Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja di PT. Sisirau Aceh Tamiang Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dalam era globalisasi, persaingan antara perusahaan baik di dalam

maupun luar negeri semakin ketat dan keras. Di samping itu juga terjadi
perubahan-perubahan yang sangat cepat dan berbagai masalah perdagangan yang
sangat komplek. Dewasa ini juga telah menjadi trend dan mempengaruhi
peradaban kehidupan manusia seperti terjadinya perubahan dari masyarakat
agraris menuju masyarakat industri. Selanjutnya perubahan dari masyarakat
industri menuju masyarakat informasi, teknologi manual menjadi teknologi tinggi
(high tech and high touch), ekonomi nasional selalu dipengaruhi perubahan
ekonomi dunia dan lain-lain. Keadaan tersebut memaksakan jutaan manusia harus
berbenturan secara tiba-tiba dengan kejutan-kejutan masa depan (future shock)
yang sebetulnya belum siap untuk dihadapi. Kondisi tersebut ternyata banyak
menimbulkan terjadinya stres pada masyarakat (Tarwaka, 2004).
Sebagian besar dari waktu manusia adalah untuk bekerja. Karena itu
lingkungan pekerjaannya mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan
seseorang yang bekerja (Munandar, 2008). Menurut Hartono dalam Setiawan dan

Sofiana (2013), manusia pada masa bekerja tidak semua dapat berjalan dengan
lancar, terkadang muncul stres dalam bekerja. Stres merupakan reaksi non spesifik
terhadap rangsangan atau tekanan stres bersifat sangat individual sehingga stres
diantara yang satu dengan orang yang lain berbeda (Hartono, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Fincham dan Rhodes dalam Munandar (2008) penelitian
sekarang tentang stres didasarkan pada asumsi bahwa stres, yang disimpulkan dari
gejala-gejala dan tanda-tanda faal, perilaku, psikologikal dan somatik, adalah hasil
dari tidak/ kurang adanya kecocokan antara orang (dalam arti kepribadiannya,
bakatnya,

dan

kecakapannya)

dan

lingkungannya,


yang mengakibatkan

ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara
efektif.
Menurut Rahayu yang dikutip dalam Airmayanti (2009), pada tahun 1996,
jauh sebelum job stress dan faktor psikososial menjadi ungkapan sehari-hari,
suatu laporan khusus yang berjudul “Perlindungan Kesehatan dari Delapan Puluh
Juta Pekerja – Suatu Tujuan Nasional bagi Kesehatan Kerja” telah diterbitkan.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa stres yang disebabkan oleh faktor
psikologis meningkat secara nyata. Tiga puluh tahun kemudian, laporan ini telah
membuktikan ramalan secara luar biasa. Job stress telah menjadi penyebab
kelainan terdepan di Amerika Utara dan Eropa. Pada tahun 1990, 13% dari
seluruh kasus ketidakmampuan pekerja, disebabkan oleh gangguan yang
berhubungan dengan job stress.
Secara global, ILO pada tahun 2015 memperkirakan sekitar 337 juta
kecelakaan kerja terjadi tiap tahunnya yang mengakibatkan sekitar 2,3 juta pekerja
kehilangan nyawa. Sementara itu data PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek) memperlihatkan bahwa sekitar 0,7 persen pekerja Indonesia
mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugian nasional mencapai Rp

50 triliun.

Universitas Sumatera Utara

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang
dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan interpersonal dalam
lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan interpersonal serta tindakan
antisipatif bila terjadi hal demikian. Disamping perlu dilakukan upaya untuk
mencegah pegawai mengalami kecelakaan, perusahaan perlu pula memelihara
kesehatan pegawai. Kesehatan ini menyangkut kesehatan fisik dan kesehatan
mental. Kesehatan pegawai dapat terganggu karena penyakit, stress (ketegangan)
maupun karena kecelakaan. Kesehatan (Sedarmayanti, 2009).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Plaut dan Friedman yang
dikutip dalam Haris (2014) berhasil menemukan hubungan antara stres dan
kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stres sangat perpotensi
mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, karena alergi serta
menurunkan sistem autoimunnya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan
respon antibodi disaat suasana hati seseorang sedang negatif dan akan meningkat

pada saat suasana hati seseorang sedang positif. Stres kerja yang dialami oleh
pekerja biasanya berasal dari faktor eksternal dan faktor internal pekerja itu
sendiri. Faktor eksternal tersebut dapat berupa fisik, misalnya kebisingan,,
hubungan sesama pekerja atau atasan. Beban kerja yang melebihi kapasitas dan
kapabilitas seorang pekerja juga dapat memicu terjadinya stres. Selain itu, faktor
internal merupakan stresor yang berasal dari diri pekerja yaitu umur, tingkat
pendidikan pekerja, dan masa kerja. Umur seorang pekerja akan sangat

Universitas Sumatera Utara

berpengaruhi dalam pola pikir dan tingkat kebijaksanaan dalam melaksanakan
tugas-tugas serta mengatasi masalah-masalah di lingkungan kerja, masa kerja juga
menjadi salah satu penyebab stres kerja. Pekerjaan yang monoton dalam waktu
yang lama dapat menimbulkan kebosanan dan rasa jenuh bagi pekerja yang
kemudian dapat memicu stres. Tingkat pendidikan pekerja juga berpengaruh
dalam mengatasi penyebab-penyebab stres yang ada di lingkungan kerja agar stres
yang dialami dapat menjadi pendorong meningkatkan produktivitas pekerja
(Haris, 2014).
Menurut Vierdelina yang dikutip dalam Lestari (2013) menyebutkan
bahwa pekerja yang mengalami stress dapat menurunkan produktivitasnya

sehingga dapat merugikan diri sendiri, orang lain, lingkungan kerja, dan
perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani (2008) pada pekerja bagian
operasional PT. Gunze tahun 2008, memberikan gambaran bahwa dari 100 orang
responden yang diteliti 63% mengalami stres sedang, 21% diantaranya mengalami
stres berat dan sebagian kecil (16%) mengalami stres ringan.
Kebisingan, berdasarkan hasil penelitian terhadap 73 orang pekerja call
center di PT. “X”, Jakarta, disimpulkan bahwa prevalensi stres kerja berkaitan
dengan faktor-faktor stresor pengembangan karir; beban kerja berlebih kualitatif;
beban kerja berlebih kuantitatif; konflik peranan; ketaksaan peran; dan tanggung
jawab (Ismar, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Agung Saputra Tex
Bantul pada tahun 2010, sebanyak 95,5% pekerja mengalami stres karena
kebisingan yang melewati Nilai Ambang Batas (NAB) >85 dB.

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Haris (2014) pada unit produksi IV
PT. Semen Tonasa menyatakan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan
stres kerja dimana pekerja yang telah bekerja lebih dari 5 tahun (lama) mengalami
stres kerja berat sebesar 45,5 % sedangkan pekerja yang baru bekerja selama

kurang dari atau sama dengan 5 tahun (baru) mengalami stres kerja ringan sebesar
85,2 %.
PT. Sisirau merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan
kelapa sawit dan produsen minyak kelapa sawit di Indonesia dengan kapasitas
produksi 30 ton per jam. Proses produksi terdiri dari 9 alur yang harus dilalui
untuk menghasilkan minyak kelapa sawit, yaitu dimulai dari penerimaan TBS
(Tandan Buah Segar) dimana setelah ditimbang maka buah-buah sawit akan
dipilah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, kemudian TBS akan masuk
ke stasiun sterilizer (perebusan) untuk mematikan jamur dan enzim-enzim yang
menyebabkan kualitas minyak yang akan dihasilkan menurun akibat tingginya
kandungan asam lemak bebas, memudahkan buah lepas dari tandannya, dan agar
buah mudah dilumatkan di dalam digester serta memudahkan pemisahan
cangkang dari inti dengan keluarnya air dari biji, kemudian buah yang sudah
melalui proses perebusan masuk kedalam mesin stripper yaitu alat pemisah
berondolan /buah sawit dari tandannya, setelah dipisahkan kemudian buah sawit
tersebut masuk ke stasiun

pressing (pengempaan) dimana buah sawit akan

diperas untuk mendapatkan minyak kelapa sawit, yang kemudian akan masuk

kedalam stasiun clarification (pemurnian minyak) dimana pada proses ini akan
dipisahkan antara minyak, air, dan padatan yang menggunakan system

Universitas Sumatera Utara

pengendapan. Inti sawit yang tidak digunakan diolah pada pengolahan inti sawit,
kemudian dipecah didalam ripple mil, yang kemudian menghasilkan cangkang
yang akan digunaan kembali untuk bahan bakar pada proses produksi.
Data yang diperoleh dari pihak perusahaan yang didapatkan dari klinik
perusahaan diperoleh laporan kesehatan dari Oktober 2015 hingga Januari 2016
yaitu : diare 12 orang, migrain / sakit kepala sebelah 10 orang, batuk 8 orang,
lambung 5 orang, dan demam sebanyak 14 orang. Selain data dari klinik
perusahaan, setelah dilakukan wawancara singkat terhadap 5 orang karyawan di
bagian produksi, 2 dikamar mesin, 3 di bagian perebusan buah dapat dinyatakan
mereka memiliki potensi stress karena kebisingan yang terus-menerus dan rasa
jenuh terhadap pekerjaan yang itu-itu saja.
Selain itu, berdasarkan uji kebisingan yang dilakukan oleh Balai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan di PT. Sisirau pada tahun 2015
menunjukkan bahwa areal boiler pabrik dan kamar mesin memiliki hasil uji yang
masing-masing 89,7-90,8 dB dan 95,8-101,4 dB dimana menurut Kepmenaker

No.13 tahun 2011 menyatakan bahwa Nilai Ambang Batas untuk kebisingan
adalah 85 dB.
Menurut hasil survei pendahuluan, ada informasi yang didapatkan bahwa
beberapa orang pekerja merasa bosan akan rutinitas pada pekerjaannya yang ituitu saja, selalu merasa melakukan pekerjaan dengan baik dan selalu berusaha
melakukan apa yang perusahaan inginkan, namun tidak pernah mendapatkan
promosi untuk perkembangan karirnya agar mendapatkan jabatan yang lebih baik.
Pekerja lain menyatakan Alat Pelindung Diri yang rusak seperti sepatu terlalu

Universitas Sumatera Utara

lama diganti sehingga mereka harus membeli sepatu untuk bekerja dengan uang
mereka sendiri, dan ear plug yang mudah rusak juga diganti setelah beberapa
tahun.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan stres
kerja di PT. Sisirau, Aceh Tamiang tahun 2016.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah yaitu,

faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi stres kerja pada karyawan di PT.
Sisirau, Aceh Tamiang tahun 2016

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

memengaruhi stres kerja pada karyawan PT. Sisirau, Aceh Tamiang tahun 2016.
1.3.2

Tujuan Khusus

1.


Mengetahui gambaran faktor intrinsik pekerjaan (jam kerja, beban kerja,
rutinitas, kebisingan) berhubungan dengan stres kerja

2.

Mengetahui gambaran faktor ekstrinsik pekerjaan (peran individu dalam
organisasi kerja, hubungan interpersonal, perkembangan karir, Struktur
dan ikloim organisasi) berhubungan dengan stres kerja

3.

Mengetahui gambaran faktor individu (umur dan masa kerja) berhubungan
dengan stres kerja

Universitas Sumatera Utara

1.4

Hipotesis Penelitian


1.

Adanya hubungan antara jam kerja dengan stres kerja pada pekerja.

2.

Adanya hubungan antara beban kerja dengan stres kerja pada pekerja.

3.

Adanya hubungan antara rutinitas dengan stres kerja pada pekerja.

4.

Adanya hubungan antara kebisingan dengan stres kerja pada pekerja.

5.

Adanya hubungan antara peran individu dalam organisasi kerja dengan
stres kerja pada pekerja.

6.

Adanya hubungan antara hubungan interpersonal dengan stres kerja pada
pekerja.

7.

Adanya hubungan antara perkembangan karir dengan stres kerja pada
pekerja.

8.

Adanya hubungan antara struktur dan iklim organisasi dengan stres kerja
pada pekerja.

9.

Adanya hubungan antara umur dengan stres kerja pada pekerja.

10.

Adanya hubungan antara masa kerja dengan stres kerja pada pekerja.

1.5

Manfaat Penelitian

1.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja terutama tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi stres kerja pada pekerja.

2.

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan untuk pertimbangan dalam
penentuan langkah yang akan ditempuh oleh perusahaan dalam rangka
peningkatan kualitas sumber daya manusia di perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

3.

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan
penelitian lain yang sejenis.

Universitas Sumatera Utara