Pengaruh Ukuran Pelupuh (Zephyr) Dan Buku Bambu (Node) Terhadap Kualitas Laminasi Bambu Betung (Dendrocalamus asper)

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Bambu
Tanaman bambu di Indonesia ditemukan di dataran rendah sampai
pegunungan dengan ketinggian sekitar 3000 mdpl dan pada umumnya ditemukan
di tempat-tempat terbukan yang bebas dari genangan air.Bambu mempunyai ruas
dan buku dimana pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran jauh
lebih kecil dibandingkan dengan buluhnya sendiri.Pada ruas-ruas ini tumbuh akarakar sehingga pada bambu dimungkinkan untuk memperbanyak tanaman dari
potongan-potongan setiap ruasnya disamping tunas-tunas rimpangnya (Krisdianto
dkk, 2000).
Komponen kimia utama bambu terdiri atas selulosa, hemiselulosa dan
lignin serta sedikit zat kimia lainnya yaitu resin, tannin, lilin, dan garam. Hasil
penelitian terhadap bambu menunjukkan bahwa kandungan selulosa berkisar
antara 42,4–53,6%, pentosans17,5–21,5%, lignin 19,8-26,6%, abu 1,24–3,77%
dan zat ekstraktif yang larut dalam alkohol benzene 0,6-6,9%. Selain itu bambu
juga memiliki kadar silika sebesar 0,10–1,78%. Kadar silika ini cenderung akan
mempercepat penumpulan alat pengerjaan seperti gergaji. Kandungan kimia dari
bambu tergantung pada spesies, kondisi lapangan pertumbuhan, umur dari bambu
dan letak pada bagian batang.Kandungan pati paling besar terdapat pada musim
kering dan kandungan pati terbesar terletak pada bambu bagian dalam dan terkecil
pada bagian luar (Sutigno, 1980).

Fang dan Metha (1978) dalam Aenudin (1995) menyatakan bahwa bambu
sangat mudah meyerap air dan melepaskannya saat mongering. Penyerapan
bambu terhadap air dapat mencapai 25 % pada 24 jam pertama.Kadar air

Universitas Sumatera Utara

bambubervariasi berdasarkan umur, ketinggian batang dan musim. Kadar air ini
akan menurun ketika bambu berumur tua.
KA (Kadar Air) bambu ditentukan oleh berat air yang terkandung
dalambatang. KA batang bambu yang segar berkisar 50-99% dan pada bambu
muda 80-150%, sementara pada bambu kering bervariasi antara 12-18%
(Dransfield dan Widjaja 1995).
Sifat-sifat mekanis bambu dipengaruhi oleh jenis, umur, tempat tumbuh
dan posisi dalam batang.Keteguhan lentur, tekan dan tarik daridinding barnbu
bagian luar lebih besar daripada pada bagian dalam (Syafii, 1984).
Bambu bersifat higroskopis seperti halnya kayu, yakni kandungan air di
dalam sel-selnya tergantung pada suhu dan kelembaban udara di sekitarnya.
Bagian buku bambu mangandung kadar air lebih kecil dibandingkan bagian ruas.
Pada bambu tua, kadar air pangkal batang lebih besar daripada bagian ujung
dengan perbedaan berkisar antara 50% atau lebih. Berat jenis bambu bervariasi

(0,5-0,8) juga bergantung pada ukuran sel, ketebalan dinding sel dan hubungan
antara jumlah sel berbagai bentuk (Yap 1967).

Bambu Betung
Jenis bambu ini mempunyai rumpun yang agak sedikit rapat.Warna batang
hijau kekuning-kuningan. Ukurannya lebih besar dan lebih tinggi dari jenis bambu
yang lain. Tinggi batang mencapai 20 m dengan diameter batang sampai 20
cm.Jenis bambu ini dapat ditemui di dataran rendah sampai ketinggian 2.000
mdpl. Bambu ini akan tumbuh baik bila tanahnya cukup subur, terutama di daerah
yang beriklim tidak terlalu kering. Bambu betung sifatnya keras dan baik untuk

Universitas Sumatera Utara

bahan bangunan karena seratnya besar-besar serta ruasnya panjang. Berikut ini
adalah klasifikasi bambu betung :
Kingdom

: Plantae

Divisi


: Spermatophyta

Kelas

: Monocotiledonae

Ordo

: Graminales

Famili

: Graminae

Genus

: Dendrocalamus

Spesies


: Dendrocalamus asper Backer

(Kemenhut, 2012).
Bambu betung mempunyai pertumbuhan cukup baik khususnya di daerah
yang tidak terlalu kering, warna kulit batang hijau kekuning-kuningan, batang
dapat mencapai panjang 10-14 m, panjang ruas berkisar antara 40 -60 cm dengan
diameter 6-15 cm. umur masa tebang untuk bambu ini berusia minimal 3 tahun
(Morisco, 2005).
Bambu mrmpunyai bentuk tidak prismatis, ukuran diameter serta jarak
ruas tidak seragam sepanjang batang, sehingga hal ini menjadikan bambu sangat
unik dan artistik, tetapi aplikasi bambu sebagai batang struktural menjadi sulit
(Rahayu dan Berliana, 1995).
Parenkim dan sel penghubung lebih banyak ditemukan pada bagian dalam
dari kolom, sedangkan serat lebih banyak ditemukan pada bagian luar, sedangkan
susunan serat pada ruas penghubung antar buku memiliki kecenderungan
bertambah besar dari bawah ke atas sementara parenkimnya berkurang
(Dransfield dan Widjaja, 1995).

Universitas Sumatera Utara


Sifat Fisis dan Mekanis Bambu Betung
Haygreen dan Bowyer (1982) dalam Jainal 2001 menyatakan bahwa
kekuatan dan ketahanan terhadap perubahan suatu bahan disebut sebagai sifatsifat mekanisnya. Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk memikulbeban
atau gaya. Menurut Aenuddin (1995) Bambu betung memiliki sifat fisis dan
mekanis yang baik dimana memiliki rata-rata berat jenis 0,61, MOE sebesar
131,192 kg/cm2 dan MOR 1,038 kg/cm2 sehingga sangat potensial untuk dijadikan
bahan konstruksi dan balok laminasi.
Lebih lanjut Jassen (1981) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor
yangmempengaruhi sifat fisis dan mekanis bambu yaitu :
1. Jenis dan umur bambu
2. Kondisi bambu (kondisi segar atau sudah mendapatkan perlakuan)
3. Kadar air
4. Bentuk dan ukuran spesimen
5. Node dan internode
6. Jarak dari ujung

Sifat Anatomi dan Kimia Bambu Betung.
Dimensi serat bambu betung adalah: panjang 3,78 mm, diameter 19µm,
lebar lumen 7µm, tebal dinding sel 6µm. komponen kimia bambu betung adalah:

holoselulosa 53%, pentosan 19%, lignin 25% dan abu 3% (Dransfield dan
Widjaja, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Pelupuh Bambu (Zephyr)
Pelupuh (zephyr) adalah lembaran material yang memiliki struktur seperti
jaring berserat yang dibuat menyerupai dengan scrimber. Proses ini melibatkan
penghancuran progresif dari material melalui beberapa perlakuan penggilingan
(perataan material) sampai lembaran serat yang saling bersambung diperoleh
(Kikata dkk, 1989).
Subiyanto(2001)

menyatakan

zephyrdigunakanlembaran

bahwa

pelupuhbambu.Panel


untuk

membuat

tersebut

terdiri

papan
dariserat

bambuyang direkat dengan fenol formaldehidaatauureaformaldehida dengan
arahsejajar

serat.Keuntungan

daripanelzephyrbambu

dengankayulogutuhataupapan

kemampuannya.Panelterbuat

yaitudapat

dapat

melengkung

daribahanberukurankecil,

dibandingkan
sesuai
sesuai

denganperencanaankonstruksiyang

dapat

meningkatkankekuatandanpenggunaannya


serta

untukmembuatkesanpenampilanyangdekoratif

pula.

Bahkanpaneldari

zephyrbambumemilikikekuatansetaradengankayukelas1 dan kelas2. Hal ini tentu
dapat menambahdaya tarikpenggunaan panel zephyr bambu tersebut.

Buku Bambu (Node)
Batang bambu terdiri atas bagian buku (node) dan bagian ruas
(internode).Pada bagian ruas, orientasi sel semuanya aksial tidak ada yang radial,
sedangkan sklerenkim pada bagian buku dilengkapi oleh sel radial.Bagian terluar
terbentuk dari lapisan tunggal sel epidermis dan bagian dalam tertutup lapisan
sklerenkim (Liese, 1980).

Universitas Sumatera Utara


Janssen (1981) menyatakan bahwa keteguhan tekan bambu dipengaruhi
oleh persentase sel-sel sklerenkim, kadar air dan posisi pada batang. Keteguhan
lentur bambu dipengaruhi oleh tebal batang dan ada tidaknya buku.
Subyakto dan Sudjono (1994) telah meneliti bahwa berat jenis bambu
betung bertambah besar dengan meningkatnya posisi ketinggian ruas pada batang.
Pada ruas yang sama, kekuatan lentur (MOE dan MOR) bambu betung pada
bagian tanpa buku lebih tinggi dibandingkan dengan buku. Pada ruas yang sama,
nilai MOR pada posisi pengujian telentang (bagian kulit bambu di bawah) lebih
kecil dibandingkan posisi telungkup (bagian kuli bambu di atas). Nilai MOE
bertambah besar dengan semakin tinggi posisi ruas pada batang, sedangkan nilai
MOR mengalami sedikit penurunan pada ujung batang.

Laminasi Bambu
Teknologi laminasi adalah teknik penggabungan bahan dengan bantuan
perekat, bahan bangunan berukuran kecil dapat direkatkan membentuk komponen
bahan sesuai keperluan. Teknik laminasi juga merupakan cara penggabungan
bahan baku yang tidak seragam atau dari berbagai kualitas (Prayitno, 1996).
Balok laminasi adalah balok yang dibuat dari lapis-lapis papan yang diberi
perekat secara bersama-sama pada arah serat yang sama. Balok laminasi memiliki
ketebalan maksimum yang diizinkan sebesar 50 mm. Dengan mengikuti konsep

tersebut, laminasi diperoleh dari pengolahan batang yang dimulai dari
pemotongan, perekatan dan pengempaan sampai diperoleh bentuk lamina dengan
ketebalan yang diinginkan. Untuk beberapa hal, sifat-sifat lamina tidak berbeda
jauh dengan sifat batang kayu aslinya. Sifat akhir akan banyak dipengaruhi oleh

Universitas Sumatera Utara

banyaknya ruas yang ada pada satu batang tersebut dan banyaknya perekat yang
digunakan (Widjaja, 1995).
Bambu lamina adalah produk olahan bambu dengan cara merekatkan
potongan-potongan dalam panjang tertentu menjadi beberapa lapis yang
selanjutnya dijadikan papan atau bentuk tiang. Lapisannya umumnya 2-5 lapis
(Sulastiningsih, 2012).
Laminasi bambu diperoleh dari pengolahan batang bambu dimulai
pemotongan, perekatan danpengempaan hingga diperoleh bentuk lamina dengan
ketinggian/ketebalan yang diinginkan. Untuk beberapa hal, sifat-sifat lamina tidak
beda jauh dari sifat bambu aslinya. Sifat akhir akan banyak dipengaruhi oleh
banyaknya nodia/ruas yang ada pada satu batang dan perekat yang dipergunakan
(Widjaja, 1995).
Proses laminasi dan penyambungan sangat terkait dengan proses
perekatan. Dalam proses perekatan bambu ada tiga aspek utama yang
mempengaruhi kualitas hasil perekatan, yaitu aspek bahan yang direkat (bambu),
aspek bahan perekat dan aspek teknologi perekatan. Aspek bahan yang direkat
(bambu) meliputi struktur dan anatomi bambu (susunan sel, arah serat) dan sifat
fisika (kerapatan, kadar air, kembang susut dan porositas). Aspek perekatan
meliputi jenis, sifat dan kegunaan perekat. Aspek teknologi perekatan meliputi
komposisi perekat, berat laburan, pengempaan dan kondisi kerja (durasi, suhu,
cara pelaksanaan) (Budi, 2007).
Rahmawati (2005) pada penelitiannya menyebutkan bahwa permukaan
laminasi bambu yang tidak merata akibat dari pengerjaan yang kurang sempurna
sehingga kerjasama antar bambu ketika menerima gaya kurang bagus.

Universitas Sumatera Utara

Perekat PVAc
Dalam penggunaan perekat jarus dipilih perekat yang dapat memberikan
ikatan yang baik dalam jangka waktu yang panjang pada suatu struktur. Perekat
yang ideal mempunyai persyaratan tertentu, yaitu harga murah, mempunyai waktu
kadaluarsa yang panjang, cepat mengeras dan cepat matang hanya dengan
temperatur yang rendah, mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap kelembaban,
tahan panas dan mikroorganisme serta dapat digunakan untuk berbagai keperluan
(Ruhendi, 1998).
PVAc merupakan perekat yang cocok digunakan untuk bahan kertas dan
kayu, selain itu penggunaan perekat PVAc dinilai lebih ramah lingkungan karena
PVAc merupakan polimer karet yang bersifat biodegradable, umur simpannya
tidak terbatas, dan tahan terhadap mikroorganisme (Fajriani, 2010).
Perekat polyvinylacetate diperoleh dari polimerisasi vinil acetate dengan
cara polimerisasi massa, polimerisasi larutan maupun polimerisasi emulsi. Yang
paling banyak digunakan dalam proses produksi adalah polimeriasai emulsi.
Reaksinya dimulai dan dikontrol dengan penggunaan radikal bebas atau katalis
ionik, sedang untuk tujuan percobaan dapat dilakukan dengan metode katalis,
termasuk katalis redox, atau aktifasi dengan cahaya.Secara garis besar reaksinya
ada tiga tahap, yaitu permulaan, pertumbuhan polimer dan terminasi
(Ruhendi dan Hadi, 1997).
Kelebihan polivinil asetat yaitu mudah penanganannya, storage life-nya
tidak terbatas, tahan terhadap mikroorganisme, tidak mengakibatkan bercak noda
pada kayu serta tekanan kempanya rendah.Kekurangan polivinil asetat yaitu

Universitas Sumatera Utara

sangat sensitif terhadap air sehingga penggunaannya untuk interior saja, kekuatan
rekatnya menurun cepat dengan adanya panas dan air serta viscoelastisitasnya
tidak baik (Ruhendi dkk, 2007).
Pizzi (1983) menerangkan bahwa perekat PVAc tidak memerlukan kempa
panas.Dalam penggunaannya secara luas dapat menghasilkan keteguhan rekat
yang baik dengan biaya relatif rendah.Keuntungan utama menggunakan perekat
PVAc dapat melebihi UF, karena kemampuannya menghasilkan ikatan rekat
secara ekstrim dan cepat pada suhu kamar.Keuntungan lainnya adalah tidak
memerlukan kempa panas yang memerlukan biaya yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara