Studi Etnografi Kesataraan Gender di UKM KOMPAS USU

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan berfungsi membekali, membantu dan mengembangkan potensi
manusia untuk bisa hidup dan menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan atau
perubahan kehidupan. Karena itu pendidikan harus berorientasi tidak hanya ke
masa kini tetapi juga masa depan. Pendidikan tidak hanya berperan
mengembangkan aspek intelektual semata, tetapi juga membekali dan
mengembangkan kecakapan pribadi dan kecakapan sosial. Kedua fungsi tersebut
diperlukan dalam kehidupan (life skill). Mengingat besarnya fungsi pendidikan,
dalam pendidikan tinggi selain pengembangan aspek intelektual, dibentukalah
sebuah wadah kegiatan mahasiswa yang secara khusus bertujuan mengembangkan
kecakapan pribadi dan sosial melalui aktifitas-aktifitas dalam organisasi
mahasiswa.
Organisasi mahasiswa di Universitas Sumatera Utara (USU) selain
memiliki tujuan umum sebagaimana disebutkan di atas, juga berfungsi sebagai
wahana penyalur bakat, pengembang potensi dan kemampuan mahasiswa yang
disesuaikan dengan minat mahasiswa. Terdapat berbagai macam organisasi
mahasiswa di USU, baik di tingkat jurusan, fakultas hingga tingkat universitas
dengan ragam dan corak berbeda-beda.
Organisasi mahasiswa, dapat dikatakan sebagai laboraturium kehidupan

bermasyarakat, karena melalui organisasi mahasiswa banyak hal bisa dilakukan,

1

Universitas Sumatera Utara

dipelajari, diamati, diperkenalkan, disosialisasikan ataupun diujicobakan tentang
sebuah konsep dan tata kehidupan sosial yang baik sebagaimana di dalam
lingkungan keluarga. Melalui wadah kegiatan mahasiswa ini pula, usaha mencetak
generasi yang mampu memperbaiki tatanan kehidupan sesuai perkembangan
zaman dan berusaha menguraikan permasalahan-permasalahan kehidupan sosial
yang ada.
Tanpa disadari, aktifitas mahasiswa di lingkungan kampus yang
berlandaskan pada pendidikan yang sedang ditempuh di perguruan tinggi, juga
memiliki keterkaitan erat dengan kondisi masyarakat setempat ataupun
masyarakat di mana mahasiswa itu berasal. Maka tidaklah mengherankan bila
mana semua permasalahan dan isu-isu yang ada dalam lingkungan sosial
masyarakat, masuk kedalam sendi-sendi aktifitas dalam organisasi mahasiswa
seperti; isu politik, isu perekonomian, budaya, lingkungan, agama hingga isu
tentang tuntutan akan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan (gender)

dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Unit Kegiatan Mahasiwa (UKM) ataupun wadah aktivitas kemahasiswaan
luar kelas adalah untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu.
Pembinaan kegiatan UKM mempunyai arti yang sangat penting bagi
pengembangan kepribadian mahasiswa dan kemampuan tambahan sesuai minat
dan bakatnya.
Dalam penelitian ini peneliti mempusatkan perhatiannya kepada Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Korps Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi
Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara (KOMPAS – USU). Dalam

2

Universitas Sumatera Utara

penelitian ini penulis merupakan salah satu anggota dan mantan ketua umum
KOMPAS USU. KOMPAS – USU merupakan organisasi kemahasiswaan yang
bergerak dibidang cinta alam dan studi lingkungan hidup. Topik yang diangkat
oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu mengenai kesetaraan gender di UKM
KOMPAS USU. Secara umum gender merupakan pembedaan atau perbedaan
peran laki-laki dan perempuan baik dalam fungsi, tanggungjawab, perilaku, yang

dibentuk oleh sosial budaya pada masing-masing masyarakat tertentu. Sedangkan
kesetaraan gender adalah adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan
dimana persamaan itu mempunyai arti yang menguntungkan bagi kedua pihak.
Dan peneliti melihat bahwa di KOMPAS – USU ketimpangan gender sangat
minim, hal ini dapat dilihat dari segala proses kegiatan yang dilakukan dalam
kegiatan keseharian KOMPAS – USU maupun kegiatan lapangannya. Setiap
anggota di KOMPAS – USU tidak pernah memberikan tugas berdasarkan
gendernya, baik

laki-laki maupun wanita sama saja. Dalam kegiatan

kesehariannya KOMPAS – USU memiliki jadwal piket yaitu untuk menjaga
kebersihan sekretariat dan sistem jaga malam. Dalam menjaga kebersihan
sekretariat laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama yaitu harus mau
membersihkan seluruh ruangan sekretariat, membersihkan halaman dan mencuci
alat-alat rumah tangga yang kotor seperti piring, cangkir, sendok, dll. Begitu juga
dengan sistem jaga malam, laki-laki dan perempuan tetap

mendapat


tanggungjawab yang sama. Juga dalam setiap rapat-rapat yang dibuat oleh
pengurus KOMPAS – USU, dalam pengambilan keputusan perempuan juga
memiliki hak sama. Laki-laki dan perempuan dapat menjadi pengambil keputusan

3

Universitas Sumatera Utara

(decision maker) bila dianggap dapat membangun organisasi kearah yang lebih
baik lagi. Dan yang membuat saya juga tertarik utuk membahas tentang
kesetaraan gender di KOMPAS USU karena kebetulan saat ini ketua umumnya
dijabat oleh seorang perempuan, walaupun ini bukan kali pertama KOMPAS USU
diketuai oleh seorang perempuan. Tetapi hal itu sangat menarik untuk diketahui
oleh orang banyak, bahsawanya kegiatan mahasiswa pencinta alam bukan hanya
untuk laki-laki saja dan beranggapan bilapun ada perempan hanya sebagai
pelengkap saja. Hal itu sangatlah salah karena sudah ada buktinya bahwasanya
KOMPAS USU pernah dipimpin oleh seorang perempuan dan yang sedang
memimpin KOMPAS USU saat ini adalah seorang perempuan. Dalam kegiatan
lapangannya KOMPAS – USU juga tidak pernah membedakan peran baik pra
kegiatan sampai pasca kegiatan. Dalam pra kegiatan yaitu persiapan fisik, porsi

latihan fisik yang dilakukan pria sama dengan porsi latihan fisik yang dilakukan
oleh perempuan. Sisanya diberikan pembagian tugas sesuai dengan jabatan yang
dipegangnya dalam kegiatan tersebut. Jadi didalam proses pemilihan ketua umum
tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan, kedua-duanya
mempunyai hak yang sama ketika sudah menyandang status sebagai anggota biasa
KOMPAS – USU.
Berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Fakih yang menurutnya gender
adalah perbedaan peran antara pria dan perempuan berdasarkan budaya, di mana
laki-laki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang
dikonstruksikan oleh kultur setempat yang berkaitan dengan peran, sifat,
kedudukan, dan posisi dalam masyarakat tersebut. Sementara perbedaan peran dan

4

Universitas Sumatera Utara

kedudukan disini tidak terjadi. Seks atau jenis kelamin merupakan perbedaan
antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan ciri biologisnya.
Namun, kadang-kadang gender sebagai salah satu nilai sosial yang berlaku di
masyarakat memiliki sifat yang cenderung untuk dipertahankan sebagaimana nilai

sosial yang lainnya.Nilai dan peran gender yang timpang tersebut masih ada
berlaku di masyarakat. Hal ini disebabkan adanya proses sosialisasi yang masih
ada di lingkungan sosial individu. Mahasiswa sebagai individu juga tidak luput
dari proses sosialisasi nilai dan peran gender tersebut. Proses sosialisasi
dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni agen sosialisasi, proses atau cara sosialisasi,
dan isi sosialisasi.

1.2 Tinjauan Pustaka
Carol R. Ember dan Melvin Ember (dalam T.O. Ihromi 2006:18)
mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan cara berperilaku yang dipelajari
yang digerakkan oleh naluri. Kebudayaan tidak tergantung dari transmisi biologis
atau pewarisan melalui unsur genetis. Sama halnya dengan James P. Spradley
(terjemahan 2006:6) yang mengartikan bahwa kebudayaan merujuk pada
pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk meninterpretasikan
pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial. Dalam kesamaan mendefinisikan
bahwa budaya adalah suatu hal yang dipelajari dan kemudian diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari dalam wujud tingkah laku. Kebudayaan juga berasal dari
pengetahuan dan pemahaman individu.

5


Universitas Sumatera Utara

Manusia merupakan makhluk yang memiliki kebudayaan, dimana
Koentjaraningrat (1997:4) merincikan unsur-unsur kebudayaan yang terdapat di
dalam setiap masyarakat secara universal, yaitu : (1) bahasa, (2) sistem teknologi
(3) sistem ekonomi, (4) organisasi sosial, (5) sistem pengetahuan, (6) kesenian (7)
sistem kepercayaan atau religi yang merupakan salah satu unsur penting dalam
kebudayaan. Agama tak lepas dalam setiap kebudayaan masyarakat.
A.

Gender
Dalam memahami konsep gender harus dibedakan terlebih dahulu antara

kata gender dan kata seks (jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan
penafsiran atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara
biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, laki-laki adalah
manusia yang memiliki penis, memiliki jakala (kala menjing) dan memproduksi
sperma. Sementara perempuan memiliki alat reproduksi, seperti rahim dan saluran
untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina dan mempunyai alat untuk

menyusui. Alat-alat ini secara biologis atau sering disebut sebagai ketentuan
Tuhan atau "kodrat". Sedangkan konsep gender yaitu suatu sifat yang melekat
pada kaum laki-laki maupun perempuan yang direkonstruksi secara sosial maupun
kultural. (M. Fakih, 1996). Dengan kata lain gender adalah konstruksi sosial yang
mengatur pembagian peran sosial menurut jenis kelamin (L. Margiyani, 1998).
Secara umum gender merupakan pembedaan atau perbedaan peran lakilaki dan perempuan baik dalam fungsi, tanggung jawab, perilaku, yang dibentuk
oleh sosial budaya pada masing-masing masyarakat tersebut.

6

Universitas Sumatera Utara

Dalam pemahaman gender terdapat 2 teori, yakni :
1. Teori nature yang beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara
perempuan dan laki-laki hanya disebabkan oleh perbedaan fisiologis dan
biologis saja.
2. Teori nurture yang beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara
perempuan dan laki-laki disebabkan oleh proses belajar dari lingkungan.
Konstruksi sosial budayalah yang memunculkan maskulinitas dan
feminimitas.

Dari uraian teori di atas, maka jelaslah bahwa pemimpin merupakan hasil
budaya yang dibentuk oleh lingkungan yang merupakan faktor dari teori
nurture.
Trisakti Handayani dan Sugiarti (2008:15-18) mengungkapkan bahwa
perbedaan gender dapat melahirkan ketidakadilan. Adapun bentuk manifestasi
ketidakadilan tersebut di antaranya adalah 1:
1. Gender dan marginalisasi perempuan
Bentuk manifestasi ini merupakan proses marginalisasi atau pemiskinan
terhadap kaum perempuan atau disebut juga pemiskinan ekonomi.
2. Gender dan subordinasi pekerjaan perempuan.
Adanya anggapan bahwa perempuan tidak penting terlibat dalam
pengambilan keputusan. Perempuan cenderung tersubordinasi oleh faktorfaktor yang dikonstruksikan secara sosial dan mengakibatkan adanya
diskriminasi kerja bagi perempuan.
1

Trisakti Handayani, Sugiarti, Konsep dan Teknik Penelitian Gender (Malang: UMM Press, 2008)
hal. 15-18

7


Universitas Sumatera Utara

3. Gender dan stereotip atas pekerjaan perempuan.
Stereotip merupakan pelabelan terhadap suatu kelompok ataujenis
pekerjaan tertentu. Hal ini merupakan bentuk ketidakadilan, sehingga
dinamakan pelabelan negatif. Biasanya terjadi karena disebabkan
pelabelan yang sudah melekat pada laki-laki, misalnya laki-laki adalah
manusia yang kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Sedangkan perempuan
adalah makhlukyang lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Dengan
adanya pelabelan tersebut membuat perempuan dikonstruksikan sebagai
kaum yang identik dengan pekerjaan-pekerjaan rumah, maka peluang
perempuan untuk bekerja di luar rumah sangat terbatas.
4. Gender dan kekerasan terhadap perempuan.
Jika diperhatikan bahwa kekerasan yang terjadi pada perempuan
merupakan kekerasan yang disebabkan adanya keyakinan gender.
5. Gender dan beban kerja lebih berat
Perkembangan perempuan tidaklah ‘mengubah’ peranannya yang lama
yaitu peranan dalam lingkup rumah tangga. Maka dari itu, perkembangan
peran perempuan menambah dan menuntut perempuan mengerjakan
peranannya sekaligus, sehingga membuat beban kerja yang lebih berat.

Ketidakadilan terhadap perempuan sudah sejak lama terjadi. Mungkin
sejalan dengan usia manusia itu sendiri. Memandang rendah perempuan,
menjadikannya sebagai pelengkap kehidupan bagi laki-laki adalah hal yang sudah
membiasa dalam kehidupan perempuan. Bahkan dari waktu ke waktu
ketidakadilan tersebut semakin menunjukkan eksistensinya dalam kehidupan

8

Universitas Sumatera Utara

masyarakat, menunggu sentuhan kemanusiaan untuk memperbaiki pandangan
yang kurang memanusiakan perempuan.
Hingga

pada

zaman

filsafatpun,

perempuan

masih

diragukan

eksistensinya. Dikalangan filsuf sendiri terjadi perdebatan apakah perempuan
mempunyai roh atau tidak? Di Yunani, posisi perempuan kurang menguntungkan.
Mereka menjadi barang komoditi yang bisa di perjual-belikan. Di Romawi,
demikian pula kenyataannya, mereka dianggap sebagai makhluk tak berjiwa, dan
keberadaannya adalah perwujudan setan yang datang untuk merusak hati manusia.
Di India, Hidup seorang perempuan tergantung pada suaminya, jika suaminya
mati maka tidak ada alasan bagi perempuan untuk tetap hidup 2.
Oleh karena itu muncullah gerakan feminisme yang merasa telah terjadi
diskriminasi terhadap nasib perempuan. Feminisme adalah sebuah gerakan
perempuan yang menuntut emansipasi antara kesamaan hak dan keadilan dengan
laki-laki. Secara umum sejarah gerakan feminisme terlahir pertama kali pada abad
18 M. di Eropa 3. Pada saat itu berkembanglah pemikiran bahwa posisi perempuan
kurang beruntung daripada laki-laki dalam realitas sosial, maka ketika itu semua
kalangan perempuan baik kalangan atas, menengah dan bawah tidak memiliki
hak-hak dalam mendapatkan pendidikan, berpolitik hak atas milik dan pekerjaan,

2

Achmad Satori Ismail, Fiqih Perempuan dan Feminisme dalam Antologi Membincang
Feminisme : Diskursus Gender Perspektif Islam (Surabaya : Risalah Gusti, 2000), hlm. 132-133

3

feminisme mulai berkembang ketika zaman Renaissance atau zaman pencerahan di Eropa, yang
dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Perkumpulan
masyarakat ilmiah pertama kali didirikan di Middelburg, sebuah kota di dekat Belanda pada tahun
1785.

9

Universitas Sumatera Utara

oleh karena itu kedudukan perempuan tidaklah sama dengan laki-laki dihadapn
hukum.
Feminisme dicetuskan pertama kali oleh aktivis sosial Utopia, yakni
sebagi penggagasnya Charles Fourier pada tahun 1837, pergerakan ini berpusat di
Eropa dan berpindah ke Amerika dan terus berkembang pesat sejak
dipublikasikan oleh John Stuart Mill “ TheSubjection Of Women” pada tahun
1869. Pergerakan kaum feminis ini semakin berkembang ketika pada era
liberalism di Eropa dan terjadi revolusi Prancis di abad 18 yang merambah ke
Amerika dan seluruh dunia, dari sinilah sejarah feminisme mulai berkembang
hingga sekarang.
Menurut Mansour Fakih (1996:8) gender adalah suatu sifat yang melekat
pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial
maupun cultural. Menurut Ann Oakley (2001:2) gender adalah masalah budaya, ia
merujuk kepada klasifikasi sosial dari laki-laki dan perempuan menjadi
‘maskulin’ dan ‘feminim’.Menurut Alice Schlegel gender mempunyai arti yang
serupa dengan ideology gender, yaitu bagiaman kedua jenis kelamin
“dipersepsikan, dinilai, dan diharapakan untuk bertingah laku”.
Dalam buku Irwan Abdullah (2001:123-126) keterlibatan perempuan desa
dalam sektor perdagangan di desa dominasi oleh perempuan. Tingkat partisipasi
perempuan yang tinggi di bidang perdagangan bertolak belakang dengan
anggapan umum tentang perempuan., perempuan dianggap sebagai golongan
masyarakat yang “lembut dan halus budi”, padahal pekerjaan perdagangan
dianggap bernilai rendah karena penuh dengan tipu muslihat. Kegiatan

10

Universitas Sumatera Utara

perdagangan masih dikaitkan dengan ciri-ciri yang bersifat negative, seperti
penipuan dan hal-hal yang bernilai tidak baik (Geertz, 1982: Burger, 1983).
Kalangan masyarakat petani juga menganggap bahwa pekerjaan di luar
pengolahan tanah, di antaranya perdagangan adalah pekerjaan yang kurang baik
dilakukan oleh orang yang tidak tahan bekerja keras, di samping itu, perdagangan
merupakan arena permainan mengadu untung (Redfield, 1982:92-93). Pandangan
negatif terhadap perdagangan dalam masyarakat Jawa merupakan suatu warisan
yang ditinggalkan oleh kalangan priyayi dan muncul sejak awalmasuknya
perdagangan dalam perekonomian Indonesia, khususnya Jawa.
Data sensus penduduk memperlihatkan perubahan struktur pekerjaan sejak
tiga dekade lalu. Sejalan dengan menurunnya kesempatan kerja disektor pertanian,
persentase penduduk yang terlibat dalam kegiatan luar pertanian, khususnya
dalam sektor jasa dan perdagangan (Irwan Abdullah,2001:149). Sebagian peneliti
menilai pergeseran ini sebagai indicator kemajuan, yakni dalam pengertian
terjadinya peningkatan diversifikasi ekonomi pedesaan. Keterlibatan anggota
rumah tangga tani dalam sektor luar pertanian menjadi tanda perubahan
perekonomian desa, yang secara langsung mempengaruhi ekonomi rumah tangga.
Satu persoalan menarik adalah keterlibatan perempuan: persentase keterlibatan
perempuan

dalam

pekerjaan

luar

pertanian

perempuan

Amerika

relatif

tinggi

(Irwan

bertujuan

untuk

Abdullah,2001:150).
Pergerakan

kaum

yang

membangkitkan kemandirian kaum perempuan sebagai mitra sejajar dari laki-laki
untuk pencapaian kebahagian (for the persuit happiness) oleh karena itu, didasari

11

Universitas Sumatera Utara

oleh keyakinan atau paham kebebasan dan perlindungan hak-hak individu
kemanusiaan (human rights) atau demokrasi. Kedua paham ini merupakan unsurunsur dasar dari nilai-nilai budaya orang Amerika.
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Jadi, kesetaraan juga
dapat disebut kesederajatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
sederajat artinya sama tingkatan (kedudukan, pangkat). Dengan demikian,
kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan adanya tingkatan yang sama,
kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama
lain.Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahkluk Tuhan
memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang
sama itu bersumber dari pandangan bahwa semua manusia tanpa dibedakan
adalah diciptakan dengan kedudukan yang sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan
tinggi derajatnya dibanding makhluk lain.
Kesetaraan gender adalah suatu kondisi dimana semua manusia (baik lakilaki maupun perempuan) bebas mengembangkan kemampuan personal mereka
dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotype, peran gender yang
kaku 4. Hal ini bukan berarti bahwa perempuan dan laki-laki harus selalu sama,
tetapi hak, tanggung jawab dan kesempatannya tidak dipengaruhi oleh apakah
mereka dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan (Unesco, 2002).Kesetaraan
gender adalah tidak adanya diskriminasi berdasarkan jenis kelamin seseorang
dalam memperoleh kesempatan dan alokasi sumber daya, manfaat atau dalam
mengakses pelayanan. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana gerakan

4

Sumber : http://yudhaoktatino.blogspot.co.id/2014/12/kesetaraan-gender.html

12

Universitas Sumatera Utara

perempuan yang bisa dilakukan sebagai gerakan sosial (social movement) tumbuh
dan berkembang di Amerika.
Istilah gerakan (movement) menurut kamus Webster berarti “organized
action by people working toward a goal”. Kemudian Steven Buechler
menyatakan bahwa gerakan sosial itu sering digambarkan sebagai reaksi kolektif
dari suatu kelompok masyarakat yang tersubordinasi (collective respons to a
group’s experience of subordination). Jadi mengacu pada rumusan diatas, dapat
diartikan bahwa gerakan kaum perempuan Amerika sebagai usaha sekelompok
orang untuk mencapai cita-citanya yaitu membebaskan diri dari tekanan
masyarakat yang bersifat patriarki yang menganggap merek ini sebagai kelompok
yang inferior atau subordinasi (Nana Nurliana Soeyono, 2000:16-17).

Banyak perusahaan cenderung lebih suka mempekerjakan perempuan daripada
pria karena dalam beberapa hal dianggap lebih baik. Namun di sisi lain,
perempuan juga sulit mencapai posisi lebih tinggi.Masalah ini adalah masalah
yang umum di seluruh dunia. Secara umum perempuan lebih diterima bekerja
pada posisi junior, namun sulit bagi mereka untuk bisa meraih posisi yang lebih
tinggi walaupun mampu.Sebabnya, karena masih banyak perusahaan besar yang
memiliki persepsi bahwa perempuan kurang cocok memegang posisi tinggi.
Mereka tak terbiasa dipimpin oleh seorang perempuan.
Selain itu, pembagian waktu juga menjadi faktor lain. Sebabnya, masih ada
ekspektasi perempuan di samping berkarir untuk tetap mengurus keluarga dan
orangtua, sehingga mereka tidak menjadi fleksibel lelaki. Dalam beberapa hal,
perempuan juga memiliki limitasi yang tidak dimiliki pria.

13

Universitas Sumatera Utara

Kaum perempuan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir kian memberi
kontribusi yang besar bagi naiknya pertumbuhan ekonomi di negeri ini. Namun,
kesetaraan dalam karir, baik di sektor industri maupun politik, masih belum
dinikmati oleh banyak perempuan di negeri ini.
Penilaian itu disampaikan oleh tim ahli dari Bank Dunia, yang menyusun
laporan "World Development Report 2012 on Gender Equality and Development."
Laporan Bank Dunia itu menyusun data dan mengidentifikasi sejauh mana
pengaruh dan masalah yang dihadapi kaum perempuan dalam pembangunan
ekonomi di penjuru dunia.
Dipimpin oleh ekonom senior, Sudhir Shetty, tim penyusun laporan Bank
Dunia 2012 itu menilai bahwa, seperti di sejumlah negara lain, partisipasi kaum
perempuan Indonesia dalam lapangan kerja dan pendidikan sudah meningkat
pesat. Selain itu juga timbul kesadaran yang kuat dari kaum perempuan untuk
menunjang kebutuhan hidup mereka secara mandiri dan kolektif - seperti yang
terlihat pada program Pekka (Perempuan Kepala Keluarga)
Kesetaraan gender adalah seperti sebuah frase (istilah) “suci” yang sering
diucapkan oleh para aktivis sosial, kaum feminis, politikus, bahkan oleh para
pejabat negara. Istilah kesetaran gender dalam tataran praktis, hampir selalu
diartikan sebagai kondisi “ketidaksetaraan” yang dialami oleh para wanita.
Kebudayaan Indonesia yang memarginalkan peran perempuan berpengaruh
pada pembentukan karakter bangsa. Sebagai contoh dalam perspektif perempuan,
pelanggaran norma seperti yang diatas perlu disosialisasikan dan dikuatkan saat
ini, yakni fenomena kekerasan berbasis komunitas atas nama adat dan syariat.

14

Universitas Sumatera Utara

Sebuah adat dapat saja berfungsi sebagai wujud kearifan lokal yang memiliki
sanksi sosial bila dilihat ancaman kekerasan atas nama aturan adat. Sebagai
contoh wilayah Aceh, aturan adat menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang
menjaga nilai dan norma masyarakat menjadi bagian dari pola pikir dan perilaku
masyarakat yang dikuatkan dengan syariat Islam. Tantangan menjadi berat ketika
perubahan sosial terjadi dalam kurun waktu yang tidak dapat diantisipasi oleh
masyarakat yang masih dalam transisi pasca konflik. Pelanggaran Syariat Islam
memberikan ruang multi interprestasi dan menimbulkan interaksi masyarakat
dengan penegak hukum Syariat Islam.
Wacana HAM sepertinya menawarkan lingkup terbesar dalam penerimaan
pluralisme gender. Wacana HAM adalah isu pertarungan yang sengit di Indonesia,
sebagaimana ditunjukkan di atas dengan adanya kelompok-kelompok Muslim
yang menyediakan interpretasi mengenai hak. Ini juga berkaitan dengan persoalan
pemberlakuan syariat Islam di Aceh dalam hukuman cambuk, yang masih
menimbulkan dua pandangan yang berbeda. Menurut dosen Universitas Unsyiah
Banda Aceh, Syaipuddin Bantasyam, ada hal yang harus dipilah-pilah dalam
melihat keberadaan hukum dan HAM, yang termasuk dalam pelanggaran HAM
adalah jelas pentingnya atas hak universal manusia, penerapan Qanun Jinayah di
Aceh yang tidak bertentangan dengan Hak Asasi Manuasia (HAM) dan juga tidak
bertentangan dengan Konvensi Menentang Penyiksaan kalau dipelajari lebih jauh.
Namun ada sebagian lembaga dan kelompok perempuan berpendapat bahwa
hukum cambuk telah melanggar HAM.

15

Universitas Sumatera Utara

Salah satu poin dari Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia adalah setiap
manusia dijamin atas hak kebebasan beragama dan melaksanakan keyakinan
agama yang dimilikinya. Hal ini juga dipertegas oleh hukum di Indonesia yaitu
UUD 1945 tentang kebebasan beragama dan melaksanakan keyakinan
agamanya, sehingga pelaksanaan Syariat Islam di Aceh secara legal formal telah
diamanahkan oleh Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Amnesty Internasional sehubungan dengan melanggar Hak Asasi
Manusia (HAM) dan meminta hukuman cambuk di cabut, ini harus dapat melihat
kembali karena tidak bertentangan dengan HAM. Solusi adalah melengkapi
hukum syariat sebagai aturan yang sifatnya preventif, maka revitalitasi adat
diharapkan lebih spesifik mencakup perspektif penghormatan terhadap HAM
yang

meliputi

kebutuhan

untuk

melindungi

perempuan.

Karena

persoalan perempuan dalam setiap individu, tafsir agama, dan negara, upaya
penegakan keadilan gender dapat menggugat privilege yang dapat dinikmati
sebagai kelompok masyarakat termasuk perempuan.
Perbedaan gender telah melahirkan ketidakadilan (gender inequality) baik
bagi laki-laki maupun perempuan. Hal ini dapat dilihat dari manifestasi
ketidakadilan yang sudah menjadi budaya masyarakat. Usaha untuk menghentikan
bias gender terhadap seluruh aspek kehidupan antara lain dengan cara pemenuhan
kebutuhan praktis gender (pratical gender needs). Kebutuhan ini bersifat jangka
pendek dan mudah dikenali hasilnya. Namun usaha untuk melakukan
pembongkaran bias gender harus dilakukan mulai dari rumah tangga dan pribadi
masing-masing hingga sampai pada kebijakan pemerintah dan negara, penafsiran

16

Universitas Sumatera Utara

agama serta epistemologi ilmu pengetahuan. Karena itu diperlukan berbagai aksi
melalui kampanye, pendidikan kritis, advokasi untuk mengubah kebijakan, tafsir
ulang terhadap aturan keagamaan serta memberi ruang epistemologi berperspekti
feminis untuk memberikan makna terhadap realitas yang terjadi yang tidak sesuai.
Merujuk pada Inpres No 9/2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional, dalam strategi ini upaya mencapai kesetaraan dan
keadilan gender didorong melalui proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi seluruh sektor pembangunan, oleh sebab itu proses tersebut akan
dapat berjalan baik dengan melihat kuantitas perempuan sehingga keadilan gender
atas gender budgeting dapat berjalan dengan baik.

B.

Organisasi
Organisasi berasal dari bahasa latin organum yang berarti alat atau badan. Di

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 803) organisasi adalah kelompok
kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama.
Pada dasarnya ada 3 ciri khusus dari suatu organisasi, yaitu: adanya kelompok
manusia, kerjasama yang harmonis, dan kerjasama tersebut berdasar atas hak,
kewajiban serta tanggung jawab masing-masing rang untuk mencapai tujuan
(Djati Julitriarsa, 1998: 41).Menurut Malinowski (Dasar-dasar Organisasi dan
Manajeman, 2003 :3). Berdasarkan Kepmendikbud RI. No. 155/U/1998 Tentang
Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, bahwa
Organisasi kemahasiswaan intra-perguruan tinggi adalah wahana pengembangan
diri mahasiswa kearah perluasan wawasan dan peningkatan kecendikian serta

17

Universitas Sumatera Utara

integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan yang tinggi. Menurut
Siagian (2011:12) organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang
atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dan terikat secara
formal dalam suatu ikatan hirarki dimana selalu terdapat hubungan antar seorang
atau sekelompok yang disebut pemimpin dan seorang atau sekelompok yang
disebut bawahan.
Dengan organisasi seorang mahasiswa selain mendapatkan pengalaman
sosialisasi tambahan juga mendapat ilmu mengenai tanggungjawab yang
sepatutnya dimiliki oleh seorang mahasiswa. Edgar (2000:55) menyatakan
organisasi adalah koordinasi yang direncanakan mengenai kegiatan-kegiatan
sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama melalui pembagian kerja dan
fungsi berdasarkan tingkatan otoritas (kewenangan) dan tanggungjawab.
Organisasi mahasiswa intrakampus (Unit Kegiatan Mahasiswa) adalah organisasi
mahasiswa yang memiliki kedudukan resmi di lingkungan perguruan tinggi dan
mendapat pendanaan kegiatan kemahasiswaan dari pengelola perguruan tinggi.
Menurut Silvia Sukirman (2004:72-73), organisasi kemahasiswaan intrauniversiter (intrakampus) adalah organisasi kemahasiswaan yang berkedudukan di
dalam perguruan tinggi yang bersangkutan.
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) adalah lembaga kemahasiswaan tempat
berhimpunnya para mahasiswa yang memiliki kesamaan minat, kegemaran,
kreativitas, dan orientasi aktivitas penyaluran kegiatan di dalam kampus. UKM
merupakan organisasi kemahasiswaan yang mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan, dan mengembangkan kegiatan kemahasiswaan yang bersifat

18

Universitas Sumatera Utara

penalaran, minat dan kegemaran, kesejahteraan, dan minat khusus sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya. Kedudukan lembaga ini berada pada wilayah
universitas yang secara aktif mengembangkan sistem pengelolaan organisasi
secara mandiri.
Organisasi mahasiswa intra kampus yang ada di USU terdiri dari dua bentuk
yaitu ditingkat institut meliputi : Presiden Mahasiswa (PRESMA) dan Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM), selanjutnya ditingkat fakultas meliputi : Pemerintah
Mahasiswa (PEMA) dan Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD). PRESMA
dan UKM merupakan organisasi yang mahasiswa yang berada ditingkat institut.
UKM di USU terdiri dari 25 lembaga organisasi kemahasiswaan, yaitu: Korps
Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera
Utara(KOMPAS USU), Resimen Mahasiswa (MENWA), SUARA USU,
PRAMUKA USU, Fotografi USU, Bulutangkis USU, Robotik Sikonek, Teater
“O”, Marching Band, Merpati Putih, Beladiri Taekwondo USU, Tenis Meja, dll.
Komposisi yang seimbang dari mahasiswa tidak hanya memiliki IQ
(intelligent Quotient) yang tinggi tetapi juga diimbangi EQ (Emotional Quotient).
Berdasarkan banyak penelitian, IQ menentukan sukses seseorang sebesar 20%
sedangkan kecerdasan emosi memberi kontribusi sebesar 80%. Pembangunan
karakter mahasiswa tidak hanya duduk di kelas, menghapal perkataan dosen, dan
mengejar nilai. Ada dinamika lain yaitu kepemimpinan dan proses pendewasaan,
lewat organisasi kemahasiswaan kecerdasan emosional terbentuk. Dunia
organisasi mengajarkan mahasiswa untuk bersosialisasi, saling membantu, dan
bertukar pendapat. Keuntungan lainnya adalah mahasiswa siap diterjunkan di

19

Universitas Sumatera Utara

tengah masyarakat dan langsung dengan cepat mengaplikasikan ilmunya (
Dukarno, 2009:96).
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengimplementasian kesetaraan gender di KOMPAS
USU?

1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang dicapai oleh
penelitian dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengimplementasian kesetaraan gender di KOMPAS USU.

1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberap manfaat, antara
lain sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
a.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan, khususnya pada bidang studi Antropologi mengenai
kesetaraan gender di organisasi KOMPAS USU.

b.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi untuk
penlitian-penelitian yang relevan di masa yang akan datang, serta
dapat menjadi bahan acuan agr penelitian selanjutnya dapat lebih
baik.

20

Universitas Sumatera Utara

2. Manfaat praktis
a.

Bagi Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini dapat menambah koleksi karya ilmiah mahasiswa
sehingga dapat digunakan untuk sarana acuan atau bacaan dalam
menambah wawasan atau pengetahuan yang berkaitan dengan
kesetaraan gender

b.

Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah
referensi sebagai bahan informasi dan menambah wawasan mengenai
kesetaraan gender di Organisasi KOMPAS USU.

c.

Bagi Organisasi Kemahasiswaan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
evaluasi dan referensi terhadap aplikasi kesetaran gender dalam
kepengurusan organisasi kemahasiswaan, dan diharapkan dapat
memberi masukan untuk perkembangan dan kemajuan pelaksanan
organisasi kemahasiswaan.

d.

Bagi Masyarakat Umum
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi
pada masyarakat luas, khususnya bagi orang-orang yang aktif dalam
kegiatan organisasi baik di tempat tinggalnya, di pemerintahan,
maupun di tempat kerjanya, sehingga dapat member gambaran

21

Universitas Sumatera Utara

mengenai kesetaraan gender di sebuah organisasi yang rawan terjadi
ketimpangan gender.
e.

Bagi Peneliti
• Penelitian ini digunakan untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana pada program studi Antopologi Sosial
FISIP USU
• Peneliti dapat mengetahui lebih dalam mengeni aplikasi kesetaraan
gender di organisasi KOMPAS USU yang berpotensi adanya
ketimpangan gender.
• Peneliti dapat memperoleh pengalaman terjun langsung dalam
penelitian yang dapat dijadikan bekal untuk melakukan penelitianpenelitian selanjutnya.

1.6 Metode Penelitian
1.6.1. Bentuk Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi etnografi, penelitian ini bersifat
subjektif karena penulis turut menjadi bagian penelitian yang dilakukan, akan
tetapi penulis berusaha untuk bersikap objektif terhadap data yang diperoleh di
lapangan.
Penelitian

yang

bersifat

studi

etnografi

ini

menekankan

pada

pendeskripsian fenomena yang terjadi pada objek yang dianalisis. Seperti perilaku
individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan

22

Universitas Sumatera Utara

hubungan antara suatu masalah dengan masalah lainnya. Pendekatan studi
etnografi bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari objek, artinya data yang
dikumpulkan dalam rangka studi etnografi, dipelajari sebagai suatu yang
terintegrasi.

1.6.2. Lokasi Penelitian
Penulis akan memusatkan penelitian di Universitas Sumatera Utara yaitu
Unit Kegiatan Mahasiswa Korps Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi
Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara (KOMPAS USU) yang terletak di
Jl. Alumni No. 2 Samping FKG USU, Padang Bulan, Kec. Medan Baru, Sumatera
Utara.

1.6.3. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data primer
Data primer, yaitu data autentik atau data langsung dari tangan
pertama tentang masalah yang diungkapkan. Atau disebut dengan data asli.
Pengumpulan data yang digunakan adalah :

a.

Observasi yang akan dilakukan untuk memperoleh data adalah
dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik
fenomena-fenomena yang ada. Dalam hal ini observasi dilakukan
untuk mengawasi perilaku baik mahasiswa ataupun mahasiswi dalam
organisasi.Dalam

observasi

ini

,peneliti melakukan

observasi

23

Universitas Sumatera Utara

parsipasi, yaitu peneliti ikut mengambil bagian dalam aktifitas
organisasi kemahasiswaan dan perikehidupan mereka.
b.

Pada penelitian ini, wawancara yang dilakukan melalui dua cara.
Pertama wawancara sebagai strategi utama dalam mengumpulkan
data. Dalam konteks ini, catatan data lapangan yang diperoleh berupa
transkrip wawancara. Kedua wawancara sebagai strategi penunjang
teknik lain dalam mengumpulkan data,seperti analisis dokumen
(Sudarwan Danim, 2002: 130) hasil dari aktifitas atau kegiatan
organisasi mahasiswa.

c.

Wawancara, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara
langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang mengetahui
masalah penelitian dengan cara interview guide 5 . Peneliti akan
melalukan wawancara mendalam kepada informan mengenai masalah
yang akan diteliti. Informan adalah orang yang memberikan informasi
sesuai dengan apa yang dibutuhkn oleh peneliti. Informan dalam
penelitian ini terdiri dari informan pangkal, informan pokok/kunci,
dan informan biasa. Yang dimaksud dengan ketiga informan diatas,
yaitu :
Informan pangkal yaitu sesorang yang memberikan informasi secara
mendalam dan langsung mengalami keadaan tentang informasi yang
ingin diketahui peneliti. Dalam penelitian ini, penulis memilih mantan
ketua umum KOMPAS USU periode 2009 sebagai informan pangkal,

5

Interview guide merupakan panduan atau pedoman bagi para peneliti yang ingin
mengungkapkan kondisi psikologis subjek melalui cara tanya jawab dengan tujuan tertentu.

24

Universitas Sumatera Utara

yaitu Syaiful. Beliau adalah alumni dari dari jurusan Ilmu Politik
FISIP USU. Alasan penulis memilih beliau karena pengetahuan dan
pemahamannya tentang KOMPAS USU, baik itu ke angkatan yang
sudah jauh di atasnya maupun angkatan di bawahnya.
Yang menjadi fokus pertanyaan saya adalah pengetahuan tentang
kesetaraan

gender,

pengimplementasian

kesetaraan

gender

di

KOMPAS USU, pembagian peran antara laki-laki dan perempuan di
KOMPAS USU.
Informan pokok/kunci yaitu seseorang yang juga merasakan keadaan
sesuai permasalahan yang terjadi. Dalam penelitian ini, penulis
memilih empat orang, dua orang perempuan dan dua laki-laki sebagai
informan kunci, keempat orang ini pernah menjabat sebagai ketua
umum KOMPAS USU. Informan pokok yang pertama adalah Mira
Mentari Lubis, lebih akrab disapa dengan nama Mia.Mia adalah
seorang mahasiswi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)
angkatan 2013. Mia adalah angkatan ke 29 di KOMPAS USU. Mia
menjabat sebagai ketua umum periode 2016, sebelum menjabat
sebagai ketua umum Mia pernah menjabat sebagai kepala bagian
perpustakaan dikepengurusan periode 2015. Mia bukanlah perempuan
pertama yang menjabat sebagai ketua umum KOMPAS USU.
Informan pokok yang kedua adalah Ishak Zainal Abidin, atau yang
lebih akrab disapa Ishak. Ishak pernah menjabat sebagai ketua umum
pada tahun 2014. Ishak telah menyelesaiakan masa studinya dari

25

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Hukum. Ishak adalah angkatan ke 28 di KOMPAS USU.
Informan pokok yang ketiga adalah Kakanda Herlina M Situmorang.
Beliau pernah menjabat sebagai ketua umum pada tahun 2004. Beliau
merupakan angkatan ke 18 di KOMPAS USU. Telah menyelesaikan
masa studinya dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dan informan pokok yang terakhir adalah Darmawan Saputra.
Darmawan menjabat sebagai ketua umum pada tahun 2012. Telah
menyelesaikan masa studinya dari Fakultas Ekonomi yang sekarang
telah berganti menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Informan biasa yaitu satu orang ataupun lebih yang biasa berinteraksi
dengan informan pangkal dan informan kunci. Dalam penelitian ini,
penulis memilih tiga orang anggota biasa KOMPAS USU yaitu dari 3
angkatan terakhir sebagai informan biasa. Yang pertama ialah Widya
Sandharo Bakkara. Widya merupakan mahasiswi FISIP USU dan
pernah menjabat sebagai sekretaris umum di KOMPAS USU pada
tahun 2013. Informan biasa yang kedua ialah Rinaldi hasibuan. Ia
adalah anggota biasa KOMPAS USU. Dan informan biasa yang ketiga
adalah Lusi Cania Manurung. Lusi saat ini menjabat sebagai sekretaris
umum.

26

Universitas Sumatera Utara

2. Pengumpulan data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui berbagai
sumber seperti : buku, literatur, jurnal, tesis, laporan penelitian, skripsi,
serta bahan-bahan relevan lainnya.

1.7. Analisa Data
Analisis data merupakan sebuah pengkajian di dalam data yang mencakup
perilaku objek, atau pengetahuan yang teridentifikasi. Hasil pengumpulan data
penelitian akan dianalisis secara kualitatif. Beberapa hal yang dilakukan
dalamanalisa data yaitu : pemilihan, pemilahan, kategorisasi dan evaluasi data.
Dapat dikatakan bahwasanya dalam penelitian ini penulis berusaha untuk
bersikap objektif terhadap data yang diperoleh di lapangan. Data ini
diperlakukan sebagaimana adanya, tanpa dikurangi, ditambahi ataupun
diubah, sehingga tidak akan mempengaruhi keaslian data-data tersebut.
Keseluruhan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan tersebut akan
diteliti kembali, pada akhirnya kegiatan ini bertujuan untuk memeriksa
kembali kelengkapan hasil wawancara.

27

Universitas Sumatera Utara