Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Dalam Memilih Asuransi Syariah Di Kota Medan

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Asuransi

Asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie, yang dalam hukum Belanda disebut Verzekering yang artinya pertangggungan.Dari peristilahan assurantie kemudian timbul istilah assuradeur bagi penanggung, dan geassureede bagi tertanggung (Yafie, 1982).

Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan non bank yang mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank. Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang dilakukan dengan cara mengalihkan (transfer) risiko dari suatu pihak ke pihak lain (dalam hal ini adalah perusahaan asuransi) (Amrin, 2011).

Perkembangan perusahaan asuransi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan setelah pemerintah mengeluarkan deregulasi pada tahun 1980an dan diperkuat dengan keluarnya UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Dengan adanya deregulasi tersebut, pemerintah memberikan kemudahan dalam hal perijinan, sehingga mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan baru, dan pada gilirannya akan meningkatkan hasil produksi nasional (Ispratiwi, 2013).

Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dalam pasal 1 ayat (1) undang-undang tersebut disebutkan bahwa asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri dengan tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberi pergantian kepada tertangggung


(2)

karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan (Sudarsono, 2003).

Menurut Janwari (2005) terdapat lima unsur asuransi, yaitu :

1. Perjanjian yang mendasari terbentuknya perikatan antara dua pihak yang

sekaligus terjadinya hubungan keperdataan.

2. Premi berupa sejumlah uang yang sanggup dibayarkan oleh tertanggung

kepada penanggung.

3. Adanya ganti rugi dari penanggung kepada tertanggung jika terjadi klaim

atau masa perjanjian selesai.

4. Adanya suatu peristiwa yang tidak tertentu yang adanya suatu resiko yang

memungkinkan datang atau tidak ada resiko.

5. Pihak-pihak yang membuat perjanjian, yakni penanggung dan tertanggung.

Dari pengertian diatas, dalam asurasi terdapat dua pihak yang bersangkutan, yaitu:

1. Pihak yang mempunyai kesanggupan untuk menanggung atau menjamin

yang disebut dengan “penanggung”

2. Pihak yang akan mendapatkan ganti rugi jika menderita suatu musibah

sebagai akibat dari suatu peristiwa yang belum tentu terjadi, yang kemudian disebut “tertanggung”.


(3)

2.2. Latar Belakang Berdirinya Asuransi Syariah

Asuransi syariah sudah ada sejak pada zaman Rasulullah yang disebut Aqilah. Menurut Thomas Patrick (2001) dalam bukunya Dictionary of Islam, hal ini sudah menjadi kebiasaan suku Arab sejak zaman dulu bahwa jika ada satu anggota terbunuh oleh anggota suku lain, pewaris korban akan dibayar sejumlah uang darah (diyat) sebagai kompensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat pembunuh yang disebut Aqilah, harus membayar uang darah atas nama pembunuh.

Kelahiran asuransi syariah di Indonesia tidak lepas dari peran bank-bank syariah. Dengan beroperasinya bank-bank syariah dirasakan pula kebutuhan akan jasa asuransi yang berlandaskan syariah. Hal ini yang diperakarsai olehIkatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan Perusahaan Asuransi Tugu Mandiri sepakat mendirikan asuransi takaful dengan menyusun Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI) pada tanggal 27 Juli 1993 (Training & Development Department, 2002).

Pada tanggal 25 Agustus 1994 akhirnya berdiri secara resmi.Pendirian ini dilakukan secara resmi di Puri Agung Room Hotel Syahid Jakarta.Dan izin operasional asuransi diperoleh dari Departemen Keuangan melalui Surat Keputusan Nomor Kep-385/KMK.017/1994 tertanggal 4 Agustus 1994 (Janwari, 2005).

Walaupun asuransi syariah belum terlalu banyak dikenal seperti halnya bank syariah, akan tetapi jumlah perusahaan asuransi syariah tidak kalah banyak


(4)

dengan bank syariah. Perbankan syariah memiliki kaitan yang cukup erat dengan asuransi syariah. Semakin besar perkembangan perbankan syariah, maka akan berdampak positif terhadap perkembangan asuransi syariah. Pada tahun 2009, perbankan syariah masih menguasai lebih dari 90% pasar syariah di Indonesia.Sedangkan asuransi syariah baru memiliki market share di bawah 5% (Republika Online, 2009).

Saat ini, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai jumlah operator asuransi syariah yang cukup banyak. Berdasarkan data Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), terdapat 49 pemain asuransi syariah di Indonesia yang telah mendapatkan rekomendasi syariah. Mereka terdiri 40 operator asuransi syariah, tiga reasuransi syariah , dan enam broker asuransi dan reasuransi syariah dimana perusahaan benar-benar secara penuh beroperasi sebagai perusahaan asuransi syariah ada tiga, yaitu Asuransi Takaful Keluarga, Asuransi Takaful Umum, dan Asuransi Mubarakah (Amrin, 2011).

Perkembangan asuransi syari’ah dalam lingkup nasional bisa dikatakan cukupsignifikan, dilihat dari pertambahan premi dari tahun ketahun dan bertambahnya perusahaan asuransi konvensional yang membuka unit layanan syari’ah.Pada tahun 2006, tercatat premi yang dikumpulkan sebesar Rp 497 miliar dengan asset Rp 917 miliar. Pada tahun berikutnya, yakni tahun 2007, pertambahan premi yang diperoleh sebesar Rp 703 miliar menjadi Rp 1,2 triliun dengan pertambahan total asset sebesar Rp 983 miliar menjadi Rp 1,9 triliun. Data dari Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) menyebutkan, tingkat pertumbuhan asuransi syariah selama 5 tahun terakhir7 mencapai 40 persen,


(5)

sementara asuransi konvensional hanya 22,7 persen.

Melihat perkembangan asuransi syariah dari tahun-ketahun yang mengalami peningkatan yang cukup pesat, hal ini membuat sejumlah perusahaan asuransi konvensional membuka unit layanan syariah. Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh DSN MUI sampai dengan tanggal 21 Agustus 2007, tercatat ada 47 perusahaan yang telahmendapatkan izin membuka unit layanan syariah . Sedangkan menurut pemaparan Mohammad Shaifie Zein , selaku Ketua AASI periode 2008-2011, mengatakanbahwa “kini terdapat 38 perusahaan yang telah memiliki unit syariah. (Zein, 2009)

Asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001 adalah usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko/bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah (Fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional, 2006).

Asuransi syariah juga mengarah kepada berdirinya sebuah masyarakat yang tegak diatas saling membantu dan menopang, karena setiap muslim terhadap muslim lainnya sebagaimana sebuah bangunan yang saling menguatkan sebagian kepada sebagian yang lain (Dewi, 2004).

Keberadaan asuransi syariah juga selaras dengan firman Allah SWT yang diterjemahkan sebagai berikut:

“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa. Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.


(6)

Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaan-Nya” (Surat Al-Maidah ayat 2)

“….Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu….” (Q.S, al-Baqarah 2:185)

“ dan kami telah menjadikan untukmu dibumi keperluan-keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan memberi rezeki kepadanya.” (Q.S, Al-Hijr, 15:20).

Pendirian asuransi syariah, khususnya di Indonesia didasarkan beberapa alasan (Janwari. 2005), yaitu:

1. Landasan syariah

Dengan asuransi syariah umat islam telah berupaya menghindarkan diri dari dari perolehan harta (ganti rugi) dengan jalan yang tidak dibenarkan oleh Syara’ , seperti jalan riba mengandung unsur gharar dan maysir. Hal ini disebabkan ganti rugi dalam asuransi konvensional memiliki tiga unsur tersebut, sementara dalam asuransi syariah ketiga unsur tersebut dilarang dan diganti berdasarkan pedoman syariah.

2. Landasan yuridis

Pada landasan ini, asuransi syariah telah ikut serta dalam mengembangkan dunia perasuransian. Khusus di Indonesia, keberadaan asuransi syariah sebagai sebuah badan usaha di bidang perasuransian ini dilegalisir oleh Persetujuan Departemen Kehakiman Republik Indonesia Nomor: C2-18.286.MT.01.01 Th. 94 tertanggal 14 Desember 1994. Selain itu, asuransi syariah telah mendapatkan izin operasi


(7)

dari Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 247/KMK.017/1995 tertanggal 5 Mei 1994.

3. Landasan filosofis

Dalam landasan ini dimaksudkan bahwa asuransi syariah merupakan salah satu solusi bagi pihak-pihak yang hendak mengatasi musibah atau bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

Melihat perkembangan asuransi syariah dari tahun-ketahun yang mengalami peningkatan, hal ini membuar sejumlah perusahaan asuransi konvensional membuka unit layanan syariah. Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh DSN MUI sampai dengan tanggal 21 Agustus 2007, tercatat ada 47 perusahaan yang telah mendapatkan izin membuka unit layanan syariah (Ali, 2008).

Mohammad Shaifie Zein selaku ketua Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) periode 2008-2011 mengatakan bahwa “kini terdapat 38 perusahaan yang telah memiliki unit syariah dimana tiga perusahaan lainya adalah perusahaan murni syariah, Di tahun ini industri asuransi syariah pun akan semakin ramai. Pasalnya diperkirakan tiga perusahaan syariah akan membuka unit syariah pada tahun 2009” (Zein, 2009).

Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko /bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah (Nirmala & Team, 2006).


(8)

Asuransi syariah dikenal juga dengan namatakaful berasal darikata kafala-yakfulu-kafaalatan yang secara etimologi berarti menjaminatau saling menanggung, sedangkan dalam pengertian muamalah berartisaling memikul risiko di antara sesama orang sehingga antara satu danyang lain menjadi penanggung atas risiko yang lain. Hal itu dikenaldengan sistem sharing of risk.(Amrin, 2006). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi syariah prinsip dasarnya adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta.Prinsip ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2, yang artinya :

"Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan".

2.3.Perbedaan asuransi syariah dan konvensional

Sebagaimana telah dikemukakan bahwasannya asuransi syariah adalah asuransi yang berlandaskan atau mengacu pada syariat islam. Sedangkan asuransi konvensional mengacu pada sistem kapitalis (Sudarsono, 2003). Sebagaimana ditunjukkan pada table berikut:


(9)

No. Asuransi Syariah Asuransi Konvensional

1. Prinsip akad asuransi syariah adalah

takafuli (tolong menolong).

Akad asuransi konvensional bersifat tadabuli (jual beli antara nasabah dengan perusahaan).

2. Dana yang terkumpul dari nasabah

perusahaan asuransi syariah (premi) diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah).

Pada asuransi konvensional investasi dana dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.

3. Premi yang terkumpul diperlakukan

tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya.

Pada asuransi konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan perusahaanlah yang memiliki otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut.

4. Bila ada peserta yang terkena

musibah untuk pembayaran klaim nasabah dana diambilkan dari

rekening tabarru’(dana sosial)

seluruh peserta yang sudah diikhlaskan untuk keperluan tolong menolong.

Dalam asuransi konvensional dana pembayaran klaim diambil dari rekening milik perusahaan.

5. Keuntungan investasi di bagi dua

antara nasabah selaku pemilik dana dengan perusahaan selaku pengelola dengan prinsip bagi hasil.

Pada asuransi konvensional keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tidak ada klaim nasabah tak memperoleh apa-apa.

6. Adanya Dewan Pengawas Syariah

dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemen produk serta kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan syariat Islam.

Pada asuransi konvensional tidak ada dewan pengawas syariah.


(10)

2.4. Produk asuransi syariah

Berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 1992, dapat diketahui asuransi jiwa adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri dengan tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan pembayaran kepada tertanggung didasarkan atas meniggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.Dan sejalan dengan UU Nomor 22 Tahun 1992, asuransi syariah terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Asuransi syariah umum (asuransi kerugian)

2. Asuransi syariah keluarga (asuransi jiwa)

Asuransi syariah umum adalah bentuk asuransi syariah yang memberikan perlindungan dalam menghadapi bencana atau kecelakaan atas harta milik nasabah asuransi syariah. Sedangkan asuransi keluarga adalah bentuk asuransi syariah yang memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri nasabah( Basyir,1996).

Menurut Janwari (2005), asuransi syariah umum merupakan bentuk perlindungan syariah untuk perorangan, perusahaan, yayasan, lembaga atau badan hukum lainnya. Asuransi ini ditawarkan sebagai upaya untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana, seperti kebakaran, kehilangan, kerusakan dan kemalangan lainnya yang menimpa harta benda atau barang yang dimiliki nasabah.Sedangkan asuransi syariah keluarga hanya ditawarkan kepada perorangan. Asuransi syariah keluarga merupakan bentuk perlindungan kepada perorangan yang ingin menyediakan sejumlah uang sebagai cadangan dana untuk ahli warisnya seandainya nasabah meningal dunia atau sebagai cadangan di masa tua.


(11)

Kedua jenis asuransi tersebut dibuat menjadi dua perusahaan yang terpisah di Indonesia, yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga (asuransi jiwa) dan PT. Asuransi Takaful’ah Umum (asuransi kerugian).Kedua perusahaan tersebut berada di bawah PT. Syarikat Takaful Indonesia. Adapun aturan-aturan umum kedua jenis asuransi syariah tersebut.(Basyir. 1996) Bentuk asuransi keluarga syariah adalah:

1. Peserta asuransi bebas memilih salah satu jenis atau produk asuransi

keluarga yang ada, umur peserta 18-50 tahun, masa klaim berakhir sebelum mencapai umur 60 tahun.

2. Perusahaan dan peserta asuransi mengadakan perjanjianmudharabah(bagi

hasil), sekaligus dinyatakan hak dan kewajiban antara kedua belah pihak.

3. Setiap peserta asurans akan menyerahkan premi asuransi sesuai dengan

kemampuan peserta, tetapi tidak boleh kurang dari jumlah minimal yang ditetapkan perusahaan asuransi.

4. Setiap premi yang dibayarkan peserta dibagi ke dalam dua rekening, yaitu

rekening peserta dan rekening derma (tabarru’ atau charity account), yang persentase kedua rekening ditentukan sesuai kelompok umur peserta dan jangka waktu pertanggung.

5. Uang angsuran (premi) oleh perusahaan asuransi akan disatukan dalam

“Kumpulan Dana Peserta”, yang selanjutnya diinvestasikan dalam pembiayaan proyek yang sesuai syariah.

6. Keuntungan yang diperoleh dari investasi tersebut akan dibagi dengan


(12)

7. Keuntungan bagian peserta akan dikreditkan ke dalam rekening peserta dan rekening derma secara proposional.

Sedangkan bentuk asuransi umum (kerugian) syariah dilakukan menurut aturan sebagai berikut:

1. Peserta dapat terdiri dari perorangan, perusahaan, lembaga atau yang

lainnya.

2. Perjanjian kerjasama antara perusahaan asuransi dengan peserta asuransi

syariah umum berdasarkan prinsip mudharabah.

3. Besarnya nominal premi tergantung pada jenis asuransi yang dipilih.

Setoran premi dilakukan sekaligus pada awal kontrak dan jangka waktu pertanggungan adalah satu tahun, dan harus diperbaharui jika kontrak hendak diperpanjang untuk tahun berikutnya.

4. Premi asuransi dikumpulkan dalam satu kumpulan dana yang kemudian

diinvestasikan pada proyek-proyek atau pembiayaan lainnya sesuai syariat islam.

5. Keuntungan dari hasil investasi akan dikreditkan ke dalam kumpulan dana

peserta.

6. Jika terjadi musibah terhadap harta benda peserta yang diasuransikan, maka perusahaan asuransi akan membayarkan ganti rugi atau santunan kepada peserta tersebut dengan dana yang diambil dari kumpulan dana peserta asuransi syariah umum.


(13)

7. Biaya yang diperlukan oleh perusahaan asuransi diambil dari kumpulan dana peserta. Jika masih terdapat kelebihan dana akan dibayarkan kepada peserta dan perusahaan asuransi menurut prinsip mudharabah.

Adapun produk-produk asuransi syariah dapat dikemukakann sebagai berikut (Janwari.2005) :

1. Produksi Asuransi Umum:

a. Asuransi Kendaraan Bermotor

Dalam asuransi kendaraan bermotor, asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian pada kendaraan bermotor yang disebabkan karena mengalami musibah kecelakaan serta tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga.

b. Asuransi Kebakaran

Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap harta benda (bangunan, mesin, peralatan/perlengkapan, atau persediaan barang), serta gangguan usaha dari kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran, kejatuhan pesawat terbang, ledakan gas, dan sambaran petir.

c. Asuransi Risiko Pembangunan

Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian atau kerusakan pada proyek pembangunan yang sedang berjalan sehubungan dengan pekerjaan-pekerjaan konstruksi, konstruksi pabrik termasuk atas peralatan atau mesin-mesin konstruksi.


(14)

d. Asuransi Risiko Pemasangan

Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian atau kerusakan pada pekerjaan pemasangan mesin, peralatan mekanis, dan berbagai jenis konstruksi baja.

e. Asuransi Mesin

Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian atau kerusakan yang sifatnya tidak terduga dan tiba-tiba secara fisik pada mesin-mesin berikut peralatannya selama pengoperasian, seperti boiler, lift, dan genset.

f. Asuransi Peralatan Elektronik

Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian atau kerusakan pada barang elektronik.

g. Asuransi Pengangkutan

Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian atau kerusakan yang sedang pengiriman akibat terjadinya risiko yang disebabkan alat pengangkutnya mengalami musibah atau kecelakaan.

h. Asuransi Rangka Kapal

Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian pada rangka kapal dan mesin kapal, biaya tambang, risiko perang serta tanggungjawab hukum terhadap pihak ketiga dan berbagai risiko lainnya.

i. Asuransi Pengangkutan Uang

Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian atas uang atau benda yang disamakan denga uang yang sedang dalam perjalanan dari tempat pengiriman ke tempat tujuan.


(15)

j. Syariah Gabungan

Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian pada harta benda serta akibat timbulnya tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga, baik untuk industry, perdagangan maupun kegiatan lainnya.

k. Asuransi Kecelakaan Diri

Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian financial dan santunan akibat kecelakaan yang diderita oleh peserta, yang mengakibatkan meninggal dunia, menderita cacat badan atau penggantian biaya perawatan dan pengobatan.

l. Asuransi Penyimpanan Uang

Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian dan kehilanganuang di dalam penyimpanan sebagai akibat dari pencuian dan perampokan atau tindakan kekerasan.

m. Asuransi Tanggung Gugat

Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap timbulnya tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga.

n. Asuransi Kebongkaran

Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian yang diakibatkan oleh pencurian yang didahului dengan kekerasan atau pembongkaran.

o. Asuransi Lainnya

Seperti asuransi pemilik dan penghuni rumah, asuransi kehilangan keuntungan akibat kerusakan mesin, asuransi kehilangan keuntungan akibat kebakaran, asuransi peralatan konstruksi, asuransi reklame, dan lain-lain.


(16)

2. Produk Asuransi Syariah Keluarga:

a. Asuransi Dana Investasi

Asuransi syariah memberikan kesempatan kepada peserta untuk bekal hidup di hari tua.Bila peserta masih hidup sampai masa kontrak berakhir, maka pembayaran klaim dari rekening tabungan peserta dan porsi bagi hasil. Tetapi jika peserta meninggal dunia saat masa kontrak belum berakhir maka pembayaran klaim berupa rekening tabungan peserta, porsi bagi hasil, dan dana kebajikan dari tabungan tabbaru’

b. Asuransi Dana Siswa

Asuransi syariah memberikan kesempatan pada peserta untuk mempersiapkan dana pendidikan bagi anak.

c. Asuransi Dana Haji

Asuransi syariah memberikan kepada peserta asuransi untuk mempersiapkan dana untuk menunaikan ibadah haji.

d. Asuransi al-Khairat

Asuransi syariah memberikan perlindungan risiko finansial apabila peserta meninggal dunia dalam masa perjanjian.

e. Asuransi Kesehatan

Asuransi memberikan kesempatan kepada peserta yang bermaksud menyediakan dana santunan rawat inap dan operasi bila peserta sakit.

f. Asuransi Majelis Taklimumrah

Asuransi syariah memberikan kesempatan kepada peserta untuk mempersiapkan dana selama mengikuti majelis taklim.


(17)

g. Asuransi Wisata dan Umrah

Asuransi memberikan persiapan dana kepada peserta untuk wisata dan menunaikan ibadah umrah.

h. Asuransi Perjalanan Haji

Asuransi memberikan persiapan dana kepada peserta selama di perjalanan dalam menunaikan ibadah haji.

i. Asuransi Kecelakaan Diri

Asuransi memberikan dana kepada peserta untuk santunan kepada dirinya apabila peserta cacat setelah musibah atau santunan bagi ahli warisnya bila peserta meninggal dunia dalam masa perjanjian.

2.5. Mekanisme Asuransi Syariah A.Takaful Keluarga

Terdapat dua sistem yang digunakan dalam asuransi takaful keluarga, yaitu:

- Sistem pengelolaan dana dengan unsure tabungan, yang mana

dalam -sistem ini pegelolaan dana pada setiap premi takaful yang diterima akan dimasukkan ke dalam rekening tabungan dan rekening tabbaru’ (Antonio. 1999).

- Sistem Pengelolaan dana tanpa unsur tabungan

B. Takaful Umum

Setiap premi yang diterima aka dimasukkan ke dalam rekening khusus yaitu rekening yang diniatkan untuk tolong-menolong dan digunakan untuk membayar klaim kepada peserta apabila tejadi musibah atas harta benda atau pun peserta sendiri. (Dewi. 2004)


(18)

Pada asuransi takaful keluarga, kumpulan dana peserta diinvestasikan ke dalam pembiayaan proyek yang mana hasil dari proyek tersebut akan dibagi sesuai dengan perjanjian mudharabah yang disepakati oleh peserta dan perusahaan asuransi syariah.

2.6. Prinsip-prinsip asuransi syariah

Adapun prinsip asuransi syariah menurut Amrin (2011) yaitu:

1. Prinsip Tauhid

Dimana dalam niatan dasar ketika berasuransi syariah adalah tauhid, mengharapkan keridaan Allah SWT.Jika dilihat dari sisi perusahaan, asas yang digunakan dalam berasuransi syariah bukanlah semata-mata meraih keuntungan dari peluang pasar, namun untuk keridaan Allah SWT. Sedangkan dari sisi nasabah, berasuransi syariah adalah bertujuan untuk bertransaksi dalam bentuk tolong menolong yang berlandaskan asas syariah dan bukan semata-mata mencari “perlindungan” apabila terjadi musibah. Dalam hal ini Allah SWT berfirman sebagaimana diterjemahkan:

“dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS.51:56)

2. Prinsip Keadilan

Asuransi syariah tidak boleh mendzaliminasabah dengan hal-hal yang menyulitka dan merugikan nasabah. Perusahaan asuransi memiliki peluang besar dalam melakukan ketidakadilan, seperti adanya unsur dana hangus karena pembatalan kepesertaan di tengah jalan oleh nasabah. Pada asuransi syariah, dana savingnasabah harus dikembalikan kepada nasabah berikut hasil


(19)

investasinya.Bahkan beberapa perusahaan asuransi syariah menyerahkan ke lembaga kesejahteraan umat seperti lembaga zakat, infak, dan sedekah ketika terdapat dana saving nasabah yang telah mengundurkan diri atau terputus di tengah jalan dan tidak mengambilnya kendatipun telah dihubungi pihak perusahaan.

“Hai orang-orang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil .Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahuiapa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Maidah/5:80)

3. Prinsip Tolong - Menolong

Dimana sesama pesertabertabarru untuk kepentingan nasabah lainnya yang tertimpa musibah. Seseorang yang masuk asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu dan meringankan beban temannya yang pada suatu ketika mendapatkan musibah atau kerugian.

4. Prinsip Amanah

Perusahaan dituntut untuk amanah dalam segala hal seperti mengelola dana premi dan proses klaim. Demikian juga dengan nasabah, perlu amanah dalam aspek risiko yang menimpanya. Yang artiannya nasabah mengada-ada sesuatu yang seharusnya tidak klaim menjadi klaim yang tentunya akan merugikan nasabah lainnya. Dan transaksi yang amanah membawa pelakunya mendapatkan surga. Rasulullah saw, bersabda:


(20)

“Seseorang pebisnis yang jujur lagi amanah, (kelak akan dikumpulkan di akhirat) bersama para nabi, shiddiqin, dam syuhada” (HR.Turmudzi)

5. Prinsip Saling Rida

Nasabah rida dananya dikelola perusahaan asuransi syariah yang amanah dan professional demikian juga dengan perusahaan asuransi syariah ridamenerima amanah yang diamanatkan nasabah dalam mengelola premi mereka.Karena menolong, bekerjasama dan bertransaksi dengan ikhlas dan rida.

6. Prnsip menghindari riba

Riba merupakan bentuk transaksi yang harus dihindari karena sebatil-batilnya transaksi muamalah.Sistem operasional syariah juga harus menerapkan konsep sharing of risk yang bertumpu pada akad tabarru’, sehingga menghilangkan unsure riba pada pemberian manfaat asuransi syariah (klaim) kepada nasabah.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang bathil,kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukasama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayangkepadamu”.(QS.an-Nisa’:29)

7. Prinsip Menghindari Maisir

Asuransi jika dikelola secara konvensional akan memunculkan unsure maisir (judi). Karena seseorang bias jadi membayar premi hingga belasan kali namun tidak pernah klaim. Di sisi lain ada nasabah yang baru satu kali membayar premi lalu klaim. Karena konsep dasar asuransi konvensional adalah transfer of risk yang atinya perusahaan ketika menerima premi, otomatis premi tersebut menjadi


(21)

milik perusahaan dan ketika membayar klaim pun dari rekening perusahaan. Sehingga perusahaan dapat untung besar jika premi banyak dan klaim sedikit atau pun sebaliknya.

8. Prinsip Menghindari Gharar

Gharar adalah ketidakjelasan, berbicara mengenai risiko, yang artiannya berbicara tentang ketidakjelasan karena risiko bisa terjadi atau pun tidak terjadi. Dalam asuransi konvensional jika ada risiko, maka akan mendapatkan klaim namun jika tidak ada maka tidak mendapatkan klaim. Sedangkan dalam asuransi syariah ketidakjelasan tidak menjadi gharar melainkan harus diwaspadai karena apabila terjadi, sesama nasabah akan saling membantu terhadap nasabah lainnya yang tertimpa musibah, yang diambil dari dana tabarru’ yang dikelola oleh perushaan asuransi syariah (bukan dari dana perusahaan).

9. Prinsip Menghindari Risywah

Dalam menjalankan bisnis, baik pihak perusahaan asuransi syariah maupun nasabah harus menjauhkan diri dari risywah atau sogok menyogok.Karenarisywah pasti menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lainnya.

10. Berserah Diri dan Ikhtiar

Sebagai hamba Allah SWT yang mendapatkan amanah sebagai khalifah di muka bumi.Manusia diwajibkan memanfaatkan rezeki yang telah dititipkan oleh-Nya untuk kemaslahatan (manfaat) bagi umat manusia.

11. Saling Bertanggung Jawab

Seluruh peserta asuransi berjanji saling bertanggung jawab antara satu sama lain. Konsep ini dalam islam dikenal sebagai fardhu kifayah. Beberapa hadis


(22)

Rasulullah Saw yang dijadikan landasan dalam prinsip saling bertanggung jawab adalah:

“Setiap kamu adalah pemikul tanggung jawab dan setiap kamu bertanggung jawab terhadap orang-orang yang di bawah tanggung jawabmu” (HR. Bukhari dan Muslim)“Seseorang tidak dianggap beriman sehingga ia mengasihi saudaranya sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri” (HR. Bukhari)

12. Saling Melindungi dan Berbagi Kesusahaan

Peserta asuransi satu sama lain saling melindungi dari kesusahaan dan bencana karena keselamatan dan keamanan merupakan keperluan pokok bagi semua orang. Allah SWT berfirman dalam surat Quraisy mengenai pemberian janji keselamatan dari ancaman terhadap kelaparan dan bencana. Pada prinsip tadhamun islamimenyatakan bahwa yang kuat menjadi pelindng yang lemah .

2.7. Perkembangan asuransi syariah

Menurut Muhaimin Iqbal (2008), hingga Januari 2008 di Indonesia sudah ada tiga perusahaan yang full asuransi syariah, 32 cabang asuransi syariah, dan 3 cabang reasuransi syariah. Pertumbuhan premi industri bisa menembus Rp 1 trilun tahun ini.Rencana masuknya asuransi raksasa di pasar asuransi syariah diharapkan mendukung pencapaian target itu.

Perolehan premi industri asuransi syariah tanah air diperkirakan kembali mengulang prestasi tahun lalu dengan tumbuh sebesar 60%-70%.pada 2006, industri asuransi syariah membukukan pertumbuhan premi sebesar 73% dengan nilai total Rp 475 miliar. Kendati asuransi syariah mengalami pertumbuhan yang


(23)

pesat, kontribusi terhadap total industri baru mencapai 1,11% per 2006 dan diperkirakan meningkat ke posisi 1.33% tahun ini. Hal itu tidak terlepas dari jumlah pelaku industri asuransi syariah yang masih terbatas dan baru menunjukkan peningkatan dalam dua tahun terakhir.

a. Kendala Dalam Perkembangan Asuransi Syariah (Janwari. 2005)

1. Kelambanan Birokrasi

Lembaga keuangan syariah seperti halnya asuransi syariah masih dirasa asing bagi para birokrat.Belum pahamnya birokrat dengan dan belum terbiasanya birokrat dalam menggunakan jasa keuangan syariah dapat menyebabkan kelambanan dalam menyelesaikan persoalan birokrasi.

2. Kurangnya Sumber Daya Manusia

Asuransi syariah merupakan barang baru bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu ketika asuransi syariah muncul, masyarakat tidak siap untuk mengembangkan perusahaan sehingga perusahaan asuransi syariah terkesan agak lamban

3. Lemahnya Respon Masyarakat

Penyebab lemahnya respon masyarakat terhadap asuransi adalah kekecewaan terhadap dunia perasuransian khususnya asuransi konvensional karena manajemen di asuransi konvensional baik dalam ganti rugi yang diterima maupun dalam jaminan masa depannya sebagai peserta asuransi.

4. Lemahnya Sosialisasi

Masyarakat belum terlalu banyak mengenal asuransi syariah, baik dalam hal prinsip operasional dan produk yang ditawarkannya, maupun dalam hal manajemen dan prosedur asuransi syariah. Dengan keadaan seperti ini masyarakat


(24)

mengalami kesulitan ketika akan berhubungan dengan asuransi syariah. Kesulitan inilah yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan asuransi syariah.

5. Kurangnya Modal

Modal yang dimiliki perusahaan asuransi syariah saat ini masih sangat terbatas.

6. Lemahnya Masyarakat untuk Menjadi Marketer

Lemahnya minat masyarakat menjadi pemasar kemungkinan besar disebabkan karena gaji yang diperoleh sedikit bila dibandingkan dengan menjadi pemasar di asuransi konvensional. Hal ini meyebabkan terhambatnya proses sosialisasi asuransi syariah terhadap masyarakat dan rekrutmen masyarakat menjadi nasabah asuransi syariah.

7.Kurangnya Sarana dan Prasarana (Husen. 1996)

Sarana prasarana asuransi syariah masih dianggap kurang. Perusahaan asuransi syariah masih tampak kerepotan dalam membuka cabang di daerah-daerah dan masih sulit mencari lokasi dan medirikan bangunan sebagai kantor dan juga masih sulit menyediakan perangkat lunak guna untuk operasional perusahaan asuransi.

b. Strategi Pengembangan Asuransi Syariah

1. Struktur permodalan yang kuat sangat dibutuhkan untuk

mengangkat industri asuransi syariah. Dengan modal yang kuat perusahaan asuransi syariah akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi yang semestinya, antara lain edukasi pasar melalui berbagai media komunikasi untuk menjelaskan keberadaan asuransi syariah, keunggulannya, manfaatnya serta kebersihan dari keraguan,


(25)

pengembangan produk secara berkelanjutan, back-up keuangan yang kokoh untuk membangkitkan kepercayaan publik.

2. Untuk Mengatasi kekurangan SDM yang Profesional dapat diatasi

dengan akan mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas SDM asuransi syariah melalui beberapa program sertifikasi.

3. Untuk memasyarakatkan dan meningkatkan asuransi syariah maka

LKS harus mengembangkan teknologi informasi yang terdepan, serta meningkatkan promosi dan sosialisasi di segala lapisan masyarakat.

2.8. Landasan Hukum Dalam Asuransi Syariah

Peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah mengenai asuransi syariah, yaitu (Dewi, 2004):

1. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. 3. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian, dan Pembatasan Investasi Perusahaan Syariah dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Syariah.

Dan ada pula landasan hukum asuransi syariah menurut syariat agama (Wirdyaningsih, 2005):


(26)

1. Al-Quran

Terdapat ayat-ayat Al-Quran mengenai nilai-nilai dasar dalam asuransi: “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui yang kamu kerjakan” (QS. al-Hasyr (59) )

“… Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” (QS. al-Baqarah (2) )

“ yang telah member makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan” (QS. al-Quraisy (106) )

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah…” (QS. al-Taghaabun (64) )

2. Sunnah Nabi Saw (Ali, 2004)

a. Hadis tentang Aqilah

b. Hadis tentang Anjuran Menghilangkan Kesulitan Seseorang

c. Hadis tentang Anjuran Meninggalkan Ahli Waris yang Kaya

d. Hadis tentang Mengurus Anak Yatim

e. Hadis tentang Menghindari risiko

f. Hadis tentang Piagam Madina

3. Ijtihad

a. Fatwa Sahabat

b. Ijma


(27)

2.9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang memilih asuransi syariah adalah:

1. Faktor Pelayanan

Definisi pelayanan yaitu suatu kegiatan yang menolong menyediakan segala apa yang diperlukanorang lain atau konsumendengan penampilan produk yang sebaik-baiknya sehingga diperoleh kepuasan pelanggan dan usaha pembelian yang berulang-ulang.Salah satu model kualitas jasa yang paling populer dan hingga ini masih dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah disimpulkan bahwa terdapat lima dimensi SERVQUAL sebagai berikut (Rambat Lupiyoadi dan Hamdani. 2006):

a. Berwujud (Tangible) b. Keandalan (Reliability)

c. Ketanggapan (Responsiveness) d. Jaminan dan Kepastian (Assurance) e. Empati

2. Faktor Religius

Religiusmerupakan faktor pengetahuan dan pengalaman keberagamaan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan ekonomi.Indikator ini memiliki dua dimensi, yaitu dimensi pemahaman produk dan ketaatan terhadap agama. (Kadir. 2003):

a)Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi


(28)

keinginan dan kebutuhan.

b) Ketaatan terhadap agama merupakan tingkat kesadaran dan ketaatan seseorang melakukan apa yang diyakini dalam melaksanakan apa yang diajarkan dalam agama yang telah mereka anut. Karena kesadaran ini merupakan awal dari ekspresi isi dalam kehidupan praktis sebagai pangkal proses perilaku ekonomi religius.

3. Faktor Profit Sharing (Bagi Hasil)

Bagi hasil dalam bahasa asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing.Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikansebagai pembagian laba.Profit sharing diartikan sebagai distribusi secara syari’ah prinsip bagi hasil (profit sharing) berdasarkan pada kaidah Mudharabah.Dimana perusahaan akan bertindak sebagai

Mudharib (Pengelola dana) sementara nasabah sebagai

ShahibulMaal(penyandang dana) (Antonio. 2001). 4. Faktor Promosi

Secara definisi promosi adalah kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka menjadi senang lalu membeli produk tersebut (Gitosudarmo. 1997). Promosi merupakan sarana untuk menarik dan mempertahankan nasabah.Promosi merupakan bagian dari pemasaran (Kasmir.2005). Dalam promosi hal yang perlu di perhatikan adalah pemilihan bauran promosi (promotion mix), yang terdiri dari (Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani. 2006):


(29)

1. Iklan (Advertising)

2. Promosi Penjualan (Sales Promotion) 3. Hubungan Masyarakat (Public Relation)

4. Informasi dari mulut ke mulut (Word Of Mouth) 5. Surat pemberitahuan langsung (Direct Mail)

2.10. Landasan Terdahulu

1. Penelitian Ismoyo Parwoto (2011)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Parwoto (2011) dengan judul “PENGARUH TINGKAT INVESTASI TERHADAP MINAT NASABAH ASURANSI PENDIDIKAN (Studi pada AJB BUMIPUTERA 1912 Unit Usaha Syariah) “ adalah untuk mengetahui tingkat investasi dari tahun ke tahun, untuk mengetahui minat nasabah dalam asuransi syariah pendidikan pada AJB Bumiputera 1912, dan untuk menjelaskan tingkat pengaruh investasi terhadap minat nasabah AJB Bumiputera 1912 unit usaha syariah periode 2009-2011. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode analisis uji regresi linier sederhana.

2. Penelitian M. Fida Fariz Ashidiqi (2011)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ashidiqi (2011) dengan judul “ANALISISFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN ASURANSI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KANTOR CABANG TAMAN SISWA (STUDI KASUS PADA PRULINK ASSURANCE SYARIAH ACCOUNT)” adalah untuk menganalisis pengaruh pendapatan, premi dan regiulitas nasabah secara bersama-sama dalam asuransi syariah, untuk menganalisis pengaruh pendapatan terhadap permintaan pada asuransi syariah, untuk menganalisis pengaruh premi asuransi terhadap permintaan asuransi syariah, dan untuk menganalisis pengaruh regiulitas terhadap permintaan pada asuransi syariah.


(30)

Kerangka Konseptual

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan pada bagan 1 dibawah :

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Dalam Memilih Asuransi Syariah di Kota Medan

Asuransi

Asuransi Konvensional

Asuransi Syariah

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah dalam Memilih

Asuransi Syriah

1. Faktor Pelayanan 2. Faktor

Religius 3. Faktor Profit

Sharing 4. Faktor


(31)

Hipotesis

Sesuai dengan judul dan permasalahan yang diambil, maka hipotesis yang diambil adalah:

1. Pelayananmerupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

nasabah dalam memilih asuransi syariah di Kota Medan.

2. Religius merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah

dalam memilih asuransi syariah di Kota Medan.

3. Profit Sharingmerupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

nasabah dalam memilih asuransi syariah di Kota Medan.

4. Promosi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah


(1)

1. Al-Quran

Terdapat ayat-ayat Al-Quran mengenai nilai-nilai dasar dalam asuransi:

“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui yang kamu kerjakan” (QS. al-Hasyr (59) )

“… Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” (QS. al-Baqarah (2) )

“ yang telah member makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan” (QS. al-Quraisy (106) )

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah…” (QS. al-Taghaabun (64) )

2. Sunnah Nabi Saw (Ali, 2004) a. Hadis tentang Aqilah

b. Hadis tentang Anjuran Menghilangkan Kesulitan Seseorang c. Hadis tentang Anjuran Meninggalkan Ahli Waris yang Kaya d. Hadis tentang Mengurus Anak Yatim

e. Hadis tentang Menghindari risiko f. Hadis tentang Piagam Madina

3. Ijtihad

a. Fatwa Sahabat b. Ijma


(2)

2.9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang memilih asuransi syariah adalah:

1. Faktor Pelayanan

Definisi pelayanan yaitu suatu kegiatan yang menolong menyediakan segala apa yang diperlukanorang lain atau konsumendengan penampilan produk yang sebaik-baiknya sehingga diperoleh kepuasan pelanggan dan usaha pembelian yang berulang-ulang.Salah satu model kualitas jasa yang paling populer dan hingga ini masih dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah disimpulkan bahwa terdapat lima dimensi SERVQUAL sebagai berikut (Rambat Lupiyoadi dan Hamdani. 2006):

a. Berwujud (Tangible) b. Keandalan (Reliability)

c. Ketanggapan (Responsiveness) d. Jaminan dan Kepastian (Assurance) e. Empati

2. Faktor Religius

Religiusmerupakan faktor pengetahuan dan pengalaman keberagamaan yang

mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan ekonomi.Indikator ini memiliki dua dimensi, yaitu dimensi pemahaman produk dan ketaatan terhadap agama. (Kadir. 2003):

a)Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi


(3)

keinginan dan kebutuhan.

b) Ketaatan terhadap agama merupakan tingkat kesadaran dan ketaatan seseorang melakukan apa yang diyakini dalam melaksanakan apa yang diajarkan dalam agama yang telah mereka anut. Karena kesadaran ini merupakan awal dari ekspresi isi dalam kehidupan praktis sebagai pangkal proses perilaku ekonomi religius.

3. Faktor Profit Sharing (Bagi Hasil)

Bagi hasil dalam bahasa asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing.Profit

sharing dalam kamus ekonomi diartikansebagai pembagian laba.Profit sharing

diartikan sebagai distribusi secara syari’ah prinsip bagi hasil (profit sharing) berdasarkan pada kaidah Mudharabah.Dimana perusahaan akan bertindak sebagai

Mudharib (Pengelola dana) sementara nasabah sebagai

ShahibulMaal(penyandang dana) (Antonio. 2001).

4. Faktor Promosi

Secara definisi promosi adalah kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka menjadi senang lalu membeli produk tersebut (Gitosudarmo. 1997). Promosi merupakan sarana untuk menarik dan mempertahankan nasabah.Promosi merupakan bagian dari pemasaran (Kasmir.2005). Dalam promosi hal yang perlu di perhatikan adalah pemilihan bauran promosi (promotion mix), yang terdiri dari (Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani. 2006):


(4)

1. Iklan (Advertising)

2. Promosi Penjualan (Sales Promotion) 3. Hubungan Masyarakat (Public Relation)

4. Informasi dari mulut ke mulut (Word Of Mouth) 5. Surat pemberitahuan langsung (Direct Mail)

2.10. Landasan Terdahulu

1. Penelitian Ismoyo Parwoto (2011)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Parwoto (2011) dengan judul “PENGARUH TINGKAT INVESTASI TERHADAP MINAT NASABAH ASURANSI PENDIDIKAN (Studi pada AJB BUMIPUTERA 1912 Unit Usaha Syariah) “ adalah untuk mengetahui tingkat investasi dari tahun ke tahun, untuk mengetahui minat nasabah dalam asuransi syariah pendidikan pada AJB Bumiputera 1912, dan untuk menjelaskan tingkat pengaruh investasi terhadap minat nasabah AJB Bumiputera 1912 unit usaha syariah periode 2009-2011. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode analisis uji regresi linier sederhana.

2. Penelitian M. Fida Fariz Ashidiqi (2011)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ashidiqi (2011) dengan judul “ANALISISFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN ASURANSI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KANTOR CABANG TAMAN SISWA (STUDI KASUS PADA PRULINK ASSURANCE SYARIAH ACCOUNT)” adalah untuk menganalisis pengaruh pendapatan, premi dan regiulitas nasabah secara bersama-sama dalam asuransi syariah, untuk menganalisis pengaruh pendapatan terhadap permintaan pada asuransi syariah, untuk menganalisis pengaruh premi asuransi terhadap permintaan asuransi syariah, dan untuk menganalisis pengaruh regiulitas terhadap permintaan pada asuransi syariah.


(5)

Kerangka Konseptual

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan pada bagan 1 dibawah :

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Dalam Memilih Asuransi Syariah di Kota Medan

Asuransi

Asuransi Konvensional

Asuransi Syariah

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah dalam Memilih

Asuransi Syriah

1. Faktor Pelayanan 2. Faktor

Religius 3. Faktor Profit

Sharing

4. Faktor Promosi


(6)

Hipotesis

Sesuai dengan judul dan permasalahan yang diambil, maka hipotesis yang diambil adalah:

1. Pelayananmerupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah dalam memilih asuransi syariah di Kota Medan.

2. Religius merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah dalam memilih asuransi syariah di Kota Medan.

3. Profit Sharingmerupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

nasabah dalam memilih asuransi syariah di Kota Medan.

4. Promosi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah dalam memilih asuransi syariah di Kota Medan.