Sekolah sebagai Organisasi Sosial dalam

Sekolah sebagai Organisasi Sosial dalam
Pengembangan Pembelajaran
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas individu dalam Mata Kuliah
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Dosen : Dr. Zaimuddin, M.A.

DisusunOleh :
Aceng Fuad Hasim Ikbal (152025117)

PROGRAM PASCA SARJANA
STUDI KONSENTRASI MANAGEMENT PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN
JAKARTA 1437 H / 2017 M

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’aalamin puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah Swt yang telah memberikan kenikmatan terutama nikmat Iman, Islam serta
nikmat sehat waal’afiat sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan makalah
ini dengan baik.
Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada baginda

alam yakni Nabi Muhammad Saw. Kepada keluarganya, shahabatnya, dan seluruh
umatnya sampai hari kiamat.
Tidaklah mudah menyusun makalah ini, penulis menyadari itu
sepenuhnya. Tidak sedikit kesulitan, hambatan, rintangan, dan cobaan yang
penulis alami. Karena dalam penulisan makalah ini diperlukan kesungguhan,
ketenangan, ketelatenan, kesabaran, kejernihan hati ketajaman pikiran, serta
kedalaman pengetahuan. Namun berkat do’a, dorongan dan motivasi dari berbagai
pihak alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis

Aceng Fuad Hasim Ikbal

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
BAB 1I PEMBAHASAN ............................................................................ 3
A. Pengertian sekolah sebagai organisasi sosial dalam pengembangan
pembelajaran ...................................................................................... 3
1. Pengertian sekolah ........................................................................ 3
2. Pengertian organisasi ................................................................... 3
3. Pengertian sosial ........................................................................... 5
4. Pengertian pembelajaran .............................................................. 5
B. Makna sekolah sebagai organisasi sosial dalam pengembangan
pembelajaran ....................................................................................... 6
C. Karakteristik

sekolah

sebagai

organisasi

sosial


dalam

pengembangan pembelajaran ............................................................. 8
D. Elemen sekolah sebagai organisasi sosial dalam pengembangan
pembelajaran ..................................................................................... 11
E. Idealitas gaya kepemimpinan sekolah sebagai organisasi sosial
dalam pengembangan pembelajaran ................................................. 12
BAB 1II PENUTUP .................................................................................... 16
Kesimpulan ........................................................................................ 16
Daftar Pustaka .......................................................................................... 17

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah sebagai organisasi pendidikan memiliki peranan yang sangat penting
dalam mengembangkan potensi peserta didik, sebagaimana definisi pendidikan yang
termuat dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, bahwa pendidikan

merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif dan mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dari definisi pendidikan tersebut, dapat diambil benang merah, bahwa esensinya
pendidikan mengarah pada “penciptaan suasana belajar yang efektif” dan proses
“pembelajaran yang interaktif”. Dalam hal ini, proses pembelajaran yang dilakukan
merupakan pembelajaran terjadi proes perubahan kemampuan peserta didik sebagai
evaluasi dari sistem pendidikan yang dilakukan di sekolah.
Sekolah sebagai organisasi dengan sistem terbuka, senantiasa mampu beradaptasi
dan peka terhadap perubahan atau perkembangan yang terjadi. Setiap aktivitas yang
ada di sekolah, harus mengarah pada proses pembelajaran, karena hakikatnya sekolah
merupakan organisasi pembelajar (learning organization).
Pembelajaran yang terjadi pada ranah sekolah banyak sekali melibatkan berbagai
aspek, diantaranya keterkaitan antara peseta didik, pendidik, kepala sekolah, kepala
yayanasan (kalau sekolah yayasan) dan tentunya pemerintah yang menjadi badan
pengawas yang mengatur dan mengawasi sistem dan proses pembelajaran yang
berlangsung secara kongkrit (nampak) maupun secara abstrak (tak nampak) dari
proses pembelajaran tersebut.
Proses pembelajaran tak hanya berlangsung di dalam ruangan kelas, secara

keseluruhan proses pembelajaran berawal dari peserta didik mandi dan berangkat ke
sekolah hingga akhirnya tiba dirumah kembali merupakan suatu rangkaian proses
pembelajaran. Karna hakikatnya pembelajaran itu merupakan suatu pembiasaan yang
kita anggap baik dan untuk dilakukan secara terus menerus untuk menghasilkan
sesuatu hasil yang menjadi titik acuan dalam suatu kehidupan yang diharapkan.
Maka disini, sekolah merupakan suatu wadah organisasi dalam membuat suatu
ketentuan yang tersusun secara sistematis dan diawasi oleh pihak tertentu dalam
1

2

menjalankan aktifitasnya dalam mengemban proses pembelajaran untuk mendapatkan
hasil sesuai yang diharapkan suatu instasi tersebut, seperti yang tertuang dalam tujuan
Pendidikan Nasional Negara Indonesia yang telah dijelaskan sebelumnya. Untuk itu
penulis mengangkat judul makalah tentang sekolah sebagai organisasi sosial dalam
pengembangan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sekolah sebagai organisasi sosial dalam pengembangan
pembelajaran?

2. Apa makna, karakteristik dan elemen sekolah sebagai organisasi sosial dalam
pengembangan pembelajaran?
3. Bagaimana idealitas gaya kepemimpinan sekolah sebagai organisasi sosial dalam
pengembangan pembelajaran?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian sekolah sebagai organisasi sosial dalam pengembangan
pembelajaran
1. Pengertian sekolah
Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar serta
tempat menerima dan memberi pelajaran.1 Sedangkan menurut Wayne
yang dikutip oleh Soebagio Atmodiwiro, sekolah adalah sistem
interaksi sosial suatu organisasi keseluruhan

terdiri atas interaksi

pribadi terkait bersama dalam suatu hubungan organik.2 Sedangkan
berdasarkan Undang-undang No 2 Tahun 1989, sekolah adalah satuan
pendidikan


yang

berjenjang

dan

berkesinambungan

untuk

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.
Jadi Sekolah merupakan merupakan tempat bertemunya pendidik
dan peserta didik dan elemen lain yang menunjang proses interaksi
dalam suatu pentransformasian ilmu pengetahuan baik secara lisan,
tulisan, tersirat dan tersurat dalam kurun waktu yang telah ditentukan
dan mempunyai sistem berjenjang dalam pencapaiannya.
2. Pengertian organisasi
Pada dasarnya pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu organisasi arti statis dan organisasi dalam arti dinamis.

a. Organisasi dalam arti statis
Organisasi dalam arti statis berarti melihat organisasi sebagai
sesuatu yang tidak bergerak atau diam. Melihat organisasi sebagai
sesuatu yang tidak bergerak berarti melihat organisasi itu seperti
yang tergambar dalam bagan (organogram) yang beraneka ragam.3
Pandangan baku terhadap suatu organisasi hanya terlihat sebagai

1

Daryanto, Evaluasi Pendidikan , Jakarta: Rineka Cipta. 1997, hal. 544.
Soebagio Admodiwiro, Manajemen Pendidikan, Jakarta: PT Ardadizya, 2000, hal.37.
3
Nur Rafida Herawati dan Rini Kurniasih, “Konsep Dasar Organisasi, Definisi, Tujuan
dan Proses”, dalam makalah Jurusan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012, hal. 1.
2

3

4


bagan-bagan dari penelompokkan tugas-tugas dari organisasi
tersebut.
Ada berbagai macam pandangan tentang organisasi dalam arti
statis, antara lain sebagai berikut :
1.1. Organisasi dipandang sebagai wadah atau sebagai alat
pencapaian tujuan.
1.2. Organisasi dipandang sebagai jaringan dari hubungan kerja
yang bersifat formal.
1.3. Organisasi dipandang sebagai saluran hirarki kedudukan atau
jabatan yang ada yang menggambarkan secara jelas tentang
garis wewenang, garis komando dan garis tanggungjawab.4
b. Organisasi dalam arti dinamis
Organisasi dalam arti dinamis berarti memandang organisasi
sebagai suatu organ yang hidup, suatu organisme yang dinamis.
Memandang organisasi sebagai organisme yang dinamis berarti
memandang organisasi tidak hanya dari segi bentuk dan wujudnya,
tetapi juga melihat organisasi itu dari segi isinya. Isi daripada
organisasi adalah sekelompok orang-orang yang melakukan
kegiatan untuk mencapai tujuan bersama.5 Dengan menyatukan visi

dan misi dari setiap individu sehingga menjadi satu pandangan
yang utuh dalam melihat tujuan tersebut.
Sedangkan menurut Thompson yang dikutip oleh Thoha yaitu
an roganization is a highly rationalized and impersonal integration
of a large member of specialists cooperating to achieve some
announched

speciific

objectif.6 Sebuah roganization adalah

rasionalisasi yang sangat kuat dan ikatan kebersamaan dalam setiap
kinerja anggotanya yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
4

Nur Rafida Herawati dan Rini Kurniasih, dalam makalah Jurusan Matematika, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012, hal. 1-2.
5
Nur Rafida Herawati dan Rini Kurniasih, dalam makalah Jurusan Matematika, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012, hal. 2.

6
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya , Jakarta: Rajawali,
1992, Cet. Ke-4, hal. 132.

5

bersama yang diharapkan. Harapan bersama dalam mewujudkan
apa yang menjadi cita-cita dalam sebuah organisasi.
Jadi organisasi dalam pandangan yang dinamis ini adalah suatu
wadah yang dibangun dan digerakkan oleh harapan yang sama dari
setiap individu yang ada di dalamnya sehingga badan tersebut
menjadi satu kesatuan yang yang saling melengkapi dalam
mewujudkan setiap harapannya, sehingga terjalin ikatan yang kuat
di antara anggota yang berada di dalamnya.
3. Pengertian sosial
Sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu semua hal
yang berkenaan dengan masyarakat.7 Selain itu sosial merupakan
sebuah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan.8
Sosial merupakan suatu keadaan dimana terjadinya proses kegiatan
berinteraksi langsung maupun tidak langsung, sengaja maupun tidak
sengaja setiap individu melakukan sesuatu yang diarahkan oleh
kebutuhan dirinya sebagai makhluk yang saling membutuhkan akan
orang lain.
4. Pengertian pembelajaran
Menurut Dimyati dan Mudjiono yang dikutip oleh Syaiful Sagala,
pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar.9 Sumber belajar yang terstruktur
dalam pengaplikasian proses pembelajaran yang sudah diestimasikan
keberhasilan dalam pencapaiannya.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran
adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.

7

http://kbbi.web.id/sosial
Enda, Ilmu Perilaku Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hal.
9
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran , Bandung: Alfabeta, 2011, hal. 62.
8

6

Jadi pembelajaran merupakan proses kegiatan yang disusun secara
sistematis guna menunjang tujuan yang diharapkan dalam pencapaian
tentang suatu informasi yang telah diberikan kepada orang lain dengan
memperhatikan aspek penunjang dari proses tersebut sehingga
kegiatan

tersebut

mengarah

kepada

tujuan

yang

diharapkan

sebelumnya.
Jadi secara garis besarnya sekolah sebagai organisai sosial dalam
pengembangan pembelajaran, merupakan suatu usaha dari suatu instansi
atau sekolah dalam mengembangkan proses pembelajaran yang ada
didalamnya dengn melihat bahawasanya setiap anggota yang ada di
dalamnya merupakan pelaku sosial yang membutuhkan perlakuan sosial
dalam menunjang tujuan bersama dalam wadah yang menaungi segala
aktifitas sosial yang terjadi didalamnya tanpa mengesampingkan tugas
pokok dari setiap anggotanya dalam menjalankan tugasnya sebagai
seorang guru atau staf lainnya. Sehingga ketercapaian dari tujuan tersebut
merupakan usaha bersama dengan melibatkan hubungan interaksi yang
terjadi dalam instansi tersebut.

B. Makna sekolah sebagai organisasi sosial dalam pengembangan
pembelajaran
Sekolah sebagai organisasi pembelajaran akan selalu bersikap terbuka
untuk belajar, sehingga keterlibatan seluruh personil sekolah sangat
dominan untuk menciptakan efektivitas sekolah. Ada beberapa dimensi
organisasi pembelajaran (learning organization) :
1. Transfering

knowledge,

transformasi ilmu

yaitu

berorientasi

pada

terjadinya

pengetahuan. Dalam implementasinya terhadap

pembelajaran di sekolah, dimensi ini terletak pada pembelajaran yang
bersifat student oriented

(menyangkut kebutuhan belajar peserta

didik, perbedaan individual, dan kepribadian peserta didik) dan
content oriented (hal ini berhubungan dengan materi dan metode

pembelajaran yang disampaikan oleh guru).

7

2.

Opennes, yaitu keterbukaan sistem dalam menerima pengetahuan

atau pengalmn dari berbagai pihak, baik yang bersift kritik, saran,
pendapat, mupun lainnya. Sikap terbuka, akn membut organisasi
semakin mudah untuk berkembang dan jauh dari sifat entropy, hal ini
dikarenakan sekolah tanggap dan tangguh menerima berbagai kondisi
atau situasi, baik secara internal maupun eksternal.
3. System Thinking, yaitu kemampuan berfikir secara sistematis.
4. Team Leraning, adalah kemampuan dan kemauan belajar dan bekerja
sama dalam tim. Dimesi ini mengarah pada pembentukan kekuatan
dan kapasitas tim, baik dari segi semangat, komitmen, kecerdasan,
sehingga akan mempermudah dalam bertukar pikiran, dan hal ini akan
lebih efektif dibandingkan kemampuan belajar individu.
5. Creativity, yang dikutip oleh Aan Komarih dan Cepi Triatna dalam
bukunya Supriyadi, mendefinisikan kreatif sebagai kemampuan
seseorang menlahirkan

sesuatu yang baru, baik berupa

gagasan

maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya. Dari definisi tersebut, kreatif identif dengan berfikir
kreatif, berusaha melahirkan feature atau keistimewaan

dan

keunggulan dari setiap gagasan atau ide nya. pembelajaran yang
bersifat kreatif akan menghasilkan sesuatu yang bermutu dan berjalan
secara terus menerus, karena hakikatnya sesuatu yang bermutu itu
tidak akan selesai atau bersifat dinamis tidak statis.10
6. Emphaty, merupakan sifat

yang penuh

dengan

kepedulian dan

respon terhadap berbagai kedaan. Sifat emphty yang diterapkn di
sekolah akan menghasilkan

suasabna atau iklim

belajar

yang

menyenangkan, karena menghasilkan komunikasi yang efektif antar
warga sekolah maupun stakeholder.
7. Personil Maturity, berhubungan dengan kemapanan SDM yang ada
dalam
10

organisasi sekolah. Kedewasaan atau kematangan personil

Aan Komarih dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif , Jakarta
: Bumi Aksara, 2008, Hal. 7.

8

sekolah akan mempermudah kepala sekolah kaupun guru dalam
menempatkan atau memposisikan tugas untuk etiap personil sekolah
termasuk peserta didik. Kematngn menunjukkan danya kemampuan
dan kemauan seseorang untuk melakukan tugas dan tanggung
jawabnya. Hal ini, jelas sangat penting dalam sebuah organisasi.11
Budaya organisasi berkaitan erat dengan iklim dan suasana di tempat
kerja yang ada. Maka membangun budaya organisasi di sekolah sangat
penting dilakukan terutama dalam usaha mencapai tujuan pendidikan dan
peningkatan

kinerja

guru

di

sekolah.

Budaya

organisasi

akan

mempengaruhi seluruh elemen dan lingkungan kerja di sekolah. Suasana
dan lingkungan kerja yang diwarnai dengan saling mengerti tentunya akan
membawa budaya kasih bagi para guru dan karyawan, serta bagi para
siswa.12

C. Karakteristik sekolah sebagai organisasi sosial dalam pengembangan
pembelajaran
Sekolah adalah tempat untuk belajar. Belajar mengenai berbagai mata
pelajaran, belajar mengenai kehidupan sosial, dan belajar mengenai hidup.
Sekolah adalah tempat untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan baru.
Sekolah harus mampu mencermati kebutuhan peserta didik yang
bervariasi, keinginan tenaga kependidikan yang berbeda, kondisi
lingkungan yang beragam, harapan masyarakat yang menitipkan anaknya
pada sekolah agar kelak bisa mandiri, serta tuntutan dunia kerja untuk
memperoleh tenaga

yang produktif, potensial, dan berkualitas.13

Pendidikan hendaknya mengarah kepada kepada aspek kemanfaatan untuk
masa yang akan datang.

11

64.

Aan Komarih dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif , hal. 59-

Hotner Tampubolon, “Budaya Organisasi, Motivasi dan Kinerja Guru di Sekolah
Sebagai Dasar Penegembangan Tenaga”, dalam Jurnal Pasca Sarjana UKI Jakarta Timur, 2015,
hal. 147.
13
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2011, Cet.11, hal.54.
12

9

Adapun Karakteristik Sekolah sebagai organisasi sosial dalam
pengembangan pembelajaran sebagai sebagai berikut :
1.

Organisasi pembelajar memiliki budaya dan seperangkat nilai yang
mendorong belajar, dengan indikator yang tampak adalah keterbukaan
pada pengalaman, tidak menghindar dari kesulitan, dan kemauan
untuk menelaah kegagalan dan mau belajar darinya

2.

Strategi organisasi menyatakan bahwa belajar merupakan sumber
keunggulan strategi yang mantap

3.

Organisasi belajar memiliki struktur organisasi yang permeable (dapat
dilewati atau terlarut), fleksibel, and network intimacy (jaringan yang
saling memahami).

4.

Sistem organisasi dalam organisasi pembelajar sangat akurat, tepat
waktu, dan tersedia untuk siapa pun yang membutuhkan dan dalam
bentuk yang mudah dipergunakan. Hal ini menandakan bahwa sekolah
sebagai organisasi pembelajar memiliki manajemen sistem informasi
yang baik dan efektif.

5.

Organisasi pembelajar menyeleksi orang tidak berdasarkan apa-apa
yang

diketahu, tetapi berdasarkan kemampuannya belajar dan

menyesuaikan tindakannya berdasarkan hasil belajar
6.

Organisais pembelajar belajar dari orang lain

7.

Pemimpin organisasi pembelajar adalah pembelajar14
ketahui, akan dapat diatasi dengan menerapkan learning organization

di setiap sekolah, karena proses tranformasi pengetahuan yang menjadi
dimensi

organisais

pembelajar akan memberikan dampak positif

terhadap peroses kedewasaan individu, baik kedewasaan secara akademis
maupun sosial.
Namun, dalam prakteknya tidak semua sekolah menerapkan learning
organization ini. masih banyak sekolah-sekolah yang belum menerapkan

pembelajaran yang mengarah pada student oriented

maupun content

oriented. Hal ini dapat terlihat, dari banyaknya guru yang belum
14

Aan Komarih dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif , hal. 65.

10

profesional dalam melakukan pembelajaran di kelas, serta manajemen
sekolah yang belum efektif. Dalam hal

ini, kepala sekolah sebagai

pemimpin harus mampu mengarahkan semua personil sekolah dalam
mengakomodir kebutuhan warga sekolah untuk mau belajar guna
meningkatkan kemampuannya.
Karakteristik tata tertib dan disiplin sekolah mempunyai hubungan
yang signifikan dengan prestasi belajar. Pada dasarnya tata tertib dan
disiplin merupakan harapan yang dinyatakan secara explisit yang
mengandung peraturan tertulis mengenai perilaku peserta didik yang dapat
diterima, prosedur disiplin, dan sanksi-sanksinya. Ada

dua dimensi

penting dari disiplin yaitu: persetujuan kepala sekolah dan guru terhadap
kebijakan disiplin sekolah dan dukungan yang diberikan kepada guru
dalam menegakkan disiplin sekolah. Indikator karakteristik ini adalah:
1.

Terdapat peraturan tertulis yang menetapkan tingkah laku peserta
didik yang bisa diterima.

2.

Penyusunan tata tertib melibatkan aspirasi peserta didik.

3.

Terhadap

pelanggaran-pelanggaran, dengan

cepat

dilakukan

tindakan kedisiplinan.
4.

Pemberian tugas tambahan atas ketidakhadiran dan keterlambatan
yang dilakukan peserta didik.

5.

Tata tertib disosialisasikan kepada peserta didik melalui berbagai cara.

6.

Orang tua peserta didik memberikan dukungan kepada sekolah
mengenai kebijakan disiplin sekolah.

7.

Penjatuhan hukuman

hendaknya

disertai

dengan

penjelasan

mengenai maksud dan alasan positif dari pengambilan tindakan
tersebut.
8.

Peserta didik memperlakukan guru dan peserta didik dengan saling
menghargai.

9.

Ada konsistensi diantara para guru mengenai prosedur disiplin bagi
peserta didik.

11

10. Guru memiliki standar tertulis tentang perilaku peserta didik yang
dipatuhi secara konsisten di dalam kelas.15
Ketercapainan dari tujuan bersama dalam proses pendidikan pastinya
menitik beratkan kepada bagaimana ketentuan dari proses pembelajaran
pada suatu instansi pendidikan dalam pengelolaan sumber daya pengajar,
terutama dari kualifikasi dari seorang pengajar tersebut, sehingga tujuan
yang diharapkan dari instansi tersebut sesuai dengan apa yang
diharapkannya.

D. Elemen sekolah sebagai organisasi sosial dalam pengembangan
pembelajaran
Dalam pengaplikasinnya pengorganisasian yang terdapat disekolah
maupun di instansi mana saja pastinya akan berpegang pada beberapa
elemen yang mendukung kinerjanya dalam berorganisasi.
Pengorganisasian memiliki tiga elemen penting yang menonjol
yaitu :
1. Komitmen manajemen puncak terhadap manajemen sumberdaya yang
ada.
2. Departemen sumber daya yang tangguh, dan
3. Administrasi lini staf yang terintegrasi dengan baik16
Kinerja guru berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya di sekolah,
dengan interaksi antara dirinya dengan lingkungan kerja yang terdiri dari
rekan sesama guru, kepala sekolah, siswa, dan komponen sekolah lainnya.
Kinerja guru akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar atau prestasi
belajar siswa. Kinerja guru yang tinggi akan menyebabkan tingginya
tingkat keberhasilan belajar siswa.17 Bukan hanya dalam aspek pedagogik
seorang pendidik yang harus diutamakan melainkan pula aspek sosial yang
sangat menunjang ketercapaiandari proses pembelajaran. Karna tetika kita
15
16

E. Mulyasa , Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah , hal.79-80.
Henry Simamora, Manajeme Sumberdaya Manusia , Yogyakarta : STIE YKPN, 2004,

hal. 25.
17

Hotner Tampubolon, dalam Jurnal Pasca Sarjana UKI Jakarta Timur. 2015. hal. 146.

12

hanya mengedepankan aspek pedagogik saja tanpa melihat bagaimna
kenyamanan dalam berinteraksi kepada peserta didiknya dan memahami
kondisi apa yang sedang dialami peserta didik dengan suatu pendekatan
emosional pendidik, hal tersebut akan membut suatu keadaan yang
nyaman bagi peserta didik dalam proses berinteraksi terutama dalam
proses penerimaan ilmu pengetahuan.
Keadaan yang nyaman dalam berinteraksi tersebut akan sangat
memudahkan seseorang mempercayai dan menerima berbagai informasi
yang diberikan terhadap orang yang sudah mereka percayai dan mereka
segani dari hasil interaksi yang nyaman dari kedua belah pihak. Selain dari
bagaimana cara kita beinteraksi kepada peserta didik terdapat banyak hal
lain yang sangat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran,
diantaranya bagaimana kita memodifikasi gaya belajar dengan mediamedia yang banyak disenangi oleh peserta didik ataupun dengan hal-hal
yang lebih unik dalam proses pembelajaran tersebut.

E. Idealitas gaya kepemimpinan sekolah sebagai organisasi sosial dalam
pengembangan pembelajaran
Seorang guru harus mampu menciptakan kreatifitas dan efektifitas
dalam merencanakan, mengelola kelas dan pengajarannya.18 Karena
dengan hal tersebut tujuan dari proses pembelajaran akan lebih mudah
tercapai. Terlebih lagi, dengan berkreatifitas akan menjadikan kualitas dari
seorang pengajar terlihat dan dipercayai kemampuannya dan menjadi nilai
lebih terhadap pengajar tersebut di mata sekolah khususnya. Tujuan dari
ketercapaian pembelajaran merupakan salah satu hal yang menjadi
prioritas seorang anggota sekolah dalam menjalankan tugasnya, terlebih
lagi itu merupakan tujuan bersama dalam suatu tatanan dalam organisasi
sekolah.
Menurut Kwantes dan Boglarsky yang dikutip oleh Burhanuddin
mengemukakan bahwa Pentingnya keberadaan anggota organisasi
18

Hotner Tampubolon, dalam Jurnal Pasca Sarjana UKI Jaktim, 2015, hal. 147.

13

bukanlah ditentukan sekedar apa yang dapat mereka capai atau selesaikan.
Melainkan sejauhmana mereka berkontribusi penuh mensukseskan misi
organisasi. Mereka diharapkan dapat mencapai atau menyelesaikan
sesuatu yang lebih besar, penuh tantangan dan mewujudkan cita-cita
organisasi yang lebih tinggi. Untuk mewujudkan keinginan ini, perlu
dibangun

suatu

budaya

organisasi

yang

mampu

memfasilitasi

pengembangan kapasitas individual anggota agar proses kepemimpinan
organisasi

benar-benar

efektif.19 Budaya organisasi ini harus yang

memberikan dampak yang sangat relevan sebagi penunjang dari
terlaksananya tujuan bersama tadi. Untuk itu perlu adanya gaya
kepemimpinan yang khas dari pemimpin itu sendiri dan sifat
kepemimpinan yang tertanam dari setiap anggotanya. Maksudnya bukan
ada dua kepemimpinan yang mendominasi dalam suatu organisasi atau
kelompok, melainkan sifat kepemimpinan yang tertananam kepada setiap
anggotanya

terhadap

wilayah

bidangnya

masing-masing

tanpa

mengintimidasi cara berkreasi maupun cara berinovasi anggotanya,
tentunya masih dalam koridor peningkatan organisasi / sekolah dan masih
dalam satu wacana tujuan bersama dai hal ini biasanya disebut sebagai
kepemimpinan transformasional.
Kepemimpinan merupakan kegiatan mempengaruhi orang-orang
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.20 Sedangkan
menurut Young yang dikutip oleh Kartini Kartono, kepemimpinan adalah
bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup
mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu, berdasarkan
akseptasi atau penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian
khusus yang tepat bagi situasi khusus.21 Garis besarnya, kepemimpinan
merupakan suatu gaya atau karakteristik yang khas yang melekat pada

Burhanuddin, “Kepala Sekolahan”, dalam jurnal Jurusan Administrasi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan UIN Malang, 2013, hal. 187.
20
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : Rajawali,1983, hal.38.
21
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan , hal.38.
19

14

seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang
pemimpin.
Transformasional berasal dari kata transformasi yang artinya
perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan sebagainya).22 Menurut Bass
yang dikutip oleh Fifi Swandari mendefinisikan bahwa kepemimpinan
transformasional yaitu pemimpin yang mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu. Dengan penerapan
kepemimpinan transformasional

bawahan

akan merasa dipercaya,

dihargai, loyal dan respek kepada pimpinannya. Pada akhirnya bawahan
akan termotivasi untuk melakukan lebih dari yang diharapkan.23
Menurut penelitian Helen M. Marks dari Ohio State Universiti yang
dikutip oleh Burhanuddin, mengisyaratkan

bahwa kepemimpinan

transformasional yang berusaha mengintegrasikan partisipasi guru dalam
memimpin

pengembangan pembelajaran lebih

efektif

karena gaya

kepemimpinan yang demikian memiliki dampak positif karena para guru
memiliki kemauan dan keahlian untuk memimpin pelaksanaan program
pengembangan

pembelajaran di sekolah. Upaya kepala sekolah

membangun kapasitas kepemimpinan para guru dalam pengembangan
pembelajaran sangat penting bagi peningkatan kinerja organisasi
sekolah.24
Kepemimpinan transformasional juga merupakan gaya kepemimpinan
yang digunakan oleh seseorang manajer bila ia ingin suatu kelompok
melebarkan batas dan memiliki kinerja melampaui status quo atau
mencapai serangkaian sasaran organisasi yang sepenuhnya baru.
Kepemimpinan transformasional pada prinsipnya memotivasi bawahan
untuk berbuat lebih baik dari apa yang bisa dilakukan.25 Jadi
kepemimpinan tranformasioanal ini akan sangat banyak memberikan
22

http://kbbi.web.id/
23
Fifi Swandari, “Menjadi Perusahaan yang Survive Dengan Transformasional
Leadership” dalam jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi vol.1 No.2 Mei 2003, hal. 93-102.
24
Burhanuddin, dalam jurnal Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
UIN Malang, 2013, hal. 208.
25
Elizabeth O’Leary, Kepemimpinan, Yogyakarta: Edisi Pertama, 2001, hal. 149.

15

dampak yang positif bagi kinerja dengan tujuan untuk menghasilkan
tujuan dari sekedar apa yang diharapkan ssebelumnya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
sekolah sebagai organisasi sosial dalam pengembangan pembelajaran
merupakan suatu wadah organisasi yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang
mendukung

kinerja

dalam

proses

pencapaian

pembelajaran

dengan

memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan lingkungan sebagai
penunjang keberhasilan dari usaha bersama yang terjadi dalam suatu lingkungan
tatanan sosial yang terencana dalam bagaimana mentransformasikan ilmu
pengetahuan secara efektif dan efisien kepada sasaran pembelajaran / peserta
didik dengan melibatkan dan membangun tatanan sosial dari segi pendekatan
emosional dalam pengaplikasiannya.
Ketercapaian tujuan organisasi sekolah bukan hanya merupakan indikator
dari keberhasilan organisasi sekolah itu bekerja, melainkan ada unsur lain yang
harus lebih dipahami dalam proses pencapaiannya tersebut, seperti bagaimana kita
memupuk rasa kebersamaan, mempunyai sifat kepemimpinan untuk dirinya dan
orang lain dan tentunya saling memahami dalam proses kerjasamanya. Karna
sejatinya dalam bersosial itu tidak melihat bagaimana suatu hasil, melainkan
bagaimana hasil itu diproses.

16

17

Daftar Pustaka

Admodiwiro, Soebagio, Manajemen Pendidikan, Jakarta: PT Ardadizya, 2000.
Burhanuddin, “Kepala Sekolahan”, dalam jurnal Jurusan Administrasi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan UIN Malang, 2013.
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. 1997.
Enda, Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Kartono, Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : Rajawali,1983.
Komarih, Aan dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif ,
Jakarta : Bumi Aksara, 2008.
Mulyasa, E, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2011, Cet.11.
O’Leary, Elizabeth, Kepemimpinan, Yogyakarta: Edisi Pertama, 2001.
Rafida Herawati, Nur dan Rini Kurniasih, “Konsep Dasar Organisasi, Definisi,
Tujuan dan Proses”, dalam makalah Jurusan Matematika, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2012.
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2011.
Simamora, Henry, Manajemen Sumberdaya Manusia , Yogyakarta : STIE YKPN,
2004.
Swandari, Fifi, “Menjadi Perusahaan yang Survive Dengan Transformasional
Leadership” dalam jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi vol.1
No.2 Mei 2003.
Tampubolon, Hotner, “Budaya Organisasi, Motivasi dan Kinerja Guru di Sekolah
Sebagai Dasar Penegembangan Tenaga”, dalam Jurnal Pasca Sarjana
UKI Jakarta Timur, 2015.
Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya , Jakarta:
Rajawali, 1992, Cet. Ke-4.
http://kbbi.web.id/