamanahkan

manusia

untuk

memperhatikan

konsep

keseimbangan,

keserasian, keselarasan, keutuhan, baik sesama umat manusia maupun dengan lingkungan alamnya. Konsep
relasi gender dalam Islam lebih dari sekedar mengatur keadilan gender dalam masyrakat, tetapi secara teologis
dan teleologis mengatur pola relasi mikrokosmos (manusia), makrosrosmos (alam), dan Tuhan. Hanya dengan
demikian manusia dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah, dan hanya khalifah sukses yang dapat
mencapai derajat abid sesungguhnya.
Islam

mengamanahkan

manusia

untuk

memperhatikan

konsep

keseimbangan,

keserasian, keselarasan, keutuhan, baik sesama umat manusia maupun dengan lingkungan alamnya. Konsep

relasi gender dalam Islam lebih dari sekedar mengatur keadilan gender dalam masyrakat, tetapi secara teologis
dan teleologis mengatur pola relasi mikrokosmos (manusia), makrosrosmos (alam), dan Tuhan. Hanya dengan
demikian manusia dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah, dan hanya khalifah sukses yang dapat
mencapai derajat abid sesungguhnya.
Pendidikan Islam yaitu bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuk kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain Pendidikan Islam merupakan suatu bentuk kepribadian utama
yakni kepribadian muslim. kepribadian yg memiliki nilai-nilai agama Islam memilih dan memutuskan serta
berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dgn nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam
merupakan pendidikan yg bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yg bercorak diri berderajat tinggi
menurut ukuran Allah dan isi pendidikan adl mewujudkan tujuan ajaran Allah (Djamaluddin 1999: 9).
.DAFTAR PUSTAKA
§

Hj. Mursyidah Thahir (ed), " Jurnal Pemikiran Islam tentang Pemberdayaan

§ Perempuan", PP Muslimat NU kerjasama dengan Logos Wacana Ilmu, 2000
§

Nasaruddin Umar, "Qur’an untuk Perempuan", Jaringan Islam Liberal (JIL) &Teater

Utan Kayu, 2002§

§

Sisters in Islam, "Are Women and Men Equal Before Allah?", SIS Forum-Malaysia, 1991

§

Lily Zakiyah Munir "Memposisikan Kodrat" Perempuan dan Perubahan dalam Perspektif

Islam