Studi Etnografi Kesataraan Gender di UKM KOMPAS USU
DAFTAR PUSTAKA
Moore, HenriettaL.
1998. Feminisme dan Antropologi. Jakarta. OBOR.
Megawangi, Ratna.
1999. Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang Baru Tentang Relasi Gender. Bandung. Mizan.
Spradley, James P.
2007. Metode Etnografi. Yogyakarta. Tiara Wacana.
Abdullah, Irwan.
2001. Seks, Gender & Reproduksi Kekuasaan. Yogyakarta. Tarawang Press.
Sutrisno, Edy.
2010. Budaya Organisasi. Jakarta. Kencana.
Fakih, Mansour.
1996. Analisis GENDER & Transformasi Sosial. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Murniati, A Nunuk P.
2004. GETAR GENDER. Magelang. Yayasan IndonesiaTera.
(2)
Cahayani, Ati.
2003. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta. PT. Grasindo.
Soeyono, Nana Nurliana.
2000. “Gerakan Perempuan Sedunia”. Yayasan Jurnal Perempuan. Volume 14.
Hariadi, Bambang,
2005, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, Malang. Bayumedia Publishing.
Simatauw, Meentje.
(3)
Sumber Internet :
(4)
BAB III
IMPLEMENTASI KESETARAAN GENDER DI KOMPAS USU
3.1. Implementasi
Menurut Van Meter dan Van Horn (1975), dalam bukunya Leo Agustino (2006;139), mendefinisikan implementasisebagai: “tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau kelompok-kelompok yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”. Jadi dengan kata lain implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Dalam ini penulis menggambarkan sebuah kegiatan yang telah dilakukan oleh KOMPAS USU. Dalam berkegiatan, KOMPAS USU memberikan kebebasan bagi seluruh anggota dalam mengikuti segala kegiatan yag ada di dalam program kerja kepengurusan ataupun kegiaan yang merupakan buah pemikirandari anggota. Dalam kepengurusan tahun ini ada kegiatan pendakian putri gunung Bendahara yang berada di daerah Aceh. Awalnya pengurus membuka list peserta kegiatan, jadi bagi seluruh anggota perempuan dapat mengikuti rangkaian kegiatan.
Awalnya ada tujuh orang yang mengisi list, tetapi setelah proses latihan dan simulasi lapangan yang telah dilakukan hanya tiga orang yang layak pergi kelapangan dan disetujui oleh pengurus dengan dampingan seorang anggota luar biasa sebagai teman berpikir mereka (tim) nantinya dilapangan, karena mengingat ketiga orang
(5)
tersebut merupaka anggota yang baru saja dilantik menjadi anggota biasa KOMPAS USU. Ketiga orang tersebut adalah Widya Ika Vannesa, Trioni Narvatilova Sitompul dan Aisyah H Pulungan. Sebelum mereka berangkat kelapangan tentunya mereka harus mempresentasekan bagaimana teknik ketika dilapangan nanti kepada seluruh anggota KOMPAS USU, sehingga mereka juga mendegar masukan dari anggota lainnya.
Pendakian yang akan dilakukan selama sepuluh hari ini tentu akan sangat mengurus tenaga dan pikiran. Dari Medan mereka berangkat menggunakan kendaraan umum menuju Aceh, sebelum melakukan pendakian mereka menyelesaikan urusan administrasi terlebih dahulu seperti izin pendakian dari pihak Balai BesarTaman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) karena gunung yang akan di daki merupakan kawasan dari Taman Nasional Gunung Leuser. Tidak hanya kepada BBTNGL, mereka juga memberikan surat pemberitahuan kepada pihak Kepolisian dan Koramil yang bilamana terjadi trouble mereka akan membantu dengan siap sedia, juga kepada pihak Puskesmas setempat agar bias memberikan pertolongan pertama ketika terjadi hal-hal yang diluar perencanaan. Dan yang terakhir adalah memberikan surat pemberitahuan kepada perangkat desa. Setelah urusan administrasi selesai mereka pun melakukan pendakian, sebelum mereka memasuki pintu rimba (hutan) banyak warga yang merasa ragu akan mereka karena melihat fisik mereka yang mungil dan membawa tas yang cukup besar dipunggung mereka, tetapi mereka hanya menjawab dengan senyuman. Bahkan istri kepala desa sampai menitihkan air matanya. Usai berpamitian dengan warga mereka pun memantapkan langkah untuk
(6)
Pengimplementasian kesetaraan gender mengalir begitu saja dan diterapkan karena kesadaraan dari setiap anggota KOMPAS USU, dan memang tidak ada aturan yang mengatur hal itu secara resmi. Seperti apa yang diungkapkan oleh IZ :
“KOMPAS USU sudah mengimplementasikan kesetaraan gender dan itu terjadi begitu saja, mungkin karena kesadaraan setiap anggota sih. Dan juga karena KOMPAS USU kan organisasi minat dan bakat, jadi ini rumahnya mahasiswa/i yang memliki minat ataupun bakat dalam kepencintaaalaman.”
3.4. Kesetaraan Gender
Kesetaraan itu sama dengan kesederajatan (KBBI). Kesederajatan artinya sama tingkatan, baik kedudukan maupun pangkat seseorang atau apa saja. Jadi tidak ada yang lebih tinggi ataupun lebih rendah antara satu sama lain. Manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat ataupun kedudukan yang sama, yang membedakan manusia dihadapan Tuhan adalah tingkat ketaqwaannya ataupun amalnya.
Kata “gender” dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan tanggung jawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. D a n d i d a l a m K O M P A S U S U s e l a l u p e r b e d a a n p e r a n b a i k d a l a m h a l k e g i a t a n m a u p u n d a l a m k e p e n g u r u s a n t e t a p i t i d a k m e n c i d e r a i h a k d a n k e w a j i b a n d a r i l a k i - l a k i m a u p u n p e r e m p u a n , h a l i t u g u n a u n t u k m e n s u k s e s k a n a p a t a r g e t a n d a r i s e t i a p k e g i a t a n d a n t a r g e t a n d a r i k e p e n g u r u s a n y a n g d i m a n a k e t u a m e l i h a t p o t e n s i d a r i s e t i a p a n g g o t a y a n g a k a n d i a n g k a t n y a u n t u k m e n e m a n i d i a s e l a m a s a t u t a h u n k e d e p a n . G e n d e r
(7)
m e r u p a k a n k o n s e p s o s i a l . I s t i l a h “ f e m i n i t a s ” a t a u “ m a s k u l i n i t a s ” y a n g berkaitan dengan istilah gender berkaitan pula dengan sejumlah karakteristik psikologis dan perilaku yang kompleks, yang telah dipelajari seseorang melalui pengalaman sosialisasinya.
Kesetaraan gender adalah adanya persamaan hak antara perempuan denganlaki-laki dimana persamaan itu mempunyai arti yang menguntungkan bagi kedua pihak. Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut6
Tim berangkat seminggu lebih awal karena proposal yang dilayangkan oleh tim ke Lanud Soewondo Medan di ACC untuk kebernagkatan menuju Jakarta menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU. Tim yang berangkat dalam kegiatan yang berada di ujung Kalimantran Tengah ini berjumlah 5 orang, 3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Dari Jakarta tim akan meneruskan perjalanan menuju Palangkaraya menggunakan pesawat komersil. Sesampainya di Palangkaraya tim mempersiapkan
. Dari pemaparan anggota KOMPAS USU tentang kegiatan yang baru saja dilakukan penulis melihat bahwa KOMPAS USU sudah menerapakan kesetaraan gender yaitu tentang adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.
“Persiapan untuk kegiatan ini terbilang cukup lama karena ini adalah program kerja andalan pengurus periode 2016. Tim sudah dibentuk di bulan Februari walaupun belum tahu siaa yang akan berangkat kelapangan. Ada 13 orang anggota biasa KOMPAS USU yang mengisi list peserta kegiatan. Ke-13 orang ini mengikuti seluruh rangkaian persiapan baik itu persiapan fisik, dana dan urusan administrasi lainnya. Selama proses persiapan tak jarang tim mendapatkan hambatan karena terkendala oleh waktu diakibatkan kesibukan masing-masing di kampus dan juga kadang kala terjadi selisih paham ketika rapat membahas persiapan tim. Tetapi semua masih dapat ditolerir dan dilaksanakan.
(8)
segala urusan administrasi akan diberikan perihal kegiatan kepada Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah.
Setelah menyelesaikan urusan administrasi tim pun melanjutkan perjalanan menuju desa Tumbang Topus yaitu tempat dimana kita akan melakukan penelusuran gua. Butuh perjalanan yang cukup panjang menuju ke desa tersebut, pasalnya kita harus menggunakan mobil 4X4 karena jalan yang dilalui adalah jalan perusahaan dimana kondisi jalannya masih berlumpur dan basah diakibatkan cuaca yang sering hujan. Perjalannya memakan waktu kurang lebih 12 jam. Setelah itu kita masih harus melanjutkan perjalanan menggunakan perahu kayu yang bermesin (orang sana bilang Klotok), dan itu harus melawan arus sungai karena desa yang kami tuju berada di huku sungai Barito dan memakan waktu sekitar 9 jam. Sesampainya di desa yang dituju kami langsung disambut hangat oleh pak kepala desa yang kebtulan sedang menikmati sore di dermaga. Dan beliau langsung mengajak kami menuju rumahnya. Dalam perjalan menuju rumah sudah banyak warga yang berdatangan melihat kami mungkin karena wajah kami yang asing bagi mereka kali. Dan sebagian dari mereka juga ikut bersama kami menuju rumah pak kades yang tak jauh dari dermaga tadi. Setibanya dirumah pak kades kami langsung memberitahukan maksud dan tujuan kami datang berkunjung desa mereka. Beliau dan para warga pun menyambut dengan baik kedatangan kami. Dan pak kades memberikan rumah bekas orantuanya yang telah tidak ditempati lagi. Jadi selama kami berada di desa tersebut kami toinggal dirumah itu. Karena kami sampainya sekitar jam 6 sore kami pun langsung dihantarkan kerumah dan ibu kades yang menghantarkan kami mengatakan bahwa nanti makan malam dirumah aja. Betapa senang hati mendengar tawaran itu karena badan juga sudah cukup lelah selama diperjalanan, jadi kami tidak perlu masak malam ini.
Keesokan paginya kami tidak langsung melakukan kegiatan, kami melakukan pendekatan / perkenalan kepada seluruh warga desa karena desanya juga tidak begitu besar hanya terdiri dari 36 KK. Keesokan harinya kami pun turun kehutan dan menuju kawasan karst (gua) yang berada tidak begitu jauh dari desa, kira-kira memakan waktu sekitar 3 jam. Kegiatan yang akan berlangsung selama 12 hari ini pun akan segera dimulai. Kami akan mulai menelusuri gua dimalam hari, karena hewan yang berada di dalamnya akan pergi keluar untuk mencari makan jadi tidak aka nada yang terganggu. Total tim yang pergi kelapangan ada 6 orang karena ditambah dengan pemuda setempat yang bersedia menemani kami selama berada di dalam hutan. Ketika memasuki gua tidak semuanya ikut ke dalam, melainkan hanya 4 orang saja, yang 2 orang lagi menunggu diluar sebagai tim basecamp yang bertindak sebagai tim rescue bila terjadi trouble dalam penulusuran juga sebagai orang yang akam menyediakan makanan dan minuman untuk tim yang melakukan penelusururan sehingga keyika mereka keluar dari dalam gua mereka tidak perlu menunggu lagi dan bisa langsung beristirahat dengat cepat. Dan selama kegiatan yang terus menerus ntuk beberapa hari kedepan, orang nya selalu bergantian, baik itu tim penelusuran dan tim basecamp. Posisinya itu harus ada laki-laki di tim basecamp. Jadi terkadang bisa yang jadi tim basecamp itu laki-laki dengan laki-laki dan laki-laki dengan perempuan. Begitu juga tim yang melakukan penelusuran selalu ada perempuan juga yang masuk ke dalam gua. Hal ini dikarenakan semua anggota tim yang berangkat kelapangan
(9)
telah mempunya kompetensi dasar yang sama sehingga harus bersedia ditempatkan dimanapun oleh ketua tim kegiatannya. Dalam hal teknis tentu tidak perlu ditanyakan lagi, karena kegiatan ini cukup berisiko dan butuh keterampilan khusus untuk memasuki gua apalagi ini adalah daerah yang sangat baru bagi kita dan juga gua akan diamsuki masih tergolong “perawan” sehingga sudah dilakukan persiapan yang cukup matang dari Medan, baik itu laki-laki maupun perempuan. Sama juga dalam hal masak memasak, di KOMPAS USU itu semua anggota bisa dalam hal masak memasak bahkan lebih banyak laki-laki yang jago masak. Peran antar laki-laki dan perempuan dalam kegiatan ini bisa dikatakan sama, karena dalam hal berdiplomasi untuk kegiatan ini kita (tim) selalu bersama dalam menjumpai semua jajaran yang kami anggap perlu untuk dijumpai untuk memperlancar kegiatan ini. Dan semuanya selalu menjelaskan dengan cara dan pembawaannya masing-masing tanpa mengurangi maksud dan tujuan kita datang ke tempat ini”. (Hasil wawancara denganAry Rizaldi Manthe selaku ketua tim).
Sama halnya juga dengan apa yang disampaikan oleh DS mengenai kesetaraan dan bagaimana KOMPAS USU menyikapai tentang perempuan dan laki-laki dalam beroganisasi di KOMPAS USU , beliau mengatakan bahwa KOMPAS USU sebagai wadah dalam menampung aspirasi seluruh anggota tidak pernah membeda-bedakan anggotanya. semua anggota diberikan kebebasan dalam menyampaikan aspirasi dan berkegiatan. Misal kegiatan panjat tebing yang dianggap hanya bias dilakukan oleh laki-laki, tetapi anggota kita disini yag perempuan mampu dan bias melakukan kegiatan panjat tebing.
(10)
Gambar 1. Panjat tebing yang dilakukan oleh anggota perempuan. (thn 2016)
Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan deskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Merujuk pada Inpres No 9/2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, dalam strategi ini upaya mencapai kesetaraan dan keadilan gender didorong melalui proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi seluruh sektor pembangunan, oleh sebab itu proses tersebut akan dapat berjalan baik dengan melihat kuantitas perempuan sehingga keadilan gender atas gender budgeting dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan Pasal 28 I (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa: “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.” Karena itu kondisi ketidakadilan gender yang menimbulkan diskriminasi pada
(11)
perempuan ini harus diubah dan dihapus sebagaimana yang dimandatkan dalam UU Nomor 7 Tahun 1984 beserta lampirannya.
Dalam GBHN Tahun 1999, dinyatakan bahwa pemberdayaan perempuan dilaksanakan melalui upaya; pertama, peningkatan kedudukan dan peran perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, melalui kebijakan nasional yang diemban oleh lembaga yang mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender. Kedua, meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan dengan tetap mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan serta nilai historis perjuangan kaum perempuan dalam melanjutkan usaha pemberdayaan perempuan serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat.Pemberdayaan perempuan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.
Program pemberdayaan perempuan membutuhkan pendekatan yang tepat dan sesuai dengan kelompok masyarakat yang dituju. Ada beberapa pendekatan untuk meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan, diantaranya yaitu, pendekatan kesamaan, pendekatan anti kemiskinan, pendekatan efisiensi, dan pendekatan pemberdayaan perempuan.Beberapa pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa untuk memperbaiki posisi tawar perempuan, dibutuhkan upaya, untuk meningkatkan posisi tawar perempuan. Pendekatan ini meletakkan upaya penghapusan subordinasi perempuan sebagai pusat perhatian. Pendekatan ini lebih bersifat ideologis dan filosofis, dan melibatkan semua elemen masyarakat.
(12)
ada nilai-nilai masyarakat yang membatasi ruang gerak terutama perempuan diberbagai kehidupan. Sebagai contoh dalam pengambilan keputusan, apabila seorang istri yang hendak mengikuti tugas belajar atau hendak bepergian ke luar negeri, ia harus mendapat izin dari suami. Tetapi apabila suami yang akan pergi, ia bisa mengambil keputusan sendiri tanpa harus mendapat izin dari istri. Kondisi semacam ini telah menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting sehingga karena kemampuannya perempuan bisa menempati posisi penting sebagai pemimpin, bawahannya yang berjenis kelamin laki-laki seringkali merasa tertekan. KOMPAS USU memandang kesetaraan gender memang sudah seharusnya diterapkan tanpa harus ada yang merasa ditindas dan tertindas.
Pelabelan atau penadaan ( stereotip ) yang sering kali bersifat negatif secara umum selalu melahirkan ketidakadilan.
”kita disini tidak pernah memberikan label kepada anggota kita, karena disini kapasitas anggota itu seharusnya sama. Kita memberikan ilmu yang sama kepada semua anggota tanpa mengurangi porsinya berdasarkan jenis kelamin.” Ungkap LC yang saat ini menjabat sebagai sekretaris umum.
(13)
Gambar 2. Persiapain fisik sebelum kelapangan (thn 2015)
Salah satu jenis stereotip yang melahirkan ketidakadilan dan diskriminasi bersumber dari pandangan gender, karena menyangkut pelabelan atau penandaan terhadap salah satu jenis kelamin tertentu. Misalnya, pandangan terhadap perempuan bahwa tugas dan fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan kerumahtanggaan atau tugas domestik, sebagai akibatnya ketika berada di ruang publik maka jenis pekerjaan, profesi atau kegiatannya di masyarakat bahkan di tingkat pemerintahan dan negara hanyalah merupakan ’perpanjangan’ peran domestiknya itu. Pelabelan bahwa perempuan itu lebih layak di dapur, kasur dan sumur sudah memang tidak layak lagi, karena semua orang sudah berhak mendapatkan pendidikan tanpa memandang jenis kelamin. Hal itu jugalah yang
(14)
membuat bahwa perempuan juga layak menjadi seorang pimpinan atau ketua dalam sebuah organisasi.
“walaupun perempuan secara kewajiban tidak diharuskan menjadi seorang pemimpin, namun bukan berarti ia tidak mampu dalam hal itu.” Ungkap MM selaku ketua umum KOMPAS USU 2016
Secara umum anggota KOMPAS USU sudah memahami konsep kesetaraan gender. Terlebih lagi, bagi mereka yang pernah mendapatkan materi perkuliahan yang membahas isu gender. Dan bagi beberapa orang yang sudah memahaminya lebih dalam konsep kesetaraan gender dipandang sebagai persamaan hak antara laki-laki dan perempuan sehingga tidak ada deskriminasi dalam hal pengambilan keputusan dan pelebelan terhadap perempuan, KOMPAS USU sebagai wadah kemahasiswaan tidak membatasi ruang gerak bagi setiap anggotanya. sama halnya seperti yang diungkapkan oleh LA :
”Saat saya masih aktif sebagai anggota, menjabat sebagai ketua dan sampai saat saat ini KOMPAS USU tidah pernah membatasi ruang gerak setiap anggotanya, baik itu laki-laki maupun perempuan.”
Dalam hal ini, anggota mengangap isu kesetaran gender perlu diwacanakan oleh seluruh organisasi, untuk mewujudkan keadilan dalam lingkungan organisasi. Mengingat organisasi mahasiswa sebagai laboraturium kehidupan bermasyarakat diperlukan usaha untuk mewacanakan isu-isu yang berkembang dalam kehidupan sosial. Dengan satu harapan, nantinya akan dihasilkan agen pembahuruan dan perbaikan tata kehidupan masyarakan. Khususnya terkait isu kesetaran gender yang masih sulit menempuh kehidupan masyarakat secara luas. Di sisi lain, wacana tentang
(15)
kesetaran gender dalam lingkungan organisasi merupakan bagian dari sosialisasi, penyadaran dan pemberian pemahaman bagi mahasiswa secara luas, yang harus diikutidengan aplikasinya juga.
Dari temuan penelitian, semua informan berpendapat bahwasanya di dalam UKM KOMPAS USU sudah mengimplementasikan kesetaraan gender dalam pembagian peran dan jabatan secara struktural. Dan saat ini posisi perempuan didalam kepengurusan sangat mendominasi, dimana ketua umum, sekretaris umum dan bendahara umum dijabat oleh perempuan. Berdasarkan dari hasil wawancara dan pembentukan pengurus periode 2016 ini dan dimana penulis juga ikut sebagai tim formatur, ini terjadi dikarenakan ketua umum periode 2016 merasa nyaman dengan dua orang yang diangkat untuk menduduki posisi penting ini dan juga dianggap sepemikiran dengannya.
3.2.1. Interaksi Perempuan dan laki-laki di KOMPAS USU
Interaksi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama (cooperation) dan pertentangan atau pertikaian(conflict). Untuk bentuk interaksi sosial yang pertama yaitu kerja sama.Interaksi antar anggota di dalam komunitas dibentuk komitmen untukmeningkatkan kebersamaan dalam berhubungan, baik antar individumaupun individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.Kerjasama merupakan nilai yang sangat penting dan didasarkan pada solidaritas. Kerjasama muncul sebagai
(16)
yang ingin dicapai. Bentuk interaksi yang kedua yaitu pertentangan atau pertikaian (conflict). Sebab dari pertentangan adalah perbedaan antara individu-individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahansosial. Suatu interaksi pasti ada konflik di antara pelakunya. Hal tersebutbisa dikarenakan perbedaan-perbedaan kepentingan maupun pandanganyang berbeda terhadap suatu hal.
Dari hasil pengamatan peneliti, melihat bahwa interaksi yang terjadi di dalam KOMPAS USU tidak ada pembatasan ataupun pelabelan diantara perempuan dengan laki-laki. Semua anggota tetap saling berdampingan dalam menjalankan roda organisasi tanpa membatasi jarak antara perempuan dengan lai-laki. Tidak ada batasan antara perempuan dengan laki di KOMPAS USU. Seperti pemaparan dari MM selaku ketua umum KOMPAS USU periode 2016 :
“Tidak ada aturan mengenai batasan antar perempuan dan laki-laki dikompas usu. Setiap anggota mempunyai hak kewajiban yang sama. Karena kita ini organisasi minat dan bakat, jadi kita dapat berkumpul dan bersatu disini karena kita memiliki minat dan bakat yang sama bukan karena jenis kelamin.” (hasil wawancara dengan MM 10 September 2016)
Ternyata minat dan bakat seseorang tidak dapat dilihat dari jenis kelaminnya, karena yang selama ini minat ataupun bakat memanjat tebing diannggap bakat lelaki ternyata perempuan juga ada yang mempunyai bakat untuk memanjat tebing.
(17)
3.3. Peran Perempuan dan Laki-laki di KOMPAS USU A. Peran Perempuan
Membicarakan keterlibatan perempuan dalam organisasi sama halnya berbicara mengenai sejarah. Kita harus memundurkan waktu sekian tahun lamanya, dan mencermati sejak kapan perempuan terlibat dalam organisasi. Mengapa pertanyaan tersebut muncul? Hal ini disebabkan paham yang dianut oleh sebagian masyarakat kita, bahwasanya perempuan itu kedudukannya adalah sebagai ibu rumah tangga, maka ia harus berada di rumah dan menyemarakkan rumahnya. Namun sebenarnya di Indonesia perempuan telah terlibat dalam organisasi sejak tahun 1904, saat itu Dewi Sartika mendirikan sekolah-sekolah untuk perempuan di Bandung. Keterlibatan Dewi Sartika mendirikan sekolah tersebut, merupakan cerminan bahwa perempuan telah mampu mengorganisir, sehingga sekolah-sekolah tersebut dapat berdiri. Selanjutnya dalam organisasi keagamaan seperti Sarekat Islam dan Muhammadiyah tahun 1912, perempuan ikut serta menjadi anggota.
Dengan berdirinya organisasi perempuan pada tahun 1912, sesungguhnya telah cukup bagi kita untuk menyatakan bahwa perempuan tidak asing lagi dalam kehidupan berorganisasi, bahkan mereka ternyata telah memiliki kedudukan cukup penting sebagai penggagas, ketua, bendahara maupun sekertaris organisasi. Hanya saja jika kita melihat seberapa besar presentasinya jika dibandingkan dengan jumlah perempuan di Indonesia, tentu saja jumlahnya belumlah begitu banyak. Namun fakta sejarah ini tidak dapat memungkiri bahwa perempuan telah mempunyai kedudukan cukup penting dalam organisasi.
(18)
Kedudukan perempuan sebagai ketua dalam organisasi tidak banyak, karena masih ada rasa enggan dan kurangnya percaya diri. Kedudukan perempuan sebagai sekretaris dan bendahara cukup banyak. Kedudukan ini dianggap sebagai lahannya kaum perempuan, karena sangat identik dengan ketelitian dan kerapihan. Perempuan dicitrakan sebagai mahluk yang prima dalam melakukan dua fungsi tersebut. Bisa dikatakan bahwa saat ini sudah banyak perempuan yang terlibat di organisasi. Namun kebanyakan dari mereka hanya menjadi pelengkap atau tim hore-hore aja, mereka tidak menempati kedudukan yang cukup penting dalam organisasi. Namun ada juga beberapa beberapa organisasi yang posisi ketua dijabat oleh perempuan , ya walupun jumlahnya belum begitu banyak.
Di KOMPAS USU, saat ini posisi ketua umum dijabat oleh seorang mahasiswi Kesehatan Masyarakat dan ini juga bukan kali pertama KOMPAS USU dipimpin oleh seorang wanita. Pada tahun 1987 dan 2004 posisi ketua umum KOMPAS USU juga dijabat oleh perempuan. Dalam KOMPAS USU sendiri perempuan tidak pernah dibatasi peran dalam keseharian atupun ketika berkegiatan di lapangan. Seperti apa yang disampaikan oleh WS:
“Perempuan ataupun laki-laki mempunyai hak dan kewajiban yang sama disini, hal itu disebabkan karena situasi dilapangan. Misal ketika hujan, ya kita semua harus bisa sigap dalam mengambil peran tanpa memandang jeis kelamin. Jadi tidak ada alasan untuk bermanja-manja. Kami perempuan juga bisa melakukan apa yang laki-laki bisa lakukan dan begitu juga sebaliknya. Misalnya ketika lagi dilapangan perempuan bisa jadi pemimpin tim atau pengambil keputusan dan laki-laki juga tidak merasa direndahkan bila dipimpin oleh perempuan. Begitu juga dengan laki-laki, mereka juga bisa memasak, sehingga label bahwa perempuan itu pantasnya di dapur tidak berlaku disini.”
Dan dalam tahun ini ada kegiatan KOMPAS USU yang khusus hanya diperankan oleh perempuan saja, salah satunya ialah PON XIX dalam cabang olahraga eksebisi arung jeram
(19)
R4 Putri untuk mewakili Sumatera Utara, tetapi ada juga peran dari laki-laki dalam hal persiapan tim sebelum keberangkatan. Mereka yang berangkat ini merupakan tim yang menang pada saat Kejuaraan daerah Sumatera utara kelas putri pada tahun 2015. Tim putra KOMPAS USU tidak ikut mewakili sumatera Utara dalam cabang olahraga arung jeram karena kalah dalam kejuaraan daerah. Tim yang berangkat dari KOMPAS USU ada enam orang, empat orang sebagai tim inti, satu orang cadangan dan yang satu lagi sebagai manager tim. Tim intinya ada Widya Sandharo Bakkara, Lusi Cania Manurung, Hafni Silfizah Hasibuan dan Puput Melati dan pemain cadangannya Annisa Zai. Dan sebagai managernya ada senioran KOMPAS USU yaitu Carles Simson. Sebelum mereka ini berangkat dengan seluruh tim kontingen Sumatera Utara, mereka telah berlatih dengan sangat tekun dan displin, karena mereka dilatih langsung oleh orang yang memang telah menekuni dunia arung jeram. Mereka berlatih setiap sore di kolam Taman Cadika untuk melatih kekuatan dayung dn kekompakan mereka sebagai tim, karena arung jeram adalah olahraga regu yang dimana seluruh awak yang berada diatas perahu karet harus sama-sama mendayung agar didapat ritme yang kompas sehingga perahu dapat berjalan lurus dan menghindari rintangan seperti beatuan yang menonjol kepermukaan air agar perahu tidak tersangkut dan bisa sampai ke garis finis dengan waktu yang lebih cepat. Tim tidak hanya berlatih di arus tenang saja, tetapi juga melukan simulasi ke sungai yang biasa dilakukan untuk arung jeram. Tim melakukan simulasi sekali seminggu selama persiapan, yaitu ke sungai Bah Bolon dan sungai Binge. Selama proses persiapan tentu tidak berjalan dengan cukup mulus tanpa hambatan, tentunya ada hambatan
(20)
dengan manager. Dan juga kendala dana untuk proses simulasi. Tetapi semuanya dapat dikontrol oleh tim dan manager sehingga proses persiapan untuk PON XIX nanti dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya. Tim berangkat menuju Jawa Barat bersama dengan seluruh kontingen Sumatera Utara menggunakan pesawat komersil yang tiketnya disediakan oleh pemerintah provinsi Sumatera Utara. Mereka berangkat enam hari sebelum kegiatan dimulai, guna untuk mengobservasi jalur dan sungai yang akan digunakan sebagai tempat perlombaan nantinya., dan juga untuk melakukan latihan di sungai tersebut. Hari kedua tim melakukan latihan pengarungan di sungai Citatih dan Cimandiri. Karena baru pertama kali melakukan pengarungan di sungai ini, tim agak kesulitan karena belum paham dengan karakteristik dan jalur sungainya. Tetapi tim tetap optimis dalam melakukan prosesi latihan ini agar hasil yang diperoleh nantinya dapat memberikan sebuah kebanggaan bagi masyarakat Sumatera Utara, Universitas Sumatera Utara dan juga KOMPAS USU khususnya. Setelah beberapa hari latihan, tim official Sumatera Utara mengajak seluruh tim dari Sumatera Utara untuk refreshing ke pantai Karang Hawu pelabuhan Ratu agar seluruh tim dapat mengikuti kejuaraan yang akan dimulai esok hari. Waktu yang dinanti-nanti pun tiba, tim KOMPAS USU yang membawa nama Sumatera utara akan turung ke sungai dan siap untuk menunaikan kewajiban. Hal yang diluar dugaan tim pun terjadi, mereka (tim KOMPAS USU) mendapat kan peringkat ketiga dalam kelas Sprint race dan slalom yang diperlombakan sehingga mereka akan naikkan ke podium dan menyumbangkan medali perunggu untuk tim Sumatera Utara.
(21)
B. Peran Laki-laki
Pada dasarnya laki-laki adalah seseorang yang lahir dengan peran yang cukup dapat dihargai, jika lazimnya ada segelintir orang atau lawan jenis beranggapan bahwa laki-laki adalah seseorang yang arogan, kasar, pemarah itu perlu dipertanyakan, dalam hal ini laki-laki siapapun dan dimanapun dasarnya tetap memiliki sifat serta tingkah laku dan kebiasaan yang cukup baik dan ramah terlebih lagi terhadap lawan jenisnya maupun orang yang dihormatinya. Mungkin hanya laki-laki yang memiliki kekuasaan,kekuatan dan memilki kedudukan tertentu serta kurangnya tingkat kesadaran moral dan etika yang dapat dikategorikan sebagai laki-laki yang arogan dan pemarah karena factor angkuh yang dimilikinya serta tidak adanya timbal-balik yang baik dari siapapun sehingga menunjukan keangkuhan dirinya baik itu terhadap lawan jenis atau lingkungan sekitarnya yang juga dapat mempengaruhinya.
Laki-laki juga memiliki peran penting dalam hidup baik itu dalam ber rumah tangga,berorganisasi maupun dalam hal memimpin suatu institusi atau kelompok. Seperti dalam rumah tangga laki-laki adalah pemimpin ataupun sebagai kepala keluarga yang wajib hukumnya untuk menafkahi,melindungi dan menuntun anggota keluarga yang telah dibinanya sekaligus menjadi imam yang baik dalam keluarganya walaupun masih terdapat pemimpin keluarga yang belum tentu dapat menjadi imam dan begitu sebaliknya ada imam yang sudah dapat menjadi pemimpin bagi keluarganya. Sedangkan dalam hal organisasi,institusi dan kelompok peran laki-laki juga tidak kalah pentingnya dimana dari ketiga hal tersebut laki-laki tetap dapat
(22)
kehidupan berkeluarga seorang laki-laki. Laki-laki yang sudah memimpin dalam organisasi,institusi maupun kelompok tentunya sudah mempunyai peran penting dalam hal ini, selain itu laki-laki dianggap lebih produktif dalam memimpin dan mampu bekerja dalam tim yang nantinya dapat menguntungkan ketiga hal tersebut.
Dari hasil pengamatan peneliti, sebenarnya peran laki-laki didalam KOMPAS USU sangatlah besar. Tidak bisa dipungkiri bahwasanya laki-lakilah yang mampu mengambil keputusan dengan cepat karena dari hasil wawancara peneliti dengan ketua umum sekarang, dia lebih banyak berdiskusi dengan beberapa senior yang laki-laki dalam hal pengambilan keputusan. Dari segi fisik juga bahwasanya laki-laki-laki-laki tetaplah menjadi yang terkuat, tetapi bukan berarti para perempuan pasrah dengan kelemahannya. Mereka tetap terus berlatih agar tetap mampu mengikuti kegiatan KOMPAS USU. Karena memang selain membutuhkan otak, juga membutuhkan kekuatan otot untuk membawa bekal atau perlengkapan hidup selama dalam kegiatan di lapangan.
Tetapi, tidak selalu hanya seperti hal diatas yang dilakukan laki-laki. Karena anggota yang laki-laki juga bisa melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oeh perempuan, seperti halnya memasak, mencuci piring dan mengepel. Karena memang disini tidak ada perbedaan gender dalam hal pembagian peran. Baik laki-laki atau perempuan semua mendapatkan hak dan kewajiban yang sama. Seperti yang disampaikan oleh RN :
“Ya kalo memang itu sudah menjadi tanggungjawab atau tugas dari anggota memang harus dilaksanakan, misal dalam hal jadwal piket dan jaga malam. Jadwal dan nama-namanya sudah diatur oleh pengurus, jadi bagi anggota yang sedang piket hari itu ya harus mampu mengkoordinir anggota yang lainnya untuk menjaga kebersihan secretariat dan peralatan rumah tangga. Apabila
(23)
tidak mampu maka resikonya adalah anggota yang piket saat itu harus membersihkan seluruh areal sekretariat apabila kotor atau berrantakan dan mencuci seluruh piring atau peralatan rumah tangga yang kotor di dapur dan itu dilakukan oleh perempuan ataupun lelaki begitu juga dengan piket jaga malam, perepmpuan ataupun laki-laki pasti dapat giliran.”
Gambar 3. Memasak makan malam (thn 2016)
3.4. Kepengurusan KOMPAS USU
Di KOMPAS-USU struktur kepengurusan yang dipakai dirumuskan oleh tim formatur yang dipilih dari hasil musyawarah anggota diawal kepengurusan. Susunan pengurus disusun sedemikian rupa berdasarkan analisis terhadap kondisi dan kebutuhan organisasi.
(24)
Gambar 3. Struktur Kepengurusan KOMPAS-USU Periode 2016
Ketua Umum Mira Mentari Lubis
Kabid. Diklat & Operasional Andre Raka Dewa
Kabag. HUMAS Ary Rizaldi Bendahara Umum
Hafni Silfizah Hasibuan
Sekretaris Umum Lusi Cania Manurung
Kabag. Logistik Idham Chalid Pelindung
Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Runtung Sitepu, SH, M.Hum
Pembina
WR I Universitas Sumatera Utara Prof. Rosmayati, MS
Kabag. Lingk. Hidup Wilda C Kabag. Dana Usaha
Ramadhania
Kabag.Rumah tangga & Perpustakaan
(25)
Tabel 1
Daftar Nama Ketua Umum KOMPAS USU
No Nama Ketua Tahun Menjabat
1 Juharman Arifin 1980-1982
2 Ilhamsyah Ownie 1983-1985
3 Fachrurrazi Ch. Maley 1985-1987
4 Samidi 1988-1990
5 Diah Ayu Loekman Fathin 1991-1992
6 Joni Kurniawan 1992-1993
7 Joni Kurniawan 1994-1995
8 Ade Ahmad Ilyasak 1995-1996
9 Aman H Siregar 1996-1997
10 Aman H Siregar 1998-1999
11 Dedy Iskandar 1999-2000
12 Jois T Mario 2000-2001
13 Rahmat Martua 2001-2002
14 Edy Rholand 2002-2003
15 Putra Perwira Lubis 2003-2004
16 Herlina M Situmorang 2004-2005
17 Dony Saputra 2005-2006
18 Asima Simbolon 2006-2007
19 Edo P Tanjung 2007-2008
(26)
21 Syaiful 2009
22 Faisal 2010-2011
23 Ikhwanul 2011-2012
24 Darmawan Saputra 2012-2013
25 Ahmad Fauzi Syahbana 2013-2014
26 Ishak Zainal Abidin 2014-2015
27 Erwin Simarmata 2015-2016
28 Mira Mentari Lubis 2016-2017
Sumber : Pengurus KOMPAS USU Periode 2016
2.2. Fungsi Struktur Organisasi
Adapun fungsi / kegunaan dari struktur dalam sebuah organisasi, berikut dibawah ini penjelasannya:
1. Kejelasan tanggung jawab.
Setiap anggota dari organisasi harus dapat bertanggung jawab dan juga apa saja yang harus dipertanggungjawabkan. Setiap anggota suatu organisasi tentunya harus dapat bertanggung jawab kepada pimpinannya atau kepada atasannya yang telah memberikan kewenangan, karena pelaksanaan atau implementasi kewenangan tersebut yang perlu dipertanggungjawabkan.
2. Kejelasan kedudukan.
Kejelasan kedudukan,disini artinya anggota atau seseorang yang ada didalam struktur organisasi sebenarnya dapat mempermudah dalam melakukan koordinasi
(27)
dan hubungan, sebab adanya keterkaitan penyelesaian mengenai suatu fungsi yang telah di percayakan kepada seseorang atau anggota.
3. Kejelasan mengenai jalur hubungan.
Fungsi selanjutnya yaitu sebagai kejelasan jalur hubungan maksudnya dalam melaksanakan pekerjaan dan tanggung jawab setiap anggota didalam sebuah organisasi maka akan dibutuhkan kejelasan hubungan yang tergambar dalam struktur sehingga dalam jalur penyelesaian suatu pekerjaan akan semakin lebih efektif dan dapat saling memberikan keuntungan.
4. Kejelasan uraian tugas.
Dan Fungsi lainnya yaitu kejelasan mengenai uraian tugas didalam struktur organisasi akan sangat membantu pihak atasan atau pimpinan untuk dapat melakukan pengawasan maupun pengendalian, dan juga bagi bawahan akan dapat lebih berkonsentrasi dalam melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan karena uraian yang jelas. Itulah salah satu fungsi sebagai kejelasan uraian tugas.
2.3. Wewenang dan Tanggung Jawab Pengurus 1. Ketua Umum
Wewenang dan tanggung jawab Ketua Umum adalah :
• Bertanggung jawab terhadap WR I & Rektor Universitas Sumatera Utara • Bertanggung jawab terhadap kelancararan jalannya organisasi.
• Mengkoordinir dan memberikan pengawasan umum terhadap pelaksanaan tugas-tugas organisasi oleh kepengurusan.
(28)
• Menandatangani surat mandat dan surat keputusan serta mengetahui setiap surat keluar yang bersifat resmi.
• Mengetahui perkembangan kas dan inventaris organisasi.
• Memberi teguran terhadap pelaksanaan setiap tugas yang tidak sesuai dengan keputusan organisasi
2. Sekretaris Umum
Wewenang dan tanggung jawab Sekretaris Umum adalah : • Bertanggung jawab terhadap Ketua Umum.
• Mendampingi ketua umum dalam pengambilan keputusan, kebijaksanaan dan pengawasan organisasi.
• Bertanggung jawab dan mengawasi bidang kesekretariatan.
• Mempersiapkan rapat-rapat , sidang-sidang pengurus, serta materi yang diperlukan.
• Menandatangatani surat mandat dan surat keputusan serta mengetahui setiap surat keluar dan surat masuk yang bersifat resmi.
3. Bendahara Umum
Wewenang dan tanggung jawab Bendahara Umum adalah :
• Bertanggung jawab terhadap Sekretaris Umum & Ketua Umum. • Bertanggung jawab terhadap keuangan organisasi.
(29)
4. Kepala Bagian HUMAS
Wewenang dan tanggung jawab Kepala Bagian HUMAS adalah : • Bertanggung jawab terhadap Sekretaris Umum.
• Bertanggung jawab dalam penyebaran informasi dan publikasi. • Menanggapi undangan yang masuk.
• Bertanggung jawab terhadap pengelolaan papan informasi. • Bertanggung jawab terhadap program kerja bidang humas. • Berkoordinasi dengan koordinator Pusat Koordinasi Daerah.
5. Kepala Bagian Rumah Tangga
Wewenang dan tanggung jawab Kepala Bagian Rumah Tangga adalah : • Bertanggung jawab terhadap Sekretaris Umum.
• Bertanggung jawab terhadap kebersihan dan ketertiban secretariat. • Bertanggung jawab tehadap perlengkapan rumah tangga.
• Bertanggung jawab terhadap jalannya program kerja pada bidang rumah tangga.
6. Kepala Bagian Perpustakaan
Wewenang dan tanggung jawab Kepala Bagian Perpustakaan adalah : • Bertanggung jawab terhadap Sekretaris Umum.
(30)
• Bertanggung jawab terhadap jalannya program kerja bidang kepustakaan. • Bertanggung jawab terhadap pendokumentasian kegiatan
7. Kepala Bidang Diklat & Operasional
Wewenang dan tanggung jawab Kepala Bidang Diklat & Operasional adalah : • Bertanggung jawab kepada Sekretaris Umum dan Ketua Umum.
• Bertanggung jawab serta melakukan pengawasan & evaluasi terhadap penyiapan materi program pendidikan dan latihan.
• Bertanggung jawab dalam peningkatan kualitas dan kuantitas anggota. • Bertanggung jawab terhadap seluruh peralatan operasional.
• Bertanggung jawab terhadap penyaluran peralatan dalam setiap kegiatan.
8. Kepala Bagian Logistik
Wewenang dan tanggung jawab logistik adalah :
• Bertanggung jawab terhadap Kepala Bidang Diklat & Operasional.
• Bertanggung jawab terhadap penyimpanan dan perawatan peralatan operasional dan pertukangan organisasi serta mengatur penggunaan setiap peralatan organisasi tersebut.
• Bertanggung jawab terhadap penyaluran peralatan dalam setiap kegiatan lapangan.
• Bertanggung jawab terhdap upaya pengembangan peralatan dan inventaris. • Bertanggung jawab terhadap jalannya program kerja pada bidang logistik.
(31)
BAB IV
Aspek Yang mempengaruhi Praktek Kesetaraan Gender di KOMPAS USU
4.1. Gender dan Kebudayaan
Gender melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan, dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan perkasa. Perbedaan gender (gender differences) antara manusia laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang panjang. Pembentukan gender ditentukan oleh sejumlah faktor yang ikut membentuk, kemudian disosialisasikan, diperkuat, bahkan di konstruk melalui sosial atau kultural, dilanggengkan oleh interpretasi agama dan mitos-mitos, seolah-olah telah menjadi keyakinan. Proses selanjutnya perbedaan gender dianggap suatu ketentuan Tuhan yang tidak dapat diubah sehingga perbedaan tersebut dianggap kodrat.
Mansour Fakih (1996:12) Perbedaannya gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender inequalities).Perbedaan gender selanjutnya melahirkan peran gender yang sesungguhnya tidak menjadikan masalah jika seandainya tidak terjadi ketimpangan yang berakhir pada ketidakadilan gender.Peran gender (gender role) tersebut kemudian diterima sebagai ketentuan sosial, bahkan oleh masyarakat diyakini sebagai kodrat. Ketimpangan sosial yang bersumber dari perbedaan gender itu sangat merugikan posisi perempuan dalam berbagai komunitas sosialnya. Akibatnya
(32)
ketidakadilan gender tersebut antara lain : 1) marginalisasi perempuan, 2) penempatan perempuan pada subordinat, 3) stereotype perempuan, 4) kekerasan (violence) terhadap perempuan, dan 5) beban kerja tidak proposional.
Masalah sulitnya membangun kesetaraan dan keadilan gender baik melalui jalur struktural maupun kultural tidak lepas dari lima hal tersebut di atas (stereotype, subordinasi, marjinalisasi, beban berlipat dan kekerasan terhadap perempuan), yang terus menerus berlangsung karena terdapat legitimasi yang menjadi hambatan dalam membangun kesetaraan dan keadilan gender tersebut. Sumber legitimasi dimaksud adalah: (1). Legitimasi sosial budaya, dan (2) Peraturan perundang-undangan dan kebijakan dan program pembangunan yang masih bias gender.
1. Legitimasi budaya dalam konstruksi gender
Dalam membahas status dan peran laki-laki dan perempuan, masyarakat mengenal dua bentuk budaya yaitu patriarkhi atau patrilineal dan matriarkhi atau matrilineal. Pada budaya patriarkhi misalnya budaya Batak, lebih mengunggulkan laki-laki dari pada perempuan, sedangkan pada budaya matriarkhi misalnya budaya Minangkabau lebih mengunggulkan perempuan. Kedua budaya tersebut sama-sama tidak menguntungkan kedua belah pihak karena salah satu memiliki status, peran, kekuasaan, wewenang dan hak-hak yang lebih dominan dari jenis kelamin lainnya. Kondisi demikian ini berdampak pada relasi yang tidak setara, dan rentan terjadinya ketidakadilan sosial berbasis gender di masyarakat, dan jika ditinjau dari analisis gender mencerminkan adanya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Ungkapan yang menjadi sebuah keyakinan atau mitos misalnya, istri itu swargo nunut neraka
(33)
katut, konco wingking, dan sejumlah mitos yang dikaitkan dengan peran reproduksi perempuan yang bersifat kodrati, misalnya menstrual taboo masih ada di masyarakat. Demikian pula praktek ritus-ritus di masyarakat, upacara-upacara keagamaan yang didominasi laki-laki karena status perempuan dalam agama dan kepercayaan dipandang tidak setara dengan laki-laki. Hal ini turut mendukung ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan, yang kemudian menjadi ideologi yang sulit untuk dirubah.
Masuknya gender ke dalam masyarakat dengan budaya demikian ini mengalami persoalan tersendiri, karena dianggap menghancurkan tatanan kehidupan yang telah mapan. Realitas kehidupan di masyarakat selalu mengalami perubahan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun norma-norma yang berlaku di masyarakat berkembang lambat, bahkan stagnan, artinya masyarakat mengalami perubahan perilaku yang berdampak pada ketimpangan gender di masyarakat seperti kekerasan, peran pencari nafkah, perubahan status karena akses pendidikan telah terbuka untuk perempuan, tetapi norma yang menyertai perubahan tersebut kurang adaptatif.
2. Peraturan Perundang-Undangan, Kebijakan Dan Program Pembangunan Yang Masih Bias Gender
Pemerintah secara resmi telah menganut dan secara resmi pula menetapkan atas persamaan antara perempuan dan laki-laki sebagaimana termuat dalam UUD 45 pasal 27. Ketentuan ini sebagai dasar untuk memberikan akses, partisipasi dan kontrol bagi perempuan dan laki-laki dalam bidang ekonomi, sosial dan politik. Dan dengan
(34)
penghapusan diskriminasi dan peningkatan status perempuan. Demikian pula sejumlah perundang- undangan dan kebijakan di Indonesia telah menjamin terwujudnya kesetaraan gender antara lain:
a. Kepres No. 129/1998 Program Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia (1998-2001).
b. Inpres No.9/2000 tentang PUG dalam Pembangunan Nasional.
c. Kepres No. 45/1998 Panduan Implementasi dari Penyeleng-garaan Kemajuan Perempuan dalam Pembangunan di Tk. Nasional.
d. GBHN PROPENAS 2000-2004 e. PROPENAS 2000-2004
f. Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2004-2009
g. UU No. 23/2004 Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan dalam Rumah Tangga (PKDRT)
h. Inpres No. 17/1996 Panduan Teknis untuk Implementasi Manajemen Program Kemajuan Perempuan di Tingkat Sub Nasional.
i. Menaker (04/MEN/88) tentang Implementasi Konvensi Penghapusan Diskriminasi terhadap Pekerjaan Perempuan, yang juga mencakup kesetaraan batas usia pensiun, kesetaraan tanggungan medis, penggunaan air susu ibu, peraturan cuti hamil, dan perlindungan kesehatan pekerjaan perempuan.
(35)
4.1.1. Pengaruh Sosial Budaya
Antropologi dalam penerapannya mengkaji persoalan budaya yang terdapat dalam masyarakat. Budaya merupakan ide, gagasan, yang memunculkan perbuatan. Kebudayaan merujuk pada pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial. James P. Spradley (terjemahan 2007:6). Perilaku yang dimunculkan oleh seseorang merupakan hasil dari apa yang didengar, dipelajari, lalu diterapkan dalam kehidupan sosialnya.
Masih dominannya budaya patriarki dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia membuat paham kesetaraan gender menjadi sangat terhambat. Karena lelaki masih dipandang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Dan laki-laki mempunyai kuasa terhadap perempuan. Dan dalam hal ini budaya patriarki tidak dibutuhkan dalam proses sosialisasi maupun pelaksanaan kesetaraan gender di dalam organisasi. Karena hal itu membuat kaum perempuan menjadi tidak berkembang dan dibatasi ruang geraknya. Tetapi di KOMPAS USU tidak menganut paham patriarkhi karena KOMPAS USU adalah organisasi minat dan bakat, jadi setiap anggota yang telah berkumpul disini disatukan karena memiliki minat dan bakat yang sama sehingga semua anggota tanpa terkecuali tidak ada yang dibatasi haknya dalam hal apapun, walaupun budaya dari masing-masing setiap anggota berbeda tetapi ketika sudah bergabung di KOMPAS USU maka harus mengikuti rule yang ada disini meskipun tidak ada aturan yang mengatur hal tersebut secara tertulis. Itu semua terjadi karena pemahaman dari senior-senioran yag sudah terlebih dahulu dan mengerti akan hal itu sehingga tidak ada anggota yang bakal dirugikan dalam hal
(36)
berorganisasi di KOMPAS USU. Hal itu juga penulis peroleh dari hasil wawancara dengan para informan (yaitu angota KOMPAS USU), berikut hasil wawancaranya :
1. Syaiful
Merupakan suku Jawa yang besar dan tumbuh di kota medan, lahir dari keluarga penganut paham demokratis dimana sang ayah sangat mengajarkan arti seorang pemimpin yang adil dan disenangi oleh bawahan maupun anggotanya.
“ Dirumah kami, orang tua saya mengajarkan kepada semua anak-anaknya bahwa mereka semua harus mampu mengejar apapun yang mereka inginkan, jangan pernah merasa gagal bla belum mencoba dan walaupun gagal ketika mencaba jangan terus menyerah. Coba lagi dan coba lagi. Hal itu diajarkan kepada anaknya yang perempuan juga bukan hanya kepada kami yang laki-laki saja. Karena bagi orantua kami kami semua anak-anaknya adalah cerminan dari mereka dan kami jugalah yang akan menjadikan mereka dipandang bagus apabila kami semua anak-anaknya sukses dan berhasil. Hal itu jugalah yang membuat saya merasa cukup terbantu ketika memimpin KOMPAS USU, saya sebagai laki-laki tidak pernah memandang rendah perempuan ataupun beranggapan bahwasanya perempuan tidak lebih baik dari laki-laki. Selama saya menjadi anggota dan menjabat sebagai ketua umum, saya sangat senang berinteraksi dengan seluruh rekan-rekan disini maupun rekan-rekan mapala lainnya. Karena dalam organisasi mahasiswa pencinta alam tidak pernah membeda-bedakan anngotanya berdasarkan jenis kelaminnya. Dan juga tidak selalu laki-laki yang menjadi sosok pemimpin idaman. Tetapi bgi saya perempuan yang mau bergabung dengan organisasi mahasiswa pencinta alam adalah perempuan yang hebat dan tangguh karena berani dan mau mencoba melakukan hal yang orang lain beranggapan bahwasanya hanya buang-buang waktu saja”.
2. Mira Mentari Lubis
Mira adalah anak semata wayang dan terlahir dari darah batak Mandailing. Orangtuanya tidak terlalu mengurusi soal pemimpin yang diinginkan bagaimana, karena keinginan mereka terhadap anak semata wayangnya hanyalah agar dia mampu mandiri dan bertahan ketika menjalani kehidupan yang sebenarnya.
”awalnya sih aku ragu ketika ingin mencalonkan diri sebagai ketua umum KOMPAS USU, karena merasa bahwasanya masih ada yang kurang dari dalam
(37)
diri ini untuk menopang beban yang sangat berat dalam hal menjalankan roda organisasi ini dan menjaga nama baik organisasi bagi seluruh organisasi-organisasi sejenis lainnya. Tetapi berkat dorongan dari teman-teman satu angkatan dan juga pacarku saat itu merupakan mantan ketua umum sehingga rasa percaya diri datang dan memutuskan untuk menguatkan tekat sebagai calon ketua umum KOMPAS USU. Dan hal itu terwujud tepat di Musyawarah Anggota ke 28 Januari 2016. Latar belakang budaya tidak berpengaruh dalam hal saya mengambil keputusan untuk menvalonkn diri sebagai ketua saat ini, karena saya sendiri kurang paham bagaimana pandangan yang tentang seorang pemimpin dalam suku mandailing, karena saya lahir dan tumbuh besar di kota Medan sehingga pengetahuan-pengetahuan tentang itu sangat minim dan saya sendiri juga tidak mengetahui bahasa Mandailing. Saya belajar tentang sosok pemimpin dn bagaimana memimpin ya disini di KOMPAS USU. Kalo ditanya pandangan saya tentang perempuan di KOMPAS USU, semua anggota memiliki potensi yang sama disini disaat mereka mau belajar dan terus mengasah diri. Ya walaupun terkadang perempuannya terlihat sedikit manja menuruat aku wajar karena itu merupakan sifat alamiah seorang perempuan. Dan tak jarang juga yang laki-laki merasa iba dan merelakan dirinya untuk melakukan pekerjaan yang berat dalam artian kalo bisa beban laki-laki harus lebih berat dari perempuan”.
3. Ishak Zainal Abidin
Terlahir sebagai anak pertama didalam keluarga seakan membuat ia tak ingin melewatkan sedetikpun waktu untuk bermain-main. Dia telah menyeleaikan pendidikannya dari Fakultas Hukum USU.
”Aku dulunya masuk KOMPAS USU karena senior-senior ditempat aku biasa nongkrong dan kawan-kawan main trail. Hamper semua dari mereka adalah anggota KOMPAS USU, sehingga mereka memberikan motivasi bagiku dan juga ada salah satu dari mereka mengatakan kalo belum jadi anggota KOMPAS USU belum hebat. Tentu hal itu adalah semua tantangan yang sangat menarik buat aku, karena kebebetulan aku orang yang suka tantangan pulak. Yaudah aku tes lah waktu KOMPAS USU yang penerimaan anggota. Setelah mengikuti proses latihan dan seleksi yang lumayan panjang diterimalah akhir aku sebagai anggota KOMPAS USU bersama dengan sebelas orang teman satu anggkatanku. Walaupun aku hamper tidak lulus karena saat itu aku merasa jenuh dengan rangkaian seleksi yang cukup lama dan memakan waktuku untuk berkumpul dengan teman-teman kampus sehingga aku menjadi jarang berkumpul dengan mereka. Disini saya cukup banyak mendapatkan ilmu, yang mungkin tidak akan bisa ku dapat bila hanya kuliah pulang kuliah pulang saja. Saya menjabat sebagai ketua umum periode 2014, saat itu saya mendapat dukungan yang cukup banyak,
(38)
calonnya dan ketiganya adalah teman satu angkatan saya,hahahahaha dan salah satunya ya yang membuat skripsi ini. Pandangan aku menurut perempuan di KOMPAS USU tidak berbeda dengan pandangan aku terhadap laki-laki, karena kami disini diajarkan sama rata dan sama rasa sehingga semua anggota memperoleh ha dan kewajiban yang sama. Dan kalo aku boleh jujur nih, perempuan yang ada di KOMPAS USU adalah perempuan yang tangguh dan keren-keren”.
4. Herlina M Situmorang
Walaupun terlahir dari suku Batak Toba tetapi tidak membuat niat kakanda yang biasa dipanggil “Lincung” menjadi ciut untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum saat itu (2004).
“ Kalo ditanya menurut aku apa itu kesetaraan gender? Yang aku tahu bahwa perlakuan antara laki-laki dan perempuan harus mendapatkan perlakuan yang sama tanpa membeda-bedakan jenis kelamin. Dan Selama aku menjadi anggota KOMPAS USU hal itu selalu terjadi, karena ketika menjadi calon anggota juga tidak ada yang dibedakan antar laki-laki dan perempuan begitu jga ketika telah menjadi anggota biasa KOMPAS USU. Laki-laki disini cukup paham dan mengerti tentang bagaimana cara memperlakukan perempuan sehingga para anggota perempuan mau berpacu dan terus mengasah diri sehingga mampu bersaing dengan anggota yang laki-laki. Dan itu jugalah yang membuat tekatku kuat untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum kala itu. Walaupun menurut budaya saya bahwasanya perempuan itu bakal ngikuti suaminya dan masih dipandang rendah karena menganut paham patriarkhi.
5. Darmawan Saputra
“Saya adalah seorang putra Jawa kelahiran sumatera utara. Menurut saya, siapa pun yang menjadi ketua umum KOMPAS USU, jarang karena latar belakang belakang budaya ataupun keluarga, kalo pun ada perbandingannya sangat jauh sekali. Karena KOMPAS USU adalah UKM minta dan bakat jadi anggota disini berasal dari banyak suku, baik itu Batak Toba, Karo, Mandailing, Pakpak, Jawa, Melayu, Nias, Semua yang mencalonkan diri menjadi ketua biasanya mau memberanikan diri setelah proses panjang dia menjadi anggota biasa ataupun pengurus. Dan juga setelah melalui pendekatan-pendekatan dengan senioran, apakah mereka memberika dukungan, maksudnya disini adalah agar kelar mereka yang merestui ketika dia terpilih menjadi ketua adalah yang akan memberikan masukkan ketika pengurus sedang ada masalah ataupun kesulitan dalam menjalankan organisasi . menurut saya KOMPAS USU adalah organisasi yang unik, kenapa saya katakana begitu karena selama saya menjadi anggota disini
(39)
saya jarang melihat pertikaian yang begitu hebat terjadi disini, semua seperti terasa indah layaknya keluarga. Dan bilapun ada pertikaian atu selisish paham itu hanya ketika didalam rapat, selesai daei itu ketika berbaur keluar ya seperti tidak terjadi apa-apa. Dan hal itu tidak terjadi hanya kepada laki-laki dan laki-laki saja melainkan kepada seluruh anggota juga. Dan hal seperti jugalah yang membuat anggota yang perempuan berani untuk tampil dan menyampaikan aspirasinya kepada anggota yang lainnya. Karena disini juga sejak awal ingin bergaung dengan KOMPAS USU yaitu ketika menjadi calon anggota sudah diajarkan bahwa laki-laki dan perempuan itu mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam hal apapun itu. Dan yang saya lihat, perempuan yang telah membulatkan tekatnya untuk bergabung di KOMPAS USU adalah orang yang mau belajar , baik itu beroganisasi, berdinamika dan lain sebagainya yang dirasa memang perlu didapat ketika berada dibangku perkuliahan. Bukan hanya untuk bersenang-senang dan buang-buang uang saja, ya walaupun tak jarang ada satu dua orang yang merasa dirinya kurang pantas atau tidak cocok berada di KOMPAS USU setelah menjadi anggota dikarenakan kurang mampu berbaur dan hilang orientasi”.
6. Widya Sandharo Bakkara
Anak terakhir dalam keluarganya ini memberanikan diri untuk mencoba apa yabg diinginkan oleh dirinya, walaupun abangnya yang juga merupakan salah satu anggota KOMPAS USU melarang dirinya untuk bergabung seperti abangnya. Putri asli batak ini pernah menjabat sebgai sekretaris umum.
“ sejak SD aku udah tau KOMPAS USU, karena abangku sering dulu bawa kawannya kerumah, baik itu yang dari KOMPAS USU ataupun kawan-kawannya dari mapala lain. Dan mereka semua sudah mengenal aku ketika aku mencalonkan diri sebagai anggota KOMPAS USU. Tetapi biarpun begitu, aku tudak ada mendapat perlakuan khusus ketika menjalani proses pendidikan menjadi anggota biasa KOMPAS USU, malah hal itu menjadi sebuah beban buatku karena para instruktur membandingkan-bandingkan diriku dengan abangku ya walaupun nadanya terdengan bercanda. Mereka sering bilang itu “kenapa ada adek bang Bin kek kau ya” tetapi sambal diselingi tawa oleh kakanda-kakanda tersebut. Aku sendiri sebagai perempuan memandang bahwa perempuan di KOMPAS USU ini harus mampu bersaing dengan laki-laki sehingga tidak waktu untk bermain-main, dalam artian kita yang wanita tetap tidak boleh manja atau berpasrah diri jadi harus tetap mengasah diri. Maksud dari bersaing disini juga yaitu agar ketika nanti pergi ke lapangan untuk berkegiatan maupun ketika duduk bersama dalam rapat mampu menunjukkan bahwasanya
(40)
menjadi orang yang “dikasihani”. Dan anggota yang laki=laki juga selalu tahu menempatkan diri dan tak pernah memberikan label kepada perempuan bahwa mereka adalah mahkluk yang lemah, mereka justru selalu mengajak kami peremuan-permpuan ini untuk terus berlatih dan berlatih.
7. Rinaldi Hasibuan
“kalo yang aku liat sih, KOMPAS USU sebagai organisasi yang mempunyai anggota dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda tidak pernah menjadi itu sebagai acuan untuk memberanikan diri mencalonkan diri sebgai ketua umum, karena kita disini sudah tidak dibatasi oleh sekat itu ketika sudah resmi bergabung disini. Semua sudah sama seperti layaknya saudara kandung. Aku memang masih baru disini, tetapi dari yang aku liat memang seperti itu. Contohnya itu ketika aku masih calon anggota, ketua yang melantik aku itu menjadi anggota biasa adalah bang Erwin, dan saat itu adalah masa transisi pergantian pengurus. Dan setelah itu ketua dijabat oleh kak Mia. Dalam proses pergantian ketua saat itu terjadi seperti mana biasa layaknya pergantian pimpinan organisasi. Dan bagi saya itu adalah sebuah hal yang menarik buat saya dan jujur saya menjadi sangat bangga, karena KOMPAS USU bukan organisai yang menganut paham yang kolot. Ya disini itu betul-betul demokrasi, semua anggota diberi kebebasan. Ketika aku masih calon anggota hal itu memang sudah terlihat, tetapi karena saat itu posisinya masih melihat dari luar yang masih setengah-setengahlah tahunya gimana tentang KOMPAS USU.
4.2. Strategi Pendukung Kesetaraan Gender
Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Permasalahan perempuan senantiasa berkembang seiring dengan perubahan dan perkembangan kondisi masyarakat. Demikian pula dengan perkembangan pemikiran yang mengikuti kondisi zaman yang semakin kompleks sangat dibutuhkan dalam menyikapi permasalahan tersebut. Oleh karena permasalahan tersebut merupakan suatu hal yang sangat penting dan mendasar, yang menuntut keluasan dan
(41)
pemahaman yang mendalam tentang peran dan fungsi perempuan, yang pada gilirannya perempuan berkualitaslah yang dapat menjawab segala permasalahan tersebut. Peran perempuan di Indonesia bisa dikatakan sudah mengalami peningkatan. Kebebasan berpendapat, berorganisasi serta berekspresi di kalangan perempuan Indonesia mulai berkembang.
Beberapa langkah yang perlu dilakukan organisasi dalam merumuskan strategi pendukung kesetaraan gender, yaitu:
1. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh organisasi dalam menjalankan misinya.
2. Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.
3. Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. (Hariadi, 2005).
Dengan meningkatkan kesetaraan gender berarti memberikan akses dan kontrol kepada anggota perempuan dalam hal pengambilan keputusan organisasi. Anggota perempuan dikatakan memiliki akses ketika mereka diberi hak suara dan diperhitungkan pendapatnya dalam pengambilan keputusan. Setelah diberi hak suara berarti perempuan akan mampu mendapatkan kontrol dalam mengelola organisasi. Ketika angggota perempuan telah mendapatkan kontrol artinya perempuan tidak hanya sekedar mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, tetapi anggota perempuan dalam KOMPAS USU juga mendapatkan
(42)
manfaat dari keputusan yang dibuat. Dengan demikian kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan belumlah cukup, masih diperlukan penyadaran tentang gender agar anggota perempuan dalam KOMPAS USU memikirkan dan memperjuangkan kepentingan perempuan dalam organisasi.
Dengan adanya hak dan wewenang (kekuasaan) yang sama dengan laki-laki dalam KOMPAS USU tersebut, adanya kesetaraan dalam kontrol dan pengambilan keputusan, berarti relasi timpang dapat dihilangkan. Pengurus KOMPAS USU ketika ditanyai mengenai pendapat perempuan dalam pengambilan keputusan setiap rapat mengatakan bahwa pendapat yang dikemukakan oleh anggota perempuan diperhatikan dan menjadi pertimbangan, dengan catatan pendapat tersebut dapat diterima akal sehat dan dibarengi dengan alasan yang logis. Namun keputusan rapat biasanya tetap berada di tangan ketua umum. Tapi kadang pendapat yang dikemukakan oleh anggota perempuan kemudian dikembalikan kepada forum dan ditanyai persetujuannya kepada seluruh anggota.
Struktur yang ada di KOMPAS USU saat ini didominasi oleh perempuan. Namun dalam mekanisme organisasi yang ada baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan kedudukan yang sama, misalnya dalam hak berpolitik. Laki-laki dan perempuan diberi kebebasan dan hak yang sama untuk tampil dan bersaing menjadi seorang ketua organisasi. Tidak ada larangan bagi anggota laki-laki maupun perempuan untuk menjadi ketua umum maupun kepala bidang dalam KOMPAS USU karena siapapun kelak yang menjadi ketua tentu akan menjalankan roda organisasi sesuai dengan tujuan organisasi yang telah tercantum di AD/ART KOMPAS USU . Politik dalam hal ini bukanlah merujuk kepada partai politik, lembaga eksekutif
(43)
ataupun legislatif dan bukan pula dalam hubungan kenegaraan. Berpolitik dalam organisasi dihubungkan dengan kompetisi maupun strategi yang dilakukan dalam mencapai tujuan tertentu. Terjadi persaingan untuk merebutkan kekuasaan ataupun kepemimpinan dalam organisasi. Persoalan kepemimpinan bukanlah masalah gender atau jenis kelamin laki-laki atau perempuan tapi sejauh mana seseorang mampu berkompetisi serta memiliki kepercayaan diri dan semangat juang tinggi. Anggota KOMPAS USU juga menyakini, terlepas dari identitas gender bahwa setiap orang adalah pemimpin, sehingga setiap orang bisa menjadi seorang pemimpin.
Hal di atas sama dengan apa diterapkan oleh suku Dayak yang ada di Kalimantan, bahwasanya dalam hal pengambilan keputusan, banyak diantaranya perempuan Dayak yang telah menjadi pimpinan atau ketua adat. Masyarakat tidak mempermasalahkan apakah laki-laki atau perempuan yang menjadi pimpinan, keduanya sama-sama berharga. (Meentje Simatauw, dkk, 2001:28). Hal yang dikemukan oleh Meentje Simatauw dkk hampir sama dengan beberapa kegiatan KOMPAS USU yang baru dilakukan dalam tahun ini dimana dalam hal untuk pembagian peran untuk persiapan kegiatan dan pengambilan keputusan semua anggota mempunyai hak yang sama dalam itu.berikut hasil wawancara peneliti dengan beberapa orang informan mengenai kegiatan yang baru saja dilalui,
1. PON XIX ( oleh Widya Sandahro Bakkara)
Aku, sebagai salah satu anggota tim KOMPAS-USU, diantara tim lain yang juga mewakili SUMUT , yaitu Ancol arung jeram dan Rapid Plus. Sekitar 18 atlet berangkat sebagai kontingen SUMUT dalam ajang bergengsi eksibisi Pekan Olahraga Nasional XIX cabang olahraga arung jeram yang dilaksanakan di Jawa Barat. Event yang kami ikuti ini tentunya tak lepas dari perjuangan dan pengorbanan bahkan
(44)
waktu yang tidak singkat. Kami mengawalinya sejak tahun 2015 lalu. Kejuaraan daerah sebagai langkah awal yang kami ikuti ternyata memberikan kesempatan dan sebagai pembakar semangat yang sampai saat ini tak akan kami lupakan. Saat itu, KOMPAS-USU mengirimkan dua tim, yaitu tim putra dan tim putri. Itu pulalah yang menjadi tiket kami mengikuti Kejuaraan Nasional yang dilaksanakan di Sungai Binge, tepat Oktober tahun lalu. Menduduki peringkat kedua, itulah yang kami peroleh. Kejuaraan yang berlangsung selama seminggu mengajarkan kami banyak hal. Muncul keinginan dan semangat yang kuat untuk ikut andil dalam event-event selanjutnya.Saat itu, kami mulai mengerti membaca lawan, mengenal medan, menguasai beberapa strategi.
Agustus lalu, KOMPAS-USU kembali diundang dalam sebuah pertemuan informal. Pada pertemuan itu Federasi Arung Jeram (FAJI) Medan menyampaikan maksud dan tujuan mereka. Saat sebuah tekad sudah buat, kami akan membuktikannya. Hal-hal yang telah kami bicarakan pun dibahas kembali oleh pengurus KOMPAS-USU.Ya, kami akan berangkat mewakili provinsi tercinta. Jadwal latihan telah disusun, telah terpilih lima orang putri KOMPAS-USU. Hari demi hari, kami menjalani proses latihan. Awalnya aku merasa tidak nyaman,mengapa ? kehadiran dua orang baru di tim kami. Ketidaksesuaian irama dayungan, kekurang kompakan, kekurang sigapan, itu semua membuat berkurangnya semanagat ku. Terlalu egois, pikirku. Mereka baru belajar, sedangkan aku sudah diperkenalkan dengan arung jeram sejak beberapa tahun lalu, wajar bila kami belum menemukan yang dinamakan sebuah chemistry. Latihan tetap berjalan, perlahan kami menemukan sebuah kenyamanan dan kegigihan. Suatu hari di sela-sela latihan kami seakan saling berbisik, kita wanita! Bukan berarti kita tak bisa lakukan apa yang tak biasa para wanita lakukan. Masalah siapa yang kuat, siapa yang lemah ? bukan itu yang menjadi penghambat. Kita tak akan pernah maju jika kita menutup sebuah kesempatan emas yang datang pada kita. Begitu seterusnya, kami berlatih dan mempersiapkan strategi untuk menghadapi pertadingan yang akan berlangsung. Hingga tiba saat yang telah ditentukan.
Kontingen SUMUT siap berangkat untuk hadapi eksibisi PON XIX , Jabar, 2016. Aku dan teman-teman mulai merasakan aroma pertandingan yang sesungguhnya. Belum lagi ketika akan turun ke sungai Cimandiri yang menurut kami memiliki arus yang cukup deras. Ketegangan pun mulai kami rasakan, bahkan ada yang mulai terlihat bertingkah aneh dan bergerak mulai lambat. Coach memanggilku. Dia merasa bahwa tim ini mulai aeh, akupun diminta untuk tetap menjaga semangat tim. Kami masih punya waktu latihan beberapa hari, itulah yang kami maksimalkan agar target kami tercapai. Kebersamaan pun semakin terasa,mungkin tak hanya kami yang merasakannya tetapi juga tim-tim lain. Canda tawa pun turut menghiasi waktu makan siang kami, di bawah pohon-pohon yang rindang. Percakapan yang terjadi di meja makan tak hanya tentang arung jeram semata, termasuk juga bercerita tentang keluarga, teman dan pengalaman-pengalaman yang telah dilalui sebelumnya. Malam hari kami tak punya waktu yang cukup banyak untuk berbincang dikarenakan waktu istirahat kami harus cukup demi tubuh yag fit keesokan harinya. Walaupun begitu
(45)
setiap malam pasti diadakan evaluasi dan briefing untuk mengetahui sudah sejauh apa kesiapan fisik, mental, alat maupun strategi yang telah disiapkan oleh tim. Jika manager melihat ada kesalahan ataupun ketidaksesuaian maka akan diperingatkan, sebuah usaha dan latihan yang baik akan diberi pujian yang sudah pasti mampu mempengaruhi psikologis para anggota tim.Kekesalan, saling menyalahkan, tidak mau tahu, hal itupun terjadi di tim. Namun pada akhirnya semuanya sadar, bahwa sebuah tujuan tidak akan tercapai jika masing-masing hanya menampilkan ego yang berlebihan.
Pertandingan sudah kami lewati dengan baik. Secara keseluruhan, Kontingen SUMUT menyumbangkan 5 medali yang terdiri dari 2 medali perak dan 3 medali perunggu. Tim putri KOMPAS USU menyumbangkan 1 medali perunggu untuk SUMUT dalam nomor lomba Sprint Race yang bersaing dengan waktu tempuh tercepat mencapai garis finish. Suasana penuh haru, itulah yang aku dan anggota tim rasakan, air mata tak terbendung. Inilah arti dari sebuah perjuangan yang telah kami lakukan. Kami tidak pernah menyangka akan naik ke podium dan dikalungkan sebuah medali yang juga tidak datang dengan Cuma-Cuma. Bagi kami menang adalah bonus, kerja sama dan kerja keras itu yang terpenting. Sebuah kebanggan bagi kami dan juga sebagai motivasi untuk tetap berjuang. Mungkin hal ini adalah hal yang tidak akan dilakukan oleh sebagian anak perempuan dengan berbagai alasan, tapi inilah perjuangan kami untuk SUMUT, dan untuk wanita Indonesia. Dan itu juga merupakan perjuangan dari seluruh anggota KOMPAS USU yang telah membantu segala sesuatunya untuk persiapan tim. Sebelum berangkat ke “medan tempur”. Tanpa mereka kami takkan bisa sampai ke titik ini, dan juga dukungan dari semua anggota KOMPAS USU terkhusus tim official.
(46)
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan
Gender sering disamakan pengertiannya dengan jenis kelamin. Jenis kelamin merupakan perbedaan biologis antara fisik laki – laki dengan fisik perempuan yang dibawa sejak ia dilahirkan. Sedangkan gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang diciptakan oleh sosial budaya yang panjang.
Penelitian ini mendeskripsikan secara umum mengenai :
• Bagaimana bentuk implementasi kesetaraan gender di KOMPAS USU
Kesetaraan gender berguna untuk memberikan kesempatan setiap orang untuk berapresiasi terhadap hal – hal yang terjadi disekitarnya. Kesetaraan gender berkaitan dengan keadilan gender. Keadilan gender merupakan perlakuan adil terhadap laki – laki dan perempuan. Perbedaan antara kesetaraan dan keadilan gender yaitu kesetaraan lebih condong terhadap peluang sedangkan keadilan gender lebih condong terhadap tingkah laku laki – laki dan perempuan. Kesetaraan gender dan keadilan gender sudah seharusnya ditegakkan dalam ruang lingkup organisasi kemahasiswaan, agar tidak terjadi ketidakadilan gender terhadap perempuan yang sering dianggap tidak mampu karena masih menganut budaya patriarki. KOMPAS USU selaku organisasi kemahsiswaan sudah menerapkan kesetaraan gender dalam pelaksanaan sistem dan program kerjanya. Dimana hal itu dapat dilihat dari keseharian anggota KOMPAS USU di sekretariat dan juga ketika berkegiatan dilapangan. Semua anggota diberikan kebebasan dalam hal berpendapat dan bersuara. Begitu juga dalam hal pemilahan ketua umum, semua anggota memiliki hak yang sama apabila dia sudah menyandang status anggoba biasa. Dan juga di KOMPAS USU budaya mempimpin ataupun pemimpin tidak ada yang berlatarbelakang dari
(47)
budaya individunya melainkan hal itu didapat dan dipahami ketika sudah berada di KOMPAS USU. Masyarkat USU lainnya yang bukan anggota KOMPAS USU juga dapat mengetahui dan memahami bahwa organisasi cinta alam khususnya KOMPAS USU bukanlah organisasi hanya untuk laki-laki saja melainkan untuk perempuan juga. Perempuan yang menjadi anggota di KOMPAS USU juga bukan hanya sebagai pelengkap saja, tetapi juga berpotensi menjadi pemimpin atau ketua umum KOMPAS USU sama halnya seperti laki-laki juga.
5.2. Saran
Manusia ada untuk berpeluang bukan hanya untuk ditindas. Jadi dengan adanya skripsi ini penulis mempunyai saran yaitu sebaiknya sesama manusia saling menegakkan kesetaraan gender. Agar tidak ada sesuatu yang menjadi permasalahan dalam kehidupan bersosial dan juga tidak ada ketidakadilan gender yang diterima oleh perempuan. Selama menjadi anggota dan melakukan penelitian di KOMPAS USU, penulis melihat bahwsanya laki-laki masih memiliki peran yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan sehingga perlunya peningkatan kapasitas bagi anggota perempuan lainnya agar tetap setara atau seimbang dengan laki-laki. Hal itu dapat disiasati dengan dengan melakukan latihan dan diskusi secara rutin secara terjadwal yang dibuat oleh pengurus sehingga semua anggota akan hadir dalam hal tersebut mengingat apabila itu adalah aturan resmi dari kepengurusan.
Dan juga kebanyakan dari perempuan kurang bersosialisasi, sebagian besar dari mereka mengatakan enggan untuk bersosialisasi ketika para senior ataupun anggota laki-laki yang lainnya sedang berdiskusi, hal ini terjadi akibatnya kurangnya intensitas anggota untuk datang ke sekretraiat sehingga menimbulkan keseganan terhadap senior ataupun teman-teman yang sering datang ke sekretariat, sehingga anggota yang jarang datang ke sekretariat harus dirangkul oleh
(48)
pengurus agar tidak menimbulkan rasa segan ataupun canggung. Dan bukan hanya itu perempuan yang sering datang juga ada yang masih merasa segan untuk bergabung dengan forum yang tanpa sengaja terbentuk kita ada senioran datang berkunjung ke sekretariat dan menceritakan pengalamannya ketika masih berada di KOMPAS USU. Hal ini mungkin disebabkan oleh individu tersebut yang masih kurang beradaptasi atau kurang mudah untuk bergaul sehingga butuh waktu yang lama untuk dapat berbaur dengan yang lainnya. Dan itu juga merupakan hal yang harus diperhatikan, pengurus harus membuat setiap anggotanya nyaman ketika berada disekretariat agar orang-orang seperti itu mampu beradaptasi lebih cepat.
(49)
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
2.1. Universitas Sumatera Utara
2.1.1. Sejarah Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara (USU) adalah sebua
terletak di
universitas terbaik di pula
pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas Kedokteran. USU didirikan sebagai
Yayasan Universitet Sumatera Utara pada tanggal
adalah Fakultas Kedokteran yang didirikan pada diperingati sebagai hari jadi USU. Presiden Indonesia meresmikan USU sebagai universitas negeri ketujuh di Indonesia pada tanggal
Sejarah Universitas Sumatera Utara dimulai dengan berdiriny
Universitet Sumatera Utara pada tanggal dipelopori ole Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. Yayasan ini diurus oleh suat Sumatera Utara, dengan susunan sebagai berikut;
• Abdul Hakim (Ketua);
• Dr. T. Mansoer (Wakil Ketua);
• Dr. Soemarsono (Sekretaris/Bendahara):
(50)
o Drg. Oh Tjie Lien,
o Anwar Abubakar, Madong Lubis, o Dr. Maas. J. Pohon,
o Drg. Barlan, dan o Soetan Pane Paruhum .
Sebenarnya hasrat untuk mendirika mulai sejak sebelum orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi K pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini.
Pada tanggal perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro, dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Selain Dewan Pimpinan Yayasan, Organisasi USU pada awal berdirinya terdiri dari: Dewan Kurator
Sebagai hasil kerja sama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi jug Aceh, pada tanggal dijalan Seram dengan dua puluh tujuh orang
(51)
wanita. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Masyarakat 19 Oktober 1961.
Pada tanggal Indonesia Dr. Ir Tanggal peresmian ini kemudian ditetapkan sebagai diperingati setiap tahun hingga tahun Kemudian atas usul beberapa anggota Senat Universitas, hari jadi USU ditinjau kembali. Senat Universitas akhirnya memutuskan bahwa hari jadi USU adalah pada tanggal lingkungan USU. Dengan persetujuan Departemen Pendidikan ta
Pada ta di Kemudian di kota yang sama didirikan Fakultas Kedokteran dan Peternakan Medan dan dua fakultas di Banda Aceh. Dalam perjalanan usianya yang kini mencapai lima puluh tahun, melalui berbagai program pengembangan yang dilaksanakan, banyak kemajuan yang telah dicapai, yang menjadikan USU berkembang hingga seperti keadaan sekarang.
Saat ini, USU mengelola lebih dari seratus program Studi yang terdiri dari berbagai jenjang pendidikan tinggi, yang tercakup dalam lima belas fakultas dan empat program studi pascasarjana dan dua program studi doktor. Dalam
(52)
perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh (dari Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan), IKIP Negeri Medan yang sekarang berubah menjadi
Perpustakaan USU merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia saat ini. Kampus Padang Bulan juga didukung oleh infrastruktur teknologi informasi untuk memfasilitasi akses terhadap berbagai sumber daya informasi dan pengetahuan untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian mahasiswa dan dosen. Selain itu di dalam kampus juga terdapat berbagai sarana seperti asrama, arena olah raga, wisma, kafetaria, toko, bank, dan kantor pos. Wisuda dan berbagai acara akademik lainnya diadakan di Auditorium dan Gelanggang Mahasiswa. Sebuah rumah sakit pendidikan akan dibangun di lokasi kampus pada tahun 2008.
Sebuah kampus baru seluas 300 ha yang berlokasi di Kwala Bekala, berjarak 15 km dari Kampus Padang Bulan sedang dikembangkan, yang saat ini digunakan untuk mendukung berbagai penelitian dan percobaan di bidang pertanian, kehutanan, perkebunan, dan peternakan. Dalam upaya mengembangkan diri sebagai universitas berjangkauan luas, USU mengelola Kebun Percobaan seluas sekitar 550 ha di Langkat. USU juga telah memperoleh izin pengembangan hutan percontohan seluas 10.000 ha di Mandailing Natal.
Sejak awal pendiriannya, USU dipersiapkan menjadi pusat pendidikan tinggi di Kawasan Barat Indonesia. Sewaktu didirikan pada tahun 1952, USU merupakan sebuah Yayasan, kemudian beralih status menjadi PTN pada tahun
(53)
1957, dan selanjutnya berubah menjadi PT-BHMN pada tahun 2003. USU memiliki visi menjadi University for Industry (UfI), dengan misi: (1) mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat bermoral dengan kemampuan akademik dan/atau profesional dan/atau vokasional untuk menerapkan, mengembangkan, dan memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (2) mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan seni terutama pada kerjasama berbasis industri, dan pengembangan aplikasinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional; dan (3) mendukung pengembangan masyarakat sipil yang demokratis melalui peran USU sebagai suatu kekuatan moral yang otonom untuk mencapai kemampuan yang kuat dalam lingkungan kompetisi global melalui pengelolaan secara profesional sumber daya manusia, memperluas partisipasi dalam pembelajaran, memenuhi kebutuhan nasional dalam pembelajaran, dan memodernisasi cara pembelajaran.
Saat ini Rektor Universitas Sumatera Utara dijabat oleh Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, Wakil Rektor 1 dijabat oleh Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS sebagai Bidang Pendidikan, Kemahasiswaan dan Alumni (Fakultas Pertanian), Wakil Rektor II dijabat oleh Dr dr Muhammad Fidel Ganis Siregar Bidang Keuangan dan SDM (Fakultas Kedokteran), Wakil Rektor III dijabat oleh Drs. Mahyuddin K M Nasution, M.IT., Ph.D., Bidang Riset, Pengabdian Masyarakat dan Kerjasama (Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi), Wakil Rektor IV dijabat oleh Prof Dr. Bustami Syam sebagai Bidang Perencanaan, Pembangunan dan Sistem Informasi (Fakultas Teknik ), dan Ir Luhut Sihombing sebagai Wakil Rektor V Bidang Pengelolaan Aset (Fakultas Pertanian).
(54)
2.1.1. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Untuk mendukung peningkatan kualitas dan kreatifitas mahasiswa di bidang penalaran dan keilmuan, bakat, minat dan kemampuan, kesejahteraan, kepedulian sosial dan kegiatan penunjang. Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian Universitas Sumatera Utara mengembangkan berbagai program yang dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan kemahasiswaan baik dalam bentuk pembinaan, pengembangan kegiatan kemahasiswaan maupun, pelayanan kepada mahasiswa dapat diberikan secara langsung seperti beasiswa, bantuan dana kegiatan, keperluan administrasi dan lain-lain, serta tidak langsung yaitu melalui wadah-wadah yang dibentuk yang dikenal dengan Unit Kegiatan Mahasiswa .
Kegiatan-kegiatan UKM KOMPAS USU : Kegiatan di dalam ruangan :
Mengadakan Buka Puasa Bersama dengan Anak Yatim Piatu 2016 -Mengadakan Kegiatan Musyawarah Anggota KOMPAS USU– Mengadakan seminar Ruang Terbuka Hijau kota Medan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia - Mengikuti Pelatihan SARNAS 2012 -Mengikuti Temu Wicara dan kenal Medan (TW-KM) Mahasiswa Pencinta Alam (MAPALA) Se- Indonesia - Mengikuti Pelatihan BIMTEK TRC dan Relawan Penanggulangan Bencana - Mengikuti Pelatihan Vertical rescue Kantor BASARNAS Medan - Mengikuti SAR Gempa Bumi di Takengon (Aceh) -Mengadakan Acara Ngabuburok dan Sahur on The Rock -Mengadakan Acara Peringatan HUT KOMPAS USU.
Semua kegiatan diatas dikoordinir oleh panitia yang dibentuk oleh pengurus yang menjabat saat itu, kecuali kegiatan yang bersifat undangan biasanya KOMPAS USU hanya mendelegasikan anggota sesuai jumlah yang
(55)
diminta. Dalam hal persiapan semua kegiatan tersebut, semua anggota biasa KOMPAS USU harus terlibat dan berpartisipasi dalam mensukseskan kegiatan tersebut. Pembagian tugasnya disini berdasarkan bidang-bidang yang dianggap mampu dilakukan tetapi tidak mendiskriminasikan gender. Baik perempuan ataupun laki-laki diberi hak dan tanggungjawab sesuai hasil rapat pembentukan panitia, dimana setiap anggota mencalonkan dirinya sendiri pada bidang yang akan ditanggungjawabinya. Semua anggota biasa berhak menjadi ketua panitia dalam kegiatan yang dilakukan oleh KOMPAS USU. Ketika perempuan menjadi ketua panitianya, bukan berarti laki-laki merasa lemah atau rendah ketika dipimpin oleh perempuan.
Kegiatan di luar kegiatan :
Mengadakan Masa Orientasi Anggota (MOA) – Mengadakan Kegiatan Ekplorasi Karst Muller Kalimantan Tengah 2016 - Mengikuti PON XIX Jawa Barat 2016 cabang Olahraga Arung Jeram Putri –Mengadakan Latihan Pemantapan Susur Gua - Mengadakan Kegiatan Pengamatan dan Pengidentifikasian Burung - Mengadakan Kegiatan "Exsplorasi Hutan Rimba 2011” - Mengadakan Kegiatan Pengarungan Sungai Asahan Anggota Kompas USU - Mengadakan Kegiatan "Pengamatan dan Pengidentifikasian Tanaman Anggrek" - Mengadakan Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia -Mengikuti Petualangan Bulanan Dg. Simpulan Angin-Dg. Barus - Mengikuti Pengarungan Sungai Buaya - Mengikuti Kegiatan SAR Jepang - Mengikuti Pendakian dan Pengamatan Jamur yang ada di jalur Pendakian Gunung Sibuatan - Mengikuti Kegiatan Pendakian Gunung Sinabung -Mengikuti Kegiatan Penanaman Mangrove - Mengikuti SAR Erupsi Gunung Sinabung - Mengikuti Petualangan Pendakian Gunung Sibuatan-
(56)
Mengikuti Kegiatan Kibar Merah Putih - Mengadakan Kegiatan "Pengamatan Nepenthes di Sepanjang Jalur Pendakian Gunung Sibuatan - Mengadakan Kegiatan Penelusuran Gua Karst Bahorok - Mengadakan Penelusuran Gua Pintu Angin - Mengadakan Aksi Dana Membantu Sesama - Mengadakan Kegiatan Eksplorasi Ekosistem Rimba - Mengadakan Acara Pengarungan Sungai Wampu untuk melatih Kemampuan anggota dalam bidang arung jeram dan Pemetaan sungai - Mengadakan Acara Pengarungan Sungai Lau Biang Sampai Sungai Wampu untuk melatih Kemampuan anggota dalam bidang arung jeram dan Eksplorasi Alam - Mengadakan Ekspedisi Juhar – Sibuatan.
Kegiatan operasional yang dilakukan oleh KOMPAS USU merupakan program kerja dari pengurus yang menjabat. Dalam pelaksanaan kegiatan operasional biasanya akan dibentuk kepanitian untuk mengkoordinir kegiatan tersebut. Seluruh kegiatan operasional merupakan proses pembelajaran bagi anggota bagiamana cara merencanakan dan menyusun sebuah kegiatan baik kegiatan yang kecil ataupun kegiatan yang besar, guna sebagai bekal ketika sudah menyelesaikan studi nanti. Semua anggota biasa akan menjadi panitia untuk mempersiapakan kegiatan tersebut walaupun tidak ikut kelapangan nantinya. Dalam hal peserta kegiatan, pengurus akan membuka list peserta kegiatan. Dalam persiapannya semua panitia akan merancang bagaimana hasil kegiatan yang diinginkan nantinya dan mematangkan perencanaan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dan juga tidak lupa untuk memikirkan darimana biaya yang akan didapat untuk kegiatan itu. Ketika sudah berada di lapangan biasanya akan dibagi lagi tugas untuk tiap orang, misal bagian dokumentasi, logistik, operasional dan konsumsi. Semua itu dibagikan berdasarkan hasil keputusan tim.
(57)
2.2. Korps Mahasiswa Pencinta Alam Dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara (KOMPAS-USU)
2.2.1. Sejarah KOMPAS – USU
Korps Mahasiswa Pencinta Alam Dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara (KOMPAS-USU) pada mulanya berdiri berawal dari ide beberapa mahasiswa USU yang berasal dari berbagai fakultas. Ketika itu mereka merasa bahwa USU sebagai sebuah universitas terbesar di Sumatera Utara belum memiliki wadah penyalur minat mahasiswa dalam bidang kepencinta-alaman. Menurut pengamatan mereka banyak mahasiswa USU yang gemar, secara berkelompok maupun individu, bepergian ke hutan rimba dan melakukan aktivitas yang erat kaitannya dengan petualangan alam bebas.
Hingga pada suatu waktu beberapa mahasiswa tersebut bermusyawarah dan membicarakan tentang kebutuhan akan adanya wadah formal bagi mahasiswa USU dalam menyalurkan minatnya.
Pada maasa itu diakhir 1979, organisasi mahasiswa diancam dengan adanya usaha pemerintah untuk menghilangkan DEMA (Dewan Mahasiswa) di kampus-kampus. Hal itu menyebabkan mahasiswa USU yang aktif berkegiatan tidak lagi memiliki wadah untuk menyalurkan minat dan bakatnya. Para aktivis kampus yang ternyata juga gemar berpetualang di alam bebas berkumpul dalam rangka membuat suatu wadah formal untuk menampung minat dan bakat mereka. Mereka berjumlah delapan orang, dan disebut sebagai Pemrakarsa KOMPAS-USU.
(1)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dan segala perlengkapan lainnya dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang antropologi di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas sumatera utara.
Studi Etnografi Kesetaraan Gender di KOMPAS USU, yang menjadi judul dari skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Di Universitas Sumatera Utara dalam bidang antropologi sosial. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang didasarkan observasi dan partisipasi dan wawancara penulis di lapangan..
Skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran untuk perbaikan dalam penulisan hingga skripsi ini menuju kesempurnaan. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, khususnya mahasiswa antropologi sosial sebagai ilmu pengetahuan yang dapat menambah wawasan.
Medan, November 2016
Penulis
(2)
vi DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i
ABSTRAK ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR FOTO ... x
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tinjauan Pustaka ... 5
1.3. Rumusan Masalah ... 17
1.4. Tujuan Penelitian ... 17
1.5. Manfaat Penelitian ... 18
1.6. Metode Penelitian ... 22
1.6.1. Bentuk Penelitian ... 22
1.6.2. Lokasi Penelitian ... 23
1.6.3. Teknik Pengumpulan Data ... 23
1.7. Analisa Data ... 27
BAB II DESKRIPSI LOKASI ... 28
2.1. Universitas Sumatera Utara ... 28
2.1.1. Sejarah Universitas Sumatera ... 28
2.1.2. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) ... 33
2.2. Korps Mahasiswa Pencita Alam dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara (KOMPAS USU) ... 36
2.2.1. Sejarah KOMPAS USU ... 36
2.2.2. Struktur Kepengurusan ... 38
2.2.3. Lambang dan Atribut Organisasi ... 39
2.2.4. Program Kerja Kepengurusan ... 42
(3)
BAB III IMPLEMENTASI KESETARAAN GENDER ... 65
3.1. Implementasi ... 65
3.2. Kesetaraan Gender ... 67
3.2.1. Interaksi Perempuan dan Laki-laki di KOMPAS USU………...76
3.3. Peran Permpuan dan Laki-laki di KOMPAS USU ... 78
3.4. Kepengurusan KOMPAS USU ... 84
3.5. Fungsi Struktur Organisasi ... 87
3.6. Wewenang dan Tanggung Jawab Pengurus ... 88
BAB IV ASPEK YANG MEMPENGARUHI PRAKTEK KESETARAAN GENDER DI KOMPAS USU ... 92
4.1. Gender dan Kebudayaan ... 92
4.1.1. Pengaruh Sosial Budaya ... 96
4.2. Strategi Pendukung Kesetaraan Gender... 101
BAB V PENUTUP ... 107
5.1. Kesimpulan ... 107
5.2. Saran ... 108
(4)
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 :Struktur Umum Kepengurusan KOMPAS-USU ... 39 Gambar 2 : Logo KOMPAS USU ... 41 Gambar 3: Struktur Kepengurusan KOMPAS USU periode 2016 ... 85
(5)
DAFTAR FOTO
Foto 1 :Panjat tebing yang dilakukan oleh anggota perempuan ... 71 Foto 2 : Persiapan fisik sebelum kelapangan ... 74 Foto 3: Memasak makan malam ... 84
(6)
x
DAFTAR TABEL