ANALISIS KONTRASTIF DAN ANALISIS KESALAH

ANALISIS KONTRASTIF DAN ANALISIS
KESALAHAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
ARAB
Oleh : Isral Naska1
Abstrak
Pembelajaran bahasa Arab adalah salah satu bidang
sarat problematika. Sebagai solusi untuk menekan
problematika tersebut, ditawarkan dua bentuk analisis,
yaitu analisis kontrastif dan analisis kesalahan. Analisis
kontrastif dimaksudkan untuk memprediksi kesulitan
yang akan dihadapi siswa ketika belajar. Prediksi itu
dibangun atas sejumlah asumsi dan hipotesis. Sedangkan
analisis kesalahan dimaksudkan untuk memahami
hakikat kesalahan yang terjadi. Kesalahan-kesahalan
yang ditemukan pada siswa diklasifikasikan menjadi
beberapa
jenis.
Kendatipun
kemunculan
analisis
kesalahan adalah sebagai reaksi dari analisis kontrastif,

kedua-duanya sesungguhnya dapat saling melengkapi
dalam usaha menciptakan pembelajaran bahasa Arab
yang efektif dan efisien.
Kata kunci : analisis kontrastif, analisis kesalahan,
PBA
A.

PENDAHULUAN

Analisis kontrastif dan analisis kesalahan termasuk
ke dalam bidang linguistic terapan yang memiliki
hubungan yang erat dengan bidang pembelajaran bahasa
asing. Kedua jenis analisis ini memiliki peran yang besar
1

Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

dalam mewujudkan pembelajaran bahasa asing yang
lebih efektif dan efisien.
Analisis kontrastif adalah yang pertama kali muncul.

Kemunculannya pada tahun 50 an memberikan sentuhan
baru dalam dunia pembelajaran bahasa asing. Untuk
pertama
kalinya
dalam
sejarah,
dua
bahasa
diperbandingkan
untuk
mencari
persamaan
dan
perbedaan. Tujuan akhir adalah untuk mencari sisi yang
mudah dan sulit dari bahasa asing yang dipelajari. Pada
awal kemunculannya, analisis ini sempat diyakini sebagai
satu-satunya cara untuk mengenali kesulitan belajar
bahasa asing.
Namun kemudian, analisis kontrastif tak luput dari
kritik. Bahwa analisis ini hanya dominan pada tataran

bunyi dan tidak pada tataran lainnya. Menjawab
kekurangan analisis kontrastif, analisis kesalahan muncul
sebagai solusi. Bahwa prediksi kesalahan tidaklah
berguna, jalan terbaik adalah memahami bentuk
kesalahan yang telah terjadi dalam sebuah aktivitas
pembelajaran bahasa asing.
Belakangan muncul pemikiran untuk menyatukan
keduanya. Analisis kontrastif dan analisis kesalahan harus
dipadukan agar dapat menjadi solusi dari kesulitan
belajar bahasa asing.
Makalah ini akan berusaha untuk membahas kedua
jenis analisis ini secara ringkas. Makalah ini akan dibagai
menjadi dua sub bahasan utama. Sub bahasan pertama
berbicara tentang analisis kontrastif dan sub bahasa ke
dua berbicara tentang analisis kesalahan.
B.
ANALISIS KONTRASTIF
1. Pengertian Analisis Kontrastif

Analisis Kontrastif adalah komparasi sistem-sistem

linguistic dua bahasa, misalnya system bunyi atau
system gramatikal.Analisis kontrastif berupa prosedur
kerja adalah aktivitas atau kegiatan yang mencoba
membandingkan struktur B1 ( bahasa ibu ) dengan
struktur bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi
perbedaan-perbedaan
diantara
kedua
bahasa
tersebut.Perbedaan-perbedaan antar dua bahasa yang
diperoleh dan dihasilkan melalui anakon, dapat
digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau
kmemprediksi kesulitan-kesulitan atau kendala-kendala
belajar berbahasa yang akan dihadapi oleh para siswa
disekolah terutama dalam mempelajari bahasa kedua.2
Analisis Konstrastif bahasa adalah sebuah proses
kajian
dimana
peneliti
melakukan

aktivitas
memperbandingkan dua bahasa atau lebih. Perbandingan
itu dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan unsurunsur bahasa yang sama, serupa dan berbeda. Tujuan
utama dari pembandingan itu adalah untuk mengenali
kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi para pelajar
dalam mempelajari bahasa asing tertentu. Pengetahuan
tentang kesulitan-kesulitan tersebut dapat bermanfaat
untuk beberapa hal seperti, penyusunan buku dan bahan
ajar, penyusunan latihan-latihan bahasa, dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa asing.
Bidang kajian analisis kontrastif bahasa muncul
dalam dunia linguistic dipelopori oleh Robert Lado pada
tahun 50-an, lewat sebuah buku yang ia tulis : Lingustic
Across Cultures. Dalam buku tersebut ia memaparkan
sebuah konsep tentang perbandingan (kontrastif) dua
bahasa, dimana konsep tersebut berguna untuk berbagai
hal, salah satunya pembelajaran bahasa asing. Bidang ini
2

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis kontrastif Bahasa, (Bandung: Angkasa, 1992), hal 4.


adalah salah satu bentuk dari sekian kajian yang berguna
bagi dunia pembelajaran bahasa.
Lewat pendapatnya, Lado menjelaskan manfaat
analisis kontrastif : pengalaman menunjukkan bahwa
bahan ajar yang disusun atas prinsip-prinsip analisis
kontrastif lebih ringkas dan memberikan hasil yang lebih
efektif. Lado juga memaparkan bahwa proses analisis
kontrastif dapat diterapkan pada berbagai tataran
bahasa, yaitu fonem, morfem, gramatika, makna, hingga
tataran budaya.
Analisis yang diperkenalkan Lado ini, dikenal dengan
analisis kontrastif yang bersifat pre analysis. Yaitu dengan
mendeskripsikan aspek-aspek kesulitan yang diprediksi
akan dihadapi pelajar ketika belajar bahasa asing. Kajian
analisis ini dimungkinkan lewat melakukan kontrastif
antara dua bahasa atau lebih, apakah bahasa tersebut
berada dalam satu rumpun atau tidak. Semakin kecil
perbedaan antara bahasa, maka akan semakin mudah
dan sebaliknya, semakin besar perbedaan, maka akan

semakin sulit bagi siswa.
Kampus-kampus di Negara Barat yang berkosentrasi
dalam bidang bahasa Arab telah aktif melakukan kajian
ini. Mereka secara intens melakukan kajian analisis
kontrastif bahasa untuk menjelaskan keterkaitan antara
bahasa Arab dengan bahasa-bahasa lainnya. Hal inilah
yang menjadi sebab utama lebih majunya perguruanperguruan tinggi di Barat dalam meletakkan klasifikasi
tentang bahasa arab.3
Henri Guntur Tarigan mengemukakan bahwa analisis
kontrastif, berupa prosedur kerja, adalah aktivitas atau
kegaitan yang mencoba membandingkan struktur B1
dengan strukutr B2 untuk mengindentifikasi perbedaan3

269-270

Rusydi Ahmad Tha’imah, Ta’limu al Lughah ittishaliyan Bayna Manahij wa al Istiratijiyat,(2006 ), h

perbedaan di antara kedua bahasa. Perbedaanperbedaan antara dua bahasa, yang diperoleh dan
dihasilkan melalui Anakon, dapat digunakan seabgai
landasan dalam meramalkan atau mempredikisi kesultankesultian atau kendala-kendala belajar berbahasa yang

akan dihadapi oleh para siswa di sekolah, terlebih-lebih
dalam belajar B2.4
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan
bahwa Analisis Kontrastif adalah sebuah prosedur yang
menunjukkan dasar-dasar pembandingan antara struktur
B1 dengan B2. Penyebutan istilah B1 disini adalah
merujuk kepada bahasa yang sudah biasa dipakai oleh
pelajar dalam kehidupan sehari-hari, bisa bahasa ibu atau
bahasa kedua. Sedangkan B2 adalah bahasa asing yang
dipelajari. Perbandingan antara B1 dan B2 untuk
mencapai tujuan mempermudah pembelajaran B2.
2.

Dasar-dasar Analisis Kontrastif

Analisis Kontrastif dibangun atas hipotesis tertentu.
Tarigan menjelaskan, bahwa hipotesis anakon terdiri dari
dua kelompok, yaitu hipotesis bentuk kuat dan hipotesis
bentuk lemah.
Hipotesis bentuk kuat menyatakan bahwa semua

kesalahan
dalam B2 dapat diramalkan dengan
menidentifikasi perbedaan antara B1 dan B2 yang
dipelajari oleh para siswa. Hipotesis bentuk kuat ini
didasarkan kepada asumsi-asumsi berikut :
1. Penyebab utama atau penyebab tunggal kesulitan
belajar dan kesalahan dalam pengajaran bahasa
asing adalah interferensi5 bahasa ibu. Kesulitan
4

Henry Guntur Tarigan. Op.cit. hal 4.
Situasi kedwibahasaan mulai terjadi pada pembelajaran bahasa asing. Kontak antara kedua bahasa
menimbulkan fonomena saling mempengaruhi. Bahasa mana yang terpangaruh besar tergantung ke kepada tingkat
penguasaan bahasa sang dwibahasawan. Bila yang bersangkutan lebih menguasai bahasa ibu, mka bahasa itulah
5

belajar itu sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh
perbedaan B1 dan B2;
2. Semakin besar perbedaan antara B1 dan B2 semakin
akut atau gawat kesulitan belajar;

3. Hasil perbandingan antara B1 dan B2 diperlukan
untuk meramalkan kesulitan dan kesalahan yang
akan terjadi dalam belajar bahasa asing;
4. Bahan pengajaran dapat ditentukan secara tepat
dengan
membandingkan
kedua
bahasa
itu,
kemudian dikurangi dengan bagian yang sama
sehingga aa yang harus dipelajari oleh siswa adalah
sejumlah perbedaan yang disusun berdasarkan
analisis kontrastif.6
Keeempat asumsi di atas dapat dijelaskan lewat
contoh kontrastif sebagai berikut :
Menurut Alwi, tempat artikulasi /d/ dalam bahasa
Indonesia adalah dental-alveolar. Sedangkan cara
arktikulasi adalah hambat7. Dalam bahasa Arab /‫ض‬/
memiliki tempat artikulasi al Asnan al Latswi (dental
alveolar)8.

Sedangkan
cara
artikulasi
adalah
9
infijariyyah (hambat/letupan) . Dari aspek ini, /d/
dan /‫ض‬/ sama, yaitu sama-sama mempunya daerah
dan cara artikulasi yang sama. Namun /‫ض‬/ memiliki
sifat ithbaq yang tidak dipunyai oleh /d/. Berdasarkan
fakta ini, /‫ض‬/ akan menjadi hal yang sulit bagi orang
yang banyak mempengarahui B2. Sebaliknya, karena sesuatu sebab, penguasaan B2 melebihi penguasaan B1, maka
giliran B1 lah yang dipengaruhi oleh B2. Dalam taraf permulaan pembelajaran bahasa asing dapat dipastikan bahwa
bahasa ibu lebih dikuasai daripada bahasa asing. Dalam situasi seperti ini pengaruh bahasa ibu sangat menonjol
terhadap bahasa asing. Bila pengaruh itu tidak sejalan dengan system bahasa asing, maka terjadilah interferensi b1
terhadap b2. Interferensi menimbulkan penyimpangan. Interferensi menimbulkan kesalahan berbahasa. Lihat, Henri
Guntur Tarigan, Ibid, hal 7-8.
6
Ibid, hal 5-6.
7
Dental alveolar adalah tempat artikulasi yang berlokasi pada pertemuan gigi bagian atas dan langit-langit.
Hambat adalah fonem yang pengucapkannya dengan menahan aliran udara sejenak kemudian melepaskannya.
Hambat sering juga disebut dengan letupan. Istilah letuparn merujuk kepada terhamburnya aliran udara dari paruparu ketika hambatan dilepaskan. Amril dan Hermanto, Fonologi Bahasa Indonesia, (Padang, UNP Press, 2002), hal
79.
8
Ahmad Muhammad Qadur, Mabadi’ Lisaniyyat, (Damsyiq, Darul Fikri, 1996), hal 68.
9
Mahmud Sa’ran, Ilm al Lughah, (Beirut, Dar al Nahdhah al Arabiyyah), hal 157.

Indonesia karena dalam sistem fonem bahasa
Indonesia tidak dikenal sifat ithbaq10. Interferensi
dapat terus terjadi ketika mengucapkan / ‫ض‬/ yaitu
menggantinya dengan /d/, misalkan ‫و ل الضضضضالين‬
dirubah menjadi ‫و ل الدالين‬. Oleh karena perbedaan
ini, bahan ajar harus mengarahkan siswa untuk
banyak berlatih / ‫ض‬/ dengan sifat ithbaq-nya.
Sedangkan hipotesis bentuk lemah menyatakan
bahwa analisis kontrastif hanya bersifat diagnostic
belaka. Oleh karena itu, analisis kontrastif bahasa harus
bekerjasama dengan analisis kesalahan bahasa. 11
Berdasarkan paparan Tarigan di atas, dapat kita
simpulkan bahwa Analisis Kontrastif dipahami dalam dua
bentuk sudut pandang. Sudut pandang pertama
mengatakan bahwa analisis ini dapat menentukan
kesulitan secara mutlak lewat proses kontrastif.
Tampaknya inilah bentuk pemahaman paling awal
tentang analisis kontrastif.
Sedangkan sudut pandang kedua lebih moderat.
Kelompok yang bertitik tolak dari sudut pandang ini
menyatakan bahwa analisis kontrastif hanya dapat
memprediksi kesalahan, yang mana hasil prediksi belum
tentu sama dengan kesalahan yang ditemukan dalam
proses pembelajaran. Oleh karena itu, sudut pandang
kedua ini mengharuskan analisisi kontrastif harus
dilengkapi dengan analisis kesalahan.
3.

Ruang Lingkup Analisis kontrastif

Analisisi kontrastif mencakup seluruh tataran bahasa.
Tarigan menyebutkan bahwa tataran bahasa yang
10

Ithbaq adalah cara pengucapan bunyi dengan melakukan “kuncian sesaat” pada lidah ketika lidah
berinteraksi dengan sebuah makhraj (tempat artikulasi bunyi). Bunyi Ithbaq yang lain adalah /‫ط‬/ ,/‫ظ‬/,/‫ص‬/. Ahmad
Muhammad Qadur, Ibid, hal 83.
11
Ibid, hal 5-6

digarap oleh pengikut analisis kontrastif tidak merata.
Bidang fonologi paling banyak diperbandingkan, dengan
alasan bahwa peranan aksen bahasa itu sangat besar
terhadap B2. Setelah bidang fonologi menyusul bidang
sintaksis. Bidang kosakata kurang mendapat perhatian. 12
Selain tataran bahasa, Lado menekankan pentingnya
melakukan analisis kontrastif pada tataran budaya. Lado
menjelaskan bahwa pada manusia tumbuh dalam budaya
yang berbeda-beda. Sebuah budaya akan melahirkan
persepsi pemaknaan yang berbeda dengan budaya
lainnya. Melalui pengetahuan akan perbedaan-perbedaan
itu, maka orang-orang dapat berkomunikasi dengan baik
tanpa adanya mispersepsi walau dilatar belakangi
budaya yang berbeda-beda.13
Berdasarkan paparan di atas, analisis kontrastif
memilki dua ruang lingkup, yaitu pada bahasa dan
budaya. Tataran bahasa yang digarap lewat analisis
kontrastif adalah tataran bunyi, kata, gramatika dan
sintaksis. Dari keseluruhan tataran bahasa, tataran
fonologi sangat dominan diterapkan. Budaya sebagai
objek dari analisis kontrastif penting untuk dikaji agar
proses pembelajaran bahasa dapat melahirkan siswasiswa yang dapat berkomunikasi dengan baik. Perbedaan
budaya yang melatar belakangi B1 dan B2 sangat
penting untuk dipahami guna menghidari kekacauan
penggunaaan bahasa.
4. Tujuan dan Urgensi Analisis Kontrastif bagi
Pembelajaran Bahasa Arab
Al Fauzan menjelaskan bahwa analisis kontrastif
bahasa memiliki tiga tujuan dasar, yaitu :
12

Ibid, hal 14.
Mahmud Ismail Shiniy Dan Ishaq Muhammad Al Amin, al Taqabul al Lughawy wa Tahlil al Akhtha,
(Riyadh, Jamiah al Malik Suud, 1979), hal 10-11
13

a. Mengindentifikasi persamaan dan perbedaan antar
bahasa;
b. Mengindentifikasi kesulitan yang akan muncul dalam
pembelajaran bahasa asing
c. Memberikan kontribusi pada pengembangan materi
pembelajaran bahasa asing.14
Dari paparan ini, kita dapat melihat bahwa analisis
kontrastif adalah hal yang urgen dalam pembelajaran
bahasa asing. Urgensi analisis kontrastif adalah terletak
pada prediksi yang dihasilkannya tentang bentuk-bentuk
kesulitan yang muncul akibat perbedaan antara B1 dan
B2.
Prediksi-prediksi yang dihasilkan lewat analisis
kontrastif sangat berguna bagi pengembangan bahan
ajar. Bahan ajar yang disusun berdasarkan prinsip analisis
kontrastif dapat mengkosentrasikan pembahasan dan
latihan-latihan kebahasaan pada aspek-aspek yang
diperkirakan akan sulit. Lewat ini, analasis kontrastif
sangat membantu dalam melahirkan bahan ajar yang
efektif dan efisien.
C.ANALISIS KESALAHAN
1. Pengertian Analisis Kesalahan
Fenomena interferensi adalah isu utama dari studi
tentang kedwibahsaan. Hal ini telah menjadi pendorong
bagi pelaku analisis kontrastif untuk melakukan studi
terhadap system bunyi, system fonem, dan sistem
gramatika terhadap bahasa-bahasa yang terhubung
dalam situasi dwibahasa. Studi tersebut juga untuk
menjelaskan pengaruh interferensi bagi para pelaku
dwibahasa. Salah satu hasil paling siginifikan dari studistudi tersebut adalah munculnya pemahaman bahwa
analisis kontrastif
bahasa sangat berperan dalam
14

Abd Rahman ibn Ibrahim al Fauzan, Idhaat al Muallimi al Lughah al Arabiyyah li Ghayri Nathiqina
Biha, (Riyadh, Maktabah al Malik, 2011), hal 86.

mengenali kesulitan yang akan dihadapi pelajar dalam
mempelajari bahasa asing. Seperti yang dipaparkan Lado,
bahwa unsur-unsur bahasa asing yang sama dengan
bahasa ibu pelajar adalah mudah untuk dipelajari.
Sedangkan unsur yang berbeda adalah hal yang sulit
untuk dipelajari. Dunia pembelajaran bahasa asing
mendapatkan manfaat yang cukup besar dari praktikpraktik analisis kontrastif. Politzer mengutarakan bahwa
analisis kontrastif diyakini sebagai bidang kajian linguistic
terapan yang paling penting, mengingat perannya dalam
indentifikasi kesulitan pembelajaran bahasa asing.
Dengan menaruh perhatian penting terhadap indentifikasi
kesulitan-kesulitan tersebut, pembelajaran bahasa asing
dapat berlangsung lebih efektif dan efisien. 15
Para peneliti dan guru bahasa kedua menyadari
bahwa kekeliruan yang dibuat seseorang dalam proses
membangun sebuah sistem bahasa baru ini perlu
dianalisis dengan teliti, sebab boleh jadi didalamnya
terdapat beberapa kunci untuk memahami proses
pemerolehan bahasa kedua.16
Seiring berjalannya waktu, analisis kontrastif mulai
dinilai tidak memadai. Bahwa analisis kontrastif hanya
menunjukkan
peran
yang
signifikan
dalam
mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan
dengan tataran fonem. Analisis kontrastif dipandang tidak
berperan dengan baik dalam indentifikasi kesulitan yang
terkait dengan tataran gramatika.17
Beberapa
pihak
memandang
bahwa
analisis
kontrastif tidak dapat berhasil menggambarkan kesulitankesulitan dalam pembelajaran bahasa asing. Hanya
15

Mahmud Ismail Shiny dkk, op cit, hal 119.
Doughlas Brown, Prinsip pembelajaran bahasa kedua, (Pearson education, 2008 ), h 282
17
Ibid, hal 119-120.
16

analisis kesalahanlah yang dapat mendeskripsikan
kesulitan-kesulitan tersebut. Tentang hal ini, seorang
praktisi analisis kesalahan yang bernama al Badrawi
Zahran menyatakan bahwa antara kedua jenis analisis ini
harus dipertemukan dalam sebuah jalan tengah. Keduaduanya harus saling melengkapi antara yang satu dengan
yang lain. Untuk menggambarkan harmonisasi antara
kedua analisis ini, Zaharan menggambarkan bahwa
kegiatan pembelajaran itu pada hakikatnya terdiri dari
tiga, yaitu tahap perencanaan, implementasi dan
evaluasi. Menurutnya, analisis kesalahan berada pada
tahap evaluasi. Walau secara eksplisit tidak menyebutkan
dimana posisi analisis kontrastif dalam hal ini, pemakalah
menduga bahwa analisis kontrastif adalah bagian dari
perencanaan pembelajaran.18
Pemakalah melihat, bahwa analisis kesalahan adalah
reaksi dari kekurangan analisis kontrastif yang lebih
dominan pada tataran bunyi saja. Walau analisis
kesalahan merupakan reaksi, pemakalah berpendapat
bahwa mempertentangan antara keduanya nyaris tidak
memiliki manfaat. Pendapat Zaharan yang pemakalah
kutip di atas dapat memberikan gambaran yang utuh
kepada kita bahwa analisis kesalahan adalah bentuk dari
evaluasi dalam bidang pembelajaran bahasa asing.
Implementasi
analisis
kesalahan
adalah
setelah
berakhirnya pembelajaran. Dari sudut pandang ini,
analisis kesalahan dan analisis kontrastif dapat saling
melengkapi antara satu dengan yang lainnya, dimana
analisis kontrastif dengan perannya sebagai predictor
adalah bagian dari tataran perencanaan pembelajaran.
2.

Tahapan Analisis Kesalahan19
18

Al Badrawi Zaharan, Al Akhtha al Lughawiyyah li Thullab al Mustawa al Mutaqaddim fi Ma’had al
Lughah al Arabiyyah bi Jami’ah Umm al Qura, (Makkah, Jami’ah Umm al Qura), hal 91-92 dan 94.

Menurut Zaharan, analisis kesalahan memiliki tiga
tahapan yang saling berhubungan, yaitu :
a. Tahapan pengenalan/identifikasi kesalahan
b. Tahapan
deksripsi
kesalahan
dan
pengklasifikasiannya
c. Tahapan
penafsiran
terhadap
hakikat
kesalahan
Tahapan pengenalan/identifikasi kesalahan dapat
dilakukan
dengan
terlebih
dahulu
melakukan
pemeriksaan terhadap kertas jawaban para siswa. Setiap
kesalahan
yang
didapati
dicatat
dengan
rinci.
Berdasarkan
pengelompokannya,
kesalahan
yang
ditemukan terbagai menjadi dua, yaitu kesalahan individu
dan kesalahan kolektif. Setelah bentuk-bentuk kesalahan
terkumpul, peneliti lalu membuat koreksi.
Klasifikasi kesalahan dibuat berdasarkan tatarantataran bahasa yang ada. Klasifikasi tersebut dapat
sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Kesalahan pada tataran fonem/shauti
Kesalahan pada tataran morfem/sharfi
Kesalalan pada tataran gramatika/nahwi
Kesalahan pada tataran semantic/dalali
Kesalahan yang belum terklasifikasi

Setelah klasifikasi dibuat, maka langkah selanjutnya
adalah menentukan aspek mana saja yang mengalami
kesalahan (maudhu’ al khatha’). Langkah selanjutnya
adalah memberikan deskripsi terhadap kesalahan
tersebut.
19

Tahapan analisis kesalahan yang pemakalah uraikan di sini adalah berdasarkan penelitian al Badrawi
Zahran tentang kesalahan bahasa yang terjadi pada mahasiswanya di Universitas Ummul Qura Makkah. Penelitian
itu diterbitkan dalam bentuk buku yang berjudul, , Al Akhtha al Lughawiyyah li Thullab al Mustawa al Mutaqaddim
fi Ma’had al Lughah al Arabiyyah bi Jami’ah Umm al Qur.

Pencatatan yang rapi adalah hal yang tak kalah
penting. Pencatatan dalam bentuk table paling
disarankan karena lebih mudah membacanya. Berikut
adalah contoh pencatatan kesalahan pada tataran fonem :
‫وصف‬
‫الخطاء‬
‫كتابة الحاء‬
‫هاء‬
‫كتابة الحاء‬
‫هاء‬
‫كتابة القاف‬
‫كافا‬

‫موضوع‬
‫الخطاء‬

‫الجملة‬
‫الجملة‬
‫المشتملة المصححة‬
‫على‬
‫الخطاء‬
‫الصوامت‬
‫في هذه‬
‫في هذه‬
‫اللحجة‬
‫اللهجة‬
‫الصوامت‬
‫حلقت‬
‫هلكت‬
‫شعري‬
‫شعري‬

‫رقم‬
‫الورقة‬
3
3

Adalah hal yang penting untuk mengetahui latar
belakang
masing-masing
siswa
yang
melakukan
kesalahan. Latar belakang yang dimaksud adalah
kebangasaan, bahasa ibu, dan bahasa kedua yang
mereka gunakan. Informasi ini penting sebagai dasar
penafsiran terhadap hakikat kesalahan. Pencatatan terhadap identitas
tersebut dapat dibuat dalam bentuk table sebagai berikut :

3

2

1

‫تركي‬

‫أندونسي‬

‫أندونسي‬

‫التركية‬

‫الجاوية‬

‫أتشيه‬

‫النجليزي‬
‫ة‬

‫الندونسي‬
‫ة‬

‫الندونسي‬
‫ة‬

‫أرقام‬
‫الورقة‬
‫جنسية‬
‫الطالب‬
‫اللعة‬
‫الولى‬
‫اللغة‬
‫الثانية‬

Berdasarkan pencatatan dan data di atas, langkah
selanjutnya
adalah
melakukan
tafsiran
terhadap
kesalahan-kesalahan
yang
ditemukan.
Penafsiran
dilakuan dengan terlebih dahulu mengenali jenis
kesalahan. Jenis kesalahan yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1. Kesalahan intralingual/daakhil al lughah, yaitu
interferensi. Kasus kesalahan ini adalah seperti
berikut :
‫في هذه اللهجة‬
Seharusnya :
‫في هذه اللحجة‬
Bersadasarkan catatan Zaharan, pelaku kesalahan ini
adalah seorang pelajar dari Indonesia yang berasal
dari Aceh. Tafsiran Zaharan atas kesalahan ini adalah
bahwa kesalahan ini terjadi akibat interferensi karena
dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa Aceh tidak
ditemukan bunyi /‫ح‬/, yang ada hanya /h/. Fonem /h/
sama artikulasinya dengan / ‫ ه‬/.
2. Kesalahan developmental/al akhtha’ al thauriyyah,
yaitu kesalahan yang terkait dengan pemerolehan
bahasa,
dimana
kesalahan
terjadi
karena
pemerolehan
bahasa
yang
dipelajari
belum
memadai. Terdiri atas :
a. Hyper correction/al Mubalagha fi al Tashwib, yaitu
bentuk koreksi yang berlebihan
Pada catatan kesalahan mahasiswanya Zaharan
menemukan :
‫إفتشت هذه البئة‬
Seharusnya
‫إكتسفت هذه البيئة‬
Zaharan menyatakan bahwa kesalahan ini adalah
hyper correction, dimana mahasiswa berusaha

untuk mengucapkan /‫ك‬/ secara benar, namun
tertukar menjadi /‫ ق‬/.
b. Faulty-Generation/al Mubalaghah fi al Ta’mim20,
yaitu pemukulrataan yang salah.
Pada catatan kesalahan mahasiswanya Zaharan
menemukan:
‫حبشنى العشكري‬
Dimana, /‫س‬/ ditukar menjadi /‫ش‬/. Mahasiswa yang
melakukan kesalahan ini berasal dari Amerika,
dimana kedua fonem tersebut (/‫س‬/ dan /‫ش‬/) ada
dalam bahasa Inggris sehingga tidak masalah bagi
yang bersangkutan dalam mengartikulasikan
kedua fonem tersebut. Jadi kesalahan ini bukanlah
karena yang bersangkutan mengalami interferensi,
tapi karena ketidak tahuan akan konteks fonem (al
siyaqat al shautiyyah).
c. Ignorance of Rule Retraction/al Juhlu bi al Quyudi
al
Qaidah,
yaitu
ketidaktahuan
mengenai
pembatasan aturan.
Contoh kesalahan ini adalah mengucapkan kalimat
Follow with him. Kalimat ini diucapkan berdasarkan
analogi dari kalimat Go with him. Kesalahan pada
kalimat pertama, adalah bentuk dari ketidaktahuan
mengenai pembatasan aturan21
d. Incomplete Application of Rules/al Tathbiq al
Naqish li al Qawaid, yaitu penerapan aturan
bahasa yang tidak lengkap.
Bentuk kesalahan ini adalah seperti berikut :
Pertanyaan : what he was saying?
Jawaban : she saying she would ask him
20
Dalam buku al Tahlil al Lughawi wa Tahlil al Akhtha’ pemakalah menemukan istilah lain dengan
pengertian yang sama, yaitu Over Generalization/Mubalaghah fi al Ta’mim. Contoh atas kesalahan ini terjadi pada
tataran gramatika, ketika seorang pelajar mengucapkan “he can sings” dimana seharusnya “he can sing”. Dalam hal
ini pelajar menyangka bahwa walaupun telah ada kata “can” tetap dibaca “sings”. Dalam hal ini terlihat jelas
bahwa sang pelajar telah melakukan over generalization.
21
Mahmud Ismail Shiny dan Ishaq Muhammad Al Amin, op cit, hal 123

Jawaban di atas mengandung kesalahan pada
penggunaan kata “saying” yang tidak lengkap.22
e. False Concept Hypothesiz/al Iftiradhat al Khathiah,
yaitu Menghipotesiskan konsep-konsep yang salah.
Bentuk kesalahan ini adalah seperti berikut :
He is speaks Arabic. Kalimat ini adalah bentuk dari
menghipotesisikan konsep yang salah, dimana
dalam bahasa Inggris penggunaan to be “is” tidak
diperkenankan dalam kalimat verbal. Dalam kasus
ini, pelajar menganggap (membuat hiptosesis)
bahwa to be “is” digunakan untuk kalimat nominal
dan verbal.
D.
URGENSI ANALISIS KESALAHAN
Analisis kesalahan terkait dengan isu bagaimana
melakukan evaluasi hasil belajar bahasa asing dengan
tepat dan memenuhi kriteri-kriteria ilmiah. Analisis
kesalahan menunjukkan prosedur yang runtut tentang
bagiamana memahami kesalahan berbahasa asing.
Prosedur-prosedur yang ditetapkan dalam analisis
kesalahan adalah prosedur yang dibangun berdasarkan
pendekatan linguistik. Bahwa pembelajaran bahasa
adalah bagian dari disiplin ilmu linguistik, persisisnya
linguistik terapan, maka analisis kesalahan adalah model
evaluasi yang tepat.
Evaluasi yang tepat akan menghasilkan diagnosa
yang tepat pula. Berangkat dari diagnosa ini, pengajar
dapat merumuskan program-program pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan siswa. Lewat ini pembelajaran
dapat berlangsung dalam situasi yang penuh makna bagi
siswa. Berbeda kiranya, ketika program tidak sesuai
dengan kebutuhan, maka pembelajaran hanya akan
menjadi kegiatan membosankan dan tidak memberikan
perubahan berarti.
22

Mahmud Ismail Shiny dan Ishaq Muhammad Al Amin, ibid, hal 125.

E.KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, kesimpulan yang
dapat ditarik adalah sebagai berikut :
1. Analisis
kontrastif
adalah
upaya
untuk
memperbandingkan
B1
dan
B2.
Hasil
perbandingan itu dapat menmprediksi aspek-aspek
yang sulit dan yang mudah dalam mempelajari B2.
Semakin berbeda B2 dan B1, maka akan semakin
sulit dipelajari sehingga harus diberikan perhatian
yang lebih khusus.
2. Analisis kesalahan adalah upaya untuk mengenali
hakikat kesalahan yang telah terjadi dalam
pembelajarn di kelas. Hasil analisis kesalahan
dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi dan
dasar dalam penyusunan rencana program
kesalahan dan pengembangan media ajar.
3. Persamaan antara keduanya adalah sama-sama
menggunakan
kajian-kajian
linguistik
dalam
analisa masing-masing. Sedangkan perbedaan
antara keduanya adalah, analisis kontrastif
dilakukan sebelum pembelajaran sedangkan
analisis kesalahan dilakukan setelah pembelajaran
berlangsung.
KEPUSTAKAAN
al Fauzan, Abd Rahman ibn Ibrahim. Idhaat al Muallimi al
Lughah al Arabiyyah li Ghayri Nathiqina Biha. Riyadh.
Maktabah al Malik. 2011.
Amril dan Hermanto. Fonologi Bahasa Indonesi., Padang.
UNP Press. 2002.

Hadi, Abdul. Ta’lim wa ta’limul lughah al’arabiyah wa
tsaqafatuha. Arabian Hilal. 1991
Qadur , Ahmad Muhammad. Mabadi’ Lisaniyyat. Damsyiq.
Darul Fikri,.1996
Shiniy , Mahmud Ismail dan Ishaq Muhammad Al Amin. al
Taqabul al Lughawy wa Tahlil al Akhtha. Riyadh. Jamiah al
Malik Suud. 1979.
Sa’ran , Mahmud, Ilm al Lughah, Beirut, Dar al Nahdhah
al Arabiyyah
Tarigan, Henry Guntur, Pengajaran Analisis Kontrastif
Bahasa. Bandung. Angkasa. 1992.
Tha’imah, Rusydi Ahmad. Ta’limu al Lughah Ittishaliyan
Bayna Manahij wal Istiratijiyat. 2006.
Zaharan, Al Badrawi. Al Akhtha al Lughawiyyah li Thullab
al Mustawa al Mutaqaddim fi Ma’had al Lughah al
Arabiyyah bi Jami’ah Umm al Qura. Makkah. Jami’ah Umm
al Quran.